Upload
nenden-kartika-devi
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
1/37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah sebagian dari upaya membangun manusia seutuhnya.
Upaya membangun manusia seutuhnya harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak manusia
berada dalam kandungan dan semasa balita. Sesuai dalam lingkup pelayanan kesehatan,
usaha preventif merupakan hal utama yang harus dilakukan. Dalam melaksanakan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN, imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang
sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita sehingga
pelaksanaannya tidak dapat ditunda. !al ini berkaitan erat dengan usaha peningkatan mutu
sumber daya manusia pada masa yang akan datang. "enerasi muda membutuhkan asuhan dan
perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya
menuju de#asa yang berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional dengan
masyarakat yang sehat, sejahtera, dan bahagia.
$illennium Development "oals ($D"s atau dalam bahasa %ndonesia diterjemahkan
menjadi &ujuan Pembangunan $ilenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global,
dideklarasikan Konperensi &ingkat &inggi $ilenium oleh ') negara anggota Perserikatan
*angsa *angsa (P** di Ne# +ork pada bulan September ---. Dasar hukum
dikeluarkannya deklarasi $D"s adalah esolusi $ajelis Umum Perserikatan *angsa *angsa
Nomor //0 &angga ' September ---, (10is0//0 United Nations $illennium
Development "oals.
Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk
mengintegrasikan $D"s sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya
menangani penyelesaian terkait dengan isu2isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan
hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Deklarasi ini
merupakan kesepakatan anggota P** mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang
dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu3
'. $enanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
. $en4apai Pendidikan Dasar untuk semua
5. $endorong Kesetaraan "ender, dan Pemberdayaan Perempuan
6. $enurunkan 1ngka Kematian 1nak
/. $eningkatkan Kesehatan %bu
'
http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal1http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal2http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal3http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal4http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal5http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal2http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal3http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal4http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal5http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal1
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
2/37
7. $emerangi !%801%Ds, $alaria dan Penyakit $enular 9ainnya
:. $emastikan Kelestarian 9ingkungan !idup, dan
. $embangun Kemitraan "lobal untuk Pembangunan.
Setiap tujuan menetapkan satu atau lebih target serta masing2asing sejumlah indikator
yang akan diukur tingkat pen4apaiannya atau kemajuannya pada tenggat #aktu hingga tahun
-'/. Se4ara global ditetapkan ' target dan 6 indikator. $eskipun se4ara glonal ditetapkan
6 indikator namun implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat
kemajuannya. %ndikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara.
Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan3
NO NAMA INDIKATOR
HASIL/
REALISASI
(A)
TARGET/
SASARAN
SETAHUN (B)
(A)/(B)( %)
1 Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 12.378 14.522 85,24
2Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani1.2 2.!"4 57,22
3
Cakupan pe#tolongan pe#salinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
11.!71 13.334 8!,78
4 Cakupan pelayanan ni$as 11.734 13.334 88,""
5
Cakupan neonatus dengan komplikasi
yang ditangani !88 1.!8" 4!,!" Cakupan kunjungan bayi 12.175 13.2"2 !2,22
7Cakupan desa%kelu#ahan &ni'e#sal
Child (mmuni)ation124 18! 5,1
8 Cakupan pelayanan anak balita 3."5! 51.34 7",23
!
Cakupan pembe#ian makanan
pendamping *+( pada anak usia -24
bulan
" 7.848 ",""
1"Cakupan balita gi)i bu#uk mendapat
pe#aatan81 4.554 ",13
11 Cakupan penja#ingan kesehatan sisa+ dan setingkat
11.!37 14.482 82,43
12 Cakupan pese#ta K akti$ !!."3! 222.47! 44,52
13Cakupan penemuan dan penanganan
pende#ita penyakit /
a. 0enemuan pende#ita *0 2 27.772 ",72
b. 0enemuan dan penanganan
pende#ita 0neumonia balita1.2!7 .455 2","!
. 0enemuan dan penanganan pasien
ba#u * positi$ !35 8"" 11,88
d. 0enemuan dan penanganan 1! 1! 1"",""
e. 0enanganan pende#ita dia#e 32.531 31.!52 1"1,8114 Cakupan pelayanan kesehatan dasa# 47.134 57.425 82,33
http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal6http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal7http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal8http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal6http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal7http://mdgs-dev.bps.go.id/?link=goal8
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
3/37
masya#akat miskin
*. Cakupan kunjungan pelayanan
kesehatan dasa# bagi masya#akat
miskin
15
Cakupan pelayanan kesehatan
#ujukan pasien masya#akat miskin 3.78 57.425 ",5
1
Cakupan pelayanan gaat da#u#at
le'el 1 yang ha#us dibe#ikan sa#ana
kesehatan
1 1 '--,--
17
Cakupan desa%kelu#ahan mengalami
K yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi 24 jam
15 1 '--,--
18 Cakupan desa siaga akti$ 111 18! 58,73
Profil kesehatan Kabupaten Pamekasan menurut $D"s nomor 632 $enurunkan angka kematian anak.
*erdasarkan data sekunder Dinas Kesehatan Pamekasan tahun -'' jumlah kasus
Penyakit yang Dapat Di4egah Dengan %munisasi (PD5% sebagai berikut3
a. Difteri3
;umlah kasus Difteri pada kabupaten Pamekasan sebanyak '5 kasus
;umlah kasus Difteri pada Ke4amatan i baik sebesar /,' ?
4. "i>i kurang sebesar ','7 ?
d. "i>i buruk sebesar ,- ?
5
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
4/37
Deklarasi $D"s merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama antara
negara2negara berkembang dan maju. Negera2negara berkembang berke#ajiban untuk
melaksanakannya, termasuk salah satunya %ndonesia. %munisasi merupakan salah satu
program yang dijalankan untuk mengurangi angka kematian anak sesuai dengan $D"s.
Dengan adanya imunisasi diharapkan penyakit2penyakit sebagai penyebab kematian pada
anak dapat di4egah.
%munisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat
penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan
usaha yang sangat hemat biaya dalam men4egah penyakit menular. %munisasi juga telah
berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatanmasyarakat lainnya. Sekitar ',: juta kematian yang terjadi pada anak atau /? pada balita di
%ndonesia disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Di4egah Dengan %munisasi (PD5% seperti
&*=, difteri, pertusis, 4ampak, tetanus, polio dan hepatitis *. PD5% merupakan salah satu
penyebab kematian anak di negara2negara berkembang termasuk %ndonesia, oleh karena itu
4akupan imunisasi harus dipertahankan lebih tinggi dan merata sampai men4apai tingkat
Population Immunity (kekebalan masyarakat, sementara kegagalan untuk menjaga tingkat
4akupan imunisasi yang tinggi dan merata akan dapat menimbulkan Kejadian 9uar *iasa
PD5% seperti kejadian Polio (Depkes, --:. $enurut para pakar imunisasi dunia, sedikitnya
sebanyak '- juta ji#a dapat diselamatkan pada tahun --7 melalui kegiatan imunisasi
(Depkes, --7. Untuk men4apai perlindungan yang optimal terhadap penyakit yang dapat
di4egah dengan imunisasi, seorang anak harus menerima semua imunisasi sesuai dengan
#aktu yang sudah ditentukan (Sadoh, 1.@., and @regie, =.A., --). ;ika imunisasi
dilaksanakan dengan baik dan teratur dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian -2
)-?. Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhasil
meningkatkan angka harapan hidup. Sejak penetapan the @Bpanded Program on
%mmunisation (@P% oleh
mendekati -? di seluruh dunia. Sekurang2kurangnya ada ,: juta kematian akibat 4ampak,
tetanus neonatorum dan pertusis serta --.--- kelumpuhan akibat polio yang dapat di4egah
setiap tahunnya. 8aksinasi terhadap : penyakit telah direkomendasikan @P% sebagai imunisasi
rutin di negara berkembang yaitu *=", DP&, Polio, =ampak dan !epatitis * ($uhammad,
--5.
*anyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. *anyak
6
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
5/37
pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu kha#atir terhadap risiko dari beberapa vaksin.
1dapula media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta membesar2besarkan
risiko beberapa vaksin. Semua keadaan ini pada akhirnya dapat menyebabkan rendahnya
angka 4akupan yang ingin di4apai ($uhammad, --5.
Pengembangan Program %munisasi (PP% di %ndonesia yang dilaksanakan mulai tahun
'):) (a#al P@9%&1 %%% menghadapi masalah yang sama dengan yang dijumpai di berbagai
negara di dunia, yaitu rendahnya angka 4akupan imunisasi dan tingginya angka drop2out
kunjungan ulangan. %munisasi dasar yang lengkap seharusnya diberi dalam hitungan dosis
dan urutan #aktu yang tepat. =akupan imunisasi dasar yang lengkap diharapkan sudah
terpenuhi sebelum usia ' tahun. Ketepatan imunisasi dasar sesuai jad#al akan
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada anak. Caktor yang berperan dalam model
untuk memprediksi 4akupan imunisasi dasar lengkap yaitu tingkat pendidikan ibu dan status
kerja ibu (Sulistyo#ati, et al ., --/. Pada penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan,
diketahui bah#a ibu rumah tangga 4enderung memba#a anak untuk diimunisasi lebih a#al
daripada ibu yang bekerja #alaupun tidak berbeda makna. !al ini mungkin disebabkan
keterbatasan #aktu karena pekerjaan.(!anum, et al., --/
Pengetahuan ibu tentang manfaat dan 4ara pemberian imunisasi berhubungan dengan
tingkat pendidikan ibu, dalam penelitiannya ditemukan bah#a semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin baik pengetahuan tentang imunisasi (!anum, et al., --/. Karenanya
suatu pemahaman tentang program ini sangat diperlukan. Pemahaman akan program
imunisasi masing2masing ibu bisa berbeda. Perbedaan tersebut mungkin dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan ibu, yang akan menimbulkan 4ara berpikir yang berbeda tentang
pentingnya imunisasi bagi anak. Program imunisasi dari pemerintah dapat berjalan dengan
baik dengan dukungan dari masyarakat.
Pada program imunisasi anak, ibu sebagai sasaran primer merupakan pihak yang paling
menentukan karena mereka yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan anak balita.
%bu adalah orang yang mengambil keputusan dalam pengasuhan anak selama 6 jam
termasuk dalam menentukan anaknya akan mendapat imunisasi atau tidak. Penghalang utama
untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam pera#atan kesehatan yaitu rendahnya
kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan imunisasi, mengabaikan peluang untuk pemberian
vaksin yang adekuat untuk kesehatan masyarakat dan program pen4egahan (1dhistiani,
--7.
Semua hal diatas masih sangat tampak pada kehidupan masyarakat di Kabupaten
Pamekasan. Pemikiran,pengetahuan dan perilaku ibu masih kurang sekali sehingga program
/
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
6/37
imunisasi pemerintah terkadang mengalami kesulitan dan hanya berjalan di tempat. 1danya
keraguan akan halalnya vaksin, kesadaran, isu tentang penyakit akibat vaksinasi masih sangat
melekat. Ketidaktahuan ibu akan bahayanya penyakit yang kelak akan diderita juga
memberikan dampak mortalitas dan morbiditas pada anak di kemudian hari. Sesuai dengan
surat 1n2Nisa 1yat ) “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. leh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengu!apkan perkataan yang benar. *erdasarkan ayat tersebut maka
tugas orang tua untuk menjaga kesehatan anak salah satunya dengan tidak lupa untuk
memberi imunisasi pada anak. Partisipasi dalam pelaksanaan imunisasi khususnya kesediaan
ibu2ibu untuk memba#a anak ke tempat pelayanan imunisasi terutama puskesmas sangat
berarti.
B. R!"an Ma"ala#
'. 1pakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap perubahan perilaku
dalam keberhasilan imunisasi pada anak
. *agaimana hubungan yang terjadi
$. Tan
a. &ujuan Umum
i. &er4apainya program kesehatan kabupaten Pamekasan yang sesuai
dengan amanat $D"s mengenai penurunan angka kematian anak
ii. $eningkatkan profil kesehatan kabupaten Pamekasan se4ara
menyeluruh
b. &ujuan khusus
i. $eningkatnya pengetahuan dan kesadaran ibu dalam partisipasi
imunisasi
ii. 1danya perubahan perilaku ibu sehingga imunisasi anak dapat
terlaksana minimal imunisasi dasar
iii. *erkurangnya angka kejadian Penyakit yang Dapat Di4egah Dengan
%munisasi (PD5%
D. Man&aat
a. *agi Pemerintah
!asil penelitian ini diharapkan dapat merubah perilaku ibu2ibu dalam keikutsertaan
melaksanakan imunisasi sehingga program imunisasi dapat berjalan dengan lan4ar
tanpa adanya hambatan karena doktrin dan anggapan yang salah.
7
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
7/37
b. *agi Pengembangan %lmu
*agi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam upaya
pengembangan penelitian khususnya yang berkaitan dengan masalah program
imunisasi.
E. Kea"l'an
&abel ' .Keaslian penelitian
Na!a
enel't' an
ta#n.
De"'gn
enel't'an
Sa!el
enel't'an
*ar'a+el Ha"'l enel't'an
9estari (--: =ross
se4tional
%bu yang
memiliki
bayi )2' bln
di Polindes
Ngudi
!usada
Ke4amatan
Ngemplak
*oyolali.
8ariabel bebas3
&ingkat
pendidikan
formal ibu
8ariabel terkait3
Ketepatan jad#al
imunisasi
&erdapat korelasi
yang positif
antara tingkat
pendidikan
formal ibu
dengan ketepatan
jad#al imunisasi
dasar
$uhammad(--5
=rossse4tional
%bu yangmemiliki
anak
diba#ah /
tahun
&empat3
&anjung
$ora#a,
$edan
8ariabel bebas3%bu bekerja, ibu
tidak bekerja,
tingkat
pendidikan, usia
ibu
8ariabel terkait3
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
&idak terdapat perbedaan
pengetahuan
tentang
imunisasi antara
ibu yang bekerja
dengan ibu yang
tidak bekerja,
dimana tingkat
pengetahuan
tentang
imunisasi ini
masih sangat
kurang.
:
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
8/37
$uamalah
(--7
=ross
se4tional
%bu2ibu yang
memiliki
balita umur
('257 bulan
yang ada di
#ilayah kerja
Puskesmas
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
9/37
subyek yang akan diteliti.
BAB II
TIN,AUAN PUSTAKA
A. TIN,AUAN IMUNISASI
a. De&'n'"'-
%munisasi adalah suatu 4ara untuk meningkatkan kekebalan seseorang se4ara aktif
terhadap suatu atigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit (*ehrman, et al., ---. $enurut $uammalah (--7, kekebalan aktif yaitu
kekebalan yang diperoleh, dimana tubuh orang tersebut aktif membuat >at anti sendiri.
Kekebalan aktif dibagi dua yaitu kekebalan aktif alami (naturally a!"uired immuninity)
dan kekebalan aktif disengaja (arti#ially indu!ed a!ti$e immunity). Kekebalan aktif alami
)
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
10/37
(naturally a!"uired immuninity) yaitu orang ini menjadi kebal setelah menderita penyakit
sedangkan kekebalan aktif disengaja (arti#ially indu!ed a!ti$e immunity) yaitu kekebalan
yang diperoleh setelah orang mendapatkan vaksinasi.
$enteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Cadilah Supari Sp.;p(K menyatakan, imunisasi yang
di#ajibkan oleh pemerintah kepada semua bayi (usia -2'' bulan adalah *=" untuk
men4egah penyakit tuber4ulosis, DP& untuk men4egah penyakit diphteri, pertusis dan
tetanus, imunisasi 4ampak untuk men4egah penyakit 4ampak, imunisasi polio untuk
men4egah penyakit polio, ditambah !epatitis * untuk men4egah penyakit !epatitis *
(penyakit hati. !asil penelitian dari sisi epidemiologis membuktikan manfaat perlunya
imunisasi dasar untuk bayi. !al ini telah tertuang dalam Keputusan $enteri Kesehatan %
tentang program imunisasi tersebut. $enurut badan kesehatan dunia (
vaksin tersebut di#ajibkan karena dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan
kematian dan ke4a4atan. (Depkes %,--) .
$ayun Pudja, Direktur Komunikasi $==%0%P ($illennium =hallenge =orporation
%ndonesia0%mmuni>ation Proje4t mengatakan bah#a sertifikat imunisasi diberikan
kepada seluruh bayi di DK% ;akarta yang lahir tahun --, dan telah selesai mendapatkan
seri pemberian vaksin imunisasi dasar bagi bayi, yang popular diistilahkan sebagai 9%9
(9ima %munisasi Dasar 9engkap . ;adi dapat disimpulkan bah#a 9ima %munisasi Dasar
9engkap (9%9 adalah apabila seorang anak telah mendapatkan lima imunisasi dasar yaitu
*=" , DP&, Polio, =ampak, dan !epatitis * sebelum berusia ' tahun.
) I!n'"a"' B$G
%munisasi *=" termasuk salah satu dari / imunisasi yang di#ajibkan. Ketahanan
terhadap penyakit &* (&uberkulosis berkaitan dengan keberadaan bakteri %uber!el
ba!illi yang hidup di dalam darah. %tulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif
dimasukkanlah jenis basil tidak berbahaya ke dalam tubuh, atau vaksinasi *=" (&a!illus
'allmete uerin).
%munisasi *=" #ajib diberikan seperti diketahui di %ndonesia termasuk negara
endemis &* dan salah satu negara dengan penderita &* tertinggi di dunia. &* disebabkan
kuman y!roba!terium tuber!ulosis, dan mudah sekali menular melalui droplet , yaitu
butiran air di udara yang terba#a keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.
"ejalanya antara lain berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk
berulang, demam, berkeringat di malam hari, juga diare persisten. $asa inkubasi &* rata2
rata berlangsung antara 2' minggu.
'-
http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-dianjurkan/http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-dianjurkan/
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
11/37
;umlah pemberian vaksin *=" 4ukup ' kali saja tak perlu diulang (booster). Sebab
vaksin *=" berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus.
*erbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan. %munisasi
*=" diberikan diba#ah usia bulan. ;ika baru diberikan setelah usia bulan, disarankan
tes antou* (tuberkulin dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan
kuman y!roba!terium tuber!ulosis atau belum. 8aksinasi dilakukan bila hasil tesnya
negatif. ;ika ada penderita &* yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah,
segera setelah lahir si ke4il diimunisasikan *=". %munisaisi *=" biasa disuntikan di
lengan kanan atas, sesuai anjuran
penyuntikan di paha.
*iasanya apabila imunisasi *=" ini berhasil maka akan timbul bisul ke4il dan
bernanah di daerah bekas suntikan setelah 627 minggu. &idak menimbulkan nyeri dan
tidak diiringi panas. *isul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. @fek
samping umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian ba#ah (atau selangkangan bila penyuntikan
dilakukan di paha. *iasanya akan sembuh sendiri. %munisasi *=" tak dapat diberikan
pada anak berpenyakit &* atau menunjukkan antou* positif.
) I!n'"a"' Heat't'" B
%munisasi ini merupakan langkah efektif untuk men4egah masuknya virus hepatitis *
(8!*, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis *. !epatitis * dapat menyebabkan sirosis
atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan kanker hati.
%munisasi !epatitis * diberikan sebanyak 5 kali, dengan interval ' bulan antara
suntikan pertama dan kedua (saat bayi berusia ' bulan. !*2' harus diberikan dalam
#aktu ' jam setelah lahir. Untuk mendapatkan respon imun yang optimal interval
suntikan kedua dan ketiga minimal bulan , tebaik / bulan. $aka suntikan yang ketiga
diberikan 2/ bulan setelah suntikan yang kedua yaitu pada umur 527 bulan.
&ingkat kekebalan imunisasi !epatitis * 4ukup tinggi antara )62)7 ?. Umumnya
setelah 5 kali suntikan, lebih )/ ? bayi mengalami respon imun yang 4ukup. Kejadian
ikutan paska imunisasi hepatitis * jarang terjadi. Segera setelah imunisasi dapat timbul
demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan,
nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. %munisasi hepatitis * tidak dapat diberikan kepada anak
yang sedang sakit sedang atau berat, dengan ataupun tanpa demam.
0) I!n'"a"' P1l'1
''
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
12/37
*elum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular.
Penularannya bisa le#at makanan0minuman yang ter4emar virus polio. *isa juga le#at
per4ikan ludah0air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat. 8irus polio
berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pen4ernaan atau usus, lalu masuk ke
aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan
kelumpuhan otot tangan dan kaki. *ila mengenai otot pernapasan, penderita akan
kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
$asa inkubasi virus antara 72'- hari. Setelah demam 2/ hari, umumnya akan
mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua
orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus
polio yang menyerang dan daya tahan tubuh anak. %munisasi polio akan memberikan
kekebalan terhadap serangan virus polio.
8aksin polio dapat diberikan dengan 4ara yaitu bisa le#at suntikan (%na4tivated
Poliomyelitis 8a44ine0%P8, atau le#at mulut (Aral Poliomyelitis 8a44ine0AP8. Di
%ndonesia yang digunakan adalah AP8. 8aksin polio2- diberikan saat bayi lahir, karena
%ndonesia merupakan daerah endemik polio maka sesuai pedoman program imunisasi
nasional untuk mendapatkan program imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan
imunisasi polio yang diberikan setelah lahir. $engingat AP8 berisi virus polio hidup
maka dianjurkan diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit agar tidak men4emari
bayi lain karena virus polio vaksin dapat dieskskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini
%P8 dapat menjadi alternatif. Polio ',,5 pada usia usia , 6, 7 bulan. Dilanjutkan pada
usia ' bulan dan / tahun.
%munisai polio hampir tidak ada efek samping hanya sebagian ke4il saja yang
mengalami pusing, diare ringan, sakit otot dan kasusnya sangat jarang. %munisasi ini tidak
dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 5E=,
muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, !%801%DS, sedang menjalani
pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme
kekebalan terganggu.
2) I!n'"a"' DPT
$anfaat pemberian imunisasi DP& adalah untuk menimbulkan kekebalan positif
dalam #aktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis, dan tetanus. Di
%ndonesia vaksin terhadap 5 penyakit ini dipasarkan dalam 5 jenis kemasan, yaitu dalam
bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus dalam bentuk kombinasi D& (difteri dan
'
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
13/37
tetanus dan kombinasi DP& dikenal pula sebagai vaksin tripel. =ara imunisasi dasar DP&
yaitu diberikan tiga kali, sejak bayi berumur bulan dengan selang #aktu antara dua
penyuntikan minimal 6 minggu. Untuk imunisasi massal tetap harus diberikan 5 kali
karena suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa2apa dan baru akan
memberikan perlindungan terhadap serangan apabila telah mendapat vaksin DP&
sebanyak 5 kali. Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri 4ukup baik sebesar -2
)-? dan daya proteksi tetanus sangat baik yaitu )-2)/? sedangkan daya proteksi vaksin
pertusis masih sangat rendah yaitu /-27- ?.Aleh karena itu tidak jarang anak yang telah
mendapatkan imunisasi pertusis masih terjangkit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang
lebih ringan. eaksi imunisasi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama '2 hari.
3) I!n'"a"' 4a!ak
%munisasi 4ampak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit 4ampak
se4ara aktif. 8aksin 4ampak mengandung virus 4ampak hidup yang telah dilemahkan.
8aksin 4ampak yang beredar di %ndonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering
tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong dan rubella.
=ampak diberikan sebayak kali yaitu ' kali pada usia ) bulan dan yang kedua pada usia
) tahun. Dianjurkan pemberian 4ampak yan pertama sesuai dengan jad#al. Karena pada
usia ) bulan antibodi dari ibu sudah menurun dan penyakit 4ampak biasanya menyerang
pada usia balita. ;ika pada usia ' bulan belum mendapat 4ampak maka pada usia '
bulan harus sudah imunisasi $$ (easles ump +ubella). @fek samping imunisasi
4ampak umunya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,
namun kasusnya sangat ke4il. *iasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga
terdapat efek kemerahan mirip 4ampak selama 5 hari.
&abel .;ad#al Pemberian %munisasi Dasar 1nak
'5
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
14/37
Sumber 3 ekomendasi %katan Dokter 1nak %ndonesia (%D1% periode -''
+. I!n'"a"' Tertna
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai jad#al yang sudah
disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. 8aksin
yang sudah diterima oleh anak tidak akan jadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah
menghasilkan respon imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum men4apaihasil yang optimal. Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal
karena belum mendapat imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan
masih diba#ah kadar ambang pelindung (prote!ti$e le$el) atau belum men4apai kadar
antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun #aktu yang panjang (li#e long
immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita harus
menyelesaikan jad#al imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai
(anuh, dkk., --/.
&abel 5.;ad#al Untuk 8aksinasi &idak &eratur
'6
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
15/37
*ak"'n Rek1!ena"' +'la '!n'"a"' terla!+at
*=" Umur F ' tahun, boleh diberikan kapan saja. Umur G ' bulan,
imunisasi kapan saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji
tuber4ulin apabila negative berikan *=" dengan dosis -,' ml intrakutan.
DP&(DP
atau D&aP
*ila dimulai dengan DP boleh dilanjutkan dengan D&aP. *erikan d&
pada anak H : tahun, jangan DP atau D&aP apabila vaksin tersedia.
*ila terlambat, jangan mengulang pemberian dari a#al, tetapi lanjutkan
dan lengkapi imunisasi seperti jad#al tidak peduli berapapun jarak
#aktu0interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya. *ila belum
pernah imunisasi dasar pada usia F ' bulan, imunisasi diberikan sesuai
imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnya. *ila pemberian
keempat sebelum ulang tahun keempat, maka pemberian ke / se4epat2
4epatnya 7 bulan sesudahnya.*ila pemberian ke26 setelah umur 6 tahun,
maka pemberian ke2/ tidak perlu lagi.
*ak"'n Rek1!ena"' +'la '!n'"a"' terla!+at
Polio Aral *ila terlambat jangan mengulang pemberian dari a#al tetapi lanjutkan
dan lengkapi imunisasi seperti jad#al,tidak peduli berapapun jarak
#aktu0interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
=ampak Umur antara )2' bulan,berikan kapan saja saat bertemu.Umur anak 'tahun0lebih,berikan $$
$$ *ila sampai dengan umur ' bulan belum dapat vaksin 4ampak,$$
bisa diberikan kapan saja setelah berumur ' tahun.
!epatitis * *ila terlambat,jangan mengulang pemberian dari a#al,tetapi lanjutkan
dan lengkapi imunisasi seperti jad#al,tidak peduli berapapun jarak
#aktu0interval dari pemberian sebelumnya.1nak dan remaja belum
pernah imunisasi hepatitis * pada masa bayi,bisa mendapat serial
imunisasi hepatitis * kapan saja saat berkunjung.Sumber3*uku Pedoman %munisasi Di %ndonesia (--/
4. Ba#a5a kala t'ak ''!n'"a"'
Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai
kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. *ila kuman berbahaya yang masuk
4ukup banyak maka tubuhnya tidak mampu mela#an kuman tersebut sehingga bisa
menyebabkan sakit berat, 4a4at atau meninggal (Soedjatmiko, --. Diperkirakan ',:
juta kematian pada anak atau / ? pada balita di %ndonesia adalah penyakit yang dapat
di4egah dengan imunisasi (PD5%, seperti &*=, dipteri, pertusis (penyakit pernapasan,
'/
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
16/37
4ampak, tetanus, polio dan hepatitis * (Susanto, --:. *alita yang tidak diimunisasi
lengkap mempunyai kemungkinan meninggal '6 kali dibandingkan balita yang telah
diimunisasi. Sedangkan bila anak sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat
kekebalannya lebih rendah lagi (%brahim, '))'.
$enurut penelitian yang dilakukan Kartono, et al ., (-- seorang anak dengan status
imunisasi DP& dan D& yang tidak lengkap mempunyai risiko menderita difteri 67,6-5
kali dibandingkan seorang anak dengan status imunisasi DP& dan D& lengkap.
. Peran Orang Ta Dala! I!n'"a"'
Peningkatan 4akupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi
populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bah#a anak2anak tidak akan
diimunisasi se4ara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau
karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil
jika ada usaha yang sungguh2sungguh dan berkesinambungan pada orang2orang yang
memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. ;ika suatu program
intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan se4ara serius dalam menja#ab
perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak dan remaja, maka perbaikan dalam
evaluasi perilaku kesehatan masyarakat sangat diperlukan ($uhammad, --5. *anyak
literatur yang menghubungkan antara faktor orang tua dengan penggunaaan sarana
kesehatan baik itu untuk tindakan pen4egahan atau pengobatan penyakit, namun hanya
sedikit penelitian yang se4ara khusus men4ari hubungan antara pengetahuan orang tua
dengan imunisasi anak.
=akupan imunisasi yang rendah merupakan persoalan yang kompleks. *ukan hanya
karena faktor biaya, karena ternyata vaksin gratis ternyata juga tidak menjadi jaminan
bagi suksesnya imunisasi. Pada hasil penelitian *e4her ('))/ yang dikutip oleh
$uhammad (--5 mendapatkan bah#a ibuIibu yang yang anaknya jarang terserang
penyakit adalah mereka yang lebih sering memanfaatkan sarana2sarana kesehatan
pen4egahan. $ereka mengaku bah#a dengan memiliki keper4ayaan yang tinggi terhadap
sarana pen4egahan dan melakukan usaha pen4egahan yang teratur, anak mereka dapat
terhindar dari sakit.
e. 6akt1r 5ang !e!engar#' '!n'"a"' anak
$enurut Sulistyo#ati (--/, adapun faktor yang berperan dalam model untuk
memprediksi 4akupan imunisasi dasar lengkap yaitu tingkat pendidikan ibu, dan status
kerja ibu.
) Pengeta#an
'7
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
17/37
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pan4aindra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, pen4iuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (o$ert beha$ior). Pengetahuan yang ter4akup dalam domain kognitif
mempunyai 7 tingkatan (@ffendy dan !ayati, --/ yaitu3
a &ahu ( now)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (re!all)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Aleh sebab itu Jtahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Untuk mengukur apakah orang tahu atau tidak tentang apa
yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya
b) $emahami ('omprehension)
$emahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan se4ara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut se4ara benar.
Arang yang telah paham terhadap obyek harus dapat menjelaskan, menyebutkan
4ontoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
!) 1plikasi ( Appli!ation)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil (sebenarnya. 1plikasi disini dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum2hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya pada konsep
atau situasi lain.
d) 1nalisis (analisys)
1nalisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen2komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. 1nalisis ini dapat dilihat dari
penggunaan penggunaan kata2kata kerja, dapat menggambarkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (ynthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian2bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari
':
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
18/37
formulasi2formulasi yang ada. $isalnya dapat menyusun, meren4anakan,
meringkas dan sebagainya terhadap suatu rumusan2rumusan yang telah ada.
#) @valuasi ($aluation)
@valuasi ini berkaitan dengan kemampuanuntuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian2penilaian itu berdasarkan
kriteria2kriteria yang ditentukan sendiri atau yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan #a#an4ara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui disesuaikan dengan tingkat2tingkat dalam ka#asan
kognitif (Notoadmodjo, --5
Pengetahuan ibu tentang manfaat dan 4ara pemberian imunisasi berhubungan dengan
tingkat pendidikan ibu.
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
19/37
$. HIPOTESIS
1da hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap perubahan perilaku dalam
keberhasilan program imunisasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
MDG"
1ngka Kematian 1nak
')
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
20/37
A. ,ENIS DAN RAN$ANGAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif dengan ran4ang Luasi eksperimental..
B. TEMPAT DAN 7AKTU PENELITIAN
'. 9okasi Penelitian 3 Ke4amatan
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
21/37
Penilaian tingkat pengetahuan ibu dinilai dengan menggunakan kuesioner dengan skala
pengukuran ordinal. Kuesioner tersebut diberi skor atau nilai ja#aban masing2masing dengan
sistem penilaian ' untuk ja#aban benar dan - untuk ja#aban salah . Pengetahuan
dikategorikan menjadi 5 tingkat yaitu3
a. Pengetahuan baik jika G -? ja#aban benar
b. Pengetahuan 4ukup jika 7-2-? ja#aban benar
4. Pengetahuan kurang jika F 7-? ja#aban benar.
G. INSTRUMEN PENELITIAN.
1lat ukur penelitian menggunakan kuesioner. &ujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah memperoleh hasil relevan dengan tujuan penelitian memperoleh informasi
dengan realita dan validitas setinggi mungkin.
C. 19U P@N@9%&%1N
.
'
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
22/37
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
23/37
BAB I*
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PAC%9 U$U$ PUSK@S$1S
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
24/37
-' dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan se4ara berhasil
guna dan berdaya guna pada tahun2 tahun berikutnya.
&ujuan Khusus 3
a. Diperolehnya data 0 informasi umum dan lingkungan Puskesmas
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
25/37
Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 3 pelayanan
kesehatan masyarakat, keturunan, perilaku masyarakat (tingkah laku masyarakat dalam
menanggapi masalah2 masalah kesehatan dan lingkungan yang terdiri dari fisik,
biologis, ekonomi, politik, sosial 0 budaya dan pertahanan 0 keamanan. Aleh karena itu
harus disadari betul bah#a untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan berhasil adalah jika terdapat pula upaya2 upaya peningkatan keadaan sosial dan
ekonomi masyarakat.
Untuk melihat keberhasilan peningkatan derajat kesehatan masyarakat di antaranya
dapat dilihat dari angka kematian, pola penyakit dan keadaan gi>i masyarakat.
Di #ilayah kerja Puskesmas i sedang sebesar ':6 balita, status gi>i baik
56 balita dan status gi>i lebih ) balita.
!al tersebut di atas menunjukkan bah#a derajat kesehatan masyarakat di #ilayah
kerja Puskesmas
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
26/37
9okasi Puskesmas
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
27/37
D. SU$*@ D1+1 K@S@!1&1N
Upaya Kesehatan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan derajat
kesehatan masyarakat terdiri dari pelayanan kesehatan dan sumber daya.
Puskesmas
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
28/37
ii. &lonto 1res
9%
50%
41%
PROSENTASE TINGKAT PENGETAHUAN IBU DESA TLONTO ARES (%)
KURANG SEDANG TINGGI
iii. &egangser 9aok
RENDAH; 22%
SEDANG; 54%
TINGGI; 24%
Tingkat Pengetahuan Ibu di Tegange! La"k
iv.
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
29/37
0.550.28
0.1
P!"entae TIngkat Pengetahuan Ibu Seu!uh Duun di Dea Sana La"k (%)
KURANG
SEDANG
TINGGI
b. D1&1 $%SSP@S@PS%
Selama mini proyek berlangsung kami juga men4ari adanya misspersepsi
tentang program imunisasi. Data ini penting mengingat kegagalan imunisasi
banyak disebabkan oleh misspersepsi yang berkembang di kalangan
masyarakat. Program yang baik dan didukung banyak hal akan gagal ketika
masih banyak ditemukan misspersepsi di masyarakat.
i.
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
30/37
2!%
%
P!"entae &i Pe!e'i Dea T"nt" A!e (%)
"a Tida#
iii. &egangser 9aok
"A; 28%
TIDAK; 2%
P!"entae &i'e!e'i Tegange! La"k
iv.
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
31/37
0.5
0.4!
P!"entae &i Pe!e'i Seu!uh Duun di Dea Sana La"k (%)
"a
Tida#
4. D1&1 ;U$91! *19%&1 +1N" &@91! 9%$1 %$UN%S1S% D1S1
9@N"K1P (9%9
Aut4ome dari mini proyek ini adalah ter4iptanya desa U=% dimana dilihat dari
jumlah balita yang telah mendapat lima imunisasi dasar lengkap. Data ini
menunjukkan prosentase baliata yang telah mendapat imunisasi. Data di desa
Ke4amatan
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
32/37
1
84
8&
88
90
92
91.&
8.5
91.&
P!"entae LIL Dea T"nt" A!e (%)A'ri( 2012 ) *are
201!
*ei 2012 ) A'ri(
201!
+uni 2012 ) *ei
201!
iii. &egangser 9aok
A, 12)*AR 1! *EI 12)A, 1! +UN 12)*EI 1!&4
&&
&8
0
24
&4.29
&9.91&8.!1
P!"entae LIL Tegange! La"k
iv.
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
33/37
1
0
1
2
!
45
2.21
4.12
1.89
DATA ,UMLAH BALITA 8ANG TELAH LIL (%)
a'ri( 2012 ) -are%
201!
-ei 2012 ) a'ri(201!
uni 2012 ) -ei 201!
*1* 8
P@$*1!1S1N
1. P@$*1!1S1N
$ini proyek ini menitikberatkan pada perubahan perilaku masyarakat dalam hal
imunisasi. %ntervensi terhadap perilaku memang tidak mudah dan memerlukan usaha
yang berkesinambungan. Pengetahuan merupakan hal yang dapat dimodifikasi dan
dipelajari. 1kan tetapi perilaku adalah suatu hal yang dibentuk bukan hanya dari
pengetahuan melainkan banyak hal termasuk adat, kebiasaan, pola pikir, pengalaman dan
lain2lain.
Data a#al yang dikumpulkan berupa tingkat pengetahuan ibu. Data ini diambil
karena tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Data diambil dengan 4ara kuesioner. %bu2ibu di posyandu yang
memiliki anak balita diba#ah ' tahun diberi pertanyaan dan hasil ja#aban di skoring
untuk dikategorikan ke dalam tingkat pengetahuan. Kuesioner yang digunakan
merupakan kuesioner yang telah diuji validitasnya di Universitas $uhammadiyah
+ogyakarta. *agi ibu yang tidak dapat memba4a atau mengerti bahasa %ndonesia maka
pengisian dipandu oleh petugas.Di desa
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
34/37
tingkat pengetahuan ibu terendah paling banyak di Dusun Sungai &eteh yang men4apai
'- ?.
Di desa &egangser 9aok di dapatkan data ? tingkat pengetahuan ibu masih
rendah. Desa &egangser 9aok dibagi menjadi / posyandu yaitu &langih,Kampung
*arat,Den Pateh,*ersere dan Kampung &engah. Dari kelima posyandu tersebut tingkat
pengetahuan ibu terendah paling banyak di Kampung &engah dan paling sedikit di
&langih
Di desa
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
35/37
dilakukan berulang2ulang selama rotasi puskesmas berlangsung. Setelah intervensi
dilakukan maka dilihat indikator out4ome berupa desa U=% (Universal =hild
%mmuni>ation dimana 9%9 (9ima %munisasi Dasar 9engkap harus men4apai target.
%ndikator mini proyek ini adalah desa U=% yaitu desa diamana bayi telah mendapat
9ima %munisasi Dasar 9engkap yang dihitung dalam satu tahun. Pada tahun -'5 target
bayi 9%9 adalah ? sedangkan pada tahun -'6 adalah )- ?. !asil dari mini proyek
ini dapat dilihat pada bulan $aret -'6 dimana dapat dihitung prosentase bayi yang
telah 9%9.
Sementara itu untuk data follo# up pada
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
36/37
&im mini proyek sangat terbatas dan tidak begitu mengenal adat, kebiasaan serta medan
yang ada. !al ini membuat kesulitan tersendiri bagi keberhasilan mini proyek.
4.Perbedaan bahasa dan budaya
1danya perbedaan bahasa dan budaya membuat proyek tidak berjalan dengan
semestinya. *ahasa merupakan penghambat komunikasi yang paling dirasakan. *ahasa
daerah sangat mudah dimengerti dan di4erna daripada menggunakan bahasa %ndonesia.
Disamping itu ada juga #arga yang tidak begitu mengerti bahasa %ndonesia sehingga
menghambat proyek.
d. Keterbatasan #aktu penelitian
8/17/2019 Proposal Waru GABUNGAN
37/37
5. Dengan kurang ter4apainya U=% tahun -' dan a#al tahun -'5, seyogyanya
Puskesmas perlu melakukan matriB skala prioritas dalam melakukan promosi
kesehatan di Ke4amatan