Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN BPJS KESEHATAN MENURUTUNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANANPUBLIK DITINJAU DARI PERSPEKTIF
HUKUMADMINISTRASI NEGARA (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
KADZIMI SM 130200443
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2 0 1 8
Universitas Sumatera Utara
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN BPJS KESEHATAN MENURUTUNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANANPUBLIK DITINJAU DARI PERSPEKTIF
HUKUMADMINISTRASI NEGARA (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
KADZIMI SM 130200443
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Dr. Agusmidah ,SH,M.Hum NIP. 197608162002122002
Pembimbing I
Suria Ningsih, SH, M.Hum NIP. 196002141987032002
Pembimbing II
Amsali Sembiring, SH., M.Hum NIP. 197003171998031001
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2 0 1 8
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN BPJS KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009
TENTANG PELAYANAN PUBLIK DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai).
Kadzimi SM*) Suria Ningsih, SH, M.Hum**)
Amsali Sembiring, SH., M.Hum***)
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Permasalahan dalam penelitian yaitu implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Terhadap Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien.Prosedur pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.Kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien.Jenis penelitian yang digunakan penelitian yuridis normatif.Sifat penelitian pada penelitian yaitu deskriptif.Sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder.Alat pengumpul data yang digunakan adalah studi pustaka (library research), dan penelitian lapangan (fieldresearch).
Implementasi UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Terhadap Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien, memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur, dan biaya yang jelas sesuai dengan standar pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Prosedur pelayanan kesehatan menurut UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, yaitu Pasien datang ke puskesmas, selanjutnya mengambil nomor urut di loket pendaftaran, kemudian unit pelayanan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan konseling gigi, apabila pasien menggunakan kartu BPJS kesehatan, pasien mendaftar, apabila pasien umum pasien harus membayar ke kasir, pasien rawat jalan dan rawat inap, setelah itu pasien diperbolehkan pulang oleh tenaga medis. Kendala pelaksanaan pelayanan kesehatan pada puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, antara lain sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sarana dan prasarana yang belum memadai.Anggaran yang tidak tepat waktu. Upaya mengatasi kendala dalam pelayanan kesehatan pada puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, yaitu untuk SDM membuat pengajuan ke Dinas Kesehatan untuk penambahan tenaga dan untuk sarana dan prasarana membuat permohonan ke Dinas Kesehatan untuk Pengadaan. Kata Kunci :Prosedur Pelayanan Kesehatan, Pasien Kadzimi SM*), mahasiswa FH USU Suria Ningsih, SH, M.Hum**), Dosen FH. USU Amsali Sembiring, SH., M.Hum***), Dosen FH. USU
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah
merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi
untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi dalam hal ini
penulis memilih judul Prosedur Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien BPJS
Kesehatan Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai).
Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung
telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis
menempuh perkuliahan, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara Medan.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dr. Agusmidah,SH,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum
Administrasi Negara Universitas Sumatera.
7. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulis yang
telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.
8. Bapak Amsali Sembiring, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang
dengan sabar membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.
9. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
10. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik
penulis.
11. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, ayahanda Rahmad Surya Sembiring
dan ibunda dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan yang selalu memberikan
semangat dan motivasi dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk
menjadi orang yang berhasil, dan juga tiada hentinya mencari rezeki dari terbit
fajar hingga terbenam matahari untuk menafkahi keluarga dan membiayai
pendidikan penulis hingga saat ini, serta keluarga besar penulis yang telah
memberikan motivasi hingga saat ini, terima kasih atas do’a yang tiada henti.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
Universitas Sumatera Utara
kekeliruan.Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan
kemanfaatannya
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada
semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.
Medan, Januari 2018 Penulis,
KADZIMI SM 130200443
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8
D. Keaslian Penulisan ........................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11
F. Metode Penelitian .......................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 19
BAB II PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK ................................................................... 22
A. Pengertian Pelayanan Publik ......................................................... 22
B. Asas-Asas Pelayanan Publik ........................................................ 26
C. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik ...................... 34
D. Prosedur Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS Kesehatan ............... 40
BAB III IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PASIEN BPJS KESEHATAN
A. BPJS Kesehatan .......................................................................... 45
B. Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan .............. 48
Universitas Sumatera Utara
C. Implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Terhadap Pelayanan Kesehatan ...................... 45
BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN BPJS KESEHATAN .......... 56
A. Pelayanan Kesehatan Yang Diberikan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai ...................................................................... 56
A. Kendala Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik ........................................................... 64
B. Upaya mengatasi Kendala dalam Pelayanan Kesehatan
Terhadap Pasien pada Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik ......................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 75
A. Kesimpulan .................................................................................. 75
B. Saran ............................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerahdapat mendekatkan dan
memperbaiki pelayanan pemerintah kepada masyarakat.Perbaikan pelayanan itu
dapat terus membaik apabila pemerintahan dijalankan secara terbuka, akuntabel,
dan memberiruang partisipasi kepada masyarakat. Kinerja pelayanan
pemerintahan daerah secara umum tercermin dari proses dan keputusan
pengalokasian dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD).1
Secara hukum Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik telah diundangkan pada tanggal 18 Juli 2009 dan dimuat secara resmi
dalam Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 112. Namun sampai sekarang
implementasi undang-undang, ini sangat dinantikan oleh publik, belum
Penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah daerah berperansangat
vital dalam menjamin berlangsungnya suatu pelayanan yang efektif dan efisien
serta dapat dipertanggungjawabkan.Untuk melaksanakan peran tersebut,
Pemerintah daerah membagi fungsi dan tugas ke dalam beberapa sektor.
Keterbatasan danapemerintah menjadi hambatan utama untuk meningkatkan
fungsi pelayanan publik. Sebagai salah satu upaya mengatasi kendala
tersebut.Pemerintah mencurahkan upaya melibatkan sektor swasta ke dalam jasa
pelayanan publiktersebut.
1 Adrian Sutedi. Hukum Perijinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Sinar Grafika. Jakarta, 2010, hal. 66-67
Universitas Sumatera Utara
terlaksana,dikarenakan Peraturan Pemerintah yang menjadi petunjuk
pelaksanaannya bagi para penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik belum
terbit sampai saat ini. Terlepas dari alasan-alasan tersebut, disadari bahwa ada
suatu fenomena empiris yang mendorong kearah pentingnya aturan hukum dan
manajemen pelayanan publik, yaitu kondisi kualitas pelayanan publik yang
dirasakan buruk, atau bahkan sangat buruk, oleh warga negara dan penduduk
Indonesia.2
Guna merefleksi pelayanan publik, hal yang pertama dilihat adalah
bagaimana kewajiban dan kewenangan sektor telah diorganisasi dan bagaimana
hal tersebut dikenal/dipahami oleh setiap pihak.Untuk selanjutnyadiperhatikan
Namun demikian, usaha yang sedang dilakukan dalam pelayanan publik,
perlu memahami kondisi internal dari fungsi pelayanan publik yang selama ini
dilaksanakan, sehingga kebijakan yang dibuat dapat realistis dan tidak melepaskan
tanggung jawab Pemerintah sebagaipemegang kendali pelayanan publik.
Kebijakan untuk memperbaiki pelayanan publik perlu membentuk suatu
iklim usaha yang dapat meminimalkan risiko berusaha. Dari sekian banyak risiko
yang timbul dalam suatu usaha di bidang pelayanan publikterdapat dua risiko
utama yang akanmenjadi patokan awal, yaitu risiko politis dan risiko pengaturan.
Risiko politis timbul bilamana tidak ada kejelasan fungsi/peran dari pemerintah,
sementara risiko pengaturan timbul,karena adanya penyalahgunaan fungsi/peran
dari pengaturan itu sendiri.
2 Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Universitas Sumatera Utara
bagaimana koordinasi/keterpaduan antarorganisasi berjalan, serta insentif yang
diberikan dalam pelayanan publik.
Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) tercantum cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan
tujuan nasional bangsa Indonesia.Tujuan nasional tersebut adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan
sosial.Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
Pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu, termasuk diantaranya
pembangunan kesehatan.3
Amanat Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 telah ditegaskan bahwa setiap
orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3)
dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
4
3 Bunga Agustina. Kewenangan Pemerintah Dalam Perlindungan Hukum Pelayanan Kesehatan Tradisional Ditinjau dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan.Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 32, No. 1, Februari 2015, hal 83
4 Stefany B. Sandiata. Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Pemerintah. Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013, hal 187
Kesehatan merupakan hak
asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan Negara
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
Pembangunan nasional.5
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
6
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.Oleh karena itu Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakatnya. Keluhan yang
sering terdengar dari masyarakat yang berhubungan dengan aparatur pemerintah
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh warga
Negara Indonesia baik masyarakat swasta maupun pemerintah.Guna menjamin
tercapainya pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan sistem kesehatan
nasional yang tangguh.Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagaiupaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu.Puskesmas adalah penanggung jawab Penyelenggara upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat 1, sehingga sangat tepat puskesmas dijadikan sebagai ujung
tombak upaya kesehatan.
5Ibid 6 Ns. Ta’adi. Hukum Kesehatan (Sanksi dan Motivasi bagi Perawat). Jakarta, EGC, 2012,
hal 5
Universitas Sumatera Utara
adalah, selain berbelit-belit akibat birokrasi yang tidak profesional, perilaku
oknum aparatur yang kadang kala kurang bersahabat, juga kinerja pegawai dalam
memberikan pelayanan dalam hal ini ketepatan waktu dalam memberikan
pelayanan, kuantitas dan kualitas pelayanan yang masih sangat rendah.
Rendahnya kinerja pelayanan akan membangun citra buruk pada
Puskesmas, di mana pasien yang merasa tidak puas akan menceritakan kepada
rekan-rekannya. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kinerja pelayanan yang
diberikan akan menjadi nilai plus bagi Puskesmas, dalam hal ini pasien akan
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas. Puskesmas
dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya, serta
meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya.Untuk memberikan kepuasan
kepada masyarakat penguna jasa layanan kesehatan.Semakin ketatnya persaingan
serta pelanggan yang semakin selektif mengharuskan Puskesmas selaku salah satu
penyedia jasa pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Untuk dapat meningkatakan kualitas pelayanan, terlebih dulu harus diketahui
proses pelayanan yang di berikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah
sesuai dengan harapan atau belum.7
Faktor terjadinya permasalahan puskesmas di Indonesia khususnya
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, dalam memberikan pelayanan kepada
Peserta BPJS Kesehatan, antara lain pelaksanaan manajemen dimana pelaksanaan
manajemen yaitu merupakan hal penting yang menentukan dalam mencapai
tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas,sarana dan prasarana di
7Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai kurang memadai, sehingga pasien BPJS
Kesehatan lebih memilih klinik atau praktek umum,jumlah tenaga medis yang
kurang mengakibatkan ketidakmampuannya melaksanakan program dari dinas
kesehatan yang telah dicanangkan.8
BPJS Kesehatan menerapkan alur pelayanan dengan rujukan berjenjang.
Sebelum ke rumah sakit atau dokter spesialis, peserta wajib terlebih dahulu ke
fasilitas kesehatan (faskes) tingkat I yang telah ditunjuk, yaitu puskesmas, dokter
keluarga atau klinik, untuk mendapatkan surat rujukan. Kecuali gawat darurat,
peserta tidak dapat langsung ke rumah sakit atau dokter spesialis.Selama masalah
kesehatan peserta dapat ditangani oleh faskes I, maka peserta tidak perlu dirujuk
ke rumah sakit atau dokter spesialis. Keputusan merujuk ke rumah sakit
merupakan kewenangan faskes I. Kondisi yang sangat berbeda dengan proses di
asuransi kesehatan. Dengan asuransi, peserta tidak butuh rujukan dan dapat
langsung ke rumah sakit atau dokter spesialis sesuai pilihannya.
9
Puskesmas, yang notabene menjadi titik awal semua proses berobat di
BPJS, jam kerjanya terbatas. Di akhir pekan, sabtu dan minggu, puskesmas tutup.
Sementara, buat banyak karyawan, terutama di kota besar, karena alasan
kesibukan, pemeriksaan kesehatan baru dapat dilakukan di akhir pekan saat libur.
Memang, peserta bisa ke faskes I lainnya, yaitu klinik atau dokter keluarga.Tapi,
mereka ini jumlahnya masih terbatas.Di samping itu, karena puskesmas tutup di
akhir pekan, beban faskes I lainnya menjadi tinggi, imbasnya peserta harus antri
8 Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017
9 Ika Widiastuti., Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Jawa Barat, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 4 Nomor 1 JanuariJuli 2017, hal 227.
Universitas Sumatera Utara
panjang di sabtu dan minggu.BPJS menetapkan bahwa peserta hanya boleh
memilih satu faskes I untuk memperoleh rujukan.Peserta tidak dapat ke
sembarang faskes I meskipun itu fasilitas kesehatan (faskes) yang sudah
kerjasama dengan BPJS Kesehatan.Kondisi ini, misalnya, menyulitkan buat
peserta yang lokasi pilihan faskes I jauh dari tempat bekerja atau dari rumah.
Selain itu, jika sedang di luar kota dan akan berobat, peserta harus lebih dahulu
menghubungi kantor BPJS terdekat, yang kemudian akan menujukkan Faskes I
mana yang dapat melayani. Peserta BPJS juga hanya bisa pergi ke rumah sakit
yang disebutkan dalam surat rujukan dari Faskes I. Misalnya, dari puskesmas
harus ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang sudah ditunjuk. Peserta tidak
bisa sembarang pergi ke rumah sakit lain meskipun rumah sakit tersebut
kerjasama dengan BPJS10
10Ibid
Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014, menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS terdiri dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut.Fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang terdiri dari puskesmas atau yang setara, praktik dokter, praktik dokter gigi,
klinik pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik
TNI/Porli, dan rumah sakit kelas D pratama atau yang setara.Sedangkan fasilitas
kesehatan tingkat lanjut merupakan rujukan yang telah di pilih oleh pasien sendiri
setelah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.Fasilitas kesehatan tingkat lanjut
terdiri dari rumah sakit dan balai kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, maka memilih judul Prosedur Pelayanan
Kesehatan Terhadap Pasien BPJS Kesehatan menurut Undang-Undang No. 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Ditinjau dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosedur pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No.
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pasien BPJS Kesehatan?
2. Bagaimanakah implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publikterhadap Pelayanan Kesehatan kepada pasien BPJS
Kesehatan?
3. Kendala pelaksanaan dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien BPJS
Kesehatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang
No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pasien BPJS Kesehatan.
2. Untuk mengetahui implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publikterhadap pelayanan kesehatan kepada pasien BPJS
Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
terhadap pasien BPJS Kesehatan.
Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan akademis bagi
perkembangan ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara berkaitan
dengan prosedur pelayanan kesehatan terhadap pasien BPJS Kesehatan menurut
Undang-UndangNo. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberian sumbangan pemikiran dalam
upaya meningkatkan pelayanan publik serta untuk meningkatkan kualitas kerja
pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan dalam memberikan pelayanan
publik dibidang kesehatan.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penulisan sebelumnya
dengan judul Prosedur Pelayanan Kesehatan terhadap Pasien BPJS Kesehatan
menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Ditinjau
Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi
Kota Binjai), namun ada beberapa mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dengan judul Pelayanan Publik Ditinjau Dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
Aries Fadhillah (2014), dengan judul penelitian Upaya Pemerintah
Kecamatan Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Ditinjau Dari Hukum
Administrasi Negara (Studi Kecamatan Medan Timur). Adapun permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apa saja yang menjadi dasar hukum Pelayanan Publik?
2. Siapa Saja Petugas yang berwenang dalam Penyelenggara anPelayanan
Publik di Pemerintah kecamatan?
3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan Pelayanan Publik
dikecamatan Medan Timur dan Bagaimana upaya Pemerintah kecamatan
Medan Timur dalam meningkatkan Pelayanan Publik?
Zahrah H. Dalimunthe (2015), dengan judul penelitian Kajian Hukum
Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota).
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah Pelayanan Publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009?
2. Bagaimanakah pelaksanaan Pelayanan Publik di Kecamatan Sibolga Kota?
3. Bagaimanakah hambatan dan solusi dalam Pelayanan Publik di Kecamatan
Sibolga Kota?
Yosi Krisman Tarigan FH. USU (2017), dengan judul penelitian Tinjauan
Hukum Administrasi Negara Tentang Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan
UU No 25 Tahun 2009 (Studi Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah Pelayanan Publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimanakah pelaksanaan Pelayanan Publik di Desa Pudun Julu
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua?
3. Bagaimanakah hambatan dan solusi pemecahan masalah dalam Pelayanan
Publik di Desa Pudun Julu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua?
Perbedaan dengan penelitian terdahulu, antara lain :
1. Bagaimanakah prosedur pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No.
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik?
2. Bagaimanakah implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik terhadap Pelayanan Kesehatan kepada pasien?
3. Kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Permasalahan beberapa penulisan sebagaimana yang telah disebutkan di
atas, ternyata judul dan permasalahannya tidak ada yang serupa atau sama dengan
yang ditulis saat ini. Oleh karena itu, penulisan ini adalah asli dan secara akademis
maupun ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pelayanan publik
Istilah pelayanan berasal dari kata “layani” yang artinya menolong
menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani.
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstern
dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. 11
11 Lijan Poltak Sinambela, dkk., Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta, Bumi Aksara, 2006, hal.3
Pelayanan publik merupakan berbagai aktivitas yang bertujuan
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. 12 Pelayanan Publik
diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang telah ditetapkan .13
Sedangkan menurut Pandji SantosaPelayanan Publikmerupakan pemberian
jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas namapemerintah, ataupun pihak
swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi
kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.
14Berdasarkan Undang-Undang No. 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayaan Publikmerupakan kegiatan atau
rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perUndang-Undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh Penyelenggara Pelayanan
Publik.15
2. Pelayanan kesehatan
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik
adalah layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada warga negaranya, baik
secara langsung (melalui sektor Publik) atau dengan membiayai pemberian layanan
swasta.
Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2009, yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang Kesehatan
12 Paimin Napitupulu, Pelayanan Publik dan Customer Satisfaction. Bandung, Alumni, 2007, hal 165
13 Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta, Pembaruan, 2005,hal 4
14 Pandji Santosa. Administrasi Publik. Bandung; Refika Adiatma, 2008, hal 57 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1 angka (1)
Universitas Sumatera Utara
ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga,
kelompok ataupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan
mutu layanan kesehatan kedalam terminologi operasional, sehingga semua orang
yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,
penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan ataupun manajemen
organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas dan perannya masing-masing.16
3. Pasien
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatanmerupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat
mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan
karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan
yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan konsumen.
Pasien atau pesakit merupakan seseorang yang menerima perawatan medis.
Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris.
Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti
dengan kata kerja pati yang artinya "menderita"17
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang RePublik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa pasien adalah setiap orang
16 Imbalo Pohan. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta, EGC, 2007, hal 28
17 http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien, diakses 10 Oktober 2017
Universitas Sumatera Utara
yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pasien
individu (sistem personal) yang tidak mampu mengatasi peristiwa atau masalah
kesehatan ketika berinteraksi dengan lingkungan.
4. BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 18 BPJS Kesehatan
merupakan Badan Hukum Publik yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,
Anggota TNI/POLRI, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya.19
BPJS Kesehatan merupakan asuransi kesehatan yang secara umum
didasarkan pada gagasan kerja sama di antara sekelompok orang yang membentuk
lembaga, organisasi, atau ikatan profesi dengan kesepakatan setiap orang
membayar sejumlah uang tahunan untuk digunakan sebagai dana berobat bagi
anggota yang tertimpa sakit dengan prinsip tertentu. Asuransi adalah suatu
kegiatan tolong menolong yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi antara
sejumlah besar manusia.Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa, jika
sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut maka semuanya saling menolong
18 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 1 angka 1.
19 Andreas G. Ch. Tampi. Dampak Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Terhadap Masyarakat Di Kelurahan Tingkulu.e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.1. Tahun 2016, hal 7
Universitas Sumatera Utara
dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang
diberikan oleh masing-masing peserta, dengan pemberian (derma) tersebut mereka
dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa
musibah. Berdasarkan hal tersebut, asuransi adalah kegiatan tolong menolong
yang terpuji yaitu saling tolong menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa,
saling membantu antara sesama, dan mereka takut dengan bahaya (malapetaka)
yang mengancam mereka20
5. Hukum Administrasi Negara
Hukum administrasi negaradapat diartikan juga seperangkat peraturan yang
memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga
melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi
administrasi negara itu sendiri. 21Hukum Administrasi Negara adalah peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan timbal balik antara rakyat dengan
pemerintah. 22 Hukum administrasi meliputi peraturan-peraturan khusus, yang di
samping hukum perdata positif yang berlaku umum, mengatur caracara organisasi
Negara ikut serta dalam lalu lintas masyarakat (de bijzondere regels, die naast het
voor allen geldende burgerlijk recht, beheersen de wijze, waarop de
staatsorganisatie aan het maatschappelijk verkeer deelneemt).23
20 Muhammad Syakir Sula, “Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional” Jakarta, Gema Insani Press, 2004, hal. 28 -29.
21Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hal 34 22 Sadjijono, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi, Yogyakarta,
LaksBang:2008, hal 16 23 Philipus M. Hadjon et.al.,Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2011, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hukum
administrasi negara merupakan keseluruhan hukum yang berkaitan dengan
administrasi, pemerintah, dan pemerintahan.
F. Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini, menggunakan metode pengumpulan data dan bahan-
bahan yang berkaitan dengan materi skripsi ini. Dengan maksud agar tulisan ini
dapat dipertanggung jawabkan nilai ilmiahnya, maka diusahakan memperoleh dan
mengumpulkan data-data dengan mempergunakan metode, yaitu:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis
normatif, penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum,
taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.24
2. Sifat penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan yuridisempiris. Pendekatan yuridis digunakan untuk
menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan Prosedur
Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien BPJS Kesehatan menurut Undang-Undang
No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Ditinjau dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara. Sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk menganalisis
hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan
masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan.
Sifat penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif yakni penelitian secara
umum termasuk pula di dalamnya penelitian ilmu hukum, penelitian deskriptif
24 Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013 hal. 13-14
Universitas Sumatera Utara
bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan
gejala lain dalam masyarakat.
3. Sumber data
Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:
a. Data primer
Data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang
diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu baik dari
responden.Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
dengan melakukan wawancara langsung terhadap pihak terkait dalam hal ini
dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan selaku Kepala Puskesmas Tanah
Tinggi Binjai.
b. Data sekunder
Data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh
tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari
data-data yang sudah terdokumentasikan dalam bentuk bahan-bahan hukum.
Adapun data sekunder yang penulis digunakan, antara lain:
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri
dari instrumen hukum nasional, yaitu Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang No. 24 tahun
Universitas Sumatera Utara
2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang
Nomor. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi
dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.Peraturan
BPJS kesehatan nomor 1 tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan
kesehatan
2) Bahan hukum sekunder dari penelitian ini yakni bahan hukum yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer Pelayanan
Kesehatan terhadap Pasien BPJS Kesehatan menurut Undang-Undang
No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Ditinjau dari Perspektif
Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Puskesmas Tanah Tinggi
Kota Binjai), bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain:
pendapat para pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam
media massa; buku-buku hukum, artikel serta jurnal-jurnal hukum yang
membahas mengenai pelayanan kesehatan terhadap pasien menurut
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Ditinjau
dari Perspektif Hukum Administrasi Negara.
3) Bahan hukum tersier yang digunakan berupa kamus hukum dan
ensiklopedia serta kamus Bahasa Indonesia.
4. Alat pengumpul data
Universitas Sumatera Utara
Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah melalui studi pustaka (library research), 25
5. Analisis data
selain itu untuk
mendukung penelitian, juga dilakukan penelitian lapangan (fieldresearch) yaitu
mengadakan wawancara dengan informan yaitu Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan
selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Binjai.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kuantitatif
yaitu data yang dipeeroleh kemudian disusun secara sistematis serta dianalisis
secara kualitatif untuk dapat mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan
hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi.
Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data
sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis,
digolongkan dalam pola dan tema, diketagorikan dan diklasifikasikan, dihubungkan
antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami
makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti
setelah memahami keseluruhan kualitas data. Proses analisis tersebut dilakukan
secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga
pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan
disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis.
G. Sistematika Penulisan
25 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2012, hal 35
Universitas Sumatera Utara
Sistematika penulisan penelitian ini dibuat untuk menjelaskan secara garis
besar mengenai isi dari penelitian yang penulis susun ini. Sistematika penulisan
penelitian yang akan penulis susun adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka dan metode
penelitian serta sistematika penulisan
BAB II PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PASIEN BPJS KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang pengertian pelayanan publik, asas
pelayanan publik, prinsip-prinsip pelayanan publik danprosedur
pelayanan kesehatan pasien BPJS Kesehatan.
BAB III IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009
TENTANG PELAYANAN PUBLIK TERHADAP PELAYANAN
KESEHATAN KEPADA PASIEN BPJS KESEHATAN
Bab ini berisikan BPJS Kesehatan, Kewenangan Pemerintah Daerah
di Bidang Kesehatan dan Implementasi Undang-Undang No. 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Terhadap Pelayanan
Kesehatan
BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN
Universitas Sumatera Utara
Bab ini berisikan pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjai, kendala pelayanan kesehatan pada
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan upaya
mengatasi kendala dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien pada
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang No.
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini,
dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu
mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK
E. Pengertian Pelayanan Publik
Secara teori terdapat beberapa konsep yang berbeda tentang pelayanan
publik dan pilihan terhadap konsep pelayanan publik memiliki implikasi yang luas
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam arti yang sempit, Pelayanan
Publik adalah suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh
pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara
langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan
jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar.
Konsep ini lebih menekankan bagaimana Pelayanan Publik berhasil diberikan
melalui suatu deliverysystem yang sehat.Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-
hari di bidang administrasi, keamanan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air
bersih, telekomunikasi, transportasi, bank, dan sebagainya.26
Pelayanan publik merupakan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
sebagaipenyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan
dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
27
Menurut Husni pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
26 Aswawi Rewansyah, Standar Pelayanan Publik: Langkah-langkah Penyusunan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Jakarta, LAN, 2009, hal. 15
27 Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat.Hukum Aministrasi Neagara dan Kebijakan Publik, Bandung, Nuansa Cendekia, 2010, hal 19.
Universitas Sumatera Utara
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.28 Pelayanan publik
dimaknai sebagai usaha pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan merupakan
kewajiban Pemerintah untuk melakukan pemenuhan hakhak dasar
tersebut. 29 Sedangkan Lewis dan Gilman mendefinisikan Pelayanan Publik
sebagai berikut: Pelayanan Publik adalah kepercayaan Publik. Warga Negara
berharap Pelayanan Publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan
sumber penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggung jawabkan kepada
Publik.Pelayanan Publik yang adil dandapat dipertanggung-jawabkan menghasilkan
kepercayaan Publik. Dibutuhkan etikaPelayanan Publik sebagai pilar dan
kepercayaan Publik sebagai dasar untuk mewujudkan Pemerintah yang baik.30
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
tahun 2004 Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh Penyelenggara Pelayanan Publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan. Di dalam hukum administrasi Negara, istilah “Pelayanan
Publik” diartikan sebagai segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan orang, masyarakat,
instansi pemerintah dan badan hukum maupun sebagai pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
31
Pelayanan publik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
28 Husni Thamrin. Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, Yogyakarta, Aswaja Presindo, 2013, hal 28
29Kurniawan, J. Luthfi dan Mokhammad Najib.Paradigma Kebijakan Pelayanan Publik. Malang, In.Trans, 2008, hal. 56
30 Lewis, Carol W. & Stuart C. Gilman.The Ethics Challenge in Public Service: A Problem-Solving Guide. Market Street, San Fransisco: JosseyBass, 2005, hal. 22
31 Keputusan Menpan Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pada Paragraf I, butir c.
Universitas Sumatera Utara
metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya. Tujuan pelayanan publik adalah mempersiapkan pelayanan publik tersebut
yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana menyatakan dengan
tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya yang
direnecanakan dan disediakan oleh pemerintah.32
Kepemenpan No.63/Kep/M.Pan/7/2013 Pelayanan publik merupakan segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai uapaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
33
32 Moenir, H.A.S., Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, 2001, hal 9.
33 Dadang Juliantara, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Pelayan Publik, Yogyakarta, Pembaruan,2005, hal 3.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah melalui
aparat pemerintah, walaupun tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, namun
tetap harus mengutamakan kualitas pelayanan yang sesuai dengan tuntutan, harapan
dan kebutuhan masyarakat.Aparat pemerintah harus menyadari posisi dan peran
mereka sebagai pelayan masyarakat.Bila dimata masyarakat kesan yang muncul
tidak demikian, berarti pelayanan yang diterima selama ini bukanlah produk
pelayanan yang sepenuh hati.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pelayanan
Publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang Publik
maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di Lingkungan
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban pemerintah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak
setiap warga negaranya ataupun memberikan pelayanan kepada warga negara yang
memenuhi kewajibannya terhadap negara. Bentuk pelayanan publik yang diberikan
kepada masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan pemerintah, merupakan jenis pelayanan masyarakat yang terkait
tugas-tugas umum pemerintah seperti pelayanan KTP, SIM, pajak, dan
keimigrasian
2. Pelayanan pembangunan, merupakan suatu jenis pelayanan masyarakat yang
terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitasi
kepada masyarakat dalam melakukan aktifitasnya sebagai warga negara.
3. Pelayanan utilitas, merupakan jenis pelayanan yang terkait utilitas bagi
masyarakat.
4. Pelayanan sandang, pangan, dan papan, merupakan jenis pelayanan yang
menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan
5. Pelayanan kemasyarakatan, merupakan jenis pelayanan masyarakat yang dilihat
dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan social
kemasyarakatan.34
Pentingnya mewujudkan pelayanan prima dengan memperhatikan
kesembilan unsur diatas karena pemerintah menyadari selama ini selalu muncul
keluhan dari masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan aparatur seperti prosedur
pelayanan yang berbelit-belit sebagai akibat dari birokrasi yang kaku dan perilaku
aparat yang kurang bersahabat dalam memberikan pelayanan.
34 Badu Achmad. Manajemen pelayanan publik. Makassar, Andi Offset, 2012, hal 30-31
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 juga mengamanatkan untuk
membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan
penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring
dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik.
F. Asas-asas Pelayanan Publik
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa
Penyelenggara an Pelayanan Publik harus berasaskan yakni :
1. Kepentingan umum merupakan kepentingan orang banyak yang untuk
mengaksesnya, tidak mensyaratkan beban tertentu. Kepentingan yang harus
didahulukan dari kepentingan-kepentingan yang lain dengan tetap
memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap menghormati kepentingan-
kepentingan lain.
2. Kepastian hukum pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan. Keadaan dimana perilaku manusia, baik
individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada dalam koridor
yang sudah digariskan oleh aturan hukum
3. Kesamaan hak tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, Ras,
Agama, golongan, gender dan status ekonomi.
4. Keseimbangan hak dan kewajiban pemberi dan penerima Pelayanan Publik
harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
5. Keprofesionalan suatu keahlian dan kemampuan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan dalam satu bidang.
Universitas Sumatera Utara
6. Partisipatif mendorong peran serta masyarakat dalam Penyelenggara
anPelayanan Publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
7. Persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif Perlakuan yang didapat dari
para pelayan Publiksama rata dan tidak melihat dari strata sosial masyarakat
tersebut.
8. Keterbukaan semua proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka
agar mudah diketahui dan dipahami masyarakat baik yang diminta ataupun
tidak.
9. Akuntabilitas Pelayanan Publik harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan ketentuan perUndang-Undangan.
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok Fasilitas yang didapat setiap
orang sama, tidak ada perlakuan khusus bagi kelompok tertentu.
11. Rentan Pelayanan Publiknya mudah terpengaruh oleh hal-hal yang
mengakibatkan ketidakpercayaan Masyarakat.
12. Ketepatan waktu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan oleh unit Penyelenggara pelayanan.
13. Kecepatan, kemudahan dan kejangkauan tempat dan lokasi serta sarana
pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh Masyarakat, dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi informatika.35
Berdasarkan asas-asas tersebut terlihat bahwa dalam pelaksaaannya
pelayanan publik ditujukan kepada semua masyarakat termasuk masyarakat dengan
35Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pasal 4
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan khusus.Pelayanan publik yang terbaik adalah pelayanan yang dapat
menjangkau semua elemen masyarakat.Pada dasarnya Pelayanan Publik
dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana,
terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Oleh sebab itu setidaknya
mengandung asas-asas antara lain:36
1. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima Pelayanan Publik
tersebut, harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak,
sehingga tidak ada keragu-raguan dalam pelaksanaannya.
2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan
kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar,
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap
berpegang pada efisiensi dan efektifitasnya.
3. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan
agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian
hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi atau Lembaga
Pemerintah atauPemerintah an “terpaksa harus mahal”, maka Instansi atau
Lembaga Pemerintah atau Pemerintah an yang bersangkutan berkewajiban
“memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya,
sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.
36 Ibrahim, Amin. Teori dan konsep pelayanan publik serta implementasinya. Bandung, Mandar Maju, 2008, hal. 19-20
Universitas Sumatera Utara
Beberapa asas dalam penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan
perizinan yang harus diperhatikan, yaitu:37
1. Empati dengan customers.
Pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi Penyelenggara jasa
perizinan harus dapat berempati dengan masyarakat pengguna jasa
pelayanan.
2. Pembatasan prosedur.
Prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan demikian konsep one
stop shop benar-benar diterapkan.
3. Kejelasan tatacara pelayanan.
Tatacara pelayanan harus didesain sesederhana mungkin dan
dikomunikasikan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan.
4. Minimalisasi persyaratan pelayanan.
Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin
dan sebanyak yang benar-benar diperlukan.
5. Kejelasan kewenangan.
Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa pelayanan
harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan
distribusi kewenangan.
37Ratminto dan Atik Septi Winarsih.Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005, hal. 245
Universitas Sumatera Utara
6. Transparansi biaya.
Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan setransparan
mungkin dalam pembiayaannya.
7. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan.
Jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti, sehingga masyarakat
memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah.
8. Minimalisasi formulir.
Formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga akan dihasilkan
formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai
keperluan).
9. Maksimalisasi masa berlakunya izin.
Untuk menghindarkan terlalu seringnya masyarakat mengurus izin, maka
masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.38
10. Kejelasan hak dan kewajiban providers dan curtomers.
Hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik bagi providers maupun bagi
customers harus dirumuskan secara jelas, dan dilengkapi dengan sanksi
serta ketentuan ganti rugi.
11. Efektivitas penanganan keluhan.
Pelayanan yang baik sedapat mungkin harus menghindarkan terjadinya
keluhan,akantetapi jika muncul keluhan, maka harus dirancang suatu
mekanisme yang dapat memastikan bahwa keluhan tersebut akan ditangani
38Ibid
Universitas Sumatera Utara
secara efektif, sehingga permasalahan yang ada dapat segera diselesaikan
dengan baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pelayanan publik, berangkat
dari konsep penegakan hukum dalam pelaksanaan pelayanan publik. Menurut
Friedman tentang tiga sistem hukum, yaitu :
1. Struktur hukum, yakni kerangka atau rangkaian dari hukum itu sendiri.
2. Substansi hukum, yakni aturan, norma, dan pola Perilaku manusia yang nyata
dalam sistem hukum.
3. Kultur hukum, yakni sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, yang di
dalamnya terdapat kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapan39
Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip dan jiwa atau cita-cita.
Asas merupakan suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum dengan
tidak menyebutkan secara khusus cara pelaksanaannya. Asas juga dapat diartikan
sebagai pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik tolak berfikir
tentang sesuatu.Pelaksanaan pelayanan publik dilaksanakan berdasarkan asas-asas
pelayanan publik. Riawan mengemukakan dalam bukunya, asas-asas Pelayanan
Publik adalah:
40
1. Transparan
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. Perwujudan pemerintahan
yang baik yang sasaran pokoknya adalah terwujudnya Penyelenggaraan
Pemerintahan yang: professional, berkepastian hukum, transparan, akuntabel,
39 Lawrence M. Friedman, American Law Introduction, Jakarta,Tatanusa, 2001, hal.7. 40 Riawan W,dkk. Peningkatan Kapasitas Pemda dalam Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaruan, 2005, hal. 11
Universitas Sumatera Utara
memiliki kredibilitas, bersih dan bebas KKN; peka serta tanggap terhadap
segenap kepentingan dan aspirasi yang didasari etika, semangat pelayanan, dan
pertanggung jawaban publik; dan, integritas pengabdian dalam mengemban
misi perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
bernegara. 41 Keterbukaan pemerintahan merupakan syarat mutlak bagi suatu
Pemerintahan yang efisien. Keterbukaan mengandung makna bahwa setiap
orang mengetahui proses pengambilan keputusan oleh Pemerintah. Dengan
mengetahui memungkinkan masyarakat itu memikirkan dan pada akhirnya ikut
memutus.42
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan dapat dipertanggung
jawabkan adalah harapan dari segenap masyarakat. 43
41 Mustopadidjaja.Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003, hal. 261
42 Apri S. Damanik. Eksistensi Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Di Kabupaten Simalungun Pasca Perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun Dari Pematang Siantar Ke Pematang Raya. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2011, hal. 42
43Ibid., hal 44-45
Oleh karena itu dalam
menjalankan Pemerintahan diperlukan standar untuk mengukur kinerja dari
Pemerintah. Untuk memperkuat struktur pengendalian manajemen Pemerintah
maka pemberdayaan peran dan fungsi audit internal menjadi suatu hal yang
mutlak untuk direalisasikan. Selanjutnya, jelas dan terarahnya peran dan fungsi
audit internal dalam suatu organisasi secara tidak langsung juga akan
meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Di samping
kedua faktor tersebut, adanya kerja sama yang harmonis di antara jajaran audit
Universitas Sumatera Utara
internal dan audit eksternal juga akan lebih melapangkan jalan dalam
pencapaian tujuan dari fungsi audit dalam mewujudkan tata Pemerintahan yang
baik, adil, dan bersih.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.Partisipasi
bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambilmencerminkan
aspirasi masyarakat. 44
44Ibid., hal. 46
Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada,
Pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat
mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum,
temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain
untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan
partisipatif untuk menyiapkan agenda Pembangunan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan
isu sektoral. Instrumen dasar partisipasi adalah peraturan yang menjamin hak
untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan,
sedangkan instrumen-instrumen pendukung adalah pedoman-pedoman
Pemerintah an partisipatif yang mengakomodasi hak penyampaian pendapat
dalam segala proses perumusan kebijakan dan peraturan, proses penyusunan
Universitas Sumatera Utara
strategi Pembangunan, tata-ruang, program Pembangunan, penganggaran,
pengadaan dan pemantauan.
5. Kesamaan hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, gender dan
status ekonomi.
6. Keseimbangan hak dan tanggung jawab
Pemberi dan penerima Pelayanan Publik harus memenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
Pelayanan publik akan berkualitas apabila memenuhi asas-asas diantaranya
hak dan kewajiban; pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan
dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar,
berdasarkan ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku; mutu proses keluaran
dan hasil pelayanan publik tersebut harus dapat memberikan keamanan,
kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum; dan apabila pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh Instansi atau lembaga pemerintah atau pemerintahan
“terpaksa harus mahal”, maka Instansi atau lembaga pemerintah atau Pemerintahan
yang bersangkutan berkewajiban “memberikan peluang” kepada masyarakat untuk
ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan yang
berlaku.
G. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh penyelenggara
pelayanan publik yaitu penyelenggara negara/ pemerintah , penyelenggara
perekonomian dan pembangunan, lembaga independen yang dibentuk oleh
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah, Badan Usaha/Badan Hukumyang diberi wewenang melaksanakan
sebagian tugas dan fungsi Pelayanan Publik, Badan Usaha/Badan Hukum yang
bekerjasama dan/ atau dikontrak untuk melaksanakan sebagaian tugas dan fungsi
Pelayanan Publik dan masyarakat umum atau swasta yang melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi pelayanan publik yang tidak mampu ditangani/dikelola oleh
Pemerintah /Pemerintah Daerah.
Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pelayanan publik dalam
penyelenggaraan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan prinsip-
prinsip:
1. Prinsip kesederhanaan merupakanprosedur pelayanan publik tidak
berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Prinsip kejelasan merupakan unit kerja/pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.
3. Prinsip kepastian waktu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Prinsip akurasi merupakan produk pelayanan publik diterima dengan
benar, tepat dan sah.
5. Prinsip keamanan merupakan proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
6. Prinsip tanggung jawab merupakan pimpinan penyelenggara pelayanan
publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan Pelayanan Publik.
7. Prinsip kelengkapan sarana dan prasarana: tersedianya sarana dan
prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai,
termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika
(telematika).
8. Prinsip kemudahan akses: tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Prinsip kedisiplinan, kesopanan dan keramahan : pelaksana pelayanan
harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
10. Prinsip kenyamanan: lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang
indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan,
seperti tempat parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Pemerintah daerahdalam menjalankan monopoli Pelayanan Publik,
sebagai regulator/pembuat peraturan/Peraturan Pemerintah harus mengubah pola
pikir dan kerjanya dan disesuaikan dengan tujuan pemberianotonomi daerah, yaitu
memberikan dan meningkatkan pelayanan yang memuaskan masyarakat. Untuk
terwujudnya pemerintah yang baik, dalam menjalankan Pelayanan Publik,
Pemerintah Daerah juga harus memberikan kesempatan luas kepada warga dan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, untuk mendapatkan akses Pelayanan Publik, berdasarkan prinsip-
prinsip kesetaraan, transparansi, akuntabilitas dan keadilan.45
Penyelenggaraan Pelayanan Publik juga harus memenuhi beberapa prinsip
pelayanan sebagaimana yang disebutkan dalam Kepmenpan No. 63 Tahun
2003.Penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut :
46
a. Kesederhanaan merupakanprosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
1. Persyaratan teknis dan administratif Pelayanan Publik.
2. Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/ sengketa
dalam pelaksanaan Pelayanan Publik.
3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian waktu merupakanpelaksanaan Pelayanan Publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi merupakan produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat
dan sah.
e. Keamanan merupakanproses dan produk Pelayanan Publik memberikan
rasa aman dan kepastian hukum.
f. Tanggung jawab merupakan Pimpinan Penyelenggara Pelayanan Publik
atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas Penyelenggara an
45Gustiwarni, Op.Cit, hal. 12 46Ratminto dan Winarsih, Atik Septi.Op.Cit, hal. 22
Universitas Sumatera Utara
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
Pelayanan Publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakantersedianya sarana dan
prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai
termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika
(telematika).
h. Kemudahan akses merupakantempat dan lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisplinan, kesopanan dan keramahan; Pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
j. Kenyamanan merupakanlingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang
indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan,
seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Widodo mengemukakan ada lima prinsip yang harus diperhatikan
dalam pelayanan publik agar kualitas pelayanan dapat dicapai, yaitu:47
1. Tangible (terjamah), seperti kemampuan fisik, peralatan, personil dan
komunikasi
2. Realiable (handal), kemampuan membentuk pelayanan yang dijanjikan
dengan tepat dan memiliki keajegan
47Widodo.Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya, Insan Cedekia. 2001, hal 60
Universitas Sumatera Utara
3. Responsivnes (pertanggung jawaban), yakni rasa tanggung jawab terhadap
mutu pelayanan
4. Assurance (jaminan), pengetahuan, perilaku dan kemampuan pegawai
5. Empathy (empati), perhatian perorangan pada pelanggan.
Pelayanan Publik juga dapat diartikan sebagai suatu pelayanan terhadap
masyarakat. Pelayanan terhadap masyarakat dapat dikatakan baik apabila
memenuhi beberapa syarat yaitu:48
1. Berbagai metode yang di terangkan disusun sesuai dengan keinginan
pelanggan dari pada kepentingan organisasi.
2. Segala macam tindakan yang telah dilakukan harus sesuaikan dengan
tujuan dasar pelayanan terhadap masyarat.
3. Segala macam kebijakan baru yang dikeluarkan harus bernilai manfaat.
4. Seluruh pegawai harus konsisten ata apa yang telah mereka lakukan, baik
tindakan itu formal maupun informal, terhadap kualitas pelayanan mereka
kepada masyarakat.
5. Struktur organisasi dan sistem manajemen harus ditinjau ulang
mendapatkan banyak masukan dari pelanggan mengenai pelayanan.
Pasal 14 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan
Penyelenggara memiliki hak:
a. Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya;
b. Melakukan kerjasama;
c. Mempunyai anggaran pembiayaan Penyelenggara an Pelayanan Publik;
48Ismail.Manajemen Publik.Malang, Kencana Prenada Media Group, 2011, hal 11
Universitas Sumatera Utara
d. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak sesuai
dengan kenyataan dalam Penyelenggara an Pelayanan Publik ; dan
e. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 15 UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan PublikPenyelenggara
berkewajiban:
a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;
b. Menyusun, menetapkan, dan memPublikasikan maklumat pelayanan;
c. Menempatkan pelaksana yang kompeten
d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas Pelayanan Publik yang
mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
e. Memberikan pelatanan yang berkualitas sesuai dengan asas-asas
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggara
pelayanan publikmerupakan setiap institusi Penyelenggara Negara yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik. Sebagai
penyelenggara pelayanan publik hendaknya instansi memperhatiakan hak dan
kewajiaban sebagai penyelenggara pelayanan publik sesuai yang telah diamanatkan
pada undang-undang.
H. Prosedur Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS Kesehatan
Prosedur pelayanan adalah tahapan yang harus dilalui dalam proses
penyelesaian pelayanan. Berdasarkan Kemenpan No. 63/Kep/M.PAN/7/2003,
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, dicantumkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa prosedur pelayanan publik sederhana, tidak berbelit-belit, mudah dipahami
dan mudah dilaksanakan.49
Prosedur
Prosedur merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan
dalam proses pelayanan. Sistem dan prosedur tersebut termasuk dalam standar
pelayanan yang diterapkan oleh Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai dalam
pelaksanaan pelayanannya agar masyarakat puas terhadap puskesmas dan
menjadikan puskesmas sebagai tempat rujukan pertama bagi masyarakat.Standar
pelayanan tersebut meliputi prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya
pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, kompetensi petugas pemberi
pelayanan serta kemudahan akses.
yang benar untuk mendapatkan pelayanan pengobatan bagi
pasien peserta BPJS Kesehatan, hal pertama yang harus pasien harus ketahui
adalah bagaimana saat pasien berobat mendapatkan pelayanan penuh mulai dari
ruang rawat inap, obat, dan informasi hak dan kewajiban pasien sebagai peserta
BPJS Kesehatan. Adapun prosedur untuk mendapatkan pelayanan BPJS
Kesehatan sebagai berikut:50
Gambar 1. Prosedur mendapatkan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan
49Keputusan MENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
50 http://www.bpjs-kesehatan.net/2016/01/prosedur-untuk-mendapatkan-pelayanan.html, diakses tanggal 1 Oktober 2017
Universitas Sumatera Utara
Berikut penjelasan gambar 1 di atas
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama a. Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama tempat Peserta terdaftar.
c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
a. Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan menunjukkan Kartu
Peserta dan menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama / surat perintah kontrol pasca rawat inap.
b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan
pelayanan lanjutan.
c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan
tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.
3. Pelayanan Kegawat Daruratan (emergency):
a. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan atau
kecacatan, sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
b. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung
memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria
kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
c. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, akan segera dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah
keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan.
d. Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung oleh
Fasiltas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
Gambar .2. Prosedur Pelayanan Pasien BPJS di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai
Pasien Datang
Mengambil Nomor Urut
Loket/Pendaftaran
Unit Pelayanan
BPJS
Kasir
Rawat Jalan
Pasien Pulang
Pemeriksaan Penunjang • Laboratorium • Konseling Gigi
UNIT FARMASI
Rawat Inap
YA
TIDAK
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
Diawali pasien datang ke puskesmas dengan menunjukan Kartu Tanda Penduduk
(KTP), selanjutnya mengambil nomor urut di loket pendaftaran, kemudian unit
pelayanan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan konseling gigi, apabila
pasien menggunakan kartu BPJS kesehatan, pasien mendaftar, apabila pasien
umum pasien harus membayar ke kasir, pasien rawat jalan dan rawat inap, setelah
itu pasien diperbolehkan pulang oleh tenaga medis. Prosedur pelayanan yang
diterapkan di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai sudah berjalan dengan baik,
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai melaksanakan prosedur pelayanan sesuai
dengan standar operasional.51
51 Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
BAB III IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2009 TENTANG
PELAYANAN PUBLIK TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PASIEN BPJS KESEHATAN
A. BPJS Kesehatan
Indonesia adalah negara hukum yang dinamis, negara kesejahteraan) yang
memiliki asas-asas hukum diantaranya adalah asas penyelenggaraan kepentingan
umum.Berdasarkan asas ini, segenap aparat pemerintah dituntut untuk melakukan
kegiatankegiatan yang menuju pada penyelenggaraan kepentingan umum dan dapat
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat. 52
52 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia. Jilid I, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, hal. 22
inilah diselenggarakan
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebagaimana disebutkan dalam
bagian menimbang huruf a Undang-Undang BPJS “bahwa sistem jaminan sosial
nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat”. Konsekwensi dari
konsep Negara Kesejahteraan, adalah bahwa Negara bertanggungjawab untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, dengan mencampurtangani urusan warganya
mulai manusia lahir sampai manusia mati, sehingga diibaratkan tak ada satu sisi
kehidupanpun dari kehidupan warganya yang tidak dicampurtangani oleh
pemerintah. Salah satu bentuk campur tangan Pemerintah dalam kehidupan
masyarakatnya adalah di bidang kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Terwujudnya hak hidup sehat dengan derajat yang tinggi
bagi setiap anggota masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindugan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, harus dibentuk badan penyelenggara jaminan sosial dengan Undang-
Undang.Berdasarkan Undang-Undang Nomor.24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut BPJS merupakan badan
hukum publik yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional.
Fungsi BPJS Kesehatan diatur dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS yaitu menyelenggarakan Program Jaminan
Kesehatan. Tugas BPJS diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang BPJS yang menegaskan bahwa Dalam melaksanakan fungsi
sebagaimana dimaksdud dalam Pasal 9. 53 Wewenang yang dimiliki BPJS dalam
menyelenggarakan program jaminan kesehatan dilakukan agar pelaksanaan
penyelenggaraan program jaminan kesehatan dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuan dibentuknya BPJS yang ditegaskan dalam Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.54
Hak merupakan sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri.Hak peserta BPJS adalah sesuatu yang mutlak
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk
pelayanan publik yang menjadi misi Negara untuk melaksanakannya. Hak BPJS
diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 mengatur tentang kewajiban
BPJS.
53 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Pasal 9 ayat (1) 54Ibid, Pasal 11
Universitas Sumatera Utara
menjadi milik peserta itu sendiri berdasarkan peraturan yang sudah ada.
Berdasarkan Peraturan BPJS kesehatan nomor 1 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan jaminan kesehatan bagian kelima Hak dan Kewajiban Peserta
Pasal 24 ialah Hak dan kewajiban setiap peserta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf d menjamin terselenggaranya Jaminan Kesehatan oleh BPJS
Kesehatan kepada peserta. 55
Hak merupakan suatu hubungan diantara orang-orang yang diatur oleh
hukum dan atas nama si pemegang hak, oleh hukum diberi kekuasaan tertentu
terhadap objek hak.
56 Setiap warga negara berhak atas tuntutan pemenuhan
tanggung jawab negara dalam meningkatkan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta dalam melindungi segenap bangsa dan
tumpah darah Indonesia, dan dalam turut aktif dalam pergaulan dunia berdasarkan
pri nsip kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.57
Pelayanan publik dalam bidang kesehatan kini mendapat permasalahan
yaitu mulai dari prosedur, sistem pelayanan BPJS, sarana dan prasarana dan tenaga
medis yang kurang memadai.Oleh karena itu, diperlukan suatu reformasi birokrasi
dalam meningkatkan pelayanan bidang kesehatan khususnya pelayanan BPJS
kesehatan kepada masyarakat. Birokrasi adalah sebuah perangkat sistem yang
niscaya bagi setiap roda pemerintahan, tanpa mekanisme birokrasi tersebut maka
institusi pelayanan publik akan stagnan dan bahkan dapat tak berfungsi sama sekali.
Sejak reformasi tahun 1998 digulirkan, reformasi birokrasi adalah bagian dari
55 Peraturan BPJS kesehatan nomor 1 tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan 56 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Bogor, Ghalia Indonesia, 2011, hal. 179 57 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2014,
hal.365
Universitas Sumatera Utara
subsistem yang menjadi tuntutan.Karena transparansi dan akuntabelnya sebuah
institusi apapun sejatinya mesti didasari oleh sebuah mekanisme birokrasi yang
bersih, autokritik, disiplin dan ditunjang oleh sumber daya manusia yang memiliki
rasa tanggungjawab dan idealisme.Penerapan birokrasi yang melayani secara
profesional, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme faktanya merupakan
citacita yang masih belum terwujud. Dibutuhkan political will dari setiap pemangku
kepentingan dalam pencapaian kebijakan-kebijakan setiap Institusi pemerintahan
dalam fungsinya sebagai pelayanan publik 58
B. Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan
Di era otonomi daerah amanat amandemen dimaksud, mempunyai makna
penting bagi tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagai sub sistem Negara
Kesatuan RePublik Indonesia terhadap masyarakat, dan Pemerintah Daerah
dituntut dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang layak, tanpa ada
diskriminasi sosial, budaya, ekonomi dan politik. Amanat ini harus diterjemahkan
dan dijabarkan secara baik oleh sistem dan perangkat Pemerintah an Daerah.
Untuk lebih menjamin penerapan hak-hak Publik sebagaimana tersebut di atas, di
era otonomi daerah UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam
Pasal 11, 13 dan 14 telah menjadikan penanganan bidang kesehatan sebagai
urusan wajib / tugas Pemerintah an yang wajib dilaksanakan oleh daerah.
Kewenangan Pemerintahan merupakan kekuasaan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk bertindak dalam ranah
58 Ika Widiastuti., Op.Cit, hal 229
Universitas Sumatera Utara
hukum publik.59Tujuan desentralisasi di bidang kesehatan adalah mewujudkan
Pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan
aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan
mengoptimalkan potensi daerah untuk kepentingan daerah dan Prioritas Nasional
dalam mencapai Indonesia Sehat 2010.60
Pemberlakukan desentralisasi ini tentunya memberikan perubahan
signifikan bagi peran daerah khususnya di bidang kesehatan.Pemerintah daerah
yang tadinya hanya sebagai pelaksana kebijakan dari pusat sekarang menjadi
penentu kebijakan itu sendiri. Perubahan signifikan lainnya adalah dimana Kantor
Wilayah dan Kantor Departemen yang dahulu merupakan agen lokal Kementerian
di daerah kemudian dihilangkan dan diganti dengan Dinas Provinsi yang ber-
tanggung jawab terhadap Pemerintah daerah, sehingga kini terdapat tiga kesatuan
administratif di bidang kesehatan, yaitu Kemenkes di Pusat, Dinas Kesehatan di
Provinsi, dan Dinas Kesehatan di Kota/ Kabupaten.
61
1. Desentralisasi bidang kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan Keanekaragaman Daerah.
Dalam hal ini desentralisasi bidang kesehatan harus dapat:
Guna mencapai tujuan desentralisasi tersebut ditetapkan kebijakan
desentralisasi bidang kesehatan sebagai berikut:
59 Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 1 angka 6
60 http://wahyudianto-eko.blogspot.co.id/2011/01/teori-kebijakan-dalam-kesehatan.html, diakses tanggal 10 Juni 2017.
61 Laksono Trisnantoro, Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi Pemerintah 2001-2003: Apakah Merupakan Periode Uji Coba?, Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 2005, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
a. Memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat dalam
Pembangunan kesehatan, termasuk perannya dalam pengawasan sosial.
b. Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan merata, tanpa
membedakan antara golongan masyarakat yang satu dengan lainnya,
termasuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bagi kelompok
rentan dan miskin.
c. Mendukung aspirasi dan pengembangan kemampuan daerah melalui
peningkatan kapasitas, bantuan teknik, dan peningkatan citra.
2. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan didasarkan kepada otonomi luas,
nyata dan bertanggung jawab. Dalam hal ini maka:
a. Daerah diberi kewenangan seluas-luasnya untuk menyelenggarakan upaya
dan pelayanan kesehatan dengan Standar Pelayanan Minimal yang
pedomannya dibuat oleh Pemerintah Pusat.
b. Daerah bertanggung jawab mengelola sumber daya kesehatan yang
tersedia di wilayahnya secara optimal guna mewujudkan kinerja Sistem
Kesehatan Wilayah sebagai bagian dari Sistem Kesehatan Nasional.
3. Desentralisasi bidang kesehatan yang luas dan utuh diletakkan di Kabupaten
dan Kota, sedangkan desentralisasi bidang kesehatan di Provinsi bersifat
terbatas.
4. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan harus sesuai dengan konstitusi
Negara, sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan
Daerah serta antar Daerah. Dalam hal ini maka:
Universitas Sumatera Utara
a. Desentralisasi bidang kesehatan tidak boleh menciptakan dimonopoli
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat
berwenang dalam pengembangan kebijakan, standarisasi, dan pengaturan.
Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan kebijakan, standar dan aturan
tersebut. Sedangkan pemerintah provinsi melakukan pengawasan dan
pembinaan atas pelaksanaan upaya kesehatan oleh Daerah
Kabupaten/Kota.
b. Desentralisasi bidang kesehatan diselenggarakan dengan membangun
jejaring antara pemerintah pusat dan daerah serta antar pemerintah daerah
yang saling melengkapi dan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa
dan Negara Indonesia.
5. Desentralisasi bidang kesehatan harus lebih meningkatkan kemandirian
Daerah Otonom. Pemerintah Pusat berkewajiban memfasilitasi pelaksanaan
Pembangunan kesehatan Daerah dengan meningkatkan kemampuan Daerah
dalam pengembangan sistem kesehatan dan manajemen kesehatan.
6. Desentralisasi bidang kesehatan harus lebih meningkatkan peran dan fungsi
Badan Legislatif Daerah, baik dalam hal fungsi legislatif, fungsi pengawasan,
maupun fungsi anggaran.
7. Sebagai pelengkap desentralisasi bidang kesehatan dilaksanakan pula
Dekonsentrasi bidang kesehatan yang diletakkan di Daerah Provinsi sebagai
wilayah administrasi. Asas dekonsentrasi ini dimaksudkan untuk memberikan
kewenangan kepada Daerah Provinsi untuk melaksanakan kewenangan
Universitas Sumatera Utara
tertentu di bidang kesehatan yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat.
8. Untuk mendukung desentralisasi bidang kesehatan dimungkinkan pula
dilaksanakan Tugas Pembantuan di bidang kesehatan, khususnya dalam hal
penanggulangan kejadian luar biasa, bencana, dan masalah-masalah kegawat-
daruratan kesehatan lain.62
Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi di Bidang Kesehatan:
1. Bidang upaya kesehatan
a. Pengelolaan upaya kesehatan perorangan (UKP) rujukan tingkat Daerah
Provinsi/Lintas Daerah Kabupaten/Kota.
b. Pengelolaan usaha kesahatan masyarakat Daerah Provinsi dan rujukan
tingkat Daerah Provinsi/lintas Daerah Kabupaten/Kota.
c. Penerbitan izin Rumah Sakit kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat Daerah Provinsi.
2. Bidang sumber daya manusia kesehatan perencanaan dan pengembangan
sumber daya manausia kesehatan untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehata Perorangan Daerah Provinsi
3. Bidang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman
a. Penerbitan pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan cabang
Penyalur Alat Kesehatan (PAK).
b. Penerbitan Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT).
62Ibid
Universitas Sumatera Utara
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh Provinsi, kelompok masyarakat,
organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat Provinsi.63
1. Bidang upaya kesehatan
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Bidang Kesehatan:
a. Pengelolaan UKP Daerah Kabupaten/Kota dan rujukan tingkat Daerah
Kabupaten/Kota.
b. Pengelolaan UKM Daerah Kabupaten/Kota dan rujukan tingkat Daerah
Kabupaten/Kota.
c. Penerbitan izin Rumah Sakit kelas C dan D dan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat Daerah Kabupaten/Kota
2. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
a. Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan.
b. Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP
Daerah Kabupaten/Kota.
3. Bidang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman
a. Penerbitan izin apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal.
b. Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT).
c. Penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan
PKRT kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah tangga.
d. Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industri rumah
tangga.
63 Bunga Agustina. Op.Cit., hal 92
Universitas Sumatera Utara
e. Pengawasan post-market produk makanan dan minuman industri rumah
tangga.
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh Kabupaten/ Kota kelompok
masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat
Kabupaten/Kota.64
C. Implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik Terhadap Pelayanan Kesehatan
Sistem kesehatan masyarakat di Indonesia terdapat hubungan antara
negara dan masyarakat yang tercermin melalui penyelenggaraan pelayanan
publik, oleh sebab itu, pemerintah dengan kewenangan yang dimiliki dapat
menjadi pengendali dari sumber-sumber untuk kesehatan melalui regulasi dan
kebijakan yang dibuat.65
64Ibid 65Widaningrum, Ambar, et.al, Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan Pelayanan Publik
: Kajian Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia “ Gava Media, Yogyakarta, 2009, hal 357
Pelayanan Publik bidang kesehatan merupakan salah
satu bidang terbesar Pelayanan Publik yang dilakukan Pemerintah setelah bidang
pendidikan. Hal ini disebabkan karena pelayanan kesehatan merupakan jenis
pelayanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pengguna jasa layanan
kesehatan. Setiap orang pasti membutuhkan pelayanan kesehatan dalam
hidupnya, untuk itu Pemerintah sesuai dengan amanah UUD 1945 wajib
menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.Akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tersebut juga harus
Universitas Sumatera Utara
dipermudah, sehingga masyarakat mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan
yang diberikan.
Di Indonesia, pelayanan publik bidang kesehatan sesungguhnya telah
dimulai sejak masa penjajahan hingga masa pasca reformasi saat ini. Kinerja
Pelayanan Publik bidang kesehatan juga terus mengalami perubahan dan
peningkatan dari waktu ke waktu beriringan dengan beralihnya kekuasaan
Pemerintah an. Mengkategorikan sektor kesehatan sebagai sektor unik karena
kinerjanya tidak bisa diukur secara ekonomis karena sangat sarat dengan aspek
sosial kemanusiaan, sektor kesehatan masih memerlukan peran Pemerintah
karena sifat barang dan jasanya sebagai social goods.
Pelaksanaan pelayanan publik pemerintah membentuk Organisasi
Penyelenggara.Penyelenggara adalah setiap institusi Penyelenggara Negara,
Korporasi, Lembaga Independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
untuk kegiatan Pelayanan Publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan Pelayanan Publik. Penyelenggara dan seluruh bagian
organisasi Penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran,
dan kegagalan Penyelenggara an pelayanan.66
66 http://www.kompasiana.com/tenderwatch/pelayanan-publik-menurut-uu-no-25-tahun-2009_54ffd0b5a333118f6850fa7b, diakses tanggal 10 Juni 2017.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN
TERHADAP PASIEN BPJS KESEHATAN
C. Pelayanan Kesehatan Yang Diberikan Puskesmas Tanah Tinggi Kota
Binjai
Secara geografis, Kota Binjai berada pada 3 31’ 40’’ – 3 40’ 2’’ Lintang
Utara dan 98 27’ 3’’ – 98 32’ 32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m di atas
permukaan laut. 2. Wilayah Kota Binjai seluas 90, 23 km dikelilingi oleh
Kabupaten Deli Serdang. Batas area di sebelah Utara adalah Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, di
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, di
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dan
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dan di sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.67
Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi di Jalan Cut Nyak Dien Kecamatan
Binjai Timur. Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat Pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruuh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
68
67
Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap warga
Negara yang harus dipenuhi dalam Pembangunan kesehatan. Hal tersebut harus
http://perumahan.pu.go.id/apps/sibaru2016/client/uploads/1473324134_Kota-Binjai-Dalam-Angka-2016.pdf,diakses tanggal 9 Juni 2017.
68 Azrul Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta, Binapura Aksara, 2010, hal 125
Universitas Sumatera Utara
dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan mendukung Pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan.Fungsi Puskesmas sebagai pemberi
pelayanan kesehatan lini pertama di masyarakat khususnya kepada masyarakat
sudah dilaksanakan oleh Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai.
Puskesmas sebagai unit terdepan pelaksana kesehatan yang paling dekat
dengan masyarakat karena wilayah kerja yang hanya mencakup satu
kecamatan.Dalam menjalankan tugasnya puskesmas harus memiliki tujuan dan
fungsi yang jelas agar terciptanya kesehatan yang optimal di setiap
kecamatan.Tanpa fungsi dan tujuan yang jelas, Puskesmas tidak dapat
menciptakan kesehatan yang optimal di setiap kecamatan.
Fungsi puskesmas, meliputi :
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.69
Sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik yang ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah
melalui sistem perencanaan yang matang dan sesuai dengan fakta, tata laksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
69 Hatmoko.Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Samarinda, Universitas Mulawarman, 2006, hal 3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara jenis-jenis pelayanan di UPT Kesehatan
Puskesmas Tanah Tinggi, antara lain:70
1. Pelayanan Medis Rawat Jalan
a. Pelayanan Poli Umum/Opli Penyakit Dalam
b. Pelayanan Poli Gigi
c. Pelayanan Poli KIA/KB/Obgyn
d. Pelayanan Poli MTBS/Anak
2. Pelayanan Medis Rawat Inap
a. Unit Gawat Darurat (UGD) 24 Jam
b. Pelayanan Rawat Inap
3. Pelayanan Penunjang Medis
a. Loket Pendaftaran
b. Laboratorium
c. Pelayanan obat
d. Konseling gizi
4. Penyelenggara an Program Kesehatan
a. Program Pokok/Wajib
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Upaya Kesehatan Lingkungan
3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5) Upaya Pengobatan
70Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
b. Program pengembangan/inovatif
1) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
2) Upaya kesehatan jiwa
3) Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi
4) Perawatan Kesehatan Masyarakat
5) Batra71
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai,
antara lain:
1. Mengacu kepada Permenkes No. 75 Tahun 2014
2. Adanya Standart Operating Procedure (SOP) yang dibuat sesuai dengan
jenis-jenis Palayanan
3. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan
4. Menerapkan standar pelayanan minimal
5. Memberikan pelayanan berjenjang secara transparan dan akuntabel yang mana
sesuai dengan standar pelayanan serta peraturan perundang-undangan.72
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai dalam memberikan pelayanan harus
berperilaku, antara lain :
1. Adil/tidak diskriminasi
2. Cermat
3. Santun dan Ramah
4. Professional
71 Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
72 Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
5. Tidak mempersulit
6. Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar
7. Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
Penyelenggaraan
8. Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan perUndang-Undangan
9. Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari bantuan
kepentingan
10. Tidak menyimpang dari prosedur
11. Tidak menyalahgunakan informasi jabatan dan kewenangan
12. Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana73
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sumber di Puskesmas Tanah
Tinggi Kota Binjai diketahui bahwa untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan
pasien biasanya diatur oleh peraturan-peraturan, pengumunan yang sifatnya
pemberitahuan sementara dan ditempelkan pada tempat-tempat umum.Pasien
dalam persoalan ini terposisikan menuju kepatuhan terhadap kewajiban, seperti
harus membayar untuk mendapatkan kartu berobat, membayar obat atau suntikan,
antri untuk menerima obat, cukup melaporkan riwayat penyakit.Petugas pelayanan
kesehatan merasa bahwa pelayanan yang mereka berikan sudah sesuai dengan
petunjuk teknis operasional yang berlaku.
Berdasarkan yang diperoleh peneliti dari beberapa sumber di Puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjau diketahui bahwa pelaksanaan di bidang pengembangan
73Ibid
Universitas Sumatera Utara
dan promosi kesehatan mempunyai tugas merencanakan melaksanakan pembinaan
dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program pengembangan sistem
informasi kesehatan, pengembangan sumber daya kesehatan dan manajemen data
kesehatan. Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan
masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan berbasis masyarakat74
Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang termasuk pelaksanaan program
jaminan mutu pelayanan kesehatan dasar antara lain adalah pelayanan imunisasi.
Upaya pemberian imunisasi diperluas program pengembangan imunisasi dalam
rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
Imunisasi (PD31) yaitu salah satu cara perlindungan terhadap penyakit Polio,
Defteri, TBC, Campak, Hipatitis B, Pertusis, dan Tetanus, Tuberculosis, yang
sangat banyak menimbulkan permasalahan dalam bidang kesehatan, menurut bidan
puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai.
75
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan
terus menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi: Imunisasi rutin
pada bayi, Imunisasi rutin pada wanita usia subur, Imunisasi rutin pada anak
sekolah. Pada kegiatan imunisasi rutin terdapat kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk melengkapi imunisasi rutin pada bayi dan wanita usia subur (WUS) seperti
kegiatan sweeping pada bayi dan kegiatan akselerasi Maternal Neonatal Tetanus
74Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
75Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
Elimination (MNTE) pada (WUS). Pelayanan imunisasi di dalam gedung
(komponen statis) dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit,
Rumah Bersalin dan Polindes. Pelayanan imunisasi rutin dapat juga
diselenggarakan oleh swasta seperti rumah sakit swasta, dokter praktik, bidan
praktik
Kegiatan pelayanan imunisasi di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai terdiri dari
kegiatan imunisasi rutin dan tambahan.Dengan semakin mantapnya unit pelayanan
imunisasi, maka proporsi kegiatan imunisasi tembahan semakin kecil. Vaksin yang
diberikan pada imunisasi rutin meliputi pada bayi : Hepatitis B, BCG, Polio, DPT
dan Campak; Pada Anak Sekolah ; DT, Campak dan TT; Pada WUS : TT
Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak Bentuk pelayanan kesehatan ibu dan anak
meliputi: pelayanan Antenatal (Pelayanan selama kehamilan). Pelayanan ini
dimulai dari Kontak Ibu Hamil (KI) sampai dengan K4, Imunisasi TT2.76
76Ibid
Bentuk
pelayanan dimaksud merupakan upaya untuk mewujudkan secara nyata kehamilan
ibu dan memastikan bahwa setiap ibu di Indonesia mendapatkan kesempatan untuk
melahirkan bayi dalam lingkungan yang aman dan sehat. Pelayanan di posyandu
terdapat jalur yang sangat erat antara petugas dengan pasien, pimpinan puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjai dalam hal ini menyatakan bahwa selain K1-K4 dikenal
juga dalam pelayanan selama kehamilan dengan istilah “5T” yaitu yang terdiri dari
: Timbangan berat badan dan ukuran tinggi badan, Ukuran tekanan darah,
Pemberian suntikan TT2, Ukuran tinggi pendek uterus, Pemberian tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Dalam
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
Pembangunan keluarga sejahtera disebutkan bahwa : “keluarga berencana adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peranserta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan, penganturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejateraan keluarga untuk mewujubkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera”. 77
1. Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan penderita TBC sedini mungkin,
serta meningkatkan cakupan.
Pelayanan perbaikan gizi pemberian makanan yang sebaikbaiknya harus
memperhatikan kemampuan tubuh seseorang mencerna makanan, unsur, jenis
kelamin, jenis aktifitas dan kondisi lain seperti sakit, hamil dan menyusui. Untuk
meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan Zat (karbohidrat, protein,
lemak, Vitamin dan mineral) dalam jumlah yang cukup disamping itu juga air dan
serat. Untuk peningkatan Gizi oleh tenaga medis yaitu dokter dan bidan diadakan
penyuluhan di posyandu dalam rangka menanggulangi masalah gizi ganda yakni
gizi kurang dan gizi lebih dengan cara membiasakan mengkonsumsi hidangan
sehari-hari dengan susunan zat gizi yang seimbang.
Pelayanan penanggulangan penyakit TBC Pelayanan yang diberikan yakni
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini
mungkin mencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit
dan strategi penanggulangan TBC adalah:
2. Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat
77Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
3. Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi.78
Penyuluhan kesehatan lingkungan/ masyarakat. Bentuk pelayanan kesehatan
dalam rangka kesehatan lingkungan, yaitu penyuluhan tentang kebersihan
lingkungan, penyedian air bersih, memeriksa sampel air bersih, memeriksa
pencermaran sarana air bersih, penyuluhan dan pembuatan jamban keluarga,
penyuluhan tentang sampah, pengawasan dan penyehatan tempat pengelolaan
makanan dan minuman, penyehatan tempat-tempat umum, pengawasan TP3
peptisida, dan pembinaan dan pengawasan industri kecil. Kegiatan ini dilakukan
dengan membentuk UKS di sekolah dari tingkat SD, SLTP dan SMU, di pondok
Pesantren, melalui ceramah pengajian, begitu juga keselamatan olah raga biasa
dilakukan dengan adanya kegiatan olah raga
Pelayanan Gigi dan Mulut Kesehatan gigi tercantum pada Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2009.Kesehatan gigi sebagai salah satu
kegiatan Penyelenggara an upaya kesehatan, bahkan terdapat bagian khusus
mengenai kesehatan gigi yang dicantumkan pada pasal-pasal Undang-Undang
tersebut. Di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai diketahui bahwa Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2009, kesehatan gigi dicantumkan pada
Pasal 48 sebagai salah satu dari kegiatan Penyelenggara an upaya kesehatan.
Kemudian dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2009
yang baru, pada Bab VI bagian kedua belas, seluruh bagian tersebut yang terdiri
atas 2 pasal yaitu Pasal 93 dan Pasal 94, khusus berisi tentang kesehatan gigi dan
mulut.
78Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
D. Kendala Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pada Pasien BPJS Kesehatan
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanankesehatan bagi masyarakat
karena cukup efektif membantu masyarakat dalammemberikan pertolongan
pertama dengan standar pelayanan kesehatan.Pelayanankesehatan yang dikenal
murah semestinyadijadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama
bagi masyarakat, namun kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih
pelayanan kesehatan pada dokter praktek.79
Pasien tidak dilayani dengan baik bahkan perawat/petugas puskesmas
mengaku telah kehabisan stok obat.Hal tersebut, tentu telah merusak citra
Puskesmassebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap
Kondisi ini didasari oleh persepsi awal
yang negatif dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, pasienberanggapan
bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya, artinya puskesmas tidak cukup
memadai dalammemberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat dari sarana
dan prasarananyamaupun dari tenaga medis atau anggaran yang digunakan untuk
menunjang kegiatannyasehari-hari,sehingga banyak sekali pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat itutidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
Seperti sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Tanah
Tinggi Kota Binjai, yangdikeluhkan pasien.Pasien selalu diperlakukan kurang baik
oleh para petugas medisyang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya
persediaan obat-obatan pada puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien
terpaksa membeli obat padaapotik.
79 Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
dapat membantudalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan
standar pelayanankesehatan.Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di
Puskesmas yang berkaitandengan penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan
dengan tugas promotif.80
Pelayanan di Puskesmas Tanah Tinggi, pasien mendaftar di bagian
pendaftaran dan mendapatkan nomor antrian sesuai dengan poli yang dituju,
kendalanya juga tidak ada karena prosedur sudah cukup jelas dan tertera pada alur
pelayanan di dekat bagian/poli masing-masing.
81
1. Sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan tupoksinya (tugas pokok dan
fungsinya)
Kendala pelayanan kesehatan pada puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai,
antara lain :
2. Sarana dan prasarana yang belum memadai
3. Anggaran yang tidak tepat sasaran82
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, masih mempunyai beberapa kendala, yaitu
1. Kekurangan tenaga medis.berdasarkan standar yang telah ditetapkan seorang
dokter gigi seharusnya dibantu oleh dua orang perawat gigi, tetapi dalam
kenyataan di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai hanya ada satu orang
perawat gigi,selain itu puskesmas Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai hanya
memiliki seorang analis padahal dibutuhkan tiga orang analis.
80Ibid 81 Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi
Binjai, tanggal 12 Juni 2017 82 Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
2. Persediaan obat yang belum memadai, dimanajumlah obat generik yang
tersedia belum mampu mencukupi kebutuhan yang ada, sedangkan persediaan
obat esensial telah melebihi dari jumlah yang dibutuhkan.
3. Dilihat dari segi fisik bangunan terlihat, belum memadai, di mana ruang rawat
inap hanya 2 kamar, akibatnya jika pasien BPJS Kesehatan mau rawat inap,
pihak puskemas menyarankan rawat jalan. Sarana dan prasarana pada ruangan
rawat inap juga tampak usang, berdebu dan kurang terawat.83
Pelayanan publik dibidang kesehatan khususnya pelayanan kesehatan di
puskesmas saat ini masih sering dikeluhkan oleh masyarakat, hal-hal yang sering
dipermasalahan oleh masyarakat antara lain :
1. Petugas tidak ramah
Petugas yang selalu marah marah begitu ada pasien, yang datang, administrasi
yang lama, petugas yang sering terlambat dan pulang cepat, selalu menjadi
keluhan masyarakat, yang menyebabkan masyarakat sering berobat ke klinik
atau dokter praktik, dengan biaya yang tidak terlalu mahal, namun hati pasien
bisa jauh lebih nyaman.
2. Obat yang ala kadarnya
Tak asing lagi jika masyarakat mengeluh masalah ini obat demam dikasi pil
dan tablet yang sama dengan obat gatal sisanya jika ingin obat yang lebih
bagus lagi, masyarakat harus membeli di apotek.
83 Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
3. Dokter sering tidak ada ditempat
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai masih sering ditemui jika, pasien
berobat dokter sering tidak ditempat, sehingga pasien memilih klinik atau
balai kesehatan umum lainnya.84
1. Masih ada pasien yang tidak taat membayar iuran premi.
Kendala lain yang ditemuiPelayanan Kesehatan pada Puskesmas Tanah
Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik pada Pasien BPJS Kesehatan, yaitu
Masih ditemuinya pasien BPJS Kesehatan belum membayaran iuran premi
yang telah diwajibkan kepadanya sehingga pihak puskesmas tidak dapat
memproses pasien tersebut.
2. Keterlambatan dalam penanganan pasien terhadap pengguna BPJS Kesehatan
Keterlambatan dalam menangani pasien peserta BPJS Kesehatan dapat
dihindari jika pasien pemegang kartu BPJS Kesehatan rutin membayar premi
ke Bank, sehingga jika suatu saat digunakan, maka tidak akan ada
keterlambatan penanganan pasien. 85
Perilaku aparatur kesehatan dalam memberikan pelayanan agar lebih dekat
dengan masyarakat dilakukan dengan cara melihat intensitas kedatangan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dan dengan lokasi yang mudah
dijangkau, memadai, tempat sehingga rasa nyaman dapat diterima pengguna
pelayanan. Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai pengguna pelayanan sudah
84 Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017
85Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
sangat banyak dan terlihat masih harus menyediakan tempat yang memadai untuk
mendukung pekerjaan dalam pemberian pelayanan.
Kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjai dalam berkomunikasi dan penampilan yang baik masih
dirasakan sangat rendah, penyampaian serta pemberian penjelasan pelayanan
kepada masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan.Sikap aparatur dalam
memberikan pelayanan terkadang tidak memerdulikan kebutuhan dan keinginan
masyarakat sebagai pengguna layanan.Sikap aparatur menjadi perhatian dalam
pemberian pelayanan, setidaknya ada acuan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.Selain sikap dari aparatur juga memerhatikan perkembangan
teknologi ada pada masa ini, perlu pemanfaatan teknologi yang dalam mendukung
pelayanan kesehatan di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai.Belum seluruhnya
menggunakan dan memanfaatkan teknologi yang ada.Pelayanan masih bersifat
konvesional dan masih sangat sederhana dengan melihat pemahaman
masyarakat.Dirasakan sementara ini penggunaan teknologi berimplikasi pada
biaya yang cukup tinggi sehingga dirasa masih kurang tepat untuk saat
ini.Perasaan nyaman juga dirasakan masyarakat ketika puskesmas dapat mudah
diakses dari tempat tinggal dan tersedianya fasilitas sarana transportasi.86
Selain aksebilitas, dukungan kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan
untuk pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat di unit pelayanan kesehatan cukup
memadai.Sayangnya, tidak diikuti penyediaan sarana pendukung dan penunjang
lainnya, seperti ruang tunggu dan tempat parkir yang dapat menambah rasa
86Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
nyaman dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ruang
pelayanan mudah ditemui pengguna pelayanan yang berkunjung dan
memanfaatkan pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas Tanah Tinggi Kota
Binjai yang disediakan Pemerintah KotaBinjai.
Dukungan pemberian pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan oleh
unit pelayanan kesehatan dalam memberikan informasi kepada penggua
pelayanan sudah memiliki papan informasi yang membantu menjelaskan kepada
masyarakat dalam mendapatkan dan menerima pelayanan yang akan diberikan
kepada masyarakat. Terdapat jugaperbedaan pemberian pelayanan juga dirasakan
oleh masyarakat, dengan melihat perbedaan tersebut antara masyarakat yang
memiliki kemampuan menegah ke atas dengan masyarakat menegah ke bawah,
dapat tidak terjadi apabila aparatur tersebut memiliki komitmen dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Tidak kalah pentingnya,
dalam pemberian pelayanan dibutuhkan keandalan, ketepatan waktu dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga mendorong masyarakat
untuk tetap datang mendapatkan pelayanan kesehatan yang masksimal oleh
aparatur pelayanan di unit pelayanan kesehatan.Kedisiplinan aparatur fungsional
yang merupakan tulang punggung pelaksana pelayanan di setiap unit pelayanan,
kehadiran dokter ataupun fungsional lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan
kepada masyarakat.Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan
di unit pelayanan kesehatan dalam menerima pelayanan.87
87Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
Ketepatan waktu dalam pemberian pelayanan masih sangat rendah dan hal
itu benar-benar sangat dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan.
Lingkungan pada unit pelayanan harus dibangun secara bersama-sama dalam
mencapai tujuan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat, lingkungan
organisasi unit pelayanan kesehatan memiliki orientasi yang jelas dalam
pemenuhan pelayanan, terkadang kepentingan individu menjadi penghalang
pemberian pelayanan, dimana ada alasan yang sangat klasik yang sering
diungkapkan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Komitmen aparatur
pelayanan baik tenaga administrasi dan fungsional menitikberatkan kepada
pemberian pelayanan secara optimal kepada masyarakat.Adanya peraturan yang
memberikan izin kepada tenaga fungsional medis yang dapat memberikan
pelayanan secara pribadi atau individual dan mandiri menjadikan pelayanan yang
di berikan pada unit pelayanan kesehatan tidak maksimal dan terkesan setengah
hati, pada akhirnya masyarakat sebagai pengguna menjadi korban dalam
menerima pelayanan yang kurang baik.88
Kemampuan aparatur dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
masih jauh dari harapan, jika ditanyakan kepada dinas kesehatan tentang SOP
pelayanan puskesmas sudah ditetapkan dan dimiliki setiap unit pelayanan sayang
belum dirasakan oleh masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Sehingga perlunya
ada evaluasi terkait SOP terebut dan pelaksanaan kerja yang dilakukan guna
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Pelayanan juga memastikan
pengguna atau konsumen mendapatkan jaminan atas kepastian pelayanan yang
88Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
diberikan, dengan melihat kompetensi apratur dalam memberikan pelayanan pada
unit pelayanan kesehatan.Diharapkan yang menjadi harapan masyarakat dalam
menggunakan pelayanan tersebut dapat dipenuhi secara baik.Kompetensi yang
meliputi kemampuan, Perilaku dan pengetahuan masih sangat rendah diterapkan
dalam pelayanan kepada masyarakat.
Kompetensi yang ada tersebut belum menjadi acuan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, membuat jaminan terhadap pemberian pelayanan
kesehatan yang baik di unit pelayanan tesebut masih rendah.Perilaku inovatif
tidak begitu terlihat dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
pelayanan kesehatan memilik tahapan-tahapan yang jelas sehingga waktu pun
sudah dapat dihitung.Pekerjaan tidak memberikan ruang dalam memberikan
kreatifitas pemberian pelayanan kepada masyarakat di daerah untuk itu perlu kerja
yang cekatan dan teliti dalam menjadikan pekerjaan itu bisa menjadi lebih Efisien
dan efektif, sehingga dapat mendukung dan memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat.Memang masih terdapat beberapa kendala dalam mendukung
Pelayanan Publikyang terdapat di Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tempat
yang belum representatif dan nyaman yang digunakan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat, dimana masih terdapat beberapa ruang dan kondisi
unit pelayanan kesehatan yang masih perlu penambahan sehingga nantinya
mendukung pemberian pelayanan kepada masyarakat.89
Komunikasi sangat terbuka di dalam unit pelayanan kesehatan pada
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai.Kesempatan dan peluang yang sebesar-
89Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara
besarnya dalam membentuk iklim organisasi mendorong keterbukaan antara
masing-masing aparatur yang melaksanakan tugas pada unit pelayanan kesehatan.
Kesempatan untuk dapat memperoleh pelayanan yang baik juga dilakukan melalui
penyampaian keluahan kepada Bapak WaliKota melalui short massages
services(SMS) dalam menyampaikan keluhan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh aparatur pelaksana kesehatan pada unit pelayanan kesehatan kepada
pengguna pelayanan.90
90Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Terkadang pelaksanaan pekerjaan yang terjadi di unit pelayanan kesehatan
membuat tidak tampaknya garis pemisah antara jenjang struktural serta fungsional
aparatur pelayanan kesehatan tersebut.Kondisi ini membuat pelayanan di unit
pelayanan kesehatan hanya sekedarnya saja, ego antara tenaga fungsional medis
dan tenaga struktural membuat kepemimpinan di unit pelayanan kesehatan
menjadi lemah.Kepala unit pelayanan tidak memiliki kemampuan atau perangkat
yang mendukung untuk menindak aparatur fungsional yang melakukan kesalahan
dalam pemberian pelayanan, baik itu dokter atau bidan yang menerima pelayanan
di klinik sendiri pada jam-jam kerja Puskesmas dan berpontensial konflik antar
aparatur fungsional dengan pimpinan pada unit pelayanan kesehatan. Pelayanan
yang dilakukan pada unit pelayanan kesehatan juga tentunya memiliki
pesaingpesaing dari pihak non Pemerintah .Seringkali pemberian pelayanan yang
dilakukan di unit pelayanan kesehatan berlanjut kepada klinik independen yang
dimiliki oleh aparatur kesehatan yang bekerja di unit pelayanan kesehatan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
E. Upaya mengatasi Kendala dalam Pelayanan Kesehatan terhadap Pasien pada Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Upaya mengatasi kendala dalam pelayanan kesehatan pada puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjai, yaitu
1. Untuk SDM membuat pengajuan ke Dinas Kesehatan untuk penambahan
tenaga
2. Untuk sarana dan prasarana membuat permohonan ke Dinas Kesehatan untuk
Pengadaan.91
Upaya lain yang dilakukan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai dalam
mengatasi kendala pelayanan kesehatan apabila pasien tidak dapat dirawat karena
terbatasnya peralatan medis di pukesmas pihak puskesmas menggunakan rujukan
ke Rumah Sakit terdekat. Kemudian mengadakan sistem shift untuk petugas-
petugas kesehatan sehingga tidak ada kekosongan petugas dalam praktek pelayanan
kesehatan tersebut.
92
1. Paradigma masyarakat
Upaya lain selain di atas untuk mengatasi kendala dalam pelayanan
kesehatan pada puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, yaitu
Puskesmas pada dasarnya memiliki lebih banyak tugas untuk melakukan
preventif (pencegahan) daripada kuratif (pengobatan), ini lah yang harus segera
dibenahi dan dilakukan upaya-upaya promotif oleh tenaga puskesmas, jika
masyarakat tidak mau menggunakan puskesmas sebagai sarana peningkatan
91Ibid 92Ibid
Universitas Sumatera Utara
derajat kesehatan ’petugas puskesmaslah yang harusnya menjemput bola’, datang
kepada masyarakat.
2. Peningkatan SDM tenaga puskesmas
Harus diperbaiki adalah bagaimana melayani masyarakat dan memberikan
yang terbaik bagi masyarakat karena para tenaga kesehatan yang berada di
puskesmas adalah abdi Negara yang tugasnya mengabdikan diri kepada
masyarakat juga paling tidak petugas harus belajar ramah.
3. Penyediaan obat dan dokter
Meskipun sebagian besar tugas puskesmas adalah pencegahan, namun
sebagian besar masyarakat masih menggunakan puskesmas sebagai tempat
berobat bukan hanya karena biayanya yang murah, namun juga karena puskesmas
merupakan pelayanan kesehatan pratama yang langsung menjangkau masyarakat,
oleh karenanya, keberadaan dokter dan obat yang berkualitas sangat penting di
puskesmas.
4. Petugas puskesmas harus terjun ke masyarakat
Petugas puskesmas harus terjun, mengawasi, melihat dan memperbaiki
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.jadi petugas tidak hanya berada dalam
kantor puskesmasnya saja. ada baiknya jika petugas yang menjemput bola. 93
93Ibid
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, yaitu Pasien datang ke puskesmas, selanjutnya
mengambil nomor urut di loket pendaftaran, kemudian unit pelayanan
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan konseling gigi, apabila pasien
menggunakan kartu BPJS kesehatan, pasien mendaftar, apabila pasien umum
pasien harus membayar ke kasir, pasien rawat jalan dan rawat inap, setelah itu
pasien diperbolehkan pulang oleh tenaga medis
2. Implementasi Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Terhadap Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien, memberikan pelayanan yang
tepat waktu, prosedur, dan biaya yang jelas sesuai dengan standar pelayanan
dan ketentuan peraturan perUndang-Undangan.
3. Kendala pelayanan kesehatan pada puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, antara
lain sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan tupoksinya (tugas pokok
dan fungsi). Sarana dan prasarana yang belum memadai. Anggaran yang tidak
tepat waktu. Upaya mengatasi kendala dalam pelayanan kesehatan pada
puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, yaitu untuk SDM membuat pengajuan ke
Universitas Sumatera Utara
Dinas Kesehatan untuk penambahan tenaga dan untuk sarana dan prasarana
membuat permohonan ke Dinas Kesehatan untuk pengadaan.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut
1. Hendaknya proses pengambilan keputusan/kebijakan ditentukan secara objektif
oleh analisis kebutuhan dalam pemecahan masalah Publik sehingga dapat
memberikan dampak yang baik terhadap implementasi kebijakan otonomi
daerah bidang kesehatan khususnya terhadap pasien.
2. Penegakan hukum dan pemberian sanksi yang tegas bagi aparatur (petugas
Pelayanan Publik) yang melakukan pelanggaran administratif maupun
pelanggaran hukum. Dengan demikian instrumen hukum Pelayanan Publik ini
mampu dilaksanakan sehingga kepastian hukum dalam arti jaminan dan
perlindungan secara yuridis terhadap hak dan kewajiban masyarakat dalam
memperoleh Pelayanan Publik yang berkualitas.
3. Keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber daya
yang memadai, menamba anggaran kesehatan dalam hal ini diharapkan
Pemerintah Kota Binjai dapat menambah tenaga medis untuk ditempatkan di
puskesmas-puskesmas yang ada.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Buku Achmad, Badu. 2012. Manajemen pelayanan publik. Makassar, Andi Offset. Ali, Achmad, 2011Menguak Tabir Hukum, Bogor, Ghalia Indonesia. Asshiddiqie, Jimly. 2014. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta, Rajawali
Pers. Azwar.Azrul.2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta, Binapura Aksara. C.S.T. Kansil, 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia. Jilid
I, Jakarta, Balai Pustaka. Friedman, Lawrence M. . 2001. American Law Introduction, Jakarta,Tatanusa. Hadjon, Philipus M. et.al., 2011. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
Yogyakarta, Gajah Mada University Press. H.A.S, Moenir, 2001.Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta, Bumi
Aksara. HR, Ridwan, 2013. Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2013. Hatmoko. 2006. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Samarinda,
Universitas Mulawarman. Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan konsep pelayanan publik serta implementasinya.
Bandung, Mandar Maju. Ismail. 2011. Manajemen Publik. Malang, Kencana Prenada Media Group Juliantara, Dadang. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam
Pelayan Publik, Yogyakarta, Pembaruan,2005. Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta,
Pembaruan. Kurniawan, J. Luthfi dan Mokhammad Najib. 2008. Paradigma Kebijakan
Pelayanan Publik. Malang, In.Trans. Lewis, Carol W. & Stuart C. Gilman. 2005. The Ethics Challenge in Public
Service: A Problem-Solving Guide. Market Street, San Fransisco: JosseyBass.
Universitas Sumatera Utara
Mustopadidjaja. 2003. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta, Lembaga Administrasi Negara.
Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Satisfaction.
Bandung, Alumni Pohan.Imbalo. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta, EGC. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005.Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar. Rewansyah, Aswawi. 2009. Standar Pelayanan Publik: Langkah-langkah
Penyusunan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Jakarta, LAN. Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat.2010. Hukum Aministrasi Neagara
dan Kebijakan Publik, Bandung, Nuansa Cendekia. Sadjijono, 2008.Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi,
Yogyakarta, LaksBang. Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik. Bandung; Refika Adiatma. Sinambela, Lijan Poltak dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta, Bumi
Aksara, Soekamto, Soerjono dan Sri Mamudji,2013. Penelitian Hukum Normatif suatu
Tinjauan Singkat Jakarta, Raja Grafindo Persada. Sula, Muhammad Syakir. 2004. “Asuransi Syariah (Life and General): Konsep
dan Sistem Operasional” Jakarta, Gema Insani Press. Sunggono, Bambang. 2012. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo
Persada. Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perijinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Sinar
Grafika. Jakarta. Ta’adi. Ns. Hukum Kesehatan (Sanksi dan Motivasi bagi Perawat). Jakarta, EGC,
2012. Trisnantoro, Laksono. 2005. Desentralisasi Kesehatan di Indonesia dan
Perubahan Fungsi Pemerintah 2001-2003: Apakah Merupakan Periode Uji Coba?, Yogyakarta Gadjah Mada University Press.
Universitas Sumatera Utara
Thamrin, Husni Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, Yogyakarta, Aswaja Presindo, 2013.
Widaningrum, Ambar, et.al, 2009. Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan
Pelayanan Publik : Kajian Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia “ Gava Media, Yogyakarta.
W, Riawan,dkk. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemda dalam Pelayanan Publik. Yogyakarta, Pembaruan.
Widodo. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya, Insan Cedekia. 2001.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang Nomor.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Peraturan BPJS kesehatan nomor 1 tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan
Jurnal/Makalah/Artikel
Andreas G. Ch. Tampi. Dampak Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Terhadap Masyarakat Di Kelurahan Tingkulu.e-journal “Acta Diurna” Volume V. No.1. Tahun 2016.
Apri S. Damanik. Eksistensi Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Dan
Kesehatan Di Kabupaten Simalungun Pasca Perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun Dari Pematang Siantar Ke Pematang Raya.Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Bunga Agustina. Kewenangan Pemerintah Dalam Perlindungan Hukum
Pelayanan Kesehatan Tradisional Ditinjau dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan.Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 32, No. 1, Februari 2015.
Ika Widiastuti., Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan Di Jawa Barat, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 4 Nomor 1 JanuariJuli 2017.
Stefany B. Sandiata. Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit Pemerintah. Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013.
Website http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien, diakses 10 Oktober 2017 http://www.kompasiana.com/tenderwatch/pelayanan-publik-menurut-uu-no-25-
tahun-2009_54ffd0b5a333118f6850fa7b, diakses tanggal 10 Juni 2017. http://perumahan.pu.go.id/apps/sibaru2016/client/uploads/1473324134_Kota-
Binjai-Dalam-Angka-2016.pdf,diakses tanggal 9 Juni 2017. http://www.bpjs-kesehatan.net/2016/01/prosedur-untuk-mendapatkan-
pelayanan.html, diakses tanggal 1 Oktober 2017 http://wahyudianto-eko.blogspot.co.id/2011/01/teori-kebijakan-dalam-
kesehatan.html, diakses tanggal 10 Juni 2017. Wawancara Hasil wawancara dengan Rahmad Surya Sembiring, Tokoh Masyarakat Tanah
Tinggi Binjai, tanggal 12 Juni 2017 Hasil wawancara dengan Dr. Faridah Ernawaty br. Tarigan, selaku Kepala
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai, tanggal 5 Juni 2017
Universitas Sumatera Utara