Upload
uphie-luthfia-rahmy
View
525
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
RANGKUMAN FARMAKOLOGI
MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Disusun Oleh :
TUTOR 8
Meila Sabridatia
Rini Meilani
Mya Ganes S
Iswari Nastiti
Hannifah Fitriani
Santa Maria
Siti Herlina
Febi Dwi Putri
Brighita Puspa
Rd. Ami Atmalia
Indriyani Putri
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
(220110100 )
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
I. Pendahuluan
Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer pada
tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan kejang pada
kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan mereka dan mulai
mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita tetanus.
Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali
dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun
1916 memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak
250 ml larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan
subkutan dan intramuskuler.
Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium
sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram.
Setelah mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman
menyatakan bahwa magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada
preeklampsia berat. Selain mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan.
Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai
pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita
preeklampsia dan eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan
hanya 1 kamatian ibu, sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%. Zuspan pada tahun
1966 melaporkan 69 kasus eklampsia yang dirawat sejak tahun 1956 dengan pengobatan
magnesium sulfat secara tetes kontinyu dengan dosis 1 gram/jam dilaporkan 2 kematian
ibu (2,9%) yang terjadi 4 minggu pasca persalinan yang disebabkan kelainan sebagai
akibat eklampsia. Suplementasi magnesium berupa pemberian oral magnesium aspartate
hidrochloride selama kehamilan untuk menurunkan insiden preeklampsia telah diteliti
oleh Sibai dkk. Walaupun terjadi peningkatan kadar magnesium dalam plasma darah,
hasil analisa menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal insiden preeclampsia.
Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk
pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri
pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah cukup
lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas Gestosis POGI
ditetapkan magnesium sulfat merupakan satu-satunya obat yang dipakai untuk
pengobatan preeklampsia dan eklampsia.
II. Ikatan Kimia, Struktur Kimia, Formula
Magnesium sulfat adalah senyawa ion yang terdiri atas ion dan ion dimana kedua ion ini memiliki muatan yang sama sehingga rumus kimianya adalah
.
Magnesium sulfate atau magnesium sulfat adalah garam anorganik ( senyawa kimia) yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Hal ini sering dijumpai sebagai epsomite heptahidrat sulfat mineral ( MgSO4 · 7H2O) , biasa disebut garam Epsom, nama untuk musim semi garam pahit dari kota Epsom di Surrey, Inggris, di mana garam tersebut dihasilkan dari mata air yang muncul di mana berpori kapur dari Downs Utara bertemu non-porous tanah liat London. Garam Epsom terjadi secara alami sebagai mineral murni. Bentuk lain adalah hidrat Kieserite.
Magnesium Sulfat adalah salah satu jenis garam dan juga merupakan senyawa kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4.Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5 – 6,5). Hal ini sering dijumpai sebagai Heptahydrate, MgSO4.7H2O yang biasanya disebut Epsom, Anhidrat karena bentuk anhidrat adalah higroskopi (mudah menyerap air dari udara). Dalam pertanian dan berkebun magnesium sulfat digunakan untuk memperbaiki kekurangan magnesium dalam tanah, karena magnesium merupakan elemen penting dalam klorofil molekul. Keuntungan dari magnesium sulfat megnesium lainnya atas perubahan tanah (seperti dolomitic kapur) adalah kelarutan yang tinggi.
III. Farmakokinetik dan farmakodinamika
a. Sifat Fisiokimia
- Penampilan : Kristal transparan, atau bubuk putih.
- Bau : Tidak berbau.
- Kelarutan : Sangat larut dalam air.
- Kepadatan : 2.65 g / ml @ 4C
- pH : Larutan netral atau sedikit asam.
- % Volatil volume @ 21C (70F) :Tidak ada informasi yang ditemukan.
- Titik didih : Tidak berlaku.
- Titik Leleh : 1124C (2055F)
- Densitas Uap (udara = 1) : Tidak ada informasi yang ditemukan.
- Tekanan Uap (mm Hg) : Tidak ada informasi yang ditemukan.
- Tingkat evaporasi (BuAc = 1) : Tidak ada informasi yang ditemukan.
b. Golongan
MgSO4 merupakan golongan antikonvulsan atau anti kejang. Biasa digunakan
untuk mengatasi Eklampsia, yaitu merupakan onset baru dari aktivitas kejang
grandmal dan/atau koma selama kehamilan atau setelah melahirkan pada wanita
dengan tanda-tanda atau gejala preeklampsia. Ini biasanya terjadi selama atau setelah
20 minggu kehamilan atau pada periode postpartum.
c. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi MgSO4
• Merelakskan otot, antikovulsan digunakan pada pre-eklamsia dan eklamsia.
• Inhibisi persalinan premature
• Pengobatan toksemia dan eklamsia
Kontra Indikasi MgSO4
Alergi terhadap produk magnesium, penyekat jantung, kerusakan miokardium,
nyeri abdomen, mual, muntah, atau gejala lain berupa apendisitis. Terdapat resiko
toksisitas magnesium pada neonates jika magnesium sulfat digunakan dalam
persalinan dan pelahiran.
d. Ekresi dan Absorbsi
- Ekresi
Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air
susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal.
Bila kadar magnesium dalam darah meningkat maka penyerapan ditubulus ginjal
menurun, sedangkan clearence ginjal meningkat dan sebaliknya. Peningkatan
kadar magnesium dalam darah dapat disebabkan karena pemberian yang
berlebihan atau terlalu lama dan karena terhambatnya ekskresi melalui ginjal
akibat adanya insufisiensi atau kerusakan ginjal.
Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi spasme pada seluruh pembuluh darah
sehingga aliran darah ke ginjal berkurang yang menyebabkan GFR dan produksi
urine berkurang. Oleh karena itu mudah terjadi peninggian kadar magnesium
dalam darah.
Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium
klorida, furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan magnesium
dapat disebabkan oleh karena penurunan absorbsi misalnya pada sindroma
malabsorbsi, by pass usus halus, malnutrisi, alkholisme, diabetik ketoasidosis,
pengobatan diuretika, diare, hiperaldosteronisme, hiperkalsiuri,
hiperparatiroidisme.
Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan
melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75%
setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard mendemontrasikan
bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal setelah 24 jam
pemberian intavena.
Pada kondisi tubuh normal konsentrasi magnesium akan selalu berada
konstan dalam sirkulasi darah. Homeostasis bergantung pada keseimbangan
antara absorpsi di usus dan ekskresi di ginjal dimana tubulus ginjal berperan
utama dalam pengaturan magnesium (Sclingmann et al. 2004).
Absorpsi magnesium di usus halus lebih sedikit dibandingkan dengan di
kolon. Magnesium diperkirakan 1 mmol hilang atau terbuang dalam sekresi di
gastrointestinal setiap hari. Ginjal merupakan regulator utama konsentrasi serum
dan kandungan total magnesium tubuh. Ekskresi magnesium lebih banyak terjadi
pada malam hari. Pada bagian glomerulus ginjal, magnesium (baik dalam bentuk
ion atau magnesium kompleks) mengalami filterisasi sebanyak 70%, sedangkan
di bagian nefron reabsorpsi magnesium lebih 96%. Jumlah yang di reabsorpsi
dapat bervariasi, mulai mendekati nol sampai 99.5% tergantung pada
keseimbangan magnesium individu (Topf and Murray, 2003)
- Absorbsi
Absorpsi magnesium dilakukan di usus halus; yang diserap kurang lebih 24%-
76%, dilakukan secara aktif mirip dengan sistem transpor Ca; pada pemberian
magnesium kadar rendah akan terjadi peningkatan absorpsi Ca. Ekskresi
dilakukan di ginjal, kurang lebih 120-140 magnesium/24 jam pada orang dengan
diet normal dan dalam keadaan tertentu ginjal dapat mensekresi sampai dengan
5000 magnesium/24 jam tergantung konsentrasi magnesium plasma (Elin, 1987).
Ginjal merupakan regulator utama konsentrasi serum dan kandungan total
magnesium tubuh. Magnesium difiltrasi oleh glomerulus dan direabsorpsi di
tubulus, 60-75% di tubulus asendens. Hipomagnesaemia dapat hanya sementara,
mungkin disebabkan karena migrasi dari ekstraselular ke intraselular akibat
turunnya konsentrasi ion magnesium intraselular (Reinhart, 1988). Beberapa
pendapat tentang terjadinya hipomagnesaemia antara lain: belum dapat dijelaskan
tetapi sebagian dikeluarkan oleh urin; penggunaan obat, misal agonis β, steroid,
dan metilsantin; asupan yang rendah atau hilangnya magnesium karena proses
memasak ( Noppen et al. 1990; Dacey, 2001).
Kebutuhan rata-rata perhari magnesium adalah 200 mg untuk wanita dan 250
mg untuk pria. Secara prinsip absorbsi magnesium terjadi di ileum dan kolon
sedangkan ekskresinya dikontrol melalui ginjal. Seperti kation yang lain ion
magnesium difiltrasi di glomerolus, lebih banyak pada “ascending limb” dari
ansa henle dibanding pada “tubulus proximal convoluted”. Konsentrasi ion
magnesium rata-rata adalah 0,860 mmol / liter dengan “range” normal antara 0,76
– 0,96 mmol / liter.
Peningkatan kadar magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui
penekanan sekresi hormon paratiroid dan melalui peningkatan pembuangan
kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium direabsorbsi pada tubulus
renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar magnesium mencegah rabsorbsi
kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria. Disamping menyebabkan
hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium juga berkompetisi dengan sisi
ikatan kalsium yang sama yang mengakibatkan penurunan menurunnya kadar
ATP (adenosine triphosphate) sampai pada kadar dimana sel tidak mengikat
kalsium. Hal ini mencegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin.
Data klinik mendukung teori bahwa magnesium berefek sebagai tokolitiknya
melalui antogonism kalsium : pada keadaan hipokalsemia pada penderita yang
menerima magnesium sulfat kemudian diobati dengan pemberian kalsium, terjadi
peningkatan aktivitas uterus
e. Mekanisme Kerja MgSO4
1. Sistem Enzym
Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi
adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian metabolisme
fosfat. Juga berperan penting dalam metabolisme intraseluler, misalnya proses
pengikatan messanger-RNA dalam ribosom.
2. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler.
Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi
pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa aksi magnesium sulfat
di perifer pada neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada sama
sekali pengaruh pada sentral. Tapi sebagian besar penulis berpendapat bahwa aksi
utamanya adalah sentral dengan efek minimal blok neuromuskuler.
Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan
mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip
dengan ion kalium. Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas
SSP, disorientasi, kebingungan, kegelisahan, kejang dan perilaku
psikotik.Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat
menyebabkan terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer.
Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa menimbulkan
depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun janin. Donaldson
(1978,1986) serta beberapa neurolog lainnya dengan alasan yang sulit dimengerti,
secara keliru menekankan bahwa magensium sulfat merupakan anti konvulsan
yang bekerja perifer dan karenanya merupakan obat yang jelek. Obat ini hanya
bekerja pada konsentrasi yang menyebabkan kelumpuhan dan akibatnya pasien
eklampsia yang diobati akan menjadi tenang diluar tetapi masih kejang-kejang
didalam.
Thurnau dkk. (1987) memperlihatkan bahwa konsentrasi magnesium dalam
cairan serebrospinal setelah terapi magnesium pada preeklampsia mengalami
sedikit peningkatan tetapi sangat bermakna. Borges dan Gucer (1978)
mengajukan bukti yang meyakinkan bahwa ion magnesium menimbulkan efek
pada susunan saraf pusat yang jauh lebih spesifik daripada depresi umum. Borges
dkk. mengukur kerja magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral terhadap
aktifitas syaraf epileptik pada primata dibawah tingkat manusia yang tidak di beri
obat dan dalam keadaan sadar.
Magnesium akan menekan timbulnya letupan neuron dan lonjakan pada
EEG interiktal dari kelompok neuron yang dibuat epileptik dengan pemberian
penisilin G secara topikal. Derajat penekanan akan bertambah seiring dengan
meningkatnya kadar magnesium plasma dan akan berkurang
dengan menurunnya kadar magnesium.
3. Sistem neuromuskular
Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot rangka.
Kelebihan magnesium dapat menyebabkan :
- Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf
simpatis.
- Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.
- Penurunan amplitudo potensial motor end-plate.
Pengaruh yang paling berbahaya adalah
- hambatan pelepasan asetilkolin.
- Akibat kelebihan magnesium terhadap fungsi neuromuskular (dapat
diatasi dengan pemberian kalsium, asetilkolin dan fisostigmin).
Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek tendon dalam
mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam kadar 10 meq/liter. Oleh karena
itu selama pengobatan magnesium sulfat harus dikontrol refleks fatela.
4. Sistem syaraf otonom
Magnesium menghambat aktifitas dan ganglion simpatis dan dapat
digunakan untuk mengontrol penderita tetanus yang berat dengan cara mencegah
pelepasan katekolamin sehingga dapat menurunkan kepekaan reseptor adrenergik
alfa.
5. Sistem Kardiovaskular
Pengaruh magnesium terhahap otot jantung menyerupai ion kalium. Kadar
magnesium dalam darah yang tinggi yaitu 10-15 meq/liter menyebabkan
perpanjangan waktu hantaran PR dan QRS interval pada EKG. Menurunkan
frekuensi pengiriman infuls SA node dan pada kadar lebih dari 15 meq/liter akan
menyebabkan bradikardi bahkan sampai terjadi henti jantung yaitu pada kadar 30
meq/liter. Pengaruh ini dapat terjadi karena efek langsung terhadap otot jantung
atau terjadi hipoksemia akibat depresi pernapasan.
Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini
terjadi karena pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi otot jantung dan
hambatan gangguan simpatis. Magnesium sulfat dapat menurunkan tekanan darah
pada wanita hamil dengan preeklampsia dan eklampsia, wanita tidak hamil
dengan tekanan darah tinggi serta pada anak-anak dengan tekanan darah tinggi
akibat penyakit glomerulonefritis akut.
Hutchinson dalam penelitiannya mendapatkan sedikit penurunan darah
arteri setelah diberikan magnesium sulfat 4 gram secara intravena dan dalam
waktu 15-20 menit normal kembali. Sedangkan Thiagarajah dkk dalam
penelitiannya tidak mendapatkan perubahan yang bermakna baik penurunan
tekanan darah, perubahan denyut jantung ataupun tahanan perifer. Cotton dkk
(1842), mengumpulkan data-data menggunakanan kateterisasi ateri pulmonal dan
radial. Setelah pemberian 4 gram magnesium sulfat intravena dalam waktu 15
menit, tekanan darah arteri rata-rata sedikit menurun. Pemberian magnesium
menurunkan tahanan vaskuler sistemik serta tekanan arteri rata-rata, dan secara
bersamaan juga meningkatkan curah jantung tanpa disertai depresi miokardium.
6. Sistem pernapasan
Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih
dari 10 meq/liter bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai
15 meq/liter.
Somjen memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar
magnesium dalam darah 15 meq/liter akan didapati kelumpuhan otot pernapasan
tanpa disertai gangguan kesadaran maupun sensoris. Sebagai pengobatan
hipermagnesia segera setelah terjadi depresi pernapasan diberikan kalsium
glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari larutan 10%) secara intravena dalam
waktu 3 menit dan dilakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas
sendiri. Pemberian ini dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang
dilarutkan dalam dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi
dianjurkan untuk hemodialisis atau peritoneum dialisis.
7. Uterus
Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak
dipelajari oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4
gram MgSO4 secara intravena dan mendapatkan adanya penurunan kontraksi
uterus yang nyata pada 21 penderita , pada 7 penderita terdapat penurunan
kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita malah di dapatkan
penambahan kekuatan kontraksi uter us. Perubahan kontraksi ini hanya
berlangsung selama 3-15 menit dima na kadar magnesium meningkat dari 2
meq/liter menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada akhir
menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan diperoleh
perbaikan sifat kontraksi uterus.
f. Interaksi dan Efek Samping
Dahulu MgSO4 dalam jumlah yang banyak secara parenteral digunakan
sebagaiobat anestesi. Pemberian secara intratekal menghasilkan anestesi yang
baik,tetapi pengunaannya sebagai obat anestesi tidak bertahan lama karena sempitnya
waktu karena antara terjadinya anestesi dan depresi pernapasan. Karena MgSO4
menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan kepekaan motor endplatemaka
MgSO4 mempunyai pengaruh potensial, sinergis dan memperpanjang pengaruh dari
obat-obat pelemas otot non depolarisasi (kurare) dan depolarisasi(suksinilkolin)
sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih lama .Pemberian reversal
pada akhir operasi akan lebih sulit atau memerlukan dosis yang lebih tinggi. Karena
itu dianjurkan 20-30 menit sebelum pemberian obat-obat pelemas otot, sebaiknya
pemberian MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obatpelemas otot tersebut dikurangi
selama operasi.
MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-obat penekan
SSP(barbiturat, obat-obat anestesi umum).Pemberian MgSO4 pada penderita yang
sedang mendapat pengobatan digitalis harus dengan hati-hati karena bila terjadi
hipermagnesia, pengobatan kalsium yang diberikan dapat menyebabkan henti
jantung.Pemberian MgSO4 bersamaan dengan promethazine dapat menyebab
kanhipotensi yang hebat karena kedua obat tersebut menpunai efek vasodilatasi.
Bloss dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa gabungan MgSO4dengan
oksitosin yang sering terdapat pada penderita preeklampsia berat,ternyata oksitasin
tidak mempengaruhi farmakokinetik, distribusi dan kadarmagnesium.
Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa:
- rasa panas dimuka,
- muka merah,
- mual-mual dan muntah.
Reaksi ini segera timbul karena kadar magnesium segera meningkat dan akan
menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak didapatkan pada
penyuntikan secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena peningkatan
kadar magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat
vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.
g. Sediaan
MgSO4 disebut juga garam Epson banyak dipergunakan disunia kebidanan,
Magnesium Sulfat ini tersedia alam berbagai bentuk misalnya magnesium sitrat,
magnesium karbonat, magnesium oksida, milk of magnesia, magnesium fosfat,
magnesium trisilikat, dan magnesium sulfat. Pemakaian bisa melalui :
a. Parenteral
b. Injeksi (MgSO4 10% , 12,5%, 25%, 40% , dan 50% )
h. Dosis dan pemberian
Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi Dalam Kehamilan
di Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis magnesium sulfat sebagai
berikut :
a. Preeklampsia berat
1. Dosis awal
2. 4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit,
ditambah 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong
kanan (40% dalam 10 ml)
3. Dosis pemeliharaan
4. Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal,
selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam
b. Eklampsia
1. Dosis awal
- 4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4
menit,
- disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong
kiri dan bokong kanan masing-masing 4 gram
2. Dosis pemeliharaan
Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram intramuskuler
3. Dosis tambahan
- Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2gram intravena 2
menit.
- Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir
- Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja
- Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka
diberikan amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan.
IV. Pengaruh MgSO4
- Terhadap Kehamilan :
Faktor resiko B (Tidak dapat disimpulkan aman pada wanita hamil trisemester
pertama dan tidak terbukti berisiko pada trisemester selanjutnya). Tidak diketahui
berbahaya pada penggunaan intravena jangka pendek pada eklamsia, namun dosis
berlebih dapat menyebabkan depresi saluran nafas pada bayi baru lahir.
- Terhadap Ibu Menyusui :
Pada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus
berhati-hati karena magnesium didistribusikan melalui air susu. Konsentrasi
magnesium meningkat hanya untuk sekitar 24 jam setelah terapi magnesium
sulfat dihentikan.
- Terhadap Anak-anak :
Pada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus
berhati-hati karena magnesium sulfat didistribusikan melalui air susu (Seorang
bayi baru lahir dengan berat badan 3,5 kg mempunyai 600 meq magnesium
dalam badan.)
Bayi baru lahir ibu yang mendapat pengobatan magnesium sulfat kemungkinan akan
mengalami hipermagnesemia dengan gejala gagal napas, refleks yang menurun dan
gejala perut kembung (akibat hipermagnesemia menekan fungsi otot polos usus sehingga
menyebabkan ileus). Oleh sebab itu pada bayi baru lahir tersebut sejak menit pertama
sampai 1 jam setelah lahir harus diamati :
- Tangis, apakah menangis lemah atau tidak ada tangisan
- Refleks, apakah lemah atau menurun
- Pernapasan, apakah perlu dilakukan resusitasi atau perlu bantuan pernapasan
dengan alat resusitasi
Magnesium yang diberikan secara parenteral kepada ibu dengan cepat menembus
plasenta untuk mencapai keseimbangan di serum janin dalam derajat yang lebih ringan di
cairan amnion (Hallak, 1993). Neonatus dapat mengalami depresi hanya apbila terjadi
hipermagnesemia yang parah saat lahir. Belum pernah dijumpai gangguan neonatus pada
terapi dengan meagnesium sulfat (Cunningham dan Pritchard, 1984). Apakah
magnesium sulfat mempengaruhi pola frekuensi denyut jantung janin, terutama
variabilitas denyut demi denyut masih diperdebatkan. Dalam sebuah penelitian acak
yang membandingkan infus magnesium sulfat dengan infus salin, mendapatkan bahwa
magnesium sulfat berkaitan dengan penuruanan sedikit yang secara klinis tidak
bermakna dalam variabilitas frekuensi denyut jantung janin.
Pengobatan hipermagnesemia pada bayi baru lahir :
1. Resusitasi dan bantuan pernapasan, bila perlu dengan intubasi dan alat resusitator.
2. berikan kalsium glukonnas sebagai antagonis terhadap depresi susunan syaraf tepi
dan pusat dengan dosis 200-500 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl dan
diberikan secara perlahan-lahan secara intravena dengan memonitor denyut jantung
bayi
3. Dekstrose 10% dengan dosis 65 ml/kg/hari dalam 24 jam pertama kemudian
dilanjutkan dengan dosis 85 ml/kg/hari dekstrose 10 dalam NaCl 0,2%. Pengobatan
ini bertujuan untuk balans elektrolit dan memperlancar diuresis.
4. Transfusi tukar darah
Sebagian penulis menyatakan adanya kemungkinan efek protektif magnesium sulfat
terhadap cerebral palsy pada janin dengan berat lahir sangat rendah. Murphy (1995)
mendapatkan bahwa preeklampsia yang bersifat protektif terhadap cerebral palsy, dan
bukan magnesium sulfat. Namun Kimberlin (1996) tidak memperoleh manfaat tokolisis
dengan magnesium sulfat pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram.
V. Kesimpulan
Magnesium Sulfat adalah salah satu jenis garam dan juga merupakan senyawa
kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus
MgSO4.Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5 – 6,5). Hal ini sering
dijumpai sebagai Heptahydrate, MgSO4.7H2O yang biasanya disebut Epsom, Anhidrat
karena bentuk anhidrat adalah higroskopi (mudah menyerap air dari udara).
Pengunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan preeklampsia dan eklampsia
lebih disukai karena mudah mencegah dan mengatasi kejang, penderita tetap sadar,
jarang terjadi aspirasi, pengaruh terhadap bayi sedikit dan mudah dilaksanakan .Cara
pemberian dan dosis terpilih magnesium sulfat masih bermacam-macam, namun
semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang dapat
memberikan efek pengobatan yang optimal dan berlangsung lama.
Daftar Pustaka
Carlan SJ, O.brien WF. The effect of magnesium sulfate on the biophysical profile of normal
term fetuses. Obstet Gynecol. 1998; 92: 691-3
Hernawati Hidayat. Peranan Magnesium Pada Kesehatan Hewan Dan Manusia. Bandung:
Upi
Holcomb Jr WL, Shakelford GD, Petrie RH. Magnesium tocolysis and neonatal bone
abnormalities : a controlled study. Obstet Gynecol. 1991; 78: 611-4
Liborius Vendwi Bramantyo. 2009. Perbandingan Perubahan Gejala Hemodinamik Antara
Prekurarisasi Atrakurium 0,05 Mg / Kg Bb Dengan Mgso4 40% 40 Mg Karena
Penggunaan Suksinilkolin Sebagai Fasilitas Intubasi. Semarang: Undip
Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Ed. 2.
Jakarta: EGC.
http://digilib.unsri.ac.id/download/MGSO4%20.pdf Diakses pada tanggal 29 April 2013
http://www.atmos.umd.edu/~russ/MSDS/magnesium_sulfate_anhydrous.htm Diakses pada tanggal 29 April 2013
Anonim.-. Indformasi Obat Mg Sulfat.http://dinkes.tasikmalayakota.go.id diakses pada
tanggal 29 April 2013
Anonim.2011.Hormon Oksitosin dan MgSO4.http://mahasiswibidanindonesia.blogspot.com
diakses pada tanggal 29 April 2013