31
A. JUDUL Judul penelitian ini adalah “Kajian Pembuatan Plastik Biodegradabel Antibakteri dari Campuran Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) dan KitosanB. LATAR BELAKANG MASALAH Plastik merupakan bahan yang tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan hidup sehari-hari. Plastik dimanfaatkan Selain karena sifat yang praktis, mudah didapatkan, murah, ringan, kuat dan ekonomis menyebabkan ketergantungan yang besar terhadapnya bahkan untuk keperluan yang kecil sekalipun. Kebanyakan plastik yang masih digunakan hingga sekarang merupakan plastik konvensional (plastik yang berasal dari minyak bumi). Penelitian menunjukkan bahwa plastik konvensional membutuhkan waktu yang lama mencapai 100 tahun untuk mengalami penguraian (dekomposisi) didalam tanah. Namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu sifatnya yang sulit dirombak secara biologis dalam waktu yang pendek (non biodegradable), sehingga dalam jangka panjang dapat mencemari lingkungan. Selain itu, transfer senyawa – senyawa dari kemasan plastik, seperti hasil samping degradasi polimer, residu pelarut dan polimerisasi ke dalam bahan pangan yang dikemas

Proposal Final

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Final

A. JUDUL

Judul penelitian ini adalah “Kajian Pembuatan Plastik Biodegradabel

Antibakteri dari Campuran Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) dan Kitosan”

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Plastik merupakan bahan yang tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan hidup

sehari-hari. Plastik dimanfaatkan

Selain karena sifat yang praktis, mudah didapatkan, murah, ringan, kuat

dan ekonomis menyebabkan ketergantungan yang besar terhadapnya bahkan

untuk keperluan yang kecil sekalipun. Kebanyakan plastik yang masih digunakan

hingga sekarang merupakan plastik konvensional (plastik yang berasal dari

minyak bumi). Penelitian menunjukkan bahwa plastik konvensional

membutuhkan waktu yang lama mencapai 100 tahun untuk mengalami

penguraian (dekomposisi) didalam tanah.

Namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu sifatnya yang sulit

dirombak secara biologis dalam waktu yang pendek (non biodegradable),

sehingga dalam jangka panjang dapat mencemari lingkungan. Selain itu, transfer

senyawa – senyawa dari kemasan plastik, seperti hasil samping degradasi polimer,

residu pelarut dan polimerisasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dapat terjadi

selama penyimpanan sehingga menimbulkan resiko keracunan dan off flavour.

Oleh karena itu perlu dicari bahan kemasan lain yang memiliki sifat unggulan

seperti plastik dan bersifat biodegrable bahkan dapat dikonsumsi manusia (edible)

(Haryadi., dkk., 2002).

Ada tiga kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam

pembuatan film kemasan biodegradable, yaitu :         

1.   Campuran biopolimer dengan polimer sintetis :  film jenis ini dibuat dari

campuran granula pati (5 – 20 %) dan polimer sintetis serta bahan tambahan 

(prooksidan dan autooksidan) . Bahan ini memiliki nilai biodegradabilitas yang

rendah dan biofragmentasi sangat terbatas.

2.   Polimer mikrobiologi (polyester) : biopolimer ini  dihasilkan secara

Page 2: Proposal Final

bioteknologis atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes .  Biopolimer

jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB), polihidroksi valerat (PHV), asam

polilaktat (polylactic acid) dan asam poliglikolat (polyglycolic acid).  Bahan ini

dapat terdegradasi secara penuh oleh bakteri, jamur dan alga.  Namun oleh karena

proses produksi bahan dasarnya yang rumit mengakibatkan harga kemasan

biodegradable ini relatif mahal. 

3.   Polimer  pertanian : biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintetis dan

diperoleh secara murni dari hasil pertanian. Polimer pertanian ini diantaranya

cellulose (bagian dari dinding sel tanaman), cellophan, celluloseacetat, chitin

(pada kulit Crustaceae), pullulan (hasil fermentasi pati oleh Pullularia pullulans ). 

Polimer hasil pertanian mempunyai sifat termoplastik, sehingga mempunyai

potensi untuk dibentuk atau dicetak menjadi film kemasan.  Keunggulan polimer

jenis ini adalah tersedia sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur secara

alami (biodegradable). Beberapa polimer pertanian yang potensial untuk

dikembangkan adalah pati gandum, pati jagung,  kentang, casein, zein, konsentrat

whey dan soy protein.

Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan

edible film. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable

film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui,

dan memberikan karakteristik fisik yang baik. Ubi-ubian, serealia, dan biji

polong-polongan merupakan sumber pati yang paling penting. Ubi-ubian yang

sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar, kentang, dan singkong (Wahyu,

2009).

Ubi jalar merupakan salah satu jenis umbi yang mengandung pati yang

dapat dimanfaatkan dan didapatkan secara mudah dan murah. Pemanfaatan ubi

jalar selama ini lebih cenderung sebagai produk bahan olahan makanan. Dengan

pemakaiannya sebagai bahan baku plastik diharapkan dapat mengurangi

pencemaran terhadap lingkungan dan meningkatkan potensi ubi jalar yang selama

ini hanya memanfaatkan sebagai bahan makanan saja.

C. PERUMUSAN MASALAH

Page 3: Proposal Final

Rumusan permasalahan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan yang semakin memburuk akibat penumpukan sampah

yang tidak terurai

2. Adanya peningkatan kebutuhan plastik dalam kehidupan

D. TUJUAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mempelajari proses pembuatan plastik antibakteri biodegradabel dari

campuran kitosan dan pati ubi jalar.

2. Menciptakan plastik ramah lingkungan dan antibakteri

3. Menguji pengaruh berbagai rasio perbandingan pati dan kitosan terhadap

tensile strength, lamanya waktu degradasi dan persen elongation break.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah suatu artikel ilmiah yang

dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional, sehingga dapat membantu

sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pengguna lainnya.

F. KEGUNAAN

Adapun kegunaan penelitian yang dapat diperoleh:

1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan plastik biodegradabel

antimikroba sebagai alternatif kemasan makanan.

2. Memberikan nilai tambah terhadap pemanfaatan pati ubi jalar sebagai bahan

baku plastik biodegradable.

3. Terciptanya plastik kemasan yang aman bagi kesehatan.

G. TINJAUAN PUSTAKA

Plastik Biodegradable

Biodegradabality suatu plastik tergantung pada struktur kimia bahan dan

sifat produk akhir, tidak hanya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan

produk. Plastik biodegradable dapat bersumber dari alam atau resin sintetik.

Plastik biodegradable alam bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui

Page 4: Proposal Final

sedangkan plastik biodegradable sintetik yang tidak dapat diperbaharui berasal

dari minyak bumi.

Menurut ASTM (American Society of Testing and Materials)

biodegradable adalah kemampuan untuk mendekomposisi (membusukkan)

menjadi karbon dioksida, metan, air, komponen inorganic atau biomassa dimana

mekanisme diutamakan karena adanya aktivitas enzimatik dari mikroorganisme

sehingga dapat diukur dengan tes standar dalam waktu tertentu sehingga

mencerminkan kondisi pembuangan yang ada.

Biodegradasi adalah degradasi yang disebabkan aktifitas biologi, terutama

oleh enzim untuk mengubah struktur kimia suatu bahan. Plastik biodegradable

dapat terurai dengan berjalannya waktu menjadi molekul sedarhana yang dapat

ditemukan di alam sebagai karbon dioksida dan air. Laju biodegradasi yang tinggi

tergantung pada ketebalan dan geometri bahan yang dibuat (Annonimous, 2002).

Secara umum kemasan plastik biodegradable diartikan sebagai film

kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Griffin

(1994), plastik biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu

tertentu mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi

sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh mikroorganisme (bakteri, jamur, algae).

Sedangkan Seal (1994), kemasan plastik biodegradable adalah suatu material

polimer yang berubah kedalam senyawa berat molekul rendah dimana paling

sedikit satu tahap pada proses degradasinya melalui metabolisme organisme

secara alami (Firdaus dan Chairil, 2004).

Kemasan Plastik Antimikroba

Di Indonesia penelitian dan pengembangan teknologi kemasan plastik

biodegradable masih sangat terbatas. Hal ini terjadi karena selain kemampuan

sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu dan teknologi bahan, juga

dukungan dana penelitian yang terbatas. Dipahami bahwa penelitian dalam bidang

ilmu dasar memerlukan waktu lama dan dana yang besar. Sebenarnya prospek

pengembangan biopolimer untuk kemasan plastik biodegradable di Indonesia

sangat potensial. Alasan ini didukung oleh adanya sumber daya alam, khususnya

hasil pertanian yang melimpah dan dapat diperoleh sepanjang tahun. Berbagai

Page 5: Proposal Final

hasil pertanian yang potensial untuk dikembangkan menjadi biopolimer adalah

jagung, sagu, kacang kedele, kentang, tepung tapioka, ubi kayu (nabati) dan chitin

dari kulit udang (hewani) dan lain sebagainya.

Penduduk dunia yang berjumlah 3 milyar di tahun 1960 meningkat 2 kali

lipat menjadi lebih dari 6 milyar hanya dalam kurun waktu 40 tahun. Peningkatan

jumlah penduduk ditambah dengan penggunaan sumber daya alam dan energi

secara besar besaran berakibat terciptanya sampah yang menumpuk dalam jumlah

sangat besar. Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk pelestarian

lingkungan, kebutuhan bahan plastik biodegradabel mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Proyeksi kebutuhan plastik biodegradabel hingga tahun 2010 yang

dikeluarkan oleh Japan Biodegradable Plastik Society. Di tahun 1999, produksi

plastik biodegradabel hanya sebesar 2500 ton, yang merupakan 1/ 10.000 dari

total produksi bahan plastik sintetis. Pada tahun 2010, diproyeksikan produksi

plastik biodegradabel akan mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/ 10 dari total

produksi bahan plastik. Industri plastik biodegradabel akan berkembang menjadi

industri besar di masa yang akan datang karena potensi alam Indonesia yang

demikian besar (Firdaus dan Chairil, 2004).

Kemasan antimikroba merupakan suatu kemasan yang dapat

menghentikan, menghambat, mengurangi atau memperlambat pertumbuhan

mikroorganisme patogen pada makanan dan bahan kemasan. Penggunaan edible

film pada bahan makanan yang ditambahkan suatu antioksida, antimikroba,

pewarna atau pewangi telah dipelajari. Adapun metode yang dapat digunakan

yaitu inkorporasi bahan antimikroba kedalam edible film. Bahan antimikroba

yang digunakan pada makanan mengandung asam-asam organik, bakteriosin,

enzim, alkohol dan asam lemak (Mardhia, 2010).

Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu

terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat

menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang

telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus

fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan

menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger, A.

Page 6: Proposal Final

Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp.,

Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces

cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan

aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli (Sumarsih, 2008).

Bakteri patogen yang sering dijumpai pada makanan antara lain Listeria

monocytogenes, Bacillus cereus, Escherichia coli (O157:H7), Staphylococcus

aureus, Salmonella typhimurium, Shigella sonnei dan Vibrio vulnificus (Mead,

dkk, 1999 dalam Ndarajah, 2005) dan beberapa jenis jamur antara lain adalah

Eurotium amstelodami, Eurotion Chevaleiri, Penicillium Chrysogenum (Voysey

dan Magan, 2002).

Pati Sebagai Bahan Baku Pembuatan Plastik Antibakteri Biodegradable

Pati merupakan karbohidrat, kandungan utama pada tanaman tingkat

tinggi yang diproduksi melalui fotosintesis dalam tanaman hijau. Pati diperoleh

dalam seluruh organ tanaman tingkat tinggi yang disimpan dalam biji, umbi, akar

dan jaringan batang tanaman sebagai cadangan energi untuk masa pertubuhan dan

pertunasan. Menurut Winarno (1986), selain sebagai bahan makanan pati juga

digunakan dalam non-food seperti perekat dalam industry tekstil, polimer atau

sebagai bahan tambahan dalam sedian farmasi (Mardhia, 2010).

Pati merupakan polisakarida alami yang dapat diperbaharui (renewable),

mudah rusak (biodegradable), dan harga murah. Pati merupakan homopolimer

glukosa dengan ikatan α- glikosida dan merupakan rantai gula panjang. Berbagai

macam pati tidak sama sifatnya tergantung pada panjang rantai atom C nya,

apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya.

Untuk menganalisa adanya pati digunakan iodin, karena pati yang

berikatan dengan iodin akan menghasilkan warna biru. Pati merupakan granula

berwarna putih dengan diameter 2 . 100 µ m (Whistler, 1984). Pati merupakan

polimer karbohidrat dari unit anhidroglukosa, (C6H10O5)x terdiri dari dua

polisakarida dengan struktur tertentu yaitu amilosa dan amilopektin.

Page 7: Proposal Final

Gambar 1. Struktur Amilosa (Yusmarlela, 2009)

Sifat-sifat dari amilosa:

1. Ikatannya linear (lurus).

2. Larutan dalam air dingin dalam batas tertentu.

3. Berat molekul rata-rata 10000 . 60000 (10³-60³).

4. Ikatan antar molekul á . D . glukosa dihubungkan pada ikatan 1,4.

Sifat-sifat dari amilopektin:

1. Ikatannya bercabang.

2. Tidak larut dalam air dingin.

3. Mempunyai berat molekul 60000- 100000 (60³-10 4 ).

4. Ikatan antar molekul α-D- glukosa dihubungkan oleh ikatan 1,4 dan ikatan

1,6 pada percabangan.

Gambar 2. Struktur Amilopektin (Yusmarlela, 2009)

Ubi Jalar

Page 8: Proposal Final

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari benua

Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi

jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar

menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika, diperkirakan

pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubijalar ke

kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia.

Sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubijalar diklasifikasikan

sebagai berikut (Rukmana, 1997):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Convolvulale

Famili :Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas

Ubijalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan

lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari.

Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut.

Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya. Di Jepang,

ubijalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang cukup populer. Beberapa

varietas ubi Jepang cukup dikenal hingga ke Indonesia. Selanjutnya beberapa

varietas yang diusahakan tersebar secara luas di Indonesia, diantaranya varietas

ibaraki, beniazuma, dan naruto.

Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai

tidak rata. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan,

tergantung jenis (varietas)nya. Daging ubi berwarna putih, kuning atau jingga

sedikit ungu (Rukmana, 1997). Menurut Woolfe (1992), kulit ubi maupun

dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosianin yang menentukan

warnanya. Kombinasi dan intesitas yang berbeda-beda dari keduanya

menghasilkan warna putih, kuning, oranye, atau ungu pada kulit dan daging ubi.

Page 9: Proposal Final

Gambar 3. Ubi jalar Putih (www.foodsubs.com/Sweetpotatoes)

Menurut Kumilaningsih (2006), ubi jalar merupakan sumber karbohidrat

dan sumber kalori yang cukup tinggi. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin

dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubijalar antara lain vitamin A,

vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam

ubijalar diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Kandungan

lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu (Simon, 2008).

Salah satu bentuk olahan ubi jalar adalah tepung ubi jalar. Dibandingkan

dengan tepung ubi kayu, tepung ubi jalar lebih unggul. Tepung ubi kayu

mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi, sehingga produk tepung ini

mudah keras dan apek karena amilopektin mempunyai rantai yang bercabang dan

akan mudah memerangkap air sehingga peluang terjadinya retrogradasi lebih

besar. Dibandingkan dengan beras giling atau jagung giling (rata-rata 360 kal per

100 gram) jumlah kalori ubi jalar lebih rendah (123 kalori per 100 gram, tetapi ubi

jalar lebih unggul pada kandungan mikronutriennya (Aini, 2004).

Kitosan

Kitosan merupakan produk alamiah yang merupakan turunan dari

polisakarida chitin. Kitosan mempunyai nama kimia Poly D-glucosamine ( beta

(1-4) 2-amino-2-deoxy-D-glucose), bentuk chitosan padatan amorf bewarna putih

dengan struktur kristal tetap dari bentuk awal chitin murni. Kitosan mempunyai

rantai yang lebih pendek daripada rantai chitin. Kelarutan kitosan dalam larutan

asam serta viskositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat

degradasi polimer (Wardaniati dan Sugiyani, 2002).

Page 10: Proposal Final

Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat,

beberapa pelarut organic, sedikit larut dalam HCl dan HNO3. Kitosan tidak

beracun dan mudah terbiodegradasi. Berat molekul kitosan adalah sekitar 1,2

105, tergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilisasi. Sifat–sifat

kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil yang

terikat. Adanya gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia

yang tinggi dan penyumbang sifat polielektrolit kation, sehingga dapat berperan

sebagai amino pengganti (Safarrullah, 2007).

Reaksi pembentukan chitosan dari chitin merupakan reaksi hidrolisa suatu

amida oleh suatu basa. Chitin bertindak sebagai amida dan NaOH sebagai

basanya. Mula-mula terjadi reaksi adisi, dimana gugus OH- masuk ke dalam

gugus NHCOCH3 kemudian terjadi eliminasi gugus CH3COO- sehingga

dihasilkan suatu amida yaitu chitosan. Reaksi pembentukannya seperti terlihat

pada Gambar 4.

Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antimikroba,

karena mengandung enzim lysosim dan gugus aminopolysacharida yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroba dan efisiensi daya hambat khitosan terhadap

bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan khitosan. Kemampuan dalam

menekan pertumbuhan bakteri disebabkan chitosan memiliki polikation

bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang

(Wardaniati dan Sugiyani, 2002).

Gambar 4. Reaksi pembentukan kitosan (Wardaniati dan Sugiyani, 2002)

Page 11: Proposal Final

Muzarelli telah meneliti kemampuan kitosan dalam menghambat

pertumbuhan 298 kultur bakteri secara drastis (Seid,2007). Penambahan kitosan

dapat menghambat pertumbuhan Saccharomyces dan Fusarium Saloni (Rhoades

dan Rastall, 2000).

Chokyon Rha clan Mc NeaLY h. w. (1959) melaporkan bahwa kitosan

dapat berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan untuk pembentukan alat-alat gelas,

plaslik, karet dan selulosa sehingga sering disebut " specialily adhesif

formulations." Selain itu kitosan dapat digunakan sebagai perekat (misalnya

kitosan yang berkosentrasi rendah dan sedang yang berkosentrasi (3 -4 ) % dalam

asam asetat 2 % pada bahan untuk pembuatan rayon cotton.

Kitin dan kitosan adalah salah satu dari polisakarida di dalam unit dasar

suatu gula animo. Polisakarida ini adalah suatu struktural unsur yang memberikan

kekuatan mekanik organisme. Kitin tidak dapat larut dalam air, pelarut organik

alkali atau asam mineral encer .Tetapi ia tidak dapat larut dan terurai dengan

adanya enzym atau dengan pengolahan asam mineral padat. Dalam struktur, kitin

terdiri dari sebuah rantai panjang dari N acetylglukosamine. Rumus empirisnya

adalah C6H6CNHCOCH3 dan berisi campuran murni 6,9 % Nitrogen. Polimer ini

adalah serupa selulosa diganti oleh suatu acetyl amino ( NHCOCH3) unit.

Plasticizer

Pembuatan film layak makan dari pati (starch) memerlukan campuran

bahan aditif untuk mendapatkan sifat mekanis yang lunak, ulet dan kuat. Untuk itu

perlu ditambahkan suatu zat cair/padat agar meningkatkan sifat plastisitasnya.

Proses ini dikenal dengan plastisasi, sedang zat yang ditambah disebut pemlastis.

Di samping itu pemlastis dapat pula meningkatkan elastisitas bahan, membuat

lebih tahan beku dan menurunkan suhu alir, sehingga pemlastis kadang-kadang

disebut juga dengan ekastikator antibeku atau pelembut. Jelaslah bahwa plastisasi

akan mempengaruhi semua sifat fisik dan mekanisme film seperti kekuatan tarik,

elastisitas kekerasan, sifat listrik, suhu alir, suhu transisi kaca dan sebagainya.

Page 12: Proposal Final

Adapun pemlastis yang digunakan adalah gliserol, karena gliserol

merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah diperoleh, dapat diperbaharui

dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah terdegradasi dalam alam.

Gliserol

Salah satu alkil trihidrat yang penting adalah gliserol (propa- 1,2,3 .triol)

CH2OHCHOHCH2OH. Senyawa ini kebanyakan ditemui hampir semua lemak

hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat.

Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa manis tidak berwarna, cairan

kental dengan titik lebur 20°C dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290°C

gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak.

Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air

maupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupakan pelarut yang baik.

Senyawa ini bermanfaat sebagai anti beku (anti freeze) dan juga

merupakan senyawa yang higroskopis sehingga banyak digunakan untuk

mencegah kekeringan pada tembakau, pembuatan parfum, tita, kosmetik,

makanan dan minuman lainnya. Gliserol dapat digunakan untuk gliserolisis lemak

atau metil ester untuk membentuk gliserolat monogliserida, digliserida dan

trigliserida. Gliserol mengandung tiga gugus hidroksi yang terdiri dari dua gugus

alkohol primer dan satu gugus alkohol skunder. Atom karbon yang terdapat dalam

gliserol dapat ditunjukkan sebagai atom karbon α, β dan γ (Yusmarlela, 2009).

Gambar 5. Gliserol Lemak (Yusmarlela, 2009)

Metode Uji Antimikroba

Uji antimikroba biasanya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

bahan pembuat plastik yang kita gunakan dapat menghambat pertumbuhan

Page 13: Proposal Final

mikroba pada makanan. Terdapat berbagai metode yang digunakan untuk

mengetahui aktivitas antimikroba suatu zat, diantaranya:

a. Agar Diffusion Methode

Metode ini telah digunakan oleh Dowsen dkk. Pada tahum (1995). Sampel

yang akan diuji dipotong segi enam dengan ukuran (1 cm x 1 cm), lalu sampel

yang telah dipotong diletakkan pada permukaan media agar yang telah dioleskan

bakteri E.Coli. Lalu sampel diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam (Idayu,

2005; Nadarajah, 2005; Han, 2006).

b. Liquid Culture Test

Sampel plastik yang akan diuji dipotong persegi dengan pisau steril

dengan ukuran 30 x 50 mm. Sampel yang telah dipotong dicelupkan dalam gelas

uji 50 ml yang berisi 40 ml TSB (tryptic soy broth) dengan kandungan Tween

sebesar 0,4 gram, lalu diinkubasi dengan 0,4 ml bakteri, setelah itu sampel yang

akan diuji diinkubasi dengan suhu 370C sambil agitasi. Culture sampel diambil

sebanyak 1,5 ml setiap 2 jam sekali selama 36 jam. Sampel yang diambil

kemudian dihitung densitas optiknya (O.D.600) λ = 600 ditentukan dengan

menggunakan spektrofotometer yang akan menyatakan konsentrasi

mikroorganisme yang ada pada media (Han, 2006).

Mekanisme Pengujian Plastik Biodegradabilitas Plastik

Menurut Griffin, (1994) proses uji biodegradable ini diperlukan untuk

mempelajari tingkat ketahanan film plastik yang dihasilkan kaitannya dengan

pengaruh mikroba pengurai, kelembaban tanah dan suhu bahkan faktor kimia fisik

yang lain. Secara kimiawi, film plastik yang dihasilkan jelas bersifat

biodegradable, hal itu disebabkan oleh bahan baku yang digunakan adalah bahan

baku organik dan alamiah yang mudah berinteraksi dengan air dan mikro

organisme lain bahkan sensitif terhadap pengaruh fisik/kimia lingkungan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat biodegradabilitas kemasan

setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni : sifat hidrofobik, bahan aditif,

proses produksi, struktur polimer, morfologi dan berat molekul bahan kemasan.

Page 14: Proposal Final

Proses terjadinya biodegradasi film kemasan pada lingkungan alam dimulai

dengan tahap degradasi kimia yaitu dengan proses oksidasi molekul,

menghasilkan polimer dengan berat molekul yang rendah. Proses berikutnya

(secondary process) adalah serangan mikroorganisme (bakteri, jamur dan alga)

dan aktivitas enzim (intracellular, extracellular). Contoh mikroorganisme

diantaranya bakteri phototrop (Rhodospirillium, Rhodopseudomonas,

Chromatium, Thiocystis), pembentuk endospora (Bacillus, Clostridium), gram

negatif aerob (Pseudomonas, Zoogloa, Azotobacter, Rhizobium), Actynomycetes,

Alcaligenes (Firdaus dan Chairil, 2004).

H. METODE PELAKSANAAN

Variabel Penelitian

1. Variabel Tetap

Variabel tetap pada pembuatan plastik pati ubi jalar – kitosan adalah

plasticizer (glycerol), Pelarut kitosan, yaitu asam asetat glacial 100%, Konsentrasi

gliserol 50% dari berat pati, Jenis pati, yaitu pati ubi jalar, Kecepatan pengaduk 75

rpm, suhu gelatinasi 65 – 70oC, Suhu pemanggangan 60oC selama 5 jam,

Ketebalan film 1,5 mm

2. Variabel Berubah

Rasio pati – kitosan, yaitu 10:0; 9:1; 8:2; 7:3; 6:4 (b/b), Konsentrasi larutan

kitosan, yaitu 2%, 4%, 6% (b/v)

Rencana Kegiatan

Ubi jalar dikupas, dibersihkan dan diparut. Ditambahkan air selanjutnya

disaring dan diendapkan. Endapan dikeringkan lalu ditumbuk sampai halus dan

diayak. Tepung ubi jalar selanjutnya digunakan dalam proses pembuatan plastik.

Proses pembuatan plastik dari campuran ubi jalar dan kitosan secara skematis

dapat dilihat pada Tabel 1. Plastik yang telah jadi, selanjutnya di adakan

Page 15: Proposal Final

pengujian terhadap sifat antimikroba filmnya, sifat mekanik (tensile strength, %

elongasi) dan sifat biodegradasi film menggunakan metode soil burial test.

Pada uji antimikroba, media MHA yang dibutuhakn dilarutkan dalam

aquadest hingga homogen dan disterilkan dengan autoclave. Media dituangkan

dalam petridisc dan biarkan mengeras. Bakteri E.Coli yang telah diencerkan

dioleskan ke seluruh permukaan media hingga merata. Plastik pati ubi jalar-

kitosan dipotong lalu diletakkan dipermukaan media yang telah dioles bakteri.

Media diinkubasi selama 24 jam lalu dilakukan pengukuran zona terang yang

terbentuk dengan menggunakan penggaris.

Untuk uji biodegradadable, plastik pati ubi jalr-kitosan untuk setiap rasio

langsung ditanam di dalam polybag yang mengandung tanah dimana terdapat

tumpukan sampah. Lalu diamati perubahan plastik yang terjadi secara fisik dan di

catat lamanya masa penguraian plastik tersebut.

Tabel 1. Skema pembuatan plastik biodegradabel

Pati 10% (b/v) dilarutkan

dalam aqudest

Kitosan dilarutkan dalam asam

asetat glasial (100%) dengan

konsentrasi 2%, 4%, 6% (b/v)

Pencampuran

Kitosan dan pati ubi jalar dengan rasio 10:0; 9:1; 8:2; 7:3; 6:4 (b/b)

Pengadukan dan Pemanasan

Pada suhu 70-75oC. Kecepatan 75 rpm selama 25 menit

Page 16: Proposal Final

I. JADWAL KEGIATAN

Susunan jadwal pelaksanaan penelitian secara terperinci dapat dilihat pada

Tabel 1 di bawah ini

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No KegiatanBulan Ke

1 2 3

1. Persiapan alat dan bahan

2.Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data

3. Analisa data

4. Penulisan laporan

Penambahan Gliserol

50% berat pati, diaduk lagi hingga homogen

Pencetakan

Casting diatas pelat kaca dengan ketebalan 2,5 mm

Pengeringan

Oven pada suhu 60oC selama 5 jam

Peeling Sampel dari Cetakan

Sampel dilepaskan dari cetakannya kemudian disimpan dalam desikator

selama 24 jam

Sampel siap di uji (antimikroba, tensile strength, % elongasi,

biodegradable)

Page 17: Proposal Final

J. RANCANGAN BIAYA

Bahan Habis Pakai

No Uraian KebutuhanHarga Satuan

(Rp)Jumlah Harga

(Rp)

1. Ubi jalar segar 5 kg 5.000 / kg 25.0002. Kitosan 3.000.000 / 0,1 kg 3.000.0003. Asam asetat glasial 875.000 / liter 875.0004. Gliserol 1.062.000 / 0,5 liter 1.062.0005. Bakteri E.Coli 1 botol 10.000 / 0,5 liter 10.0006. Kertas 1 rim 1 rim 35.000 / rim 35.0007. Polybag 45 kantong 400 / sampel 18.000

Analisa Hasil1. Pengujian antibakteri 45 sampel 10.000 / sampel 450.0002. Pengujian mekanik 45 sampel 15.000 / sampel 675.000

Lain – Lain1. Biaya print 200 lembar 400 / lembar 80.0002. Penjilidan laporan 4 eks 5000 / eks 20.0003. Dokumentasi 1 paket 300.000 / paket 300.0004. Biaya transportasi

dan pengambilan bahan baku di Saree, Aceh Besar

150.000 / orang 450.000

Total Keseluruhan 7.000.000

K. DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur, 2004, Pengolahan Tepung Ubi Jalar dan Produk – Produknya Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Institut Pertanian Bogor

Annonimous, 2002, Biodegradable Plastics - Developments and Environmental Impacts, Nolan-ITU Pty Ltd Prepared in association with ExcelPlas Australia

Firdaus, Feris dan Chairil Anwar, 2004, Potensi Limbah Padat-cair Industri Tepung Tapioka sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradabel, Vol 1 No 2 Juli 2004

Han, Jaejoon, 2006, Antimicrobial Packaging System for Optimization of Electron Beam Irradiation of Fresh Produce, A Dissertation of Texas A&M

Page 18: Proposal Final

Haryadi, dkk, 2002, Karakterisasi Komposit Film Edible Pektin Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) dan Tapioka, Vol XIII No 2, 2002

Idayu, I, 2005, Final Report Reserch Management Centre University Teknologi Malaysia : Study of an Active Antimicrobial System Using a Bio-Switch Concept, University Teknologi Malaysia, Johor, Malaysia

Mardhia, Y, 2010, Edible Film, Universitas Sumatra Utara

Nadarajah, Kandasamy, 2005, Development and Characterization of Microbial Edible Film from Crawfish Chitosan, Academic Dissertation of Lousiana State University

Rhodes, J dan Bob Rastall, 2000, Chitosan as an Antimicrobial Agent, J Food Technology International 2000, Vol (1) 29-35

Safarrullah, 2007, Sintesa Khitosan dari Khitin dengan Bahan Baku Cangkang Kepiting (Scylla Serrata), Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Seid, Charllote, 2007, Paper or Plastic: The Comercial Future of Chitosan, Harvard Science Review, Spring 2007

Simon, 2008, Ubi Jalar (http://simonbwidjanarko.files.wordpress.com/2008/06/ubijalar-22.pdf, diakses September 2010)

Sumarsih, 2008, Mikroba dan Lingkungan, (http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vii-mikroba-dan lingkungan.pdf, diakses 21 September 2010)

Voysey, P G Keshri dan N. Magan, 2002, Early Detection of Spoilage Moulds in Bread Using Volatile Production Pattern and Quantitative Enzyme Assays, Journal of Applied Microbiology 2002, 92, 165-172

Wahyu, Maulana Karnawidjaja, 2009, Pemanfaatan Pati Singkong sebagai Bahan Baku Edible Film, Universita Padjajaran, Bandung

Wardaniati, Ratna Adi dan Sugiyani Setyaningsih, Pembuatan Chitosan dari Kulit Udang dan Aplikasinya untuk Pengawetan Bakso (http://eprints.undip.ac.id/1718/1/makalah_penelitian_fix.pdf, diakses 3 September 2010)

Yusmarlela, 2009, Studi Pemanfaatan Plastisiser Gliserol dalam Film Pati Ubi dengan Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu, Universitas Sumatra Utara, Medan

Page 19: Proposal Final

L. LAMPIRAN

Biodata Ketua Pelaksana

Nama : Firza Zuraida F.A

NIM : 0704103010011

Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 6 Oktober 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Tgk Chik Dipineung VIII No. 38 Kp.Pineung

Banda Aceh

Hp : 085277095963

Email : [email protected]

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, Oktober 2010

Firza Zuraida F.A

Biodata Anggota I

Nama : Aisyah

NIM : 0704103010014

Tempat, tanggal lahir : Pante Gurah, 27 Juli 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Tgk Chik Dilamnyong Lr Musala 1 No.20 Banda Aceh

Hp : 085277764723

Email : [email protected]

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, Oktober 2010

Page 20: Proposal Final

Aisyah

Biodata Anggota II

Nama : Eka Mailidar Sari

NIM : 0804103010032

Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 29 Mei 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Simpang Surabaya No. 2 Desa Peunyerat, Lhong Raya

Banda Aceh

Hp : 08984170023

Email : [email protected]

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, Oktober 2010

Eka Mailidar Sari

Biodata Dosen Pembimbing

Nama : Lia Mairiza ST.,MT

NIP : 19740523 200003 2 001

Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 23 Mei 1974

Jenis Kelamin : Perempuan

Bidang Keahlian : Teknologi Polimer

Kantor/Unit Kerja : Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Alamat Kantor : Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf 7, Darussalam,Banda 23111

Alamat : Jl. Keupula No.18 Sektor Timur Darussalam, Banda Aceh

Hp : 085260084495

Page 21: Proposal Final

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

UNIVERSITAS/INSTITUT DAN LOKASI

GELARTAHUN

SELESAIBIDANG STUDI

Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh

ST 1998 Teknik Kimia

Institut Teknologi BandungMT 2001 Teknik Kimia

Demikianlah biodata ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Banda Aceh, Oktober 2010

Lia Mairiza,ST.MTNIP. 19740523 200003 2 001