Program Puskesmas

Embed Size (px)

Citation preview

Program Puskesmas untuk Kasus DiareNor Amirah Nor AzmanMahasiswa Semester 5 Fakultas Kedokteran Ukrida [email protected]

PENDAHULUAN

Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, di antaranya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Di sini peran Puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan demikian, akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui peningkatan kinerja Puskesmas. Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas dimaksud, diperlukan data dasar Puskesmas di antaranya data yang berkaitan dengan bangunan, peralatan, sarana penunjang, tenaga, serta pembiayaan di Puskesmas dan jaringannya yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan.Oleh karena itu, mulai tahun 2006 dilakukan pengumpulan data dasar Puskesmas. Pengumpulan data dasar yang diselenggarakan pada tahun itu dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pengumpulan data dasar melalui formulir rekapitulasi yang diisi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jumlah variabel data sedikit dan (2) pengumpulan data secara sensus melalui formulir yang diisi oleh Puskesmas dengan jumlah variabel yang lebih banyak. Selanjutnya, data dasar Puskesmas yang telah dikumpulkan pada tahun 2006 perlu dimutakhirkan/diupdate secara berkala.

1|Page

Sementara itu, dalam rangka mewujudkan sasaran Departemen Kesehatan yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia, maka Departemen Kesehatan melakukan Pengembangan Jaringan Komputer Online untuk mendukung Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online). Salah satu pemanfaatan jaringan komputer online tersebut adalah untuk komunikasi data. Melalui jaringan komputer online, diharapkan aliran data dari kabupaten/kota dan provinsi ke Departemen Kesehatan atau sebaliknya menjadi lebih lancar. Dengan demikian, jaringan komputer online dimaksud dapat dimanfaatkan untuk komunikasi data dalam rangka mendukung penyediaan data dasar Puskesmas dan jaringannya secara cepat, lengkap, dan akurat.

ISI

Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan Epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh. Tujuan dalam Penyelidikan Epidemiologi : Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya, Mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology, Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke empat tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau pencegahan dari penyakit itu. Hal-hal yang penting untuk diketahui: Konsep terjadinya penyakit, Natural history of disease, Dinamika penularan atau mekanisme penularan, Aspek lingkungan, Aspek administratif dan manajerial, Informasi yang dibutuhkan dalam PE berbeda untuk setiap penyakit, Aktifitas / kegiatan PE secara spesifik berbeda untuk tiap penyakit.

2|Page

a. Format Penyelidikan Epidemiologi Umum 1 Kabupaten/Kota: Kecamatan:. Desa: ... Nama Puskesmas/ RS/ Unit Pelayanan Kesehatan : Tanggal:..//. Nama Petugas : .

Suspek Penyakit / Syndrom : Berikan tanda (v) pada kotak dibawah ini : [ ] Diare Cair Akut ( suspek Kolera) [ ] Diare Akut [ ] Diare Akut Berdarah [ ] Sindrom Akut Joundis [ ] Suspek Meningitis / Encephalitis [ ] Infeksi Akut Saluran Pernafasan Bawah [ ] Suspek Campak [ ] Demam yang tidak diketahui sebabnya [ ] Suspek Malaria [ ] Suspek Demam Dengue [ ] Demam Berdarah Akut [ ] Kluster Kasus Kematian Penyakit yang tidak diketahui sebabnya [ ] Lumpuh Layuh Mendadak (AFP) [ ] Suspek Tetanus [ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Suspek Avian Influenza [ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Lainnya ( sebutkan ) :

3|Page

Gejala dan Tanda yang timbul : Berikan tanda (v) pada kotak dibawah ini: [ ] BAB lembek [ ] BAB cair seperti cucian beras [ ] BAB Berdarah/ lendir [ ] Demam [ ] Hipothermia [ ] Kemerahan (rash) [ ] Lesi Kulit Lainnya [ ] Batuk [ ] Napas berbunyi (stridor) [ ] Dispnoe (sulit bernapas) [ ] Muntah [ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning) [ ] Kaku kuduk [ ] Kejang [ ] Koma [ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak [ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat ) [ ] Perdarahan Gusi [ ] Ptekhie [ ] Mimisan [ ] Konjungtivitis [ ] Sakit kepala [ ] Lain-Lain (sebutkan):

TOTAL JUMLAH KASUS YANG DILAPORKAN : ...............

4|Page

Data KasusNomor Kasus: (dd/mm/YY) Usia Alamat Jenis Kelamin Tanggal Onset Jenis Spesimen yang diambil (*) Terapi yang diberikan (**) Kondisi Sekarang Diagnosis

* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS=Liquor serebro Spinal, U=Urine, L= Lainnya (sebutkan ) **Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal

Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya , ada beberapa Pertanyaan yang perlu ditanyakan sebagai berikut: Pertanyaaan 1: A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus 1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus? Tolong Jelaskan : 2. Berapa lama waktu dari awal gejala sampai mengalami sakit? 3. Selama sakit gambaran klinis apa saja yang nampak?

5|Page

B. Epidemiologi 1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus? 2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan, dan sumber air ? 3. Adakah kelompok yang spesifik? C. Sumber yang memungkinkan 1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya), minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distributor tunggal atau dari pabrik? 2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah dikumpulan di tempat tersebut seperti buah, sayur mayor, ikan, dan jamur? 3. Adakah sumber air yang dipakai bersama? 4. Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayoritas kasus? 5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa digunakan? 6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?

6|Page

b. Wabah 2,3 Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan. Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Definisi wabah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989y

Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981y

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit.

Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka . Benenson, 1985 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa . Last 1981 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih b anyak dari keadaan biasa .

7|Page

Pembahagian menurut sifatnya: Common Source Epidemic Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua Propagated/Progresive Epidemic Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masya yang rentan serta morbilitas dari pddk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal abggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

angkah-langkah investigasi wabah

1. Konfimasi / menegakkan diagnosay

Definisi kasus, Klasifikasi kasus dan tanda klinik, Pemeriksaan laboratorium

2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukany

Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang KLB,bandingkan sebelumnya dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun

3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orangy

Kapan mulai sakit (waktu), Dimana mereka mendapat infeksi (tempat),Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)

8|Page

4. Rumuskan suatu hipotesa sementaray

Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of disease), Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut

5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis :y

Tentukan data yang masih diperlukan sumber informasi, Kembangkan dan buatkan check list, Lakukan survey dengan sampel yang cukup

6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakany

Lakukan wawancara dengan penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus) dan orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit (control), Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya, Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut berperan, Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium

7. Buatlah analisa dan interpretasi datay

Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan, Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi, Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafikgrafik yang diperlukan, Terapkan test statistic, Interpretasi data secara keseluruhan

8.Test hipotesa dan rumuskan kesimpulany y

Lakukan uji hipotesis Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit : Sesuai dengan sifat penyebab penyakit Sumber infeksi Cara penulara Faktor lain yang berperan

1. 2. 3. 4.

9|Page

9. Lakukan tindakan penanggulangany

Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif, Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan, Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.y

Pendahuluan, Latar Belakang, Uraian tentang penelitian yang dilakukan, Hasil penelitian, Analisis data dan kesimpulan, Tindakan penanggulangan, Dampakdampak penting, Saran rekomendasi

c. Kejadian luar biasa 1,4 Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur: 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu) 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

10 | P a g e

Pelacakan wabah 2. 1. Garis Besar Pelacakan KLB Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan tempat kejadian Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran. Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan. 2. Analisis Situasi Awal Penentuan atau penegakan diagnosis Penentuan adanya wabah Uraian keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)

3. Analisis Lanjutan Usaha Penemua kasus tambahano Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk menemukan

kemungkinan adanya kasus diteliti yang belum ada dalam laporan.o Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala ringan tetapi

mempunyai potensi menderita atau kontak dengan penderita. 4. Analisa Data secara berkesinambungan, Menegakkan Hipotesis Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.o Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis o Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali. o Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu

format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk survailans epidemiologi terutama high risk.

11 | P a g e

Penanggulangan KLB : 1. 2. 3. SKD KLB Penyelidikan dan penanggulangan KLB Pengembangan sistem surveilans termasukpengembangan jaringan informasid)

Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral d. Outbreak Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain. e. Epidemic Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat. f. Pandemi Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas g. Endemi Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umum nya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

12 | P a g e

Evaluasi program dan pendekatan system a. Pengertian Sistem 5 Ada beberapa pengertian tentang sistem antara lain : 1. Sistem ialah satu kesatuan yang utuh diperkirakan berhubungan, serta satu sama lain saling mempengaruhi, yang ketemunya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Azrul Azwar)

2. Suatu sistem adalah merupakan suatu penggabungan, penyatuan dari dua atau lebih bagian-bagian, komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang interdependen dan ditandai oleh batas-batas yang jelas dari lingkungan suprasistemnya. (Fremont) 3. Suatu sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari beberapa bagian (subsistem) yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan bersama. (Loomba) b. Unsur-unsur atau komponen dasar sistem adalah 5 : 1. Input ialah kumpulan elemen/bagian yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. 2. Proses ialah kumpulan elemen/bagian yang berfungsi mengubah masalah menjadi keluaran yang direncanakan. 3. Output ialah kumpulan elemen/bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Feed back (balikan) ialah kumpulan elemen/bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Untuk input diperlukan Recources dan output dapat diperluas menjadi impact. Di luar komponen daerah terdapat lingkungan (ekonomi, sosial, budaya) yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh situasi itu sendiri, dan para pelaksana sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan apabila ingin berhasil dengan baik.

13 | P a g e

c. Ciri-ciri suatu sistem : 1. Mempunyai tujuan. 2. Mempunyai struktur. 3. Terdapat mekanisme input-proses-output yang kadang-kadang disertai feed back. 4. Merupakan satu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain. 5. Mempunyai batasan dengan lingkungan. 6. Mempunyai supra sistem. 7. Ada Hierarki 8. Ada sistem yang lain yaitu subsistem. Kita mengenal beberapa macam sistem yaitu : a. Sistem yang statis dan tertutup contohnya arloji. b. Sistem yang dinamis dan tertutup contohnya . c. Sistem yang statis dan terbuka contohnya stabilisator. d. Sistem yang dinamis dan terbuka contohnya Organisasi. e. Sistem yang dinamis dan terbuka dalam lingkungan yang berubah. d. Langkah Pokok Pendekatan Sistem3,4

Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.

14 | P a g e

Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem ini dilaksanakan antara lain : 1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari. 2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan. 3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih cepat dan objektif. 4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program . Jadi pelbagai kemungkinan yang tersedia dapat diperhitungkan, sehingga tidak ada yang luput dari perhatian. Sekalipun demikian bukan berarti pendekatan sistem tidak mempunyai kelemahan, salah satu kelemahan yang penting adalah dapat terjebak dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan dapat diselesaikan. Dalam pendekatan sistem upaya pemecahan masalah secara menyeluruh dilakukan dengan analisa sistem. Ada banyak batasan tentang analisa sistem, beberapa di antaranya: 1. Analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada dan relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada. 2. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang baik adalah : 1. Tentukan input dan output dasar dari sistem. 2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap.

15 | P a g e

3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan : Fersibility : cari yang memungkinkan Viability : kelangsungan Cost : cari yang harganya murah/terjangkau Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar.

4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga. 5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam

pelaksanaannya masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam perencanaan program-program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti yang harapkan, bahkan kehadiran sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas dilihat sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis. Sistim pelaporan terpadu Puskesmas. 4-6 Khusus bagi penyakit kelompok 3, jika ada wabah atau KLB, untuk pertama kalinya dilaporkan dalam waktu 24 jam dengan menggunakan lormulir W.1, sistim laporan KLB dan Wabah. Kemudian selama KLB atau wabah berlangsung, penyakit tersebut dilaporkan secara mingguan dengan menggunakan formulir W.2, sistim pelaporan KLB dan Wabah (yaitu diisikan pada salah satu kolom yang kosong). Jika peristiwa KLB atau wabah dari penyakit yang bersangkutan sudah berhenti (insiden penyakit sudah kembali pada keadaan normal), maka penyakit tersebut tidak perlu dilaporkan secara mingguan lagi. Sementara itu, laporan penyakit melalui form LB.1 Sistem Pencatatan Terpadu Puskesmas berjalan terus.

16 | P a g e

A. Pengertian 5 Adalah tata cara pencatatan dan pelapotan yang lengkap untuk pengelolaan PUSKESMAS, meliputi keadaan fisik, tenaga sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh PUSKESMAS. B. Ruang Lingkup4 a. SP2TP dilakukan oleh semua PUSKESMAS termasuk PUSKESMAS Pembantu dan PUSKESMAS Keliling. b. Pencatatan dan pelaporan mencakup :o Data umum dan demografi wilayah kerja PUSKESMAS o Data ketenagaan di PUSKESMAS o Data Sarana yang dimiliki PUSKESMAS o Data kegiatan pokok PUSKESMAS (18 upaya pokok) baik didalam gedung maupun

diluar gedung. c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan,tribulanan,semester dan tahunan)

c. Penatalaksanaan 4 a. Pencatatan dengan menggunakan formato Family Folder o Buku Register o Rawat jalan dan rawat inap o Penimbangan o Kohort ibu o Kohort anak o Persalinan o Laboraterium o Pengamatan penyakit menular o Imunisasi

17 | P a g e

o PKM

b.

Kartu indeks penyakit (kelompok penyakit) Kartu perusahaan Kartu murid Sensus harian (penyakit dan kegiatan PUSKESMAS) untuk mempermudah pembuatan laporan

Pelaporan Jenis dan periode laporan :o Bulanan

- Data kesakitan - Data kematian - Data opersional (gizi, imunisasi,KIA,KB,dsb) - Data manajemen obato Triwulan

- Data kegiatan PUSKESMASo Tahunan

- Umum dan fasilitas - Sarana - Tenaga

d. Alur Pengiriman a. Aluran pengiriman sampai saat ini : Dikirim ke Dinas Kesehatan TK II, diteruskan ke Dinas kesehatan TK I kemudian diteruskan ke Departeman Kesehatan dan Umpan balik dikirim ke Kanwil Depkes Provinsi b. Alur pengiriman jangka panjang Mengikuti alur jenjang administrasi organisasi. Depertemen kesehatan menerima laporan dari Kanwil Depkes provinsi

e. Pengolahan, Analisa dan Pemanfaatan a. Dilaksanakan pada setiap jenjang adaministrasi b. Pemanfaatan disesuaikan dengan tugas dan fungsi dalam pengambilan keputusan

18 | P a g e

c. Di PUSKESMAS digunakan untuk pemantauan pelaksanaan program operasinalisasi dan early warning system d. Pada TK II digunakan untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan tindak koreksi yang diperlukan e. Pada tingkat pusat digunakan untuk pengambilan kebijaksanaan pada tingkat nasional

f. Kegiatan kegiatan yang dilakukan a. Mengkompilasi data dari PUSKESMAS b. Mentabulasi data upaya kesehatan yang dilakukan c. Menyusun kartu indeks penyakit d. Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan e. Menyajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik sesuai kebutuhan f. Melakukan berbagai perhitungan perhitungan dengan menggunakan data denominator g. Melakukan analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi, serta perencanan dimasa mendatang h. Membuat peta wilayah PUSKESMAS termasuk sarana kesehatan

g.Pemanfaatan Data SP2TP a. Untuk memenuhi kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka pembinaan, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan b. Dimanfaatkan PUSKESMAS untuk peningkatan upaya kesehatan PUSKESMAS, melalui: Perencanaan (perencanaan mikro) Penggerakan dan pelaksanaan (lokakarya mini PUSKESMAS) Pengawasan, pengendalian dan penilaian (stratifikasi PUSKESMAS)

f. Diare di Indonesia. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun.

19 | P a g e

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Jumlah penderita diare tertinggi ada di daerah NTT yakni 2194 jiwa, sedangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebesar 196 jiwa. Surveilans. Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent untuk memata-matai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan. Menurut The Centers for Disease Control (CDC) Surveilans kesehatan masyarakat adalahThe on-going systematic Collection, analysis and interpretation of Health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control.

Surveilans merupakan salah satu kegiatan di bidang kesehatan yang memberikan informasi awal mengenai kejadian suatu penyakitBerikut ini merupakan beberapa pengertian dari suveilans : Menurut WHO dalam www.surveilan.org, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.

Sedangkan menurut Last (2001), surveilan epemiologi adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus serta diseminasi , informasi tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah20 | P a g e

kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. (www.surveilan.org)

Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan Pusat.

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera, diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus, AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.

21 | P a g e

Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular antara lain :y y y y y y

Hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner Diabetes Melitus Neoplasma Penyakit paru obstruksi kronis Gangguan mental Masalah kesehatan akibat kecelakaan

Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku, meliputi:y y y y y y y y y y

Sarana air bersih Tempat-tempat umum (TTU) Pemukiman dan lingkungan perumahan Limbah industri, rumah sakit Vektor penyakit Kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial Perilaku merokok Pola makan diet Aktivitas fisik

Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi masalah kesehatan, meliputi:y

SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi)

22 | P a g e

y

Kekurangan Gizi mikro (kekurangan yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A)

y y y y y y

Kekurangan Gizi makro (Gizi kurang, Gizi buruk) Gizi lebih Kesehatan ibu dan anak (termasuk kesehatan reproduksi) Usia lanjut Penyalahgunaan napza Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetik dan alat kesehatan

y

Kualitas makanan dan bahan makanan tambahan

Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah matra, meliputi:y y y y y

Kesehatan haji Kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan Bencanan dan masalah sosial Kesehatan matra laut dan udara KLB penyakit dan keracunan

Manfaat Surveilans Puskesmas Adapun manfaat Surveilans Epidemiologi adalah:y y y y y y y y

Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang

y

Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan23 | P a g e

y

y y y

Pengumpul n data

Ta ulasi dan analisis data Penye arluasan hasil dan informasi

Sum er ata Surveilans Puskesmas 1. Laporan (catatan/registrasio o o o o o

Kematian Kesakitan La oratorium Kejadian Luar Biasa/Wa ah Kasus indi idu Laporan penelitian (eksperimen atau o servasi

2. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening 3. Laporan vector inatang (reservoir) 4. Data lingkungan (sanitasi geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll 5. Data penduduk (termasuk social udaya, komposisi umur, dll

Kegi t

o o

urveil

u esmas

24 | P a g e

Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmasy

7,8

Pengumpulan dan Pengolahan Data . Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

y

Analisis

serta

Rekomendasi

Tindak

Lanjut. Unit

surveilans

Puskesmas

melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai

pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.y

Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya

y

Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

25 | P a g e

Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas. 6-9 Semua program pokok yang dilaksanakan di puskesmas dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar seperti yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) yang dikenal dengan Basic Seven. Basic Seven tersebut terdiri atas maternal and child health care, medical care, environmental sanitation, health education (untuk kelompok-kelompok masyarakat), simple laboratory, communicable disease control, dan simple statistic (pencatatan recording atau pelaporan reporting). Pelaksanaan program pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, program pokok puskesmas di tujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap program pokok puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Di samping penyelenggaraan usaha-usaha program pokok puskesmas tersebut, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh pemerintah pusat seperti Pekan Imunisasi Nasional. Dalam hal demikian, petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbul wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian daruat seperti di atas bisa dengan mengurangi atau menunda kegiatan lain. Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar gedung,menurut jumlah sasaran dan wilayah kerjanya.Sesuai status Puskesmas, perawatan atau non perawatan,bisa melaksanakan kegiatan pokok,maupun pengembangan,tergantung kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya material.Berikut ringkasan 9 (sembilan) program pokok pelayan Puskesmas :

1.Program Promosi Kesehatan (Promkes) : Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM),Sosialisasi Program Kesehatan,Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),Penilaian Strata Posyandu.

26 | P a g e

2.Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) : Surveilens Terpadu Penyakit (STP),Pelacakan Kasus: TBC,Kusta,DBD,Malaria,Flu Burung,Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),Diare,Infeksi Menular Seksual (IMS),Penyuluhan Penyakit Menular.

3.Program Pengobatan : - Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum,Poli Gigi (Rawat Jalan),Apotek,Unit Gawat Darurat(UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap),Pertolongan Persalinan (Kebidanan). - Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus,Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel).

4.Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) : ANC (Antenatal Care),PNC (Post Natal Care),Pertolongan Persalinan,Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi, Pelayanan Neonatus,Kemitraan Dukun Bersalin,Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

5.Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin),Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS),Penyuluhan KB.

6.Program upaya Peningkatan Gizi Masyarakat : Penimbangan Bayi Balita,Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk,Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak,Penyuluhan Gizi.

7.Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan : Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah),SAMIJAGA (Sumber Air Minum-Jamban Keluarga),Pemeriksaan Sanitasi : TTU (Tempat Tempat Umum),Institusi Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN).27 | P a g e

8.Progam Pelayanan Kesehatan Komunitas : Kesehatan Mata,Kesehatan Jiwa,Kesehatan Lansia,Kesehatan Olahraga,Perawatan Kesehatan,Masyarakat Masyarakat (Perkesmas),Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).

9.Program Pencatatan dan Pelaporan : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

Penanggulangan kasus diare dari lintas sektoral dan program.4

Tindakan pertama untuk memberantasi penyebaran penyakit.

Staf Puskesmas harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membatasi, mencegah dan memberantas penyebarluasan penyakit menular. Pengobatan penderita. 4 a) Pengobatan penderita dan penyembuhan penderita penyakit menular yang

dilaksanakan di Puskesmas, akan menghilangkan satu sumber infeksi. Petunjuk cara pengobatan dapat dilihat dalam tabel-tabel seksi 8 tentang Pengobatan atau seksi 3, Kesehatan Ibu dan Anak. b) Adalahpentingsekalibahwa pengobatan terhadap para penderita Tuberculosis, Kusta, Frambosia, dan Filariasis hendaknya dilaksanakan sesuai dengan peraturan pengobatan tanpa putus- putus, hingga mereka benar-benar sembuh dan tidak lag! merupakan sumber infeksi. Peraturan pengobatan ini dapat dilaksanakan di Puskesmas. Imunisasi Untuk penyakit-penyakit tertentu jika perlu dapat dilakukan pemberian imunisasi.

28 | P a g e

Pemberantasan vector 4 a. nyamuk, lalat dan dalam hal rabies anjing dan kucing, merupakan penyebar penyakit yang penting. b. Penyakit seperti Malaria, Filariasis dan Dengue demam berdarah sebagian besar dapat diberar dengan carateratur dan terus- menerus menghilangkan sarang-sarang nyamuk, seperti genang air, kaleng-kaleng kosong, ban tua, dan tempat-tempat air tanpa tutup. c. Penggunaan klambu dianjurkan di semua daerah endemi Malaria atau Filariasis. d. Jika mungkin jendela dan pintu rumah ditutup dengan kasa kawat untuk mencegah nyamuk d lalat masuk rumah. e. Jumlah lalat dapat dikurangi dengan cara membuang sampah dan kotoran yang baik (lihat seksi 5). f. Makanan harus selalu dilindungi dari lalat. g. Rabies dapat diberantas dengan menangkap dan membunuh semua anjing dan kucing liari imunisasi semua anjing dan kucing peliharaan. Penyuluhan kesehatan 4 a. Usaha pendidikan kesehatan yang harus dijalankan oleh petugas -petugas Puskesmas u mencegahdan memberantas penyakit menular tertentu .

b. Akan tetapi tiap kesempatan harus dipergunakan oleh petugas-petugas Puskesmas untukmembantu memberi pengertian kepada pemimpin-pemimpin masyarakat dan penduduk akan

fi fakta dasar tentang pemberantasan penyakit menular : Mendapatkan dan meneruskan pengobatan menurut aturan dan menghilangkan satu su penulararu Imunisasi adalah sangat manjur terhadap penyakit-penyakit cacar, Tuberkulosis, Tet Difteri dan Polio. Air dan bahan makanan yang aman, sistim pembuangan kotoran/najis yang baik dan pemt tasan lalat mencegah tersebarnya penyakit lewattinja. Menghilangkan sarang-sarang nyamuk di daerah akan mengurangi bahaya menu penyakit, yang disebabkan karena gigitan nyamuk. Membunuh semua anjing dan kucing liar akan mengurangi bahaya Rabies.

29 | P a g e

Tatalaksana kasus diare : 5,10 Prinsip utama tatalaksana diare akut adalah pemberian cairan dan makanan serta pengobatan medikamentosa yang rasional yang hanya diberikan untuk kasus tertentu yang jelas penyebabnya. a) Pemberian cairan Pada garis besarnya jenis cairan dibagi dalam : 1) Cairan rehidrasi oral Cairan rehidrasi oral (oralit) diberikan kepada semua penderita diare, kecuali bila oralit tidak ada atau diare baru mulai, cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam atau air tajin diberikan untuk mencegah dehidrasi. Pemerintah menyediakan 2 macam kemasan oralit : a. Bungkusan 1 (satu) liter (20% dari persediaan) digunakan untuk Rumah Sakit atau KLB dan diberikan untuk mencegah dehidrasi. b. Bungkusan 200 ml (80% dari persediaan) tersedia sampai ke Posyandu dan dapat diberikan/dibawa pulang oleh masyarakat. Cara melarutkan oralit harus dilarutkan dengan baik agar lebih berhasil guna dan tidak terjadi gejala sampingan. Dosis oralit disesuaikan dengan umur penderita dan keadaan diare atau dehidrasinya. Dosis acuan adalah sebagai berikut : Di bawah 1 tahun Di bawah 1-4 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas, kemudian 0,5 gelas setiap mencret. : 3 jam pertama 3 gelas, kemudian 1 gelas setiap mencret

Di bawah 5-12 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, kemudian 1,5 gelas setiap mencret Di atas 12 tahun : 3 jam pertama 12 gelas, kemudian 2 gelas setiap mencret

2) Cairan rehidrasi parenteral (intravena) Terapi cairan intravena diberikan kepada penderita diare dengan dehidrasi berat atau keadaan menurun sangat lemah, muntah-muntah berat sehingga penderita tidak dapat minum sama sekali.Untuk program pemberantasan diare maka dipakai cairan tunggal yaitu ringer laktat. a. Kecepatan cairan Pada neonatus

Jumlah cairan yang diberikan harus diperhatikan bentuk, rehidrasi initial diberikan dalam waktu 3 jam (2-4 jam). Cairan yang diberikan 20ml/kg berat badan/jam (variasi antara 15-25 ml/kg berat badan/jam)

30 | P a g e

Pada bayi dan anak

Bila terjadi syok berat, guyur secepatnya sampai syok teratasi selanjutnya 1 jam pertama 30ml/kg berat badan/jam. 7 jam berikutnya : 10 ml/kg berat badan/jam Pada orang dewasa : Rehidrasi initial : 1 jam pertama : 60 ml/kg berat badan/jam 2 jam berikutnya : 40 ml/kg berat badan/jam

Untuk keperluan di lapangan jumlah cairan rehidrasi initial yang diperlukan adalah 10% dari perkiraan berat badan. Bila penderita sudah dapat minum segera diberikan oralit. b. Pengobatan dietetik Pemberian

makanan seperti semula diberikan sedini-dininya

dan

disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan. Bagi yang sebelumnya tidak mendapat ASI dapat diteruskan dengan susu

formula. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan.

c. Pengobatan medikamentosa Seperti diuraikan diatas maka pengobatan medikamentosa hanya diberikan bila ada indikasi. Anti diare tidak direkomendasikan. Antibiotika atau antimikroba hanya diberikan kepada

penderita cholera, disentri, shigella, amoebiasis, atau antimikroba sesuai dengan ketentuan yang ada. b) Penyuluhan Penyuluhan kepada perorangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada penyuluhan hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan.y y

Tentang gejala diare dan pengobatannya. Penggunaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air tajin dan kuah sayur.

y

Meneruskan makanan / ASI selama dan sesudah diare

Untuk pelaksanaan upaya pencegahan maka peran mengenai pencegahan diare yang perlu disebar luaskan adalah :

31 | P a g e

y y

Promosi ASI Perbaikan makanan penyapihan atau makanan pendamping ASI (MPASI) dari segi gizi maupun hygienenya.

y

Penggunaan air bersih, peningkatan hygiene perorangan, penggunaan jamban perbaikan lingkungan.

y

Imunisasi campak.

c) Pencatatan dan pelaporan Semua kasus diare yang ditemukan dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan sistem yang sudah ada, melakukan monitoring secara terus menerus melalui kegiatan mini lokakarya. d) Penggerakan partisipasi masyarakat Penggerakan partisipasi masyarakat dilakukan antara lain melalui pendidikan kader tentang pemberantasan diare, sehingga kader mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat.y y y y

Melarutkan oralit dan memberikan. Mendeteksi dini, mengobati penderita diare dan melakukan rujukan. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan perseorangan dan lingkungan. Penyuluhan tentang penggunaan air bersih.

Secara mendalam tentang pemberantasan diare dapat dibaca buku Program Pemberantasan Penyakit Diare yang dikeluakan oleh Ditjen PPM & PLP termasuk buku Pedoman Penatalaksanaan Penderita Diare untuk petugas kesehatan. Transmisi pada kasus diare. 3 Hubungan Diare dengan teori bloom yaitu suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya antara agens, host, lingkungan. Ini disebabkan adanya kebiasaan yang sering dilakukan individu dalam kehidupan sehari-hari seperti lingkungan kotor dan makanan yang kurang terjaga kebersihannya:

a. Agens Penyebab Diare antara lain : 1. Adanya zat pelarut yang tidak dapat diserap di dalam tinja yang disebut Diare ostrotik atau karena iritasi saluran cerna, infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar.

32 | P a g e

2. Kebutuhan atau jenis-jenis stres tertentu yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. 3. Penyakit crotin : penyakit peradangan kronik pada usus yang ditandai oleh peradangan salah satu atau semua lapisan saluran GI. 4. Kolitis ulserativa : suatu penyakit peradangan raktum dengan kalon yang terutama mengenai lapisan mukosa usus besar dan menyebar secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.

b. Host 1. Jenis Kelamin : Penyakit ini menyerang pria dan wanita tergantung dari kehidupan individu yang bersangkutan seperti kebersihan tempat tinggal makanan dan daya tahan tubuh individu tersebut. 2. Kebiasaan seseorang : Individu biasanya memiliki kebiasaan buruk untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti di lingkungan kumuh, diantaranya adanya makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja, makanan yang tidak matang bahkan disajikan tanpa dimasak serta penularannya transmisi orang ke orang melalui aerolisosi. 3. Genetik : Diare merupakan salah satu penyakit yang berasal dari kebiasaan individu bukannya berasal dari keturunan (genetik) 4. Fisiologi : Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami Diare berat dapat meninggal akibat syok hipofolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara lan gsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar. 5. Imonologik : Diare dapat terjadi apabila seseorang mempunyai kebiasaan yang buruk sehingga secara tidak langsung akan menyerang sistem imun (kekebalan tubuh) individu seperti bakteri sehingga akan menginfeksi saluran pencernaan seseorang. Selain itu penyakit crotin juga merupakan penyebab dari Diare karena terjadi fibrosis sehingga usus menjadi kaku atau tidak fleksibel. Apabila terjadi di usus halus, maka penyerapan zat-zat gizi akan terganggu dan apabila terjadi di kolon maka33 | P a g e

keseimbangan air dan elektrolit dapat juga terganggu. Selain itu, Diare juga dapat disebabkan oleh mal absorbsi, kurang energi protein, bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah.

c. Lingkungan/Environment 1. Lingkungan Fisik : Air perubahan cuaca sangat mempunyai peranan penting dalam penularan penyakit ini karena pemenuhan air yang tidak steril akan melancarkan perjalanan bakteri untuk menginfeksi saluran pencernaan. 2. Lingkungan Biologi : Kandungan makanan seperti rendah/bebas laktosa, sangat diperlukan dalam menghadapi penyakit Diare (intoleransi laktosa) serta protein kacang kedelai untuk mencegah alergi protein susu sapi. 3. Lingkungan Sosial ekonomi : Dalam kehidupan sekarang Diare mudah terserang pada orang-orang yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan atau lingkungan kumuh. Obat-obatan yang mempunyai magnesium tinggi contoh multi vitamin, mineral, serta obat-obat yang bersifat laksatif.

PENUTUP

Diare adalah buang air besar (defoksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya dengan tinja berbentuk cairan atau setengah padat.Jenis-jenis Diare ada 2 yaitu Diare akut dan Diare kronik. Hubungan Diare dengan teori bloom adalah ketidakseimbang antara an Agens (sumber penyakit), pejamu (host), dan lingkungan (environtment). Untuk mengurangi dampak Diare atau menghindari Diare maka yang harus dilakukan adalah banyak mengkonsumsi makanan yang rendah serat, dan makanan yang mengandung vitamin.

34 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA. 1. Efendy,Nasrul.1998.Dasar-dasar Keperwatan Kesehatn Masyarakat.Jakarta:EGC Meiyati, 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kota Sibolga Tahun 2003. Medan: FKM USU. 2. Mulyana, DR., 2002. Rosdakarya. 3. Notoatmodjo, S., 2003. Perilaku dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 4. Oktarina, Ida, 2008. Perilaku Ibu terhadap Pencegahan Diare Pada Balita di Desa Batang Kuis Pekan Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Medan: FKM USU. 5. Partama, I, 2006. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Dan Kesehatan Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Lingkungan Terhadap Kejadian Diare Balita (Studi Di Desa Tembuku, KecamataN Tembuku, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali Tabun 2006). Surabaya: FKM UNAIR. 6. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia.

Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf 7. Sophia, E., 2009.Diare Pada Bayi dan Anak available at. www.medicastore.com 8. I D A I , 2 0 0 4 . S t a n da r P e l a ya na n M e d i s K es e ha t a n A na k E di s i 1 Bdan Penerbit IDAI

9. Heni, 2008.Hubungan Pengetahua n Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilaya h Kerja Mojolaban Kabupat en Sukoharjo.www.wordpress.com 10. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Artikel, 2005, Diare Pada Anak. http//,www.detailartikel.com (04/3/2005).

35 | P a g e