Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
994 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
PETROLOGI BATUAN VULKANIK PULAU BAWEAN, KABUPATEN
GRESIK, JAWA TIMUR
Agus Hendratno 1 , Farah Diba Khoir 1*
1 Jl. Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM
*Corresponding Author: [email protected]
ABSTRAK. Pulau Bawean atau Gunung Bawean merupakan salah satu satu gunungapi belakang
busur yang ada di bagian utara Pulau Jawa (Laut Jawa) yang termasuk sebagai gunungapi
Kuarter. Gunung Bawean terletak pada posisi geografis 5°43' sampai 5°52' LS dan 112°34' sampai
112°44' BT. Secara administraif, Gunung Bawean merupakan bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa
Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi. Lokasi penelitian berada di sekitar Pulau
Bawean, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Batuan vulkanik tersebut
masuk ke dalam Formasi Batuan Gunungapi Balibak. Penelitian dilakukan dengan pengamatan
lapangan dan pengambilan data dilakukan secara setempat-setempat (spot sampling). Data yang
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan petrografi dan ICP-AES-MS. Secara pengamatan
megaskopis di lapangan terdapat dua jenis yang dihasilkan berwarna abu-abu gelap dan abu-abu
kehijauan dengan tekstur afanitik dan porfiroafanitik. Secara petrografi, batuan memiliki tekstur
porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik. Batuan memiliki kandungan mineral nefelin
dan leusit yang mengindikasikan adanya nilai potasium yang tinggi. Pada batuan tidak dijumpai
adanya kuarsa sehingga dapat dikatakan bahwa batuan bersifat silica undersaturated. Data analisis
geokimia batuan menunjukkan nilai SiO2 yaitu 47,5-54,5% yang menunjukkan batuan bersifat
basa. Nama batuan yang ada yaitu trachy basalt, basaltic trachy andesite, phonolite, phono-tephrite,dan
tephri-phonolite. Secara geokimia, afinitas magma yaitu calc-alkaline dan seri magma pada batuan
yaitu high-K series dan shosonitic series.
Keyword : petrologi, pulau bawean, vulkanik, potasium tinggi
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pulau Bawean adalah salah satu pulau kecil yang terletak di utara Pulau Jawa.
Pulau ini memiliki banyak sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya
geologi. Pulau ini merupakan pulau vulkanik yang terbentuk sebagai hasil erupsi
gunung api dan didominasi oleh batuan vulkanik.
Secara geografis Pulau Bawean berada di 5°43' sampai 5°52' LS dan 112°34'
sampai 112°44' BT di laut Jawa 128 km di sebelah utara Paciran, Kabupaten Lamongan.
Secara administraif, Pulau Bawean merupakan bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa
Timur dengan luas daerah sekitar 200 kilometer persegi. Lokasi penelitian berada di
kawasan Pulau Bawean.
Penelitian mengenai batuan dan geologi Pulau Bawean masih sangat jarang
dijumpai, sehingga Pulau ini sangat menarik sebagai objek penelitian. Penelitian
mengenai petrologi batuan vulkanik Pulau Bawean dapat digunakan sebagai acuan
untuk mempelajari karakteristik batuan pada gunungapi belakang busur.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
995 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
2. Maksud dan Tujuan
Maksud : Untuk mempelajari batuan vulkanik Pulau Bawean dengan
menggunakan pendekatan petrografi dan geokimia.
Tujuan : Mengetahui karakteristik batuan vulkanik Pulau Bawean.
II. GEOLOGI REGIONAL
Secara regional, Gunung Bawean termasuk kedalam zona Cekungan Jawa Timur.
Menurut Usman (2012), Pulau Bawean terbentuk sebagai hasil dari aktifitas vulkanik
pada Busur Bawean yang memisahkan Cekungan Jawa Timur di bagian timur dan
Cekungan Pati di bagian barat. Gunung Bawean terdiri dari puncak-puncak kerucut
gunungapi. Bagian tengah Pulau Bawean terdapat danau vulkanik yaitu Danau Kastoba.
Menurut penelitian Aziz dkk. (1993), Secara stratigrafi berikut adalah formasi
penyusun Pulau Bawean dari yang tertua hingga yang termuda yaitu
1. Formasi Batugamping Gelam
Formasi ini merupakan formasi tertua yang tersusun atas batugamping terumbu,
batugamping klastika, dan setempat batugamping kristalin. Formasi ini berumur
Oligosen Akhir-Miosen Awal. Formasi ini setara dengan Formasi Kujung yang ada di
Cekungan Pati dan Cekungan Jawa Timur Utara.
2. Formasi Batupasir Kepongan
Formasi Batupasir Kepongan terendapkan secara tidak selaras diatas Formasi
Batugamping Gelam. Formasi ini tersusun atas batupasir kuarsa, sisipan
batulempung, dan gambut dengan umur Miosen Akhir-Pliosen Akhir. Pelamparan
dari formasi ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan formasi-formasi lainnya.
3. Formasi Batuan Gunungapi Balibak
Formasi Gunungapi Balibak merupakan formasi yang menumpang diatas batuan
yang lebih tua secara tidak selaras. Formasi ini tersusun material-material hasil
gunungapi, antara lain seperti perselingan lava, kubah tephrite, breksi gunung api,
dan tuff. Formasi ini berumur Pleistosen.
4. Aluvium
Endapan aluvium merupakan formasi termuda yang ada di Pulau Bawean. Endapan
tersusun dari endapan kerakal, kerikil, pasir, lumpur, dan lempung. Persebarannya
relatif di daerah pesisir pantai. Endapan ini berumur holosen.
Pembentukan Gunung Bawean diawali dengan adanya tektonik Pra-Paleogen.
Aktifitas magmatisme pada Busur Bawean dimulai dengan terbentuknya struktur graben
pada batuan dasar Pra-Paleogen yang menyebabkan terjadinya sobekan pada selubung
magma hingga memicu magma untuk naik ke permukaan. Magma yang naik ke
permukaan membentuk punggungan yang menjadi cikal bakal pembentukan Busur
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
996 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Bawean.
Menurut Setijadji dkk. (2006), Gunung Bawean merupakan salah satu produk dari
penunjaman lempeng samudra India-Australia pada batas selatan lempeng Eurasia.
Magmatisme Gunung Bawean termasuk dalam deretan gunungapi busur belakang yang
terjadi pada Miosen Atas-Kuarter. Lokasi magmatisme busur belakang di Pulau Jawa
yaitu di Gunung Muria-Gunung Lasem dan Gunung Bawean. Kedua lokasi memiliki
perbedaan kedalaman penunjaman, dimana Gunung Muria-Gunung Lasem memiliki
kedalaman penunjaman 320-350 km sedangkan Gunung Bawean memiliki kedalaman
penunjaman 600 km.
III. METODOLOGI
Lokasi penelitian berada di kawasan Pulau Bawean (Gambar 1). Penelitian
dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan antara lain : perumusan masalah,
persiapan, pengambilan data lapangan, pengolahan data, dan penyelesaian. Perumusan
masalah ditentukan dengan menimbang latar belakang yang ada. Persiapan dilakukan
dengan mengumpulkan data sekunder, dan mempelajari studi literatur. Selanjutnya,
dilakukan pengambilan data dengan metode spot sampling pada beberapa lokasi.
Data lapangan yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara petrografi
(pengamatan sayatan tipis batuan) dan geokimia (ICP-AES-MS). Analisis petrografi
dilakukan untuk mengetahui tekstur batuan, komposisi mineral batuan, dan
menentukan nama batuan. Sedangkan analisis geokimia dilakukan untuk mengetahui
karakteristik, kandungan, kelimpahan unsur pada batuan secara geokimia untuk
menentukan seri magma, afinitas magma, dan nama batuan.
Selanjutnya, dilakukan penarikan kesimpulan serta penyusunan hasil penelitian.
IV. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan mengambil 8 sampel batuan vulkanik secara spot
sampling (Gambar 2). Batuan yang dijadikan sebagai sampel adalah batuan dengan
keadaan yang segar di lapangan. Sampel batuan berwarna abu-abu kehitaman dan abu-
abu kehijauan dengan tekstur batuan porfiroafanitik sampai afanitik. Singkapan FD 02
dijumpai memiliki struktur berupa kekar lembaran (Gambar 3). Sedangkan singkapan
lainnya dijumpai dalam keadaan masif dengan struktur kekar batuan yang cukup intens.
Secara petrografi, sampel FD01 sampai FD08 memiliki tekstur batuan porfiritik,
glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik dengan komposisi mineral yang bervariasi
mulai dari plagioklas, ortoklas, klinopiroksen, olivin, hornblende, leusit, nefelin, mineral
opak, dan gelasan.
Pada sampel FD01 memiliki komposisi mineral olivin 1,6%; klinopiroksen 18%;
gelasan 15,2%; nefelin 1,6%; mikrolit plagioklas 6,8%; mineral opak 1,2%; hornblende
1,6%; ortoklas 44%, dan vug 10%. Sampel FD02 memiliki komposisi batuan
klinopiroksen 13,6%; gelasan 21,2%; nefelin 4,8%; mikrolit plagioklas 1,6%; mineral opak
2,4%; hornblende 10,8%; dan ortoklas 45,6% . Sampel FD03 memiliki komposisi mineral
klinopiroksen 16,35%; gelasan 15,99%; leusit 8,72%; mikrolit plagiokals 52,82%; mineral
opak 0,76%; hornblende 5,36%. Sampel FD04 memiliki komposisi mineral klinopiroksen
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
997 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
7,7%; gelasan 17,5%; leusit 1,1%; nefelin 3,9%; mikrolit plagioklas 0,2%; mineral opak
0,3%; hornblende 4,8%; dan ortoklas 64,5%. Sampel FD05 memiliki komposisi mineral
olivin 3,2%; klinopiroksen 31,6%, gelasan 25,6%; mikrolit plagioklas 0,8%; mineral opak
2%; hornblende 4,4%; dan ortoklas 32,4%. Sampel FD06 memiliki komposisi olivin 3,2%;
klinopiroksen 16%; gelasan 9,8%; nefelin 4,8%; mikrolit plagioklas 28%; mineral opak
1,2%; hornblende 18%; dan ortoklas 19%. Sampel FD07 memiliki komposisi mineral
klinopiroksen 40%; gelasan 10,8%; leusit 5,6%; mikrolit plagioklas 26%; ortoklas 10%;
mineral opak 1,2%; dan hornblende 6,4%. Sampel FD08 memiliki komposisi mineral
plagioklas 5,84%; klinopiroksen 35,28%; gelasan 11,12%; leusit 9,68%; mikrolit plagioklas
32,72%; mineral opak 1,04%; dan hornblende 4,32% (Tabel 1).
Sedangkan pada analisis geokimia diperoleh hasil dari oksida unsur serta unsur
jejak seperti pada (Tabel 2) dimana memiliki presentase komposisi yang bervariasi.
V. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah dianalisis diketahui bahwa batuan vulkanik
Pulau Bawean memiliki tekstur porfiroafanitik sampai afanitik yang
menunjukkan bahwa batuan mengalami pendinginan secara cepat sehingga
mineral-mineral yang terbentuk berukuran relatif kecil. Pendinginan yang cepat
mengindikasikan bahwa batuan mendingin pada permukaan bumi sebagai
batuan vulkanik.
Selain itu, dari analisis petrografi batuan diketahui bahwa batuan memiliki
tekstur porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik, dan pilotasitik. Tekstur porfiritik
ditunjukkan dengan fenokris yang tertanam pada masa dasar yang halus
mengindikasikan bahwa batuan mengalami dua tahap pendinginan yaitu
pendinginan secara lambat yang terjadi pada dapur magma sehingga
membentuk fenokris dan pendinginan secara cepat yang terjadi di dekat
permukaan bumi sehingga membentuk masa dasar. Tekstur batuan
glomeroporfiritik ditunjukkan dengan adanya akumulasi fenokris sebagai
indikasi adanya tegangan permukaan dari magma yang menyebabkan fenokris
berkumpul menjadi 1 kluster. Selain itu juga terdapat tekstur trakitik yang
menujukkan adanya orientasi massa dasar pada batuan sebagai indikasi dari
adanya proses aliran pada lava. Sedangkan teksur pilotasitik tidak menunjukkan
arah orientasi aliran dan mikrolit pada batuan tersusun secara acak.
Pada pengamatan petrografi menunjukkan adanya mineral nefelin dan
leusit pada batuan yang mengindikasikan adanya nilai potasium yang tinggi. Hal
ini terkonfirmasi pada data geokimia (Tabel 2). Pada batuan tidak dijumpai
adanya kuarsa sehingga dapat dikatakan bahwa batuan bersifat silica
undersaturated.
Data analisis geokimia batuan menunjukkan nilai SiO2 yaitu 47,5-54,5%
yang menunjukkan batuan bersifat basa. Selain itu analisis data geokimia
perbandingan nilai wt% SiO2 dengan Na2O+K2O menggunakan diagram TAS
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
998 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
(Total Alkali Silika) menunjukkan nama batuan yang ada yaitu trachy basalt,
basaltic trachy andesite, phonolite, phono-tephrite,dan tephri-phonolite (Gambar 4).
Berdasarkan data geokimia yang diplotkan dalam diagram AFM (A =
alkali, Na2O + K2O, F = FeO + Fe2O3, M = MgO) diketahui bahwa afinitas magma
yaitu calc-alkaline (Gambar 5). Selain itu juga diketahui bahwa seri magma pada
batuan yaitu high-K series dan shosonitic series berdasarkan plot data geokimia
pada diagram K2O vs SiO2 (Gambar 6).
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
batuan vukanik Pulau Bawean memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Memiliki kenampakan megaskopis berwarna abu-abu kehitaman dan abu-abu
kehijauan, bertekstur porfiroafanitik sampai afanitik, beberapa menunjukkan
struktur kekar lembaran dan beberapa memiliki struktur masif dengan kekar-kekar
batuan.
2. Memiliki kenampakan mikroskopis bertekstur porfiritik, glomeroporfiritik, trakitik,
dan pilotasitik dengan komposisi mineral yang bervariasi mulai dari plagioklas,
ortoklas, klinopiroksen, olivin, hornblende, leusit, nefelin, mineral opak, dan gelasan.
3. Memiliki karakteristik geokimia yaitu bersifat silica undersaturated, afanitas magma
calc-alkaline, dan seri magma high-K series dan shosonitic series.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, S., Hardjoprawiro, S., dan Mangga, S. Andi. 1993. Peta Geologi Lembar Bawean dan Masalembo,
Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Best, M.G. 2003. Igneous and Metamorphic Petrology. Australia : Blackwell Science Ltd.
Bronto, S. 2010. Geologi Gunungapi Purba: Publikasi Khusus. Bandung: Badan Geologi.
Irvine, T.N. dan Baragar, W.R.A. 1971. A guide to the chemical classification of the common
volcanic rocks: Canadian Journal of Earth Sciences, v.8. pg. 523-548.
Le Maitre, R. W. 2002. Igneous Rocks: a Classification and Glossary of Terms. Recommendations of the
International Union of Geological Sciences Subcommission on the Systematics of Igneous Rocks,
2nd ed. Cambridge: Cambridge University Press
Leterrier, J., Yuwono, Y. S., Soeria-Atmadja, R., dan Maury, R.C. 1990. Potassic Volcanism in
Central Jawa and South Sulawesi, Indonesia. Journal of Southeast Asian Earth Sciences, vol.
4 no. 3 pg. 171 – 187
MacDonald, G. A., 1972. Volcanoes. New Jersey: Prentice-Hall.
Peccerillo, A. dan Taylor, S.R. 1976. Geochemistry of Eocene Calc-alkaline Volcanic Rocks from The
Kastamonu Area, Northern Turkey. Contributions to Mineralogy and Petrology no 58, pg.
63–81.
Rollinson, H. 1993. Using Geochemical Data: Evaluation, Presentation, Interpretation. Malaysia:
Pearson Prentice Hall.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
999 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Setijadji, L.D., Kajino, S., Imai, A., dan Watanabe, K. 2006. Cenozoic Island Arc Magmatism in Java
Island (Sunda Arc, Indonesia): Clues on Relationships between Geodynamics of
Volcanic Center and Ore Mineralization. Journal of Resources Geology, vol. 56 no. 3 pg 257
– 292
Streckeisen, A.L. 1978. IUGS Submission on the Systematics of Igneous Rocks. Classification and
Nomenclature of Volcanis Rocks, Lamprophyres, Carbonatites, and Melilite Rocks.
Reccomendations and Suggestions. Neues Jahrbuch fur Mineralogie, Abhanlungen, vol.
141.
Tatsumi, Y. dan Eggins, S. 1995. Subduction Zone Magmatism. Cambridge: Blackwell Science Inc.
Usman, Ediar. 2012. Pulau Bawean Sebagai Tempat Wisata Geologi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan.
Williams, H. dan McBirney, A.R. 1979. Volcanology, San Fransisco: Freeman, Couper & Co.
Wilson, M. 1989. Igneous Petrogenesis: A Global Tectonic Approach. London: Harper Collins
Academic.
Winter, J. D. 2013. Principle of Igneous and Metamorphic Petrology. London: Pearson Education
Limited
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1000 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Tabel 1. Data komposisi mineral batuan Pulau Bawean
KOMPOSISI Cpx Ol Hb Nph Lct Pl Or Op Gls Vug Total
KODE
SAMPEL (%)
FD01 18,00 1,60 1,60 1,60 0 6,80 44,00 1,20 15,20 10,00 100
FD02 13,60 0 10,80 4,80 0 1,60 45,60 2,40 21,20 0 100
FD03 16,35 0 5,36 0 8,72 52,82 0 0,76 15,99 0 100
FD04 7,70 0 4,80 3,90 1,10 0,20 64,50 0,30 17,50 0 100
FD05 31,60 3,20 4,40 0 0 0,80 32,40 2,00 25,60 0 100
FD06 16,00 3,20 18,00 4,80 0 28,00 19,00 1,20 9,80 0 100
FD07 40,00 0 6,40 0 5,60 26,00 10,80 1,20 10,00 0 100
FD08 35,28 0 4,32 0 9,68 38,56 0,00 1,04 11,12 0 100
Tabel 2. Data geokimia batuan Pulau Bawean
SAMPLE FD 01 FD 02 FD 03 FD 04 FD 05 FD 06 FD 07 FD 08
SiO2 % 47.5 49.7 50.0 54.5 48.8 52.3 48.4 50.6
Al2O3 % 15.70 16.65 17.80 22.5 17.95 21.5 16.35 18.75
Fe2O3 % 8.19 7.55 6.84 2.76 5.93 4.17 7.67 6.12
CaO % 10.95 9.55 8.82 1.67 6.95 4.25 9.38 7.31
MgO % 5.79 5.29 3.00 0.58 5.33 0.97 5.90 3.38
Na2O % 4.21 2.90 3.36 6.98 5.55 5.16 3.44 3.30
K2O % 1.38 4.11 2.74 7.82 3.08 5.49 5.01 6.16
Cr2O3 % 0.020 0.029 0.005 0.002 0.033
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1001 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Ga pp
m 16.3 15.8 18.3 25.3 19.2 19.8 16.7 16.7
Gd pp
m 7.78 5.15 7.08 4.19 6.22 5.58 5.61 7.96
Hf pp
m 3.4 2.6 3.7 7.0 5.4 3.6 3.4 3.4
Ho pp
m 1.01 0.75 1.02 0.61 1.04 0.89 0.77 0.94
La pp
m 75.5 67.6 83.3 126.5 109.0 121.0 76.8 107.5
Lu pp
m 0.28 0.30 0.38 0.39 0.39 0.36 0.26 0.44
Nb pp
m 41.4 39.2 43.2 277 139.5 113.5 63.2 74.1
Nd pp
m 54.2 45.3 55.0 43.1 58.6 53.9 50.2 62.8
Pr pp
m 14.35 12.00 16.00 15.75 17.00 16.50 14.05 17.95
Rb pp
m 97.5 183.0 1925 362 307 318 217 282
Sm pp
m 10.10 7.47 9.65 5.26 9.35 7.31 8.59 11.75
Sn pp
m 1 2 1 1 1 2 2 2
Sr pp
m 915 1015 2730 877 1410 1670 1055 1805
Ta pp
m 2.0 1.7 1.8 12.5 5.9 5.5 2.8 4.0
Tb pp
m 0.96 0.76 0.94 0.56 0.96 0.64 0.82 0.99
Th pp
m 18.50 14.70 20.4 53.2 28.5 25.1 17.80 19.85
Tm pp
m 0.35 0.33 0.40 0.33 0.44 0.41 0.30 0.49
U pp
m 4.59 3.42 5.94 9.15 6.70 3.19 3.61 4.36
V pp
m 268 231 177 40 150 105 218 177
W pp
m 1 1 1 1 3 2 2 3
Y pp
m 24.6 20.2 26.2 20.3 26.6 23.0 21.0 27.1
Yb pp
m 2.46 1.94 2.54 2.20 2.97 2.33 1.98 2.83
Zr pp
m 170 134 177 479 296 225 176 181
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1002 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian
Gambar 2. Peta geologi dan titik pengambilan sampel
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1003 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 3. Singkapan batuan pada stasiun amat FD01 (kiri) dan FD02 (kanan)
Gambar 4. Plot data geokimia dalam diagram Total Alkali-Silika oleh Le Maitre (2002)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1004 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 5. Plot data geokimia dalam diagram AFM oleh Irvine dan Baragar (1971)
FD01
FD02
FD03
45 50 55 60 65 70 750
1
2
3
4
5
6
7
K2O
SiO2
Arc Tholeiite Series
Calc-Alkaline Series
High-K Calc-Alkaline Series
Shoshonitic Series
Shos:Basalt Shos. Latite Trachyte
Rest: Basalt BasAnd Andesite Dacite Rhyolite
FD 01
FD 02
FD 03
FD 05
FD 06
FD 09
FD 10
Peccerillo & Taylor 1976: Arc rock types
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1005 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
FD04
FD05
FD06
FD06
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F020UNP TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1006 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
FD07
FD08
Gambar 6. Plot data geokimia dalam diagram SiO2 vs K2O oleh Pecerillo dan Taylor (1976).