24
i Penerbit: ISI PRESS Keynote Speaker: Prof. Drs. SP. Gustami, S.U. (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) Narasumber: Nofrijon Sofyan,P.hD (Universitas Indonesia) Dr. Pujiyanto, M.Sn (Universitas Negeri Malang) Drs. Mardjono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta) PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISME Surakarta, 10 September 2018 Gedung Museum & Galeri Kampus II, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

i

Penerbit:ISI PRESS

Keynote Speaker:Prof. Drs. SP. Gustami, S.U. (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)

Narasumber:Nofrijon Sofyan,P.hD (Universitas Indonesia)Dr. Pujiyanto, M.Sn (Universitas Negeri Malang)Drs. Mardjono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SENI & NASIONALISME

Surakarta, 10 September 2018

Gedung Museum & GaleriKampus II, Fakultas Seni Rupa dan DesainInstitut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

Page 2: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

ii

Cetakan I, 2018. ISI Pressviii+ 200 HalamanUkuran: 15,5 X 23 cm

All rights reserved© 2018, Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyaksebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis.

Sanksi pelanggaran pasal 72 Undang-undang Hak Cipta (UU No. 19 Tahun2002)1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu jutarupiah), atau pidana paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaranHak Cipta sebagaimana diumumkan dalam ayat (1), dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SENI & NASIONALISMESurakarta, 10 September 2018

Gedung Museum & GaleriKampus II, Fakultas Seni Rupa dan DesainInstitut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

Diselenggarakan oleh:Jurusan Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain InstitutSeni Indonesia Surakarta

Bekerja sama dengan:ISI Press Surakarta

Page 3: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

iii

Susunan Kepanitiaan

Pengarah:Joko Budiwiyanto, S.Sn., M.A (Dekan FSRD ISI Surakarta)

Penanggung Jawab:Sutriyanto, S.Sn., M.A (Ketua Jurusan Kriya FSRD ISI Surakarta)

Ketua Panitia:Afrizal, S.Sn, M.A

Sekretaris:Ana Riyanti, S.Pd, M.PdNasrullah, S.Sn

Bendahara:Agung Cahyana, S.T, M.Eng

Sie Pukdekdok:Bening Tri Swasono, S.Sn, M.SnAgus Sutedjo, S.SnSugito, S.Sn

Sie Perlengkapan:Quintanova Rizqinu, S.Sn, M.SnBias Naufal Azizi, S.KomSutopo, S.SnSudartoPrayitno

Surakarta, 10 September 2018

Gedung Museum & GaleriKampus II, Fakultas Seni Rupa dan DesainInstitut Seni Indonesia Surakarta Jawa Tengah Indonesia

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SENI & NASIONALISME

Page 4: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

iv

Sie Acara:Ari Supriyanto, S.Sn., M.AKuntadi Wasi Darmojo, S.Sn., M.Sn

Sie Prosiding:M. Ali Nurhasan Islamy, S.Sos., MA.Zuliati, S.Sn, M.SnAji Wiyoko, M.Sn

Sponsorship:Aan Sudarwanto, S.Sn., M.SnRahayu Adi Prabowo, S.Sn., M.Sn

Moderator:Prima Yustana, MA. (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Reviewer:Prof. Dr. Dharsono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta)Drs. Subandi, M. Hum (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Editor:Prof. Dr. Dharsono, M.Sn (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Yuliati, M.Sn. (Institut Seni Indonesia Surakarta)Aji Wiyoko, M.Sn. (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Desain Cover:Bening Tri Suwarsono

Layout:Nila Aryawati

ISBN:978-602-5573-28-6

Anggota APPTI:No: 003.043.1.05.2018

PenerbitISI PressJl. Ki Hadjar Dewantara 19, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126Telp (0271) 647658, Fax. (0271) 646175

M. Ali Nurhasan Islamy, S.Sos., MA. (Institut Seni Indonesia Surakarta)

Page 5: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr Wb

Salam sejahtera untuk kita semuaPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-NYA sehinggaSeminar Nasional dengan tema “Seni dan Nasionalisme”dalam rangka purna tugas Drs. H. Mardjono, M.Sn danPameran Akhir Semester Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupadan Desain (FSRD), Institut Seni Indonesia (ISI) Surakartadapat terselenggara.

Seminar adalah upaya mendiseminasikan pemikirandi lingkungan masyarakat kampus guna membangunatmosfir akademik. Seminar di lingkungan FSRD, ISISurakarta merupakan tradisi baru. Tradisi yangdiperuntukkan sebagai bentuk penghormatan bagi dosenyang telah selesai mengabdi atau purna tugas sebagai pegawainegeri sipil (PNS). Sementara topik seminar kali ini sesuaidengan latar belakang keilmuan Drs. H. Mardjono, M.Snsebagai dosen Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila.

Pada saat yang bersamaan diselenggarakan juga sebuahpameran. Pameran ini merupakan agenda kegiatan tahunanmahasiswa Jurusan Kriya yang diselenggarakan pada akhirperkuliahan. Pameran ini merupakan unjuk kerja dan refleksiatas proses dan hasil pembelajaran bagi mahasiswa. Bagi dosenpameran ini sekaligus sebagai tolok ukur sub capaianpembelajaran mata kuliah. Pameran ini diharapkan menjadiinstrumen evaluasi proses dan hasil pembelajaran serta upayapeningkatan mutu pendidikan di lingkungan Jurusan Kriya.

Terdapat pesan penting dari dua agenda kegiatantersebut. Pertama, bahwa seni dan nasionalisme adalahsesuatu yang nyata. Fenomena seni bukan hanya persoalanestetika, melainkan kebangsaan, nasionalisme itu sendiri.Dalam hidup berbangsa dan bernegara seni menjadi bagianpenting dari arsitektur kebangsaan. Bahkan dalam pergerakankemerdekaan, seni menjadi wahana mendiseminasikan

Page 6: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

vi

nasionalisme. Dalam kerangka yang lebih luas, jenis danbentuk seni (budaya) yang dimiliki oleh berbagai suku bangsamerupakan spirit keberagaman yang dibingkai NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keragaman senidengan demikian memiliki kedudukan penting sebagaiperekat perbedaan. Kedua, pameran karya seni adalah wujuddari ekspresi kemajemukan respon berbagai persoalan hidupbaik secara pribadi maupun sosial. Pameran menjadi wahanadiseminasi pemikiran dan upaya mengatasi persoalan bangsa.

Akhirnya kami ucapkan selamat kepada Drs. H.Mardjono, M.Sn atas purna tugas sebagai dosen PNS. Kamijuga mengucapkan terimakasih atas pengabdian selama ini.Kami mohon maaf atas berbagai kekurangan.

Kepada seluruh dosen, mahasiswa, dan staf FSRD, ISISurakarta saya sampaikan terima kasih atas penyelenggaraanpameran ini. Semoga pameran ini menjadi bahan perbaikanmutu dikemudian hari.

Wassalamu’allaikum Wr Wb

Surakarta, 14 September 2018

REKTOR

GUNTUR

Page 7: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........….......................................................Daftar Isi ............................................................................

Seni dan NasionalismeSp. Gustami, S.U............................................................

Propaganda Desain, Antara Nasionalisme dan Idealisme Pujiyanto .........................................................................

Semangat Kebangsaan Tetap dan Terus Ditanamkan padaGenerasi Muda Mardjono ......................................................................

Budaya Literasi sebagai Representasi Kriya BaruIndonesia Berbasis Keunggulan LokalArif Suharson ................................................................

Visi Nasionaalisme ‘Seni Kreasi’ di Indonesia pada DekadeTahun 1960-1980-an Robby Hidajat ...................................................................

Motif Gurda pada Produk Kerajinan SepatuAan Sudarwanto ..............................................................

Aktualisasi Diri melalui Seni Karawitan sebagai BentukRasa Cinta Terhadap Tanah AirBoyak Ragha Dian Tambara Restu Widhi Putra Sakti

dan Imamah Fikriyati Azizah ........................................

Recycle Limbah Kayu Sisa Produksi Menjadi ProdukKerajinan Homeware yang Kreatif InovatifKusmadi ..........................................................................

vvii

1

21

40

59

74

99

115

128

Page 8: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

viii

Pengaruh Gaya Hidup Religius pada Produksi KerajinanSarana Upacara di BaliNi Kadek Karuni dan I Wayan Suardana dan I Made

Suparta ...........................................................................

Eksistensi Keris dalam Perspektif Sejarah Budaya BangsaIndonesiaKuntadi Wasi Darmojo .....................................................

Profil Penulis ....................................................................

148

168

186

Page 9: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

99

Seni & Nasionalisme

PENGEMBANGAN MOTIF GURDADAN APLIKASINYA PADA PRODUK

KERAJINAN SEPATU KULIT

Aan Sudarwanto, S.Sn., M.Sne-mail: [email protected]

Dosen Jurusan Kriya, Program Studi Batik FSRDInstitut Seni Indonesia Surakarta

ABSTRAK

Penelitian dengan topik “Pengembangan MotifGurda dan Aplikasinya Pada Produk KerajinanSepatu Kulit” ini, merupakan penelitian yang fokusutamanya pada fungsi motif gurdasebagai alternatifpengembangan pada produk kriya kususnyapadakerajinan sepatu. Adapun tujuannya untukmengembangkan industri kerajinan sepatu sebagaiusaha kecil padat karya. Pengembangan motif yangkemudian diaplikasikan pada sepatu ini, secara tidaklangsung akan meningkatkan nilai jual sekaligusmemberi alternatif material pada produk kerajinansepatu. Penelitian ini diharapkan akan memberikontribusi terhadap pelestarian danmemperkayamotif gurda. Penelitian dilakukan menggunakanmetode eksperimental. Pengembangan motif gurdadimulai dengan mencari kemungkinanpemanfaatan menggunakan rancangan dari programkomputer grafis. Kemudian mencoba membuatvariasi motif gurda dan diaplikasikan pada produkkriya kususnya pada kerajinan sepatu. Denganaplikasi ini motif gurdasetidaknya dapat kembalidikenal dengan nilai tambah pada bentuk dantampilan yang berbeda.

Kata kunci: gurda, aplikasi, nilai tambah.

Page 10: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

100

Prosiding Seminar Nasional

PENDAHULUAN

Motif batik selalu menarik untuk dikaji dandikembangkan, hal ini karena motif batik dapatmengeluarkan aura kemegahan dan kesan anggun terhadappemakainya. Diatara banyaknya motif terdapat motif yangmenarik perhatian untuk dikaji, yakni motif Gurda. Sebuahmotif yang menggambarkan burung Garuda. MasyarakatJawa meyakini burung garuda mempunyai kedudukan yangcukup penting dalam kehidupan. Gurdadapat dikatakansebagai motif yang digambarkan dalam bentuk burungdengan dua sayap kiri dan kanan yang lebar dan memilikiekor panjang di tengahnya. (J.E. Jasper dan Mas Pirngadie,1916 : 184) Merupakan bentuk yang menggambarkanburung garuda yang telah distilir, biasanya gurda tidak dapatberdiri sendiri sebagai pola batik namun merupakan motifutama dalam sebuah pola batik. Penempatan motif gurdadalam pola batik sering digunkan pada pola batik semen.Bentuk stilir burung garuda mempunyai banyak variasi,namun secara garis besar dapat di identifikasi menjadi enamjenis. (Sewan Susanto, 1980 : 266) Keenam jenis tersebutterdapat satu yang digambarkan paling komplit yakni dikenaldengan sawat. Yang dimaksud dengan sawat adalah gambaranyang berbentuk sayap kanan dan kiri serta mempunyai ekoryang melambangkan burung garuda. Semua pola batik yangterdapat gambar sawat masuk dalam golongan batik yanghanya boleh digunakan raja dan bangsawan tertentu padamasa kasunanan kraton Surakarta, termasuk didalamnyabatik pola semen gedhe. (Aan Sudarwanto, 2012 : 63) Berpijakdari hal tersebut maka dapat diketahui betapa menariknyatema motif gurda ini diangkat sebagai bahan penelitian,tentunya diakaitkan dengan alam pikir masyarakat Jawa masalalu dan diaplikasikan dalam wujud yang baru pada masasekarang.

Page 11: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

101

Seni & Nasionalisme

Motif gurda sering dijumpai pada batik pola semendan digunakan pada pakaian adat pada acara-acara tertentu.Motif ini tentunya juga mempunyai nilai filosofis simbolis.Pentingnya motif ini diangkat kembali didasarkan padapertimbangan :1. Terjadinya perkembangan dan perubahan pola fikir

masyarakat yang cenderung pada budaya pop dan serbainstan. Motif gurda menjadi kurang dikenal masyarakat.

2. Semakin lunturnya pakaian kebesaran Jawa sebagaipakaian sehari-hari sehingga batik tampil dalam wujudyang baru oleh karena itu diperlukan inovasi untukmenyesuaikan dengan perubahan dan perkembanganjaman namun masih berakar dari sumber budaya yangsama.

Berpijak dari permasalahan tersebut maka perluadanya pemanfaatan dan pengembangan dari motif ini agarbisa membumi kembali. Sehingga diperlukan penelitian iniyang difokuskan pada motif gurdasebagai alternatifpengembangan pada produk yang disesuaikan dengan erasaat ini. Beberapa produk yang dipilih diantaranya karenaunik dan mempunyai potensi pasar yang besar adalah foot-wear (kerajinan sepatu). Motif gurda digunakan sebagai usahauntuk meningkatkan nilai jual sekaligus memberi alternatifmaterial untuk desain pada produk footwear (kerajinansepatu). Adapun subyek yang diangkat berupa motif gurda.Sedangkan objeknya adalah sepatu sebagai alternatifpengembangan produk. Berpijan dari uraian tersebut makapermasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut.· Bagaimanakah mengembangkan motif gurda sebagai

upaya revitalisasi atau menghidupkan kembali yangdisesuaikan dengan perkembangan jaman

· Bagaimanakah diversifikasi atau penganekaragamanmotif gurda pada produk untuk mencari alternatifpengembangan pada produk kriya kususnya kerajinansepatu?

Page 12: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

102

Prosiding Seminar Nasional

Metode PenelitianPenelitian yang dilakukan menggunakan metode

eksperimental. Diversifikasi fungsi motif gurda dimulaidengan mencari kemungkinan pemanfaatan menggunakanrancangan dari program komputer grafis. Penelitianeksperimental bertujuan mengungkap sebab-akibat antar duavariabel atau lebih; lewat percobaan-percobaan denganmemanipulasi/mengubah-ubah nilai variabel indipendenuntuk mengamati akibatnya pada variabel, dalam suatu setingyang terkendali (bebas dari campur tangan variabel diluar fokus penelitian). Pada dasarnya model penelitian inilebih cocok untuk meneliti karakter benda. Penelitiandiawali dengan mengelompokkan suatu konteks danmengidentifikasi variabel yang dapat digerakkan dankeduanya bersifat pengujian. Penelitian eksperimenmenggunakan faktor sebab-akibat. Penggunaan programkomputer grafis karena kemampuan komputer menciptakanmodel. Untuk menghasilkan alternatif yang tepat penelitianperlu memanfaatkan metode pemodelan. Dasar pemikiranpenelitian Pemodelan dapat dilakukan terhadap tiruan obyek,sehingga memudahkan jalannya penelitian. MetodePemodelan yaitu rancangan untuk acuan pembuatanprototipe.

Ruang lingkup penelitian mencakup batas sasaran,objek dan wilayah penelitian. Sasaran penelitian, penelitimembatasi pada masalah citra visual motif gurdauntukproduk sepatu. Objek penelitiannya adalah motif gurda danproduk kerajinan sepatu. Wilayah Penelitian di Surakarta.Adapun langkah-langkah perancangan untuk menghasilkanmodel yang berupa prototipe diawali dengan melakukan risetemik dan etik kemudian melakukan eksperimen melaluiperenungan dengan mereka motif gurda dan diakhiri denganpembentukan. Secara ringkas dapat digambarkan dalamskema tabel sebagai berikut.

Page 13: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

103

Seni & Nasionalisme

Bagan langkah-langkahperancangan untuk mendapatkan model prototipe

PEMBAHASAN

1. Identifikasi Motif GurdaMotif Gurda dapat juga disebut dengan Sawat yakni

merupakan motif yang menggambarkan bentuk burungdengan dua sayap kiri dan kanan yang lebar dan memilikiekor panjang di tengahnya. (J.E. Jasper dan Mas Pirngadie.,1916 : 184) Burung yang dimaksud merupakan burunggaruda yang telah distilir, biasanya sawat tidak dapat berdirisendiri sebagai pola batik namun merupakan motif utamadalam sebuah pola. Penempatan motif sawat dalam pola ba-tik sering digunkan pada pola batik semen. Bentuk stilirburung garuda mempunyai banyak variasi, namun secaragaris besar dapat di identifikasi menjadi enam jenis. (SewanSusanto, 1980 : 266) Keenam jenis tersebut terdapat satuyang digambarkan paling komplit yakni sayap lebar kanandan kiri dengan ekor yang dikenal dengan sawat. Motif inihanya boleh digunakan oleh sinuwun (raja) yang disebutdengan batik larangan. Pemikiran senada juga disampaikanoleh Soerjanto dalam sebuah wawancara sebagai berikut :

Pembentukan

Desain

Riset emik / etik Kajian pustaka

Eksperimen

perenungan

Stilasi, deformasi, transformasi

motif Bentuk

Page 14: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

104

Prosiding Seminar Nasional

Yang dimaksud dengan batik sawat adalah gambaranyang berbentuk sayap kanan dan kiri serta mempunyaiekor yang melambangkan burung garuda. Semua polabatik yang terdapat gambar sawat masuk dalamgolongan batik larangan, baik pada pola batik semenmaupun pada pola batik lainnya apabila terdapat sawatmaka masuk sebagai batik larangan. termasukdidalamnya batik pola semen gedhe. (Aan Sudarwanto,2012 : 77)Konotasi dari pernyataan tersebut memberi gambaran

lebih jelas bahwa motif sawat bisa dikatakan sebagai motifyang tidak dapat berdiri sendiri sebagai pola batik namunakan dikombinasi dengan motif-motif lain. Gambar motifsawat dengan variasinya dapat dilihat sebagi berikut.

Gambar Motif sawat digambarkan sebagai rangkaian dua sayapterbuka dan ekor, seolah burung yang sedang terbang tampak

atas (Sewan Susanto, 1980: 267)

Gambar Motif sawat digambarkan sama sebagai rangkaian duasayap terbuka namun mempunyai ekor lebih lebar dan besar (J.E.

Jasper dan Mas Pirngadie, 1912 : 181)

Page 15: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

105

Seni & Nasionalisme

Pengenalan lebih jauh tentang motif sawat, adabaiknya perlu diketahui bahwa gambaran burung garudaternyata selain bentuk sawat juga digambarkan denganbentuk satu sayap atau dua sayap tanpa ekor yang siringdisebut dengan mirong (J.E. Jasper dan Mas Pirngadie., 1916: 184). Motif yang menggambarkan burung garuda ini dalamdunia pembatikan sering dijumpai pada pola-pola semensebagai motif utama. Namun juga digunakan sebagai motifbukan pokok melainkan sebagai selingan hiasan. Berikutini beberapa jenis variasi gambar motif burung garuda.

Gambar Motif mirong digambarkan sebagai sepasang sayapsetengah terbuka, ditepi masing-masing sayap dirangkai denganmotif sayap tertutup, seolah burung yang sedang hinggap dilihat

tampak samping (Sewan Susanto, 1980: 261-266).

Gambar Motif mirong digambarkan sebagai satu sayap setengahterbuka, ditepi masing-masing sayap dirangkai dengan ekor

(Sewan Susanto, 1980: 261-266).

Page 16: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

106

Prosiding Seminar Nasional

Gambar Motif Mirong digambarkan sebagai rangkaian dua sayapterbuka dengan ekor terlepas, seolah burung yang sedang

terbang tampak atas. Spesifikasi motif ini bagian sayap dan ekorme-nyerupai bentuk daun.

(Sewan Susanto, 1980: 261-266).

Gambar Motif mirong digambarkan sebagai satu sayap setengahterbuka, ditepi masing-masing sayap dirangkai dengan motifsayap tertutup, seolah burung yang sedang hinggap dilihat

tampak samping. (Sewan Susanto, 1980: 261-266).

Gambar Motif mirong digambarkan sebagai satu sayap tertutup,ditepi masing-masing sayap dirangkai dengan motif sayap, seolahburung yang sedang hinggap dilihat tampak samping. Spisifikasi

motif ini badan dan kepala tampak, seperti penggambaranburung tampak samping.

(Sewan Susanto, 1980: 261-266).

Page 17: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

107

Seni & Nasionalisme

2. Pengembangan Motif Gurda2.A. Metode Pengembangan

Beberapa pendekatan yang digunakan untukpengmbangan motif Gurda antara lain sebagai berikut.a. Stilasi, adalah perubahan bentuk untuk mencapai bentuk

keindahan dengan cara menggayakan obyek yangdigambar.

b. Distorsi, merupakan perubahan bentuk (visual) yangberhubungan dengan ukuran misalnya melebihlebihkanukuran yang sebenarnya lurus dibengkokkan ataumerubah bagian-bagian yang mereka anggap dapatmendominasi bentuk keseluruhannya

c. Transformasi,merupakan penggambaran bentuk yangmenekankan pada pencapaian karakter dengan caramemindahkan wujud atau figur dari obyek lain ke obyekyang digambar

d. Deformasi, adalahmengubah bentuk obyek dengan caramenggambarkan obyek tersebut dengan hanyasebagianyang dianggap mewakili karakteristiknya

Beberapa pendekatan tersebut menjadi salah satumetode dalampengembangan motif kususnya pada motifgurda yang kemudian diaplikasikan menjadi ornamentsepatu. Dalam penelitian ini digunakan untuk mendorongmunculnya variasi pengembangan produk yang berbasispada motif gurda. Artinya penggunaan motif gurdadisesuaikan dengan bentuk dan karakter sepatu yang akandibuat, selain itu juga mengacu pada keselarasan bentuksepatu. Dari sini maka akan muncul bentuk motif gurdadan variasinya dalam bentuk baru.

2.B. Hasil EksplorasiEksplorasi sebagai langkah awal dalam

mengembangkan motif yang dilakukan dengan menggalikonsep dan bentuk visual dengan cara berfikir, berimajinasi,bereksperimen, merasakan dan merespon teknik serta unsurestetika sehingga karya yang dihasilkan dapat maksimalmemenuhi kaidah keindahan, fungsi dan kebaharuan.Langkah awal eksplorasi dengan menggali ide dasar yang

Page 18: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

108

Prosiding Seminar Nasional

belum tertuang ke dalam media perwujutan bentuk fisik.Penggalian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasisebanyak-banyaknya mengenai motif gurda dan makna sertainterpetasi yang melingkupinya. Selanjutnya data yangdiperoleh dianalisis dan digunakan sebagai pegangan dalammengembangkan karya. Proses pengembangan motif inimemunculkan beberapa gagasan yang bersumber dari motiftersebut dengan cara sebagai berikut.a. Bentuk motif Gurda diambil apa adanya kemudian

disusun membentuk formasi baru yang siap diaplikasikanke dalam produk Sepatu.

b. Bentuk motif Gurda dikembangkan dengan distilasisehingga bentuk visualnya menjadi berubah tidak lagisesuai dengen bentuk aslinya akan tetapi elemen dasarmasih terlihat jelas

c. Bentuk motif Gurda ditarik kembali ke bentuk aslinyakemudian dipecah dan diaplikasikan sebagai motif

d. Bentuk motif Gurda ditransformasi sehingga sudah tidakterlihat lagi sebagai motif Gurda namun muncul kembalidalam bentuk yang berbeda.

Eksplorasi yang dilakukan memunculkan beberapabentuk varisari motif gurda yang siap diaplikasikan sebagaiide perancangan karya yang dapat diterapkan ke dalamkerajinan sepatu sebagai berikut.

Motif Hasil eksplorasi

Page 19: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

109

Seni & Nasionalisme

Tabel Motif hasil eksplorasi

3. Aplikasi Motif Pada Produk Kerajinan SepatuProduk kerajinan sepatu terus mengalami perubahan

dan perkembangan baik dari sisi model, variasi bahan baku,maupun fungsi kegunaannya. Perkembangan ini seiringdengan pola pikir dan perjalanan peradaban manusia.Perkembangan sepatu ini dijelaskan oleh Wilson Eunice dalambukunya yang berjudul A History of Shoe Fashions sebagaiberikut :

Sepatu terus mengalami perkembangan, baikpenambahan asesoris maupun variasi bentuk yangberagam. bahkan pernah tiap sepatu dihiasisedemikian rupa sesuai dengan setatus social yangdisandang. Bentuk alas kaki berkembang sesuaidengan perjalanan sejarah peradaban manusia. (EuniceWilson, 1974 : 112)Pemikiran yang dikemukakan Wilson dapat menjadi

gambaran bahwa sepatu menjadi kebutukan manusia yangtidak terpisahkan. Lebih jauh lagi sepatu menjadi kebutuhanpokok manusia yang menyesuaikan dengan tempat, keadaanserta kebutuhan. Hal ini pun dapat diketahui dan dirasakanpada masa sekarang sepatu tidak lagi menjadi alat pelindungkaki dan menjadi kebutuhan pokok saja namun juga telahberubah menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Model danbentuknya pun beragam yang tak terhitung lagi dengantangan. Terkait hal tersebut, untuk menganalisis lebih dalamyang berhubungan dengan bentuk sepatu dan aplikasipenerapan motif gurda yang menjadi fokus penelitian ini,maka terlebih dahulu akan didentifikasi kemudiandiklasifikasi setiap komponen-komponen sepatu, bahan baku

Page 20: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

110

Prosiding Seminar Nasional

dan bentuk modelnya, sehingga dapat disesuaikan denganmotif gurda.

3.A. Klasifikasi Produk SepatuBerdasarkan bahan baku yang digunakan sepatu

dapat diklasifikasikan menjadi sepatu kulit dan sepatu nonkulit. Sedangkan klasifikasi berdasarkan tujuan utamapemakaian, antara lain:a. Untuk kegiatan olahraga (misalnyanya, sepatu lari, sepatu

football, cleat, dll)b. Untuk keselamatan atau perlindungan dari bahaya

(misalnya, sepatu boot safetyuntuk pekerja konstruksi)c. Untuk bisnis (misalnya, sepatu resmi)d. Untuk santai (misalnya,sepatu sandal dan sepatu kasual).

Selain hal tersebut di atas sepatu dapat klasifikasikanberdasarkan usia dan jenis kelamin pemakainya, antara lain :sepatu wanita, sepatu pria, sepatu anak-anak, dan sepatu bayi.

3.B. Bagian-bagian SepatuApabila dilihat dengan detail,sepatu merupakan satu

unit yang terdiri dari beberapa bagian yang dirakit menjadisatu.Bagian-bagian sepatu tersebut adalah sebagai berikut:1. Atasan / Kudungan (Upper Shoes)

Merupakan bagian alas kaki yang terletak disebelahatas, merupakan bagian yang menutupi atas dan sampingkaki.Bahan untuk atasan ini biasanya mempunyai sifat lunak,tipis, ulet dan lemas, sehingga dapat dibentuk denganmengikuti pola dari bentuk cetakan kaki atau acuan sepatu.Secara garis besar bagian atasan ini meliputi beberapakomponen diantaranya adalah :a. Vamp yaitu atasan sepatu yang menutupi bagian ujung

dan tengah, bagian ini dirnulai dengan tumpuan lidahsampai dengan ujung, kemudian menyamping sampaisumbangan dengan quarternya.

b. Quarter yaitu atasan sepatu pada bagian belakang yangterdiri dari quarter samping luar dan quarternya sampingdalam

Page 21: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

111

Seni & Nasionalisme

c. Potongan pelengkap yaitu merupakan potongan yang lebihrnelengkapi, memperindah dan menyatu pada bentukvamp atau quarter. Potongan pelengkap antara lain Toe cap,Tonggue, Facing, Back Stay, Facing, Blak stayForxing (Counter ), Saddle, Bar, linning (pelapis).

2. Bawahan (Bottom),Merupakan bagian sepatu yang terletak disebelah

bawah merupakan bagianyang mengalasi sepatu. Padaumumnya bawahan sepatu terdiri dari beberapa komponen.a. Sole dalam, merupakan sole yang letaknya paling dalam

setelah telapak kaki, yang dibatasi oleh pelapis diatasnyadan dibawahnya terdapat sol tengah/sol luar. Sol dalamberfungsi sebagai pondasi sepatu, untuk menjagakeamanan dan memperkuat kontruksi dengan hak yangdipasang dibawahnya.

b. Welf (pita), yaitu bahan yang panjang dan tipis, biasanyadibuat dari bahan kulit nabati,yang dipasang pada sisi luardari bawahan sepatu. Pada bagian dalam dijahitkandengan bagian tepi sol dalam dan pada bagian luarnyadijahitkan dengan sol luar secara jahit kunci.

c. Sole tengah, merupakan sol yang terletak diantara soldalam dan sol luar yang menggunakan sol tengah biasanyajenis sepatu berat.

d. Sole luar yakni bahan penutup bawahan sepatu atau san-dal yang paling luar/bawah. Sole luar terbuat dari beragambahan misalnya kulit sol karet, pvc, kayu dan sebagainya.

e. Hak (Heel) yaitu bagian yang mengganjal tumit.

Gambar bagian-bagian sepatu kulit model oxford yang lazimdijumpai di masyarakat.

Page 22: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

112

Prosiding Seminar Nasional

3.C. Penempatan Motif GurdaEksplorasi motif yang telah dilakukan pada penelitian

ini, menghasilkan beberapa susunan pola motif gurda.Berpijak dari sini kemudian diaplikasikan ke dalam desainsepatu terpilih. Penempatan motif gurda dilakukan padakomponen upper sepatu antara lain pada vamp, Quarter,counter dan kombinasi diantara ketiga komponen tersebut.Hasil desain penempatan motif gurda pada produk kerajinansepatu dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar hasil aplikasi motif gurda kedalam desain sepatu modelOxford. Memberikan kesan formal namun mempunyai karakter

motif batik yang kuat.

Gambar hasil aplikasi motif gurda kedalam desain sepatu modelBoot, memberikan kesan non formal dan mempunyai karakter

yang kuat. Motif gurda hasil eksplorasi merupakan motif pokokyang dipadu padan dengan motif stilasi tumbuhan dan binatang

yang penulis beri judul dengan motif gurda alas-alasan.

Page 23: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

113

Seni & Nasionalisme

Gambar hasil aplikasi motif gurda ke dalam desain sepatu modelDerby, memberikan kesan kasual. Pengembangan motif gurda

yang disusun menjadi pola ceplok ini penulis beri judul denganmotif gurda baris.

KESIMPULAN

Berpijak dari permasalahan yang ada, makapemanfaatan dan pengkajian motif gurdadapatdikembangkan sedemikian rupa sehingga muncul dalamwajah yang baru namun karakter sebagai motif batik sebagaisumber pengembangan masih nampak. Penelitian ini berhasilmengungkap bagaimana motif gurda dapat dikembangkansebagai alternative pada produk kriya yang disesuaikandengan perkembangan jaman. Motif gurda digunakan sebagaiusaha untuk meningkatkan nilai jual sekaligus memberialternatif material untuk desain pada produk kerajinan sepatuagar mampu bersaing menghadapi era milenial industry 4.0.Upaya menghidupkan kembali budaya masa lalu menjadisangat penting agar generasi muda saat ini tidak kehilanganjati dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aan Sudarwanto, 2012, Batik dan Simbol Keagungan Raja,Surakarta : Citra Sain LPKBN

Page 24: PROSIDING SEMINAR NASIONAL SENI & NASIONALISMErepository.isi-ska.ac.id/3234/1/Prosiding Seminar Nasional Seni dan... · Dilarang keras menterjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

114

Prosiding Seminar Nasional

Eunice, Wilson., 1974, A History of Shoe Fashions, New York :Treatre Arts Book

Jasper, J.E., Mas Pirngadie., 1916, De Inlandsche Kunstnyverheidin Nederlansche Indie, Gravenhage : De Boek &Kunstdrukkerij V/N Mounton & co.

Sewan Susanto, 1980, Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan LembagaPenelitian dan Pendidikan Industri, DepartemenPerindustrian RI.