22
RANGKUMAN FARMAKOLOGI MgSO 4 (Magnesium Sulfat) Disusun Oleh : TUTOR 8 Meila Sabridatia Rini Meilani Mya Ganes S Iswari Nastiti Hannifah Fitriani Santa Maria Siti Herlina Febi Dwi Putri Brighita Puspa Rd. Ami Atmalia Indriyani Putri (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100 ) (220110100

Rangkuman Farmakologi Tutor 8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

RANGKUMAN FARMAKOLOGI

MgSO4 (Magnesium Sulfat)

Disusun Oleh :

TUTOR 8

Meila Sabridatia

Rini Meilani

Mya Ganes S

Iswari Nastiti

Hannifah Fitriani

Santa Maria

Siti Herlina

Febi Dwi Putri

Brighita Puspa

Rd. Ami Atmalia

Indriyani Putri

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

(220110100 )

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Page 2: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

2013

I. Pendahuluan

Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer pada

tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan kejang pada

kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan mereka dan mulai

mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita tetanus.

Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali

dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun

1916 memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak

250 ml larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan

subkutan dan intramuskuler.

Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium

sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram.

Setelah mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman

menyatakan bahwa magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada

preeklampsia berat. Selain mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan.

Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai

pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita

preeklampsia dan eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan

hanya 1 kamatian ibu, sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%. Zuspan pada tahun

1966 melaporkan 69 kasus eklampsia yang dirawat sejak tahun 1956 dengan pengobatan

magnesium sulfat secara tetes kontinyu dengan dosis 1 gram/jam dilaporkan 2 kematian

ibu (2,9%) yang terjadi 4 minggu pasca persalinan yang disebabkan kelainan sebagai

akibat eklampsia. Suplementasi magnesium berupa pemberian oral magnesium aspartate

hidrochloride selama kehamilan untuk menurunkan insiden preeklampsia telah diteliti

oleh Sibai dkk. Walaupun terjadi peningkatan kadar magnesium dalam plasma darah,

hasil analisa menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal insiden preeclampsia.

Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk

pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri

pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah cukup

lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas Gestosis POGI

ditetapkan magnesium sulfat merupakan satu-satunya obat yang dipakai untuk

pengobatan preeklampsia dan eklampsia.

Page 3: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

II. Ikatan Kimia, Struktur Kimia, Formula

Magnesium sulfat adalah senyawa ion yang terdiri atas ion dan ion dimana kedua ion ini memiliki muatan yang sama sehingga rumus kimianya adalah

.

Magnesium sulfate atau magnesium sulfat adalah garam anorganik ( senyawa kimia) yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Hal ini sering dijumpai sebagai epsomite heptahidrat sulfat mineral ( MgSO4 · 7H2O) , biasa disebut garam Epsom, nama untuk musim semi garam pahit dari kota Epsom di Surrey, Inggris, di mana garam tersebut dihasilkan dari mata air yang muncul di mana berpori kapur dari Downs Utara bertemu non-porous tanah liat London. Garam Epsom terjadi secara alami sebagai mineral murni. Bentuk lain adalah hidrat Kieserite.

Magnesium Sulfat adalah salah satu jenis garam dan juga merupakan senyawa kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4.Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5 – 6,5). Hal ini sering dijumpai sebagai Heptahydrate, MgSO4.7H2O yang biasanya disebut Epsom, Anhidrat karena bentuk anhidrat adalah higroskopi (mudah menyerap air dari udara). Dalam pertanian dan berkebun magnesium sulfat digunakan untuk memperbaiki kekurangan magnesium dalam tanah, karena magnesium merupakan elemen penting dalam klorofil molekul. Keuntungan dari magnesium sulfat megnesium lainnya atas perubahan tanah (seperti dolomitic kapur) adalah kelarutan yang tinggi.

III. Farmakokinetik dan farmakodinamika

a. Sifat Fisiokimia

- Penampilan : Kristal transparan, atau bubuk putih.

- Bau : Tidak berbau.

- Kelarutan : Sangat larut dalam air.

- Kepadatan : 2.65 g / ml @ 4C

- pH : Larutan netral atau sedikit asam.

- % Volatil volume @ 21C (70F) :Tidak ada informasi yang ditemukan.

- Titik didih : Tidak berlaku.

- Titik Leleh : 1124C (2055F)

- Densitas Uap (udara = 1) : Tidak ada informasi yang ditemukan.

- Tekanan Uap (mm Hg) : Tidak ada informasi yang ditemukan.

- Tingkat evaporasi (BuAc = 1) : Tidak ada informasi yang ditemukan.

Page 4: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

b. Golongan

MgSO4 merupakan golongan antikonvulsan atau anti kejang. Biasa digunakan

untuk mengatasi Eklampsia, yaitu merupakan onset baru dari aktivitas kejang

grandmal dan/atau koma selama kehamilan atau setelah melahirkan pada wanita

dengan tanda-tanda atau gejala preeklampsia. Ini biasanya terjadi selama atau setelah

20 minggu kehamilan atau pada periode postpartum.

c. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi MgSO4

• Merelakskan otot, antikovulsan digunakan pada pre-eklamsia dan eklamsia.

• Inhibisi persalinan premature

• Pengobatan toksemia dan eklamsia

Kontra Indikasi MgSO4

Alergi terhadap produk magnesium, penyekat jantung, kerusakan miokardium,

nyeri abdomen, mual, muntah, atau gejala lain berupa apendisitis. Terdapat resiko

toksisitas magnesium pada neonates jika magnesium sulfat digunakan dalam

persalinan dan pelahiran.

d. Ekresi dan Absorbsi

- Ekresi

Ekskresi magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air

susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal.

Bila kadar magnesium dalam darah meningkat maka penyerapan ditubulus ginjal

menurun, sedangkan clearence ginjal meningkat dan sebaliknya. Peningkatan

kadar magnesium dalam darah dapat disebabkan karena pemberian yang

berlebihan atau terlalu lama dan karena terhambatnya ekskresi melalui ginjal

akibat adanya insufisiensi atau kerusakan ginjal.

Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi spasme pada seluruh pembuluh darah

sehingga aliran darah ke ginjal berkurang yang menyebabkan GFR dan produksi

urine berkurang. Oleh karena itu mudah terjadi peninggian kadar magnesium

dalam darah.

Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium

klorida, furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan magnesium

Page 5: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

dapat disebabkan oleh karena penurunan absorbsi misalnya pada sindroma

malabsorbsi, by pass usus halus, malnutrisi, alkholisme, diabetik ketoasidosis,

pengobatan diuretika, diare, hiperaldosteronisme, hiperkalsiuri,

hiperparatiroidisme.

Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan

melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75%

setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard mendemontrasikan

bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal setelah 24 jam

pemberian intavena.

Pada kondisi tubuh normal konsentrasi magnesium akan selalu berada

konstan dalam sirkulasi darah. Homeostasis bergantung pada keseimbangan

antara absorpsi di usus dan ekskresi di ginjal dimana tubulus ginjal berperan

utama dalam pengaturan magnesium (Sclingmann et al. 2004).

Absorpsi magnesium di usus halus lebih sedikit dibandingkan dengan di

kolon. Magnesium diperkirakan 1 mmol hilang atau terbuang dalam sekresi di

gastrointestinal setiap hari. Ginjal merupakan regulator utama konsentrasi serum

dan kandungan total magnesium tubuh. Ekskresi magnesium lebih banyak terjadi

pada malam hari. Pada bagian glomerulus ginjal, magnesium (baik dalam bentuk

ion atau magnesium kompleks) mengalami filterisasi sebanyak 70%, sedangkan

di bagian nefron reabsorpsi magnesium lebih 96%. Jumlah yang di reabsorpsi

dapat bervariasi, mulai mendekati nol sampai 99.5% tergantung pada

keseimbangan magnesium individu (Topf and Murray, 2003)

- Absorbsi

Absorpsi magnesium dilakukan di usus halus; yang diserap kurang lebih 24%-

76%, dilakukan secara aktif mirip dengan sistem transpor Ca; pada pemberian

magnesium kadar rendah akan terjadi peningkatan absorpsi Ca. Ekskresi

dilakukan di ginjal, kurang lebih 120-140 magnesium/24 jam pada orang dengan

diet normal dan dalam keadaan tertentu ginjal dapat mensekresi sampai dengan

5000 magnesium/24 jam tergantung konsentrasi magnesium plasma (Elin, 1987).

Ginjal merupakan regulator utama konsentrasi serum dan kandungan total

magnesium tubuh. Magnesium difiltrasi oleh glomerulus dan direabsorpsi di

tubulus, 60-75% di tubulus asendens. Hipomagnesaemia dapat hanya sementara,

mungkin disebabkan karena migrasi dari ekstraselular ke intraselular akibat

Page 6: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

turunnya konsentrasi ion magnesium intraselular (Reinhart, 1988). Beberapa

pendapat tentang terjadinya hipomagnesaemia antara lain: belum dapat dijelaskan

tetapi sebagian dikeluarkan oleh urin; penggunaan obat, misal agonis β, steroid,

dan metilsantin; asupan yang rendah atau hilangnya magnesium karena proses

memasak ( Noppen et al. 1990; Dacey, 2001).

Kebutuhan rata-rata perhari magnesium adalah 200 mg untuk wanita dan 250

mg untuk pria. Secara prinsip absorbsi magnesium terjadi di ileum dan kolon

sedangkan ekskresinya dikontrol melalui ginjal. Seperti kation yang lain ion

magnesium difiltrasi di glomerolus, lebih banyak pada “ascending limb” dari

ansa henle dibanding pada “tubulus proximal convoluted”. Konsentrasi ion

magnesium rata-rata adalah 0,860 mmol / liter dengan “range” normal antara 0,76

– 0,96 mmol / liter.

Peningkatan kadar magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui

penekanan sekresi hormon paratiroid dan melalui peningkatan pembuangan

kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium direabsorbsi pada tubulus

renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar magnesium mencegah rabsorbsi

kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria. Disamping menyebabkan

hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium juga berkompetisi dengan sisi

ikatan kalsium yang sama yang mengakibatkan penurunan menurunnya kadar

ATP (adenosine triphosphate) sampai pada kadar dimana sel tidak mengikat

kalsium. Hal ini mencegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin.

Data klinik mendukung teori bahwa magnesium berefek sebagai tokolitiknya

melalui antogonism kalsium : pada keadaan hipokalsemia pada penderita yang

menerima magnesium sulfat kemudian diobati dengan pemberian kalsium, terjadi

peningkatan aktivitas uterus

e. Mekanisme Kerja MgSO4

1. Sistem Enzym

Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi

adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian metabolisme

fosfat. Juga berperan penting dalam metabolisme intraseluler, misalnya proses

pengikatan messanger-RNA dalam ribosom.

2. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler.

Page 7: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi

pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa aksi magnesium sulfat

di perifer pada neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada sama

sekali pengaruh pada sentral. Tapi sebagian besar penulis berpendapat bahwa aksi

utamanya adalah sentral dengan efek minimal blok neuromuskuler.

Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan

mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip

dengan ion kalium. Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas

SSP, disorientasi, kebingungan, kegelisahan, kejang dan perilaku

psikotik.Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat

menyebabkan terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin

disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer.

Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa menimbulkan

depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun janin. Donaldson

(1978,1986) serta beberapa neurolog lainnya dengan alasan yang sulit dimengerti,

secara keliru menekankan bahwa magensium sulfat merupakan anti konvulsan

yang bekerja perifer dan karenanya merupakan obat yang jelek. Obat ini hanya

bekerja pada konsentrasi yang menyebabkan kelumpuhan dan akibatnya pasien

eklampsia yang diobati akan menjadi tenang diluar tetapi masih kejang-kejang

didalam.

Thurnau dkk. (1987) memperlihatkan bahwa konsentrasi magnesium dalam

cairan serebrospinal setelah terapi magnesium pada preeklampsia mengalami

sedikit peningkatan tetapi sangat bermakna. Borges dan Gucer (1978)

mengajukan bukti yang meyakinkan bahwa ion magnesium menimbulkan efek

pada susunan saraf pusat yang jauh lebih spesifik daripada depresi umum. Borges

dkk. mengukur kerja magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral terhadap

aktifitas syaraf epileptik pada primata dibawah tingkat manusia yang tidak di beri

obat dan dalam keadaan sadar.

Magnesium akan menekan timbulnya letupan neuron dan lonjakan pada

EEG interiktal dari kelompok neuron yang dibuat epileptik dengan pemberian

penisilin G secara topikal. Derajat penekanan akan bertambah seiring dengan

meningkatnya kadar magnesium plasma dan akan berkurang

dengan menurunnya kadar magnesium.

Page 8: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

3. Sistem neuromuskular

Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot rangka.

Kelebihan magnesium dapat menyebabkan :

- Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf

simpatis.

- Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.

- Penurunan amplitudo potensial motor end-plate.

Pengaruh yang paling berbahaya adalah

- hambatan pelepasan asetilkolin.

- Akibat kelebihan magnesium terhadap fungsi neuromuskular (dapat

diatasi dengan pemberian kalsium, asetilkolin dan fisostigmin).

Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek tendon dalam

mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam kadar 10 meq/liter. Oleh karena

itu selama pengobatan magnesium sulfat harus dikontrol refleks fatela.

4. Sistem syaraf otonom

Magnesium menghambat aktifitas dan ganglion simpatis dan dapat

digunakan untuk mengontrol penderita tetanus yang berat dengan cara mencegah

pelepasan katekolamin sehingga dapat menurunkan kepekaan reseptor adrenergik

alfa.

5. Sistem Kardiovaskular

Pengaruh magnesium terhahap otot jantung menyerupai ion kalium. Kadar

magnesium dalam darah yang tinggi yaitu 10-15 meq/liter menyebabkan

perpanjangan waktu hantaran PR dan QRS interval pada EKG. Menurunkan

frekuensi pengiriman infuls SA node dan pada kadar lebih dari 15 meq/liter akan

menyebabkan bradikardi bahkan sampai terjadi henti jantung yaitu pada kadar 30

meq/liter. Pengaruh ini dapat terjadi karena efek langsung terhadap otot jantung

atau terjadi hipoksemia akibat depresi pernapasan.

Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini

terjadi karena pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi otot jantung dan

hambatan gangguan simpatis. Magnesium sulfat dapat menurunkan tekanan darah

pada wanita hamil dengan preeklampsia dan eklampsia, wanita tidak hamil

Page 9: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

dengan tekanan darah tinggi serta pada anak-anak dengan tekanan darah tinggi

akibat penyakit glomerulonefritis akut.

Hutchinson dalam penelitiannya mendapatkan sedikit penurunan darah

arteri setelah diberikan magnesium sulfat 4 gram secara intravena dan dalam

waktu 15-20 menit normal kembali. Sedangkan Thiagarajah dkk dalam

penelitiannya tidak mendapatkan perubahan yang bermakna baik penurunan

tekanan darah, perubahan denyut jantung ataupun tahanan perifer. Cotton dkk

(1842), mengumpulkan data-data menggunakanan kateterisasi ateri pulmonal dan

radial. Setelah pemberian 4 gram magnesium sulfat intravena dalam waktu 15

menit, tekanan darah arteri rata-rata sedikit menurun. Pemberian magnesium

menurunkan tahanan vaskuler sistemik serta tekanan arteri rata-rata, dan secara

bersamaan juga meningkatkan curah jantung tanpa disertai depresi miokardium.

6. Sistem pernapasan

Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih

dari 10 meq/liter bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai

15 meq/liter.

Somjen memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar

magnesium dalam darah 15 meq/liter akan didapati kelumpuhan otot pernapasan

tanpa disertai gangguan kesadaran maupun sensoris. Sebagai pengobatan

hipermagnesia segera setelah terjadi depresi pernapasan diberikan kalsium

glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari larutan 10%) secara intravena dalam

waktu 3 menit dan dilakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas

sendiri. Pemberian ini dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang

dilarutkan dalam dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi

dianjurkan untuk hemodialisis atau peritoneum dialisis.

7. Uterus

Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak

dipelajari oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4

gram MgSO4 secara intravena dan mendapatkan adanya penurunan kontraksi

uterus yang nyata pada 21 penderita , pada 7 penderita terdapat penurunan

kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita malah di dapatkan

penambahan kekuatan kontraksi uter us. Perubahan kontraksi ini hanya

Page 10: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

berlangsung selama 3-15 menit dima na kadar magnesium meningkat dari 2

meq/liter menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada akhir

menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan diperoleh

perbaikan sifat kontraksi uterus.

f. Interaksi dan Efek Samping

Dahulu MgSO4 dalam jumlah yang banyak secara parenteral digunakan

sebagaiobat anestesi. Pemberian secara intratekal menghasilkan anestesi yang

baik,tetapi pengunaannya sebagai obat anestesi tidak bertahan lama karena sempitnya

waktu karena antara terjadinya anestesi dan depresi pernapasan. Karena MgSO4

menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan kepekaan motor endplatemaka

MgSO4 mempunyai pengaruh potensial, sinergis dan memperpanjang pengaruh dari

obat-obat pelemas otot non depolarisasi (kurare) dan depolarisasi(suksinilkolin)

sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih lama .Pemberian reversal

pada akhir operasi akan lebih sulit atau memerlukan dosis yang lebih tinggi. Karena

itu dianjurkan 20-30 menit sebelum pemberian obat-obat pelemas otot, sebaiknya

pemberian MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obatpelemas otot tersebut dikurangi

selama operasi.

MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-obat penekan

SSP(barbiturat, obat-obat anestesi umum).Pemberian MgSO4 pada penderita yang

sedang mendapat pengobatan digitalis harus dengan hati-hati karena bila terjadi

hipermagnesia, pengobatan kalsium yang diberikan dapat menyebabkan henti

jantung.Pemberian MgSO4 bersamaan dengan promethazine dapat menyebab

kanhipotensi yang hebat karena kedua obat tersebut menpunai efek vasodilatasi.

Bloss dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa gabungan MgSO4dengan

oksitosin yang sering terdapat pada penderita preeklampsia berat,ternyata oksitasin

tidak mempengaruhi farmakokinetik, distribusi dan kadarmagnesium.

Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa:

- rasa panas dimuka,

- muka merah,

- mual-mual dan muntah.

Page 11: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

Reaksi ini segera timbul karena kadar magnesium segera meningkat dan akan

menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak didapatkan pada

penyuntikan secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena peningkatan

kadar magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat

vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.

g. Sediaan

MgSO4 disebut juga garam Epson banyak dipergunakan disunia kebidanan,

Magnesium Sulfat ini tersedia alam berbagai bentuk misalnya magnesium sitrat,

magnesium karbonat, magnesium oksida, milk of magnesia, magnesium fosfat,

magnesium trisilikat, dan magnesium sulfat. Pemakaian bisa melalui :

a. Parenteral

b. Injeksi (MgSO4 10% , 12,5%, 25%, 40% , dan 50% )

h. Dosis dan pemberian

Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi Dalam Kehamilan

di Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis magnesium sulfat sebagai

berikut :

a. Preeklampsia berat

1. Dosis awal

2. 4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit,

ditambah 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong

kanan (40% dalam 10 ml)

3. Dosis pemeliharaan

4. Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal,

selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam

b. Eklampsia

1. Dosis awal

- 4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4

menit,

Page 12: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

- disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong

kiri dan bokong kanan masing-masing 4 gram

2. Dosis pemeliharaan

Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram intramuskuler

3. Dosis tambahan

- Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2gram intravena 2

menit.

- Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir

- Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja

- Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka

diberikan amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan.

IV. Pengaruh MgSO4

- Terhadap Kehamilan :

Faktor resiko B (Tidak dapat disimpulkan aman pada wanita hamil trisemester

pertama dan tidak terbukti berisiko pada trisemester selanjutnya). Tidak diketahui

berbahaya pada penggunaan intravena jangka pendek pada eklamsia, namun dosis

berlebih dapat menyebabkan depresi saluran nafas pada bayi baru lahir.

- Terhadap Ibu Menyusui :

Pada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus

berhati-hati karena magnesium didistribusikan melalui air susu. Konsentrasi

magnesium meningkat hanya untuk sekitar 24 jam setelah terapi magnesium

sulfat dihentikan.

- Terhadap Anak-anak :

Pada pemberian magnesium sulfat secara parenteral pada ibu menyusui harus

berhati-hati karena magnesium sulfat didistribusikan melalui air susu (Seorang

bayi baru lahir dengan berat badan 3,5 kg mempunyai 600 meq magnesium

dalam badan.)

Bayi baru lahir ibu yang mendapat pengobatan magnesium sulfat kemungkinan akan

mengalami hipermagnesemia dengan gejala gagal napas, refleks yang menurun dan

gejala perut kembung (akibat hipermagnesemia menekan fungsi otot polos usus sehingga

menyebabkan ileus). Oleh sebab itu pada bayi baru lahir tersebut sejak menit pertama

sampai 1 jam setelah lahir harus diamati :

Page 13: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

- Tangis, apakah menangis lemah atau tidak ada tangisan

- Refleks, apakah lemah atau menurun

- Pernapasan, apakah perlu dilakukan resusitasi atau perlu bantuan pernapasan

dengan alat resusitasi

Magnesium yang diberikan secara parenteral kepada ibu dengan cepat menembus

plasenta untuk mencapai keseimbangan di serum janin dalam derajat yang lebih ringan di

cairan amnion (Hallak, 1993). Neonatus dapat mengalami depresi hanya apbila terjadi

hipermagnesemia yang parah saat lahir. Belum pernah dijumpai gangguan neonatus pada

terapi dengan meagnesium sulfat (Cunningham dan Pritchard, 1984). Apakah

magnesium sulfat mempengaruhi pola frekuensi denyut jantung janin, terutama

variabilitas denyut demi denyut masih diperdebatkan. Dalam sebuah penelitian acak

yang membandingkan infus magnesium sulfat dengan infus salin, mendapatkan bahwa

magnesium sulfat berkaitan dengan penuruanan sedikit yang secara klinis tidak

bermakna dalam variabilitas frekuensi denyut jantung janin.

Pengobatan hipermagnesemia pada bayi baru lahir :

1. Resusitasi dan bantuan pernapasan, bila perlu dengan intubasi dan alat resusitator.

2. berikan kalsium glukonnas sebagai antagonis terhadap depresi susunan syaraf tepi

dan pusat dengan dosis 200-500 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl dan

diberikan secara perlahan-lahan secara intravena dengan memonitor denyut jantung

bayi

3. Dekstrose 10% dengan dosis 65 ml/kg/hari dalam 24 jam pertama kemudian

dilanjutkan dengan dosis 85 ml/kg/hari dekstrose 10 dalam NaCl 0,2%. Pengobatan

ini bertujuan untuk balans elektrolit dan memperlancar diuresis.

4. Transfusi tukar darah

Sebagian penulis menyatakan adanya kemungkinan efek protektif magnesium sulfat

terhadap cerebral palsy pada janin dengan berat lahir sangat rendah. Murphy (1995)

mendapatkan bahwa preeklampsia yang bersifat protektif terhadap cerebral palsy, dan

bukan magnesium sulfat. Namun Kimberlin (1996) tidak memperoleh manfaat tokolisis

dengan magnesium sulfat pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram.

V. Kesimpulan

Magnesium Sulfat adalah salah satu jenis garam dan juga merupakan senyawa

kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus

Page 14: Rangkuman Farmakologi Tutor 8

MgSO4.Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5 – 6,5). Hal ini sering

dijumpai sebagai Heptahydrate, MgSO4.7H2O yang biasanya disebut Epsom, Anhidrat

karena bentuk anhidrat adalah higroskopi (mudah menyerap air dari udara).

Pengunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan preeklampsia dan eklampsia

lebih disukai karena mudah mencegah dan mengatasi kejang, penderita tetap sadar,

jarang terjadi aspirasi, pengaruh terhadap bayi sedikit dan mudah dilaksanakan .Cara

pemberian dan dosis terpilih magnesium sulfat masih bermacam-macam, namun

semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang dapat

memberikan efek pengobatan yang optimal dan berlangsung lama.

Daftar Pustaka

Carlan SJ, O.brien WF. The effect of magnesium sulfate on the biophysical profile of normal

term fetuses. Obstet Gynecol. 1998; 92: 691-3

Hernawati Hidayat. Peranan Magnesium Pada Kesehatan Hewan Dan Manusia. Bandung:

Upi

Holcomb Jr WL, Shakelford GD, Petrie RH. Magnesium tocolysis and neonatal bone

abnormalities : a controlled study. Obstet Gynecol. 1991; 78: 611-4

Liborius Vendwi Bramantyo. 2009. Perbandingan Perubahan Gejala Hemodinamik Antara

Prekurarisasi Atrakurium 0,05 Mg / Kg Bb Dengan Mgso4 40% 40 Mg Karena

Penggunaan Suksinilkolin Sebagai Fasilitas Intubasi. Semarang: Undip

Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Ed. 2.

Jakarta: EGC.

http://digilib.unsri.ac.id/download/MGSO4%20.pdf Diakses pada tanggal 29 April 2013

http://www.atmos.umd.edu/~russ/MSDS/magnesium_sulfate_anhydrous.htm Diakses pada tanggal 29 April 2013

Anonim.-. Indformasi Obat Mg Sulfat.http://dinkes.tasikmalayakota.go.id diakses pada

tanggal 29 April 2013

Anonim.2011.Hormon Oksitosin dan MgSO4.http://mahasiswibidanindonesia.blogspot.com

diakses pada tanggal 29 April 2013