Upload
trancong
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
WARGA TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DI DESA JETIS KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun oleh :
YATINI
NIM. ST 13083
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi dengan judul
“PengaruhPendidikanKesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Warga tentang
Penyakit Demam Berdarah di desa Jetis Kecamatan Baki”.Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
penelitian ini. Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada
1. Dra. Agnes Sri Hartanti, M.Si, selaku Ketua Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. bc. Yeti Nurhayati M.Kes,selaku pembimbing utama yang telah memberikan
masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
3. Alfyana Nadya Rachmawati S.KepNs.M.Kep, selaku pembimbing
pendampingyang telah memberikan masukan dan dorongandalam penyusunan
penelitian ini.
4. Dr. Puji Hastuti, selaku kepala puskesmas Baki yang telah memberikan ijin
waktu dan tempat kepeda peneliti untuk melakukan penelitian
5. Civitas Akademik Progdi S1 Keperawatan yang telah membanntu dalam proses
penelitian ini
6. Suami dan anakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi , serta kasih
sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.
v
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Penulis
senatiasa mengharapkan atas saran dan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal skripsi ini.
Surakarta, Juli 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
ABSTRAK....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.................................................................................. 7
A. . Penyakit Demam Berdarah.......................................................... 7
B. .. Pengetahuan................................................................................ 18
C. .. Pendidikan Kesehatan.................................................................. 21
2.2 Keaslian Penelitian …………………………………………………. 25
2.3 Kerangka Teori ...................................................................................... 26
vii
2.4 Kerangka Konsep .................................................................................. 27
2.5 Hipotesis ................................................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 28
3.2 Subyek Penelitian .............................................................................. 29
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 31
3.4 Variabel Penelitian, Definisi operasional dan Skala Pengukuran ...... 31
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ..................................... 32
3.6 Uji Validitas dan Reliabelitas ............................................................ 34
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 35
3.8 Etika penelitian................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 41
4.2 Tingkat pengetahuan sebelum penkes .................................................. 43
4.3 Tingkat pengetahuan setelah penkes....................................................... 43
4.4 Analisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan............................................................................................. 44
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ...................................................................... 45
5.2 Tingkat pengetahuan sebelum penkes .................................................. 47
5.3 Tingkat pengetahuan setelah penkes....................................................... 47
5.4 Analisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan........................................................................................ 48
viii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 51
6.2 Saran ........................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 26
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 27
Gambar 3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 28
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian penelitian ....................................................................... 26
Tabel 3.1 Kisi-kisi ........................................................................................ 26
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin.................................................. 41
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia ................................................................. 41
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan.......................................... 42
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi jenis pekerjaan................................................ 42
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan sebelum penkes............................................. 43
Tabel 4.6 Tingkat pengetahuan sebelum penkes............................................ 43
Tabel 4.7 Analisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan warga... ......................................................................... 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Ijin Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 2 Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Penjelasan Penelitian
Lampiran 5 Jadwal Penelitian
Lampiran 6 Lembar Oponent Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 7 Lembar Audien Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 8 Pernyataan Pengajuan Judul skripsi
Lampiran 9 Pernyataan Judul Studi Pendahuluan
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Yatini
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Warga
tentang Penyakit Demam Berdarah di Desa Jetis Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo
Abstrak
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung
meningkat dan penyebaran semakin luas.Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesmas Baki tahun 2013 angka kejadian DBD sebanyak 25 kasus atau
4,5/10.000 penduduk. Adapun angka mobiditas nasional adalah kurang dari
2/10.000 penduduk. Desa Jetis adalah salah satu desa yang termasuk dalam
wilayah kerja puskesmas Baki. Desa Jetis adalah desa dengan kejadian DB
tertinggi yaitu 3 pasien DBD dan 2 pasien DSS.
Penelitian ini untukmengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di desa Jetis
kecamatan Baki.
Jenis penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan pra-
eksperimen dengan one group pretest- postest design. . Sampel dalam penelitian
penelitian ini menggunakan simple random sampling. Jumlah sampel 98 orang.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik jenis kelamin warga masyarakat
di desa Jetis Kecamatan Baki paling banyak adalah jenis kelamin perempuan
sebanyak 66 responden (67%), karakteristik responden tingkat pendidikan SMA
sebanyak 43 responden (44%), Tingkat pengetahuan warga desa Jetis kecamatan
Baki sebelum penkes paling banyak adalah rendah sebanyak 62 responden(63%),
Tingkat pengetahuan warga Jetis kecamatan Baki setelah penkes paling banyak
adalah tinggi sebanyak 67 responden (68%). Hasil wilcoxondiperoleh angka
significancy 0.00 (nilai p<0.05) maka berdasar nilai statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah
di desa Jetis kecamatan Baki.
Penelitian ini menyimpulkanada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan warga mengenai penyakit demam berdarah di desa Jetis
Kecamatan Baki.
Kata Kunci : Pendidikan kesehatan- Tingkat pengetahuan
Daftar Pustaka 54 (2000-2013)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Yatini
Effect of Health Education on Community’s Knowledge Level of Dengue
Fever in Jetis Village, Baki Sub-district, Sukoharjo Regency
ABSTRACT
Dengue fever disease is one of the health problems of community in
Indonesia. Its victims are increasing, and its coverage is becoming wider. Based
on the data obtained from Community Health Center of Baki in 2013, the dengue
fever incidence was 25 or 4.5/10,000 inhabitants. Meanwhile, the national
morbidity rate was 2/10,000 inhabitants. Jetis Village is one of the villages
included in the working region of Community Health Center of Baki, and it has
the highest dengue fever incidence, that is, three patients of dengue fever and two
patients of dengue shock syndrome. The objective of this research is to investigate
the effect of the health education on the community’s knowledge level of dengue
fever disease in Jetis village, Baki Sub-district.
This research used the quantitative pre-experimental method with the one group
pretest- posttest design. The samples of research consisted of 98 and were taken
by using the simple random sampling technique.
The result of research shows that 66 respondents (67%)were femeles; 43
respondents (44%) had the latest education of Senior Secondary School; prior to
the health education, 62 respondents (63%) had a low knowledge level of dengue
fever disease, and following the health education, the 67 respondents (68%) had a
high knowledge level of dengue fever disease as indicated by the result of the
Wilcoxon’s Test in which the significance value (the p-value) was 0.00 which was
less than 0.05, meaning that Ho was rejected, but Ha was verified. Thus, there was
an effect of the health education on the community’s knowledge level of dengue
fever disease in Jetis Village, Baki Sub-district.
Keywords: Health education, knowledge level
References: 54 (2000-2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Penyakit DBD ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan
7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam
(echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah,
muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock) (Kemenkes, 2011).
Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DB) dan dengue shock
syndrome (DSS) (Widoyono, 2008).
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebaran semakin luas. Penyakit DBD
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Penyakit
DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal
karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat.
Penyakit DBD di Indonesia yang pada mulanya ditemukan di Surabaya pada
tahun 1968 dengan jumlah kasus 58 orang dan yang meninggal sebanyak 24
orang (CFR 41,3%). Perkembangan penyakit ini dari tahun ke tahun
1
2
cenderung mengalami peningkatan baik jumlah kasus maupun wilayah
penyebarannya. Pada awalnya penyakit ini lebih banyak terjadi di kota-kota
besar tetapi sekarang sudah terjadi di kota kecil bahkan sampai ke daerah
pedesaan (Widoyono, 2008).
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia karena masih banyak daerah endemik. Daerah endemik DBD
pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain.
Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya di mulai dengan
peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut (Widoyono,2008). Jawa
Tengah merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kejadian DBD yang
cukup tinggi, dengan lebih dari 54 kasus per 100.000 penduduk di tahun
2009. Jumlah kasus ini mengalami penurunan, dimana pada tahun 2008,
Jawa Tengah merupakan provinsi dengan risiko tinggi DBD tinggi,
sedangkan pada tahun 2009, Jawa Tengah digolongkan ke dalam provinsi
dengan risiko sedang DBD. Namun, penurunan jumlah kasus berbanding
terbalik dengan jumlah kematian akibat DBD yang mengalami kenaikan
menjadi 43 orang dari 18 orang pada tahun 2008, dengan CFR sebesar 1,1%
dari 0,3% pada tahun 2008 (Erika,2012).
Upaya membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan
(fogging) secara massal, abatisasi massal, serta pergerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus (Widoyono, 2008). Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit
demam berdarah. Nyamuk yang merupakan vektor demam berdarah
3
cenderung berkembang biak di air jernih, dingin, dan gelap. Karena itu,
tempat perindukan yang harus diwaspadai adalah segala macam tempat
penampungan air. Karena faktor lingkungan di atas, maka dilakukan
pencegahan perkembangbiakan dari nyamuk tersebut. Cara pencegahannya
antara lain dengan pengasapan dan seminggu sekali menguras tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum
burung dan lainnya. Memberikan bubuk abate 2-3 bulan sekali pada tempat
penampungan air yang jarang dikuras, menutup rapat tempat penampungan
air, dan mengubur semua barang bekas yang dapat menampung air
hujan.Selain strategi di atas, maka usaha untuk mengatasi kasus demam
berdarah adalah dengan penyuluhan kesehatan (Susila,2009).
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara penyebaran pesan dan menanamkan keyakinan sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan
dimana individu, keluarga dan kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan secara perseorangan maupun kelompok dan meminta
pertolongan (Susila,2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Baki tahun 2013
angka kejadian DBD sebanyak 25 kasus atau 4,5/10.000 penduduk. Adapun
4
angka mobiditas nasional adalah kurang dari 2/10.000 penduduk. Desa Jetis
adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Baki.
Desa Jetis adalah desa dengan kejadian DB tertinggi yaitu 3 pasien DBD
dan 2 pasien DSS. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di desa
Jetis bulan Desember 2014 terhadap 10 warga di desa Jetis didapatkan hasil
bahwa 6 dari 10 warga desa Jetis kurang memahami tentang penyakit DBD.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Tingkat Pengetahuan Warga tentang Penyakit Demam Berdarah di desa
Jetis Kecamatan Baki”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Adakah Pengaruh Pendidikan
Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Warga tentang Penyakit Demam
Berdarah di desa Jetis Kecamatan Baki?“
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
warga tentang penyakit demam berdarah di desa Jetis kecamatan Baki.
5
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1) Mengetahui karakteristik responden umur, pendidikan dan pekerjaan
warga di desa Jetis kecamatan Baki.
2) Mengetahui tingkat pengetahuan warga di desa Jetis kecamatan Baki
sebelum dilakukan penyuluhan tentang penyakit demam berdarah di
desa Jetis kecamatan Baki.
3) Mengetahui tingkat pengetahuan warga di desa Jetis kecamatan Baki
setelah dilakukan penyuluhan tentang penyakit demam berdarah di desa
Jetis kecamatan Baki
4) Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di desa Jetis
kecamatan Baki.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti berkaitan dengan
metodelogi riset yang memberikan wawasan kepada warga tentang
DBD.
b. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah.
6
c. Bagi Petugas kesehatan
Memberikan masukan pada tenaga kesehatan tentang pentingnya
informasi mengenai penyakit DBD guna penanggulangan penyakit
DBD lebih lnjut.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah data pustaka di
institusi pendidikan.
e. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan acuan/referensi untuk penelitian selanjutnya
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Landasan Teori
A. Penyakit Demam Berdarah
1. Definisi Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepti dan aedes albapictus
(Zulkani, 2011). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sedangkan manifestasi terberat DBD adalah DSS yang ditandai oleh
renjatan/syok (Kusumawardani, 2012).
2. Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne
Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,
famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1,
DEN2,DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
7
8
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di
Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975
di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe
ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Dewi, 2014).
3. Vektor Penyakit
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai
dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan
sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan
atan sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina
mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari
pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang
hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai
petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti mempunyai kebiasan
mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan
darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular
9
penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di
dalam atau diluar runlah. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-
benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan
lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat
perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur
akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air.
Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk
dewasa (Siregar (2004) dalam Tim Field Lab FK UNS (2013).
4. Cara Penularan
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu mengigit
mengisap darah orang yang sakit demam berdarah dengue atau tidak
sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang
didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah
selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut
digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap
masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah
mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan
kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap
10
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu
nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena
setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang
diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan
dari nyamuk ke orang lain (Siregar (2004) dalam Tim Field Lab FK
UNS (2013)).
5. Patogenesis dan Patofisiologi
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah
dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang diketahui
berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan
dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen
dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus
dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit
atau makrofag. Hipotesis ini disebut dengan antibodi dependent
enchancement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan
dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi
Thelper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
11
limfokin. Sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-
10.
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag;
d. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat
Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue
menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-
antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag.
Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T
helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon
gamma.
Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF- IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6, dan histamin yang mengakibatkan terjadinya
disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan
C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus antibodi yang juga
mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
a. Supresi sumsum tulang
b. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
12
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari)
menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah
keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan hematopoiesis
termasuk megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah pada
saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan. Hal ini
menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme
kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit
terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD,
konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di
perifer.
Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan
pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan pertanda degranulasi trombosit.Koagulopati terjadi sebagai
akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi
endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati
konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur
intrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui
aktivasi faktor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-
inhibitor complex) (Suhendro (2006) dalam Tim Field Lab FK UNS
(2013).
13
6. Kriteria laboratoris dan diagnosis
Seseorang yang terinfeksi demam berdarah biasanya
menunjukkan kriteria laboratories yaitu mengalami trombositopeni
(trombosit kurang dari 100.000/Ml), dan hemokonsentrasi (kenaikan Ht
lebih dari 20%). Penyakit DBD sering salah diagnosis/rancu dengan
penyakit lain seperti flu atau tipes, hal ini disebabkan karena virus dapat
masuk ke dalam tubuh manusia bersamaan dengan infeksi penyakit lain
seperti flu atau tipes. Pada saat pertama kali penderita masuk rumah
sakit tidaklah mudah memprediksi apakah penderita DBD tersebut akan
bermanifestasi ringan atau berat. Manifestasi infeksi virus dengue sngat
bervariasi bisa bersifat asimptomatik (tidak jelas gejalanya) sampai
dengan dengue shock syndrome(berat). Bila diurutkan dari yang ringan
sampai yang berat adalah sebagai berikut:
a. Asimptomatik
b. Demam ringan yang tidak spesifik
c. Demam Dengue (DD)
d. Demam Berdarah Dengue (DBD)
e. Dengue Shock Syndrome (DSS)
Diagnosis deamam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria WHO
tahun 1997, terdari dari gejala klinis dan kriteria laboratoris.
Penggunaan kriteria ini dimaksud untuk mengurangi diagnosis yang
berlebihan (Zulkani, 2011).
14
7. Gejala Klinis
Adapun gejala klinis demam berdarah adalah:
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38oC-40
oC)
b. Manifestasi perdarahan (hidung, gusi, mimisan, kulit lengan)
c. Hepatomegali (pembesaran hati)
d. Syok, tekanan darah kurang dari 20 mmHg, tekanan sistolik sampai
kurang 80mmHg.
e. Trombositopenia, pada hari ke 3-7 trombosit dibawah
100.000/mm3
f. Gejala klinik lain: lemah, muntah, sakit perut, diare, kejang dan
sakit kepala (Zulkani, 2011).
8. Pengobatan
Penyakit demam berdarah sampai sekarang belum diketahui
obatnya, banyak orang bilang ekstrak jambu bangkok merupakan salah
satu obat yang bisa diberikan tetapi sampai saat ini jambu bangkok
sendiri masih dalam taraf penelitian. Pengobatan demam berdarah
dilakukan untuk penggantian cairan tubuh dengan cara penderita diberi
minum sebanyak 1,5 liter- 2 liter dalam 24 jam (air teh, gula, sirup atau
susu)atau bisa menggunakan gastroenteritis oral solution/garam
elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit
(Zulkani, 2011).
15
9. Pencegahan dan Penanggulangan DBD
Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena
proteksi terhadap 1-2 virus dengue akan meningkatkan risiko penyakit
DBD menjadi lebih berat (WHO, 2008). Halstead pada tahun 1973
mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus
dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi
anamnestic antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi komplek
imun yang tinggi (Suhendro (2006) dalam Tim Field Lab FK UNS,
2013).
Cara pencegahan demam berdarah antara lain dengan
pengasapan dan seminggu sekali menguras tempat penampungan air
seperti bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum burung dan
lainnya. Memberikan bubuk abate 2-3 bulan sekali pada tempat
penampungan air yang jarang dikuras, menutup rapat tempat
penampungan air, dan mengubur semua barang bekas yang dapat
menampung air hujan.Selain strategi di atas, maka usaha untuk
mengatasi kasus demam berdarah adalah dengan penyuluhan kesehatan
(Susila, 2009).
Menurut Zulkani (2011) menyebutkan bahwa pencegahan
penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk aedes aegepti. Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa lingkup yang tepat yaitu dari sisi:
16
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain pemberantasan sarang nyamuk (PSN), meliputi:
1) Menguras bak mandi/penampungan air sukurang-kurangnya
sekali dalam seminggu.
2) Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali.
3) Menutup rapat tempat penampungan air
4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, dan ban bekas di sekitar rumah
dan lain-lain
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik nyamuk (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri
(B1H14)
c. Kimiawi
Pengendalian nyamuk secara kimiawi dilakukan dengan cara:
1) Pengasapan/fogging
2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air
seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
Cara paling efektif dalam mencegah DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M plus.
Konsep 3 M yaitu menutup, menguras, dan menimbun. Selain itu
juga melakukan strategi plus yaitu memelihara ikan pemakan jentik,
17
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprotkan insektisida, menggunakan lotion
anti nyamuk, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala
sesuai dengan kondisi setempat.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien DBD dilakukan berdasarkan perjalanan
klinis penyakit sesuai dengan urutan fase yang terjadi yaitu fase
demam, kritis dan penyembuhan.
a. Fase demam
Pada fase demam, penurunan suhu dapat dilakukan dengan
pemberian antipiretik, paracetamol 10 mg/Kg BB/ hari jika demam
>39oC setiap 4-6 jam. Untuk pemberian nutrisi yang lebih disukai
adalah makanan lunak disertai konsumsi susu, jus buah dan air yang
adekuat. Terapi simptomatis lain juga dapat diberikan misalnya
antikonvulsan untuk kejang demam. Perlu juga diperhatikan
pemberian cairan melalui injeksi intravena serta pengawasan tanda
kegawatan yang mengarah ke DSS diberitahukan kepada keluarga.
Selanjutnya dilakukan follow up pasien setiap hari.
b. Fase Kritis
1) DBD derajat I dan II
Pada hari 3 - 5 demam dianjurkan rawat inap. Pemantauan
tanda vital dilakukan setiap 1 - 2 jam selama fase kritis.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkala setiap 4 - 6 jam. Selain itu
18
perlu dilakukan pencatatan tanda vital, hasil hemoglobin,
hematokrit, intake output dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya
pemberian cairan isotonik seperti Ringer Laktat, Ringer Asetat
dan sebagainya.
2) DBD derajat III dan IV
Pemberian terapi oksigen pada pasien DSS. Penggantian
awal cairan IV dengan larutan kristaloid 20 ml/Kg BB dengan
tetesan secepatnya (bolus selama 10 menit). Resusitasi diganti
dengan koloid 10-20 ml/kg BB selama 10 menit bila DSS belum
teratasi. Setelah terjadi perbaikan, maka resusitasi kembali
menggunakan kristaloid. Pemeriksaan laboratorium dilakukan
pada pasien DBD dengan komplikasi, misalnya analisis gas
darah, fungsi hati, fungsi ginjal dan sebagainya.
c. Fase Pemulihan
Pada fase pemulihan dilakukan penghentian cairan intravena
dan pasien disarankan untuk beristirahat. Bila terjadi overload cairan
maka diberikan diuretik furosemid 1 mg/Kg BB/ dosis, setelah
sebelumnya dilakukan pemasangan kateter urin (Kusumawardani,
2012).
19
B. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), disebutkan bahwa pengetahuan
merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, dan sebagainya). Pada
waktu pengindraan menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan, indera
penglihatan.Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001)pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang dicakup dalam
domain kognitif. Denganmelihatkedua pendapat tersebut maka peneliti
menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya
yang dicakup dalam domain kognitif.
1. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 6 tingkat pengetahuan.
Adapun 6 tingkat pengetahuan tersebut adalah :
a. Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang
paling rendah karena tingkatan ini hanya mengingat kembali
(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
20
b. Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi ( Aplication )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis ( Synthesis )
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kamampuan untuk malakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek, penilaian itu
berdasarkan suatu kriteriayang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang sudah ada.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Bakti (2010), disebutkan
bahwafaktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
terdapat 5 faktor. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
21
a. Pendidikan
Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan.
b. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
c. Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber
informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa.
d. Lingkungan budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak
kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir
selama jenjang hidupnya.
e. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya
untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah.
C. Pendididikan Kesehatan
Wood dalam Azwar (2011) menyebutkan bahwa penyuluhan/pendidikan
kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara
menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada
hubungannya dengan kesehatan masyarakat, perorangan dan bangsa. Menurut
22
Nyswander dalam Susilo (2011), disebutkan bahwa pendidikan kesehatan
adalah suatu proses perubahan perilaku pada diri manusia yang ada
hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat.
Berdasarkan batasan World Health Organization (WHO) tujuan pendidikan
kesehatan adalah mengubah perilaku atau sikap seseorang atau masyarakat dari
perilaku tidak sehat ke perilaku sehat. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010)
menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya mempengaruhi dan
mengajak orang lain baik individu, keluarga, atau masyarakat agar
melaksanakan perilaku sehat.Dengan melihat ketiga pendapat tersebut maka
peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses
mengubah perilaku atau sikap orang lain baik individu, keluarga, atau
masyarakat dari perilaku tidak sehat ke perilaku sehat.
Metodepenyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya suatu hasil penkes secara optimal. Dalam penelitian ini
menggunakan beberapa metode penkes kelompok yaitu ceramah tanya jawab
dan diskusi kelompok (Notoatmodjo (2005) dalam Putra (2013)).
Media pendidikan kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk
menampilkan pesan/informasi melalui suatu media atau alat bantu berupa
media cetak, elektronik dan media luar ruang sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuan dan diharapkan dapat merubah perilaku dalam
kesehatan ke arah yang lebih baik. Adapun media yang digunakan dalam
penelitian ini adalah leaflet dan LCD (Notoatmodjo (2010) dalam Putra
(2013)).
23
Adapun ruang lingkup pendidikan kesehatan adalah pendidikan
kesehatan individu, pendidikan kesehatan kelompok dan pendidikan
kesehatan masyarakat. Menurut Green (1980) dalamNotoatmodjo (2010) ada
3 faktor utama yang mempengaruhi pendidikan kesehatan, yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang
kesehatan, tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan bimbingan,
pelatihan, dan bantuan teknis lainnya yang dibutuhkan. Faktor ini
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
individu, keluarga, dan masyarakat . Sarana yang disiapkan dalam
pendidikan kesehatan antara lain leaflet tentang demam berdarah serta
materi demam berdarah dalam power point.
3. Faktor-faktor penguat
Pemberian pendidikan kesehatan terlebih dahulu ditujukan kepada
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan. Faktor ini
meliputi faktor sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), termasuk para petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat)
yang dianggap sebagai teladan dalam bidang kesehatan. Untuk berperilaku
sehat, masyarakat bukan hanya memerlukan pengetahuan dan sikap positif
24
serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan juga contoh perilaku
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, terlebih petugas
kesehatan.
Penkes ini dilakukan dalam rangka untuk membandingkan tingkat
pengetahuan warga di desa Jetis sebelum dansesudah dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang tentang penyakit demam berdarah.
25
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian penelitian
No Nama
Peneliti
(th)
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Sampel Hasil
1 Kusuma-
wardani,
Erika
(2012)
Pengaruh
penyuluhan
kesehatan
terhadap
tingkat
pengetahuan,
sikap dan
praktik ibu
dalam
pencegahan
DBD pada
anak.
Metode
penelitian ini
penelitian
intervensional
dengan
rancangan
quasi
experimental
non equivalent
control group
design
Teknik
purposive
sampling.
Skor KAP kelompok perlakuan pada
pretest adalah 106,07 (kategori
buruk), posttest hari ke-15 adalah
131,59 (kategori sedang) dan
posttest hari ke-30 adalah 135,07
(kategori sedang). Sedangkan pada
kelompok kontrol pada pretest
adalah 113,63 (kategori sedang),
posttest hari ke-15 adalah 114,04
(kategori sedang) dan posttest hari
ke-30 adalah 113,78 (kategori
sedang). Pada kelompok perlakuan
dijumpai peningkatan yang
bermakna pada skor KAP sampai
dengan hari ke-30 pengamatan
(p<0,001), sedangkan pada
kelompok kontrol perbedaan skor
KAP tidak bermakna (p=0,9).
2 Kurniawan,
Agnes dkk
(2010)
Pengaruh
penyuluhan
terhadap
tingkat
pengetahuan
masyarakat
dan kepadatan
aedes aegepti
di kecamatan
Bayah
kecamatan
Banten
Desain
eksperimenta
l dengan intervensi
penyuluhan.
Teknik
sampel
acak
Hasil pre-test menunjukkan,
64,2% warga berpengetahuan
kurang hanya 11,3% yang baik;
sesuai dengan tingkat pendidikan
yang rendah dan ekonomi yang
kurang. Setelah penyuluhan 14%
warga berpengetahuan baik dan
54% kurang yang secara statistik
bermakna (p = 0,001). Dari survei
entomologi diperoleh container
index (CI) 18% dan house index
(HI) 52% yang
menunjukkantingginya kepadatan
dan penyebaran vektor. Setelah
penyuluhan CI menjadi 16% dan
HI 42% tetapi penurunan tersebut tidak berbeda
bermakna (CI, p = 0,523; HI, p =
0,174) dan masih di atas index
WHO.
26
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Menurut Zulkani (2011)
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat
Pengetahuan
sebelum penkes
Penkes tentang penyakit
demam berdarah.
Tingkat
Pengetahuan
setelah penkes
Penanggulangan dan
pencegahan DBD:
1. Pengendalian vektor
nyamuk:
Lingkup lingkungan
pemberantasan sarang
nyamuk (PSN)
Lingkup Biologis
(memelihara ikan pemakan
jentik nyamuk)
Lingkup Kimia
(Pengasapan dan
Tanda dan gejala Demam
Berdarah:
Demam tinggi , Manifestasi
perdarahan (hidung, gusi, mimisan,
kulit lengan), Hepatomegali,Syok,
tekanan darah kurang dari 20
mmHg, tekanan sistolik sampai
kurang 80mmHg,Trombositopenia,
pada hari ke 3-7 trombosit dibawah
100.000/mm3
Etiologi Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah
Penkes:
Faktor-faktor predisposisi
(pengetahuan dan sikap),
Faktor-faktor pemungkin,
Faktor-faktor penguat.
27
2.5 Hipotesis
Hipotesisadalahjawabansementaradarirumusan masalahpenelitian. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Ho : Tidak ada pengaruh pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di Desa Jetis
Kecamatan Baki.
2. Ha : ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
warga tentang penyakit demam berdarah di Desa Jetis Kecamatan Baki.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Pengetahuan Warga tentang Penyakit Demam Berdarah di desa Jetis
Kecamatan Baki“ dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pra-eksperimendengan one group pretest-
postest design. Menurut Riyanto (2011) disebutkan bahwa, pada desain
penelitian one group pretest- postest design dilakukan pretest sehingga peneliti
dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan,
tetapi dalam penelitian ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding). Pada
penelitian ini peneliti melakukan tingkat pengetahuan warga sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan tentang penyakit demam berdarah di desa Jetis
kecamatan Baki untuk membandingkan tingkat pengetahuan warga
yangdilakukan sebelum dansesudah dilakukan penyuluhan.
Subyek penelitian Pretest Perlakuan Postest
k 01 x 02
Gambar 3.1 Desain penelitian.
Keterangan :
k : subyek penelitian
01 : pengukuran tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penkes
x : perlakuan penkes tentang penyakit demam berdarah
02 :pengukuran tingkat pengetahuan setelah dilakukan penkes
3.2 Populasi dan Sampel 28
29
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006).
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh warga desa Jetis Kecamatan
Bakipada tahun 2015yang berusia lebih dari 17 tahun yaitu sejumlah
3036warga.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dari
populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel teknik simple random sampling. Teknik simple random
samplingadalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut karena
anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2010).Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari warga desa Jetis kecamatan Baki. Dalam
penelitianini sampel yang diambil harus memenuhi kriteria retriksi yaitu
inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai
berikut:
1) Kriteria inklusi
a. Warga desa yang dapat membaca dan menulis.
b. Warga desa yang berdomisili di desa Jetis dan memiliki kartu
keluarga.
c. Warga desa yang berusia diatas 17 tahun.
d. Warga desa yang bersedia menjadi responden.
2) Adapun kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
a. Warga desa yang tidak dapat membaca dan menulis.
b. Warga desa yang berusia dibawah 17 tahun.
30
c. Warga desa yang tidak bersedia menjadi responden.
Sampel dalam penelitian ini adalah warga desa Jetis kecamatan
Bakiyang berada di desa Jetis kecamatan Baki pada bulan Febuari 2014
yang diperoleh dengan cara acak. Besarnya sampel diperoleh dengan
menggunakan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10% dengan rumus
berikut ini:
n = ��. �� + 1
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d2 : Tingkat signifikan ( d = 0,1 )
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh besar sampel (n) sebagai
berikut:
n = ��. �� + 1
n = 30363036. (0,1)� + 1
n = 30363036.0,01 + 1
n = 303630,36 + 1
n = 303631,36
n = 97,17 Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 98 responden.
31
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian inidilaksanakan didesa Jetis kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo pada bulan November 2014- Juli 2015.
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan tentang demam berdarah dan variabel terikat
(dependent variabel) adalah tingkat pengetahuan warga desa Jetis
Kecamatan Baki.
32
3.4.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Nama variable Definisi operasional Kategori Instrument Skala
1.
2.
Pendidikan
kesehatan
tentang
penyakit
demam
berdarah
Tingkat
pengetahuan
warga desa
Jetis
Kecamatan
Baki
Suatu kegiatan
pendidikan kesehatan
yang dilakukan oleh
peneliti yang
mempunyai tujuan
untuk menyampaikan
informasi kepada warga
tentang penyakit demam
berdarah.
Hasil pengindraan
seseorang, atau hasil
tahu seseorang terhadap
penyakit demam
berdarah melalui indra
yang dimilikinya
-
Minimal :0
Maksimal :18
Sebelum Penkes
Tinggi >13,17
Rendah < 13, 17
Setelah Penkes
Tinggi >16,13
Rendah <13,17
LCD SAP Leaflet
Kuisioner
-
Interval
3.4 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.4.1 Alat Penelitian
Menurut Arikunto (2010), disebutkan bahwa instrumen adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap dan, sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuisioner. Adapun kisi-kisinya adalah sebagai berikut:
33
Tabel 3.1 Kisi-kisi
No Sub variabel No Item Jumlah
item Favorauble Unfavorable
1. Pengertian dan penyebab
penyakit demam berdarah
1,2,6 3,4,5 6
2. Vektordan cara penularan
penyakit DBD
7,8,9,10 11 5
3. Gejala dan diagnosa
demam berdarah
12,13,14,16 15 5
4. Pencegahan,
penanggulangan dan
penanganan DBD
17,18, 2
Jumlah 13 5 18
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
Langkah-langkah dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti membagikan surat permohonan menjadi responden supaya
responden bersedia membantu pelaksanaan penelitian.
2. Jika responden bersedia membantu pelaksanaan penelitian maka
responden diminta menandatangani informed consent/lembar kesediaan
menjadi responden penelitian.
3. Peneliti membagikan kuesioner tentang penyakit demam berdarah
sebelum dilakukan penkes.
4. Peneliti melakukan pendidikan kesehatan tentang berdarah.
5. Peneliti membagikan kuesioner tentang penyakit demam berdarah
setelah dilakukan penyuluhan.
34
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.5.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010), disebutkan bahwa validitas adalah derajad
ketepatan antara data yang terjadi pada penelitian dengan daya yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam penentuan valid atau tidaknya
suatu item yang digunakan, peneliti menggunakan uji validitas item yaitu
Pearson Product Moment.
Adapun rumus Pearson Product Momentadalah sebagai berikut :
r( )( )
( ){ } ( ){ }2222 yynxxn
yxxynix
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Keterangan:
r = koefisien korelasi
x = skor obyek pada item
y = skor total
xy = skor pertanyaan
n = banyaknya subyek
Item pernyataan dikatakan valid apabila:
a. Jika r hitung lebih besar sama dengan r tabel (uji 2 sisi dengan sig.
0,05) maka butir pertanyaan dinyatakan valid.
b. Jika r hitung kurang dari r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka
butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Uji validitas pada item pertanyaan kuisioner dilakukan pada responden
yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. r tabel
dalam penelitian ini 0,444.
35
Setelah dilakukan uji validitas didapatkan hasil bahwa item soal no
19 dan 20 dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari
nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,444). Selanjutnya item
pertanyaan yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam item pertanyaan
dalam kuesioner karena indikator sudah terwakili pada item pertanyaan
yang telah valid. Sehingga dalam penyusunan kuisioner ini menggunakan
jumlah pertanyaan sebanyak 18 item pertanyaan.
3.5.2 Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk derajad konsistensi dan
stabilitas data (Sugiyono, 2010).Penguji reliabilitas ini menggunakan
Alfa Cronbach. Adapun umus Alfa Cronbachmenurut Sugiyono (2010)
adalah sebagai berikut:
( )
−= ∑
2
2
i -1 1
rt
i
S
S
k
k
Keterangan :
k = Means kudrat subjek
∑ 2
iS = Means kuadrat kesalahan
2
tS = Varians total
Setelah diperoleh harga hitungr , selanjutnya untuk dapat diputuskan
instrumen reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan
harga tabelr (Sugiyono, 2010). r tabel dalam penelitian ini adalah 0,6.
Semakin tinggi koefisien korelasi berarti konsistensi antara dua tes
tersebut dikatakan semakin reliabel. Sebaliknya apabila dua tes dianggap
36
paralel menghasilkan skor yang satu sama lain berkorelasi rendah, maka
dikatakan hasil tes tersebut tidak tinggi.
Uji validitas dilakukan di Desa Menuran dengan jumlah
responden 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap 20 item
pertanyaan didapatkan hasil bahwa item soal no 19 dan 20 dinyatakan
tidak reliabel karena nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel dengan
taraf signifikasi 5% (0,6).Dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan,
maka kuesionerdinyatakan reliabel. Hasil ujivaliditas dan reliabilitas
dapat dilihat pada lampiran
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Pengolahan Data
Sebelum melakukan analisis data, data diolah untuk memudahkan
dalam analisis data sehingga data tersebut menjadi sumber informasi.
Data-data hasil jawaban dalam penelitian ini diolah dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Editing
Memastikan kembali bahwa tiap-tiap kuesioner apakah sudah dijawab
lengkap.
b. Coding
Memberikan kode-kode angka pada alat penelitian untuk memudahkan
dalam analisa data. Nilai 0 jika jawaban salah, nilai 1 jika jawaban
benar.
37
c. Tabulating
Setelah semuadata selesai diedit dan dilakukanpengkodean,
selanjutnyadilakukantabulasidata(memasukkandata)agardapat
dianalisis.Tabulasi datadilakukandenganmemasukkan data kedalam
program komputer.
d. Cleaning Data
Merupakankegiatanpembersihandata dengancara pengecekan
kembalidata yang sudah masukkedalam komputer dengan cara
yangumumdilakukan, yaitumelihatdistribusifrekuensidari variabel-
variabel.
3.6.2 Analisis Data
Datadiolahdandianalisis dengan teknik-teknik tertentu,
yaitudengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses
komputerisasi. Dalampengolahaninimencakuptabulasi
datadanperhitunganperhitungan statistik bila diperlukan uji statistik :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
melihat distribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun
variabel dependen. Analisa univariat dilakukan terhadap tiap
variabel dalam penelitian.Analisainihanyamenyederhanakan atau
meringkaskumpulandatahasilpengukuransedemikianrupasehingga
kumpulandatamenjadiinformasiyangberguna (Notoatmojo, 2012).
38
Adapun analisis univariatyang digunakan dalam penelitian ini
adalah distribusi frekuensi karakteristik responden dan tingkat
pengetahuan tentang DBD sebelum dan sesudah dilakukan penkes.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariatadalahanalisisyangdigunakanuntuk
mengetahuihubunganantara duavariabel. Setelah data terkumpul
data dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji
normalitas data dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya
suatu distribusi data. Uji normalitas data penting dilakukan karena
berkaitan ketepatan pemilihan uji statististik yang akan
dipergunakan. Apabila data berdistribusi normal digunakan uji
parametrik. Apabila data distribusi tidak normal digunakan uji
non parametrik. Persyaratan uji parametrik selain uji normalitas
adalah uji homogenitas data. Pengujian homogenitas varians
mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang
homogen. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
analisis statistik non parametrik atau dengan menggunakan uji
Wilcoxon Match Pairs Test(Muhidin, 2006). Uji ini digunakan
untuk membandingkan perbedaan dua median, data yang
dikumpulkan berdasarkan dua sampel yang tidak independen dan
data tingkat pengukuran minimal ordinal. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:
39
Dimana SRi = rank yang bertanda (signed rank)
3.7 Etika Penelitian
Etika penelitian adalah etika yang mencakup norma untuk berperilaku,
memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
boleh dilakukan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini
berkaitan dengan etika keperawatan:
1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
diberikan sebelum penelitian penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent
agar subjek mengerti maksud, tujuan dan mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil yang akan
disajikan.
�∑(���) �
Z =∑SRi
40
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.Semuainformasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden.
Karakteristik warga Desa Jetis Kecamatan Baki dari 98 responden
dapat lihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4.1 Tabel distribusi jenis kelamin warga Desa Jetis
No Jenis Kelamin Jumlah responden
(Orang)
Presentase
(%)
1 Laki-laki 32 33
2 Perempuan 66 67
Total 98 100
Sumber data primer bulan April 2015
Tabel 4.1 menunjukkan jenis kelamin warga desa Jetis. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin warga desa Jetis
perempuan yaitu sebanyak 66 responden (68%) dan laki-laki sebanyak 32
responden (33%).
Tabel 4.2. Tabel distribusi frekuensi usia warga Desa Jetis
No Usia Warga
(Tahun)
Jumlah responden
(Orang)
Presentase
(%)
1 <47 46 47
2 ≥47 52 53
Total 98 100
Sumber data primer bulan April 2015
Tabel 4.2 menunjukkan usia warga desa Jetis. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa usia warga desa Jetis adalah usia ≥47 tahun yaitu
sebanyak 52 responden (32%) dan usia ≤47 yaitu 46 responden (47 %).
41
42
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan warga
Desa Jetis
No Tingkat Pendidikan Jumlah responden
(Orang)
Presentase
(%)
1 SD 16 16
2
3
4
5
SMP
SMA
D3
S1
16
43
7
16
16
44
8
16
Total 98 100
Sumber data primer bulan April 2015
Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pendidikan warga desa Jetis. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan warga desa
Jetis adalah SD sebanyak 16 responden (16%), SMP sebanyak 16 responden
(16%), SMA yaitu sebanyak 43 responden (44%), D3 sebanyak 7 orang (8),
dan S1 sebanyak 16 (16%)
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pekerjaaan warga Desa Jetis
No Pekerjaan Jumlah responden
(Orang)
Presentase
(%)
1 Ibu Rumah Tangga 35 36
2
3
4
5
Petani
Swasta
Wiraswasta
PNS
16
36
4
7
16
36
4
8
Total 98 100
Sumber data primer bulan April 2015
Tabel 4.4 menunjukkan pekerjaan warga desa Jetis. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan warga desa sebagai ibu
rumah tangga 35 responden(36%), petani 16 (16%), swasta 36 (36%),
wiraswasta sebanyak 4 responden (4%) dan PNS sebanyak 7 (8%).
43
4.2 Tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di Desa Jetis
sebelum pendidikan kesehatan.
Tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di
desa Jetis pada waktu sebelum pendidikan kesehatan dari 98 responden
dapat dilihat tabel 4.5 dibawah ini
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan warga tentang penyakit
demam berdarah di desa Jetis sebelum penkes.
No Pengetahuan Jumlah responden Presentase
(%)
1 Tinggi 36 37
2 Rendah 62 63
Total 98 100
Sumber data primer bulan April 2015
Tabel 4.5 menunjukkan tingkat pengetahuan warga desa Jetis
tentang penyakit demam berdarah sebelum penkes. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan warga desa Jetis tentang
penyakit demam berdarah pengetahuan tinggi sebanyak 36 responden (37%)
dan tingkat pengetahuan rendah yaitu 66 responden (68%).
4.3 Tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di Desa Jetis
setelah pendidikan kesehatan.
Tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di desa Jetis
setelah penkes dari 98 responden dapat dilihat tabel 4.6 dibawah ini
Tabel 4.6 Tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam
berdarah di desa Jetis setelah pendidikan kesehatan
No Pengetahuan Jumlah responden Presentase
(%)
1 Tinggi 67 68
2 Rendah 31 32
Total 98 100
Sumber data primer bulan April 2015
44
Tabel 4.6 menunjukkan tingkat pengetahuan warga desa Jetis
tentang penyakit demam berdarah pada saat post test. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan warga desa Jetis tentang
penyakit demam berdarah pengetahuan tinggi sebanyak 67 responden
(68%) dan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 31 (32%).
4.4 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan warga tentang
penyakit demam berdarah di Desa Jetis Kecamatan Baki.
Analisa yang dilakukan untuk mengetahui jawaban dari hipotesa
penelitian yang diajukan adalah wilcoxon match pairs testyaitu pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan warga tentang penyakit
demam berdarah di Desa Jetis Kecamatan Baki. Hasil analisis data adalah
sebagai berikut
Tabel 4.7 Analisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di
Desa Jetis.
Mean Median SD Z p-value
Sebelum 13,17 13 2,97 -5,774 0,00
Sesudah 16,13 17 1,69
Sumber data primer bulan April 2015
Hasil wilcoxondiperoleh angka significancy 0.00 (nilai p<0.05) maka
berdasar nilai statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi ada pengaruhpendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan warga tentang penyakit demam berdarah di desa Jetis kecamatan
Baki.
45
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan
terhadap Tingkat Pengetahuan Warga tentang Penyakit Demam Berdarah di
desa Jetis Kecamatan BakiDesember 2014 - Juli 2015 didapatkan hasil:
5.1 Karakteristik Responden.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan warga desa Jetis kecamatan
Baki. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Jetis Kecamatan Baki
didapatkan hasil bahwa prosentase paling banyak adalah umur ≥ 45 tahun
sebanyak 52 responden (53%). Menurut Kusumawardani (2010)
disebutkan bahwa, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal senada juga
disebutkan oleh Widayat (2006) bahwa perubahan perilaku/peran dapat
disebabkan oleh proses pendewasaan melalui pengalaman umur, individu
yang bersangkutan telah melakukan adaptasi terhadap lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Jetis dengan 98
responden didapatkan hasil bahwa prosentase paling banyak adalah jenis
kelamin perempuan sebanyak 66 responden (67%). Hasil penelitian
Kusumawardani (2010) menunjukkah bahwa ada hubungan antara jenis
kelamin responden dengan praktik ibu dalam pencegahan demam berdarah
dengue pada anak. Hasil penelitian Kusumawardani sesuai dengan teori
45
46
Green (1991), dimana jenis kelamin termasuk faktor predisposing
terjadinya perubahan perilaku seseorang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah desa Jetis
kecamatan Bakidengan 98 responden didapatkan hasil bahwa bahwa
prosentase tingkat pendidikan paling banyak adalah pendidikan SMA
sebanyak 43 responden (44%). Menurut Notoatmojo (2007), disebutkan
bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pendidikan merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin tinggi
pula tingkat pengetahuannya. Pernyataan ini sesuai dengan Kurniawan
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Penyuluhan
terhadap tingkat pengetahuan masyarakat dan kepadatan Aedes Aegepty di
Kecamatan Bayah Provinsi Banten” bahwa ada pengaruh penyuluhan
terhadap tingkat pengetahuan masyarakat di kecamatan Bayah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah desa Jetis
kecamatan Kartasura dengan 98 responden didapatkan hasil bahwa bahwa
persentase jenis pekerjaan paling banyak adalah swasta sebanyak 36
responden (36%).
47
5.2 Tingkat Pengetahuan Warga tentang Penyakit Demam Berdarah di desa
Jetis Kecamatan Baki
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didesa Jetis kecamatan Baki
didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan warga desa Jetis Kecamatan
Baki sebelumpenkes paling banyak adalah tingkat pengetahuan
rendahyaitu sebanyak 62responden (63%). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Kurniawan (2010) dalam penelitiannya yang
berjudulPengaruh Penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat
dan kepadatan Aedes Aegepty di Kecamatan Bayah Provinsi Banten
bahwa tingkat pengetahuan masyarakat paling banyak adalah kategori
kurang 68 responden (64%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didesa Jetis kecamatan Baki
didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan warga desa Jetis Kecamatan
Sukoharjo setelah dilakukan penkes paling banyak adalah tingkat
pengetahuan tinggiyaitu sebanyak 67responden (68%). Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian Kurniawan (2010) dalam penelitiannya
yang berjudulPengaruh Penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
masyarakat dan kepadatan Aedes Aegepty di Kecamatan Bayah Provinsi
Banten bahwa tingkat pengetahuan warga masyarakat paling banyak
adalah kategori kurang 54 responden (51%). Notoatmodjo (2007)
menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pendidikan, pengalaman, sumber informasi, lingkungan budaya dan, sosial
ekonomi.
48
Menurut Notoatmodjo (2007), disebutkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terdapat 5 faktor.
Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: pendidikan
merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang
akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang
berperan penting bagi pengetahuan adalah media masa. Lingkungan
budaya misalnya hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua
mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja
dalam berfikir selama jenjang hidupnya. Tingkat sosial ekonomi yang
rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan,
sehingga pengetahuannya rendah.
5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Warga
tentang Penyakit Demam Berdarah di desa Jetis Kecamatan Baki .
Berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan warga tentang penyakit demam
berdarah di desa Jetis kecamatan Baki. Hasil penelitian menunjukkan
adanya perubahan nilai mean pre tes 13,17 menjadi 16, 13, sehingga
peningkatan nilai mean adalah pengaruh dari pendidikan kesehatan
mengenai penyakit demam berdarah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan warga meningkat, hal ini dibuktikan kenaikan warga dengan
49
tingkat pengetahuan tinggi dari 36 responden (37%) pada saat pre test
menjadi 67 responden (68%).
Hasil analisis tersebut sesuai dengan penelitian Kurniawan (2010)
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan terhadap tingkat
pengetahuan masyarakat dan kepadatan Aedes Aegepty di Kecamatan
Bayah Provinsi Banten” bahwa ada peningkatan pengetahuan warga
mengenai PSN meningkat, setelah diberikan penyuluhan, namun demikian
peningkatan pengetahuan tidak diikuti dengan penurunan kepadatan dan
penyebaran aedes aeygyti. Menurut Notoatmojo pengaruh pengetahuan
terhadap praktik/peran dapat bersifat langsung maupun melalui perantara
sikap. Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk praktik. Agar
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata
(praktik/peran) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan.
Faktor predisposisisi dalam peningkatan tingkat pengetahuan warga
masyarakat adalah faktor tingkat pendidikan dan sikap . Faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi
dan kepercayaan seseorang terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.
Faktor yang dapat memungkinkan peningkatan tingkat
pengetahuan pada masyarakat adalah tesedianya penyuluhan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan bimbingan,
50
pelatihan, dan bantuan teknis lainnya yang dibutuhkan. Faktor ini
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
individu, keluarga, dan masyarakat .
Faktor yang mendukung dalam peningkatan pengetahuan warga
masyarakat adalah sikap dan perilaku pada tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan terlebih dahulu ditujukan
kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan. Faktor ini
meliputi faktor sikap dan perilaku dari tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), termasuk para petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat)
yang dianggap sebagai teladan dalam bidang kesehatan. Untuk berperilaku
sehat, masyarakat bukan hanya memerlukan pengetahuan dan sikap positif
serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan juga contoh perilaku
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, terlebih petugas
kesehatan.
51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah desa Jetis
kecamatan Baki yang dilaksanakan pada bulan November 2014 - Juli 2015
tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan warga
tentang penyakit demam derdarah di desa Jetis kecamatan Baki dapat ditarik
kesimpulan bahwa
6.1.1 Karakteristik jenis kelamin warga masyarakat di desa Jetis Kecamatan
Baki paling banyak adalah jeniskelamin perempuan sebanyak 66
responden (67%), karakteristik umurpaling banyak adalah umur ≥47
yaitu sebanyak 52 responden (53%), karakteristik responden tingkat
pendidikanpaling banyak adalah pendidikan SMA sebanyak 43
responden (44%), jenis pekerjaan paling banyak adalah swasta
sebanyak 36 responen (36%).
6.1.2 Tingkat pengetahuan warga desa Jetis kecamatan Baki sebelum paling
banyak adalah rendah sebanyak 62 responden(63%).
6.1.3 Tingkat pengetahuan warga Jetis kecamatan Baki pada setelah penkes
paling banyak adalah tinggi sebanyak 67 responden (68%).
6.1.4 Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
warga mengenai penyakit demam berdarah di desa Jetis Kecamatan
Baki.
51
52
6.2 Saran
Dalam penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan warga mengenai penyakit demam berdarah di
desa Jetis Kecamatan Baki dapat disimpulkan sebagai berikut :
6.2.1 Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan hendaknya rutin memberikan penkes ke desa-desa
supaya warga desa di kecamatan Baki mempunyai tingkat
pengetahuan tentang penyakit demam berdarah yang tinggi.
6.2.2 Bagi Puskesmas Baki
Pihak Puskesmas Baki mengadakan supervisi petugas kesehatan
secara periodik dan memberikan penghargaan kepada petugas
kesehatan yang mempunyai aktif dalam memberikan penyuluhan
khususnya tentang penyakit demam berdarah.
6.2.3 Bagi Warga Masyarakat
Warga masyarakat hendaknya aktif dalam mencari informasi tentang
penyakit demam berdarah dan berperan aktif dalam penanggulangan
dan pemberantasan penyakit demam.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka.
Jakarta.
Creswell, J. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darwis dan Sudarwan, D., 2003. Metodelogi Penelitian Kebidanan. EGC. Jakarta.
Dewi dan Wawan. 2014 . Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
Dewi, P. 2010. Virologi mengenal virus, Penyakit dan Pencegahannya. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Kusumawardani, E. 2012. “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Tingkat
Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu dalam Pencegahan DBD pada
Anak.”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Kurniawan, dkk. 2010. “Pengaruh Penyuluhan terhada Tingkat Pengetahuan
Masyarakat dan Kepadatan Aedes Aegepti di Kecamatan Bayah
Provinsi Banten.”. Makara, Kesehatan , Vol 14, No 2, P 81-85
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta.
Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012.Pedoman Epidemiologi Penyakit.
Sub Direktorat Survailens dan Respon KLB. Jakarta
Machfoed, I. 2009. Metodelogi Penelitian. Fitramaya. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta :
Rineka Cipta.
Priyanto, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta.
54
Saryono dan Setiawan, A. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1
dan S2. Muhamedika. Yogyakarta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Bandung.
Tim Field Lab FK UNS. 2013. Program Pengendalian Penyakit Menular:
Demam Berdarah. Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasan.Erlangga. Semarang.
Zulkani, Akhsin. 2008. Parasitologi. Muhamedika. Yogyakarta
55