Upload
rianyudha
View
170
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
REDESIGN KULKAS DENGAN MENGGUNAKAN KORELASI METODE
ANTROPOMETRI DAN USABILITAS SERTA MEMPERTIMBANGAN POSTUR
PENGGUNA
(Studi Khasus di Alfamart Kawasan Sleman)
Rian Yudha Perwira
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, [email protected]
Abstrak
Alfamart merupakan salah satu retail besar yang berada di Indonesia. Sesuai informasi yang didapatkan di
website Alfamartku.com, Alfamart terbuka 24 jam. Kebutuhan konsumen untuk mengkonsumsi produk-produk
yang dijual di Alfamart pun tinggi salah satunya pada produk minuman. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kedayagunaan, resiko yang muncul saat pemindahan produk ke kulkas pendingin, serta mendesain
ulang rancangan kulkas pendingin yang ada di Alfamart tersebut sesuai yang dibutuhkan konsumen dan sesuai
dengan dimensi tubuh pengguna kulkas tersebut. Hal tersebut dikarenakan tingginya intensitas pemakaian
kulkas tersebut karena kulkas tersebut merupakan sarana untuk menjaga kesegaran minuman yang diinginkan
konsumen. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode postur, usabilitas, dan antropometri yang
telah dikorelasikan menjadi satu pokok bahasan. Subjek dari penelitian ini yaitu pelanggan Alfamart dan
karyawan Alfamart dengan 5 orang pelanggan Alfamart (3 laki-laki, 2 perempuan) serta 40 orang karyawan
Alfamart (20 laki-laki, 20 perempuan). Lokasi penelitian berada di Alfamart yang terletak di wilayah Sleman.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kurang produktivitasnya kedayagunaan
kulkas Alfamart berada pada gagang pintu dan pengatur pendingin kulkas. Hasil pembahasan yang diperoleh
dengan menggunakan metode postur yaitu metode RULA dan REBA dengan kategori sedang, sehingga perlu
adanya perbaikan sistem kerja seperti pemberian gambar petunjuk pemindahan yang baik dan benar. Untuk
Usabilitas, kurang efektifnya fitur kulkas terletak pada pengaturan pendingin kulkas dan gagang pintu kulkas
tersebut. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode Antropometri peneliti mendesain ulang gagang pintu
dan pengatur pendingin kulkas sesuai yang responden keluhkan.
Kata Kunci : Postur, Usabilitas, Antropometri. Kulkas
Abstract
Alfamart is one of the major retailers located in Indonesia. As for the information obtained on the website
Alfamartku.com, Alfamart is open 24 hours non stop. Consumer needs to consume products in Alfamart, any
one of them in the beverage product. The purpose of this study was to determine the usefulness, risks of injury
when product transfer to the cooling refrigerator controller, as well as redesigning existing draft cooling
refrigerator controller in the appropriate Alfamart consumer needs and in accordance with the user 's body
dimensions of the refrigerator. This is due to the high intensity of use of the refrigerator because the
refrigerator is a means to maintain the freshness of beverages that consumers needs. The method used for this
research is a method of posture, usability, and anthropometry has correlated into a single subject. The subject
of this research is Alfamart customers and employees Alfamart with customers Alfamart 5 (3 men, 2 women)
and 40 employees Alfamart (20 men, 20 women). Location of the study are in Alfamart located in Sleman. The
conclusion from these studies indicate that the lack of productivity usefulness Alfamart refrigerator was on the
doors handle and cooling refrigerator controller. Discussion of the results obtained by using the method RULA posture and REBA with the medium category, so the need for system improvement work, such as providing a
good image removal instructions and correct. For usability, lack of effective feature lies in cooling refrigerator
controller and the handle. Therefore, by using the method of anthropometry researchers redesign the handle
and the appropriate cooling refrigerator controller respondents complaining.
Keywords : Posture, usability, anthropometry, refrigerator.
1. PENDAHULUAN Pada era globalisasi, banyaknya produk
yang diproduksi dan dipasarkan di berbagai
retailer-retailer yang telah disepakati. Barang
didistribusikan ke retailer-retailer tersebut
salah satunya di Alfamart di wilayah Sleman,
Yogyakarta. Berdasarkan informasi dari
website resmi Alfamart yaitu Alfamartku.com,
Alfamart merupakan retailer yang buka
selama 24 jam. Oleh karena itu, fasilitas-
fasilitas di Alfamart akan sering digunakan
baik dari pembeli maupun dari karyawan itu
sendiri. Salah satu fasilitas yang sering
digunakan adalah kulkas pendingin yang
berada di Alfamart tersebut. Hal tersebut
dikarenakan kebiasaan konsumen membeli
minuman yang segar yang dijual di Alfamart.
Kesegaran minuman tersebut dapat terjaga
apabila diletakkan di kulkas pendingin.
Tingginya intensitas penggunaan kulkas
pendingin sehingga perlu sebuah penelitian
untuk mengetahui seberapa besar kenyamanan
dan kemudahan untuk digunakan kulkas
tersebut serta melakukan perancangan ulang
kulkas sesuai kebutuhan pengguna dan
antropometrik pengguna tersebut.
1.1 Manual Material Handling (MMH) Kegiatan MMH menurut pendapat Mc
Cormick dan Sanders (1993) serta Alexander
(1986) yang sering dilakukan oleh pekerja di
dalam industri antara lain :
1. Kegiatan pengangkatan benda (Lifting Task)
2. Kegiatan pengantaran benda (Carrying Task)
3. Kegiatan mendorong benda (Pusing Task) 4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task) Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja
dalam melakukan kegiatan penanganan
material bukanlah tanpa sebab. Penanganan
material secara manual memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut :
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan
beban pada ruang terbatas dan pekerja
yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
1.2 Rapid Entire Body Assessment (REBA) Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah
metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomic dan dapat digunakan secara cepat
untuk menilai posisi kerja atau postur leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan, dan
kaki seorang operator. Selain itu metode ini
juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh serta
aktivitas pekerja. Penilaian dengan
menggunakan REBA tidak membutuhkan
waktu lama untuk melengkapi dan melakukan
scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan
resiko yang diakibatkan postur kerja operator
(Hignett & McAtamney, 2000).
1.3 Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Rapid Upper Limb Assesment adalah
metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomic yang menginvestigasi dan menilai
posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian
atas. RULA diperuntukan pada bidang
ergonomi dengan bidang cakupan yang luas
(McAtamney, 1993). RULA dikembangkan
untuk memenuhi tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat, terutama
pemeriksaan paparan (exposure) terhadap
resiko gangguan bagian tubuh atas yang
disebabkan karena bekerja.
2. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau pengukuran
ergonomic yang mencakup faktor-faktor
fisik, epidemiologis, mental, lingkungan
dan faktor organisional dan khususnya
mencegah terjadinya gangguan pada tubuh
bagian atas akibat kerja.
1.4 Usabilitas Usabilitas adalah ukuran kualitas pengalaman
pengguna ketika berinteraksi dengan produk
atau sistem apakah situs web, aplikasi
perangkat lunak, teknologi bergerak , maupun
peralatan-peralatan lain yang dioperasikan
oleh pengguna (Putra dkk., 2013). Menurut
ISO 9241-11 (1998) terdapat tiga bentuk
dimensi usabilitas adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas adalah seberapa besar produk tersebut dapat membantu pengguna dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
2. Efisiensi adalah tingkat efektivitas yang dicapai, yang berkaitan dengan sumber
daya. Sumber daya yang relevan dapat
mencakup usaha mental atau fisik, waktu,
dan biaya.
3. Kepuasan adalah mengukur sejauh mana pengguna bebas dari ketidaknyamanan dan
sikap mereka terhadap penggunaan
produk. Kepuasan bisa ditentukan dan
diukur menurut penilaian subjektif pada
skala seperti ketidaknyamanan yang
dialami, kesukaan pada produk, kepuasan
menggunakan produk, atau penerimaan
dari beban kerja ketika melaksanakan
tugas yang berbeda, atau sejauh mana
tujuan kegunaan tertentu (seperti efisiensi
atau learnability) telah dipenuhi.
Menurut Jakob Nielsen (2003) untuk
mengukur usabilitas suatu aplikasi terdapat
lima komponen penting, lima komponen
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Learnability adalah kriteria yang mengukur tingkat kemudahan suatu
aplikasi untuk dipelajari dan digunakan,
khususnya bagi pengguna yang baru
pertama kali melihat dan menjelajahi
aplikasi tersebut.
2. Efficiency adalah kriteria yang mengukur tingkat performansi pengguna ketika
menggunakan aplikasi.
3. Memorability menjelaskan tingkat kemudahan pengguna dalam
menggunakan aplikasi dengan baik,
setelah beberapa lama tidak
menggunakannya.
4. Errors menjelaskan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh pengguna, tingkat
kejengkelan terhadap kesalahan dan cara
memperbaiki kesalahan.
5. Satisfaction menjelaskan tingkat kepuasan pengguna dalam menggunakan aplikasi.
1.5 Interview Menurut Jakob Nielsen (1994), di dalam
interview ada 4 hal yang harus diketahui yaitu
mengetahui karakteristik tiap individu,
menganalisis tugas yang akan diberikan,
fungsi atau gunanya suatu objek untuk
dianalisis, perkembangan dari pengguna
tersebut. Seorang interview harus mengetahui
karakteristik pengguna agar kejelasan produk
yang diteliti terfokus dan spesifik seperti
mengetahui pengalaman pengguna dalam
menggunakan produk tersebut, tingkat
pendidikan, umur, dan lain sebagainya agar
responden yang diteliti bisa akurat dan jelas.
Menganalisis tugas yang diberikan
maksudnya agar responden mengerti apa
maksud dari tujuan yang disampaikan tugas-
tugas tersebut. Yang ketiga, gunanya suatu
objek untuk dianalisis harus diketahui agar
penelitian tersebut tidak sia-sia atau tanggung.
Dan yang terakhir adalah perubahan dari
pengguna itu sendiri yang ditinjau dari
perkembangan jaman.
1.6 Thinking Aloud Menurut Jakob Nielsen (1994), Thinking
aloud berasal dari kata think laut Loud yang artinya berpikir keras, jadi thinking
aloud adalah sebuah metode dimana
melibatkan pengguna secara langsung di
waktu tersebut dan diberikannya beberapa
pertanyaan atau tugas-tugas dan didorong
untuk berpikir keras. Sederhananya, thinking
aloud biasanya digunakan oleh peneliti,
psikologis, atau pengguna yang expert yang
ingin menguji produk tersebut dengan cara
perekaman video yaitu pertama merekam,
melihat hasil rekaman, lalu menganalisis
gerak-gerik responden pada hasil rekaman
tersebut.
Metode thinking aloud bisa digunakan
untuk orang yang tidak berpengalaman
sekalipun. Akan tetapi, apabila responden
yang diambil hanyalah 1 orang maka hanya
sekitar 28-30% permasalahan usabilitas dapat
diketahui. Apabila menggunakan lebih dari 1
orang maka persentase permasalahan
usabilitas yang dapat diketahui pun
meningkat. Apabila mengambil 5 orang
responden atau lebih maka persentase
usabilitas dapat diketahui hingga 77-85%.
Oleh karena itu, apabila menggunakan metode
ini maka data minimal yang harus diambil
adalah 5 orang atau lebih agar data tersebut
lebih akurat.
1.7 New User Experience (NUX) NUX merupakan pengalaman baru yang
didapatkan user dalam menggunakan suatu
sistem. NUX didasarkan dari dari User
Experience (UX) sebelumnya yaitu
pembelajaran dan pemberian umpan balik dari
user dalam penggunaan sistem versi lama
sehingga didapatkan pengalaman yang baru
untuk mengembangkan dan menutupi
pengalaman penggunaan sistem yang
sebelumnya.
1.8 Antropometri Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang
pengukuran tubuh manusia guna merumuskan
perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap
individu ataupun kelompok dan lain
sebagainya disebut antropometri. Pelopor
bidang ini adalah seorang ahli matematika
berkebangsaan Belgia bernama Quetlet, yang
pada tahun 1870 memperkenalkan karyanya
yang berjudul Antropometrie. Beliau tidak
hanya disebut sebagai penemu atau pencetus
ilmu tersebut, namun juga merupakan orang
yang pertama kali memperkenalkan istilah
antropometri. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi
dimensi tubuh manusia, diantaranya (Wickens
et al, 2004):
1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Suku Bangsa (Etnis) dan Ras 4. Pekerjaan
Selain faktor-faktor di atas, ada juga
beberapa kondisi tertentu yang dapat
mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi
tubuh manusia yang juga perlu mendapat
perhatian, seperti:
1. Cacat tubuh. 2. Faktor iklim 3. Kehamilan (pregnancy)
2. METODE Objek penelitian yang digunakan peneliti
yaitu kulkas pendingin yang berada pada
Alfamart di kawasan Sleman. Target yang
dituju untuk penelitian ini yaitu karyawan
Alfamart untuk meneliti antropometri dan
postur, serta new user experience untuk
meneliti usabilitas dari produk tersebut.
2.1 Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan
pada praktikum ini terdapat 2 jenis yaitu :
a. Primer Pengamatan langsung ke lapangan dengan
mengambil gambar kegiatan salah satu
karyawan Alfamart. Kedua, Melakukan
perekaman video dan interview kepada 5
orang pembeli yang berada di Alfamart
secara langsung. Yang terakhir,
Pengukuran dimensi tubuh secara
langsung kepada karyawan Alfamart
sebanyak 40 responden.
b. Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini didapat
dari referensi-referensi resmi yang
mendukung penelitian, berkaitan dengan
tema dan tujuan penelitian yang akan
diteliti. Referensi yang digunakan antara
lain jurnal-jurnal terdahulu, buku
terdahulu, dan juga paper.
2.2 Peralatan yang digunakan Pada penelitian ini peralatan-peralatan yang
digunakan yaitu sebagai berikut :
a. Kamera digital Kamera digital yang digunakan memiliki
spesifikasi 16 megapixel sehingga mampu
mengambil gambar dengan baik saat
melakukan penelitian. Penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan kamera
tersebut yaitu pada penelitian usabilitas
dan postur.
b. Meteran Meteran yang digunakan pada penelitian
kali ini yaitu meteran yang biasa
digunakan untuk mengukur dimensi tubuh
saat ingin membuat baju. Meteran di sini
digunakan untuk mengukur dimensi tubuh
seseorang dengan metode Antropometri.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan pengambilan data pada
Alfamart di kawasan Sleman, peneliti dapat
mendapatkan hasil sebagai berikut :
3.1 Postur Pada metode postur ini, peneliti mengambil
gambar karyawan Alfamart saat melakukan
aktivitas sebagai berikut :
Gambar 2. Aktivitas karyawan Alfamart
Setelah mengambil gambar tersebut, peneliti
memberikan garis-garis untuk mengambil
bagian-bagian yang akan diteliti
pergerakannya.
Gambar 3. Pemberian acuan pengukuran
Setelah gambar tersebut telah diberikan acuan
dalam pengukuran, maka akan dilakukan
pengolahan data dengan 2 cara pada metode
postur yakni :
a. Metode RULA Tabel 1. Data Operator (RULA)
No Bagian
Tubuh
Sudut Skor
1 Lengan atas 670 flexion 2
2 Lengan
bawah
200 flexion 2
3 Pergelangan
tangan
100
extension
2
4 Putaran
pergelangan
Menengah
putaran
1
5 Leher 100
extension
1
6 Punggung 900 dan
sedikit
meyamping
2
7 Kaki Bobot
merata
1
Selain aktivitas diatas, operator tersebut
juga melakukan kegiatan yang berulang-
ulang lalu beban yang ditampung oleh
operator tersebtu tidak lebih dari 2 kg.
Oleh karena itu, skor otot yang dimiliki
adalah 1 dan skor tenaga yang didapat
adalah 0.
Setelah melakukan pengolahan
data, didapat hasil akhir atau skor akhir
untuk metode RULA yaitu sebesar 3. Oleh
karena itu, resiko dari aktivitas tersebut
berada di level 3. Level 3 berada
dikategori Action level 2 dimana range
skor dari Action level tersebut yaitu 3
sampai 4 yang menunjukkan bahwa
diperlukan pemeriksaan lanjutan dan
diperlukan perubahan-perubahan. Hal
tersebut dilakukan agar pekerja tersebut
tidak mengalami cidera pada bagian tubuh
yang tidak diinginkan atau terkena CTD.
Akan tetapi, resiko tersebut tidak begitu
berbahaya apabila tidak dilakukan secara
rutin setiap hari karena bisa menjadi
kegiatan yang monoton sehingga mampu
merubah postur tubuh karyawan tersebut.
Oleh karena itu, perlu adanya pergantian
atau rotasi pekerjaan untuk melakukan
kegiatan tersebut. Selain itu, perlu juga
diberikan gambar postur tubuh yang baik
saat melakukan aktivitas tersebut.
b. Metode REBA Tabel 2. Data Operator (REBA)
No Bagian
Tubuh
Sudut Skor
1 Punggung 870 flexion 4
2 Leher 50 flexion 1
3 Lutut 100 flexion
+ tertopang
1
4 Lengan atas 670 flexion
tanpa beban
berat
2
5 Lengan
bawah
200 flexion 2
6 Pergelangan
tangan
50 extension 1
Diketahui aktivitas yang dilakukan pekerja
tersebut lebih dari 4 dengan jangka waktu
kurang dari semenit. Sehingga skor berat
beban tersebut adalah 1. Pekerja tersebut
telah mengangkat beban dengan pegangan
yang kuat, pas dan tepat ditengah juga
beban yang diangkat kurang dari 2 kg.
Oleh karena itu, skor yang diperoleh
adalah 0 pada coupling.
Setelah melakukan perhitungan
pada metode REBA, maka diperoleh skor
akhir sebesar 4. Kategori skor 4 yaitu
memasuki Action level 2 sehingga perlu
adanya tindakan karena resiko cidera
termasuk kategori sedang. Akan tetapi
skor tersebut masih tergolong lumayan
aman apabila tidak dilakukan secara rutin.
Oleh karena itu, perlu adanya rotasi pada
bagian kerja sehingga setiap hari yang
melakukan aktivitas tersebut tidak hanya 1
karyawan saja melainkan beberapa
karyawan. Sehingga resiko cidera pada
tubuh dapat dihindarkan.
3.2 Usabilitas Pada penelitian dengan metode usabilitas,
tugas-tugas yang diberikan untuk meneliti
kedayagunaan dari kulkas pendingin Alfamart
tersebut yaitu :
1. Matikan kulkas pendingin lalu hidupkan kembali.
2. Buka pintu kulkas pendingin. 3. Matikan kipas pendingin, tunggu selama 5
detik.
4. Nyalakan kipas pendingin dengan kecepatan maksimum lalu tunggu 5 detik,
setelah itu kembalikan aturan pendinginan
ke posisi semula.
5. Ambil salah satu produk yang ada di kulkas tersebut. Lalu, cari harga produk
tersebut dan sebutkan harga dari produk
tersebut. Setelah itu, masukkan produk ke
keranjang pembelian dan tutup kembali
kulkas pendingin tersebut.
Setelah itu, data diolah dengan
menggunakan metode thinking aloud dan
interview. Berikut ini hasil pengolahan data
dari kedua metode tersebut :
a. Thinking aloud Tabel 3. Kesalahan Operator
Responden Kesalahan
1 2 3 4 5
A - 1 1
B - 2 1
C 2 - 1 1
D - 1 1
E 2 - 2
Total 4 - 7 3 1
Setelah melihat hasil akhir dari
data tersebut, total kesalahan yang paling
banyak terjadi yaitu pada kegiatan ketiga
dengan total kesalahan sebesar 7. Setelah
itu diikuti dengan kegiatan pertama
dengan total kesalahan 4, kegiatan
keempat dengan total kesalahan 3, dan
kegiatan kelima dengan total kesalahan 1.
Gambar 5. Tingkah laku operator
Setelah melihat gambar 5, salah satu
operator sedang melakukan kegiatan
ketiga yang memiliki total kesalahan yang
tertinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan
kesulitan melihat pengatur kipas hingga
kepala responden sampai mendongak ke
atas.
Tabel 4. Efisiensi Tiap Kegiatan
Responden Tugas
1 2 3 4 5
A 15 2 11 8 13
B 15 2 22 15 15
C 22 2 28 12 15
D 20 2 22 15 22
E 22 2 22 13 12
Rata-rata 18,8 2 21 12,6 15,4
Pada tabel 4, diketahui bahwa
terdapat kegiatan yang memiliki waktu
terlama yaitu pada kegiatan ketiga sebesar
21 detik. Hal tersebut dikarenakan karena
pencarian pengatur yang sulit karena letak
yang tersembunyi tersebut membuat rata-
rata waktu yang dibutuhkan menjadi lebih
lama. Kendala kedua yaitu pada kegiatan
kesatu karena besar tombol tersebut terlalu
kecil sehingga membuat sebagian
responden kesulitan untuk mencari. Akan
tetapi penempatan tombol tersebut sudah
baik hanya saja kurang besar tombolnya.
Tabel 5. Efektivitas Produk
Responden Tugas
1 2 3 4 5
A
B
C
D
E
Pada kelima kegiatan yang
diberikan, kegiatan tersebut dapat
diselesaikan walau terdapat kendala-
kendala yang membuat kurang efektifnya
kegiatan tersebut. Pada kegiatan ketiga,
apabila tabel 5 dikorelasikan dengan tabel
3 dan 4 maka keefektivitasan saat
melakukan kegiatan tersebut dinilai
kurang. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya kesalahan dan lamanya waktu
pengerjaan membuat kurang efektifnya
kegiatan tersebut. Sehingga perlu adanya
perbaikan pada pengaturan kipas
pendingin tersebut.
b. Interview Pada metode interview, kegiatan
yang paling sering dikeluhkan yaitu pada
kegiatan ketiga. Kegiatan tersebut paling
sering dikeluhkan karena letak pengaturan
kipas pendingin yang sulit untuk dilihat.
Hal tersebut membuat responden merasa
pegal di bagian leher karena harus
mendongak untuk mengatur kipas
pendingin tersebut. Hal tersebut dapat
membahayakan operator apabila dilakukan
secara terus-menerus.
Selain itu terdapat keluhan yaitu
pada kegiatan pertama. Kegiatan tersebut
berupa mematikan atau menghidupkan
kulkas pendingin. Kegiatan pertama
dikeluhkan karena tombol tersebut terlalu
kecil. Perlu adanya pembesaran yang
terjadi pada tombol tersebut. Akan tetapi
lokasi penempatan sudah tepat.
Untuk kegiatan keempat juga
terjadi keluhan yang sama seperti kegiatan
ketiga karena untuk mengatur kembali
kipas pendingin ke posisi semula cukup
sulit. Oleh sebab itu prioritas utama yang
harus dilakukan yaitu memperbaiki letak
atau penempatan kipas pendingin kulkas
tersebut di arah samping atau ditonjolkan
dan menghadap keluar. Untuk kegiatan
lainnya yang sering dikeluhkan oleh
beberapa responden yaitu pada gagang
pintu kulkas tersebut. Gagang pintu kulkas
tersebut akan lebih baik sedikit dipertebal
dan perlu perbaikan agar tidak terlalu kecil
sehingga saat membuka kulkas tidak terasa
aneh dan kurang nyaman.
3.3 Antropometri Setelah mengetahui keluhan-keluhan yang
terjadi pada pengolahan dengan metode postur
dan usabilitas, dapat diketahui bahwa yang
harus diberikan perbaikan ulang yaitu pada
gagang kulkas dan pengaturan pendingin
kulkas tersebut. Oleh karena itu, peneliti
mengukur dimensi-dimensi yang berkaitan
dengan hal tersebut dan dengan responden
sebanyak 40 orang. Setelah melakukan
pengukuran, peneliti mengolah data sebagai
berikut :
a. Dimensi yang digunakan Dimensi yang digunakan untuk desain
gagang pintu yaitu panjang telapak tangan
(Ptt), lebar telapak metacarpal (Ltm), tebal
tangan sampai ibu jari (Ttb), lebar
maksimum (Lbmax). Untuk desain
pengatur kipas pendingin yaitu tinggi mata
berdiri (Tmb), panjang ibu jari (Pij), lebar
ibu jari (Lij).
b. Uji kecukupan data Rumus dari uji kecukupan data adalah
sebagai berikut :
N = (1)
Dengan menggunakan rumus tersebut,
dapat diketahui hasil dari uji kecukupan
data tersebut, yakni :
Tabel 6. Uji Kecukupan Data
No Dimensi Nilai N
1 Ptt 39,92
2 Ltm 24,91
3 Ttb 39,64
4 Lbmax 31,45
5 Tmb 11,02
6 Pij 31,47
7 Lij 35,61
Setelah melihat data hasil uji kecukupan
data dari tabel 6, maka dapat diketahui
bahwa data tersebut telah cukup karena
nilai N N. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai N dari ketujuh dimensi yang kurang dari 40.
c. Uji keseragaman data Berikut ini merupakan rumus yang
digunakan untuk menentukan uji
keseragaman data :
- Standar deviasi
=
(2)
- Batas atas dan bawah (UCL, LCL)
UCL =
(3)
LCL =
(4)
Dengan menggunakan metode tersebut
didapatkan grafik dari uji keseragaman
data. Berikut ini grafik uji keseragaman
data dari ketujuh dimensi tersebut :
Gambar 6. Grafik Ptt
Pada gambar 6, batas atas dan bawah yang
dimiliki oleh Ptt sebesar 12,96 untuk batas
atas dan 6,67 untuk batas bawah.
Gambar 7. Grafik Ltm
Pada gambar 7, batas atas dan bawah yang
dimiliki oleh Ltm sebesar 10,63 untuk
batas atas dan 6,34 untuk batas bawah.
Gambar 8. Grafik Ttb
Pada gambar 8, batas atas dan bawah yang
dimiliki oleh Ptt sebesar 5,46 untuk batas
atas dan 2,82 untuk batas bawah.
Gambar 9. Grafik Lbmax
Pada gambar 9, batas atas dan bawah yang
dimiliki oleh Ptt sebesar 24,61 untuk batas
atas dan 13,72 untuk batas bawah.
Gambar 10. Grafik Tmb
Pada gambar 10, batas atas dan bawah
yang dimiliki oleh Ptt sebesar 179,52
untuk batas atas dan 127,52 untuk batas
bawah.
Gambar 11. Grafik Pij
Pada gambar 11, batas atas dan bawah
yang dimiliki oleh Ptt sebesar 7,98 untuk
batas atas dan 4,45 untuk batas bawah.
Gambar 12. Grafik Lij
Pada gambar 12, batas atas dan bawah
yang dimiliki oleh Ptt sebesar 3,27 untuk
batas atas dan 1,75 untuk batas bawah.
Setelah melihat ketujuh grafik tersebut,
dapat diketahui bahwa ketujuh dimensi
tersebut telah seragam atau homogen. Hal
tersebut ditunjukkan data pengkuruan
ketujuh dimensi yang berada pada
lampiran tersebut tidak keluar dari batas
UCL dan LCL. Selain itu, dapat dilihat
pada grafik bahwa garis-garis berwarna
biru tersebut (data input ukuran dimensi)
tidak keluar dari garis orange (UCL) dan
garis abu-abu (LCL).
d. Uji normalitas Setelah melakukan uji normalitas dengan
menggunakan software SPSS, maka dapat
diketahui hasil output sebagai berikut :
Tabel 7. Uji Normalitas Dimensi Gagang
Pintu Kulkas
dimensi
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Ukuran Ptt .080 40 .200*
dimensi
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Ltm .136 40 .059
Ttb .135 40 .063
Lbmax .097 40 .200*
Setelah melihat hasil dari SPSS, dengan
menggunakan metode kolmogorov-
smirnov dapat diketahui bahwa dimensi
untuk pengukuran gagang pintu kulkas
berdistribusi normal karena nilai
signifikansi < 0,05.
Tabel 8. Uji Normalitas Dimensi
Pengatur Kipas Pendingin
dimensi
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Ukuran Tmb .108 40 .200*
Pij .139 40 .051
Lij .127 40 .103
Setelah melihat hasil dari SPSS, dengan
menggunakan metode kolmogorov-
smirnov dapat diketahui bahwa dimensi
untuk pengukuran pengatur kipas
pendingin kulkas berdistribusi normal
karena nilai signifikansi < 0,05.
Dilihat dari ketujuh dimensi
tersebut, ketujuh dimensi berdistribusi
normal sehingga sampel tersebut dapat
mewakilkan populasi yang berada di
kawasan Sleman.
e. Persentil Pada pengolahan data ini, rumus yang
digunakan untuk menghitung persentil 5,
50 dan 95 yaitu sebagai berikut :
P5 = (5)
P50 = (6)
P95 = (7)
Dengan menggunakan rumus tersebut,
persentil 5, 50 dan 95 dapat diketahui
sebagai berikut :
Tabel 9. Data Persentil
No Dimensi Persentil
5 50 95
1 Ptt 8,09 9,82 11,54
2 Ltm 7,31 8,48 9.66
3 Ttb 3,42 4,14 4,87
4 Lbmax 16,18 19,17 22,15
5 Tmb 139,53 153,7 167,86
6 Pij 5,25 5,22 7,19
No Dimensi Persentil
5 50 95
7 Lij 2,09 2,51 2,92
Untuk gagang kulkas, persentil
yang digunakan adalah P95. Apabila orang
yang memiliki tangan ukurannya besar
untuk memegang gagang kulkas tersebut
dan ternyata tidak sempit maka orang yang
memiliki ukuran tangan lebih kecil dapat
memegang gagang kulkas tersebut dengan
nyaman tanpa mengalami penyempitan saat
menggenggam gagang kulkas.
Desain dari pengaturan kipas
pendingin tersebut menggunakan P95 untuk
Pij dan Lij. Sedangkan untuk Tmb
menggunakan P50. Hal tersebut dikarenakan
apabila orang yang memiliki ibu jari yang
panjang dan memiliki ibu jari yang lebar
dapat menggunakan pengaturan tersebut
dengan nyaman, pastinya orang yang
memiliki panjang dan lebar ibu jari lebih
kecil dapat menggunakan dengan nyaman
pula. Untuk Tmb atau tinggi mata berdiri
menggunakan P50 agar saat mengatur
kecepatan pendingin kulkas, posisi mata ke
pengaturan tidak terlalu rendah maupun
terlalu tinggi untuk seluruh karyawan
Alfamart yang menggunakan kulkas.
Jadi, besaran ukuran untuk tiap-
tiap dimensi pada desain gagang kulkas
yaitu pada panjang telapak tangan sebesar
11,54 cm, lebar tangan metacarpal sebesar
9,66 cm, tebal tangan sampai ibu jari 4,87
cm, dan lebar maksimum sebesasr 22,15 cm.
Untuk desain pengatur kipas pendingin yaitu
pada tinggi mata berdiri sebesar 153,7 cm,
panjang ibu jari sebesar 7,19 cm, dan lebar
ibu jari sebesar 2,92 cm. Untuk panjang ibu
jari diambil setengah dari nilai persentil
tersebut yaitu sebesar 3,595 cm agar
pengatur kipas pendingin tidak terlalu
menonjol sehingga pas pada garis tengah ibu
jari tersebut.
Berikut ini merupakan visualisasi
atau prototype untuk desain gagang kulkas
dan pengatur pendingin kulkas :
Gambar 13. Gagang kulkas
Gambar 14. Pengatur pendingin kulkas
4. PENUTUP 4.1 Simpulan
Setelah mendapatkan hasil dari penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
a. Pada metode RULA dan REBA, skor yang didapatkan sebesar 3 untuk metode RULA
dan 4 untuk metode REBA. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan tersebut
termasuk kategori Action level 2 dilihat
dari skor akhir kedua metode tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan
lanjutan dan perubahan pada cara kerja
operator tersebut. Diberikannya petunjuk
cara pengangkatan yang baik akan lebih
membantu, selain itu adanya rotasi kerja
juga dibutuhkan untuk kegiatan tersebut
agar pergerakan tidak monoton tiap
harinya.
b. Pada hasil pembahasan yang diolah menggunakan metode usabilitas terdapat
kegiatan yang kurang efektif yaitu pada
kegiatan ketiga. Hal tersebut ditunjukkan
dengan total kesalahan paling besar yaitu
sebesar 7 dan waktu pengerjaan terlama
yaitu selama 21 detik. Keluhan dari
responden juga mengarah ke kegiatan
ketiga karena letak pengatur pendingin
tersebut yang sulit untuk dilihat karena
letaknya yang berada dilangit-langit
kulkas. Banyak juga yang mengeluhkan
gagang kulkas yang terlalu kecil sehingga
kenyamanan saat membuka kulkas kurang.
Oleh karena itu, pentingnya memperbaiki
fitur-fitur kulkas yang dikeluhkan agar
kedayagunaan kulkas tersebut tetap terjaga.
c. Pada hasil pembahasan antropometrik ini, bagian yang akan di desain ulang adalah
gagang kulkas dan pengatur pendingin
kulkas tersebut sesuai yang dikeluhkan
oleh responden. Dimensi yang digunakan
untuk mendesain ulang gagang kulkas
adalah panjang telapak tangan (Ptt), lebar
telapak metacarpal (Ltm), tebal tangan
sampai ibu jari (Ttb), dan lebar maksimum
(Lbmax). Untuk mendesain ulang pengatur
kipas menggunakan dimensi tinggi mata
berdiri (Tmb), panjang ibu jari (Pij), lebar
ibu jari (Lij).
d. Pada uji kecukupan data, ketujuh dimensi tersebut memiliki data yang cukup karena
nilai N < N dengan nilai 39,92 pada dimensi Ptt, 24,91 pada dimensi Ltm, 39,64
pada dimensi Ttb, 31,45 pada dimensi
Lbmax, 11,02 pada dimensi Tmb, 31,47
pada dimensi Pij, dan 35,61 pada dimensi
Lij. Pada uji keseragaman, data-data dari
ketujuh dimensi tersebut juga telah
seragam dibuktikan dengan gambar
diagram yang ukuran-ukuran tiap dimensi
tidak melewati garis batas atas maupun
batas bawah. Uji normalitas yang dilakukan
pada software SPSS juga menunjukkan
bahwa ketujuh dimensi tersebut
berdistribusi normal dengan pengukuran
signifikansi menggunakan metode
kolmogorov-smirnov. Oleh karena itu,
sampel-sampel tersebut telah layak untuk
dijadikan acuan dalam suatu populasi.
e. Setelah itu, persentil yang digunakan adalah persentil 95 untuk dimensi panjang
telapak tangan, lebai telapak metacarpal,
tebal tangan sampai ibu jari, lebar
maksimum, panjang ibu jari dan lebar ibu
jari. Apabila dimensi tubuh seseorang yang
memiliki ukuran besar nyaman dalam
menggunakan fitur kulkas tersebut, maka
orang yang memiliki ukuran yang lebih
kecil pasti dapat menggunakan kulkas
tersebut dengan nyaman pula. Untuk
persentil 50 digunakan pada dimensi tinggi
mata berdiri. Hal tersebut dikarenakan agar
pandangan operator saat mengontrol suhu
kulkas tersebut tidak terlalu rendah
maupun tinggi. Hasil ukuran untuk diam
dimensi yaitu sebesar panjang telapak
tangan sebesar 11,54 cm, lebar tangan
metacarpal sebesar 9,66 cm, tebal tangan
sampai ibu jari 4,87 cm, dan lebar
maksimum sebesasr 22,15 cm untuk
dimensi ukuran gagang kulkas. Untuk
dimensi yang digunakan sebagai acuan
dalam membuat pengatur pendingin kulkas
yaitu sebesar 153,7 cm, panjang ibu jari
sebesar 7,19 cm, dan lebar ibu jari sebesar
2,92 cm.
4.2 Saran Setelah melakukan penelitian ini, saran bagi
peneliti yaitu menambahkan responden lebih
banyak lagi agar data tersebut semakin valid.
Selain itu, meningkatkan cara pengambilan
data yang lebih baik lagi, mampu
mengaplikasikan hasil penelitian. Saran bagi
perusahaan Alfamart yaitu mempermudah
pemberian perizinan untuk penelitian di
retailer tersebut, pemberian petunjuk
pengangkatan dan pemindahan barang sesuai
postur yang baik dan benar, peningkatan
keramahan kepada konsumen, cepat tanggap
dalam memberikan pelayanan. Diharapkan
kepada karyawan Alfamart mengikuti
petunjuk pengangkatan maupun pemindahan
yang telah disediakan oleh Alfamart.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segenap hati, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada karyawati Alfamart
karena telah memberikan kemudahan peneliti
saat mengambil data dan juga kepada
pelanggan Alfamart yang bersedia
meluangkan waktunya untuk dijadikan
sebagai responden. Selain itu, Ucapan
terimakasih peneliti sampaikan kepada asisten
pembimbing yang telah memberikan solusi-
solusi selama penelitian ini berlangsung.
6. DAFTAR PUSTAKA
Astuti R.D., Suhardi B. 2007. Analisis Postur
Kerja Manual Material Handling
Menggunakan Metode Owas (Ovako Work
Postur Analysis System). Gema Teknik I,
Page : 67-75.
Budiman E., Setyaningrum R. 2006.
Perbandingan Metode-Metode
Biomekanika Untuk Menganalisis Postur
Pada Aktivitas Manual Material Handling
(MMH) Kajian Pustaka. Semarang :
Universitas Diponegoro
Putra F.A., Satoto K.I., Martono, K.T. 2013.
Analisis Usabilitas Pada Permainan The
Zoo Berbasis Kinect. Volume 1 (4).
Semarang : Universitas Diponegoro.
Nielsen J. 1994. USABILITY ENGINEERING.
London : Academic Press Limited.
Panero J., Zelnik M. 1979. HUMAN
DIMENSION & INTERIOR SPACE.
Whitney Library of Design. United States :
Watson-Gubtill.
Wickens C.D, Lee J.D., Liu Y., Gorden
B.S.E. 2004. An Introduction do Human
Factors Enginnering. 2nd Edition. Pearson
Education Inc.
www.alfamartku.com. Diperoleh 9 Maret
2014.
LAMPIRAN
Quote : We have to do the best we are capable of. This is our sacred human responsibility.
Tabel 10. Responden Data Antropometri
No. Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa Berat Badan Ptt Ltm Ttb Lbmax Tmb Pij Lij
1 Danang 23 Laki-laki Jawa 60 9,5 7,8 4 23 155 6 2,5
2 Yogi 27 Laki-laki Jawa 65 10 8,9 4,5 20,5 163 7 2,3
3 Aji 25 Laki-laki Jawa 74 11,7 8,5 4,7 22 165 5,7 3
4 Hendra 24 Laki-laki Banjar 62 11,3 8,8 5 21 150 6,7 2,3
5 Dimas 23 Laki-laki Sumatra 49 10,5 9,7 4 19,5 152 6,7 3
6 Nurmanto 24 Laki-laki Jawa 51 11 9 4,5 16,9 166 7 3
7 Fadli 24 Laki-laki Jawa 58 9,6 7,5 5 21 154 7 3
8 Agus 23 Laki-laki Jawa 69 10,3 9 5 21 151 7,3 2,2
9 Dani 23 Laki-laki Sunda 67 9,7 9,2 4 18,6 152 6,2 2,6
10 Rifky 27 Laki-laki Sunda 68 9,9 9 4,5 17,7 148,5 7 2,4
11 Rizky 25 Laki-laki Jawa 63 10,4 9,8 4,3 20 154,5 7,2 2,6
12 Hari 22 Laki-laki Jawa 55 9 8,1 4,5 18,4 164 6,5 2,6
13 Nurdin 27 Laki-laki Jawa 56 9,8 7,4 4,2 20 167 6,2 2,8
No. Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa Berat Badan Ptt Ltm Ttb Lbmax Tmb Pij Lij
14 Mudin 22 Laki-laki Jawa 70 11,8 7,7 4 19,5 167 6,4 2,9
15 Jaka 23 Laki-laki Jawa 59 10 9,3 4 21 155,5 6,3 2,4
16 Alvin 23 Laki-laki Jawa 65 10,3 8,5 4,2 23 155 5,5 2,3
17 Bagus 23 Laki-laki Jawa 73 12 8,7 4,3 19,6 162 5,3 2,7
18 Yanto 23 Laki-laki Jawa 73 11,7 9,5 4,3 19,5 144,5 6 2,5
19 Abi 24 Laki-laki Banjar 71 10,9 9,7 4 21,2 140,5 6,3 2,2
20 Hendy 26 Laki-laki Sumatra 60 8 9,6 4,3 20,2 144 5,5 2,3
21 Luthfi 25 Perempuan Banjar 63 9 8 4,3 19,7 142,5 5,5 2,4
22 Sari 23 Perempuan Jawa 42 9,8 8,4 4,3 16 140,5 6,2 2,2
23 Rara 20 Perempuan Jawa 50 10 7,4 3,7 18,5 146 5,3 2,5
24 Widya 20 Perempuan Sumatra 47 10,1 8,3 5 19,7 160 6,3 2,2
25 Amalia 20 Perempuan Sunda 45 10,6 8,7 3,7 19,5 145 6,7 2,3
26 Putri 21 Perempuan Jawa 57 8,8 8 3,4 16,5 151 5,5 2,5
27 Dana 24 Perempuan Jawa 55 9,7 7,5 3,5 18,6 151 6,8 2,6
28 Nurul 25 Perempuan Jawa 56 9,1 7,5 3,5 16 160 5,3 2,3
29 Tyas 25 Perempuan Sumatra 60 8,3 8 3,9 19 147,5 5,4 2,5
No. Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa Berat Badan Ptt Ltm Ttb Lbmax Tmb Pij Lij
30 Indri 26 Perempuan Jawa 55 9,5 8,8 3,9 19 151,8 6,2 2,8
31 Shinta 23 Perempuan Jawa 65 8,6 7,6 3,8 20 164 6 2,2
32 Linda 22 Perempuan Jawa 60 10 9,3 4 17 167 6 2,6
33 Ana 19 Perempuan Jawa 41 9,2 9 4 15,4 167 6,5 2,4
34 Okvi 19 Perempuan Jawa 46 9,3 8,4 4 18,8 155,5 6,2 2,6
35 Annisa 22 Perempuan Sunda 55 8,4 8,7 4 18,4 155 6,4 2,6
36 Nur 24 Perempuan Jawa 63 8,5 7,8 4,2 18 162 6,3 2,8
37 Mitha 23 Perempuan Sumatra 76 8,2 8 3,8 17 144,5 6,7 2,2
38 Sintya 23 Perempuan Jawa 62 10,4 8,5 3 17 140,5 5,5 2,5
39 Dinda 24 Perempuan Jawa 44,5 9,4 7,8 4,2 20 144 6,8 2,2
40 Risky 25 Perempuan Jawa 50 8,3 7,9 4,2 19 142,5 5,3 2,3