Upload
titania
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
physics.edu
Citation preview
MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN
KELOMPOK 1
1. Victor. Leatemia2. Selce .P. Pattipeilohy3. Chornelia. Luhulima4. Stefhanie. Sarimanella
Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanJurusan MIPA
Program Study FisikaUniversitas Pattimura Ambon
KATA PENGANTAR
Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya, akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini
membahas tentang profesionalisme guru, yang kami harap dapat bermanfaat bagi para
penbaca sekaligus dapat dijadikan buku tuntunan atau pelengkap bagi para pembaca
sekalian, khususnya dilingkungan universitas. Oleh karena itu kami sangat berterimakasih
kepada semua pihak yang turut serta bekerja sama dalam menyelesaikan Makalah ini
dengan baik. Diantaranya adalah orang tua kami, dosen, dan teman-teman kelompok 1 mata
kuliah Profesi pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan , dan
kelemahan, untuk itu saran dan masukan baik dari pembaca ataupun teman-teman sekalian
sangat kami harapan, agar kedepannya makalah ini menjadi lebih baik lagi dan
mendtangkan manfaat yang besar bagi kita semua. Atas perhatiannya kami ucapakan
terimakasih.
Ambon, 11 mei 2015
penulis
DAFTAR ISI
1. Cover………………………………………………………..
2. Daftar isi…………………………………………………….
3. Kata pengantar………………………………………………
4. BAB I PENDAHULUAN…………………………………..
a. Latar belakang masalah…………………………….
b. Rumusan masalah………………………………….
c. Tujuan penulisan……………………………………
5. BAB II KAJIAN TEORI…………………………….
d. Kajian teori………………………………………..
6. BAB III PENUTUP…………………………………………
e. kesimpulan dan saran………………………………
f. Daftar pustaka………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang
yang harus digugu dan ditiru, dalam halo rang yang memiliki kharisma atau wibawa
hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan
Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Teaching (hal : 10) : “Teacher is
professional person who conducs classes” ( Guru adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Jean D. Grambs
dan C Morris Mc Clare dalam Fondation of teaching, An Introduction to Modern
Education (hal :141), “teacher are those person who consciously direct the experiences
and behaviour of an individual so that education take place”. (Guru adalah mereka
yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu
hingga dapat terjadi pendidikan).
Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,
mengajar, dan membimbing peserrta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merangsang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Sedangkan dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut, agar tujuan yang diharapakn
dapat tercapai secara maksima maka guru juga harus memiliki kompetensi dalam
mengajar. Kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau
ketrampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik (JJ. Litrell :310).
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri,
tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya
mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan
calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan
pengembangan tenaga guru.Sealain itu, penting dalam hubungannya kegiatan belajar
mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga
berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran
pendidikan yang bermutu. Keluaran pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari hasil
langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari
dampak pengiring, yaitu peserta didik setela di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Banyaknya guru sebagai tenaga pendidik kurang profesional dan kompeten terhadap
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mempengaruhi mutu
keluaran peserta didik dan kurang optimalnya pencapaian tujuan pendidikan.
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas dan tanggung sebagai mahasiswa,
prinsip-prinsip yang nanti dimiliki oleh seorang guru sehingga nantinya sebagai
pendidik yang baik, sehingga dapat lebih profesional dan kompeten dalam menjalankan
profesinya, untuk dapat melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Profesi Dan Kompetensi Guru
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan. Walaupun pada kenyataanya masih terdapat hal-hal tersebut diluar bidang
kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapatmenerapkan beberapa
prinsip mengajar agar ia dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat
melaksanakan tugasnya secara professional, yaitu sebagai berikut (Dr. H. Hamzah :
16) :
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi
pelajaran yang diberikan serta dapat mengggunakan berbagai media dan
sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran
dan penyesuaian dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar
peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami pelajaran yang
diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru
dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan
peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran
dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus terus menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung,
mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus dapat mengempangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual
agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan siswa seta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, guru tidak
hanya bertindak sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator,motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengelola sendiri informasi.
Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas
pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah diuraikan.
Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa lepas dari konsep hakikat guru dan
hakekat tugas guru(Spencer 1993:7). Kompetensi guru mencerminkan tugas dan
kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang
menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan. Ace Suryadi
(1999:298-304) mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi seorang
guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional
tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicapai kelompok profesi bersangkutan.
Awalnya tentu harus dibina melalui penguatan landasan profesi, misalnya
pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan
jabatan (in service training) yang memadai, efisiensi dalam sistem perencanaan,
serta pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.
B. Guru Sebagai Contoh (Suri Teladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki ole seorang
guru. Atau dengan perkataan lain guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku peserta didik.
Untuk itulah guru harus menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik, karena pada
dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau
masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh
peserta didiknya. Untuk itu apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional
maka sudah seharusny ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis
dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun upgrading dan/atau pelatihan
yng bersifat in service training dengan rekan-rekan sejawatnya.
Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui kemampuan peningkatan
mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan
perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu perubahan kebiasaan dalam cara
mengajar guru yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya
sebagi berikut (Dr. H. Hamzah : 17) :
1. Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat
merasa puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi
(ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2. Guru hendakny berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi
kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan
bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang
merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja (melakukan).
3. Mengubah dari berbagai metode ceramah dengan berbagai variasi metode
yang lebih relevan dengan metode tujuan pembelajaran, memperkecil
kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau
banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru
belajar kalau ada guru.
4. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga
peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok,percaya diri,
terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta
membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
C. Kompetensi Dan Tugas Guru
Kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan
sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar
(Kariman,2002). Pada umumnya disekolah-sekolah yang memiliki guru dengan
kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya
mendengarkan.
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang profesional adalah
guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru
dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya dengan kemampuan tinggi (Muhibbin Syah : 230). Dengan kata lain
kompetensi adalah pemilikan,penguasaan,ketrampilan dan kemampuan yang dituntut
oleh jabatan seseorang.(A.Piet Sahertian :4)
Sedangkan menurut Depdikbud kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
(Komponen Dasar Kependidikan :25-26 ) adalah :
1. Kompetensi Profesional, guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject
matter ( bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti
memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.
2. Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu
menjadi sumbr intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian
yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang
dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”
3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial,
baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,
bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti
mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.
Dalam suasana seperti itu, peserta didik dilibatkan secara aktif dalam memecahkan
masalah , mencari sumber informasi, data evaluasi , serta menyajikan dan
mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan yang
lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru lainnya, dalam
merencanakan pembelajaran baik individual maupun tim, membuat keputusan tentang
mendesai sekolah kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam
penilaian. Berikut akan diuraikan tentang kompetensi profesional yang harus menjadi
andalan guru dalam melaksanakan tugasnya.
D. Peranan Guru Dalam pembelajaran Tatap Muka
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh
Moon (1998), yaitu sebagai berikut.
1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran
yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini
guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan
memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :
a. Membuat dan merumuskan bahan ajar
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa,
komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif.
c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
d. Menyediakan sumbeer belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dalam pengajaran.
e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan
relevansi (seperti juga materi), efektif,efisien, kesesuaian dengan metode,
serta pertimbangan praktis.
Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut , guru dapat merancang
dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang
prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.
2. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Instruction)
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasi yang diharapkan.
Selain itu guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari ke
arah pengenalan tingkah laku dan kepribadianny sendiri. Salah satu ciri manajemen
kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit
untuk mengurangi ketergantunganny pada guru hingga mereka mampu
membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan
tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan
untuk menciptakn situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan pengajaran
dan pencapaian tujuan.
3. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru
mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar.
Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai
berikut (Dr Hamzah B.Uno :23), (1)membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
(2) menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran (3)
memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang
pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari (4) membentuk kebiasaan
belajar yang baik.
4. Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)
Tujuan utama penilaian adalah adalah untuk melihat tingkat
keberhasilan,efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk
mengetahui untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya .
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peseta didik guru hendaknyasecra
terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke
waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik
terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses
pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang
optimal
5. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat
merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran,
Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar :(1)dapat menolong peserta didik
memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang
tuanya, (2) bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi
dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan
bermacam-macam manusia. Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian
tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya.
Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam
berhubungan dengan orang lain terutama siswa.
6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta
didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum
sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan
(Ali,1985:30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat
bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya guru
adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah
tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan
bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya
kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara
aktif (Dr.H.Hamzah B.Uno :26) antara lain yaitu : (1)perencanaan kurukulum
(2)pelaksanaan di lapangan (3) proses penilaian (4)pengadministrasian (5)
perubahan kurikulum.
7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya
dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta
didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut
dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi
dadasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab sebagai
pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis
lingkungan dalam proses pembelajaran (Dr. H. Hamzah.B.Uno 2007:27) , dimana
guru harus menempatkan diri sebagai :
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi
pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,.
Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau
jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik,atas dasar semua
pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat
menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan
kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif.
Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses
pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga
berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik,
menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual,
kelompok, maupun secara klasikal.
8. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Proses pembelajaran yang bernafaskan lingkungan lebih menekankan pada
pentingnya proses belajar peserta daripada hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik. Karena itu proses pembelajaran peserta didik merupakan tugas dan tanggung
jawab guru. Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat
menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran (Sudjana dan Arifin, 1989: 31-39),
yaitu sebagai berikut :
a. Mampu menjabarkan berbagai bentuk pembelajaran ke dalam berbagai
bentuk cara penyampaian.
b. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti
analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka kegiatan belajar
peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.
c. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya
belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.
d. Memiliki sifat yang positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang
dibinanya sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan
melaksanakn tugasnya sebagaiguru.
e. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaransederhana sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya
dalam proses pembelajaran.
f. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran
yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang
optimal.
g. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi pesertadidik,
suasana belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang
berkenaan dengan diri guru itu sendiri.
h. Memahami sifat dan karakteristi peserta didik, terutama kemampuan
belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minta terhadap pelajaran, motivasi
untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai.
i. Terampil dalammenggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai
bahan ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
j. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar
sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan
9. Syarat Guru yang Baik dan Berhasil
Tidak sembarang orang dapat melaksanakan tugas profesional sebagai seorang guru.
Untuk menjadi guru yang baik haruslah memnuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
pemerintah (Ngalim Purwanto,1985:170-175). Syarat utam untuk menjadi seorang
guru, selain berijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani,
ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan
pembelajaran. Selanjutnya, dari syarat-syarat tersebut dapat dijabarkan secara lebih
terperinci, yaitu sebagai berikut :
a. Guru harus berijazah
Yang dimaksud ijazah disini adalah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk
menjalankan tugas sebagai seorang guru di suatu sekolah tertentu.
b. Guru harus sehat Rohani dan Jasmani
Kesehatan rohani dan jasmani merupakan salah satu syarat penting dalam setiap
pekerjaan. Karena orang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika ia
diserang suatu penyakit. Sebagai seorang guru syarat tersebut merupakan syaarat
mutlak yang tidak dapat diabaikan. Misalnya saja seorang guru yang sedang
terkena penyakit menular tentu saja akan membahayakan bagi peserta didiknya.
c. Guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik
Sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia yang susila yang
bertaqwa kepada Tuhan YME maka sudah selayaknya guru sebagai pendidik
harus dapat menjadi contoh dalam melaksanakan ibadah dan berkelakuan baik
d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik, pembelajar dan
pembimbing bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung yang
telah dipercayakan orang tua/wali kepadanya hendaknya dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Selain itu guru juga bertanggung jawab terhadap
perilaku masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa dan
adat istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas
utama seorang guru, karena itulah guru harus terlebih dahulu berjiwa nasiona.
E. PENDEKATAN PELEMBAGAAN PROFESI
Menurut R.D. Lansbury dalam Profesionals and Management (1978) (Sudarman
Danim, 2002), dalam konteks profesionalisasi, istilah profesionalisasi dapat
dijelaskan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan karakteristik, pendekatan
institusional, dan pendekatan legalistik.
1. Pendekatan Karakteristik
Pendekatan ini memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti
yang membedakannya dengan pekerjaan yang lain. Seorang penyandang profesi
dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti menjadi bagian integral
dalam kehidupannya. Kesimpulan dari para ahli mengenai sifat atau
karakteristik profesi sebagai berikut :
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan tinggi, termasuk
di sini pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang
dimiliki seorang penyandang profesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi, yaitu sebuah kekhususan penguasaan bidang
keilmuan tertentu. Contoh: siapa saja bisa menjadi guru, tetapi guru yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diperoleh dalam pendidikan tinggi, yaitu guru
pendidikan jasmani lulusan dari program studi pendidikan jasmani.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang
lain atau klien. Jika guru maka kliennya adalah siswa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable.
Seorang guru harus memilik teknik berkomunikasi agar mudah dipahami oleh
peserta didik, sehingga apa yang disampaikan dapt diserap dengan mudah.
e. Memiliki kapasitas mengorganisaskan kerja secara mandiri atau self-organization.
Istilah mandiri berarti kewenangan akademik melekat pada dirinya, maksudnya
bahwa pekerjaannya dapat dilakukan sendiri dengan tanpa harus minta bantuan
kepada orang lain.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap selalu
memberikan layanan yang terbaik kepada para peserta didiknya pada saat
diperlukan kapan saja dan di mana saja.
g. Memiliki kode etik. Guru Indonesia sudah memiliki kode etik guru yaitu :
” Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia
pada UUD1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-
dasar sebagai berikut :
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesional.
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekola sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesionalnya.
7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.”
h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita. Manakala terjadi
“malpraktik”, seorang guru penjas harus siap menerima sanksi pidana, sanksi
dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Misalnya mengajar renang karena
guru teledor, sehingga terjadi kecelakaan ada siswa yang tenggelam dan
meninggal dunia, maka guru tersebut harus bertanggung jawab dan menerima
sanksi.
i. Mempunyai sstem upah atau standar gaji. Guru penjas yang profesional supaya
mempunyai sistem upah yang jelas.
j. Budaya profesional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan simbol-
simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.
2. Pendekatan Institusional
Pendekatan institusional memandang bahwa profesi dari segi proses institusional
atau perkembangan asosiasional. Maksudnya adalah kemajuan suatu pekerjaan ke
arah pencapaian status ideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap-tahap yang
harus dilalui untuk melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan menuju profesi
yang sesungguhnya. H.L. Wilensky (Sudarman Danim, 2002), mengemukakan lima
langkah untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan yaitu:
a. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time, bukan pekerjaan
sambilan. Sebutan full-time mengandung arti bahwa penyandang profesi
menjadikan suatu pekerjaan tertentu tertentu sebagai pekerjaan utamanya.
b. Menetapkan sekolah sebagai tempat untuk menjalani proses pendidikan atau
pelatihan. Jenis profesi tertentu hanya dihasilkan oleh lembaga tertentu
pula, misalnya guru penjas hanya dihasilkan oleh program studi penjas di FIK
atau FPOK atau JPOK.
c. Mendirikan asosiasi profesi. Untuk profesi guru penjas adalah PGRI dan ISORI.
d. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya
perlindungan hukum terhadap asosiasi atau perhimpunan tersebut. PGRI,
misalnya mempunyai
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang pendiriannya dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan terhadap guru.
e. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan. Kode etik
merupakan norma-norma yang menjadi acuan seorang penyandang pekerjaan
profesional dalam bekerja.
Sedangkan Wilensky T. Caplow (Sudarman Danim, 2002), mengemukakan lima
tahap memprofesionalkan suatu pekerjaan sebagai berikut:
a. Menetapkan perkumpulan profesi. Perkumpulan profesi merupakan sebuah
organisasi yang keanggotaannya terdiri atas orang-orang yang seprofesi atau
seminat.
b. Mengubah dan menetapkan pekerjaan itu menjadi suatu kebutuhan. Kebutuhan
yang dimaksudkan di sini adalah bahwa pekerjaan itu dibutuhkan oleh
masyarakat, umumnya dalam bentuk jasa atau layanan khusus yang bersifat khas.
c. Menetapkan dan mengembangkan kode etik. Kode etik merupakan norma-
norma yang menjadi acuan perilaku. Kode etik bersifat mengikat bagi
penyandang profesi, dalam makna bahwa pelanggaran kode etik berarti
mereduksi martabat profesinya.
d. Melancarkan agitasi untuk memperoleh dukungan masyarakat. Dukungan di sini
bermakna pengakuan. Tidak jarang pula suatu atau kelompok profesi
mempunyai kekuatan khusus (bargaining power) yang diperhitungkan
masyarakat, penguasa, dunia kerja, dll.
e. Secara bersama mengembangkan fasilitas latihan. Fasilitas latihan
merupakan wahana bagi penyandang profesi untuk mengembangkan kemampuan
profesionalnya menuju sosok profesi yang sesungguhnya.
Tahap-tahap untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan di atas tidak mutlak
dilakukan secara rijid, artinya tidak mutlak harus menetapkan pekerjaan terlebih
dahulu, melainkan dapat diawali dengan mendirikan sekolah-sekolah sebagai
wahana pendidikan lebih dahulu.
3. Pendekatan Legalistik
Pendekatan legalistik yaitu pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas
suatu profesi oleh Negara atau pemerintah. Suatu pekerjaan disebut profesi jika
dilindungi undang-undang atau produk hokum yang ditetapkan pemerintah suatu Negara.
Menurut M. Friedman (Sudarman Danim, 2002), pengakuan suatu pekerjaan agar
menjadi suatu profesi sungguhan dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu:
a. Registrasi yaitu suatu aktivitas yang jika sesorang ingin melakuakn pekerjaan
profesional, terlebh dahulu rencananya harus diregistrasikan pada kantor
registrasi milik Negara, dengan persyaratan tertentu yang dibutuhkan oleh profesi
tersebut.
b. Sertifikasi mengandung makna jika hasil penelitian atau persyaratan pendaftaran
yang diajukan calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan, kepadanya
diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Misalnya calon guru penjas sebelummenjadi guru diadakan tes
kompetensi guru penjas, dan setelah lulus mendapatkan sertifikasi.
c. Lisensi mengandung makna bahwa atas dasar sertifkat yang dimiliki oleh
seseorang, barulah orang tersebut memperoleh izin atau lisensi dari negara untuk
mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
sebagai seorang pengajar sangat tegantung pada diri pribadi masing-masing guru dalam
lingkungan tempat ia bertugas. Sedangkan kompetensi guru adalah kemampuan yang
dimiliki guruyang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang
berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang
berhubungan dengan keadaan pribadinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan
dengan masyarakat atau lingkungannya (sosial).
b. SaranDemikianlah makalah yang kami buat mengenai profesionalisme guru. Semoga
makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kami sadar
bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak memiliki kekurangan, karena kami
hanyalah manusia yang yang terpnah luput dari kekurangan. Oleh sebab itu kritik serta
masukan dari para pembaca sangatlah kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/kompetensi-dan-profesionalisme-guru.html
Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Fitrianur. Kompetensi Profesionalisme Guru. (http://www.tarakankota.go.id/in/
Rubrik_Kita.php?op=tarakan&mid=231)