Upload
lamkhue
View
270
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN ETNOPEDAGOGI
Peneliti:
Dadang Sudana, M.A., Ph.D., dkk.
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Telp. 022-2002443
Februari, 2012
EKSPLORASI NILAI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM LEKSIKON ETNOBOTANI:
Kajian Etnopedagogi di Kampung Naga,
Kabupaten Tasikmalaya
Lembar Pengesahan Program Penelitian
Hibah Penelitian Etnopedagogi
Judul Penelitian : Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup
dalam Leksikon Etnobotani: Kajian Etnopedagogi
di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya
Nama Ketua Peneliti : Dadang Sudana, M.A., Ph.D. NIP : 196009191990031001
Pangkat/Gol./Jabatan : Penata/IIIc/Lektor Jurusan/Fakultas : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Alamat Rumah : Kompleks Graha Puspa, Blok D3 No.22A, Bandung Telepon/HP : 081321885944
Nama Anggota Peneliti:
No. Nama dan Gelar
Bidang
Keahlian/Minat Akademik
Instansi
1 Drs. Dede Kosasih, M.Si. Antropologi Pend. B. Daerah, FPBS, UPI
2 Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. Etnolinguistik Pend. B. Indonesia, FPBS, UPI
3 R. Dian D. Muniroh, S.Pd., M.Hum. Linguistik Pend. B. Inggris, FPBS, UPI
4 Novi Pamelasari Etnolinguistik Pend. B. Indonesia, FPBS, UPI
5 Nurshopia Agustina Etnolinguistik Pend. B. Indonesia, FPBS, UPI
Total Waktu Penelitian : 8 bulan
Total Biaya yang Dibutuhkan : Rp89,080,000.00
Bandung, 13 Februari 2012 Mengetahui
Dekan FPBS, Ketua Peneliti,
Prof. Dr. Hj. Nenden Sri Lengkanawati, M.Pd. Dadang Sudana, M.A., Ph.D.
NIP 19511124 198503 2 001 NIP 19600919 199003 1 001
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Prof. Dr. Sumarto, MSIE.
NIP 19550705 198103 1 005
Abstrak
Penelitian yang berjudul “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Leksikon Etnobotani: Kajian Etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya” ini berada pada wilayah kajian relasi bahasa dan budaya dengan menggunakan teori
etnolinguistik mutakhir. Penelitian ini sangat relevan dilaksanakan di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya. Fakta bahasa dan budaya menunjukkan bahwa masyarakat adat
Kampung Naga dipandang berhasil dalam menjaga harmoni dengan alam sekitarnya. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa situasi harmoni tersebut akan pudar jika tidak ada dukungan dari komunitas dalam skala yang lebih besar.
Sesuai dengan judulnya, masalah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) klasifikasi dan deskripsi leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh
masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya; (2) fungsi leksikon etnobotani
bahasa Sunda bagi masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya ; (3) nilai-
nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya; (4) persepsi anak-anak di lingkungan masyarakat adat Kampung
Naga terhadap leksikon etnobotani bahasa Sunda; (5) persepsi orang tua di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga terhadap leksikon etnobotani bahasa Sunda; (6) model pelestarian nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam
leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk menjawab masalah tersebut, tahap pengumpulan data dimulai dengan metode simak dan metode cakap. Setelah data terkumpul, prosedur pertama dilakukan melalui tahapan berikut: (1) reduksi data, (2) sajian data dengan pola gambar matriks, dan
(3) pengambilan simpulan/verifikasi yang sifatnya tentatif untuk diverifikasikan, baik dengan triangulasi data maupun dengan triangulasi teknik pengambilan data. Prosedur
kedua dilakukan dengan dengan langkah (1) transkripsi data hasil rekaman, (2) pengelompokan atau kategorisasi data yang berasal dari perekaman dan catatan lapangan berdasarkan ranah sosial terjadinya peristiwa tutur, (3) penafsiran nilai-nilai kearifan lokal
pendidikan lingkungan hidup dalam masyarakat adat Kampung Naga, dan (4) penyimpulan atau perampatan tentang model pewarisan nilai-nilai tersebut.
Temuan penelitian ini diharapkan dapat (1) menjadi umpan balik bagi perbaikan perkuliahan sosiolinguistik dan antropolinguistik di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah,
FPBS, UPI, agar senantiasa relevan dengan kenyataan penggunaan bahasa di masyarakat, (2) memberikan implikasi pedagogis bagi mahasiswa sebagai calon ahli bahasa dan calon
guru bahasa agar mengetahui potensi nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda, (3) memberikan implikasi pedagogis bagi pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
dan Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, agar memiliki desain kebijakan pendidikan yang mantap agar dapat mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan
hidup yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda.
Daftar Isi
Lembar Pengesahan .......................................................................................................... i
Abstrak ............................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
A. Pendahuluan................................................................................................................. 1
1. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................................... 3
2. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
3. Hasil Penelitian yang Dijanjikan ............................................................................. 5
4. Asumsi Penelitian .................................................................................................... 5
B. Roadmap Penelitian ..................................................................................................... 6
C. Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 7
1. Etnobotani dan Etnosemantik .................................................................................. 7
2. Relativitas Bahasa dan Budaya................................................................................11
D. Metode Penelitian ........................................................................................................12
1. Pendekatan Penelitian ..............................................................................................12
2. Lokasi Penelitian .....................................................................................................13
3. Data ..........................................................................................................................13
4. Sumber Data ............................................................................................................14
5. Metode Penyajian Data ............................................................................................14
6. Metode Analisis Data ..............................................................................................15
7. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ....................................................................15
8. Alur Penelitian .........................................................................................................15
E. Jadwal Pelaksanaan.....................................................................................................16
F. Daftar Pustaka .............................................................................................................17
G. Pembiayaan ..................................................................................................................19
H. Lampiran ......................................................................................................................20
A. Pendahuluan
Nama merupakan kata yang menjadi label bagi setiap makhluk, benda, aktivitas,
dan peristiwa di dunia ini dan nama muncul dalam kehidupan manusia yang kompleks dan
beragam (Darheni, 2010: 57). Sementara itu, penamaan merupakan simbolisasi dari adanya
usaha manusia untuk mengenali dan memahami segala sesuatu yang kompleks dan
beragam tersebut. Artinya, kemampuan manusia dalam menguasai nama-nama tertentu
merupakan simbol penguasaan manusia terhadap ranah pengetahuan tertentu.
Dalam konteks bahasa Sunda, adanya nama-nama tumbuhan yang khas juga
menyiratkan penguasaan orang Sunda terhadap ranah pengetahuan tertentu, yaitu
etnobotani. Fakta lingual ini sekaligus menunjukkan bahwa dalam bahasa Sunda terdapat
simpanan kekayaan leksikon etnobotani yang merupakan potret harmoni orang Sunda
dengan lingkungannya. Leksikon etnobotani tersebut akan memberikan informasi awal
tentang bagaimana pengetahuan orang Sunda dalam mengintegrasikan pengetahuan dan
budaya pemanfaatan tumbuhan sebagai upaya konservasi terhadap keanekaragaman hayati
yang ada di tatar Sunda.
Untuk konteks kekinian, penguasaan leksikon etnobotani bahasa Sunda di kalangan
orang Sunda mulai mengalami kemunduran seiring dengan adanya perubahan tata kelola
alam di tatar Sunda. Akibatnya, kepedulian orang Sunda untuk mengamati tanda-tanda
perubahan alam yang berkaitan dengan upaya konservasi juga sudah mengalami
pergeseran. Bahkan, fenomema tersebut bukan hanya isu lokal di tatar Sunda, melainkan
juga isu global di seluruh belahan dunia. Isu global tersebut muncul sebagai ekpresi
kekhawatiran manusia terhadap timbulnya berbagai bencana alam di seluruh penjuru dunia
yang dipicu oleh adanya pemanasan global (global warming).
Sebagai upaya antisipasi terhadap fenomena pemanasan global tersebut, masyarakat
dunia menyerukan perlunya kampanye hijau (go green) di berbagai ranah kehidupan.
Kampanye tersebut mengingatkan masyarakat dunia untuk kembali pada nilai-nilai
kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup sehingga manusia dapat kembali menjaga
harmoni dengan alam sekitarnya. Kondisi ini harus diakui sebagai sebuah fakta bahwa
setakat ini upaya pengembangan pengetahuan masyarakat tentang nilai-nilai kearifan lokal
pendidikan lingkungan hidup belum dikembangkan secara memadai melalui jalur
pendidikan formal.
Dalam konteks pendidikan, penguasaan leksikon etnobotani bahasa Sunda yang
diyakini menyimpan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup seyogianya
diwariskan dari generasi ke generasi. Upaya pewarisan ini menjadi penting supaya nilai-
nilai tersebut tidak terabaikan dan tidak terlupakan. Namun, upaya seperti itu bukanlah
pekerjaan yang sederhana karena berbenturan dengan keberpihakan tata kelola alam yang
semakin bias.
Upaya pewarisan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang
dianggap menentang arus dan tidak populer tersebut hanya dapat ditemukan di komunitas-
komunitas kecil dan terbatas. Salah satu komunitas tersebut adalah masyarakat adat
Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya. Dalam komunitasnya yang terbatas itu,
masyarakat adat Kampung Naga dipandang berhasil dalam menjaga harmoni dengan alam
sekitarnya. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa situasi harmoni tersebut akan pudar jika
tidak ada dukungan dari komunitas dalam skala yang lebih besar.
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena akan mengikis perbendaharaan
pengetahuan masyarakat adat Kampung Naga tentang nilai-nilai kearifan lokal pendidikan
lingkungan hidup. Oleh sebab itu, kajian tentang leksikon etnobotani bahasa Sunda di
Kampung Naga sangat relevan untuk dilakukan, terutama kajian dalam ranah
etnosemantik. Mengapa harus etnosemantik? Etnosemantik atau etnosains, adalah studi
mengenai cara-cara yang dipakai oleh suatu masyarakat dalam mengorganisasikan atau
mengkategorisasikan ranah pengetahuan tertentu seperti dunia tumbuh-tumbuhan,
binatang, dan perkerabatan dalam kebudayaan yang berbeda (Palmer, 1999: 19).
Kajian seperti ini tidak hanya dilakukan secara terbatas di dalam konteks linguistik
semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks sosial budaya yang lebih luas sehingga
mampu menjangkau fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan (Foley, 2001).
Penelurusan literatur menunjukkan bahwa kajian tentang etnobotani telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian etnobotani dalam area linguistik dan kognisi
di antaranya dilakukan oleh Suhandano, dkk. (2004) tentang leksikon etnobotani bahasa
Jawa. Ada juga penelitian lain yang terkait dengan praktik pengklasifikasian nama
tumbuhan (taksonomi lokal). Penelitian tersebut dilakukan di West New Guinea oleh
Hiepko (2006) terhadap Suku Eipo di West New Guinea. Adapun Kirtiningrat (2003) dan
Sukenti, dkk. (2004) melakukan kajian tentang manfaat tumbuhan dalam menjaga
kebugaran tubuh, kecantikan, dan kejantanan yang dieksplorasi dari naskah sastra klasik.
Selain itu, penelitian etnobotani yang spesifik area kesehatan di antaranya pernah
dilakukan oleh Santhyami (2010) terhadap masyarakat adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa
Barat. Kajian etnobotani lainnya dengan area yang sama dilakukan di Bangladesh oleh
Hanif, dkk. (2009) terhadap masyarakat Suku Rakhain yang tinggal di Trakta Bukit
Chittagong Bangladesh.
Dari senarai penelitian-penelitian sebelumnya tentang kajian etnobotani terlihat
dengan jelas bahwa dalam pelaksanaannya kajian etnobotani terkait dengan pengetahuan
masyarakat, kearifan lokal, dan filosofi budaya lokal. Namun, kajian etnobotani kaitannya
dengan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup dalam masyarakat Sunda belum diteliti
secara khusus dan mendalam. Atas dasar itu, penelitian ini memiliki kedudukan yang
penting dalam kaitannya dengan upaya mengeksplorasi kekhasan budaya orang Sunda
yang tercermin dalam bahasanya.
Berdasarkan analisis dalam ranah etnosemantik, selanjutnya dapat dikaji
implikasinya dalam ranah etnopedagogi sebagai usaha penguatan nilai-nilai kearifan lokal
pendidikan lingkungan hidup pada jalur pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan
Alwasilah, dkk. (2009) yang memandang etnopedagogi sebagai praktik pendidikan
berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah serta menekankan pengetahuan atau kearifan
lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi
kesejahteraan masyarakat; kearifan lokal tersebut terkait dengan bagaimana pengetahuan
dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola, dan diwariskan.
1. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan
oleh masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya diyakini menyimpan
nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang bernilai strategis dalam upaya
menjaga harmoni manusia dengan lingkungannya. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa
situasi harmoni tersebut akan pudar jika tidak ada dukungan dari komunitas dalam skala
yang lebih besar. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat diangkat dan
diaktualisasikan dalam jalur pendidikan formal belum terungkap secara empiris sehingga
diperlukan penelitian untuk mengungkapnya. Agar dapat mengungkap masalah tersebut
secara sistematis, diperlukan suatu rumusan masalah yang jelas. Berikut ini adalah
rumusan masalahnya.
1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan
oleh masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya?
2) Apa fungsi leksikon etnobotani bahasa Sunda bagi masyarakat adat Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya?
3) Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung
dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat
Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya?
4) Bagaimana persepsi anak-anak di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga
terhadap leksikon etnobotani bahasa Sunda?
5) Bagaimana persepsi orang tua di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga terhadap
leksikon etnobotani bahasa Sunda?
6) Bagaimana model pelestarian nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup
yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh
masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya?
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi leksikon etnobotani bahasa Sunda
yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya,
mengungkap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, lalu mengajukan sebuah model
pelestarian nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam
leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mencapai tujuan itu, hal-hal yang dibahas dalam penelitian
ini mencakupi pokok-pokok berikut:
1) klasifikasi dan deskripsi leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh
masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya;
2) fungsi leksikon etnobotani bahasa Sunda bagi masyarakat adat Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya;
3) nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam leksikon
etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga di
Kabupaten Tasikmalaya;
4) persepsi anak-anak di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga terhadap leksikon
etnobotani bahasa Sunda;
5) persepsi orang tua di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga terhadap leksikon
etnobotani bahasa Sunda;
6) model pelestarian nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang
terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat
adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya.
3. Hasil Penelitian yang Dijanjikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut:
1) paparan klasifikasi dan deskripsi leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan
oleh masyarakat adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya;
2) paparan fungsi leksikon etnobotani bahasa Sunda bagi masyarakat adat Kampung Naga
di Kabupaten Tasikmalaya;
3) paparan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam
leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung
Naga di Kabupaten Tasikmalaya;
4) paparan persepsi anak-anak di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga terhadap
leksikon etnobotani bahasa Sunda;
5) paparan persepsi orang tua di lingkungan masyarakat adat Kampung Naga terhadap
leksikon etnobotani bahasa Sunda;
6) sebuah model pelestarian nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang
terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat
adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya yang layak diujicobakan.
4. Asumsi Penelitian
Penelitian ini didasarkan atas sejumlah asumsi berikut ini.
1) Leksikon etnobotani bahasa Sunda di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya,
mengandung nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang bersumber
pada sistem kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kampung Naga.
2) Penguasaan masyarakat adat Kampung Naga terhadap leksikon etnobotani bahasa
Sunda mulai mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman.
3) Mahasiswa sebagai calon ahli bahasa dan calon guru bahasa seyogianya mengetahui
potensi nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam
leksikon etnobotani bahasa Sunda.
4) Pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Tasikmalaya, seyogianya memiliki desain kebijakan pendidikan yang
mantap agar dapat mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan
hidup yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda.
B. Roadmap Penelitian
Penelitian ini diajukan oleh kelompok dosen mata kuliah kebahasaan, khususnya
sosiolinguistik dan antropolinguistik, di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS,
UPI. Sesuai dengan tuntutan silabus mata kuliah sosiolinguistik dan antropolinguistik,
secara kolaboratif dan kolegial kami merancang alur perkuliahan yang sejalan dengan
aktivitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk pengamalan tri
dharma perguruan tinggi. Adapun alur yang dimaksud sebagaimana tergambar dalam
diagram berikut ini:
Berdasarkan diagram tersebut, tim dosen terlebih dahulu merancang dan
mempersiapkan perkuliahan sosiolinguistik dan antropolinguistik yang dikemas dalam
bentuk Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan handout sebelum bergulirnya kalender
akademik. Pada fase perkuliahan, ada tiga kegiatan utama yang dilakukan: (1) dosen
memberikan bekal teori sosiolinguistik dan antropolinguistik kepada mahasiswa; (2) dosen
membimbing mahasiswa untuk mempersiapkan konsep dan instrumen praktikum yang
sejalan dengan penelitian tim dosen; (3) tim dosen mempersiapkan konsep dan proposal
penelitian yang menjadi payung bagi kegiatan praktikum mahasiswa.
Pada pertengahan semester, tim penelitian dosen dan kelompok praktikum
mahasiswa berangkat ke lapangan untuk melaksanakan proses pengumpulan data. Setelah
kembali ke kampus, kelompok praktikum mahasiswa melakukan proses pengolahan data
secara terbimbing yang kemudian diwujudkan dalam bentuk makalah laporan praktikum.
Makalah tersebut diseminarkan di kelas agar terjadi proses berbagi temuan antara
kelompok praktikum yang satu dan kelompok praktikum yang lain. Selanjutnya, tim dosen
menindaklanjuti laporan praktikum mahasiswa sebagai bahan untuk menyusun laporan
penelitian tim dosen yang menjadi payung kegiatan praktikum mahasiswa.
•SAP
•Handout
Persiapan Perkuliahan
•Pembekalan Teori
•Persiapan Praktikum •Persiapan Penelitian
Tim Dosen
Perkuliahan •Kelompok Praktikum
Mahasiswa 1 •Kelompok Praktikum
Mahasiswa 2, dst.
Penelitian Tim Dosen
•Laporan Praktikum Mahasiswa
•Laporan Penelitian Tim Dosen
Hasil yang Diharapkan
Ada tiga hal utama yang diharapkan dari program penelitian ini.
1) Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi perbaikan
perkuliahan sosiolinguistik dan antropolinguistik di Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Jurusan Pendidikan
Bahasa Daerah, FPBS, UPI, agar senantiasa relevan dengan kenyataan penggunaan
bahasa di masyarakat.
2) Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi pedagogis bagi
mahasiswa sebagai calon ahli bahasa dan calon guru bahasa agar mengetahui potensi
nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam leksikon
etnobotani bahasa Sunda.
3) Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi pedagogis bagi
pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Tasikmalaya, agar memiliki desain kebijakan pendidikan yang mantap agar
dapat mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang
terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda.
Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari payung penelitian bidang linguistik
fungsional, yaitu sosiolinguistik dan antropolinguistik, khususnya kajian relasi bahasa dan
budaya dengan pendekatan yang mutakhir. Tema ini termasuk salah satu program rencana
payung penelitian pada di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, serta Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS, UPI tahun 2008-
2012.
Program penelitian yang bersinergi dengan kegiatan praktikum mahasiswa ini
sudah memasuki tahun ketiga. Sejauh ini, wilayah garapan penelitian difokuskan ke
wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten karena adanya potensi nilai-nilai kearifan
lokal dalam kehidupan masyarakatnya. Program ini dilaksanakan dalam bingkai kajian
disiplin ilmu sosiolinguistik dan antropolinguistik yang diharapkan dapat memberikan
penguatan terhadap disiplin ilmu pendidikan bahasa sebagai jati diri Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni, UPI.
C. Tinjauan Pustaka
1. Etnobotani dan Etnosemantik
Seperti dipaparkan pada bagian pendahuluan, leksikon tumbuh-tumbuhan yang
dikenal masyarakat Kampung Naga akan diungkap dalam ranah kearifan lokal. Lebih
jauhnya, penelitian ini akan memotret interaksi masyarakat dengan lingkungan flora,
bagaimana masyarakat Kampung Naga mengintegrasikan pengetahuan dan budaya
pemanfaatan tumbuhan sebagai upaya konservasi terhadap keanekaragaman hayati
setempat. Kajian mengenai tumbuhan ini berada dalam wilayah kajian etnobotani dan
etnosemantik. Disiplin etnobotani merupakan cabang ilmu botani yang khusus mempelajari
interaksi manusia dan alam flora, sedangkan etnosemantik merupakan cabang ilmu bahasa
yang menangani makna terutama bagaimana manusia memberi label- label dan
mengklasifikasikan realita yang ditemuinya. Paparan selanjutnya akan memuat etnobotani
dan etnosemantik.
Sebagaimana tersurat dalam namanya, etnobotani merupakan ilmu yang bersifat
interdisipliner, gabungan dua disiplin ilmu yakni „etnologi‟ ilmu yang mempelajari
manusia atau masyarakat dan „botani‟ ilmu yang mempelajari tumbuhan. Secara etimologi,
etnobotani dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan
tumbuhan.
Istilah etnobotani ini awalnya diciptakan oleh seorang ahli botani dari Amerika,
John William Harshberger, pada 1896 untuk merujuk pada studi botani yang spesifik
mengkaji aktifitas penduduk Aborigin menggunakan tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka
(dalam Hunt, 2000: 3-4). Namun, definisi tersebut pada zaman modern ini sudah lebih
meluas, seperti dikemukakan oleh Ford (1994 [1978] dalam Davidson-Hunt, 2010: 4-5).
Menurutnya, etnobotani melingkupi tiga hal yaitu jenis tumbuhan yang bermanfaat tidak
hanya dalam budaya barat tetapi juga non-barat; kognisi terkait tumbuhan termasuk
bagaimana manusia berpersepsi tentang tumbuhan, soal ethnosains dan linguistik; dan
ekologi terkait upaya konservasi dan prilaku masyarakat berinteraksi dengan tumbuhan.
Terkait hal ini, Turner (1995) merinci area kajian etnobotani yang luas tersebut diantaranya
melingkupi area kebahasaan (linguistik), kognisi, pendidikan, kesehatan, nutrisi, arkeologi,
paleologi, manajemen sumber daya alam, dan kehidupan masyarakat.
Selain itu, orientasi penelitian etnobotani masa kini teridentifikasi lebih
menggunakan kacamata emik daripada etik dalam mengungkap interaksi antara manusia
dan tumbuhan. Dalam pendekatan etik, peneliti hanya mengungkap apa yang masyarakat
ketahui tentang tumbuhan, sedangkan dengan pendekatan emik, peneliti lebih jauh
mengungkap bagaimana masyarakat mengetahui apa yang mereka ketahui tentang
tumbuhan (Clement, 1998; dalam Davidson-Hunt, 2010: 8). Sebagai contoh, studi yang
dilakukan Purwanto (2011) seorang ahli etnobotani dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mengungkap bagaimana tumbuhan digunakan secara tradisional oleh
masyarakat dan bagaimana tumbuhan tersebut dimaknai atau dipahami oleh berbagai etnis
di Indonesia. Dalam hal ini, peneliti salah satunya melibatkan kognisi partisipan terkait
interpretasi mereka terhadap tumbuhan.
Penelitian etnobotani dalam area linguistik dan kognisi di antaranya ditunjukkan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Suhandano, dkk. (2004) tentang leksikon etnobotani
bahasa Jawa. Suhandano, dkk. mendeskripsikan leksikon- leksikon etnobotani yang
didasarkan pada cara pandang masyarakat penutur bahasa Jawa terhadap realitas dunia
tumbuhan. Dari penelitian ini terungkap bahwa pada masyarakat penutur bahasa Jawa,
pengidentifikasian tumbuhan dilakukan dengan berdasar pada karakteristik fisik dan fungsi
tumbuhan dalam kehidupan. Praktik penamaan leksikon etnobotani bahasa Jawa sesuai
dengan alur yang dikemukakan oleh Berlin (1973) dan Brown (1977). Terkait praktik
pengklasifikasian nama tumbuhan (taksonomi lokal), penelitian lain dilakukan di West
New Guinea oleh Hiepko (2006) terhadap Suku Eipo di West New Guinea. Dari
penelitiannya terungkap bahwa taksonomi lokal tumbuhan pada Suku Eipo mengikuti
prinsip-prinsip umum taksonomi yang disampaikan Berlin (1973). Hasil dari penelitian
Suhandano, dkk. (2004) dan Hiepko (2006) ini kemudian meyakinkan adanya
universalisme dalam hal sistem taksonomi lokal sebagaimana taksonomi ilmiah yang
dikemukakan oleh Berlin (1973).
Penelitian etnobotani lainnya tidak melibatkan masyarakat penutur bahasa Jawa
secara langsung namun menggunakan naskah kuno atau karya sastra klasik. Penelitian
yang dilakukan oleh Suryadarma diadaptasi oleh Kirtiningrat (2003) mengungkap manfaat
tumbuhan dalam menjaga kebugaran tubuh, kecantikan, dan kejantanan yang dieksplorasi
dari naskah lontar Rukmini Tatwa yang ditulis dalam bahasa Bali kuno. Dalam naskah
lontar tersebut tersedia informasi mengenai puluhan jenis tumbuhan dan cara
penggunaannya termasuk bagian organ yang menjadi target kebugaran. Kajian etnobotani
yang dilakukan oleh Sukenti, Guhardja, dan Purwanto (2004) menggunakan Serat
Centhini, sebuah karya sastra klasik Jawa berbentuk tembang yang ditulis pada permulaan
abad XIX, sebagai sumber data. Dari kajian Serat Centhini ini terungkap pengetahuan
botani masyarakat pada jaman tersebut yang mencakup praktek pelabelan dan
pengklasifikasian tumbuhan yang dilakukan secara morfologis, habitus, dan cara
penyebarannya. Sebagai contoh, penamaan polo kapendhem untuk kelompok umbi-umbian
karena secara habitus terpendam dalam tanah; penamaan polo kasimpar untuk kelompok
timun dan semangka karena secara habitus buah tersebut terserak dan terhampar. Selain
itu, penelitian ini juga mengungkap nilai guna tumbuh-tumbuhan yang tersurat dalam
naskah tersebut.
Penelitian etnobotani yang spesifik area kesehatan diantaranya pernah dilakukan
oleh Santhyami (2010) terhadap masyarakat adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat.
Temuan dari hasil penelitiannya berupa dokumentasi jenis-jenis tumbuhan obat yang
digunakan sehari-hari oleh masyarakat Kampung Dukuh dan cara pemanfaatannya.
Terungkap 137 jenis tumbuhan dari 52 suku yang digunakan oleh penduduk Kampung
Dukuh sebagai obat. Tumbuhan obat paling banyak digunakan untuk perawatan ibu
melahirkan. Kajian etnobotani lainnya dengan area yang sama dilakukan di Bangladesh
oleh Hanif, dkk. (2009) terhadap masyarakat Suku Rakhain yang tinggal di Trakta Bukit
Chittagong Bangladesh. Masyarakat suku ini terkenal akan keahliannya memanfaatkan
berbagai tumbuhan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Survey etnobotani
dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya terkait jenis tumbuhan
berkhasiat, bagian tubuh tumbuhan yang diambil sebagai obat, proses meraciknya,
termasuk dosis yang digunakan.
Dari senarai penelitian-penelitian sebelumnya tentang kajian etnobotani terlihat
dengan jelas bahwa dalam pelaksanaannya kajian etnobotani terkait dengan pengetahuan
masyarakat, kearifan lokal, dan filosofi budaya lokal. Ragam manfaat yang dapat
dihadirkan melalui studi ini diantaranya ialah keanekaragaman hayati dapat terinventarisasi
dan terdokumentasi dengan baik, pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat tentang
tumbuhan dapat terjaga (lihat Santhyami, 2011; Hiepko, 2006; Kuntorini, 2005;). Hal ini
selaras dengan pendapat Purwanto (2011) yang menyebutkan bahwa “Knowledge can
improve people’s awareness of the importance of preserving local cultivars.”
Hal yang menarik dari kajian etnobotani yang luas ini ialah aspek relativitas
bahasa. Meskipun penelitian-penelitian di atas tidak secara jelas menunjukkan adanya
kerelatifan dalam konseptualitas penutur untuk merujuk entitas tumbuhan tertentu, namun
pemikiran Wierzbicka (1992) terkait hal ini patut diperhitungkan. Konseptualisasi realitas
tumbuh-tumbuhan antara masyarakat penutur bahasa satu dan lainnya mungkin berbeda
karena cara pandang mereka terhadap dunia tumbuhan tersebut juga berbeda (lihat
Wierzbicka, 1992: 7). Cara masyarakat tertentu melabeli dan mengklasifikasikan fenomena
sosial, kultural, dan lingkungan tepatnya terlingkup dalam kajian etnosemantik.
Berbeda dengan etnobotani yang bersumber dari disiplin ilmu botani, etnosemantik
merupakan turunan dari kajian antropologi kognitif (Hamill, dkk., 2000). Perhatian utama
kajian antropologi kognitif ialah mengungkap muatan budaya dari makna kata-kata. Kajian
ini tidak sekedar mengungkap apa yang diketahui oleh penutur tetapi juga bagaimana
penutur menggunakan pengetahuannya dan mewariskannya pada generasi berikutnya
(D‟Andrede, 1995; dalam Hamill, dkk., 2000: 4). Hasil dari studi etnosemantik ini ialah
deskripsi sistem klasifikasi folk taksonomi dan analisis fitur- fitur makna leksikon.
Kecenderungan perbedaan leksikon karena pengaruh cara pandang masyarakat terhadap
dunia tumbuhan dipaparkan pada sub berikut ini.
2. Relativitas Bahasa dan Budaya
Bahasa merupakan representasi pikiran manusia. Pengetahuan manusia mengenai
berbagai realitas tidak diwariskan melainkan diperoleh secara sosial melalui berbagai
kegiatan interaksi pemerolehan atau belajar (lihat Wardhaugh, 1996: 215). Studi bahasa
menunjukkan bahwa perbedaan bahasa menjadi sebab adanya perbedaan perspektif
kognitif (Humboldt, 1903: 36; dalam Wierzbicka, 1992: 3). Pemikiran ini dipertegas oleh
Sapir (1949: 162; dalam Wierzbicka, 1992: 4) dengan menyatakan bahwa tidak ada dua
bahasa yang dapat secara layak merepresentasikan realitas sosial secara sama. Pendapat
Sapir tersebut dikonfirmasi salah satunya oleh pengalaman muridnya yaitu Benjamin Lee
Whorf, seorang insinyur kimia, tentang penggunaan leksikon ‘full’ (penuh) dan ‘empty’
(kosong) oleh orang Inggris dalam mendeskripsikan drum yang berisi bensin (cairan).
Whorf menemukan bahwa orang Inggris dengan leluasa merokok di samping drum yang
„kosong‟ bensinnya padahal nyatanya drum tersebut berisi „penuh‟ udara. Dari kejadian
tersebut, Whorf sampai pada kesimpulan bahwa bahasa menentukan atau mempengaruhi
cara pandang seseorang terhadap dunia, oleh karenanya mempengaruhi tingkah lakunya.
Penutur bahasa tertentu menjadi lebih sadar situasi karena bahasanya memiliki leksikon
terkait situasi tersebut (Wardhaugh, 1993: 218). Lebih jauhnya, perbedaan budaya
bersumber dari perbedaan bahasa.
Pemikiran Sapir dan Whorf tersebut dikenal dengan Hipotesis Sapir-Whorf tentang
determinasi dan relativitas bahasa. Determinasi bahasa merupakan versi kuat dari hipotesis
tersebut yang memandang bahwa bahasa menjadi penentu kebudayaan, cara pikir, dan
prilaku penuturnya sedangkan versi lemahnya ialah relativitas bahasa, bahasa
mempengaruhi kebudayaan, cara pikir, dan prilaku penuturnya. Hipotesis ini menjelaskan
mengapa orang Inggris melihat realitas warna secara berbeda dengan orang Filipina. Orang
Inggris mengenal sepuluh jenis warna yaitu white, red, green, yellow, blue, brown, purple,
pink, orange, dan grey; sedangkan penutur bahasa Hunaco di Filipina hanya mengenal
empat warna saja, yaitu mabiru, hitam dan warna gelap lain‟, melangit „putih dan warna
merah cerah‟, meramar kelompok warna merah‟, dan malatuy „kuning, hijau muda, dan
coklat muda‟ (Chaer dan Agustina, 2004: 167).
Tidak semua bahasa memiliki leksikon umum untuk merujuk pada lingkungan fisik
seperti angin, matahari, dan awan. Penutur bahasa Nyawaygi, pada masyarakat Aborigin di
Australia, misalnya, memiliki beberapa leksikon untuk merujuk pada posisi matahari
terhadap bumi (Wierzbicka, 1992: 8). Hal serupa juga dialami penutur bahasa Sunda yang
mengenal istilah haneut moyan, carangcang tihang, pecat sawed, surup, dan lain- lain.
Leksikon tumbuhan ataupun binatang pun berbeda-beda dari satu bahasa ke bahasa
lain. Banyak sedikitnya leksikon yang mendeskripsikan spesies tumbuhan atau binatang
tertentu pun bervariasi bergantung pada cara hidup dan cara berpikir penuturnya. Sebagai
contoh, penutur bahasa Inggris hanya memiliki satu leksikon umum „rice‟ sedangkan
penutur bahasa Indonesia mengenal empat leksikon terkait „rice‟ yaitu padi, gabah, beras,
dan nasi (Suhandono, dkk., 2004: 229). Hal ini menjadi bukti bahwa budaya atau
kehidupan orang Indonesia sangat erat dengan entitas yang disebut nasi, bahkan seringkali
orang Indonesia mengatakan belum makan kalau belum makan nasi (bandingkan
Wierzbicka, 1997; Ahimsa-Putra, 1966). Contoh lainnya, orang Jepang tidak mengenal
pembedaan secara leksikal antara mice dan rats. Mereka merujuk kedua hewan tersebut
dengan satu leksikon yaitu nezumi (Wierzbicka, 1992: 8). Bagi masyarakat GaroAssam di
India, semut merupakan salah satu entitas yang dianggap penting dalam kehidupan mereka
sehingga mereka memiliki puluhan leksikon untuk merujuk pada entitas semut tersebut
(Wardhaugh, 1993: 220).
Untuk spesies tumbuhan tertentu, masyarakat Sunda memiliki leksikon khusus
untuk menyebut bunga atau bakal buah yang dihasilkan spesies tumbuhan tertentu. Sebagai
contoh, „alewoh‟ merupakan leksikon yang digunakan untuk merujuk pada „kembang
waluh‟, „angkrik‟ untuk merujuk pada „kembang jeruk‟, „jamotrot‟ untuk merujuk pada
„kembang laja‟, dan lain sebagainya. Semakin spesifik dan semakin banyak leksikon yang
digunakan untuk merujuk pada tumbuhan maka semakin menunjukkan nilai penting
tumbuhan tersebut bagi masyarakat setempat sekaligus memperlihatkan adanya penekanan
budaya pada area tersebut.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Kajian leksikon etnobotani bahasa Sunda ini tidak hanya dilakukan secara terbatas
di dalam konteks linguistik semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks sosial budaya
yang lebih luas sehingga mampu menjangkau fungsinya dalam menopang praktik
kebudayaan (Foley, 2001). Kajian seperti ini setidaknya melibatkan dua payung ilmu, yaitu
linguistik antropologis (anthropological linguistics) dan antropologi linguistik (linguistic
anthropology). Oleh karena itu, pengkajian masalah ini akan memakai pendekatan teoretis,
yakni pendekatan etnosemantik.
Secara metodologis, pendekatan etnosemantik dalam kajian ini dipusatkan pada
model etnografi komunikasi yang dikembangkan oleh Hymes (1972; 1973; 1980).
Pengembangan istilah itu dimaksudkan oleh Hymes (1980:8) untuk memfokuskan
kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa d i dalam suatu kebudayaan bukan pada
bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya. Penelitian dengan model etnografi
menempatkan nilai yang tinggi pada kenormalan gejala yang diteliti (Duranti, 1997:84).
Mengacu pada gagasan Spradley (1979:11-12) dan Strauss & Corbin (1990:17-18) untuk
mengungkap nilai-nilai kearifan lokal dari leksikon etnobotani bahasa Sunda pada latar
yang alami, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif. Dengan menggunakan
metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti yang berfungsi sebagai human
instrument (Moleong, 1995:121-125; Duranti, 1997:85-88).
Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif etnografi (Spradley, 1970 dan
Muhadjir, 1996), yakni dengan melibatkan peneliti dalam pergaulan dengan masyarakat
adat Kampung Naga di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian dalam
pandangan etnografi bermakna memahami gejala yang bersifat alamiah atau wajar
sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi dan diatur dengan eksperimen atau tes (Muhadjir,
1996:96). Gejala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gejala pemanfaatan leksikon
etnobotani bahasa Sunda oleh masyarakat adat Kampung Naga.
2. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini akan dilakukan di lingkungan masyarakat
adat Kampung Naga, yaitu di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi
penelitian ini sengaja dipilih karena merupakan komunitas terbatas yang masih berusaha
menjaga nilai-nilai kearifan lokal sebagai warisan dari leluhurnya.
3. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan jadi penelitian, bukannya
bahan mentah penelitian. Dengan demikian, metode dan teknik analisis data dapat
diterapkan kepada bahan jadi penelitian tersebut (Subroto, 1992; Sudaryanto, 1993;
Djadjasudarma, 1993).
Data penelitian ini meliputi berbagai macam leksikon etnobotani bahasa Sunda
dalam berbagai peristiwa tutur yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Naga.
Tuturan yang dimaksud dibatasi pada tuturan lisan. Dasar pertimbangannya adalah bahwa
tuturan lisan merupakan tuturan yang dominan terjadi da lam hampir semua peristiwa tutur
yang berlangsung di berbagai ranah pemilihan bahasa di masyarakat adat Kampung Naga.
Perlu dicatat bahwa kejatian tuturan yang menjadi data penelitian ini tampak dengan jelas
apabila tuturan itu muncul bersama konteks situasi tutur bagi tuturan tersebut. Konteks
yang dimaksud dapat berupa (1) konteks sosial, (2) konteks budaya, dan (3) konteks
situasional.
4. Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari penggunaan bahasa Sunda yang terjadi di dalam
masyarakat adat Kampung Naga. Penggunaan bahasa itu terjadi secara alami dari peristiwa
tutur yang wajar di dalam masyarakat dalam kegiatan komunikasi sehari-hari. Peristiwa
tutur yang diangkat sebagai sumber data adalah peristiwa tutur yang terjadi di dalam
berbagai ranah sosial (domain) sebagaimana diajukan oeh Gumperz dengan sedikit
modifikasi sesuai dengan situasi kebahasaan masyarakat adat Kampung Naga.
Ranah sosial yang diajukan oleh Gumperz (dalam Fishman, 1975:33) adalah (1)
rumah (home), (2) sekolah dan kebudayaan (school and culture), (3) pekerjaan (work), (4)
pemerintahan (goverment), dan (5) gereja (church). Rokhman (2003:37) membuat
modifikasi menjadi (1) ranah keluarga, (2) ranah pendidikan, (3) ranah upacara adat, (4)
ranah pemerintahan, (5) ranah keagamaan, dan (6) ranah pergaulan dalam masyarakat.
5. Metode Penyajian Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam metode penyajian data, yakni (1)
metode simak dan (2) metode cakap (Sudaryanto, 1993). Metode simak dilakukan dengan
cara mencatat dan merekam hasil simakan yang diperoleh dari informan. Dalam metode
yang pertama ini peneliti tidak terlibat dalam percakapan. Sementara itu, dalam metode
cakap, peneliti langsung terlibat dalam percakapan bersama-sama dengan informan.
6. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian etnografi lazimnya dilakukan melalui dua prosedur,
yaitu (1) analisis selama penyajian data, dan (2) analisis setelah pengumpulan data (Miles
dan Huberman, 1984: 21-25; Muhadjir, 1996: 105). Kedua prosedur itu dilakukan pula
dalam penelitian ini. Prosedur pertama dilakukan melalui tahapan berikut: (1) reduksi data,
(2) sajian data dengan pola gambar matriks, dan (3) pengambilan simpulan/verifikasi yang
sifatnya tentatif untuk diverifikasikan, baik dengan triangulasi data maupun dengan
triangulasi teknik pengambilan data. Langkah proses analisis tersebut disebut analisis
model interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 21-25).
Prosedur kedua dilakukan dengan dengan langkah (1) transkripsi data hasil
rekaman, (2) pengelompokan atau kategorisasi data yang berasal dari perekaman dan
catatan lapangan berdasarkan ranah sosial terjadinya peristiwa tutur, (3) penafsiran nilai-
nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup dalam masyarakat adat Kampung Naga,
dan (4) penyimpulan atau perampatan tentang model pewarisan nilai-nilai tersebut.
Kaidah dan simpulan aspek-aspek penggunaan leksikon etnobotani bahasa Sunda
dalam masyarakat adat Kampung Naga dianalisis dengan menggunakan metode analisis
kontekstual. Adapun yang dimaksud dengan metode analisis kontekstual adalah cara
analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan
mengaitkan konteks (Rokhman, 2003:42).
7. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan metode
penyajian formal dan informal. Metode formal digunakan pada pemaparan hasil analisis
data yang berupa kaidah-kaidah atau lambang- lambang formal dalam bidang linguistik.
Lambang- lambang formal seperti lambang dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis
disajikan dengan metode formal. Sementara itu, metode informal digunakan pada
pemaparan hasil analisis data yang berupa kata-kata atau uraian biasa tanpa lambang-
lambang formal yang sifatnya teknis.
8. Alur Penelitian
Untuk memperjelas paparan sebelumnya tentang metode penelitian, pada bagian ini
akan digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut (adaptasi model
Miles dan Huberman, 1984).
E. Jadwal Pelaksanaan
No. Kegiatan Bulan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
1. Persiapan
a. Penetapan masalah
b. Peninjauan sumber data
c. Penyususan instrumen
d. Penyusunan proposal
2. Pelaksanaan penelitian
a. Pengumpulan data
b. Tabulasi dan analisis data
c. Interpretasi data
3. Penyusunan laporan hasil
penelitian
a. Menyusun konsep laporan
b. Diskusi pembahasan
Leksikon Etnobotani
Bahasa Sunda
Pereduksian Data
Penafsiran Data untuk
Nilai-nilai Kearifan Lok al
Pend. Lingkungan Hidup
Penyimpulan Data
Hasil Analisis:
Muatan Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup
dalam Leksikon Etnobotansi Bahasa Sunda
Pengumpulan Data
(1) Metode Simak
(2) Metode Cakap
Penyajian Data
(1) Klasifikasi Leksikon Etnobotani
(2) Deskripsi Leksikon Etnobotani
(3) Fungsi Leksikon Etnobotani
Kode
1
3
2
4 4
5
c. Konsep laporan alhir
d. Diseminasi laporan di
jurusan
e. Revisi laporan hasil penelitian
4. Penggandaan dan
pengiriman laporan
5. Diseminasi laporan penelitian tingkat fakultas
F. Daftar Pustaka
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 1966. “Etnosains dan Etnometodologi: Sebuah Perbandingan”. Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia XII (2):103-132.
Alwasilah, A. C., Suryadi, K., Tri Karyono. 2009. Etnopedagogi: Landasan Praktik
Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat Buku Utama. Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik: Pekenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta. Davidson-Hunt, Iain. 2010. “Ecological Ethnobotany: Stumbling Toward New Practices
and Paradigms”. MASA Journal, Spring 2000, Volume 16(1): 1-13 tersedia di http://www.etfrn.org/etfrn/workshop/biodiversity/documents/hunt2.pdf
Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University
Press.
Fasold, Ralph. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell.
Fasold, Ralph. 1990. The Sociolinguistics of Language. Oxford: Basil Blackwell.
Faturohman, Taufik. 1983. Tatabasa Sunda. Bandung: Jatnika.
Fishman, Joshua A. 1968. Reading in the Sociology of Language. The Hague: Mouton. Fishman, Joshua A. 1972. The Sociology of Language. Rowley: Newbury House.
Fishman, Joshua A. 1975. Sociolinguistics: A Brief Introduction. Rowley, Mass: Newbury
House. Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher
Inc.
Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation.
Hanif, Abu dkk. 2009. “Ethnobotanical Survey of the Rakhain Tribe Inhabiting the Chittagong Hill Tracts Region of Bangladesh”. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture 3(2): 172-180.
Hiepko, Paul. 2006. “Eipo Plant Nomenclature and Classification Compared with Other
Folk Taxonomic Systems”. Willdenowia 36: 447-453 Hymes, Dell. 1972. “Models of Interactions of Language and Social Life”. Dalam John J.
Gumperz dan Dell Hymes, eds. Direction in Sociolinguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Hymes, Dell. 1973. “Toward Ethnographies of Communication: The Analysis of
Communicative Eevents”. Dalam Pier Paolo Giglioli, Ed. Language and Social
Context. Australia: Penguin Books Australia Ltd.
Hymes, Dell. 1980. Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographics Approach. Philadelpia: University of Pennsylvania Press.
Kuntorini, Evi Mintowati. 2005. “Botani Ekonomi Suku Zingiberaceae sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat di Kotamadya Banjarbaru”. Bioscientiae 2(1): 25-36.
Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi III). Yogyakarta: Rakesarasin.
Palmer, Gary B. 1999. Towards a Theory of Cultural Linguistics. Austin: University of Texas Press.
Puwanto, Yohanes. 2011. “Knowledge of Local Plants Offers Numerous Benefits”. The
Jakarta Post, Jakarta.
Rokhman, Fathur. 2003. “Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian
Sosiolinguistik di Banyumas”. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Santhyami, Endah Sulistyawati. 2010. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Adat
Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat. Tersedia di www.sith.itb.ac.id/.../Santhyami%20&%20Dr.%20Endah%20S.pdf
Satjadibrata. 2011. Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Spradley, James P. 1980. Participated Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan Misbah Zulfa Elizabeth.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 1990. Basics of Qualitative Research. London: Sage
Publications.
Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press. Sudaryat, Yayat, dkk. 2007. Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Suhandono, dkk. 2004. “Leksikon Etnobotani Bahasa Jawa”. Humaniora. 16(3):229:241.
Sukenti K, Guhardja E, Purwanto Y. 2004. “Kajian Etnobotani Serat Centhini”. Journal of
Tropical Ethnobiology 2(1).
Suryadarma, IGP. 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Yogyakarta: UNY.
Turner, Nancy J. 1995. “Ethnobotany Today in Northwestern North America”. dalam
Schultes, Richard Evans Schultes and Siri von Reis (eds.) Ethnobotany: Evolution
of a Discipline. San Francisco: Dioscorides Press. Pp. 264-283.
Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell. Warnaen, Suwarsih dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam
Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wierzbicka, Anna. 1992. Semantics, Cognition, and Culture. London: OUP.
Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Cultures through Their Key Words: English,
Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.
G. Pembiayaan
Uraian Pembiayaan Program Penelitian Penguatan Kompetensi
No. Jenis Pengeluaran Jumlah
(Rp)
1 Gaji dan upah 28,000,000.00
2 Peralatan 26,900,000.00
3 Bahan habis pakai 6,780,000.00
4 Perjalanan 14,400,000.00
5 Diseminasi 13,000,000.00
6 Laporan dan publikasi 4,200.000,00
Total Maksimum 89,080,000.00
Lampiran 1
Justifikasi Pembiayaan
No. Kegiatan/Barang/Gaji/Upah Vol/ Satuan Harga
Satuan
Jumlah
Rp
1. Pelaksanaan (Gaji/upah)
a. Ketua 1 1/8 1.500.000,00 12.000.000,00
b. Anggota 2 2/8 1.000.000.00 16.000.000,00
Jumlah 28.000.000,00
2. Peralatan dan
perlengkapan
a. Pemeliharaan computer 3 8x 50.000,00 1.200.000,00
b. Pembelian flasdisc 2 5 gg 100.000,00 1.000.000,00
c. Pembelian CD 3 10x 50.000,00 1.500.000,00
d. Pembelian buku rujukan 2 10 75.000,00 1.500.000,00
e. Tape recorder 3 unit 500.000,00 1.500.000,00
f. Kamera digital 3 Unit 2.500.000,00 7.500.000,00
g. Rekaman video 1 Unit 9.500.000,00 9.500.000,00
h. Sewa ruangan diskusi/seminar
2 kali 1.000.000,00 2.000.000,00
i. Tinta Komputer 6 unit 200.000,00 1.200.000,00
Jumlah 26.900.000,00
3. Bahan Habis pakai
(Material penelitian)
a. Komunikasi (Pulsa) 3 8 bln 200.000,00 4.800.000,00
b. Kertas HVS A4 80 gr 15 rim 32.000,00 480.000,00
c. Fulder 10 bh 15.000,00 150.000,00
d. Baterai alkalin 30 set @2
biji
60 bh 5.000,00 300.000.00
e. Bolpoint 3 dus 50.000,00 150.000,00
f. Spidol 2 lsn 50.000,00 100.000,00
g. Transparan 2 dus 75.000,00 150.000,00
h. Kaset Kosong untuk tape recorder
30 buah 5000,00 150.000,00
i. Kaset kosong video 10 buah 50.000,00 500.000,00
Jumlah 6.780.000.00
4. Perjalanan dan akomodasi
a. Perjalanan ke Tasikmalaya OPP 4x8 350.000,00 11.200.000,00
b. Lumsum responden Mlm 8x4 100.000,00 3.200.000,00
Jumlah 14.400.000,00
5. Desiminasi (lokakarya
/seminar penelitian)
a. Diskusi ahli 1 3x 1.000.000,00 3.000.000,00
b. Seminar 1 3x 2.000.000,00 6.000.000,00
c. Workshop buku ajar 1 1x 4.000.000,00 4.000.000,00
Jumlah 13.000.000.00
6 Laporan
a. Penyusunan laporan Paket 1x 2.000.000,00 2.000.000,00
b. Penyusunan artikel Paket 1x 500.000,00 500.000,00
c. Penggandaan &
penjilidan
15 Eks 100.000,00 1.500.000,00
d. Distribusi Paket 1x 260.000,00 260.000,00
Jumlah 4.200.000,00
Jumlah keseluruhan 89.080.000,00
RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI
1) Nama : Dadang Sudana 2) NIP : 196009191990031001 3) Pangkat/Jabatan/Gol : Pembina/Lektor/III-c
4) Instansi : Jurusan Pend. Bahasa Inggris/FPBS/UPI 5) Tempat/Tgl Lahir : Kuningan, 19 September 1960
6) Alamat : Komplek Perumahan Graha Puspa Jalan Puspa Kenanga Timur II, D-3/22A, RT/RW 001/015,
Lembang, Bandung Barat
7) No. Telp/HP : (022)2788268/081321885944 8) Riwayat Pendidikan :
a. Pendidikan Formal
No Universitas Kota/Negara Tahun
Lulus
Jurusan
1. S1: IKIP Bandung Indonesia 1989 Pendidikan Bhs. Inggris
2. Post Graduate Diploma: University of Canberra
Australia 1994 Teaching English to Speakers of Other
languages (TESOL)
3. S2: University of Canberra Australia 1995 Teaching English to Speakers of Other
languages (TESOL)
4. S3: Deakin University Australia 2006 Linguistics
b. Pelatihan Pendek
2005 Pelatihan Penilai Buku Teks SMP dan SMA, Pusbuk, Ciloto Bogor 2005 Lokakarya Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PKP) Pola 21 Jam,
Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Dikti, Jakarta
2005 Short Course in Language Typology, MLI, Padang
2006 Pelatihan Kehumasan Nasional, NHI Bandung 2007 Pelatihan Kehumasan Nasional, Cisarua, Bogor
2008 Pelatihan Penilai Buku Ajar BNSP, Cisarua, Bogor
9. Pengalaman kerja
a. Pada lembaga homebase (UPI)
1990 - Dosen tetap pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UPI
1992 - Instruktur bahasa Inggris dan Indonesia di Balai Bahasa UPI 1995 - 1997 Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, FPBS UPI
2003 - 2006 Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, FPBS UPI 2007 - Kepala Percetakan UPI 2006 - Dosen tetap pada Sekolah Pascasarjana UPI
2007 - Pemimpin Redaksi UPI Chronicle
2007 - 2008 Kepala Divisi Public Relations UPI 2007 - 2008 Sekretaris Proyek I-MHERE UPI 2008 – 2011 Direktur Eksekutif Proyek I-MHERE UPI
2009 - Pembantu Dekan I FPBS UPI b. Pengalaman kerja lainnya
1992 - Dosen tidak tetap pada beberapa PTS di Jawa Barat 1994 Penatar pada Pelatihan bagi Tutor Inti Bahasa Inggris, diselenggarakan oleh
Universitas Terbuka di Cipayung, Bogor.
1997 - 2001 Dosen tamu bahasa Indonesia di Deakin University, Australia 2005 Penilai buku pelajaran bahasa Inggris SMP-SMA, diselenggarakan oleh
Pusat Perbukuan, Depdiknas 2006 Penatar pada Workshop Pembelajaran MIPA dalam Bahasa Inggris
(bilingual), Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas
2006 Penatar pada Workshop Pembelajaran dan Persiapan Menghadapi UN, Pemda Provinsi Kepulauan Riau
2007 Anggota tim monitoring & evaluasi program peningkatan kompetensi guru di Propinsi NAD (kerjasama dengan Sampoerna Foundation)
2007- Anggota tim Asesor sertifikasi guru, Depdiknas
2008 Penilai buku pelajaran bahasa Inggris SMP-SMA, diselenggarakan oleh BSNP dan Pusat Perbukuan, Depdiknas
10. Organisasi
2006 - Anggota Masyarakat Linguistik Indonesia
11. Publikasi
a. Ilmiah
1992 UT Speaking Modul (UT, Jakarta)
1996 English MKDU for Students of FPMIPA (Remaja Rosda karya, Bandung)
1997 Ringkasan Materi dan Aktivitas Siswa Bidang Studi Bahasa Inggris IA untuk SMP.
Bandung: Andira. Ditulis bersama Iwa Lukmana, E. Aminudin Aziz, dan Deddy
Suryana.
1997 Ringkasan Materi dan Aktivitas Siswa Bidang Studi Bahasa Inggris IIA untuk SMP.
Bandung: Andira. Ditulis bersama Iwa Lukmana, E. Aminudin Aziz, dan Dedd y
Suryana.
1997 Ringkasan Materi dan Aktivitas Siswa Bidang Studi Bahasa Inggris IIIA untuk
SMP. Bandung: Andira. Ditulis bersama Iwa Lukmana, E. Aminudin Aziz, dan
Deddy Suryana.
2003 Culture Based Englsih: for college students. Jakarta: Grassindo. Ditulis bersama,
Aminudin Aziz, Safrina Noorman, dan Bachrudin Musthafa.
2004 Pandangan Terhadap Peran Tata Bahasa dalam Pengajaran Bahasa Asing
(artikel dalam Jurnal Bahasa dan Sastra FPBS UPI)
2006 Classroom Discourse Analysis: a systemiotic approach, Bandung: UPI Press
(editor)
2007 Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan, Bandung : UPI Press (editor)
2008 TVET Proceedings, Bandung: UPI Press (editor)
2009 Dasar – Dasar Psycholinguistik, Bandung: UPI Press (editor)
2009 Relating The Prefix {meng-} and {ber-} to Verb Roots: a semantic mapping, Jurnal
Masyarakat Linguistik Indonesia, Tahun ke 7/Nomor 2
2011 Semantic Mapping of Affixation: an attempt to explain affixation in Bahasa
Indonesia, Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 11/ No. 2
b. Ilmiah-populer
1991 -1994 Television Instructional English Programs for SMP (with PUSTEKOM,
Jakarta)
12. Penelitian dan tesis
1993 Pengaruh Konsentrasi terhadap Prestasi Belajar Siswa. Penelitian Dana OPF IKIP
Bandung, dikerjakan bersama Iwa Lukmana dan Deddy Suryana.
1995 Developing competence in interrogative sentences. Tesis MA (TESOL), University
of Canberra, Australia.
1998 Studi Rintisan Model Whole Language pada Sekolah Dasar di Kodya Bandung.
Penelitian Dosen Muda, dikerjakan bersama Iwa Lukmana dan Deddy Suryana.
2000 Indonesian morphology: a description of affixes and their application for
second/foreign language learners (a paper, ALAA Conference, Melbourne
University, Australia)
2002 Semantic and Pedagogial Aspects of Affixation in Bahasa Indonesia . Tesis PhD
(Linguistik), Deakin University, Australia.
2007 Meningkatkan Pemerolehan Kosa Kata Pemelajar Bahasa Inggris pada Tingkat
Perguruan Tinggi Melalui kajian Sematis Afiks derivatif. Penelitian Hibah Bersaing
Perguruan Tinggi. Dikerjakan bersama Fuad Abdul hamied dan Didi Sukyadi.
(sebagai anggota)
2006 Representasi Ideologis Karakterisasi dalam Teks Sastra: analisis karakterisasi
dengan menggunakan tatabahasa fungsional. Penelitian Dana Rutin UPI.
Dikerjakan bersama Iwa Lukmana, Wawan Gunawan, dan Riesky. (sebagai
anggota)
2007 Derivative-based Materials Development to Improve Students’ Vocabulary
Aquisition. Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Dikerjakan bersama Fuad
Abdul Hamied dan Didi Sukyadi. (sebagai anggota)
2009 Pengembangan Model Alat Ukur untuk Menakar Kompetensi Komunikasi Bahasa
Inggris sebagai Bahasa asing. Penelitian Startegis Nasional. Dikerjakan bersama
Aminudin Aziz dan Iwa Lukmana (sebagai anggota)
2011 Kajian Psikolinguistik pada Penderita Afasia Broca Pascastroke: Pemanggilan
Leksikon, kekeliruan berbahasa, dan siasat komunikasi. Makalah disajikan pada
Kongres Internasional masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI 2011), UPI,
Bandung. Dua puluh makalah terbaik, akan diterbitkan pada jurnal internasional.
Ditulis bersama Lilis Hartini dan Syihabudin
2011 Analisis Peta Kompetensi Hasil Ujian Nasional dan Model Pengembangan Mutu
Pendidikan SMA di Jawa Barat. Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu
Pendidikan (PPMP). (Sebagai ketua tim agregat).
Bandung, 14 Februari 2012
Dr. Dadang Sudana, M.A.
RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PENELITI 1
1) Nama : Dede Kosasih 2) NIP : 196307261990011001
3) Pangkat/Jabatan/Gol : Pembina/Lektor Kepala/IV-a 4) Instansi : Jurusan Pend. Bahasa Daerah/FPBS/UPI
5) Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 26 Juli 1963 6) Alamat : Jl. Pasirjati Utama E4/1 Rt 01/13 Komp. PasirjatiUjungberung- Bandung 40619
7) No. Telp/HP : HP 081321199673 8) Riwayat Pendidikan :
No Universitas Kota/Negara Tahun
Lulus
Jurusan
1 S1: IKIP Bandung Indonesia 1989 Pendidikan Bhs. Daerah
2 S2: UNPAD Indonesia 2003 Sosiologi-Antropologi
9. Riwayat Pekerjaan
Dosen Mata Kuliah Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahun... s.d. ...
Folklor (Sunda) S1 Jur. Pend. B. Daerah UPI 2003-sekarang
Budaya Sunda S1 Jur. Pend. B. Daerah UPI 1991-sekarang
Ket. Dasar Menulis S1 Universitas Terbuka
UPBJJ Bandung
2006-2008
Sosiologi Antropologi S1 Jur. Psikologi FIP UPI 2005-2006
Pendidikan Bahasa Daerah D2 & S1 PGSD UPI Kampus
Tasikamalaya
2005-sekarang
10. Riwayat Penelitian
Tahun Judul Jabatan Sumber
Dana
1993
Relevansi Buku Teks Bahasa Sunda dengan
Kurikulum 1993 bersama Kosim Kardana dan
Dingding Haerudin
Kelompok
/Anggota
dana OPF
1993 Tipe Kesalahan Berbahasa Sunda Mahasiswa
Angkatan 1993/1994 Jurusan Pend. Bahasa
Kelompok dana OPF
Daerah FPBS IKIP Bandung. Bersama Abud
Prawirasumantri dan Yayat Sudaryat
/Anggota
1995
Penggunaan dan Pemakaian Undak Usuk Basa
Sunda di Lingkungan Tim Penggerak PKK,
Kecamatan Lembang, Bandung.1995. bersama
Karna Yudibrata dan Dedi Koswara
Kelompok
/Anggota
dana OPF
1995
Relevansi Nilai PBM dengan Hasil PPL
Mahasiswa Jurusan Pend. Bahasa Daerah FPBS
IKIP Bandung 1995. bersama O. Solehudin
Kelompok
/Anggota
dana OPF
1997
Aspek-Aspek Edukatif dalam Pertunjukan
Tarawangsa di Kecamatan Rancakalong
Sumedang 1997
Mandiri/
Ketua
Mandiri
2002
Pengembangan Bahan Ajar Kosa Kata Bahasa
Sunda yang Sesuai dengan Ciri Khas Daerah di
wilayah Provinsi Jawa Barat. 2002. Dikerjakan
bersama Mulyani Sumantri, Ahman, Sutardi
Wirasasmita dan Usep Kuswari.
Kelompok
/Anggota
Pemda Jabar
(Balitbangd
a)
2003
Budaya Poyok Ungkal dan Implikasinya bagi
Pengajaran Bahasa.
Ketua
Dana Rutin
DIK UPI 2002
2004
Dinamika Sosial dalam Interaksi Guru-Murid:
sebuah kajian wacana kritis sebagai upaya
peningkatan peran sosial para pelaku pendidikan,
2004 (Penelitian Dasar) dikerjakan bersama Iwa
Lukmana, E. Aminudin Aziz
Kelompok
/Anggota
Dikti
2006
Model Reader Respons (RR) untuk
Meningkatkan Kualitas Dalam Pembelajaran
Sastra Sunda di SMA Pasundan 2 Bandung.
2006 (PTK) Dengan No. 7250/8104/P2TK dan
KPT/2006
Kelompok
/Ketua
Dikti
2006 Pemetaan Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda di Jawa Barat
Anggota Disdik Jabar
2007 Pemetaan Bahasa Sunda di Wilayan Cirebon Anggota Disbudpar
2009 Inventarisasi Naskah Sunda Lama di Wilayah Jati
Gede Kabupaten Sumedang
Anggota RKAT
2009 Ekspedisi Alam dan Budaya: Inventarisasi,
Interpretasi Budaya dan Mediasi Gambar dan
Film Flora Sunda (Akar, Umbi, Batang, Daun,
Bunga dan Buah)
Anggota DIPA UPI
11. Publikasi Ilmiah
A. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2004 Simbolisasi Poyok Ungkal dalam Komunikasi
Verbal dan Implikasinya bagi Pengajaran Bahasa
(Hasil Penelitian)
Jurnal Pendid ikan Bahasa
Vol.4 No. 7, Oktober 2004
2006.
Kalangenan: Bihari Muhit Kasakti, Kiwari Mipit Balai (Artikel Budaya)
Jurnal Sundalana seri Pustaka
Sunda, Penerbit Pustaka Jaya,
Ed isi ke IV Juni 2006.
2007 Makaya Basa Sunda
Pangdeudeul Pangajaran Basa jeung Sastra Sunda
(Anggoeun Mahasiswa Jurusan Basa Sunda,
PGSD jeung Umum). (Buku Ajar)
Sonagar Press
2007 Santika Basa Sunda Kelas X, XI, XII
Pangajaran Basa Sunda Pikeun Siswa SMA /SMK/MA Dumasar KTSP 2006
(Buku Paket)
CV. kingQlaban Press
2009 Folklor (Sunda) (Buku Ajar) Bahasa Sunda FPBS UPI
2009 Kabudayaan Sunda (Buku Ajar) Bahasa Sunda FPBS UPI
2009 Sambada Basa Sunda Kelas VII,VIII,IX Pangajaran Basa Sunda Pikeun Siswa SMP/MTs
Dumasar KTSP 2006 (Buku Paket )
CV. kingQlaban Press
B. Makalah
Tahun Judul Penyelenggara
2008 Pembelajaran berbasis Lingkungan dan Budaya
Lokal: Kearifan Lokal yang tercermin dalam
Permainan Tradisional
Asgar Muda Garut
2008 Etnopedagogi dalam Kaulinan Barudak Sunda
Jurusan Pendidikan Bahasa
Sunda FPBS UPI
2008 Ngabebenah Pangajaran Basa Sunda di Sakola MGMP Kota Bogor
2008 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Penerapannya dalam Pendidikan Bahasa (Sunda)
MGMP Kab. Sumedang
2008 Sarsilah Ngaran Patempatan di tatar Sunda Pusat Studi Sunda
2009 Penelitian Tindakan dan Penerapannya dalam
Pendidikan
IKA UPI
2009 Implementasi Penelitian Tindakan Kelas IKA UPI
2009 Ngaguar Ma‟na, Nyungsi Harti Toponimi
Masarakat Sunda
PPSS 9 Mei 2008 dan Jurusan
Pendidikan Bahasa Sunda
FPBS UPI
2009 Kaulinan dan Kakawihan Sunda yang Sarat
Makna
UNY (Yogyakarta)
2009 Cara Mudah Melaksanakan PTK ”Rumah Cerdas Indonesia”
2009 Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak
bagi Guru-Guru SD/MI
Disdik Jabar
2010 Kosmologi Sistem Nama Diri (Antroponim)
Masyarakat Sunda: Dalam Konstelasi Perubahan
Struktur Sosial Budaya (Seminar Internasional)
Balai Bahasa Bandung
Seminar Internasional dalam
rangka Hari Bahasa Ibu 2010
C. Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi
Tahun Judul Buku Penerbit/Jurnal
2008 Harmoni di Bumi (Buku PLH)
kelas X
CV. kingQlaban Press
2009 Ari Uing Saha? CV. kingQlaban Press
D. Artikel (Karya Ilmiah Populer)
Tahun Judul Artikel Dipublikasikan
1991 Ngabebenah Pangajaran Basa
Sunda di Sakola (Artikel Pangajaran)
Majalah Turus no.06 (Majalah Mahasiswa
Jurusan Pendidikan bahasa Daerah FPBS IKIP
Bandung
2004 Sarsilah Ngaran Patempatan di Tatar
Sunda (Artikel Budaya)
Majalah Sunda Cupumanik No.17/2004
Desember 2004
2004 “What‟s in a Name?” (Artikel Budaya)
Majalah Sunda Manglé No. 1993 dan 1994 Des.
2004
2005 Geus Nepi Kana Ugana (Artikel
Budaya)
Majalah Sunda Manglé No. 1997 Januari 2005
2005 Poyok Ungkal (Artikel Budaya ) Majalah Sunda Cupumanik No. 20/2005 Maret
2005
2005 Dihin Pinasti Anyar Pinanggih
(Artikel Budaya)
Majalah Sunda Mangle No. 2009 Maret-April
2005
2005 Nu Harayang Katangar (Artikel
Budaya)
Majalah Sunda Manglé No. 2013 April-Mei
2005
2005 Khotbah di Tatar Sunda (Artikel Budaya)
Harian Pikiran Rakyat20 Mei 2005
2006 Mupunjung Basa Indung (Artikel
Budaya)
Majalah Sunda Manglé No. 2045 Pebruari 2006
2008 Satengah Abad Jurusan Basa Sunda Majalah Sunda Cupumanik Taun V No. 6 2008
2008 Gawé MC (Artikel Budaya) Majalah Sunda Cupumanik Taun V no. 7 2008
2009 ”Saemaul Undong” Kredo Bangsa Korea
Majalah Sunda Cahara Bumi Siliwangi Edisi no.
2 April 2009
2009 Etnopedagogi dalam ”Kaulinan
Barudak”
Pikiran Rakyat 23 Mei 2009
2009 Dina budaya urang Napak Tina Budaya urang Ngapak
Majalah Sunda Cahara Bumi Siliwangi Edisi
no.3 Oktober 2009
Bandung, 13 Februari 2012
Drs. Dede Kosasih, M.Si.
RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PENELITI 2
1. Nama : Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.
2. NIP : 197712092005011001
3. Pangkat/Jabatan/Gol. : Penata Muda/Lektor/IIIb
4. Instansi : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
5. Tempat/Tanggal Lahir : Sumedang, 9 Desember 1977 6. Alamat : Jalan Cilimus No. 7 Bandung
7. No. Telp/ HP : 081392422633
8. Riwayat Pendidikan :
No. Universitas Kota/Negara Tahun Lulus Jurusan
1. S1 : UPI Bandung/Indonesia 2002 Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
2. S2 : UGM Yogyakarta/Indonesia 2009 Linguistik
9. Riwayat Pekerjaan : PNS di UPI Bandung sejak 1 Januari 2005
10. Pengalaman Penelitian (tiga tahun terakhir):
Nama Proyek Pemberi Dana Judul Penelitian Jabatan
(ketua/
anggota)
Besar dana
(Rp.)
Tahun
Hibah Penelitian
Penguatan
Kompetensi
UPI Pemilihan Bahasa
dalam
Masyarakat
Banten: Studi
Kasus di Kec.
Labuan, Kab.
Pandeglang
Anggota 20.000.000 2011
11. Publikasi Ilmiah: (3 tahun terakhir)
No. Nama-nama
Penulis
Judul Tulisan Nama
Seminar/
Jurnal
Kota Bulan,
Tahun
1 Nunung
Sitaresmi dan
Mahmud
Fasya
Semantik Bahasa
Indonesia
UPI Press Bandung 2011
2 Mahmud
Fasya
Leksikon Waktu
Harian dalam
Bahasa Sunda:
Kajian Linguistik
Antropologis
PKBB Unika
Atma Jaya
Jakarta 2011
3 Mahmud
Fasya & Euis
Nicky
Marnianti
Suhendar
Pengaruh Variabel
Sosial terhadap
Penggunaan Makian
dalam Bahasa
Indonesia
UPI Press Bandung 2011
12. Pengalaman Pengabdian Kepada masyarakat (tiga tahun terakhir):
Tempat Pemberi
Dana
Judul PPM Jabatan
(ketua/
anggota)
Besar dana
(Rp.)
Tahun
Kab. Subang Implementasi Lesson
Study bagi Guru-guru
SMP
2010
Bandung, 13 Februari 2012
Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.
RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PENELITI 3 1) Nama : R. Dian Dia-an Muniroh, M.Hum.
2) NIP : 198110242005012001 3) Jabatan/Gol : Asisten Ahli/III-a
4) Instansi : Jurusan Pend. Bahasa Inggris/FPBS/UPI 5) Tempat/Tgl Lahir : Purwakarta/24 Oktober 1981 6) Alamat : Jl. Purnawarman Barat RT 52/RW 08 Sindangkasih
Purwakarta 7) No. Telp/HP : 081214411949
8) Riwayat Pendidikan :
No Universitas Kota/Negara Tahun
Lulus
Jurusan
1 S1: UPI Bandung/Indonesia 2004 Pendidikan Bhs. Inggris
2 S2: UPI Bandung/Indonesia 2011 Linguistik
9. Riwayat Pekerjaan
Dosen Mata Kuliah Jenjan
g
Institusi/Jurusan/Program Tahun... s.d. ...
Foundation of Linguistics S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2007-sekarang
Phonetics-Phonology S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2009-sekarang
Morphosyntax S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2009-sekarang
Semantics S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2007-2010
Pragmatics S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2005-sekarang
Foundation of English
Grammar
S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2012-...
Language in Society S1 Jur. Pend. B. Inggris UPI 2005-sekarang
10. Publikasi Ilmiah
B. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2005 Buku Teks Bahasa Inggris SMP Kelas 1-3 PT. Ricardo
B. Makalah
Tahun Judul Penyelenggara
2005 Assessing Pragmatic Competence Through DCT:
A Response to An Everlasting Issue
53rd TEFLIN
International Conference,
Universitas Ahmad
Dahlan
Yogyakarta
2006 Black Vernacular English in Detroit (A
Description of Black Vernacular English in Terms
of its Syntax Roles in Eminem Song Lyrics
Konferensi Linguistik
Tahunan (KOLITA),
Universitas Katolik
Atmajaya
2008 Practical Simplification of Indonesian Newspaper
Texts
International Conference
on Applied Linguistics
(CONAPLIN) 1, BALAI
BAHASA UPI Bandung
2009 The Importance of Integrating The Target Culture
in ELT
International Conference
on Applied Linguistics
(CONAPLIN) 2, BALAI
BAHASA UPI Bandung
2009 Multiperspektif Hubungan Bahasa Nasional dan Daerah: Kasus keberdampingan bahasa Sunda dan Indonesia
Konferensi Internasional
Masyarakat Linguistik
Indonesia (KIMLI),
Malang
2011 Agresifitas Tuturan Penutur Bahasa Indonesia
dalam Mengungkapkan Ketidakpuasan
(Studi Kasus pada Rubrik Surat Pembaca di
Laman www.kompas.com)
Konferensi Linguistik
Tahunan (KOLITA) 9,
Universitas Katolik
Atmajaya
2011 Skema Model Mengeluh Penutur Bahasa
Indonesia dalam Media
Konferensi Internasional
Masyarakat Linguistik
Indonesia(KIMLI), UPI
Bandung
11. Pengalaman Pengabdian Kepada masyarakat (tiga tahun terakhir):
Tempat Pemberi
Dana
Judul PPM Jabatan
(ketua/
anggota)
Besar dana
(Rp.)
Tahun
Kab. Bandung
Barat
Implementasi Lesson
Study bagi Guru-guru
SMP
2011
Bandung, 13 Februari 2012
R. Dian Dia-an Muniroh, M.Hum.
DAFTAR RIWAYAT TEKNISI 1
A. DATA PRIBADI
Nama : Novi Pamelasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 16 November 1990
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : MAN 2 Cirebon
Alamat : Jalan Cilimus No.34 RT/RW 007/006, Kelurahan Isola
Kecamatan Sukasari, Bandung 40154
Email : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
NO TINGKAT NAMA PENDIDIKAN TEMPAT JURUSAN TAHUN
LULUS
1. 2. 3.
4.
SD SMP SMA
S1(masih menjalani
studi)
MI Salafiyah MTs Salafiyah MAN 2 Cirebon
UPI Bandung
Cirebon Cirebon Cirebon
Bandung
- - IPS
Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Satra Indonesia
2003 2006 2009
-
C. RIWAYAT ORGANISASI
NO ORGANISASI JABATAN TAHUN KETERANGAN
1.
2. 3.
4.
Pramuka
PMR OSIS
Himasatrasia
Anggota
Anggota Pengurus
Anggota
MI (2003)
MTs (2006) MAN (2009)
UPI (2011)
Bandung, 14 Februari 2012
Novi Pamelasari
DAFTAR RIWAYAT TEKNISI 2
D. DATA PRIBADI
Nama : Nurshopia Agustina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 17 Agustus 1990
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : MAN Sukamanah
Alamat : Kampung Pangauban, RT/RW 002/001, Desa Pangauban,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung 40385
Email : [email protected]
E. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
NO TINGKAT NAMA PENDIDIKAN TEMPAT JURUSAN TAHUN
LULUS
1. 2.
3. 4.
SD SMP
SMA S1(masih menjalani
studi)
SDN Cikitu II MTsN Sukamanah
MAN Sukamanah UPI Bandung
Bandung Tasikmalaya
Tasikmalaya Bandung
- -
IPS Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Satra
Indonesia
2003 2006
2009 -
F. RIWAYAT ORGANISASI
NO ORGANISASI JABATAN TAHUN KETERANGAN
1. 2. 3.
Pramuka PMR Himasatrasia
Anggota Anggota Anggota
SD (2003) MTS N (2006) UPI (2011)
Bandung, 14 Februari 2012
Nurshopia Agustina