34
MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN KELOMPOK 1 1. Victor. Leatemia 2. Selce .P. Pattipeilohy 3. Chornelia. Luhulima 4. Stefhanie. Sarimanella Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Jurusan MIPA Program Study Fisika Universitas Pattimura Ambon

Profes i

Embed Size (px)

DESCRIPTION

physics.edu

Citation preview

Page 1: Profes i

MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN

KELOMPOK 1

1. Victor. Leatemia2. Selce .P. Pattipeilohy3. Chornelia. Luhulima4. Stefhanie. Sarimanella

Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanJurusan MIPA

Program Study FisikaUniversitas Pattimura Ambon

Page 2: Profes i

KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmatnya, akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini

membahas tentang profesionalisme guru, yang kami harap dapat bermanfaat bagi para

penbaca sekaligus dapat dijadikan buku tuntunan atau pelengkap bagi para pembaca

sekalian, khususnya dilingkungan universitas. Oleh karena itu kami sangat berterimakasih

kepada semua pihak yang turut serta bekerja sama dalam menyelesaikan Makalah ini

dengan baik. Diantaranya adalah orang tua kami, dosen, dan teman-teman kelompok 1 mata

kuliah Profesi pendidikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan , dan

kelemahan, untuk itu saran dan masukan baik dari pembaca ataupun teman-teman sekalian

sangat kami harapan, agar kedepannya makalah ini menjadi lebih baik lagi dan

mendtangkan manfaat yang besar bagi kita semua. Atas perhatiannya kami ucapakan

terimakasih.

Ambon, 11 mei 2015

penulis

Page 3: Profes i

DAFTAR ISI

1. Cover………………………………………………………..

2. Daftar isi…………………………………………………….

3. Kata pengantar………………………………………………

4. BAB I PENDAHULUAN…………………………………..

a. Latar belakang masalah…………………………….

b. Rumusan masalah………………………………….

c. Tujuan penulisan……………………………………

5. BAB II KAJIAN TEORI…………………………….

d. Kajian teori………………………………………..

6. BAB III PENUTUP…………………………………………

e. kesimpulan dan saran………………………………

f. Daftar pustaka………………………………………

Page 4: Profes i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang

yang harus digugu dan ditiru, dalam halo rang yang memiliki kharisma atau wibawa

hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan

Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Teaching (hal : 10) : “Teacher is

professional person who conducs classes” ( Guru adalah seseorang yang mempunyai

kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Jean D. Grambs

dan C Morris Mc Clare dalam Fondation of teaching, An Introduction to Modern

Education (hal :141), “teacher are those person who consciously direct the experiences

and behaviour of an individual so that education take place”. (Guru adalah mereka

yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu

hingga dapat terjadi pendidikan).

Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,

mengajar, dan membimbing peserrta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang

memiliki kemampuan merangsang program pembelajaran serta mampu menata dan

mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai

tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

Sedangkan dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut, agar tujuan yang diharapakn

dapat tercapai secara maksima maka guru juga harus memiliki kompetensi dalam

mengajar. Kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau

ketrampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik (JJ. Litrell :310).

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri,

tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya

mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan

calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan

pengembangan tenaga guru.Sealain itu, penting dalam hubungannya kegiatan belajar

Page 5: Profes i

mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga

berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran

pendidikan yang bermutu. Keluaran pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari hasil

langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari

dampak pengiring, yaitu peserta didik setela di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Banyaknya guru sebagai tenaga pendidik kurang profesional dan kompeten terhadap

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mempengaruhi mutu

keluaran peserta didik dan kurang optimalnya pencapaian tujuan pendidikan.

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas dan tanggung sebagai mahasiswa,

prinsip-prinsip yang nanti dimiliki oleh seorang guru sehingga nantinya sebagai

pendidik yang baik, sehingga dapat lebih profesional dan kompeten dalam menjalankan

profesinya, untuk dapat melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu.

BAB II

Page 6: Profes i

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Profesi Dan Kompetensi Guru

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang

pendidikan. Walaupun pada kenyataanya masih terdapat hal-hal tersebut diluar bidang

kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapatmenerapkan beberapa

prinsip mengajar agar ia dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat

melaksanakan tugasnya secara professional, yaitu sebagai berikut (Dr. H. Hamzah :

16) :

1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi

pelajaran yang diberikan serta dapat mengggunakan berbagai media dan

sumber belajar yang bervariasi.

2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam

berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran

dan penyesuaian dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.

4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar

peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami pelajaran yang

diterimanya.

5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru

dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan

peserta didik menjadi jelas.

6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran

dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

7. Guru harus terus menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara

memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung,

mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.

8. Guru harus dapat mengempangkan sikap peserta didik dalam membina

hubungan sosial, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

Page 7: Profes i

9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual

agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.

Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk

mengetahui prestasi dan kemajuan siswa seta dapat melakukan perbaikan dan

pengembangan.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, guru tidak

hanya bertindak sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak

sebagai fasilitator,motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengelola sendiri informasi.

Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas

pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah diuraikan.

Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa lepas dari konsep hakikat guru dan

hakekat tugas guru(Spencer 1993:7). Kompetensi guru mencerminkan tugas dan

kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang

menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan. Ace Suryadi

(1999:298-304) mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi seorang

guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional

tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicapai kelompok profesi bersangkutan.

Awalnya tentu harus dibina melalui penguatan landasan profesi, misalnya

pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan

jabatan (in service training) yang memadai, efisiensi dalam sistem perencanaan,

serta pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.

B. Guru Sebagai Contoh (Suri Teladan)

Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki ole seorang

guru. Atau dengan perkataan lain guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan

perilaku peserta didik.

Untuk itulah guru harus menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik, karena pada

dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau

masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.

Page 8: Profes i

Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh

peserta didiknya. Untuk itu apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional

maka sudah seharusny ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis

dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun upgrading dan/atau pelatihan

yng bersifat in service training dengan rekan-rekan sejawatnya.

Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui kemampuan peningkatan

mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan

perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu perubahan kebiasaan dalam cara

mengajar guru yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya

sebagi berikut (Dr. H. Hamzah : 17) :

1. Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat

merasa puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi

(ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik.

2. Guru hendakny berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi

kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan

bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang

merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja (melakukan).

3. Mengubah dari berbagai metode ceramah dengan berbagai variasi metode

yang lebih relevan dengan metode tujuan pembelajaran, memperkecil

kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau

banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru

belajar kalau ada guru.

4. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga

peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok,percaya diri,

terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta

membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.

C. Kompetensi Dan Tugas Guru

Page 9: Profes i

Kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan

sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pemahaman tentang

pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar

(Kariman,2002). Pada umumnya disekolah-sekolah yang memiliki guru dengan

kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk

menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya

mendengarkan.

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang profesional adalah

guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru

dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi

keguruannya dengan kemampuan tinggi (Muhibbin Syah : 230). Dengan kata lain

kompetensi adalah pemilikan,penguasaan,ketrampilan dan kemampuan yang dituntut

oleh jabatan seseorang.(A.Piet Sahertian :4)

Sedangkan menurut Depdikbud kompetensi yang harus dimiliki seorang guru

(Komponen Dasar Kependidikan :25-26 ) adalah :

1. Kompetensi Profesional, guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject

matter ( bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti

memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

2. Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu

menjadi sumbr intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian

yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang

dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya

Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”

3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial,

baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,

bahkan dengan masyarakat luas.

4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti

mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.

Dalam suasana seperti itu, peserta didik dilibatkan secara aktif dalam memecahkan

masalah , mencari sumber informasi, data evaluasi , serta menyajikan dan

mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan yang

Page 10: Profes i

lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru lainnya, dalam

merencanakan pembelajaran baik individual maupun tim, membuat keputusan tentang

mendesai sekolah kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam

penilaian. Berikut akan diuraikan tentang kompetensi profesional yang harus menjadi

andalan guru dalam melaksanakan tugasnya.

D. Peranan Guru Dalam pembelajaran Tatap Muka

Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh

Moon (1998), yaitu sebagai berikut.

1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)

Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran

yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini

guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan

memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :

a. Membuat dan merumuskan bahan ajar

b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,

perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa,

komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif.

c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.

d. Menyediakan sumbeer belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai

fasilitator dalam pengajaran.

e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan

relevansi (seperti juga materi), efektif,efisien, kesesuaian dengan metode,

serta pertimbangan praktis.

Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut , guru dapat merancang

dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien.

Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang

prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.

2. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Instruction)

Page 11: Profes i

Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan

fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan

khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat

belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan

belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasi yang diharapkan.

Selain itu guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari ke

arah pengenalan tingkah laku dan kepribadianny sendiri. Salah satu ciri manajemen

kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit

untuk mengurangi ketergantunganny pada guru hingga mereka mampu

membimbing kegiatannya sendiri.

Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan

tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan

untuk menciptakn situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan pengajaran

dan pencapaian tujuan.

3. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran

Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan

meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru

mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar.

Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai

berikut (Dr Hamzah B.Uno :23), (1)membangkitkan dorongan siswa untuk belajar

(2) menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran (3)

memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang

pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari (4) membentuk kebiasaan

belajar yang baik.

4. Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)

Tujuan utama penilaian adalah adalah untuk melihat tingkat

keberhasilan,efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk

mengetahui untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya .

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peseta didik guru hendaknyasecra

terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke

Page 12: Profes i

waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik

terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses

pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang

optimal

5. Guru sebagai Konselor

Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat

merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran,

Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar :(1)dapat menolong peserta didik

memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang

tuanya, (2) bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi

dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan

bermacam-macam manusia. Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian

tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya.

Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam

berhubungan dengan orang lain terutama siswa.

6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta

didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum

sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan

(Ali,1985:30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat

bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya guru

adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah

tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan

bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya

kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.

Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara

aktif (Dr.H.Hamzah B.Uno :26) antara lain yaitu : (1)perencanaan kurukulum

(2)pelaksanaan di lapangan (3) proses penilaian (4)pengadministrasian (5)

perubahan kurikulum.

Page 13: Profes i

7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya

dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta

didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap,

dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut

dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi

dadasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab sebagai

pengajar yang profesional.

Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis

lingkungan dalam proses pembelajaran (Dr. H. Hamzah.B.Uno 2007:27) , dimana

guru harus menempatkan diri sebagai :

a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi

pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.

b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik

dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.

c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,.

Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau

jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik,atas dasar semua

pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.

d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau

melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat

menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan

kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.

e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif.

Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses

pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga

berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik,

menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual,

kelompok, maupun secara klasikal.

Page 14: Profes i

8. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Proses pembelajaran yang bernafaskan lingkungan lebih menekankan pada

pentingnya proses belajar peserta daripada hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik. Karena itu proses pembelajaran peserta didik merupakan tugas dan tanggung

jawab guru. Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat

menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran (Sudjana dan Arifin, 1989: 31-39),

yaitu sebagai berikut :

a. Mampu menjabarkan berbagai bentuk pembelajaran ke dalam berbagai

bentuk cara penyampaian.

b. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti

analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka kegiatan belajar

peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.

c. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya

belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.

d. Memiliki sifat yang positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang

dibinanya sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan

melaksanakn tugasnya sebagaiguru.

e. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaransederhana sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya

dalam proses pembelajaran.

f. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran

yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang

optimal.

g. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan

mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi pesertadidik,

suasana belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang

berkenaan dengan diri guru itu sendiri.

h. Memahami sifat dan karakteristi peserta didik, terutama kemampuan

belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minta terhadap pelajaran, motivasi

untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai.

i. Terampil dalammenggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai

bahan ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Page 15: Profes i

j. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar

sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan

9. Syarat Guru yang Baik dan Berhasil

Tidak sembarang orang dapat melaksanakan tugas profesional sebagai seorang guru.

Untuk menjadi guru yang baik haruslah memnuhi syarat yang telah ditetapkan oleh

pemerintah (Ngalim Purwanto,1985:170-175). Syarat utam untuk menjadi seorang

guru, selain berijazah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani,

ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan

pembelajaran. Selanjutnya, dari syarat-syarat tersebut dapat dijabarkan secara lebih

terperinci, yaitu sebagai berikut :

a. Guru harus berijazah

Yang dimaksud ijazah disini adalah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk

menjalankan tugas sebagai seorang guru di suatu sekolah tertentu.

b. Guru harus sehat Rohani dan Jasmani

Kesehatan rohani dan jasmani merupakan salah satu syarat penting dalam setiap

pekerjaan. Karena orang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika ia

diserang suatu penyakit. Sebagai seorang guru syarat tersebut merupakan syaarat

mutlak yang tidak dapat diabaikan. Misalnya saja seorang guru yang sedang

terkena penyakit menular tentu saja akan membahayakan bagi peserta didiknya.

c. Guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik

Sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia yang susila yang

bertaqwa kepada Tuhan YME maka sudah selayaknya guru sebagai pendidik

harus dapat menjadi contoh dalam melaksanakan ibadah dan berkelakuan baik

d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik, pembelajar dan

pembimbing bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung yang

telah dipercayakan orang tua/wali kepadanya hendaknya dapat dilaksanakan

Page 16: Profes i

dengan sebaik-baiknya. Selain itu guru juga bertanggung jawab terhadap

perilaku masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa dan

adat istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas

utama seorang guru, karena itulah guru harus terlebih dahulu berjiwa nasiona.

E. PENDEKATAN PELEMBAGAAN PROFESI

Menurut R.D. Lansbury dalam Profesionals and Management (1978) (Sudarman

Danim, 2002), dalam konteks profesionalisasi, istilah profesionalisasi dapat

dijelaskan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan karakteristik, pendekatan

institusional, dan pendekatan legalistik.

1. Pendekatan Karakteristik

Pendekatan ini memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti

yang membedakannya dengan pekerjaan yang lain. Seorang penyandang profesi

dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti menjadi bagian integral

dalam kehidupannya. Kesimpulan dari para ahli mengenai sifat atau

karakteristik profesi sebagai berikut :

a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan tinggi, termasuk

di sini pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang

dimiliki seorang penyandang profesi.

b. Memiliki pengetahuan spesialisasi, yaitu sebuah kekhususan penguasaan bidang

keilmuan tertentu. Contoh: siapa saja bisa menjadi guru, tetapi guru yang sesuai

dengan mata pelajaran yang diperoleh dalam pendidikan tinggi, yaitu guru

pendidikan jasmani lulusan dari program studi pendidikan jasmani.

c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang

lain atau klien. Jika guru maka kliennya adalah siswa.

Page 17: Profes i

d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable.

Seorang guru harus memilik teknik berkomunikasi agar mudah dipahami oleh

peserta didik, sehingga apa yang disampaikan dapt diserap dengan mudah.

e. Memiliki kapasitas mengorganisaskan kerja secara mandiri atau self-organization.

Istilah mandiri berarti kewenangan akademik melekat pada dirinya, maksudnya

bahwa pekerjaannya dapat dilakukan sendiri dengan tanpa harus minta bantuan

kepada orang lain.

f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap selalu

memberikan layanan yang terbaik kepada para peserta didiknya pada saat

diperlukan kapan saja dan di mana saja.

g. Memiliki kode etik. Guru Indonesia sudah memiliki kode etik guru yaitu :

” Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang

pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta

kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia

pada UUD1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru

Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-

dasar sebagai berikut :

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk

manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran

profesional.

3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan

melakukan bimbingan dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekola sebaik-baiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar-mengajar.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama

terhadap pendidikan.

6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan

Page 18: Profes i

mutu dan martabat profesionalnya.

7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial.

Page 19: Profes i

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi

PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam

bidang pendidikan.”

h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita. Manakala terjadi

“malpraktik”, seorang guru penjas harus siap menerima sanksi pidana, sanksi

dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Misalnya mengajar renang karena

guru teledor, sehingga terjadi kecelakaan ada siswa yang tenggelam dan

meninggal dunia, maka guru tersebut harus bertanggung jawab dan menerima

sanksi.

i. Mempunyai sstem upah atau standar gaji. Guru penjas yang profesional supaya

mempunyai sistem upah yang jelas.

j. Budaya profesional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan simbol-

simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.

2. Pendekatan Institusional

Pendekatan institusional memandang bahwa profesi dari segi proses institusional

atau perkembangan asosiasional. Maksudnya adalah kemajuan suatu pekerjaan ke

arah pencapaian status ideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap-tahap yang

harus dilalui untuk melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan menuju profesi

yang sesungguhnya. H.L. Wilensky (Sudarman Danim, 2002), mengemukakan lima

langkah untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan yaitu:

a. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time, bukan pekerjaan

sambilan. Sebutan full-time mengandung arti bahwa penyandang profesi

menjadikan suatu pekerjaan tertentu tertentu sebagai pekerjaan utamanya.

b. Menetapkan sekolah sebagai tempat untuk menjalani proses pendidikan atau

pelatihan. Jenis profesi tertentu hanya dihasilkan oleh lembaga tertentu

pula, misalnya guru penjas hanya dihasilkan oleh program studi penjas di FIK

atau FPOK atau JPOK.

c. Mendirikan asosiasi profesi. Untuk profesi guru penjas adalah PGRI dan ISORI.

d. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya

perlindungan hukum terhadap asosiasi atau perhimpunan tersebut. PGRI,

Page 20: Profes i

misalnya mempunyai

Page 21: Profes i

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang pendiriannya dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan terhadap guru.

e. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan. Kode etik

merupakan norma-norma yang menjadi acuan seorang penyandang pekerjaan

profesional dalam bekerja.

Sedangkan Wilensky T. Caplow (Sudarman Danim, 2002), mengemukakan lima

tahap memprofesionalkan suatu pekerjaan sebagai berikut:

a. Menetapkan perkumpulan profesi. Perkumpulan profesi merupakan sebuah

organisasi yang keanggotaannya terdiri atas orang-orang yang seprofesi atau

seminat.

b. Mengubah dan menetapkan pekerjaan itu menjadi suatu kebutuhan. Kebutuhan

yang dimaksudkan di sini adalah bahwa pekerjaan itu dibutuhkan oleh

masyarakat, umumnya dalam bentuk jasa atau layanan khusus yang bersifat khas.

c. Menetapkan dan mengembangkan kode etik. Kode etik merupakan norma-

norma yang menjadi acuan perilaku. Kode etik bersifat mengikat bagi

penyandang profesi, dalam makna bahwa pelanggaran kode etik berarti

mereduksi martabat profesinya.

d. Melancarkan agitasi untuk memperoleh dukungan masyarakat. Dukungan di sini

bermakna pengakuan. Tidak jarang pula suatu atau kelompok profesi

mempunyai kekuatan khusus (bargaining power) yang diperhitungkan

masyarakat, penguasa, dunia kerja, dll.

e. Secara bersama mengembangkan fasilitas latihan. Fasilitas latihan

merupakan wahana bagi penyandang profesi untuk mengembangkan kemampuan

profesionalnya menuju sosok profesi yang sesungguhnya.

Tahap-tahap untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan di atas tidak mutlak

dilakukan secara rijid, artinya tidak mutlak harus menetapkan pekerjaan terlebih

dahulu, melainkan dapat diawali dengan mendirikan sekolah-sekolah sebagai

wahana pendidikan lebih dahulu.

Page 22: Profes i

3. Pendekatan Legalistik

Pendekatan legalistik yaitu pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas

suatu profesi oleh Negara atau pemerintah. Suatu pekerjaan disebut profesi jika

dilindungi undang-undang atau produk hokum yang ditetapkan pemerintah suatu Negara.

Menurut M. Friedman (Sudarman Danim, 2002), pengakuan suatu pekerjaan agar

menjadi suatu profesi sungguhan dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu:

a. Registrasi yaitu suatu aktivitas yang jika sesorang ingin melakuakn pekerjaan

profesional, terlebh dahulu rencananya harus diregistrasikan pada kantor

registrasi milik Negara, dengan persyaratan tertentu yang dibutuhkan oleh profesi

tersebut.

b. Sertifikasi mengandung makna jika hasil penelitian atau persyaratan pendaftaran

yang diajukan calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan, kepadanya

diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang

dimilikinya. Misalnya calon guru penjas sebelummenjadi guru diadakan tes

kompetensi guru penjas, dan setelah lulus mendapatkan sertifikasi.

c. Lisensi mengandung makna bahwa atas dasar sertifkat yang dimiliki oleh

seseorang, barulah orang tersebut memperoleh izin atau lisensi dari negara untuk

mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Page 23: Profes i

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

sebagai seorang pengajar sangat tegantung pada diri pribadi masing-masing guru dalam

lingkungan tempat ia bertugas. Sedangkan kompetensi guru adalah kemampuan yang

dimiliki guruyang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang

berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang

berhubungan dengan keadaan pribadinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan

dengan masyarakat atau lingkungannya (sosial).

b. SaranDemikianlah makalah yang kami buat mengenai profesionalisme guru. Semoga

makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kami sadar

bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak memiliki kekurangan, karena kami

hanyalah manusia yang yang terpnah luput dari kekurangan. Oleh sebab itu kritik serta

masukan dari para pembaca sangatlah kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kami ucapkan terimakasih

Page 24: Profes i

DAFTAR PUSTAKA http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/kompetensi-dan-profesionalisme-guru.html

Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Fitrianur. Kompetensi Profesionalisme Guru. (http://www.tarakankota.go.id/in/

Rubrik_Kita.php?op=tarakan&mid=231)