Prosedur Penegakkan Diagnosa Bidang Prostodonsia.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Prosedur Penegakkan Diagnosa Bidang ProstodonsiaDalam bidang prostodontik, yang dimaksud dengan diagnosis adalah proses yang dilakukan untuk mengenali terdapatnya keadaan tidak wajar atau alamiah. Meneliti adanya abnormalitas, serta menetapkan penyebabnya. Suatu evaluasi dapatdibuat dari data diagnostic yang diperoleh melalui anamnesis pada saat pemeriksaan mulut pasien. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991)A. Anamnesis Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic atau dental. Ditinjau dari cara penyampaian berita, anamnesis ada dua macam: a. Auto Anamnesis: serita mengenai keadaan penyakit yang disampaikan sendiri oleh pasien. b. Allo Anamnesis: cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan memalui bantuan orang lain. Umpamanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:106) Hal - hal yang ditanyakan saat Anamnesis: a. Nama Penderita Untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya, mengetahui asal suku atau rasnya. Karena tiap ras berhubungan dengan penyusunan gigi depan. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107) b. Alamat Dengan mengetahui alamat, pasien dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Juga membantu kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107) c. Pekerjaan Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan sosial pasien, lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107) d. Jenis Kelamin Wanita umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibandingkan pria. Untuk pria membutuhkan protesa yang lebih kuat karena pria menunjukkan kekuatan mastikasi yang besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman. Selain itu, bentuk gigi wanita cenderung banyak lengkungan/bulatannya dibanding pria yang kesannya lebih kasar dan persegi. Pasien wanita menopause juga harus diperhatikan karena pada periode ini, mulut pasien terasa kering dan terbakar. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107) e. Usia Proses penuaan mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi, dan panjang mahkota klinis. Usia tua juga dijumpai penyakit komplikasi seperti hipertensi, jantung, dan diabetes mellitus. Selain itu, kemampuan adaptasi dan retensi jaringan periodontal usia tua terhadap gigi tiruan mulai berkurang. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108) f. Pencabutan Terakhir Gigi Untuk mengetahui apakah gigi itu dicabut atau tanggal sendiri. Lama antara pencabutan terakhir dengan pembuatan protesa sangat berpengaruh karena pembentukan kembali jaringan bekas ekstraksi membutuhkan waktu 4-5 bulan dan resorbsi tulang alveolar pada edentulus residual paling stabil setelah 10-12 bulan. Pada saat ini residual ridge umumnya sudah stabil untuk dipasang protesa. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108)g. Pengalaman Memakai Gigi tiruan Pasien yang pernah memakai protesa sudah pengalaman, sehingga adaptasi terhadap protesa baru mudah dan berlangsung cepat. Sebaliknya bagi yang belum pernah memakai protesa, proses adaptasi cukup sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108) h. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Kita tanyakan kepada pasien, apakah pasien mementingkan pemenuhan faktor estetik atau fungsional. Tetapi, konstruksi biasanya sesuai kebutuhan pasien. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:109)i. Keterangan lain (contoh: Penderita bruksism berat dimana geliginya sudah lemah dianjurkan memakai geligi tiruan pada malam hari juga, supaya ketegangan atau strain yang di terima oleh gigi yang masih ada dapat dikurangi). (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991)

B. Pemeriksaan status umum Riwayat penyakit umum yang pernah di derita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan seorang dokter/ lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang di minuk. Hal ini perlu diketahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental1. Diabetes Mellitus Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut. Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110). 2. Penyakit Kardiovaskular Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk., 1991 : 110)3. Tuberkulosis dan AnemiaPada penderita ini menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar. Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp) (Gunadi, dkk., 1991 : 111).4. Depresi Mental Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk., 1991 : 111).C. Pemeriksaan status lokal I. Luar mulut (extra oral)a. Kepala Cara pemeriksaan kepala dilakukan dengan meminta penderita duduk tegak, kemudian dilihat dari arah belakang atas. Perhatikan bentuk kepala sampai batas Trichion. Dikenal macam-macam bentuk kepala, yaitu persegi (square), lonjong (oval), dan lancip (tapering). Kadang-kadang ditemukan pula kepala berbentuk omega dan lyra pada mereka yang pada saat kelahirannya mengalami kesukaran, misalnya karena penggunaan tang. Biasanya kepala sesuai dengan bentuk lengkung rahang atas serta bentuk gigi insisivus sentral dilihat dari arah permukaan labial. b. Muka Bentuk muka, Leon William menyatakan adanya hubungan antara bentuk muka dengan bentuk gigi insisivus sentral atas. Permukaaan labial gigi ini sesuai dengan bentuk muka dilihat dari depan, dalam arah terbalik. Gambaran geometris, yaitu persegi, lonjong, lancip, dan kombinasi antara ketiganya dapat digunakan sebagai langkah awal seleksi bentuk gigi bila dilihat dari aspek frontal. c. Profil Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagitl) merupakan indikasi hubungan rahang atas dan bawah. Dikenal tiga macam profil muka yaitu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung (concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat dari arah proksimal. d. Mata Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetri atau tidak. Selanjutnya, bila bola mata penderita dapat mengikuti gerakan sebuah instrument yang kita gerakkan ke segala arah, hal ini disebut movable in all direction. Bila hal ini tidak terlaksana, keadaan ini disebut unmovable in all direction.e. Hidung Dari pernapasan penderita yang diperiksa sesaat sebelum pencetakan rahang, dapat diketahui apakah ia bernafas melalui hidung (nose respiration) atau mulut (mouth respiration). f. Telinga Telinga diperiksa simetri atau tidak. Peranan telinga dalam proses pembuatan geligi tiruan: Untuk menentukan garis camper Untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Untuk menentukan garis yang di tarik dari tragus ke sudut mulut. Untuk menentukan Bidang Horisontal Frankfurt (FHP). g. Bibir Dalam hal ini dilihat simetrisitas bibir. Bentuk dan panjang bibir pasien sangat bervariasi. Beberapa orang bibirnya tebal, sedangkan yang lainnya tipis. Bibir tebal member kesan dukungan yang cukup meskipun gigi depannya sudah hilang. Pada penderita berbibir tipis, hilangnya gigi depan menyebabkan hlangnya dukungan terhadap bibir sehingga bibir kelihatan masuk. h. Kelenjar getah bening Yang diperiksa disini adalah kelenjar getah bening di sekitar rahang, yaitu kelenjar-kelenjar submandibularis/submaksillaris. Pemeriksaan kelenjar ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya peradangan di dalam mulut, yang ditandai dengan membesarnya kelenjar-kelenjar tadi. Peradangan dapat terjadi, antara lain bila ada sisa akar gigi yang tertinggal. i. Sendi rahang (Sendi temporo mandibula) Sendi rahang diperiksa untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang mulus (smooth), kasar (unsmooth), bunyi ketuk sendi (clicking) atau kretek sendi (crepitation)II. Dalam mulut (intra oral) 1) Keadaan umum Keadaan umum meliputi: a. Kebersihan mulut (oral hygiene) b. Mukosa mulut c. Frekuensi karies 2) Status gigi Pada tahap ini diteliti adanya gigi karies, bertambal, mahkota dan jembatan, migrasi, malposisi, ekstrusi, goyang, dsb.Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya kelainan, iritasi atau keadaan patologis pada jaringan mukosa rongga mulut. Sebagai rencana awal perawatan pendahuluan. Pemeriksaan yang di lakukan dapat membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari pada mukosa rongga mulut, atau menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut.

D. Foto Rongent Tujuan menggunakan foto rongent adalah untuk: 1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung tulang yang padat akan member dukungan yang baik 2. Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi. 3. Melihat kelainan bentuk pada, residual ridge, umpamanya bila terdapat suatu tonjolan pada prosesus alveolaris. 4. Melihat adanya sisa akar gigi 5. Memeriksa adanya kelainan periapikal

E. Oklusi Hubungan gigi gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau distoklusi. Hubungan gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada groove bukal gigi 6 bawah. Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal ( neutroklusi ) dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari tonjol gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah. Hubungan gigi - gigi depan dapat berupa : a) dalam arah horizontal : normal edge to edge atau cross bite b) dalam arah vertical : open bite, deep bite atau steep bite.

F. Vestibulum Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak. Vestibulum diukur dari dasar fornix hingga hingga puncak ridge. Cara pemeriksaan Diperiksa menggunakan kaca mulut (nomor 3). Pemeriksaan dilakuka pada regio posterior dan anterior terutama pada bagian yang tak bergigi, dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Sedangkan pada daerah yang masih ada giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi gingival. 1. Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah diameter 2. Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang dari setengah diameter kacamulut. Fungsi vestibulum :Untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih dalam lebih retentive daripada yang dangkal.

G. Bentuk Lengkung Susunan gigi pada tulang rahang membentuk sebuah lengkung yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tiap individu. Lengkung gigi adalag garis yang menghubungkan titik kontak antar gigi. Lengkung gigi didukung oleh setiap gigi yang terletak di dalam suatu basis tulang. Bentuk lengkung berdasarkan bagian anterior kurve dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu : ovoid, tepered, dan square. Ketiga bentuk lengkung memiliki kemiripan yang cukup tinggi sehingga sulit dibedakan. Untuk parameter yang digunakan untuk menentukan hal-hal apa saja yang mempengaruhi bentuk rahang yaitu interkaninus, intermolar, tinggi kaninus dan tinggi molar.

H. Frenulum Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ yang dapat bergerak, termasuk lidah. Frenulum labialis pada rahang atas dan bawah dan frenulum lingualis pada rahang bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge Cara Pemeriksaan :Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan f.labialis pada rahang atas/bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan mengganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas gigi tiruan.Letak perlekatan frenulum dapat digolongkan: Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge. Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge dan fornix. Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix. Fungsi : untuk retensi dan estetik. Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan.

I. Bentuk Ridge Ridge merupakan puncak tulang alveolar. Cara pemeriksaan :Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan palpasi ridge pada bagian edentulus. Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain : square : lebih menguntungkan daya retentifnya ovoid : lebih bagus untuk stabilisasi tapering : daya retentifnya jelek, tidak menguntungkan flat : tidak menguntungkan Fungsi :Bentuk ridge berhubungan dengan retensi dan stabilitas. Bentuk ridge square mempunyai retensi yang paling baik karena mempunyai luas penampang yang luas. Bentuk ridge ovoid mempunyai stabilitas yang baik. Bentuk ridge tapering, memerlukan relief agar dapat retentif . Bentuk ridge flat merupakan bentuk yang paling tidak menguntungkan terhadap retensi dan stabilitas. J. Bentuk Palatum Berfungsi untuk retensi dan stabilitas. Terdapat empat bentuk palatum, yaitu : Square: paling menguntungkan Ovoid : menguntungkan Tapering : tidak menguntungkan Flat : tidak menguntungkan K. Torus Palatina Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum. Fungsinya untuk stabilisasi gigi tiruan. Torus palatina ini digolongkan menjadi 2, yaitu torus yang besar dan yang kecil. Tonjolan yang mengalami kelainan kongenital biasanya permukaannya licin. Penonjolan yang mengalami kelainan ini bisa menjadi hambatan utama bagi kenyamanan pemakaian gigi tiruan.

L. Torus MandibulaCara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan dengan cara menekan daerah palatum menggunakan burnisher. Bila terasa ada daerah keras dan daerah tersebut berwarna putih bila ditekan maka terdapat torus mandibularis.

M. Tuber Maxilaris Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun dua sisi. Bentuk tuber maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi geligi tiruan didaerah undercut. Apabila hanya besar pada satu sisinya dapat diatasi dengan mencari arah pasangnya.

N. Eksostosis Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk membulat seperti tonus palatinus, torus mandibula serta tajam akibat pencabutan gigi bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan. Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat eksostosis dan mengganggu fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan pembedahan (alveolektomi) atau di relief. Fungsi diadakannya pemeriksaan ini untuk mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa sakit akibat pencabutan yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian gigi tiruan.

O. Rongga Retromylohyoid Merupakan perlekatan otot didaerah antara molar 2 dan molar 3 disebelah lingual. Daerah ini penting untuk penting untuk daerah retensi gigi tiruan. Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual didaerah gigi M2 dan M3 rahang bawah dengan kaca mulut. Kaca mulut yang terbenam lebih setengahnya menunnjukkan daerah retro yang dalam. Retro dangkal: kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya. Retro sedang : kaca mulut terbenam kira-kira setengahnya.

Sumber: .Gunadi, Haryanto A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I. Jakarta: Hipokrates