19
1 BAB I PENDAHULUAN Tumor nasal dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal  pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun yang ganas.  Inverted papilloma (IP) merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan. 12  IP merupakan neoplasma epitelial yang berkembang dari pelapis membran respiratori Schnederian, ditemukan hanya berkisar 0,5-4% dari seluruh tumor nasal. Tumor ini memiliki empat karakteristik yaitu kecenderungannya untuk rekuren, kemampuan destruktif dan invasi lokal,  berhubungan dengan polip nasal dan berkecenderungan berkembang dengan cepat dan menjadi keganasan sebesar 5-15%. 12 Infeksi bakteri dan virus, kondisi inflamatori kronik, alergi, merokok tembakau dan pajanan zat kimia kemungkinan merupakan faktor etiologik. Insidensi transformasi maligna pada IP berkisar antara 2 hingga 27%. Penelitian terakhir melaporkan telah ada titik terang hubungan antara IP dan KSS sinonasal dan hampir 10% IP ber hubungan dengan KSS. 12 Tingkat rekurensi yang tinggi (15-78%) biasanya dikaitkan dengan reseksi lokal yang tidak lengkap.  Morbiditasnya berasal dari pertumbuhan lokal yang dapat meluas ke ruang yang berdekatan termasuk orbit dan kompartemen intrakranial. 9

Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 1/19

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor nasal dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal

 pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun yang ganas.

 Inverted papilloma (IP) merupakan tumor jinak yang paling sering

ditemukan.12 

IP merupakan neoplasma epitelial yang berkembang dari pelapis

membran respiratori Schnederian, ditemukan hanya berkisar 0,5-4% dari

seluruh tumor nasal. Tumor ini memiliki empat karakteristik yaitu

kecenderungannya untuk rekuren, kemampuan destruktif dan invasi lokal,

 berhubungan dengan polip nasal dan berkecenderungan berkembang dengan

cepat dan menjadi keganasan sebesar 5-15%.12 

Infeksi bakteri dan virus, kondisi inflamatori kronik, alergi, merokok

tembakau dan pajanan zat kimia kemungkinan merupakan faktor etiologik.

Insidensi transformasi maligna pada IP berkisar antara 2 hingga 27%.

Penelitian terakhir melaporkan telah ada titik terang hubungan antara IP dan

KSS sinonasal dan hampir 10% IP berhubungan dengan KSS.12

Tingkat rekurensi yang tinggi (15-78%) biasanya dikaitkan dengan

reseksi lokal yang tidak lengkap. Morbiditasnya berasal dari pertumbuhan

lokal yang dapat meluas ke ruang yang berdekatan termasuk orbit dan

kompartemen intrakranial.9

Page 2: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 2/19

2

BAB II

EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG DAN SINUS

PARANASAL 

2.1. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Hidung

2.1.1. Embriologi Hidung

Selama minggu kelima plakoda-plakoda hidung mengalami

invaginasi membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini

membentuk suatu rigi jaringan yang mengelilingi masing-masing lobang

dan membentuk tonjol hidung. Tonjol-tonjol yang berada di tepi luar lobang

adalah tonjol hidung lateral dan yang berada di tepi dalam adalah tonjol

hidung medial.4

Hidung terbentuk dari tonjol-tonjol wajah minggu kelima; tonjol

frontal membentuk jembatannya; gabungan tonjol-tonjol hidung medial

membentuk lengkung cuping dan ujung hidung; dan tonjol hidung lateral

membentuk sisi-sisinya (alae).4

Selama minggu ke 6, lubang hidung makin bertambah dalam,

sebagian karena tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan

sebagian lagi karena lobang ini menembus ke dalam mesenkim di

 bawahnya. Mula-mula, membrana oronasalis memisahkan kedua lubang

hidung tadi dari rongga mulut primitif. Koana ini terletak di sisi kanan dan

kiri garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Kelak, dengan

terbentuk palatum sekunder dan berkembangnya rongga-rongga hidung

 primitif lebih lanjut, koana tetap terletakpada peralihan antara rongga

hidung dan faring.4

Page 3: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 3/19

3

Gambar 2.1. Embriologi hidung pada minggu kelima (A);

dan pada minggu keenam (B) dan (C).4 

Gambar 2.2. Embriologi hidung pada minggu ketujuh (A) dan (C);dan pada minggu kesepuluh (B).

2.1.2. Anatomi Hidung

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat

 perhatian lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ

 pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung

terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis

tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan

atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan,

dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan

yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.1

Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan

 belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut

Page 4: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 4/19

4

sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela

membranosa mulai dari apeks, yaitu di posterior bagian tengah pinggir dan

terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela

dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas

membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut

 filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril

(lubang hidung) kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala

nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.1

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang

dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi

untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bagian hidung dalam

terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior

hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan

kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi

kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagiandepan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior

(koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat

dibelakang nares anterior, disebut dengan vestibulum. Vestibulum ini

dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang

yang disebut dengan.1

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial,

lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi.

Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral

terdapat konka superior, konka media dan konka inferior. Yang terbesar dan

letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil

adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang

terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter.

Page 5: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 5/19

5

Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila

dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema

merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan

dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka

media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media

disebut meatus superior.1

Meatus media merupakan salah satu celah yang penting dan

merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior.

Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan sinus etmoid

anterior. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung,

 pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal

sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan

sabit menghubungkan meatus media dengan infundibulum yang dinamakan

hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk

tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus

unsinatus.

1

Gambar 2.3. Anatomi hidung luar.2 

Page 6: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 6/19

6

Gambar 2.4. Anatomi Hidung Dalam.2 

2.1.3. Fisiologi Hidung

Hidung berfungsi sebagai indra penghidu, menyiapkan udara

inhalasi agar dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi

 penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna

kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel saraf yaitu sel penunjang,

sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan

udara inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan.

Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85% - 90% disaring

didalam hidung.1 

2.1.4. Vaskularisasi HidungBagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari arteri

etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika

dari arteri karotis interna. Bagian bawah rongga hidung mendapat

 pendarahan dari cabang arteri maksilaris interna, di antaranya adalah ujung

arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen

sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di

Page 7: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 7/19

7

 belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat

 pendarahan dari cabang –  cabang arteri fasialis.1 

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior, dan arteri

 palatina mayor yang disebut pleksus  Kiesselbach  ( Little’s area). Pleksus

 Kiesselbach  letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga

sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung) terutama pada anak.1 

Vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan

 berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar

hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus

kavernosus. Pembuluh darah vena pada hidung tidak memiliki katup,

sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi

hingga ke intrakranial.1 

2.1.5. Persarafan Hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris

dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang

 berasal dari n.oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lannya, mendapat

 persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.

Ganglion sfenopalatinum juga memberikan persarafan vasomotor atau

otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut-serabut

sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari n.petrosus

superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus.

Ganglion ini terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka

media.1 

 N.olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah

 bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu

 pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.1 

Page 8: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 8/19

8

2.2. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasal

2.2.1. Sinus Maksila

Sinus maksila adalah sinus terbesar dari semua sinus. Sinus maksila

memiliki bentuk piramida dan dibatasi menjadi empat bagian yakni dinding

anterior yang dibentuk dari permukaan wajah dari maksila dan berhubungan

dengan jaringan lunak pipi. Dinding posterior berhubungan dengan bagian

infratemporal dan fosa pterygopalatina. Dinding medial berhubungan

dengan bagian pertengahan maksila dengan meatus inferior, pada daerah ini

dinding sangat tipis dan berupa membran sedangkan dasar dari maksila

dibentuk dari prosesus palatina dan alveolar dari maksila dan terletak kira  – 

kira 1 cm di bawah dasar.2

Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial

sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.2

2.2.2. Sinus Etmoid

Sinus etmoid mulai berkembang dalam bulan ketiga pada proses

 perkembangan janin. Sinus etmoid anterior merupakan evaginasi dari

dinding lateral hidung dan bercabang ke samping dengan membentuk sinus

etmoid posterior dan terbentuk pada bulan keempat kehamilan. Saat

dilahirkan, sel ini diisi oleh cairan sehingga sukar untuk dilihat dengan

rontgen. Saat usia satu tahun, etmoid baru dapat dideteksi melalui foto polos

dan setelah itu membesar dengan cepat hingga umur 12 tahun. Jumlah sel

 berkisar 4-17 sel pada sisi masing-masing dengan total volume rata-rata 14-

15 ml.2 

Sinus etmoid berongga  –   rongga , terdiri dari sel  –   sel yang

menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os

etmoid, yang terletak antara konka media dan dinding medial orbita.

Berdasarkan letaknya, sinus etmoid terbagi menjadi dua yakni sinus etmoid

Page 9: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 9/19

9

anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang

 bermuara di meatus superior.2 

2.2.3. Sinus Frontal

Sinus frontal mulai berkembang sepanjang bulan keempat masa

kehamilan yang merupakan suatu perluasan ke arah atas dari sel etmoidal

anterosuperior. Sinus frontal jarang tampak pada pemeriksaan foto polos

sebelum umur 5 atau 6 tahun, setelah itu pelan-pelan tumbuh, total volume

6-7 ml. Sinus frontal mengalirkan sekretnya ke dalam resesus frontalis.2 

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar

daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis

tengah. Kira  – kira 15% dari orang dewasa hanya mempunyai satu sinus

frontal dan 5% sinus frontalnya tidak berkembang. Sinus frontal dipisahkan

oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga

infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.2

2.2.4. Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid mulai tumbuh sepanjang bulan keempat masa

kehamilan yang merupakan evaginasi mukosa dari bagian superoposterior

rongga hidung. Sinus ini berupa suatu takikan kecil di dalam os sfenoid

sampai umur 3 tahun ketika pneumatisasi mulai lebih lanjut. Pertumbuhan

cepat untuk menjangkau tingkatan  sella tursica  pada umur 7 tahun dan

menjadi ukuran orang dewasa setelah berumur 18 tahun, total volume 7.5

ml. Sinus sfenoid mengalirkan sekretnya ke dalam meatus superior bersama

dengan etmoid posterior.2 

Page 10: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 10/19

10

Gambar 2.5. Embriologi Sinus Paranasal.1 

Gambar 2.6. Anatomi Sinus Paranasal.2 

2.2.5. Fisiologi Sinus Paranasal

Fungsi dari sinus paranasal masih belum diketahui dengan pasti dan

masih belum ada persesuaian pendapat. Ada yang berpendapat bahwa sinus

 paranasal tidak mempunyai fungsi karena terbentuknya sebagai akibat

 pertumbuhan tulang muka.2

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal

antara lain adalah: 1. Sebagai pengatur kondisi udara, sinus berfungsi

sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban

udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata tidak didapati

 pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung. Volume

Page 11: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 11/19

11

 pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus

 pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran

udara total dalam sinus. Mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan

kelenjar yang sebanyak mukosa hidung; 2. Sebagai penahan suhu, sinus

 paranasal berfungsi sebagai penahan panas, melindungi orbita dan fossa

serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi, sinus-

sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang

dilindungi; 3. Membantu keseimbangan kepala, sinus membantu

keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi

 bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan

 pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap

tidak bermakna; 4. Membantu resonansi suara, sinus berfungsi sebagai

rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara; 5 Sebagai

peredam perubahan tekanan udara, fungsi ini berjalan bila ada

 perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin

atau membuang ingus; 6. Membantu produksi mukus, mukus yang

dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan

dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan

 partikel yang masuk saat inspirasi.2

Page 12: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 12/19

Page 13: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 13/19

13

Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma ganas yang paling umum

yang terkait dengan papilona. Jenis lain dari keganasan yang jarang

 berhubungan dengan papiloma adalah adenokarsinoma dan karsinoma sel

kecil. Ada 3 subtipe papiloma yaitu: 1. Fungiform papilloma  belum

dilaporkan memiliki potensi ganas; 2.  Inverted papilloma  telah dilaporkan

untuk berkembang menjadi karsinoma pada 5-10% kasus; 3. Cylindrical

 papilloma  tampaknya memiliki frekuensi yang lebih tinggi (14-19%)

dengan keganasan.5

Lesi gabungan dari karsinoma sel skuamosa dan papiloma tampak

membentuk 3 kategori histologis, dan kebanyakan pasien memiliki lesi pada

kelompok pertama dan kedua. Pada kelompok pertama, papiloma dan

karsinoma sel skuamosa menempati wilayah anatomi yang sama, tetapi

tidak ada bukti menunjukkan bahwa papiloma yang menimbulkan

karsinoma. Di kelompok kedua, papiloma berisi fokus karsinoma invasif.

Pada kelompok ketiga, karsinoma invasif berkembang setelah papiloma

yang direseksi.

5

Lokasi awal yang paling sering dari tumor ini adalah dinding lateral

dari rongga hidung, lalu dinding medial sinus maksila. Jarang muncul dari

sinus etmoid, sfenoid dan frontal.8 

Meskipun dianggap jinak, inverted papilloma dapat menghancurkan

tulang di sekitarnya. Tumbuh dalam ke jaringan dekat sinus, termasuk otak,

dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Dalam sejumlah

kecil kasus (5-15%), inverted papilloma dapat ditemukan dengan karsinoma

sel skuamosa.6

3.5. Diagnosis

3.5.1. Anamnesis

Gejala dari inverted papilloma tergantung dari letaknya. Gejala yang

 paling sering adalah obstruksi hidung yang progresif. Gejala lain yaitu

Page 14: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 14/19

14

sekret hidung yang bercampur dengan darah, sakit di wajah, penurunan atau

hilangnya penciuman, epifora atau gejala yang mengarah ke sinusitis.8

 Inverted papilloma  umumnya terjadi unilateral, tetapi terjadi

 bilateral pada 1-9% pasien.8

3.5.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan massa  polypoidal  

unilateral mengisi rongga hidung dan menyebabkan sumbatan hidung.

Papiloma mempunyai penampilan tidak teratur, rapuh, dan sering berdarah

 bila disentuh. Warna abu-abu kemerahan dan dapat mengisi penuh rongga

hidung, melebar dari vestibulum ke nasofaring. Septum hidung sering

deviasi ke sisi kontralateral.  Proptosis  dan pembengkakan wajah kadang-

kadang terjadi sekunder dari perluasan lesi papilomatosa.5

3.5.3. Pemeriksaan Penunjang

3.5.3.1. Radiologi. Foto Polos tidak lagi memiliki permainan peran

yang signifikan dalam penilaian penyakit sinonasal. Jika diperoleh temuan

yang paling umum adalah massa hidung terkait opasifikasi antrum maksila

yang berdekatan.9 

Fitur CT  scan  sebagian besar tidak spesifik, menunjukkan densitas

massa jaringan lunak. Lokasi massa adalah salah satu dari beberapa

 petunjuk ke arah diagnosis yang benar. Kalsifikasi kadang - kadang diamati,

seperti fokus hyperostosis yang cenderung terjadi pada tempat asal tumor.

Hal ini berguna tidak hanya dalam menunjukkan diagnosis, tetapi juga

untuk membantu perencanaan bedah, sebagai lokasi asal tumor menentukan

tingkat operasi yang dibutuhkan. Pembesaran massa memungkinkan

resorpsi tulang dan terjadi kerusakan, pola yang sama terlihat pada pasien

dengan karsinoma sel skuamosa.9 

MRI sering menunjukkan penampilan yang khas, disebut pola

convoluted cerebriform  dilihat pada kedua T2 dan kontras T1 yang

disempurnakan. Ini menunjukkan garis intensitas sinyal tinggi dan rendah

Page 15: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 15/19

15

yang bergantian, penampilan diumpamakan dengan albeit loosely, cerebral

cortical gyrations. Tanda ini terlihat pada 50-100% kasus, dan jarang terjadi

 pada tumor sinonasal lainnya.9

3.5.3.2. Patologi. Secara makroskopis inverted papilloma tampak

sebagai masa polipoid yang tidak teratur, warna pink, dengan

kecenderungan untuk berdarah.9 

Secara histologik terlihat epitel pernafasan tertutup oleh membran

 basal yang tumbuh ke dalam stroma yang terletak di bawah dengan

karakterisktik micro-mucous cysts. Sekitar 20% menunjukkan keratinisasi,

dan 10% displasia.9

Transformasi maligna terjadi berbagai macam perubahan histologik,

temasuk keratinisasi dan karsinoma sel skuamosa non-keratinisasi serta

yang lebih jarang termasuk karsinoma mucoepidermoid , karsinoma

verrucous dan adenokarsinoma.9

Klasifikasi menurut Han et al: 1. Stadium 1, tumor terbatas di

kavum nasi, dinding hidung lateral sinus maksila medial, sinus etmoid dan

sinus sfenoid; 2. Stadium 2, seperti stadium 1 kecuali tumor meluas dari

lateral ke dinding medial maksila; 3. Stadium 3, tumor telah melibatkan

sinus frontal; 4. Stadium 4, tumor telah meluas keluar dari sinus (orbita dan

intra kranial).2

Gambar 3.1. Histopatologi inverted papilloma.9

Page 16: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 16/19

16

3.6. Diagnosis Banding

Mukokel dapat merusak anatomi lokal dan menekan struktur yang

 berdekatan karena mereka memperbesar, mukokel maksila dapat menaikkan

dasar orbita dan mengakibatkan proptosis.  Mukokel yang paling sederhana

dibentuk oleh mukus tebal yang jelas. Mukokel paling sering menyebabkan

obstruksi ostium sinus dengan akumulasi resultan mukus dan akhirnya

terjadi perluasan.11

Invasif karsinoma dengan gambaran pleomorfisme seluler, mutiara

keratin, hilangnya membran basal, invasi tegas, stroma desmoplastik,

gambaran mitosis atipikal.10

Polip dengan skuamosa metaplasia dengan gambaran penebalan dan

hialinisasi membran basal, yang menonjol kelenjar ludah minor, eosinofil

dan sel inflamasi lainnya, tidak ada epitel berlapis-lapis.10

3.7. Tatalaksana

Eksisi luas tumor dengan jaringan normal disekitarnya penting untuk

mencegah kekambuhan. Rinotomi lateral atau pendekatan midfacial

degloving  maksilektomi medial adalah terapi bedah untuk tumor ini.8

Pendekatan rinotomi lateral memberikan ruang yang cukup untuk

reseksi tumor dari rongga hidung, sinus dan tulang tetapi kerugiannya

adalah bekas luka setelah operasi, epifora, kebocoran CSF. Kerugian lain

adalah kurangnya akses untuk area frontal, etmoid superior, sinus sfenoid,

orbita dan komplikasinya adalah stenosis vestibuler, fistula oroantral dan

epistaksis. Pendekatan ini dapat digabungkan dengan endoskopik untuk

mencegah bekas luka.8

 Midfacial degloving sangat berguna untuk inverted papilloma nasal

 bilateral. Pendekatan endoskopik endonasal mengurangi komplikasi dari

 pendekatan eksternal tetapi jika tumor yang ekstensif mungkin tidak adekuat

untuk membersihkan seluruh tumor. Meskipun secara tradisional bedah

endoskopik digunakan untuk lesi kecil, tetapi teknik baru SSES (Sequential

Page 17: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 17/19

17

Segmental Endoscopic Sinus Surgery) telah dideskripsikan untuk tumor

masif yang menempel dalam sinus maksila.8 

Terapi radiasi digunakan sebagai pengobatan alternatif, meksipun

harus dilakukan pada inverted papilloma terkait karsinoma sel skuamosa.

Radioterapi juga digunakan untuk keberhasilan mengobati pasien dengan

reseksi tidak sempurna. Terapi ini juga dianjurkan sebagai tambahan untuk

eksisi bedah pada penyakit terkait HPV yang agresif. Pengobatan penunjang

 biasanya dalam bentuk imunomodulasi, Interferon dapat digunakan.8

3.8. Prognosis

Tingkat rekurensi tetap tinggi (15-78%) dan biasanya dikaitkan

dengan reseksi lokal yang tidak lengkap.9

Selain transformasi maligna dan kekambuhan, morbiditas berasal

dari pertumbuhan lokal yang dapat meluas ke ruang yang berdekatan

termasuk orbit dan kompartemen intrakranial.9

Page 18: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 18/19

18

BAB IV

RESUME

Embriologi hidung terjadi mulai minggu keempat sampai minggu kedelapan.

Hidung dan sinus paranasal memiliki fungsi yang saling berkesinambungan,

secara fisiologik memiliki fungsi respirasi, membantu produksi mukus, sebagai

 penyaring udara, dan fungsi fonasi.

 Inverted papilloma merupakan neoplasma jinak yang agresif secara lokal

yang timbul di rongga hidung dan sinus paranasal dan berhubungan dengan

karsinoma sel skuamosa, biasanya unilateral.  Inverted papilloma sering terjadi

 pada laki-laki dari usia 40 sampai 70 tahun dan penyebab tumor ini masih belum

 pasti. Gejala yang paling sering ditimbulkan adalah obstruksi hidung yang

 progresif dan bisa disertai sekret hidung yang bercampur dengan darah, sakit di

wajah, penurunan atau hilangnya penghidu, epifora atau gejala yang mengarah ke

sinusitis. Pada pemeriksaan MRI sering menunjukkan penampilan yang khas,

disebut pola convoluted cerebriform dan secara histologik terlihat epitel

 pernafasan tertutup oleh membran basal yang tumbuh ke dalam stroma yang

terletak di bawah dengan karakterisktik micro-mucous cysts. Penatalaksanaan

untuk kasus ini adalah dengan eksisi luas tumor dengan jaringan normal

disekitarnya penting untuk mencegah kekambuhan dan pada tumor ini memiliki

tingkat rekurensi tetap tinggi (15-78%) dan biasanya dikaitkan dengan reseksi

lokal yang tidak lengkap.

Page 19: Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma

http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 19/19

19

DAFTAR PUSTAKA

1.  USU Bab 2 Tinjauan Kepustakaan. Available from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf

2.  USU Bab 2 Tinjauan Kepustakaan. Available from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38211/4/Chapter%20II.pdf

3.  UGM Bab 1 Pendahuluan. Available from

http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=vie

w&typ=html&file=304664.pdf&ftyp=potongan&tahun=2014&potongan=S1-

2014-304664-chapter1.pdf

4.  Sadler TW. Langman’s Medical Embriology. 9th ed. Philadelphia: Lippincott

Williams and Wilkins; 2005. Chapter 15,Head and Neck; P.363-20

5.  Sadeghi N. Sinonasal Papilloma. Medscape. 2013 June. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/862677-overview#showall

6.  Benign tumours of the nasal cavity and paranasal sinuses. Available from

http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-type/nasal-

 paranasal/pathology-and-staging/benign-tumours/?region=bc

7.  Mendenhall WM, Hinerman RW, et al. Inverted papilloma of the nasal cavity

and paranasal sinuses. Am J Clin Oncol. 2007 Oct; 30(5): 560-3. Available

from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17921720

8.  Thapa N. Diagnosis and Treatment of Sinonasal Inverted Papilloma. SOL

 Nepal. 2010. Available from www.solnepal.org.np/pdffiles/archive/34-37.pdf

9.  Bickle L, Gaillard F, et al. Inverted Papilloma. Available from

http://radiopaedia.org/articles/inverted-papilloma

10.  Nasal cavity Other tumors Papilloma. Available from

http://www.pathologyoutlines.com/topic/nasalsinonasalpapilloma.html

11. Knipe H, Gaillard F, et al. Paranasal Sinus Mucocoele. Available from

http://radiopaedia.org/articles/paranasal-sinus-mucocoele