62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam system kesehatan yang optimal agar dapat bekerja serta hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Tidak terkecuali warga Negara yang telah berusia lanjut (Depkes RI, 1994:1). Usia lanjut merupakan golongan yang dihormati sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Kelompok ini menjadi sumber daya manusia yang potensial dan bermanfaat bagi peningkatan kehidupan masyarakat namun secara alami kelompok tersebut 1

Proposal Lansia Poltekkes

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal penelitian keperawatan

Citation preview

Page 1: Proposal Lansia Poltekkes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan

upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam

system kesehatan yang optimal agar dapat bekerja serta hidup layak

sesuai dengan martabat manusia. Tidak terkecuali warga Negara yang

telah berusia lanjut (Depkes RI, 1994:1).

Usia lanjut merupakan golongan yang dihormati sesuai dengan

pengetahuan dan pengalamannya. Kelompok ini menjadi sumber daya

manusia yang potensial dan bermanfaat bagi peningkatan kehidupan

masyarakat namun secara alami kelompok tersebut mengalami

kemunduran fisik, biologik, mental maupun sosialnya. Perjalanan

penyakit pada usia lanjut pun mempunyai ciri tersendiri, yaitu bersifat

menahun, semakin berat dan sering penyakit jantung dan pembuluh

darah, kanker dan penyakit degeneratif lainnya merupakan penyakit

yang banyak ditemukan pada orang berusia lanjut, sebagai akibat

proses ketuaan yang dialaminya. Oleh karena itu kelompok usia lanjut

1

Page 2: Proposal Lansia Poltekkes

memerlukan perhatian dan upaya khusus di bidang kesehatan

(Depkes RI, 1994:2).

Pada umumnya pada usia lanjut menganggap penyakit sebagai

hal biasa, sehingga jarang memeriksakan diri, di samping itu masih

banyak petugas kesehatan yang belum memperhatikan gejala awal

menurunnya kondisi ini, meskipun umumnya angka kesakitan

cenderung menurun, namun karena usia lanjut meningkat, maka hal ini

tetap merupakan masalah yang memerlukan perhatian, karena di

harapkan usia lanjut tidak menjadi beban dikemudian hari. Melainkan

tetap berdaya guna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat untuk

melaksanakan upaya kesehatan usia lanjut secara efekti, data dan

informasi yang ada pada saat ini sangat terbatas. Disamping ini

gerontologi dan geriatri belum tercantum dalam kurikulum pendidikan

kesehatan, baik di lingkungan departemen kesehatan. Sehingga

pengetahuan dasar petugas kesehatan untuk pengembangan upaya

kesehatan usia lanjut masih perlu ditingkatkan (Depkes RI: 4-6).

Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam pembinaan

usia lanjut adalah dengan upaya peningkatan kesehatan dan

kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin untuk dapat produktif

dan berperan aktif dalam pembangunan. Bentuk partisipasi aktif

masyarakat yang diharapkan berupa partisipasi dalam pendataan,

2

Page 3: Proposal Lansia Poltekkes

pemanfaatan pelayanan (Puskesmas, Posyandu). Pengenalan diri

masalah kesehatan lanjut usia dan serta pendanaan bagi rujukan yang

diperlukan (Depkes RI, 2000:20).

Menurut WHO “lansia aktif” adalah suatu proses yang memberikan

kesempatan optimal untuk memperoleh kesejateraan fisik, sosial dan

mental dalam rangkaian seluruh kehidupan, agar meningkatkan usia

harapan hidupnya dengan sehat , produktif dan berkualitas. Sehingga

diharapkan lansia tidak hanya aktif secara fisik akan tetapi juga terlibat

aktif dalam kegiatan social, spiritual kebudayaan maupun ekonomi

(Nugroho, 2000:18).

Menyadari akan proporsi penduduk berusia 55 tahun ke atas akan

meningkat sejalan dengan peningkatan dan membaiknya kondisi sosial

ekonomi dan sosial budaya bangsa di masa-masa yang akan datang

maka perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam dengan demikian

diharapakan petugas kesehatan mengadakan posyandu lansia guna

membantu lansia untuk mendapatkan informasi-informasi tentang

kesehatan. Selain itu lansia dapat melakukan pemeriksaan kesehatan

di posyandu tersebut (Depkes RI, 1991:3).

3

Page 4: Proposal Lansia Poltekkes

Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada

500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan ada 500 juta

dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025

akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat

pertambahan orang lanjut usia + 1.000 orang per hari pada tahun 1985

dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun.

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971,

jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5 %)

dari jumlah penduduk. Selanjutnya pada tahun1980, jumlah ini

meningkat menjadi 8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada

tahun 1990, jumlah ini meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%). Pada

tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari

jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan

meningkat menjadi 18,3 juta (8,5%).

Jumlah lanjut usia terus meningkat dan menurut proyeksi WHO

pada 1995 dimana, pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 1990

bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami

pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%,

India 242%, dan China 220%.

4

Page 5: Proposal Lansia Poltekkes

Jumlah lanjut usia Indonesia, menurut sumber BPS bahwa pada

tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan

pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk

sebesar 228.018.900), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan

jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang

sangat besar sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan

kesejateraan lanjut usia sejak sekarang akan menimbulkan

permasalahan dan bisa jadi merupakan bom waktu di kemudian hari.

Kecenderungan timbulnya masalah ini ditandai pula dengan angka

ketergantung lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar

13,72%. Angka ketergantungan penduduk akan menjadi tinggi dan

dirasakan oleh penduduk usia produktif jika ditambah dengan angka

ketergantungan penduduk usia kurang dari 15 tahun, dimana saat ini

jumlah penduduk kurang dari 15 tahun sebesar 29,13%.

Berdasarkan data yang di peroleh (tahun 2009, data sensus

penduduk 2010) jumlah total lansia di Sulsel  adalah 721.353 jiwa

(9,19% dari total jumlah penduduk Sulsel). Adapun data yang

diperoleh dari Puskesmas Mangasa Kecamatan Rappocini Kelurahan

Mangasa Kota Makassar, jumlah lansia yang mendapat pelayanan

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mangasa Kelurahan Mangasa,

pada tahun 2014 sebanyak 3.680 lansia (93,07%) pada tahun 2015

5

Page 6: Proposal Lansia Poltekkes

jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Mangasa sebanyak 2.652 lansia.

Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan program

Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan

pada masyarakat setempat, khususnya balita, wanita usia subur,

maupun lansia. Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia metiputi

pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan

dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih

awal penyakit yang diderita atau ancaman salah satu kesehatan yang

dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu

lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari,

pemeriksaan status inental, pemeriksaan status gizi, pengukuran

tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein

dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan

kesehatan. Kegiatan lain yang sesuai kebutuhan dan kondisi setempat

seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan

aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lanjut

usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Pemkot

Yogyakarta, 2007).

Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan

memberi bagi lansia kemudahan pelayanan kesehatan dasar,

6

Page 7: Proposal Lansia Poltekkes

sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan

baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia

tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang

tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaafkan

adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para

lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Lansia yang

tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu

lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan

baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat

penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat

berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan

sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan

dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga,

pemeritah maupun masyarakat itu sendiri.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang  masalah yang telah diuraikan diatas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah

pengetahuan lansia mengenai pemanfaatan posyandu lansia di RW.05

Kel.Mangasa Kota Makassar?”

7

Page 8: Proposal Lansia Poltekkes

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengetahuan lansia mengenai

pemanfaatan posyandu lansia di RW.05 Kel.Mangasa Kota

Makassar.

1.3.1.2 Tujuan khusus

Untuk mengetahui secara deskriptif pengetahuan

lansia mengenai Posyandu lansia di RW.05 Kel.Mangasa

Kota Makassar. 

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media untuk

penerapan berbagai konsep ilmu pengetahuan  gerontik dan

dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah penelitian tentang

pengetahuan lansia mengenai pemanfaatan Posyandu

lansia .

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi Puskesmas Mangasa.

8

Page 9: Proposal Lansia Poltekkes

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu

Lansia , diharapkan dapat menjadi masukan untuk

perencanaan dan pengembangan program lanjut usia dalam

pelayanan kesehatan lansia secara optimal.

1.4.2.2 Bagi Profesi  Keperawatan.

Dapat dijadikan referensi pengembangan ilmu

keperawatan khususnya di bidang  keperawatan gerontik.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

bacaan dan referensi perpustakaan dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan panduan bagi

mahasiswa yang melakukan penelitian.

1.4.2.4 Bagi Peneliti selanjutnya.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan

pembelajaran untuk dijadikan informasi awal bagi peneliti

lain yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.

9

Page 10: Proposal Lansia Poltekkes

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca

indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmojo, 2003)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya seseorang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam

10

Page 11: Proposal Lansia Poltekkes

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (Notoatmodjo,

2003)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu

yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil

11

Page 12: Proposal Lansia Poltekkes

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situsi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih

didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

12

Page 13: Proposal Lansia Poltekkes

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari

Notoadmojo,2003:11 adalah sebagai berikut :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba

salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan

itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau

informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan

berbagai prinsip orang lain yang menerima atau

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

13

Page 14: Proposal Lansia Poltekkes

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir

suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita

kenal dengan penelitian ilmiah.

2.1.4 Proses Perilaku TAHU

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia

baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati

oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru

di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni:

1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi

(objek).

2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

14

Page 15: Proposal Lansia Poltekkes

3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4. Trial dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip

Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003).

Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi.

15

Page 16: Proposal Lansia Poltekkes

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja pada umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam

(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan

menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai

dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

16

Page 17: Proposal Lansia Poltekkes

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam

(2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76%-100%

2. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3. Kurang : Hasil presentase >56%

2.2Posyandu Lansia

2.2.1 Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

17

Page 18: Proposal Lansia Poltekkes

digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan. Posyandu lansia adalah bentuk pelayanan kesehatan

bersumber daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh

masyarakat berdasarkan insiatif dan kebutuhan masyarakat,

khususnya pada penduduk lanjut usia. (Erpandi,2015)

Disamping pelayan kesehatan, di posyandu lansia juga

dapat diberikan pelayan social, agama, pendidikan, keterampilan,

olahraga, dan seni budaya serta pelayan lain yang dibutuhkan para

lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui

peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu

mereka dapat beraktifitas dapat mengembangkan potensi diri.

(Komnas Lansia, 2010)

2.2.2 Tujuan Posyandu Lansia

Menurut Erpandi (2015) tujuan pembentukan Posyandu Lansia

adalah :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di

masyarakat sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan

lintas sektor serta meningkatkan peran serta masyarakat

dan swasta dalam pelayanan kesehatan.

18

Page 19: Proposal Lansia Poltekkes

c. Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif,

produktif, dan mandiri serta meningkatkan komunikasi di

antara masyarakat lansia.

2.2.3 Manfaat Posyandu Lansia

Secara umum Posyandu Lansia mempunyai beberapa manfaat

yaitu : (Depkes, 2010)

a. Meningkatkan status kesehatan lansia.

b. Meningkatkan kemandirian lansia.

c. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia.

d. Meningkatkan harapan hidup.

2.2.4 Pengelola Posyandu

Pengelola posyandu meliputi unsure masyarakat,

lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan,

lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra-pemerintah,

dan dunia usaha terpilih. Semua elemen tersebut

mempunyai kesediaan, kemampuan, dan waktu serta

kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di

posyandu. (Erpandi, 2015)

Penjabaran dari penyelenggara posyandu adalah

sebagai berikut:

19

Page 20: Proposal Lansia Poltekkes

1. Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah di

latih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan

puskesmas dan sector lain di kecamatan.

2. Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia,

mampu, dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan

posyandu lansia secara sukarela.

3. Kader posyandu terlatih adalah kader yang telah mengikuti

pelatihan terkait bidang layanan posyandu lansia.

4. Kelompok kerja posyandu (Pokja Posyandu) adalah kelompok

kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dengan

pembinaan penyelenggaraan atau pengelolaan posyandu lansia

yang berkedudukan di desa atau kelurahan.

2.2.5 Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran posyandu lansia (Erpandi, 2015) terdiri dari sasaran

langsung dan tidak langsung. Adapun sasaran yang di maksud

adalah :

1. Sasaran langsung

a. Kelompok Pra Lanjut Usia (45-59 tahun).

b. Kelompok Lanjut Usia (lebih dari 60 tahun).

c. Kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi (70 tahun

keatas).

2. Sasaran tidak langsung

20

Page 21: Proposal Lansia Poltekkes

a. Keluarga dimana lanjut usia berada.

b. Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan

kesehatan lanjut usia.

c. Masyarakat luas.

2.2.6 Alasan Pendirian Posyandu Lansia

Adapun alasan didirikan posyandu lansia yaitu: (Erpandi,

2015)

1. Jumlah populasi lansia semakin meningkat.

2. Masalah kesehatan dan kehidupan sosial ekonomi

yang banyak pada lansia seiring dengan kemunduran

fungsi tubuh.

3. Posyandu dapat memberi pelayanan kesehatan dan

bimbingan lain, khususnya dalam upaya mengurangi

atau mengatasi dampak penuaan, mendorong lansia

untuk tetap aktif, produktf, dan mandiri.

4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dampak

globalisasi memungkinkan setiap orang mandiri

sehingga kelompok lansia terpisah jarak dengan

anak-anaknya, sedangkan para lansia tetap

membutuhkan sarana untuk hidup sehat dan

bersosialisasi.

21

Page 22: Proposal Lansia Poltekkes

5. Posyandu berlandaskan semboyan, dari masyarakat,

“untuk masyarakat, dan oleh masyarakat”, sehingga

timbul rasa memiliki dari masyarakat terhadap sarana

pelayanan yang berbasis masyarakat tersebut.

2.2.7 Ruang Lingkup Posyandu

Ruang lingkup kegiatan posyandu menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri atau Permendagri No.19 Tahun 2011

Pasal 5 adalah mengintegrasikan layanan sosial dasar, yang

meliputi: (Erpandi, 2015)

1. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.

2. Perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Kesehatan lansia.

4. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

5. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil,

dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

6. Peningkatan ekonomi keluarga.

2.2.8 Waktu Penyelenggaraan

Kegiatan inti posyandu lansia diadakan satu kali

dalam sebulan. Hari dan waktu dipilih berdasarkan

kesepakatan. Bila perlu, posyandu dapat dibuka lebih dari

22

Page 23: Proposal Lansia Poltekkes

satu kali per bulan, sesuai dengan kegiatan pengembangan

yang diselenggarakan. (Erpandi, 2015)

2.2.9 Lokasi Posyandu Lansia

Adapun lokasi posyandu lansia yaitu: (Erpandi, 2015)

1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat,

khususnya lansia.

2. Ditentukan oleh masyararakat itu sendiri.

3. Tempat yang dijadikan posyandu lansia merupakan lokasi

tersendiri yang disediakan oleh desa dan area terbaik adalah

balai desa.

4. Bila tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan di rumah

penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.

2.2.10 Kegiatan kesehatan di Posyandu Lansia

Adapun kegiatan yang di lakukan di posyandu lansia

(Azizah, 2011) adalah

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan

dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti makan, minum,

berjalan, mandi, berpakaian, naik-turun tempat tidur, buang

air besar atau kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental.

23

Page 24: Proposal Lansia Poltekkes

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan

dan tinggi badan, pencatatan dalam grafik indeks massa

tubuh.

4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan

tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi

selama satu menit.

5. Pemeriksaan Hemoglobin.

6. Pemeriksaan gula darah, air seni, sebagai deteksi awal

adanya penyakit DM.

7. Pelaksanan rujukan ke puskesmas bila ada rujukan.

8. Penyuluhan dilakukan diluar atau didalam posyandu atau

kelompok usia lanjut.

9. Kunjungan rumah oleh kader didampingi petugas

puskesmas bagi anggota lansia yang tidak hadir di posyandu

lansia.

10.Pemberian makanan tambahan (PMT) dan penyuluhan

contoh menu makanan.

11.Kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia dan jalan santai.

2.2.11 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan posyandu lansia hampir sama

dengan pelayanan di posyandu balita, yaitu sistem lima

24

Page 25: Proposal Lansia Poltekkes

meja. Akan tetapi, mekanismenya dapat juga berbeda

bergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan

kesehatan di wilayah kabupaten maupun kota

penyelenggara. Sistem lima meja masih diterapkan seperti

posyandu balita, namun terdapat juga menggunakan sistem

tujuh meja, bahkan sistem pelayanan tiga meja. (Erpandi,

2015)

2.2.11.1 Sistem Pelayanan Tiga Meja

Meja 1: Pendaftaran lansia, penimbangan berat badan,

dan pengukuran tinggi badan.

Meja 2:Pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks

Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti

pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan

di meja ini.

Meja 3: Penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok

gizi.

2.2.11.2 Sistem Pelayan Lima Meja

Meja 1: Pendaftaran.

Meja 2: Penimbangan, IMT.

Meja 3: Pengukuran tekanan darah (TD), pemeriksaan

kesehatan, status mental.

Meja 4: Konseling, penyuluhan, pemeriksaan hemoglobin

(Hb), reduksi urin.

25

Page 26: Proposal Lansia Poltekkes

2.2.11.3 Sistem Pelayan Tujuh Meja

Meja 1: Pendaftaran.

Meja 2: Penimbangan, IMT.

Meja 3: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan

kesehatan dan status mental.

Meja 4: Pengisian KMS.

Meja 5: Konseling dan Penyuluhan.

Meja 6: Pemeriksaan Hb, reduksi urine.

Meja 7: Pelayanan kesehatan dan pemberian PMT.

2.3 LANSIA

2.3.1 Pengertian Lanjut Usia

Menurut Undang-Undang RI No.13 Tahun 1988 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang

berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun keatas. Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan

dialami oleh semua orang yang di karuniai usia panjang, terjadi

tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undan-undang RI

no.23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa

manusia lanjut usia adalah sesorang yang karena usianya

26

Page 27: Proposal Lansia Poltekkes

mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan social.

Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada pengaruh

seluruh aspek kehidupan. Karena itu kesehatan manusia lanjut

usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap di

pelihara dan tingkatkan agar selama mungkin dapat hidup

secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat

ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.

2.3.2 Batasan-batasan Lanjut Usia

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai

batasan umur antara lain :

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia

meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia

45 - 59 tahun

2) Usia lanjut (elderly) antara 60 - 74 tahun

3) Usia lanjut tua (old) antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

b. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000)

Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia

dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat

bagian :

1) Fase iuventus antara 25-40 tahun

27

Page 28: Proposal Lansia Poltekkes

2) Fase verilitas antara 40-50 tahun

3) Fase prasenium antara 55-65 tahun

4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

c. Menurut Setyonegoro dalam Nugroho (2000)

pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut :

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) antara 18-25

tahun

2) Usia dewasa penuh (middle years) antara 25-65

tahun

3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65-70 tahun.

Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old), 76-80

tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old)

d. Menurut Undang-undang No.4 tahun 1965 pasal 1 bahwa

seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau

lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55

tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari

nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

menerima nafkah dari orang lain.

2.3.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia

adalah :

a. Perubahan atau kemunduran biologis

28

Page 29: Proposal Lansia Poltekkes

1) Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.

Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan dan

perisai terhadap masuknya kuman terganggu

2) Rambut rontok berwarna putih kering dan tidak

mengkilat. Hal ini berkaitan dengan perubahan

degeneratif kulit

3) Gigi mulai habis.

4) Penglihatan dan pendengaran berkurang

5) Mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

6) Kerampingan tubuh mengilang, disana-sini terjadi

timbunan lemak terutama dibagian perut dan panggul

7) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi

sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot

secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun dan

kekuatannya berkurang

8) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh

darah penting khusus yang dijantung dan otak

mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar akibat

merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolestrol

tinggi dan lain-lain yang memudahkan timbulnya

penggumpalan darah dan thrombosis

29

Page 30: Proposal Lansia Poltekkes

9) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium)

menurun akibat tulang menjadi keropos dan mudah

patah

10)Seks yaitu produksi hormon testoteron pada pria dan

hormon progesterone dan estrogen pada wanita

menurun dengan bertambahnya umur

b. Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif

1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik

2) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik daripada

masa tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-

nama

3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang

atau tempat juga mundur, erat hubungannya dengan

daya ingat yang sudah mundur dan juga karena

pandangan yang sudah menyempit

4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor

yang dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih

rendah sehingga lansia tidak mudah untuk menrima hal-

hal yang baru

c. Perubahan-perubahan psikososial

1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh

produktifitasnya selain itu identitas pensiun dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan

30

Page 31: Proposal Lansia Poltekkes

2) Merasakan atau sadar akan kematian

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah

perawatan bergerak lebih sempit

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social

7) Ganggusan saraf panca indera

8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan

dengan teman dan keluarga

10)Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik

11)Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep

diri

2.3.4 Permasalahan Umum Kesehatan Lansia

1. Mudah jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang

dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat

kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih

rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau

luka. Faktor instrinsik yang menyebabkan mudah jatuh

antara lain gangguan jantung dan sirkulasi darah,

gangguan sisitem anggota gerak, gangguan sistem saraf

31

Page 32: Proposal Lansia Poltekkes

pusat, gangguan penglihatan dan pendengaran,

gangguan psikologis, vertigo dan penyakit-penyakit

sistemik. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab jatuh

antara lain cahaya ruangan yang kurang terang, lantai

licin, tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, tali

sepatu, kursi roda dan turun tangga.

2. Kekacauan mental akut. Kekacauan mental pada

lansia dapat disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi

dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme,

dehidrasi, gangguan fungsi otak, dan gangguan fungsi

hati.

3. Mudah lelah, disebabkan oleh faktor psikologis

berupa perasaan bosan, keletihan, dan depresi. Faktor

organik yang menyebabkan kelelahan antara lain

anemia, kekurangan vitamin, osteomalasia, kelainan

metabolisme, gangguan pencernaan dan kardiovaskuler.

4. Nyeri dada, dapat disebabkan oleh penyakit jantung

koroner, aneurisme aorta, radang selaput jantung dan

gangguan pada system pernafasan.

32

Page 33: Proposal Lansia Poltekkes

5. Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitas/kerja

fisik, dapat disebabkan oleh kelemahan jantung,

gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan

dan anemia.

6. Palpitasi/jantung berdebar-debar, dapat disebabkan

oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan

yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor psikologis.

7. Pembengkakan kaki bagian bawah, dapat

disebabkan oleh kaki yang lama digantung, gagal

jantung, bendungan vena, kekurangan vitamin B1,

penyakit hati dan ginjal.

8. Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan

oleh gangguan sendi atau susunan sendi pada tulang

belakang, gangguan pankreas, kelainan ginjal, gangguan

pada rahim, kelenjar prostat dan otot-otot badan.

9. Gangguan penglihatan dan pendengaran, dapat

disebabkan oleh presbiop, kelainan lensa mata, glukoma,

dan peradangan saraf mata. Gangguan pendengaran

dapat disebabkan oleh kelainan degenerative.

33

Page 34: Proposal Lansia Poltekkes

10. Sulit tidur, dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik

seperti lingkungan yang kurang tenang, dan faktor

intrinsik seperti gatal-gatal, nyeri, depresi, kecemasan

dan iritabilitas.

11. Sukar menahan buang air besar, dapat terjadi karena

penggunaan obatobatan pencahar, keadaan diare,

kelainan usus besar dan saluran pencernaan.

12. Eneuresis, sukar menahan buang air kecil atau

sering ngompol dapat disebabkan oleh penggunaan

obat-obatan, radang kandung kemih, kelainan kontrol

pada kandung kemih, kelainan persyarafan kandung

kemih serta akibta faktor psikologis.

13. Berat badan menurun, dapat disebabkan oleh nafsu

makan menurun, penyakit kronis, gangguan saluran

cerna, dan faktor-faktor sosioekonomis (Nugroho, 2000).

34

Page 35: Proposal Lansia Poltekkes

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2009)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Ket :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

35

Pengetahuan

Pemanfaatan Posyandu Lansia

Motivasi

Page 36: Proposal Lansia Poltekkes

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Skala Skor

1. Pengetahuan Kemampuan

lansia dalam

menjawab

pertanyaan

mengenai

pemanfaatan

posyandu

lansia

kuesioner Ordinal Baik : 76

– 100%

Cukup :

56 – 75%

Kurang :

< 56%

3.3 Kriteria Objektif

3.3.1 Pengetahuan

Hal-hal yang diketahui responden mengenai pemanfaatan

posyandu lansia :

36

Page 37: Proposal Lansia Poltekkes

1. Baik : Jika responden mampu menjawab dengan

benar yaitu 76-100% seluruh pertanyaan.

2. Cukup : Jika responden mampu menjawab

dengan benar yaitu 56-76% seluruh pertanyaan.

3. Kurang : Jika responden mampu menjawab

dengan benar yaitu kurang dari 56% seluruh

pertanyaan.

37

Page 38: Proposal Lansia Poltekkes

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Kuantitatif.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif

yaitu hanya akan melihat atau menampilkan gambaran

frekuensi dan persentase dari setiap variable

(independen dan dependen).

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

4.3.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan sesuai dengan

kurikulum yang telah ditentukan kampus Jurusan D-III

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar.

38

Page 39: Proposal Lansia Poltekkes

4.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu Lansia RT.01

RW.05 Kel.Mangasa Kota Makassar.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

semua lanjut usia di Posyandu Lansia RW.05

Kel.Mangasa Kota Makassar.

4.4.2 Sampel

4.4.2.1 Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian (Nursalam, 2003). Dalam

penelitian ini teknik pengambilan sampel

menggungkan teknik sampling random

sederhana (Simple Random Sampling).

Sampel acak sederhana adalah sebuah

sampel yang diambil sedemikian rupa

sehingga setiap unit penelitian atau satuan

elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel.Peluang yang dimiliki oleh setiap unit

39

Page 40: Proposal Lansia Poltekkes

penelitian untuk dipilih sebagai sampel sebesar

n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki

dibagi dengan ukuran populasi (Notoatmodjo,

2002).

4.4.2.2. Besar Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Sampel

yang digunakan dalam penelitian sebanyak …

responden. Jumlah sampel diperoleh dengan

rumus sampel :

n = N

1+ N(d)2

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

d : Tingkat Signifikasi 10% ( 0,1)

Jadi :

n =

=

40

Page 41: Proposal Lansia Poltekkes

= responden

4.4.2.3 Kriteria Sampel

Kriteria sampel dalam hal ini meliputi:

1). Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek

penilaian yang layak untuk dilakukan penilaian.

Kriteria inklusi dalam penilaian ini meliputi:

a) Umur 56-90 tahun

b) Terdaftar sebagai anggota di posyandu lansia

RW.05 Kel.Mangasa Kota Makassar

c) Bersedia menjadi responden

d) Responden kooperatif, bisa membaca, mendengar

dan berbicara

2). Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah subjek penelitian yang tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi penelitian

ini adalah:

a) Responden yang mengalami sakit di rumah sakit.

41

Page 42: Proposal Lansia Poltekkes

b) Responden yang sedang tidak berada di tempat

penelitian pada saat penelitian dilakukan.

c) Responden yang mengalami pikun.

4.5 Prosedur Penelitian

4.5.1 Pengajuan judul penelitian pada Januari 2016.

4.5.2 Penyusunan proposal mulai Pebruari 2016

4.5.3 Pengambilan data sekunder mulai Pebruari

4.5.4 Pengambilan data primer mulai Maret 2016

4.6 Pengambilan Data

4.6.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data

yang didapatkan pada saat penelitian dengan

menggunakan wawancara dengan menggunakan

kuesioner.

4.6.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor/instansi

yang terkait dengan penelitian antara lain: Kantor

Kecamatan, Puskesmas, serta buku-buku dan data

4.7 Pengolahan Data

42

Page 43: Proposal Lansia Poltekkes

Pengolahan data penulis menggunakan komputer

dengan program statistik SPSS for Windows. Proses

pengolahan data setelah data terkumpul, dalam penelitian ini

yaitu:

1. Editing untuk mengecek kelengkapan data.

2. Koding untuk melakukan skoring terhadap setiap

item, dengan cara merubah tingkat persetujuan ke

dalam nilai kuantitatif.

3. Entry data, memasukkan data untuk diolah secara

manual atau memakai program komputer untuk

dianalisis.

4. Tabulating, kegiatan memasukkan data yang telah

diperoleh untuk disusun berdasarkan variabel yang

diteliti.

4.8 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai

instrumen. Daftar pertanyaan dalam kuesioner bersifat

tertutup yaitu responden tinggal memberi tanda terhadap

alternatif jawaban yang dipilih.

4.9 Analisa Data

43

Page 44: Proposal Lansia Poltekkes

Analisa data dilakukan secara deskriptif yang bersifat

kuantitatif yaitu dengan melihat hasil persentase data yang

telah disajikan di tabel frekuensi.

4.10 Etika Penelitian

Masalah etika dalam keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan

penelitian.

Masalah etika dalam keperawatan meliputi:

1. Meminta ijin untuk melakukan penelitian di

instansi tempat dilakukan penelitian yaitu di

Puskesmas Mangasa

2. Informed consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar pertujuan (informed

consent).

3.. Tanpa nama (Anonimity )

44

Page 45: Proposal Lansia Poltekkes

Merupakan masalah etika dalam penelitian

keperawatan dengan cara tidak menuliskan

namanya pada lembar kuesioner tapi hanya

menuliskan inisial namanya saja.

5. Kerahasiaan (confidentialy)

Merupakan masalah etika yaitu dengan

menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik

informasi maupun masalah lainnya. Semua

informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil penelitian.

45

Page 46: Proposal Lansia Poltekkes

46