Upload
trinhdan
View
238
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
PALCOMTECH
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REDUNDANT LINK PADA CORE LAYER
MENGGUNAKAN VIRTUAL ROUTER REDUNDANCY PROTOCOL (VRRP) DAN
LOAD BALANCING
Diajukan Oleh :
WELLY SATRIA / 011100127
TURJI MARDIANTO / 011110005
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Komputer
PALEMBANG
2015
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
PALCOMTECH
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REDUNDANT LINK PADA CORE LAYER
MENGGUNAKAN VIRTUAL ROUTER REDUNDANCY PROTOCOL (VRRP) DAN
LOAD BALANCING
Diajukan Oleh :
WELLY SATRIA / 011100127
TURJI MARDIANTO / 011110005
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Komputer
PALEMBANG
2015
ABSTRAK
Alasan utama untuk membuat jaringan redundant adalah untuk mengantisipasi
gangguan dalam kasus kegagalan perangkat pada jaringan, jadi kehandalan dari
jaringan akan tetap terjaga. Adapun hasil pengukuran parameter delay QoS Load
Balancing lebih unggul yaitu 19.1 ms lebih baik dibanding delay pada metode
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) yaitu sebesar 24 ms. Pada
parameter packet loss, metode Load Balancing lebih unggul karena memiliki nilai
persentase yang lebih baik yaitu 0.1 % sedangkan metode Virtual Router
Redundancy Protocol (VRRP) memiliki persentase packet loss sebesar 0.74 %.
Pada parameter pengujian Throughput menunjukkan dimana nilai bandwidth
murni (aktual) pada metode Load Balancing lebih unggul dibanding dibanding
metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dimana penggunaan
throughput metode Load Balancing sebesar 365 kbps sedangkan throughput
metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) sebesar 259.4 kbps. Pada
parameter jitter, Metode Load Balancing memiliki nilai jitter yang lebih baik
yaitu 97.78 ms , sedangkan metode VRRP memiliki nilai jitter sebesar 100.32 ms.
Keyword: redundant, delay, packet loss, throughput, jitter, Load Balancing,
Virtual Router Redundancy Protocol
vii
DAFTAR ISI
Nama Halaman Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. I
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………….. II
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………………………… III
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………. IV
HALAMAN PERNYATAAN KEABSAHAN SKRIPSI ………………….. V
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. VI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………....... VIII
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. XII
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. XIII
ABSTRAK …………………………………………………………………… XV
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah …….................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup ………... ……………………………….. 4
1.4. Tujuan Penelitian………………………………………… 4
1.5. Manfaat Penelitian……………………………………….. 5
1.6. Sistematika Penelitian……………………………………. 6
viii
BAB II GAMBARAN UMUM PERANGKAT LUNAK YANG
DIKEMBANGKAN…………………………………………. 7
2.1. MikroTik Router ……....................................................... 7
2.2 Axence NeetTools………………………………………. 8
2.3 Tools Iperf………………………………………………. 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 10
3.1. Landasan Teori… ……………………………………….. 10
3.1.1. Pengertian Analisis ………………………………. 10
3.1.2. Jaringan Komputer ………………………………. 11
3.1.3. Jenis-jenis Jaringan……………………………….. 12
3.1.4. MikroTik Router………………………………….. 13
3.1.4.1. Sejarah MikroTik RouterOs……………. 13
3.1.4.2. Jenis-jenis MikroTik…………………… 14
3.1.4.3. Level Router Os dan Kemampuannya… 15
3.1.4.4. Fitur-fitur Mikrotik……………………. 16
3.1.5. Redundant Link (Link Failure)………………… 19
3.1.6. Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)….. 20
3.1.7. Quality Of Service ( QOS)……………………… 23
3.2 Penelitian Terdahulu…………………………………….. 25
3.3 Kerangka Penelitian……………………………………… 27
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………. 28
4.1 Jadwal Penelitian .............................................................. 28
ix
4.2 Teknik Pengumpulan Data………………………………. 28
4.3 Metode Perancangan Sistem……………………………... 29
4.4 Tahapan Penelitian............................................................ 31
4.5 Skema Pengujian................................................................ 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….. 34
5.1. Hasil……………………………………………………… 34
5.1.1 Analisis…………………………………………... 34
5.1.1.1. Analisis Kebutuhan…………………….. 34
5.1.1.2. Analisis Permasalahan………………….. 34
5.1.2. Desain…………………………………………...... 35
5.1.2.1. Desain Topologi Jaringan VRRP………. 35
5.1.2.2. Desain Topologi Jaringan Load
Balancing……………………………….. 38
5.1.2.3. Teknologi Jaringan……………………… 40
5.1.3. Implementasi............................................................ 41
5.1.3.1. Implementasi VRRP (Router 1)
5.1.3.2 Implementasi VRRP (Router 2)………… 45
5.1.3.3 Implementasi Load Balancing (LB)……. 49
5.2. Pembahasan......................................................................... 53
5.2.1. Tahan Pengukuran QoS…………………………... 53
5.2.2. Analisa Hasil Metode Load Balancing…………… 53
5.2.2.1. Pengukuran Delay dan Packet Loss…….. 53
x
5.2.2.2. Pengukuran Throughput………………… 55
5.2.2.3. Jitter…………………………………….. 57
5.2.3. Analisa Hasil QoS VRRP………………………… 58
5.2.3.1. Pengukuran Delay dan Packet Loss…….. 58
5.2.3.2. Pengukuran Thoughput…………………. 60
5.2.3.3. Jitter…………………………………….. 61
5.2.4. Hasil Perbandingan QoS Load Balancing
dan VRRP………………………………………… 62
BAB VI PENUTUP…………………………………………………….... 65
6.1. Kesimpulan………………………………………………... 65
6.2 Saran………………………………………………………. 66
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan komputer merupakan bagian penting dari sistem
komunikasi dalam setiap aspek dalam hidup kita. Tanpa adanya jaringan
kita tidak bisa berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Banyak
organisasi dan perusahaan yang membutuhkan layanan jaringan untuk
keperluan organisasi dan keperluan bisnis mereka. Ketersedian jaringan
sangat penting untuk kita saat ini. Oleh karena itu layanan jaringan harus
tersedia 24 jam sehari untuk melayani mereka yang membutuhkan jaringan
demi kepentingan bisnis dan organisasinya. Oleh karena itu untuk
kegagalan didalam sebuah jaringan harus sekecil mungkin untuk dihindari.
Kegagalan pada jaringan terdiri dari kegagalan link (link failure)
dan kegagalan perangkat (devices failure). Kabel menghubungkan antar
komputer dengan komputer atau komputer dengan perangkat jaringan
seperti LAN card, switch atau router terputus itu merupakan kegagalan
link. Kegagalan perangkat berarti bahwa perangkat keras jaringan sedang
bermasalah atau down bisa berupa kerusakan pada router, switch maupun
server.
Kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih
baik pada trafik data tertentu pada berbagai jenis platform teknologi
disebut Quality of Services (QoS). Beberapa parameter yang
2
mempengaruhi QoS antara lain delay, packet loss dan jitter. Oleh karena
itu untuk meningkatkan kualitas layanan jaringan maka harus sesuai
dengan parameter QoS. Dan untuk mempertahankan tingkat kualitas
layanan jaringan yang dibutuhkan dan meminimalisir kegagalan dalam
sebuah perangkat jaringan maka perlu ada beberapa perangkat jaringan
yang dapat mengambil alih dari perangkat utama yang mengalami
kegagalan atau yang lebih dikenal dengan nama redundant.
Untuk menyediakan layanan redundant jika router utama gagal,
maka konektivitas akan diambil alih fungsinya oleh router backup. Alasan
utama untuk membuat jaringan redundant adalah untuk mengantisipasi
gangguan dalam kasus kegagalan perangkat pada jaringan, jadi kehandalan
dari jaringan akan tetap terjaga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
salah solusi menerapkan sistem Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) dan Load Balancing pada jaringan berbasis Mikrotik Router OS.
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load Balancing
merupakan layanan redundant jika router utama gagal, maka konektivitas
akan diambil alih fungsinya oleh router backup.
Berdasarkan latarbelakang di atas, penulis tertarik untuk membuat
penelitian dengan judul ”Analisis perbandingan kinerja Redundant
Link pada core layer menggunakan Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP) dan Load Balancing ”.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahannya pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana merancang dan mengimplementasikan Redundant Link pada
core layer menggunakan Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)
dan Load Balancing ?
2. Bagaimana menganalisis perbandingan kinerja Redundant Link dengan
membandingkan nilai parameter QoS yang diperoleh saat pengujian
dimana masing-masing metode menggunakan 2 buah jalur koneksi ISP
antara Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load
Balancing ?
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
1. Sistem operasi yang digunakan adalah Mikrotik Router OS.
2. Perbandingan Redundant Link pada core layer menggunakan metode
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load Balancing.
3. Analisis perbandingan kinerja Redundant Link pada core layer
menggunakan parameter delay, packet loss, throughput dan jitter
4. Sampel pengukuran berupa hasil pengujian masing-masing parameter
sebanyak 10x pengukuran
5. Metode Perancangan Sistem sampai pada tahapan evaluasi hasil
perbandingan.
4
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah
1. Mendapatkan hasil implementasi Redundant Link pada core layer
menggunakan Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load
Balancing.
2. Mendapatkan hasil pengukuran parameter QoS yaitu nilai delay, packet
loss, jitter dan menganalisa hasil perbandingan parameter tersebut
antara metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load
Balancing.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Sebagai acuan pemilihan protocol yang tepat bagi user yang
memerlukan jaringan redundant.
2. Bermanfaat untk menambah pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan dibidang jaringan komputer serta dapat menerpakan teori
yang didapat secara langsung di dalam masyarakat dan dunia kerja.
3. Sebagai bahan evaluasi dan menambah literatur serta bahan referensi
mahasiswa STMIK Palcomtech agar bisa dijadikan bahan dan informasi
pembelajaran.
5
1.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis dalam enam bab dan masing-masing bab terbagi
dalam sub-sub bab. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini Penulis akan menguraikan tentang latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERANGKAT LUNAK YANG
DIKEMBANGKAN
Fenomena perangkat yang akan dikembangkan adalah
pengamatan awal tentang perangkat yang akan
dikembangkan, fenomena yang terjadi terhadap perangkat
lunak yang menjadi dasar penelitian
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan pembahasan mengenai landasan
teori yaitu mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
pokok permasalahan dalam penelitian, penelitian terdahulu
serta kerangka penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN
Dalam bab ini membahas waktu penelitian, jenis data,
teknik pengumpulan data dan jenis penelitian.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Dalam bab ini membahas mengenai perancangan,
implementasi dan pengujian pengambilan data hasil
penelitian yang telah dilakukan dan membahas secara detail
mekanisme penelitian tersebut.
BAB VI PENUTUP
Menguraikan beberapa kesimpulan dari pembahasan
masalah dari bab-bab sebelumnya serta memberikan saran
yang bisa bermanfaat.
7
BAB II
GAMBARAN UMUM PERANGKAT LUNAK YANG
DIKEMBANGKAN
2.1 MikroTik Router
Menurut Herlambang (2008:20) Mikrotik adalah sistem operasi
independen berbasiskan Linux khusus untuk komputer yang difungsikan
sebagai Router, Mikrotik didesain untuk memberikan kemudahan bagi
penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan melalui Windows application
(WinBox). Selain itu instalasi dapat dilakukan pada Standard computer PC.
PC yang akan dijadikan router mikrotik pun tidak memerlukan resource
yang cukup besar untuk penggunaan standard, misalnya hanya sebagai
gateway. Untuk keperluan beban yang besar ( network yang kompleks,
routing yang rumit ) disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan
resource PC yang memadai.
Gambar 2.1 Logo Mikrotik
8
2.2 Axence NetTools
Axence NetTools adalah salah satu Network analyzer yang sangat
handal. Tool ini dipakai unuk mengukur dan menganalisa perfomance
network dan men-diagnosa problem yang terjadi pada network tersebut.
Axence NetTools sangat populer karena dilengkapi dengan trace, lookup,
port scanner, network scanner, dan SNMP browser. Menurut situs
http://www.axencesoftware.com/en/nettools dari Axence Software, Inc
selaku pengembang dari software ini, Axence NetTools telah dipercaya oleh
beberapa perusahaan besar seperti Nestle, Puma dan Siemens. Komponen
yang paling menarik adalah NetWatch grafis dengan riwayat waktu respon
/ delay dan packet loss (untuk memantau ketersediaan host).
Gambar 2.2 Logo Axence Tools
2.3 Tools Iperf
Menurut Russel (2012:1), Iperf merupakan alat test jaringan yang
dapat menghasilkan UDP dan TCP data stream dan mengukur
throughput dari sebuah jaringan. Iperf merupakan software modern untuk
mengukur kinerja jaringan yang ditulis dalam bahasa C++. Iperf
memungkinkan pengguna untuk mengatur parameter yang dapat
9
digunakan untuk pengujian jaringan serta memiliki fungsi sebagai Client
Server untuk megukur throughput anatar kedua ujung baik
unidirectionally atau bi-directionally.
Iperf merupakan open source dan dapat berjalan pada berbagai
platform seperti Linux, Unix dan Windows, sehingga tidak terpatok di
salah satu operating system. Laporan iperf berupa bandwidth, delay jitter
dan datagram loss. Adapun Fitur-fitur iperf meliputi sebagai berikut:
1. TCP
a. Mengukur bandwidth
b. Laporan MSS / MTU
c. Dukungan untuk ukuran jendela TCP melalui buffer socket.
d. Multi-threaded
e. Client dan server dapat memiliki beberapa koneksi simultan.
2. UDP
a. Klien dapat membuat UDP aliran bandwidth tertentu.
b. Mengukur packet loss dan delay jitter
c. Multicast Multi-threaded
d. Client dan server dapat memiliki beberapa koneksi simultan
Gambar 2.3 Logo Iperf
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Landasan Teori
3.1.1 Pengertian Analisis
Menurut Nazir (2005:358), Analisis adalah
mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta
menyingkatkan data sehingga mudah dibaca. Jadi kesimpulan
Analisis sistem adalah merupakan salah satu rangkaian dalam
kegiatan penelitian. Sehingga kegiatan menganalisis data berkaitan
dengan rangkaian kegiatan sebelumnya mulai dari jenis penelitian
yang telah dipilih, rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis
data, jumlah variabel, serta asumsi-asumsi teoritis yang melandasi
kegiatan-kegiatan penelitian. Dengan demikian, dalam melakukan
analisis data perlu memperhatikan rangkaian tahap sebelumnya
sebagai rujukan agar penelitian yang dilaksanakan berhubungan
dengan tahap penelitian yang lain.
Tujuan analisis data adalah memperoleh hal-hal yang penting
dan menentukan kesimpulan tentang kebenaran dapat dipakai untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
11
3.1.2 Jaringan Komputer
Menurut Andi (2010:2) , Dengan semakin berkembangnya
kebutuhan pengolahan data dan informasi didalam sebuah
perusahaan dibutuhkan beberapa komputer yang digunakan oleh
banyak orang yang bekerja dalam sebuah tim. Untuk saling
bertukar data dan informasi maka komputer-komputer yang
digunakan akan terhubung antara satu dengan yang lainnya.
Kumpulan komputer yang saling terhubung disebut sebagai
jaringan komputer. Keuntungan yang diadapat dengan
menggunakan jaringan komputer diantaranya adalah
1. Dapat mengakses data di komputer lain dari komputer
yang anda gunakan.
2. Data yang digunakan dapat disimpan atau dicopy ke
beberapa komputer, sehingga bila salah satu komputer
rusak maka salinan komputer yang lain masih dapat anda
gunakan.
3. Penggunaan printer, scanner , DVD Rom dan perangkat
lainnya dapat digunakan bersama-sama dengan pengguna
lain.
4. Administrator jaringan dapat mengontrol data-data penting
agar dapat diakses oleh pengguna yang berhak saja,
sehingga keamanan data akan lebih terjamin.
12
5. Penghematan biaya dapat dilakukan karena sebuah
perangkat dapat digunakan secara bersama-sama.
3.1.3 Jenis-jenis Jaringan
Menurut Andi (2010:53) berdasarkan jangkauan area atau lokasi,
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Lokal Area Network (LAN) merupakan jaringan yang
menghubungkan sejumlah komputer yang ada dalam suatu
lokasi dengan area yang terbatas seperti ruang atau gedung.
LAN dapat menggunakan media komunikasi seperti kabel dan
wireless.
2. Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan antara LAN
satu dengan LAN lain yang dipisahkan oleh lokasi yang cukup
jauh. Contoh penggunaan WAN adalah hubungan antara kantor
pusat dengan kantor cabang yang ada di daerah-daerah.
3. Metropolitan Area Network (MAN) merupakan jaringan yang
lebih besar dari jaringan LAN tetapi lebih kecil dari jaringan
WAN. Jaringan MAN dan jaringan WAN sama-sama
menghubungkan beberapa LAN yang membedakan hanya
lingkup areanya yang berbeda.
13
3.1.4 MikroTik Router
Menurut Herlambang (2008:20) Mikrotik adalah sistem
operasi independen berbasiskan Linux khusus untuk komputer yang
difungsikan sebagai Router, Mikrotik didesain untuk memberikan
kemudahan bagi penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan
melalui Windows application (WinBox). Selain itu instalasi dapat
dilakukan pada Standard computer PC. PC yang akan dijadikan
router mikrotik pun tidak memerlukan resource yang cukup besar
untuk penggunaan standard, misalnya hanya sebagai gateway. Untuk
keperluan beban yang besar ( network yang kompleks, routing yang
rumit dll) disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan resource
PC yang memadai.
3.1.4.1 Sejarah MikroTik RouterOS
Menurut Herlambang (2008:20, Mikrotik dibuat oleh
MikroTikls sebuah perusahaan di kota Riga, Latvia. Latvia
adalah sebuah negara yang merupakan “pecahan” dari
negara Uni Soviet dulunya atau yang sekarang ini lebih kita
kenal sebagai negara yang bernama Rusia . Dengan nama
merek dagang MikrotikRouterOS™ mulai didirikan tahun
1995 yang pada awalnya ditujukan untuk perusahaan jasa
layanan Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP)
yang melayani pelanggannya menggunakan teknologi
nirkabel atau wireless. Saat ini MikroTik memberikan
14
layanan kepada banyak ISP nirkabel untuk layanan akses
Internet dibanyak negara di dunia dan juga sangat populer
di Indonesia.
Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully dan
Arnis Riekstins. John Trully adalah seorang ber
kewarganegaraan Amerika yang berimigrasi ke Latvia. Di
Latvia ia bertemu dengan Arnis, Seorang sarjana Fisika dan
Mekanik sekitar tahun 1995.John dan Arnis mulai me-
routing dunia pada tahun 1996 (misi MikroTik adalah me-
routing seluruh dunia). Mulai dengan sistem Linux dan MS-
DOS yang dikombinasikan dengan teknologi Wireless-LAN
(WLAN) Aeronet berkecepatan 2 Mbps di Moldova, negara
tetangga Latvia, baru kemudian melayani lima
pelanggannya di Latvia.
3.1.4.2 Jenis -jenis Mikrotik
1. MikroTik RouterOS yang berbentuk software yang dapat
di-download di www.mikrotik.com. Dapat diinstal pada
komputer rumahan (PC).
2. BUILT-IN Hardware MikroTik dalam bentuk perangkat
keras yang khusus dikemas dalam board router yang
didalamnya sudah terinstal MikroTik RouterOS.
15
3.1.4.3 Level Router OS dan Kemampuannya
Mikrotik bukanlah perangkat lunak yang gratis ,
dibutuhkan lisensi dari MikroTik untuk dapat
menggunakanya alias berbayar. Mikrotik dikenal dengan
istilah Level pada lisensinya. Tersedia mulai dari Level 0
kemudian 1, 3 hingga 6, untuk Level 1 adalah versi Demo
Mikrotik dapat digunakan secara gratis dengan fungsi-
fungsi yang sangat terbatas. Tentunya setiap level memiliki
kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan harganya,
Level 6 adalah level tertinggi dengan fungsi yang paling
lengkap. Secara singkat dapat digambarkan jelas sebagai
berikut:
a. Level 0 (gratis); tidak membutuhkan lisensi untuk
menggunakannya dan penggunaan fitur hanya dibatasi
selama 24 jam setelah instalasi dilakukan.
b. Level 1 (demo); pada level ini kamu dapat
menggunakannya sbg fungsi routing standar saja dengan
1 pengaturan serta tidak memiliki limitasi waktu untuk
menggunakannya.
c. Level 3; sudah mencakup level 1 ditambah dengan
kemampuan untuk menajemen segala perangkat keras
16
yang berbasiskan Kartu Jaringan atau Ethernet dan
pengelolaan perangkat wireless tipe klien.
d. Level 4; sudah mencakup level 1 dan 3 ditambah dengan
kemampuan untuk mengelola perangkat wireless tipe
akses poin.
e. Level 5; mencakup level 1, 3 dan 4 ditambah dengan
kemampuan mengelola jumlah pengguna hotspot yang
lebih banyak.
f. Level 6; mencakup semua level dan tidak memiliki
limitasi apapun.
3.1.4.4 Fitur – fitur Mikrotik
Menurut Herlambang (2008:21), Fitur-fitur mikrotik terdiri
atas :
a. Address List : Pengelompokan IP Address berdasarkan
nama
b. Asynchronous : Mendukung serial PPP dial-in / dial-out,
dengan otentikasi CHAP, PAP, MSCHAPv1 dan
MSCHAPv2, Radius, dial on demand, modem pool
hingga 128 ports.
c. Bonding : Mendukung dalam pengkombinasian beberapa
antarmuka ethernet ke dalam 1 pipa pada koneksi cepat.
17
d. Bridge : Mendukung fungsi bridge spinning tree,
multiple bridge interface, bridging firewalling.
e. Data Rate Management : QoS berbasis HTB dengan
penggunaan burst, PCQ, RED, SFQ, FIFO queue, CIR,
MIR, limit antar peer to peer
f. DHCP : Mendukung DHCP tiap antarmuka; DHCP
Relay; DHCP Client, multiple network DHCP; static and
dynamic DHCP leases.
g. Firewall dan NAT : Mendukung pemfilteran koneksi
peer to peer, source NAT dan destination NAT. Mampu
memfilter berdasarkan MAC, IP address, range port,
protokol IP, pemilihan opsi protokol seperti ICMP, TCP
Flags dan MSS.
h. Hotspot : Hotspot gateway dengan otentikasi RADIUS.
Mendukung limit data rate, SSL ,HTTPS.
i. IPSec : Protokol AH dan ESP untuk IPSec; MODP
Diffie-Hellmann groups 1, 2, 5; MD5 dan algoritma
SHA1 hashing; algoritma enkirpsi menggunakan DES,
3DES, AES-128, AES-192, AES-256; Perfect
Forwarding Secresy (PFS) MODP groups 1, 2,5
j. Monitoring / Accounting : Laporan Traffic IP, log,
statistik graph yang dapat diakses melalui HTTP.
18
k. NTP : Network Time Protokol untuk server dan clients;
sinkronisasi menggunakan system GPS.
l. Poin to Point Tunneling Protocol : PPTP, PPPoE dan
L2TP Access Consentrator; protokol otentikasi
menggunakan PAP, CHAP, MSCHAPv1, MSCHAPv2;
otentikasi dan laporan Radius; enkripsi MPPE; kompresi
untuk PPoE; limit data rate.
m. Proxy : Cache untuk FTP dan HTTP proxy server,
HTTPS proxy; transparent proxy untuk DNS dan HTTP;
mendukung protokol SOCKS; mendukung parent proxy;
static DNS.
n. Routing : Routing statik dan dinamik; RIP v1/v2, OSPF
v2, BGP v4.
o. SDSL : Mendukung Single Line DSL; mode pemutusan
jalur koneksi dan jaringan.
p. Simple Tunnel : Tunnel IPIP dan EoIP (Ethernet over
IP).
q. SNMP : Simple Network Monitoring Protocol mode
akses read-only.
r. Synchronous : V.35, V.24, E1/T1, X21, DS3 (T3) media
ttypes; sync-PPP, Cisco HDLC; Frame Relay line
protokol; ANSI-617d (ANDI atau annex D) dan Q933a
(CCITT atau annex A); Frame Relay jenis LMI.
19
s. Tool : Ping, Traceroute; bandwidth test; ping flood;
telnet; SSH; packet sniffer; Dinamik DNS update.
t. UPnP : Mendukung antarmuka Universal Plug and Play.
u. VLAN : Mendukung Virtual LAN IEEE 802.1q untuk
jaringan ethernet dan wireless; multiple VLAN; VLAN
bridging.
v. VoIP : Mendukung aplikasi voice over IP.
w. VRRP : Mendukung Virtual Router Redundant Protocol.
x. WinBox : Aplikasi mode GUI untuk meremote dan
mengkonfigurasi MikroTik RouterOS
y. Userman : Aplikasi internet hotspot untuk user login
3.1.5 Redundant Link ( Link Failure)
Menurut Towidjojo (2013:52), Redundant Link berfungsi
untuk menghindari terjadinya kegagalan. Redundant Link
merupakan salah satu standar dalam membangun jaringan dengan
adanya Redundant Link, anda masih mempunyai kesempatan
beristirahat, makan pagi dengan tenang walaupun ada bagian-
bagian tertentu dari jaringan yang gagal bekerja. Semua itu karena
anda sudah mempersiapkan cadangan (redundant).
Contoh kegagalan link (link failure) adalah permasalahan
kabel menghubungkan antar komputer dengan komputer atau
komputer dengan perangkat jaringan seperti LAN card, switch atau
20
router terputus itu merupakan kegagalan link. Kegagalan perangkat
(device) berarti bahwa perangkat keras jaringan sedang bermasalah
atau down bisa berupa kerusakan pada router, switch maupun
server.
Gambar 3.1 Redundant Link
Sumber: http://www.mikrotik.co.id
3.1.6 Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)
Menurut Chandra (2013:1), Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP) adalah protokol yang secara dinamis menunjuk
satu atau lebih virtual router untuk menjadi gateway router di
dalam LAN, yang memungkinkan beberapa router di multi access
link untuk menggunakan virtual ip address yang sama. Sebuah
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) router
21
dikonfigurasikan untuk menjalankan Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP) protokol di dalam menghubungkan satu atau
lebih router lainnya yang berada pada satu group di LAN yang
sama . Dalam mengkonfigurasikan Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP), satu router dipilih menjadi virtual router master
, dan router lain akan menjadi backup bila terjadi kegagalan di
virtual router master. .
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dirancang
untuk digunakan di multiaccess, multicast maupun broadcast
dengan menggunakan ethernet LAN. Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP) tidak dimaksudkan sebagai pengganti dari
protokol dinamis yang ada. Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP) mendukung Ethernet, Fastethernet, Bridge
Group Virtual Interface (BVI), Gigabit Ethernet interfaces dan
pada Multiprotocol Label Switching (MPLS), VPN, Adapun
keuntungan menggunakan VRRP adalah sebagai berikut:
a. Redudancy : VRRP memungkinkan untuk mengkonfigurasi
beberapa router sebagai default gateway router, yang
mengurangi kemungkinan satu titik kegagalan dalam sebuah
jaringan
b. Load Sharing : VRRP dapat dikonfigurasi sedemikian
rupa sehingga lalu lintas ke dan dari klien LAN dapat
digunakan bersama oleh beberapa router, sehingga dapat
22
membagi beban lalu lintas yang tersedia secara lebih merata
di antara router.
c. Multiple Virtual Router : VRRP mendukung hingga 255
virtual router (VRRP group) pada sebuah router physical
interface. Beberapa dukungan router virtual memungkinkan
untuk melaksanakan redundancy dan load sharing dalam
topologi LAN.
d. Multiple IP Addresses : Virtual Router dapat mengelola
beberapa IP address, termasuk secondary ip address. Oleh
karena itu, jika memiliki beberapa subnet yang dikonfigurasi
pada Ethernet interface, VRRP dapat dikonfigurasikan pada
setiap subnet.
e. Preemption : Skema redundansi dari VRRP memungkinkan
untuk membuat terlebih dahulu virtual router cadangan yang
telah mengambil alih virtual router master yang gagal dengan
prioritas yang lebih tinggi dari virtual router cadangan yang
tersedia
f. Advertisement Protokol : VRRP menggunakan Internet
Assigned Numbers Authority (IANA) dengan standard
multicast address-nya (224.0.0.18). Skema pengalamatan ini
meminimalkan jumlah router yang harus melayani multicasts
dan memungkinkan peralatan tes untuk mengidentifikasi
secara akurat paket VRRP pada segmen.
23
g. VRRP Object Tracking : VRRP Object Tracking menyediakan
cara untuk memastikan router virtual master terbaik dari
router VRRP untuk VRRP group dengan mengubah
prioritas ke status Object Tracking seperti interface atau IP
route states
3.1.7 Quality Of Service ( QoS )
Menurut Yevgeni (1999), Performansi mengacu ke tingkat
kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di
dalam suatu komunikasi. Performansi merupakan kumpulan dari
beberapa parameter besaran teknis yaitu :
a. Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang
diukur dalam bps. Troughput merupakan jumlah total
kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination
selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval
waktu.
b. Packet Loss, merupakan suatu parameter yang
menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total
paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan
congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua
aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan
secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia
24
untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan
memiliki buffer untuk menampung data yang diterima.
Tabel 3.1 Packet loss
KATEGORI DEGREDASI PACKET LOSS
Sangat Bagus 0
Bagus 3%
Sedang 15%
Jelek 25%
(Sumber : Tiphon Project)
c. Delay (latency), adalah waktu yang dibutuhkan data untuk
menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi
oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang
lama.
Tabel 3.2 One-Way Delay/Latency
KATEGORI LATENSI BESAR DELAY
Sangat Bagus < 150ms
Bagus 150 s/d 300 ms
Sedang 300 s/d 450 ms
Jelek >450ms
(Sumber : Tiphon Project)
d. Jitter, atau variasi kedatangan paket, hal ini diakibatkan oleh
variasi-variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan
data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket
di akhir perjalanan jitter. Jitter lazimnya disebut variasi delay
,berhubungan eart dengan latency, yang menunjukkan
banyaknya variasi delay pada taransmisi data di jaringan.
25
Delay antrian pada router dan switch dapat menyebabkan
jitter.
Tabel 3.3 Jitter
KATEGORI DEGRADASI PEAK JITTER
Sangat Bagus 0 ms
Bagus 0 s/d 75 ms
Sedang 76 s/d 125 ms
Jelek 125 s/d 225 ms
(Sumber : Tiphon Project)
3.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.4 Hasil Penelitian Terdahulu (1)
Judul
Penelitian
Implementasi Metode Load Balancing dengan Dua Jalur
Penulis /
Tahun Eko Sumarno dan Hanugrah Prono Hasmoro / 2013
Hasil
Dengan metode ini maka masalah yang selama ini terjadi yakni
koneksi yang lambat ketika banyak user yang terkoneksi akan
bisa teratasi, karena dengan metode ini koneksi internet terasa
lebih cepat karena konsep load balancing adalah membagi rata
beban koneksi ke beberapa jalur. Kelebihan metode load
balancing jika salah satu server mengalami masalah, maka
koneksi internet akan tetap berjalan. Tapi dengan metode
konvensional jika salah satu server mengalami gangguan, maka
seluruh komputer yang terhubung dengannya akan mengalami
gangguan. Koneksi internet terasa lebih cepat karena konsep
load balancing adalah membagi rata beban koneksi ke beberapa
jalur. Bandwidth dari kedua jalur ISP akan tetap terpakai karena
beban trafik akan didistribuasikan ke kedua jalur tersebut.
26
Tabel 3.5 Hasil Penelitian Terdahulu(2)
Judul
Penelitian
An Overview Of Virtual Router Redundancy Protocol
Techniques and Implementation for Enterprise Networks
Penulis /
Tahun Dr P.Rajamohan / 2014
Hasil
Kebutuhan jaringan di sebagian besar perusahaan / kampus
sebagai peningkatan dari hari ke hari tergantung pada tuntutan
berbagi sumber daya. Dalam rangka untuk memiliki
ketersediaan sumber daya jaringan. VRRP adalah protokol yang
populer untuk menyediakan redundansi perangkat, untuk
menghubungkan berlebihan WAN router gateway atau switch
akses server. Hal ini memungkinkan router cadangan atau
beralih ke otomatis mengambil alih jika primary (master) router
atau switch gagal. Makalah ini menyajikan VRRP teknik,
kinerja, keuntungan dan implementasi pendekatan dengan cara
bagaimana VRRP menggunakan failover dinamis untuk
menjamin ketersediaan default router akhir node. VRRP
menjanjikan jaringan perusahaan dengan tingkat tinggi
ketersediaan layanan bahkan kegagalan satu jaringan router
dalam topologi jaringan. VRRP bekerja dengan
mengelompokkan router berlebihan bersama-sama ke router
virtual tunggal. Bahwa entitas router virtual memiliki alamat IP
sendiri. Alih-alih mengirimkan lalu lintas data ke router
individu, PC mengirimkan lalu lintas ke alamat router. Proses
lalu lintas induk router yang ditujukan ke alamat router virtual
dan ke depan dengan tepat. Master router atau router utama
juga mengirimkan iklan reguler ke router cadangan. Jika router
utama bermasalah, router cadangan berhenti menerima iklan
tersebut. Dalam hal ini, router cadangan mengambil alih sebagai
router utama dan mulai memproses lalu lintas. Ketika router
utama aktif kembali, maka router utama akan mengambil alih
sebagai router utama lagi. Dari fakta ini VRRP adalah protokol
terbaik untuk diterapkan pada lingkungan jaringan perusahaan
sehingga kelangsungan bisnis dan jaringan redundansi sepanjang
waktu.
27
3.3 Kerangka Penelitian
a.
b.
Gambar 3.2 Kerangka Penelitian
Hasil Yang diinginkan
Mendapatkan hasil perbandingan pengukuran kinerja Redundant
Link pada core layer antara Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) dan Load Balancing sehingga dapat diketehui kelebihan dan
kekurangan masing-masing metode Redundant Link.
Teori Pendukung
a. Jaringan Komputer
b. Redundant link
c. Virtual Router
Redundancy Protocol
(VRRP)
d. Load Balancing
e. Mikrotik Router
f. Quality of Service (QoS)
g.
Metode Penelitian Action Research
( Sampai pada tahapan Evaluasi)
Identifikasi Masalah
Kegagalan pada jaringan terdiri
dari kegagalan link (link failure)
dan kegagalan perangkat (devices
failure). Kabel menghubungkan
antar komputer dengan komputer
atau komputer dengan perangkat
jaringan seperti LAN card, switch
atau router terputus itu
merupakan kegagalan link.
Kegagalan perangkat berarti
bahwa perangkat keras jaringan
sedang bermasalah atau down
bisa berupa kerusakan pada
router, switch maupun server.
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jadwal Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini dengan melakukan eksperimen atau
percobaan secara mandiri. Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis di
mulai dari bulan April 2015 sampai dengan bulan Juli 2015
KEGIATAN
Bulan / Tahun
April
2015
Mei
2015
Juni
2015
Juli
2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Diagnosing
Action Planning
Action Taking
Evaluation/Learning
Pembuatan Laporan
4.2 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2011:73). Dalam melakukan pengumpulan data,
penulis menggunakan beberapa cara yaitu :
a. Data primer
yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari objek yang diteliti.
Adapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah
dengan melakukan Observasi (pengamatan). Pada metode ini penulis
mengamati secara langsung permasalahan serta melakukan penelitian
mandiri guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
29
b. Data sekunder
Yaitu suatu data yang diperoleh melalui daftar pustaka, buku dan
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang sedang penulis
buat dan diambil dalam bentuk yang sudah jadi atau publikasi serta data
yang penulis dapatkan dari pengetahuan teoritis dan melalui materi
perkuliahan.
4.3 Metode Perancangan Sistem
Menurut Kock (2007:45), Metode Action Research merupakan penelitian
tindakan. Pendekatan ini dilakukan sendiri oleh peneliti yang bertujuan
untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien. Metode Action
research dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahap pertama (diagnosing)
Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi permasalahan dan kendala pada
sistem jaringan yang sering mengalami Link Failure pada core layer
dan permasalahn yang terkait langsung mengenai masalah-masalah
yang dihadapi.
b. Tahap kedua (action planning)
Peneliti memahami pokok masalah yang ada kemudian dilanjutkan
dengan menyusun rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah yang ada, pada tahap ini penulis memasuki tahapan persiapan
kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware)
serta perancangan topologi jaringan Virtual Router Redundancy
30
Protocol (VRRP) dan Load Balancing berbasis Sistem operasi Mikrotik
router OS.
c. Tahap ketiga (action taking)
Peneliti mengimplementasikan rencana tindakan dengan melakukan
implementasi dan pengujian server Redundant Link pada core layer
menggunakan metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan
Load Balancing dengan menggunakan 2 buah jalur koneksi internet
(ISP) serta melakukan analisa perbandingan kinerja dengan pengukuran
QoS menggunakan parameter delay, packet loss dan jitter
d. Tahap keempat (evaluating)
Setelah mendapatkan data analisa hasil pengujian , maka selanjutnya
akan dijadikan sebagai bahan evaluasi hasil penelitian yang didapat.
Gambar 4.1 Action Research Model
Sumber : Kock, Ned (2007)
31
Mulai
Implementasi
Konfigurasi Server Load Balancing
Konfigurasi Server VRRP
Analisis Perbandingan
Kesimpulan
4.4 Tahapan Penelitian
Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis membagi proses penelitian
menjadi beberapa tahap penelitian. Tahapan penelitian ini merupakan
langkah kerja penelitian yang dilakukan penulis mulai dari persiapan hingga
kesimpulan akhir penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian dilakukan
lebih terarah dan terstruktur sehingga mencapai target penelitian.
Gambar 4.2 Kerangka Tahapan Penelitian
Perancangan Sistem Jaringan
Analisis Kebutuhan ( Hardware & Software)
Desain Topologi Jaringan
Pengambilan Data
Pengukuran Quality of Service (QoS)
(Delay, Paket loss, Throughput dan jitter)
32
4.5 Skema Pengujian
Tahapan implementasi adalah tahap dimana dimulai membangun
sistem sesuai dengan rancangan yang ada pada tahap perancangan sistem.
Tahap implementasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu Implementasi Server
Load Balancing dan VRRP dan terakhir pengukuran data QoS berupa
delay, packet loss, throughput dan jitter pada masing-masing metode
redundant.
Setelah proses tahapan implementasi selesai kemudian melakukan
pengujian koneksi internet pada masing–masing server dengan skenario
pengujian berbasis internet dimana masing-masing pada sisi server dan
client pengukuran menggunakan koneksi internet ISP speedy, pada saat
pengujian penulis melakukan skenario pengujian pengambilan data QoS
pada saat client mengakses atau melakukan monitoring situs
www.palcomtech.com masing-masing sebanyak 10x pengukuran dengan
jumlah pengiriman paket data rata-rata sebanyak 200 paket data dengan
waktu pengukuran selama 2-3 Menit pada masing-masing parameter
pengukuran.
Quality of Service adalah kemampuan sebuah layanan untuk
menjamin performansi dan merupakan parameter untuk mengukur kualitas
dari sebuah layanan. Lembaga Standarisasi ITU-T mendefinisikan QoS
sebagai pengaruh performansi keseluruhan yang menentukan tingkat
kepuasan pengguna layanan. Untuk pengujian QoS pada jaringan meliputi
33
pengukuran parameter delay, throughput, packet loss dan jitter dengan
menggunakan Software Axence NetTools Professional.
Untuk pengujian atau pengukuran delay dan packet loss, disini
penulis akan mengamati seberapa besar pengaruh delay terhadap performa
yang diberikan oleh masing-masing server redundant saat menggunakan
pengujian mengakses situs www.palcomtech.com. Delay dan packet loss
dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau waktu proses yang
lama Sedangkan parameter throughput untuk mengetahui persentase
bandwidth aktual yang digunakan saat melakukan pengujian pengukuran
bandwidth saat client mengakses server load balancing maupun server
VRRP.
34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1 Analisis
5.1.1.1 Analisis Kebutuhan
Kebutuhan suatu jaringan untuk menyediakan layanan
yang lebih baik pada trafik data tertentu pada berbagai jenis
platform teknologi disebut Quality of Services (QoS).
Beberapa parameter yang mempengaruhi QoS antara lain
delay, packet loss dan jitter. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualitas layanan jaringan maka harus sesuai
dengan parameter QoS. Dan untuk mempertahankan tingkat
kualitas layanan jaringan yang dibutuhkan dan meminimalisir
kegagalan dalam sebuah perangkat jaringan maka perlu ada
beberapa perangkat jaringan yang dapat mengambil alih dari
perangkat utama yang mengalami kegagalan atau yang lebih
dikenal dengan nama redundant.
5.1.1.2 Analisis Permasalahan
Permasalahan utama untuk membuat jaringan
redundant adalah kebutuhan untuk mengantisipasi gangguan
dalam kasus kegagalan perangkat pada jaringan, jadi
35
kehandalan dari jaringan akan tetap terjaga. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut salah solusi menerapkan sistem
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load
Balancing pada jaringan berbasis Mikrotik Router OS.
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan Load
Balancing merupakan layanan redundant jika router utama
gagal, maka konektivitas akan diambil alih fungsinya oleh
router backup.
5.1.2. Desain
5.1.2.1. Desain topologi jaringan VRRP
Pada topologi berbasis metode VRRP , dimana penulis
menggunakan 2 buah modem dengan menggunakan ip address
yang berbeda yaitu 192.168.1.1 dan 192.168.2.1 dengan default
subnet mask 255.255.0.0. Perangkat kedua modem tersebut
terhubung dengan perangkat Router1 dan Router2 meggunakan
kabel UTP tipe staright dengan ip address 192.168.1.2 /
255.255.255.0 dan 192.168.2.2/ 255.255.255.0. Adapun ether2
pada mikrotik router OS yaitu kartu jaringan yang terhubung ke
jaringan lokal atau switch hub yaitu dengan menggunakan ip
addess 192.168.10.1 / 255.255.255.0 dengan virtual ip address
(Vip) menggunakan 192.168.10.254.
Pada network jaringan lokal, penulis menggunakan kelas
C yaitu 192.168.10.0 dengan default subnet mask 255.255.255.0
36
masing-masing client menggunakan sistem operasi Windows 7
Profesional dengan menggunakan 1 buah interface jaringan.
Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu berupa proses browsing
dan download dengan melewati 2 buah router mikrotik serta 2
buah perangkat modem.
37
MODEM 1192.168.1.1/24
MODEM 2192.168.2.1/24
Ether 1192.168.1.2/24
Ether 1192.168.2.2/24
Ether 2192.168.10.1/24
Ether 2192.168.10.2/24
VIP: 192.168.10.254/24
Client 1192.168.10.3/24
Client 2192.168.10.4/24
Client 3192.168.10.5/24
Client 4192.168.10.6/24
Switch
ROUTER 1 ROUTER 2
Gambar 5.1 Topologi jaringan Metode VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
38
5.1.2.2. Desain topologi jaringan Load Balancing
Pada topologi berbasis metode Load Balancing ,
dimana penulis menggunakan 2 buah modem dengan
menggunakan ip address yang berbeda yaitu 192.168.1.1 dan
192.168.2.1 dengan default subnet mask 255.255.0.0. Perangkat
kedua modem tersebut terhubung hanya dengan satu buah
perangkat Router kabel UTP tipe staright dengan masing-
masing ip adderess 192.168.1.2 / 255.255.255.0 pada ether1 dan
192.168.2.2/ 255.255.255.0 pada ether2. Adapun interface
ether3 pada mikrotik router OS yaitu kartu jaringan yang
terhubung ke jaringan lokal atau switch hub yaitu dengan
menggunakan ip addess 192.168.10.1 / 255.255.255.0.
Pada network jaringan lokal, penulis menggunakan kelas
C yaitu 192.168.10.0 dengan default subnet mask 255.255.255.0
masing-masing client menggunakan sistem operasi Windows 7
Profesional dengan menggunakan 1 buah interface jaringan.
Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu berupa proses browsing
dan download dengan melewati 1 buah router mikrotik serta 2
buah perangkat modem.
39
MODEM 1192.168.1.1/24
MODEM 2192.168.2.1/24
Ether 1192.168.1.2/24
Ether 2192.168.2.2/24
Client 1192.168.10.1/24
Client 2192.168.10.2/24
Client 3192.168.10.3/24
Client 4192.168.10.4/24
Switch
ROUTER
Ether 3192.168.10.254/24
Gambar 5.2 Topologi jaringan Metode Load Balancing
Sumber : Dikelola Sendiri
40
5.1.2.3 Teknologi Jaringan
Teknologi jaringan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Perangkat Lunak (Software)
Adapun kebutuhan perangkat Lunak yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Mikrotik Router OS
b. VRRP
c. Load Balancing
d. Axence Tools
e. Iperf Tools
2. Kebutuhan Perangkat Keras ( Hardware )
Adapun kebutuhan perangkat keras yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Server CPU Rakitan
b. Router 3G Tplink MR3020
c. Switch Hub
d. Laptop
e. Kabel UTP
f. Konektor RG 45
41
5.1.3 Implementasi
5.1.3.1 Implementasi VRRP ( Router1)
Dalam melakukan analisis perbandingan Quality of
Service (QoS) antara metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) dengan Metode Load Balancing Berbasis Mikrotik
RouterOS , peneliti menggunakan sistem operasi Mikrotik Router
Versi 5.18 . Pada implementasi pertama penulis melakukan
implementasi Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dengan
2 buah router dan 2 buah Internet Service Provider. Berikut
Langkah-langkah implementasi Virtual Router Redundancy
Protocol (VRRP) Berbasis Mikrotik RouterOS. Setelah sistem
Operasi mikrotik diinstall pada harddisk . Selanjutnya konfigurasi
ip address pada masing-masing interface seperti pada Gambar 5.3
dan 5.4 dibawah ini
Gambar 5.3 Konfigurasi ip address Interface Ether1
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.4 Konfigurasi ip address Interface Ether2
Sumber : Dikelola Sendiri
42
Setelah selesai konfigurasi ip address pada masing-masing
interface , akan ditampilkan seluruh hasil konfigurasi dengan cara
mengetik ip address print . Kemudian dilakukan konfigurasi ip
address gateway beserta ip address DNS Server yaitu ip address
modem seperti pada Gambar 5.5 dan 5.6
Gambar 5.5 Konfigurasi ip address Gateway
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.6 Konfigurasi ip address DNS Server
Sumber : Dikelola Sendiri
Kemudian setting NAT ( Network Address Translation )
agar semua client bisa mengakses internet dengan melewati
interface ether1 seperti pada Gambar 5.7
43
Gambar 5.7 Konfigurasi NAT
Sumber : Dikelola Sendiri
Pada Gambar 5.8 dan 5.9 merupakan konfigurasi interface
Virtual Router Redundancy Protocol (VRR) sebagai master router
pada interface ether2 dan konfigurasi ip address pada interface
VRRP sebagai ip address virtual gateway .
Gambar 5.8 Konfigurasi Interface VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.9 Konfigurasi ip address Interface VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
44
Hasil konfigurasi ip address pada masing-masing interface
dan interface Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dapat
diamati dengan menggunakan perintah interface print pada Gambar
5.10 , 5.11 dan 5.12
Gambar 5.10 Hasil konfigurasi Interface VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.11 Tampilan Interface Router1
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.12 Hasil konfigurasi ip address pada setiap interface
Sumber : Dikelola Sendiri
45
Pada Gambar 5.13 merupakan hasil ping test koneksi
internet dengan menggunakan situs www.detik.com pada pengujian
Router 1
Gambar 5.13 Hasil ping test koneksi internet
Sumber : Dikelola Sendiri
5.1.3.2 Implementasi VRRP ( Router2 )
Berikut Langkah-langkah implementasi Virtual Router
Redundancy Protocol (VRRP) Router 2 berbasis Mikrotik
RouterOS. Setelah installasi Sistem Operasi mikrotik Router,
selanjutnya konfigurasi ip address pada masing-masing interface
pada router 2, seperti pada Gambar 5.14 dan 5.15 dibawah ini
Gambar 5.14 Konfigurasi ip address Interface Ether1
Sumber : Dikelola Sendiri
46
Gambar 5.15 Konfigurasi ip address Interface Ether2
Sumber : Dikelola Sendiri
Setelah selesai konfigurasi ip address pada masing-masing
interface , akan ditampilkan seluruh hasil konfigurasi dengan cara
mengetik ip address print . Kemudian dilakukan konfigurasi ip
address gateway beserta ip address DNS Server yaitu ip address
modem seperti pada Gambar 5.16 dan 5.17
Gambar 5.16 Konfigurasi ip address Gateway
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.17 Konfigurasi ip address DNS Server
Sumber : Dikelola Sendiri
47
Kemudian konfigurasi NAT (Network Address
Translation) supaya semua client yang terhubung pada jaringan
lokal bisa mengakses internet dengan melewati interface ether1
seperti pada Gambar 5.18
Gambar 5.18 Konfigurasi NAT
Sumber : Dikelola Sendiri
Pada Gambar 5.19 dan 5.20 merupakan konfigurasi
interface Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) sebagai
backup router pada interface ether2 dan konfigurasi ip address
pada interface VRRP sebagai ip address virtual gateway .
Gambar 5.19 Konfigurasi Interface VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.20 Konfigurasi ip address Interface VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
48
Pada Gambar 5.21 dan 5.22 merupakan hasil konfigurasi
interface Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dan
konfigurasi ip address pada masing-masing interface.
Gambar 5.21 Hasil konfigurasi Interface VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.22 Hasil konfigurasi ip address
Sumber : Dikelola Sendiri
Pada Gambar 5.13 merupakan hasil ping test koneksi
internet dengan menggunakan situs www.detik.com pada pengujian
Router 1
Gambar 5.23 Hasil ping test koneksi internet
Sumber : Dikelola Sendiri
49
Gambar 5.24 Hasil koneksi internet Metode VRRP
Sumber : Dikelola Sendiri
5.1.3.3 Implementasi Load Balancing (LB)
Pada tahapan implementasi kedua penulis melakukan
implementasi Load Balancing. Berikut Langkah-langkah
implementasi Load Balancing berbasis Mikrotik RouterOS.
Langkah pertama melakukan konfigurasi ip address masing-masing
interface ether1, ether2 dan ether3 , kemudian setelah selesai
konfigurasi ip address pada masing-masing interface,
menampilkan seluruh hasil konfigurasi dengan cara mengetik ip
address print seperti pada Gambar 5.25
50
Gambar 5.25 Hasil konfigurasi ip address
Sumber : Dikelola Sendiri
Kemudian konfigurasi mangle dengan menggunakan
perintah ip firewall mangle untuk load balancing menggunakan
seperti pada Gambar 5.26
Gambar 5.26 Hasil konfigurasi mangle load balancing (LB)
Sumber : Dikelola Sendiri
51
Kemudian konfigurasi NAT ( Network Address
Translation ) supaya semua client yang terhubung pada jaringan
lokal melalui switch hub bisa mengakses internet dengan melewati
interface ether1 dan ether2 seperti pada Gambar 5.27
Gambar 5.27 Hasil konfigurasi firewall nat
Sumber : Dikelola Sendiri
Kemudian melakukan konfigurasi ip router yang
mengarah ke ip address modem1 sebagai gateway pertama serta ip
address modem2 sebagai gateway kedua, seperti pada Gambar
5.28 ,5.29 dan 5.30
Gambar 5.28 Setting ip route modem1
Sumber : Dikelola Sendiri
52
Gambar 5.29 Setting ip route modem2
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.30 Hasil konfigurasi ip route (gateway)
Sumber : Dikelola Sendiri
Gambar 5.31 Hasil koneksi internet Metode Load Balancing
Sumber : Dikelola Sendiri
53
5.2 Pembahasan
5.2.1 Tahap Pengukuran QoS
Pada tahapan ini penulis akan melakukan proses pengukuran.
Adapun tool yang digunakan pada penelitian ini untuk pengukuran
QoS menggunakan Axence Nettools, untuk hasil data Throughput,
Delay/Latency dan Packet Loss,. Pada tahap pengukuran ini, penulis
melakukan pengukuran Quality of Service (QoS) antara metode
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) dengan Metode Load
Balancing Berbasis Mikrotik RouterOS. Adapun jumlah pengukuran
atau pengujian dilakukan sebanyak 10x pengambilan data sample
dengan melakukan monitoring situs www.palcomtech.com .
Untuk parameter delay menggunakan satuan mili second (ms)
dimana semakin kecil yang didapat maka semakin baik QoS,
sedangkan pada parameter packet loss menggunakan persentase loss,
semakin besar nilai persentase loss yang diperoleh maka semakin
jelek nilai QoS artinya banyaknya paket data yang hilang (loss) saat
pengukuran, Terakhir pada parameter throughput menggunakan
satuan kbps, semakin besar maka semakin baik nilai QoS yang
diperoleh.
5.2.2 Analisa hasil Metode Load Balancing
5.2.2.1 Pengukuran Delay dan Packet Loss
Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau
juga waktu proses yang lama dalam jaringan LAN. Menurut
versi Tiphon sebagai standarisasi yang digunakan dalam
54
pengukuran nilai delay, maka besarnya delay dapat
diklasifikasikan sebagai kategori latensi sangat bagus jika
<150 ms, bagus jika 150 ms s.d 300 ms, sedang jika 300 ms
s.d 450 ms dan jelek jika > 450 ms.
Hasil pengukuran Metode Load Balancing berbasis
Mikrotik RouterOS pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 dengan
pengukuran delay dan packet loss sebanyak 10x melalui
monitoring situs www.palcomtech.com diperoleh nilai rata-
rata delay 19.1 ms sedangkan rata-rata persentase packet
loss sebesar 0.1 % sehingga dapat disimpulkan nilai
parameter delay masuk dalam Kategori Sangat Bagus
sedangkan Packet Loss masuk dalam Kategori Sangat
Bagus versi Tiphon. Faktor penyebab packet Loss dapat
terjadi karena collision atau tabrakan/tumbukan antara data
pada jaringan. Umumnya perangkat jaringan memiliki
buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi
kelebihan beban dalam jaringan yang cukup lama, buffer
akan penuh hal inilah yang bisa menyebabkan packet Loss.
Tabel 5.1 Hasil pengukuran Delay Load Balancing
Pengujian Min
(ms)
Max
(ms)
Rata-rata
Delay (ms)
1 18 22 19
2 17 37 19
3 18 21 19
4 18 25 19
5 17 26 19
6 18 27 19
7 17 42 19
55
8 18 22 19
9 17 37 20
10 18 26 19
Rata-rata 19.1
Sumber : Dikelola Sendiri
Tabel 5.2 Hasil pengukuran Packet Loss Load Balancing
Pengujian
Paket
Dikirim
Paket
Diterima
Packet
Loss (%)
1 201 201 0
2 172 172 0
3 186 185 0.54
4 165 165 0
5 613 613 0
6 278 278 0
7 287 287 0
8 203 203 0
9 153 153 0
10 212 211 0.47
Rata-rata 0.1
Sumber : Dikelola Sendiri
5.2.2.2 Pengukuran Throughput
Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket
yang sukses yang diamati pada destination selama interval
waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
56
Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan
dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput
selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena throughput
memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi
yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix sementara
throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang
sedang terjadi.
Dari hasil perhitungan throughput melalui monitoring
situs www.palcomtech.com diperoleh hasil pengukuran nilai
Throughput pada Metode Load Balancing berbasis Mikrotik
RouterOS dengan nilai rata-rata (average) sebesar 365
kbit/sec, sedangkan nilai throughput rata-rata minimum
sebesar 107.8 kbps dan rata-rata maximum sebesar 391.6
kbps dengan jumlah paket yang dikirim (sent) bervariasi.
Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Throughput Load Balancing
Pengujian Min
(kbps)
Max
(kbps)
Rata-rata
(kbps)
1 71 393 363
2 146 393 368
3 82 391 359
4 129 389 365
5 107 390 366
6 103 391 364
7 123 392 368
8 147 391 367
9 81 391 366
10 89 395 364
Rata-rata 365
Sumber : Dikelola Sendiri
57
5.2.2.3 Jitter
Berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan tabel versi
TIPHON sebagai standarisasi untuk nilai jiiter, Maka untuk
kategori degradasi sangat bagus jika 0 ms, bagus jika 0 ms s.d
75 ms, sedang 76 ms s.d 125 ms dan jelek jika 125 ms s.d 225
ms. Hasil pengukuran nilai peak jitter melalui monitoring
situs www.palcomtech.com diperoleh hasil pengukuran nilai
jitter pada metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) dengan nilai rata-rata jitter 97.78 ms, sehingga
dalam kategori versi Tiphon termasuk dalam kategori
sedang ( 76 s/d 125 ms), semakin kecil nilai jitter maka QoS
yang dihasil semakin bagus , semakin besar nilainya maka
semakin jelek QoS jaringan komputer tersebut.
Tabel 5.4 Hasil pengukuran Jitter Load Balancing
Pengujian Waktu
Pengujian (s)
Paket
Diterima
Jitter
(ms)
1 210 201 104.47
2 180 172 104.65
3 200 185 108.10
4 180 165 109.09
5 300 613 48.93
6 270 278 97.12
58
7 300 287 104.52
8 210 203 103.44
9 150 153 98.03
10 210 211 99.52
Rata-rata 97.78
Sumber : Dikelola Sendiri
5.2.3 Analisa hasil QoS VRRP
5.2.3.1 Pengukuran Delay dan Packet Loss
Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau
juga waktu proses yang lama dalam jaringan LAN. Menurut
versi Tiphon sebagai standarisasi yang digunakan dalam
pengukuran nilai delay, maka besarnya delay dapat
diklasifikasikan sebagai kategori latensi sangat bagus jika
<150 ms, bagus jika 150 ms s.d 300 ms, sedang jika 300 ms
s.d 450 ms dan jelek jika > 450 ms.
Berdasarkan hasil pengukuran nilai delay pada
metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)
dengan pengukuran delay dan packet loss sebanyak 10x
melalui monitoring situs www.palcomtech.com pada Tabel
5.5 diperoleh nilai rata-rata delay 24 ms sedangkan rata-rata
persentase packet loss sebesar 0.74 % sehingga dapat
disimpulkan nilai parameter delay masuk dalam kategori
sangat bagus sedangkan Packet Loss masuk dalam
kategori bagus versi Tiphon. Faktor penyebab packet Loss
59
dapat terjadi karena collision atau tabrakan/tumbukan
antara data pada jaringan. Umumnya perangkat jaringan
memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika
terjadi kongesti atau kelebihan beban dalam jaringan LAN
yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak
akan diterima, hal inilah yang bisa menyebabkan packet
Loss.
Tabel 5.5 Hasil pengukuran Delay Metode VRRP
Pengujian Min
(ms)
Max
(ms)
Rata-rata
Delay (ms)
1 18 117 25
2 18 179 24
3 18 144 24
4 18 194 30
5 18 142 23
6 18 105 22
7 18 133 23
8 18 136 22
9 19 122 25
10 18 115 22
Rata-rata 24
Sumber : Dikelola Sendiri
Tabel 5.6 Hasil pengukuran Packet Loss VRRP
Pengujian
Paket
Dikirim
Paket
Diterima
Packet
Loss (%)
1 204 203 0.49
2 425 423 0.47
3 199 197 1.01
4 274 264 3.65
60
5 279 277 0.72
6 343 341 0.58
7 134 134 0.00
8 222 221 0.45
9 131 131 0.00
10 300 300 0.00
Rata-rata 0.74
Sumber : Dikelola Sendiri
5.2.3.2 Pengukuran Throughput
Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket
yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu
tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Throughput
adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan
pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan
bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan
bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih
bersifat fix sementara throughput sifatnya adalah dinamis
tergantung trafik yang sedang terjadi.
Dari hasil perhitungan throughput melalui
monitoring situs www.palcomtech.com diperoleh hasil
pengukuran nilai Throughput pada metode Virtual Router
Redundancy Protocol (VRRP) dengan nilai rata-rata
(average) sebesar 259.4 kbit/sec, nilai throughput rata-rata
minimum sebesar 74.1 kbps dan rata-rata maximum sebesar
61
322.1 kbps dengan jumlah paket yang dikirim (sent)
bervariasi.
Tabel 5.7 Hasil Pengukuran Throughput Metode VRRP
Pengujian Min
(kbps)
Max
(kbps)
Rata-rata
(kbps)
1 18 208 135
2 17 212 118
3 28 210 130
4 26 205 129
5 110 399 359
6 132 397 354
7 113 397 353
8 95 397 346
9 106 398 379
10 96 398 291
Rata-rata 259.4
Sumber : Dikelola Sendiri
5.2.3.3 Jitter
Berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan tabel versi
TIPHON sebagai standarisasi untuk nilai jiiter, Maka untuk
kategori degradasi sangat bagus jika 0 ms, bagus jika 0 ms s.d
75 ms, sedang 76 ms s.d 125 ms dan jelek jika 125 ms s.d 225
ms. Hasil pengukuran nilai peak jitter melalui monitoring
situs www.palcomtech.com diperoleh hasil pengukuran nilai
jitter pada metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) dengan nilai rata-rata jitter 100.32 ms, sehingga
dalam kategori versi Tiphon termasuk dalam Kategori
Sedang (75 ms s.d 125 ms), semakin kecil nilai jitter maka
QoS yang dihasil semakin bagus , semakin besar nilainya
maka semakin jelek QoS jaringan komputer tersebut.
62
Tabel 5.8 Hasil pengukuran Jitter Metode VRRP
Pengujian Waktu
Pengujian (s)
Paket
Diterima
Jitter
1 210 203 103.44
2 300 423 70.92
3 210 197 106.59
4 300 264 113.63
5 300 277 108.30
6 300 341 87.97
7 135 134 100.74
8 240 221 108.59
9 135 131 103.05
10 300 300 100
Rata-rata 100.32
Sumber : Dikelola Sendiri
5.2.3 Hasil Perbandingan QoS Load Balancing dan VRRP
Dari hasil perbandingan pengukuran QoS metode Load
Balancing dan metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa parameter delay QoS
Load Balancing lebih unggul yaitu 19.1 ms lebih baik dibanding
delay pada metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)
yaitu sebesar 24 ms, sedangkan pada parameter packet loss, metode
Load Balancing lebih unggul karena memiliki nilai persentase yang
lebih baik yaitu 0.1 % sedangkan metode Virtual Router
63
Redundancy Protocol (VRRP) memiliki persentase packet loss
sebesar 0.74 %.
Pada parameter pengujian Throughput menunjukkan
dimana nilai bandwidth murni (aktual) pada metode Load
Balancing lebih unggul dibanding dibanding metode Virtual
Router Redundancy Protocol (VRRP) dimana penggunaan
throughput metode Load Balancing sebesar 365 kbps sedangkan
throughput metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)
sebesar 259.4 kbps sedangkan pada parameter jitter, Metode Load
Balancing memiliki nilai jitter yang lebih baik yaitu 97.78 ms ,
sedangkan metode VRRP memiliki nilai jitter sebesar 100.32 ms.
Dari nilai perbandingan secara keseluruhan, metode Load
Balancing mempunyai keunggulan pada semua parameter nilai
QoS di parameter delay, packet loss, throughput dan jitter
dibandingkan metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP).
Tabel 5.9 Perbandingan QoS Load Balancing dan VRRP
No Parameter Pengukuran Metode
Load Balance VRRP
1 Delay (ms) 19.1 24
2 Packet Loss (%) 0.1 0.74
3 Throughput (kbps) 365 259.4
4 Jitter (ms) 97.78 100.32
Sumber : Dikelola Sendiri
64
Gambar 5.32 Grafik perbandingan QoS LB dan VRRP
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Delay (ms) Packet Loss (%) Throughput (kbps)
Jitter (ms)
Grafik Perbandingan QoS LB dan VRRP
Load Balance
VRRP
65
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Parameter delay QoS Load Balancing lebih unggul yaitu 19.1 ms lebih
baik dibanding delay pada metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) yaitu sebesar 24 ms.
2. Pada parameter packet loss, metode Load Balancing lebih unggul
karena memiliki nilai persentase yang lebih baik yaitu 0.1 % sedangkan
metode Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) memiliki
persentase packet loss sebesar 0.74 %.
3. Pada parameter pengujian Throughput menunjukkan dimana nilai
bandwidth murni (aktual) pada metode Load Balancing lebih unggul
dibanding dibanding metode Virtual Router Redundancy Protocol
(VRRP) dimana penggunaan throughput metode Load Balancing
sebesar 365 kbps sedangkan throughput metode Virtual Router
Redundancy Protocol (VRRP) sebesar 259.4 kbps.
4. Pada parameter jitter, Metode Load Balancing memiliki nilai jitter
sedikit lebih baik yaitu 19.1 ms , sedangkan metode VRRP memiliki
nilai jitter sebesar 24 ms.
66
6.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan pada penelitian ini adalah agar
penelitian yang akan datang dapat membandingkan antara metode VRRP
dan Load Balancing dengan menggunakan sistem operasi Linux Server
maupun Windows Server agar dapat diketahui kelebihan dan kekurangan
masing-masing sistem operasi terhadap penerapan Redundant Link.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Andi. 2010. Sistem Jaringan Komputer untuk Pemula. MADCOMS. Yogjakarta:
Andi Offset
Chandra, aditama. 2013. Membuat backup router di mikrotik menggunakan
Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP)
Herlambang Linto, Catur Azis. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Router Masa
Depan Menggunakan Mikrotik RouterOS. Yogyakarta: Andi Offset
Hidayat, Aziz. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Kock, Ned. 2007. Information systems Action Research An Applied View Of
emerging Concepts and Methods. Texas A & M International University.
USA
Rajamohan, P. 2014. An Overview Of Virtual Router Redundancy Protocol
Techniques and Implementation for Enterprise Networks. IJISET. Vol
1 Issue 9. ISSN: 2348-7968
Sumarno, Eko & Hasmoro, Anugrah. 2013. Implementasi Metode Load
Balancing dengan Dua Jalur. IJNS Vol 2 No 1 . ISSN : 2302-5700.
KarangAnyar
Towidjojo, Rendra. 2013. Mikrotik Kungfu Kitab 2. Jakarta: Jasakom
Yevgeni, K. 1999. Telecommunications and Internet Protocol Harmonization
Over Networks (TIPHON); General aspects of Quality of Service (QoS)
ETSI. DTR/TIPHON-05006 (cb0010cs.pdf)