Upload
ryaa-nitaa-adyaa
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 referat anastesi rianita
1/25
REFERAT
PENANGANAN SYOK KARDIOGENIK
DOKTER PEMBIMBING :
dr. Kurnianto Trubus Sp.An, M.Kes
OLEH :
Rianita Nursanti
(20100310164)
BAGIAN ANESTESI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
8/18/2019 referat anastesi rianita
2/25
SYOK KARDIOGENIK
A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system sirkulasi
yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk mempertahankan
metabolism aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013). Syok merupakan suatu sindroma klinik
yang mempunyai ciri-ciri berupa hipotensi, tachycardia, kulit yang terasa dingin, terlihat pucat,
dan basah, cyanosis perifer, hyperventilasi, perubahan status mental dan penurunan
pembentukan urine. Pada umumnya syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal
jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan
pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi. Syok adalah suatu keadaan
serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu
mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan
dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan.
Stadium Syok
Secara klinis, syok terbagi ke dalam 3 fase, yaitu :
Gejala Klinis Kompensasi Dekompensasi Irreversibel
Kehilangan Darah % ≤25% 25-40% >40%
Frekuensi Jantung Takikardia + Takikardia ++ Takikardia/Bradikardi
Volume Nadi Normal/Menurun Menurun + Menurun ++
Pengisian Kapiler Normal/Meningkat Meningkat + Meningkat ++
Kulit Dingin, pucat Dingin, mottled Pucat mati
RR Takipnue + Takipnue ++ Sighing respiration
Tingkat Kesadaran Agitasi ringan Berkooperasi Bereaksi hanya pada
rasa sakit atau tidak
responsif
8/18/2019 referat anastesi rianita
3/25
Syok dapat dibedakan menjadi :
a. Syok hipovolemik : disesbabkan kurang volume darah intravaskuler.
b. Syok kardiogenik : disebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah.
c. Syok sepsis : disebabkan oleh produksi toksin atau infeksi
d. Syok neurologic : disebabkan perubahan perubahan tegangan vaskuler
e. Syok anaphylactic : disebabkan reaksi imunologik
Tipe
shock
Septic cardiogenik distributive hypovolemic Obstructive
Karakteri
stik
Infeksi
organisme
melepaskan
toksin
yang
mempengaruhi
distribusi
darah,
cardiac output
dan lainnya
Kegagalan
Jantung dalam
memompa
darah untuk
memenuhi
kebutuhan
tubuh
-Kelainan
saraf:
Mengganggu
keseimbangan
cairan
sehingga
memudahkan
terjadinya
sidosis
- overdosis
dosis obat
yang
mengganggu
distribusi
cairan
Menurunnya
jumlah
cairan :
Menyebabkan
menurunnya
cardian
output;
asidosis
metabolic
membuat
volume
intravaskuler
berkurang
dan perfusi
kejaringan
menurun;
gangguan
keseimbangan
elektrolit
Cardiac
Output
rendah;sianosi
;
tekanan
nadi rendah
Etiologi Bacteri
Virus
jamur
Cardiomyopath
y
Congenital
heart disease
Anafilaksis
Toxin
Reaksi
Alergi
Enteritis
Perdarahan
Luka bakar
Diabetes
Tension
pneumotorax
Pericardial
tamponade
8/18/2019 referat anastesi rianita
4/25
Ischemic
Insult
insipidus
Defisinsi
adrenal
Syok kardiogenik adalah suatu keadaan yang terjadi karena tidak cukupnya curah jantung
untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital akibat disfungsi otot jantung juga diartikan
sebagai gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada keadaan
volume intravaskuler yang cukup dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok dapat
terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat tetapi dapat juga terjadi pada keadaan dimana
fungsi ventrikel kiri cukup baik. Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang
luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah
jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung,otak, ginjal). Derajat
syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering
terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli paru,
kardiomiopati dan disritmia (Brunner&Suddarth,2001)
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang
diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari
parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan
tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih
dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju
nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas
yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik.
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk tekanan
darah sistolik yang sering dipakai adalah < 90 mmHg. Dengan menurunnya tekanan darah
sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan konstriksi arteri dan vena
sistemik. Manifestasi klinis dapat ditemukan tanda-tanda hipoperfusi sistemik mencakup
perubahan status mental, kulit dingin, dan oliguria.
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik < 90 mmHg selama > 1
jam dimana:
- Tidak responsive dengan pemberian cairan saja
- Sekunder terhadap disfungsi jantung atau
8/18/2019 referat anastesi rianita
5/25
- Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak < 2,21/menit/m2 dan
tekanan baji kapiler paru > 18 mmHg
Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah :
1. Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90 mmHg dalam 1 jam setelah
pemberian obat inotropik dan
2. Pasien yang meninggal dalam 1 jam hipotensi tetapi memenuhi criteria lain syok
kardiogenik
Dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang
mengakibatkan hal – hal berikut :
a. Tekanan arteri systole kurang dari 90mmHg ( hipotensi absolute ) atau paling tidak 60
mmHg dibawah tekanan basal ( hipotensi relatif )
b. Gangguan aliran darah ke organ – organ penting ( kesadaran menurun, vasokontriksi di
perifer origuria ( urine kurang dari 30 ml/jam )
c. Tidak adanya ganguan preload atau proses nonmiokardial sebagai etiologi syok
(aritmia, asidosis, atau depresan jantung secara farmakologi maupun fisiologik )
d. Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik.
(Bakta& Ketut, 1999)
B. Epidemiologi
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9 % pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1 % pasien
IMA non STEMI. Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76 jam
dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam. Syok lebih sering dijumpai sebagai
komplikasi IMA STEMI daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di
Negara maju, pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok
kardiogenik yang berkisar antara 4,2% - 7,2%. Tingkat mortalitas masih tinggi sampai saat ini
berkisar antara 70-100%.
C. Etiologi
Penyebab paling sering adalah infark miokard akut. Penyebab lainnya seperti :
- Gangguan mekanis akut (rupture katup mitral atau katup aorta, defek akut septum
ventrikel)
- Bedah pintas kardiopulmonal
8/18/2019 referat anastesi rianita
6/25
- Payah jantung kongestif (iskemia, hipotensi, kardiomiopati, atau penyakit jantung
katup)
Picard MH et al, melaporkan abnormalitas struktural dan fungsional jantung dalam rentang
lebar ditemukan pada pasien syok kardiogenik akut.Pencetusnya seperti :
- Iskemia miokard atau infark
- Anemia : takikardi atau bradikardi
- Infeksi : endokarditis, miokarditis atau infeksi diluar jantung
- Emboli paru
- Kelebihan cairan atau garam
- Obat penekan miokard seperti beta blocker
- Lain-lain : kehamilan, tirotoksikosis, anemia, stress, hipotensi akut
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung
atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktis syok kardiogenik timbul
karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat gangguan elektrik primer. Syok
kardiogenik diakibatkan oleh kerusakan bermakna pada miokardium ventrikel kiri yang
ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi
jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Penyebab dari syok kardiogenik dibagi dalam:
a. Gangguan ventrikular ejection
1) Infark miokard akut
2) Miokarditis akut
3) Komplikasi mekanik :
- Regurgitasi mitral akut akibat ruptur atau disfungsi otot papilaris
- Ruptur septum interventrikulorum
- Ruptur free wall
- Aneurisma ventrikel kiri
- Stenosis aorta yang berat
- Kardiomiopati Kontusio miokard
b. Gangguan ventrikular filling
1) Tamponade jantung
2) Stenosis mitral
3) Miksoma pada atrium kiri
4) Trombus ball valve pada atrium
8/18/2019 referat anastesi rianita
7/25
5) Infark ventrikel kanan
D. Factor Predisposisi
Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi timbulnya syok
kardiogenik yaitu :
a. Umur yang relative lebih tua pada syok kardiogenik : umumnya lebih dari 60 tahun
b. Telah terjadi payah jantung sebelumnya
c. Adanya infark yang lama dan baru
d. Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok
e. IMA yang meluas secara progresif
f. Komplikasi mekanik IMA : septum sobek, insufisiensi mitral, disenergi ventrikel
g. Gangguan irama dan nyeri hebat
h. Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia
E. Patofisiologi
Syok kardiogenik terjadi jika kerusakan otot jantung > 40 %, sedangkan angkakematiannya > 80 %. Pada keadaan syok kardiogenik ini bisa juga terjadi infark yang baru pada
8/18/2019 referat anastesi rianita
8/25
infark miokard yang lama. Selain itu karena kerusakan iskemik dan nekrosis yang progresif
menyebabkan terjadinya perburukan hemodinamik. Pada keadaan ini juga ditemukan kadar
enzim-enzim jantung meningkat tinggi.
Syok kardiogenik biasanya terjadi dalam situasi infark akut dinding anterior dan
anteroseptal dengan infark baru atau lama di apeks. Disini terjadi obstruksi proksimal arteri
koronaria desendens anterior kiri. Kebanyakan juga akibat penyakit pembuluh darah koroner.
Sindrom respon inflamasi sistemik ditemukan pada sejumlah keadaan non infeksi antara
lain trauma, pintas kardiopulmonal, pancreatitis, dan luka bakar. Pasien dengan infark miokard
luas sering mengalami peningkatan suhu tubuh, sel darah putih, komplemen, interleukin, C
reaktif protein, dan petanda infalamasi yang lain. NO yang disintesis dalam kadar rendah oleh
endothelial nitrit oxide (e.NOS) sel endotel dan miokard, merupakan molekul yang bersifat
kardioprotektif.
Penelitian menunjukkan adanya pelepasan sitokin setelah infark miokard. Pada pasien
pasca infark miokard diduga dapat aktivasi sitokin infalamasi yang mengakibatkan kadar
i.NOS, NO, dan Peroksi Nitrit, dimana semuanya mempunyai efek buruk multiple antara lain:
- Inhibisi langsung kontraktilitas miokard
- Supresi respirasi mitokondria pada miokard non iskemik
- Efek terhadap metabolisme glukosa
- Efek proinflamasi
- Penurunan responsivisitas katekolamin
- Merangsang vasodilatasi sistemik
Paradigma lama patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah depresi
kontraktilitas miokard yang mengakibatkan lingkaran setan penurunan curah jantung, tekanan
darah rendah, insufisiensi koroner, dan selanjutnya terjadi penurunan kontraktilitas dan curah
jantung. Paradigma klasik memprediksi bahwa vasokonstriksi sistemik berkompensasi dengan
peningkatan resistensi vaskuler sistemik yang terjadi sebagai respon dari penurunan curah
jantung.
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal
jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya
menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner
berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah
lingkaran setan. Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan
8/18/2019 referat anastesi rianita
9/25
lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan
haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan
oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk
mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya
masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekananakhir
diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure)
menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
F. Manifestasi Klinis
Menurut Scheidt (1973):
- Tekanan sistolik arteri < 80 mmHg (dengan pengukuran intra arteri)
- Produksi urin < 20 ml/hari atau gangguan status mental
- Tekanan pengisian ventrikel kiri > 12 mmHg
Tekanan vena sentral > 10 mmH2O tidak menandakan hipovolemik
- Peningkatan katekolamin (gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi dan lain-lain)
Menurut Brunner & Suddart (2002)
Beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul pada penderita syok kardiogenik yaitu:
a. Hipotensi : tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg
b. Nadi cepat/lemah takipnea
c. Crackles/whezing edema paru
d. Kulit: dingin, pucat, sianosis Kulit: dingin, pucat, sianosis
e. Status mental; letargi, koma
f. Edema , CVP meningkat, aritmia (tidak ada denyut nadi)
g. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan
apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
h. Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
i. Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis)
j. Distensi vena jugularis
k. Kardiogenik menyebabkan CO/MAP menurun kompensasi; HR meningkat
konsumsi oksigen miokard meningkatmenurunkan perfusi coroner iskemia
nekrosis
8/18/2019 referat anastesi rianita
10/25
l. Kegagalan jantung tekanan ventrikel kiri dan tekanan diastolik meningkat edema
paru
m. Retensi darah pada ventrikel kanan meningkatkan tekanan arteri kananmenghambat
aliran balik vena distensi vena jugular
Dapat disimpulkan terdapat 3 komponen utama syok kardiogenik yaitu:
1. Gangguan fungsi ventrikel
2. Bukti kegagalan organ
3. Tidak adanya hipovolemik
Anamnesis
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok kardiogenik tersebut.
Pasien dengan infark miokard akut datang dengan keluhan tipikal nyeri dada yang akut, dan
kemungkinan sudah mempunyai riwayat jantung koroner sebelumnya.
Pada keadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark miokard akut, biasanya
terjadi dalam beberapa hari sampai seminggu setelah onset infark tersebut. Umumnya pasien
mengeluh nyeri dada dan biasanya disertai gejala tiba-tiba yang menunjukkan adanya edeme
paru akut atau bahkan henti jantung.
Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya palpitasi, pre sinkop, sinkop, atau
merasakan irama jantung yang berhenti sejenak. Kemudian pasien akan merasakan letargi
akibat berkurangnya perfusi ke system syaraf pusat.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal ditemukan tekanan darah sistolik menurun sampai < 90 mmHg
bahkan dapat turun < 80 mmHg pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan adekuat.
Denyut jantung cenderung meningkat akibat stimulasi simpatis, peningkatan frekuensi nafas
akibat kongesti paru. Pemeriksaan dada menunjukkan adanya ronki, system kardiovaskuler
seperti vena-vena di leher seringkali meningkat distensinya. Letak impuls apical dapat bergeser
pada pasien kardiomiopati dilatasi dan intensitas bunyi jantung akan jauh menurun pada efusi
pericardial ataupun tamponade. Irama gallop dapat timbul akibat adanya disfungsi ventrikel
kiri yang bermakna. Pasien dengan gagal jantung kanan bermakna menunjukkan beberapa
tanda seperti : hepatomegali, pulsasi di liver atau asites. Pulsasi arteri perifer akan menurun
intensitasnya dan edema perifer dapat timbul pada gagal jantung kanan. Sianosis dan
ekstermitas yang teraba dinginj menunjukkan terjadinya penurunan perfusi ke jaringan.
Pemeriksaan penunjang
8/18/2019 referat anastesi rianita
11/25
1. Pemantauan hemodinamik
2. Saturasi oksigen
a. Electrocardiography (elektrokardiografi)
Dapat menetukan etiologi syok kardiogenik. Hasil/pembacaan electrocardiogram
menurut Fauci AS, et.al. (2008): Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal
ventrikel kiri (LV failure), gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada
multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (>
50%) dari semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global
ischemia karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3
mm) pada multiple leads.
b. Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
menunjukkan tandatanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart failure),
yaitu: a.Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.
b.Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressures)
meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan adanya
gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis Curley A dan B.
Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan (exuded) ke alveoli,
menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
c. Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
penderita syok kardiogenik:
1) Kardiomegali ringan
2) Edema paru (pulmonary edema)
3) Efusi pleura
4) Pulmonary vascular congestion
5) Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari infark
miokard yang
Ekokardiografi Ini berguna untuk menunjukkan:
1) Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
2) Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
3) Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
8/18/2019 referat anastesi rianita
12/25
Selain itu penting untuk menilai hipokinesis berat ventrikel difus atau segemental (bila
berasal dari infark miokard), efusi pericardial, katup mitral dan aorta, rupture septum
dan pintasan intrakardiak.
d. Kateterisasi jantung
Umumnya tidak perlu kecuali pada kasus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh
darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas koroner atau
angioplasty koroner transluminasi perkutan. Untuk menunjukkan defek mekanik pada
septum ventrikel atau regurgitasi mitral akibat disfungsi atau rupture otot papilaris.
e. Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah tetap diperlukan untuk evaluasi
secara keseluruhan meskipun tidak berguna di dalam membuat diagnosis awal
(initial diagnosis).
2) Pemeriksaan enzim jantung.
3) CBC and serum electrolyte panel.
4) Kadar kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN).
5) Gas darah arteri.
6) Studi koagulasi.
Penemuan laboratorium (Laboratory findings) menurut Fauci AS, et.al. (2008):
1) Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
2) Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal, namun
blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
3) Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
4) Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion gap
acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level).
5) Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.
8/18/2019 referat anastesi rianita
13/25
6) Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fraction-nya,
jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.
G.
Penatalaksanaan
Tata laksana syok
Pada tahap awal, shock memerlukan penanganan yang segera untuk mempertahankan hidup,
bagaimanapun penanganan shock tergantung seberapa cepat untuk bisa mendapat pertolongan
di rumah sakit.
Pertolongan awal shock
1. segera beri pertolongan, jika pasien masih sadar tempatkan dengan nyaman2. jika pasien sendiri, cari pertolongan, atau meminta seseorang mencari pertolongan dan
seseorang menjaga pasien
3. pastikan jalan nafas dan pernafasan baik.
4. Lindungi pasien dengan jaket tapi jangan terlalu rapat agar tidak terjadi vasodilatasi
5. Jangan beri minum
6. Siapkan untuk cardiopulmonary resuscitation
7. Berikan banyak informasi ketika ambulan datang
Tatalaksana shock dimulai dengan tindakan umum untuk memulihkan perfusi jaringan dan
oksigenasi sel. Tindakan ini tidak tergantung pada penyebab syok. Diagnosa harus segera
dibuat sehingga dapat diberikan pertolongan sesuai dengan kausa.
Tujuan utama adalah mengembalikan perfusi dan oksigenasi terutama di otak, jantung dan
ginjal. Tanpa memandang etiologi syok, oksigenasi dan perfusi jaringan dapat diperbaiki
dengan memperhatikan 4 variabel ini:
1. Ventilasi dan oksigenasi ( Airway dan Breathing )
a. Memperbaiki jalan napas, ventilasi buatan dan oksigen 100%
b. Akses vena dan pemberian cairan diberikan bersamaan dengan oksigen 100%.
2. Curah jantung dan volume darah di sirkulasi ( Cirkulasi ). Resusitasi cairan dan
pemberian obat vasoaktif merupakan metode utama untuk meningkatankan curah
jantung dan mengembalikan. Perfusi organ vital.
a. Resusitasi cairan:
8/18/2019 referat anastesi rianita
14/25
1) Pada syok hipovolemik apapun penyebabnya, resusitasi cairan dimulai dengan
cairan kristaloid (Rl atau garam fisiologis) sebanyak 20 ml/kg secepatnya. Bila
tidak terlihat perbaikan (frekuensi jantung masih tinggi, perfusiperifer jelek,
kesadaran belum membaik) dan dicurigai masih terjadi hipovolemia diberikan
lagi cairan yang sama sebanyak 20 ml/kg dan pasien dievaluasi kembali. Syok
kardiogenik dan obstruksi harus dipertimbangkan apabila tidak ada perbaikan
setelah resusitasi cairan. Sebagian besar pasien dengan syok hipovolemik akan
menunjukkan perbaikan terhadap pemberian cairan 40 ml/kg.
2) Pada syok septik, resusitasi cairan berguna untuk mengembalikan volume
intravaskular. Jenis cairan masih konroversial, cairan kristaloid dapat
menyebabkan edema paru akibat penurunan tekanan onkotik intravaskular dan
memperberat kebocoran kapiler. Sedangkan cairan koloid, walaupun dapat
mempertahankan tekanan onkotik pada akhirnya dapat merembes ke ruang
interstisial akibat hilangnya integritas vaskular. Resusitasi pada syok septik
memerlukan kombinasi cairan kristaloid dan koloid untuk mengembalikan
perfusi yang adekuat.
3) Pada syok distributif, pemberian cairan kristaloid yang cepat telah terbukti
menyelamatkan jiwa pasien.
4) Pada syok endokrin gangguan yang terjadi diperbaiki. Hipotiroid membutuhkan
levothyroxine, pada hyperthyroid produksi hormon thyroid dihambat oleh
sitostatika seperti methimazole (tapazole) atau PTU (propylthiouracil).
Insufisiensi adrenal diobati dengan suplemen kortikosteroid.
b. Obat vasoaktif
Ada beberapa obat yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam penanganan syok
bila resusitasi cairan belum cukup untuk menstabilkan system kardiovaskular. Obat
inotropik meningkatan kontraktilitas miokard dan obat kronotropik meningkatkan
frekuensi jantung. Obat vasoaktif yang paling banyak digunakan adalah golongan amin
simpatomimetik yaitu golongan katekolamin, epinefrin, norepinefrin, dopamine
endogen, dobutamin, dan isoproternol sintetis. Obat ini bekerja merangsang
adenilsiklase yang menyebabkan terjadinya sintetis AMP siklik, aktifasi kinase protein,
fosforilasi protein intrasel, dan peningkatan kalsium intrasel. Obat tersebut bekerja
memperbaiki tekanan darah dengan konsekuensi peningkatan resistensi vaskuler dan
penurunan aliran darah. Obat vasoaktif ini diberikan bila pemberian cairan
danoksigenasi alveolar telah maksimal.
8/18/2019 referat anastesi rianita
15/25
Beberapa obat vasoaktif yang dapat diberikan berikut dosisnya dapat dilihat dalam table
dibawah ini.
Dosis dan efek klinis beberapa obat vasoaktif
Obat Dosis Efek klinis
Dobutamin 2-20 μg/kg/menit Memperbaiki konraktilitas
miokard
Berguna pada gagal jantung
dengan syok
Dopamine 2-20 μg/kg/menit Dosis rendah (4-5
μg/kg/menit): memperbaiki
aliran darah ginjal
Dosis tinggi: efek α
Memperbaiki kontraktilitas
miokard bila dosis
ditingkatkan
Efinefrin 0,05-1
μg/kg/menit
Dosis rendah: efek β
Dosis tinggi: efek α
Berguna bila dikombinasi
dengan dopamine
dosis rendah
Norefinefrin 0,05-1
μg/kg/menit
Efek α sangat kuat
Hipotensi refrakter
Amrinon 0,75-4 mg/kg/kali
5-20 μg/kg/menit
Kombinasi dengan
katekolamin
Memperbaiki fungsi miokard
Milrinon 50-75 μg/kg/kali
0,5-1 μg/kg/kali
Kombinasi dengan
katekolamin
8/18/2019 referat anastesi rianita
16/25
Memperbaiki fungsi miokard
Kelainan yang mendasari
1. Pasien dengan syok septik memerlukan antibiotik segera
2. Pasien dengan syok hipovolemik dievaluasi terhadap kehilangan cairan melalui saluran
cerna atau perdarahan.
3. Syok kardiogenik mungkin memerlukan terapi farmakologis untuk menurunkan
afterload atau intervensi bedah untuk mengatasi obstruksi
4. Syok anafilaktik memerlukan epinefrin, eliminasi penyebab dan antihistamin.
Langkah penatalaksaan syok kardiogenik :
Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok kardiogenik. Setiap disritmia
mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya
syok. Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemia atau
volume intravaskuler rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan
dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif
bila aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Farmakoterapi. Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah jantung dan
tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa digunakan adalah katekolamin
yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah jantung. Namun demikian mereka
cenderung meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang efektif
untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-bahan ini
menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi, sehingga menimbulkan lebih banyak
pintasan volume intravaskuler ke perifer dan menyebabkan penurunan preload dan afterload.
Bahan vasoaktif ini biasanya diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang membantu
memelihara tekanan darah yang adekuat.
Pompa Balon Intra Aorta. Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok
kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi. Sistem bantuan mekanis yang paling
sering digunakan adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta Baloon Pump). IABP
menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantung dengan
cara pengembangan dan pengempisan balon secara teratur yang diletakkan di aorta descendens.
8/18/2019 referat anastesi rianita
17/25
Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivitas
elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untuk menentukan
position sirkulasi pasien selama penggunaan IABP.
Balon dikembangkan selama diastole ventrikel dan dikempiskan selama sistole dengan
kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole,yang
mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria jantung. IABP dikempiskan selama
sistole, yang akan mengurangi beban kerja ventrikel
1. Tindakan resusitasi segera
Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ sewaktu pasien dibawa untuk
terapi definitive. Mempertahankan tekanan arteri rata-rata yang adekuat untuk
mencegah sekuele neurologi dan ginjal adalah vital. Dobutamin atau noradrenalin
tergantung pada derajat hipotensi harus diberikan secepatnya untuk meningkatkan
tekanan arteri rata-rata dan dipertahankan pada dosis minimal yang dibutuhkan.
Dobutamin bisa dikombinasikan dengan dopamine dosis sedang atau digunakan tanpa
kombinasi pada keadaan low output tanpa hipotensi yang nyata. Intra aortic balloon
counter pulsation (IABP) harus dikerjaka sebelum transportasi jika fasilitas tersedia.
Analisa gas darah dan saturasi oksigen dalam memberikan CPAPS. EKG harus
dimonitor secara terus menerus, dan peralatan defibrillator, obat anti aritmia, amiodaron
dan lidokain harus tersedia. Terapi fibrinolitik harus dimulai pada pasien dengan
STEMI jika diantisipasi keterlambatan angiografi > 2 jam. Pada syok kardiogenik
karena infark miokard nonSTEMI yang menunggu kateterisasi inhibitor glikoprotein
IIb/IIIa dapat diberikan.
2. Menentukan secara dini anatomi koroner
3. Melakukan revaskularisasi dini
Trial SHOCK merekomendasikan CABG emergensi pada pasien left main atau
penyakit tiga pembuluh besar.
Penatalaksanaan yang lain :
a. Istirahat
b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena, dan
volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian
8/18/2019 referat anastesi rianita
18/25
ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel,
dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan
muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi
kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling
bergantian), dan takikardia atria proksimal.
d. Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Bila
sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu istirahat pada
malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami
kehilangan cairan setelah pemberian diuretik. Pasien juga harus menimbang badannya
setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi
e. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi
pernapasan.
f. Pemberian Oksigen
g. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel
Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1.Emergent.therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan oksigen, pengaturan
jalan nafas (airway control), dan akses intravena. Diperlukan usaha untuk memaksimalkan
fungsi ventrikel kiri.
2.Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion dengan 100mL
bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang cukup
maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel kanan memerlukan
peningkatan tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak output.
4. Inotropic support
Obat-obatan inotropik dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan memiliki berbagai
macam efek pada resisten vaskular perifer. Obat-obatan inotropik antara lain adalah
vasokonstriktor (misalnya, epinefrin, norepinefrin), vasodilator (misalnya, dobutamine,
milrinon). Indikasi penggunaan obat-obatan ini adalah apabila pasien memerlukan
perbaikan fungsi kontraksi atau pada pasien dengan syok yang tidak terkompensasi yang
tidak respon hanya dengan terapi cairan
http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/
8/18/2019 referat anastesi rianita
19/25
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg) dan kongesti
pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat
badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik
saat permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal. Dobutamin
merupakan agen inotropik murni, dengan efek beta-1 agonis yang dapat meningkatkan
kontraktilitas jantung. Obat ini juga dapat memberikan efek beta-2 ringan, yaitu
vasodilatasi perifer yang akan mengurangi tahanan vaskuler sistemik dan afterload,
juga dapat meningkatkan perfusi jaringan. Karena itu, dobutamin merupakan obat yang
cukup baik bagi pasien dengan syok kardiogenik dengan tujuan untuk meningkatkan
kontraktilitas otot jantung. Dobutamin jarang menyebabkan disritmia ventrikular
dibandingkan dengan epinefrin. Dosis pemberian awal adalah 5 mcg/kg/menit IV dan
dapat ditingkatkan perlahan-lahan hingga 20 mcg/kg.menit IV.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80 mmHg)
sebaiknya dirawat dengan dopamine. Dopamin berguna dalam fungsi vasodilatornya
untuk perfusi end-organ seperti pembuluh darah di ginjal maupun di intestinal dengan
dosis rendahnya (2-5 mcg/kg/min/IV). Pada dosis intermediet (5-10 mcg/kg/min IV)
obat ini dapat meningkatkan kontraktilitas miokard bersama dengan efek obat agonis-
beta1, stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan
vasokonstriksi perifer. Pada dosis tinggi (10-20 mcg/kg/min IV), obat ini dapat
meningkatkan vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tekanan darah sentral. Pada
dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit, dopamine meningkatkan
ventricular irritability tanpa keuntungan tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik yang efektif untuk
syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek samping dopamine dosis tinggi yang
tidak diinginkan dan menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat dicoba
norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat. Dosis awal : 0,5-1
mikrogram/menit. Norepinefrin merupakan agonis alfa yang dapat memberikan efek
vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tahanan vaskular perifer. Efek utamanya
adalah sebagai pressor agent untuk meningkatkan tekanan darah di sekitar muka pada
keadaan syok setelah diberikan terapi cairan. Beberapa ahli menyarankan untuk
mengkombinasi norepinefrin dengan dobutamin untuk mendapatkan efek
vasokonstriksi melalui reseptor alfa dan mendapatkan efek peningkatan kontraktilitas
otot jantung. Penggunaan norepinefrin diawali dengan dosis 0.1 mcg/kg/menit IV.
8/18/2019 referat anastesi rianita
20/25
Epinefrin menstimulasi kedua reseptor alfa dan beta, sehingga dapat meningkatkan
kontraktilitas miokard dan meningkatkan vasokonstriksi perifer. Dosis pemberian
biasanya diawali dengan 0.1 mcg/kg/min IV. Pada kasus berat, pasien dapat menerima
2-3 mcg/kg/min IV atau lebih.
4. Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan infark
miokard akut dan syok kardiogenik.
Skema penatalaksanaan Syok Kardiogenik
Tanda klinis : hipoperfusi, CHF, edema paru akutPenyakit dasar yang paling mungkin ??
Edema paru akut Hipovolemi Low output : syok kardiogenik Aritmia
Pemberian :
- Furosemid iv 0,5-1 mg/kg
- Morfin iv 2-4 mg- Oksigen bila perlu
- Nitrogliserin SL kemudian 10-
20 mcg/menit bila TDS >100mg
- Dopamine 5-15 mcg/kg/menit
bila TDS 70-100 mmHg dan
gejala syok (+)
- Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit
bila TDS 70-100 mmHg dan
gejala syok (-)
Pemberian:
- Cairan
- Transfuse darah- Intervensi
spesifik
- vasopressor
bradikardi t
Guideline ACC/
Periksa tekanan darah
TDS > 100 mmHg dan tidak < 30
mmHg di bawah TDS sebelumnya
Berikan ACE inhibitor short
acting ex : captopril 6,25 mg
Periksa tekanan darah
TDS > 100 mmHg TDS 70-100
mmHg, gejalasyok (-)
TDS 70-100
mmHg, gejalasyok (+)
TDS
8/18/2019 referat anastesi rianita
21/25
8/18/2019 referat anastesi rianita
22/25
Daftar Pustaka
Abrutyn, E. Fauci et Al Ed . Harrison’s Principles of internal Medicine. 17 th. Ed. America :
McGrawHill
Antman, EM; Anbe, DT; Armstrong, PW; Bates, ER; Green, LA; Hand, M; Hochman, JS;
Krumholz, HM; Kushner, FG; Lamas, GA; Mullany, CJ; Ornato, JP; Pearle, DL; Sloan,
MA; Smith, SC. 2004. ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients with ST-
elevation Myocardial Infarction: a Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee
to Revise the 1999 Guidelines for the Management of Patients With Acute Myocardial
Infarction). Circulation. 110;588-636.
Bakta I Made & Ketut . 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Braunwald, Fauci, Isseibacher, Martin, Kasper, Wilson. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam vol 3. edisi 13. EGC Jakarta. 2000. Hal: 1208-1213
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Cheitlin MD, Mclory MB, Sokolow M. Clinical Crdiology. 6th ed. California: Prentise Hall
International Inc. 1993. Hal. 210-215
Dean Aj. Beaver, KM. 2007. Advanced Trauma life Support Course for Physicians. USA
Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.
2002. Hal: 90-93
Kamus Kedokteran Dorlan. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. EGC.
Jakarta. 1995. Hal: 593-606
Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Binarupa
Aksara. Jakarta. 2000. Hal: 47-57
Rackley CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular . Edisi 3. EGC. Jakarta. 1995. Hal.
243-249
Rifky, AZ. 2013. Mengenal Syok . Mini Simposium Emergency in Field Activity Hippocrates
Emergency Team. RSI Islam Siti Rahmah. Padang. PPT
Scwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. EGC. Jakarta. 2000.
Hal: 37-45
Thijs L G. The Heart in Shock 9 with Emphasis on Septik shock). Dalam kumpuilan makalah:
Indonesia Symposium on Shock & critical Care. Jakarta
8/18/2019 referat anastesi rianita
23/25
Trisnohadi HB. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia.
2000. Hal: 11-16
Guyton AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. EGC. Jakarta. 389-391 12. Dudley
HAF. Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat. Edisi 11. Gadjah Mada University
Press. 1992. Hal: 14-29
8/18/2019 referat anastesi rianita
24/25
ALGORITMA PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK
CARDIOGENIC SHOCK
Early shock
Diagnosed on hospital presentation
Delayed onset shock
Echocardiogram to rule out mechanical defects
IABP
Fibrinolytic therapy if all of the following
are present :
1. Greater than 90 minutes to PCI
2. Less than 3 hours post STEMI onset
3. No contraindications
Arrange prompt transfer to invasive
procedure capable center.
Arrange rapid transfer to invasive capable
center
Cardiac catheterization and coronary
angiography.
1-2 vessel CAD Moderate 3- vessel CAD Severe 3 vessel CAD Left main CAD
PCI IRA PCI IRA
Immediate CABGCannot be performed
Staged multivessel PCI Stage CABG
8/18/2019 referat anastesi rianita
25/25