referat anastesi rianita

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    1/25

    REFERAT

    PENANGANAN SYOK KARDIOGENIK

    DOKTER PEMBIMBING : 

    dr. Kurnianto Trubus Sp.An, M.Kes 

    OLEH :

    Rianita Nursanti

    (20100310164)

    BAGIAN ANESTESI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL 

    FAKULTAS KEDOKTERAN 

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 

    2015

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    2/25

    SYOK KARDIOGENIK

    A.  Definisi

    Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system sirkulasi

    yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk mempertahankan

    metabolism aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013). Syok merupakan suatu sindroma klinik

    yang mempunyai ciri-ciri berupa hipotensi, tachycardia, kulit yang terasa dingin, terlihat pucat,

    dan basah, cyanosis perifer, hyperventilasi, perubahan status mental dan penurunan

     pembentukan urine. Pada umumnya syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan

     berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal

     jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan

     pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi. Syok adalah suatu keadaan

    serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu

    mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan

    dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan.

    Stadium Syok

    Secara klinis, syok terbagi ke dalam 3 fase, yaitu :

    Gejala Klinis Kompensasi Dekompensasi Irreversibel

    Kehilangan Darah % ≤25%  25-40% >40%

    Frekuensi Jantung Takikardia + Takikardia ++ Takikardia/Bradikardi

    Volume Nadi Normal/Menurun Menurun + Menurun ++

    Pengisian Kapiler Normal/Meningkat Meningkat + Meningkat ++

    Kulit Dingin, pucat Dingin, mottled Pucat mati

    RR Takipnue + Takipnue ++ Sighing respiration

    Tingkat Kesadaran Agitasi ringan Berkooperasi Bereaksi hanya pada

    rasa sakit atau tidak

    responsif

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    3/25

    Syok dapat dibedakan menjadi :

    a.  Syok hipovolemik : disesbabkan kurang volume darah intravaskuler.

     b. Syok kardiogenik : disebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah.

    c.  Syok sepsis : disebabkan oleh produksi toksin atau infeksi

    d. Syok neurologic : disebabkan perubahan perubahan tegangan vaskuler

    e.  Syok anaphylactic : disebabkan reaksi imunologik

    Tipe

    shock

    Septic cardiogenik distributive hypovolemic Obstructive

    Karakteri

    stik

    Infeksi

    organisme

    melepaskan

    toksin

    yang

    mempengaruhi

    distribusi

    darah,

    cardiac output

    dan lainnya

    Kegagalan

    Jantung dalam

    memompa

    darah untuk

    memenuhi

    kebutuhan

    tubuh

    -Kelainan

    saraf:

    Mengganggu

    keseimbangan

    cairan

    sehingga

    memudahkan

    terjadinya

    sidosis

    - overdosis

    dosis obat

    yang

    mengganggu

    distribusi

    cairan 

    Menurunnya

     jumlah

    cairan :

    Menyebabkan

    menurunnya

    cardian

    output;

    asidosis

    metabolic

    membuat

    volume

    intravaskuler

     berkurang

    dan perfusi

    kejaringan

    menurun;

    gangguan

    keseimbangan

    elektrolit

    Cardiac

    Output

    rendah;sianosi

    ;

    tekanan

    nadi rendah

    Etiologi Bacteri

    Virus

     jamur

    Cardiomyopath

    y

    Congenital

    heart disease

    Anafilaksis

    Toxin

    Reaksi

    Alergi

    Enteritis

    Perdarahan

    Luka bakar

    Diabetes

    Tension

     pneumotorax

    Pericardial

    tamponade

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    4/25

    Ischemic

    Insult

    insipidus

    Defisinsi

    adrenal

    Syok kardiogenik adalah suatu keadaan yang terjadi karena tidak cukupnya curah jantung

    untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital akibat disfungsi otot jantung juga diartikan

    sebagai gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada keadaan

    volume intravaskuler yang cukup dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok dapat

    terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat tetapi dapat juga terjadi pada keadaan dimana

    fungsi ventrikel kiri cukup baik. Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi

    ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang

    luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah

     jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung,otak, ginjal). Derajat

    syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering

    terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli paru,

    kardiomiopati dan disritmia (Brunner&Suddarth,2001)

    Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang

    diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari

     parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan

    tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih

    dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju

    nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas

    yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik.

    Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis. Nilai cut off untuk tekanan

    darah sistolik yang sering dipakai adalah < 90 mmHg. Dengan menurunnya tekanan darah

    sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan konstriksi arteri dan vena

    sistemik. Manifestasi klinis dapat ditemukan tanda-tanda hipoperfusi sistemik mencakup

     perubahan status mental, kulit dingin, dan oliguria.

    Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik < 90 mmHg selama > 1

     jam dimana:

    -  Tidak responsive dengan pemberian cairan saja

    -  Sekunder terhadap disfungsi jantung atau

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    5/25

    -  Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak < 2,21/menit/m2  dan

    tekanan baji kapiler paru > 18 mmHg

    Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah :

    1.  Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90 mmHg dalam 1 jam setelah

     pemberian obat inotropik dan

    2.  Pasien yang meninggal dalam 1 jam hipotensi tetapi memenuhi criteria lain syok

    kardiogenik

    Dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang

    mengakibatkan hal –  hal berikut :

    a.  Tekanan arteri systole kurang dari 90mmHg ( hipotensi absolute ) atau paling tidak 60

    mmHg dibawah tekanan basal ( hipotensi relatif )

     b.  Gangguan aliran darah ke organ –  organ penting ( kesadaran menurun, vasokontriksi di

     perifer origuria ( urine kurang dari 30 ml/jam )

    c.  Tidak adanya ganguan preload atau proses nonmiokardial sebagai etiologi syok

    (aritmia, asidosis, atau depresan jantung secara farmakologi maupun fisiologik )

    d.  Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik.

    (Bakta& Ketut, 1999)

    B.  Epidemiologi

    Syok kardiogenik terjadi pada 2,9 % pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1 % pasien

    IMA non STEMI. Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76 jam

    dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam. Syok lebih sering dijumpai sebagai

    komplikasi IMA STEMI daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di

     Negara maju, pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok

    kardiogenik yang berkisar antara 4,2% - 7,2%. Tingkat mortalitas masih tinggi sampai saat ini

     berkisar antara 70-100%.

    C.  Etiologi

    Penyebab paling sering adalah infark miokard akut. Penyebab lainnya seperti :

    -  Gangguan mekanis akut (rupture katup mitral atau katup aorta, defek akut septum

    ventrikel)

    -  Bedah pintas kardiopulmonal

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    6/25

    -  Payah jantung kongestif (iskemia, hipotensi, kardiomiopati, atau penyakit jantung

    katup)

    Picard MH et al, melaporkan abnormalitas struktural dan fungsional jantung dalam rentang

    lebar ditemukan pada pasien syok kardiogenik akut.Pencetusnya seperti :

    -  Iskemia miokard atau infark

    -  Anemia : takikardi atau bradikardi

    -  Infeksi : endokarditis, miokarditis atau infeksi diluar jantung

    -  Emboli paru

    -  Kelebihan cairan atau garam

    -  Obat penekan miokard seperti beta blocker

    -  Lain-lain : kehamilan, tirotoksikosis, anemia, stress, hipotensi akut

    Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung

    atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktis syok kardiogenik timbul

    karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat gangguan elektrik primer. Syok

    kardiogenik diakibatkan oleh kerusakan bermakna pada miokardium ventrikel kiri yang

    ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi

     jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Penyebab dari syok kardiogenik dibagi dalam:

    a.  Gangguan ventrikular ejection

    1) Infark miokard akut

    2) Miokarditis akut

    3) Komplikasi mekanik :

    - Regurgitasi mitral akut akibat ruptur atau disfungsi otot papilaris

    - Ruptur septum interventrikulorum

    - Ruptur free wall

    - Aneurisma ventrikel kiri

    - Stenosis aorta yang berat

    - Kardiomiopati Kontusio miokard

     b.  Gangguan ventrikular filling

    1)  Tamponade jantung

    2)  Stenosis mitral

    3)  Miksoma pada atrium kiri

    4)  Trombus ball valve pada atrium

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    7/25

    5)  Infark ventrikel kanan

    D.  Factor Predisposisi

    Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi timbulnya syok

    kardiogenik yaitu :

    a.  Umur yang relative lebih tua pada syok kardiogenik : umumnya lebih dari 60 tahun

     b.  Telah terjadi payah jantung sebelumnya

    c.  Adanya infark yang lama dan baru

    d.  Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok

    e.  IMA yang meluas secara progresif

    f.  Komplikasi mekanik IMA : septum sobek, insufisiensi mitral, disenergi ventrikel

    g.  Gangguan irama dan nyeri hebat

    h.  Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia

    E.  Patofisiologi

    Syok kardiogenik terjadi jika kerusakan otot jantung > 40 %, sedangkan angkakematiannya > 80 %. Pada keadaan syok kardiogenik ini bisa juga terjadi infark yang baru pada

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    8/25

    infark miokard yang lama. Selain itu karena kerusakan iskemik dan nekrosis yang progresif

    menyebabkan terjadinya perburukan hemodinamik. Pada keadaan ini juga ditemukan kadar

    enzim-enzim jantung meningkat tinggi.

    Syok kardiogenik biasanya terjadi dalam situasi infark akut dinding anterior dan

    anteroseptal dengan infark baru atau lama di apeks. Disini terjadi obstruksi proksimal arteri

    koronaria desendens anterior kiri. Kebanyakan juga akibat penyakit pembuluh darah koroner.

    Sindrom respon inflamasi sistemik ditemukan pada sejumlah keadaan non infeksi antara

    lain trauma, pintas kardiopulmonal, pancreatitis, dan luka bakar. Pasien dengan infark miokard

    luas sering mengalami peningkatan suhu tubuh, sel darah putih, komplemen, interleukin, C

    reaktif protein, dan petanda infalamasi yang lain. NO yang disintesis dalam kadar rendah oleh

    endothelial nitrit oxide (e.NOS) sel endotel dan miokard, merupakan molekul yang bersifat

    kardioprotektif.

    Penelitian menunjukkan adanya pelepasan sitokin setelah infark miokard. Pada pasien

     pasca infark miokard diduga dapat aktivasi sitokin infalamasi yang mengakibatkan kadar

    i.NOS, NO, dan Peroksi Nitrit, dimana semuanya mempunyai efek buruk multiple antara lain:

    -  Inhibisi langsung kontraktilitas miokard

    -  Supresi respirasi mitokondria pada miokard non iskemik

    -  Efek terhadap metabolisme glukosa

    -  Efek proinflamasi

    -  Penurunan responsivisitas katekolamin

    -  Merangsang vasodilatasi sistemik

    Paradigma lama patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah depresi

    kontraktilitas miokard yang mengakibatkan lingkaran setan penurunan curah jantung, tekanan

    darah rendah, insufisiensi koroner, dan selanjutnya terjadi penurunan kontraktilitas dan curah

     jantung. Paradigma klasik memprediksi bahwa vasokonstriksi sistemik berkompensasi dengan

     peningkatan resistensi vaskuler sistemik yang terjadi sebagai respon dari penurunan curah

     jantung.

    Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal

     jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya

    menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner

     berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan

    iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah

    lingkaran setan. Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    9/25

    lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan

    haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan

    oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk

    mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya

    masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekananakhir

    diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure)

    menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.

    F.  Manifestasi Klinis

    Menurut Scheidt (1973):

    -  Tekanan sistolik arteri < 80 mmHg (dengan pengukuran intra arteri)

    -  Produksi urin < 20 ml/hari atau gangguan status mental

    -  Tekanan pengisian ventrikel kiri > 12 mmHg

    Tekanan vena sentral > 10 mmH2O tidak menandakan hipovolemik

    -  Peningkatan katekolamin (gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi dan lain-lain)

    Menurut Brunner & Suddart (2002)

    Beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul pada penderita syok kardiogenik yaitu:

    a.  Hipotensi : tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg

     b.   Nadi cepat/lemah takipnea

    c.  Crackles/whezing edema paru

    d.  Kulit: dingin, pucat, sianosis Kulit: dingin, pucat, sianosis

    e.  Status mental; letargi, koma

    f.  Edema , CVP meningkat, aritmia (tidak ada denyut nadi)

    g.   Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan

    apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)

    h.  Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).

    i.  Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis)

     j.  Distensi vena jugularis

    k.  Kardiogenik menyebabkan CO/MAP menurun   kompensasi; HR meningkat

    konsumsi oksigen miokard meningkatmenurunkan perfusi coroner iskemia 

    nekrosis

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    10/25

    l.  Kegagalan jantung tekanan ventrikel kiri dan tekanan diastolik meningkat edema

     paru

    m.  Retensi darah pada ventrikel kanan meningkatkan tekanan arteri kananmenghambat

    aliran balik vena distensi vena jugular

    Dapat disimpulkan terdapat 3 komponen utama syok kardiogenik yaitu:

    1.  Gangguan fungsi ventrikel

    2.  Bukti kegagalan organ

    3.  Tidak adanya hipovolemik

    Anamnesis

    Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok kardiogenik tersebut.

    Pasien dengan infark miokard akut datang dengan keluhan tipikal nyeri dada yang akut, dan

    kemungkinan sudah mempunyai riwayat jantung koroner sebelumnya.

    Pada keadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark miokard akut, biasanya

    terjadi dalam beberapa hari sampai seminggu setelah onset infark tersebut. Umumnya pasien

    mengeluh nyeri dada dan biasanya disertai gejala tiba-tiba yang menunjukkan adanya edeme

     paru akut atau bahkan henti jantung.

    Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya palpitasi, pre sinkop, sinkop, atau

    merasakan irama jantung yang berhenti sejenak. Kemudian pasien akan merasakan letargi

    akibat berkurangnya perfusi ke system syaraf pusat.

    Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan awal ditemukan tekanan darah sistolik menurun sampai < 90 mmHg

     bahkan dapat turun < 80 mmHg pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan adekuat.

    Denyut jantung cenderung meningkat akibat stimulasi simpatis, peningkatan frekuensi nafas

    akibat kongesti paru. Pemeriksaan dada menunjukkan adanya ronki, system kardiovaskuler

    seperti vena-vena di leher seringkali meningkat distensinya. Letak impuls apical dapat bergeser

     pada pasien kardiomiopati dilatasi dan intensitas bunyi jantung akan jauh menurun pada efusi

     pericardial ataupun tamponade. Irama gallop dapat timbul akibat adanya disfungsi ventrikel

    kiri yang bermakna. Pasien dengan gagal jantung kanan bermakna menunjukkan beberapa

    tanda seperti : hepatomegali, pulsasi di liver atau asites. Pulsasi arteri perifer akan menurun

    intensitasnya dan edema perifer dapat timbul pada gagal jantung kanan. Sianosis dan

    ekstermitas yang teraba dinginj menunjukkan terjadinya penurunan perfusi ke jaringan.

    Pemeriksaan penunjang

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    11/25

    1.  Pemantauan hemodinamik

    2.  Saturasi oksigen

    a.  Electrocardiography (elektrokardiografi)

    Dapat menetukan etiologi syok kardiogenik. Hasil/pembacaan electrocardiogram

    menurut Fauci AS, et.al. (2008): Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal

    ventrikel kiri (LV failure), gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada

    multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (>

    50%) dari semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global

    ischemia karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3

    mm) pada multiple leads.

     b.  Radiografi

    Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau

    menunjukkan tandatanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive heart failure),

    yaitu: a.Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah pulmoner.

     b.Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressures)

    meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan adanya

    gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis Curley A dan B.

    Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan (exuded) ke alveoli,

    menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.

    c.  Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada

     penderita syok kardiogenik:

    1)  Kardiomegali ringan

    2)  Edema paru (pulmonary edema)

    3)  Efusi pleura

    4)  Pulmonary vascular congestion

    5)  Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari infark

    miokard yang

    Ekokardiografi Ini berguna untuk menunjukkan:

    1)  Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).

    2)  Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).

    3)  Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    12/25

    Selain itu penting untuk menilai hipokinesis berat ventrikel difus atau segemental (bila

     berasal dari infark miokard), efusi pericardial, katup mitral dan aorta, rupture septum

    dan pintasan intrakardiak.

    d.  Kateterisasi jantung

    Umumnya tidak perlu kecuali pada kasus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh

    darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas koroner atau

    angioplasty koroner transluminasi perkutan. Untuk menunjukkan defek mekanik pada

    septum ventrikel atau regurgitasi mitral akibat disfungsi atau rupture otot papilaris.

    e.  Laboratorium

    1)  Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah tetap diperlukan untuk evaluasi

    secara keseluruhan meskipun tidak berguna di dalam membuat diagnosis awal

    (initial diagnosis).

    2)  Pemeriksaan enzim jantung.

    3)  CBC and serum electrolyte panel.

    4)  Kadar kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN).

    5)  Gas darah arteri.

    6)  Studi koagulasi.

    Penemuan laboratorium (Laboratory findings) menurut Fauci AS, et.al. (2008):

    1)  Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.

    2)  Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal, namun

     blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise

     progressively).

    3)  Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver

    hypoperfusion).

    4)  Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion gap

    acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level).

    5)  Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan

    metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis.

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    13/25

    6)  Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fraction-nya,

     jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.

    G. 

    Penatalaksanaan

    Tata laksana syok

    Pada tahap awal, shock memerlukan penanganan yang segera untuk mempertahankan hidup,

     bagaimanapun penanganan shock tergantung seberapa cepat untuk bisa mendapat pertolongan

    di rumah sakit.

    Pertolongan awal shock

    1.  segera beri pertolongan, jika pasien masih sadar tempatkan dengan nyaman2.   jika pasien sendiri, cari pertolongan, atau meminta seseorang mencari pertolongan dan

    seseorang menjaga pasien

    3.   pastikan jalan nafas dan pernafasan baik.

    4.  Lindungi pasien dengan jaket tapi jangan terlalu rapat agar tidak terjadi vasodilatasi

    5.  Jangan beri minum

    6.  Siapkan untuk cardiopulmonary resuscitation

    7.  Berikan banyak informasi ketika ambulan datang

    Tatalaksana shock dimulai dengan tindakan umum untuk memulihkan perfusi jaringan dan

    oksigenasi sel. Tindakan ini tidak tergantung pada penyebab syok. Diagnosa harus segera

    dibuat sehingga dapat diberikan pertolongan sesuai dengan kausa.

    Tujuan utama adalah mengembalikan perfusi dan oksigenasi terutama di otak, jantung dan

    ginjal. Tanpa memandang etiologi syok, oksigenasi dan perfusi jaringan dapat diperbaiki

    dengan memperhatikan 4 variabel ini:

    1.  Ventilasi dan oksigenasi ( Airway dan Breathing )

    a.  Memperbaiki jalan napas, ventilasi buatan dan oksigen 100%

     b.  Akses vena dan pemberian cairan diberikan bersamaan dengan oksigen 100%.

    2.  Curah jantung dan volume darah di sirkulasi ( Cirkulasi ). Resusitasi cairan dan

     pemberian obat vasoaktif merupakan metode utama untuk meningkatankan curah

     jantung dan mengembalikan. Perfusi organ vital.

    a.  Resusitasi cairan:

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    14/25

    1)  Pada syok hipovolemik apapun penyebabnya, resusitasi cairan dimulai dengan

    cairan kristaloid (Rl atau garam fisiologis) sebanyak 20 ml/kg secepatnya. Bila

    tidak terlihat perbaikan (frekuensi jantung masih tinggi, perfusiperifer jelek,

    kesadaran belum membaik) dan dicurigai masih terjadi hipovolemia diberikan

    lagi cairan yang sama sebanyak 20 ml/kg dan pasien dievaluasi kembali. Syok

    kardiogenik dan obstruksi harus dipertimbangkan apabila tidak ada perbaikan

    setelah resusitasi cairan. Sebagian besar pasien dengan syok hipovolemik akan

    menunjukkan perbaikan terhadap pemberian cairan 40 ml/kg.

    2)  Pada syok septik, resusitasi cairan berguna untuk mengembalikan volume

    intravaskular. Jenis cairan masih konroversial, cairan kristaloid dapat

    menyebabkan edema paru akibat penurunan tekanan onkotik intravaskular dan

    memperberat kebocoran kapiler. Sedangkan cairan koloid, walaupun dapat

    mempertahankan tekanan onkotik pada akhirnya dapat merembes ke ruang

    interstisial akibat hilangnya integritas vaskular. Resusitasi pada syok septik

    memerlukan kombinasi cairan kristaloid dan koloid untuk mengembalikan

     perfusi yang adekuat.

    3)  Pada syok distributif, pemberian cairan kristaloid yang cepat telah terbukti

    menyelamatkan jiwa pasien.

    4)  Pada syok endokrin gangguan yang terjadi diperbaiki. Hipotiroid membutuhkan

    levothyroxine, pada hyperthyroid produksi hormon thyroid dihambat oleh

    sitostatika seperti methimazole (tapazole) atau PTU (propylthiouracil).

    Insufisiensi adrenal diobati dengan suplemen kortikosteroid.

     b.  Obat vasoaktif

    Ada beberapa obat yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam penanganan syok

     bila resusitasi cairan belum cukup untuk menstabilkan system kardiovaskular. Obat

    inotropik meningkatan kontraktilitas miokard dan obat kronotropik meningkatkan

    frekuensi jantung. Obat vasoaktif yang paling banyak digunakan adalah golongan amin

    simpatomimetik yaitu golongan katekolamin, epinefrin, norepinefrin, dopamine

    endogen, dobutamin, dan isoproternol sintetis. Obat ini bekerja merangsang

    adenilsiklase yang menyebabkan terjadinya sintetis AMP siklik, aktifasi kinase protein,

    fosforilasi protein intrasel, dan peningkatan kalsium intrasel. Obat tersebut bekerja

    memperbaiki tekanan darah dengan konsekuensi peningkatan resistensi vaskuler dan

     penurunan aliran darah. Obat vasoaktif ini diberikan bila pemberian cairan

    danoksigenasi alveolar telah maksimal.

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    15/25

     

    Beberapa obat vasoaktif yang dapat diberikan berikut dosisnya dapat dilihat dalam table

    dibawah ini.

    Dosis dan efek klinis beberapa obat vasoaktif

    Obat Dosis Efek klinis

    Dobutamin 2-20 μg/kg/menit  Memperbaiki konraktilitas

    miokard

    Berguna pada gagal jantung

    dengan syok

    Dopamine 2-20 μg/kg/menit  Dosis rendah (4-5

    μg/kg/menit): memperbaiki 

    aliran darah ginjal

    Dosis tinggi: efek α 

    Memperbaiki kontraktilitas

    miokard bila dosis

    ditingkatkan

    Efinefrin 0,05-1

    μg/kg/menit 

    Dosis rendah: efek β 

    Dosis tinggi: efek α 

    Berguna bila dikombinasi

    dengan dopamine

    dosis rendah

     Norefinefrin 0,05-1

    μg/kg/menit 

    Efek α sangat kuat 

    Hipotensi refrakter

    Amrinon 0,75-4 mg/kg/kali

    5-20 μg/kg/menit 

    Kombinasi dengan

    katekolamin

    Memperbaiki fungsi miokard

    Milrinon 50-75 μg/kg/kali 

    0,5-1 μg/kg/kali 

    Kombinasi dengan

    katekolamin

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    16/25

      Memperbaiki fungsi miokard

    Kelainan yang mendasari

    1.  Pasien dengan syok septik memerlukan antibiotik segera

    2.  Pasien dengan syok hipovolemik dievaluasi terhadap kehilangan cairan melalui saluran

    cerna atau perdarahan.

    3.  Syok kardiogenik mungkin memerlukan terapi farmakologis untuk menurunkan

    afterload atau intervensi bedah untuk mengatasi obstruksi

    4.  Syok anafilaktik memerlukan epinefrin, eliminasi penyebab dan antihistamin.

    Langkah penatalaksaan syok kardiogenik :

    Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok kardiogenik. Setiap disritmia

    mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya

    syok. Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemia atau

    volume intravaskuler rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan

    dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif

     bila aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.

    Farmakoterapi. Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah jantung dan

    tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa digunakan adalah katekolamin

    yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah jantung. Namun demikian mereka

    cenderung meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.

    Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang efektif

    untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-bahan ini

    menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi, sehingga menimbulkan lebih banyak

     pintasan volume intravaskuler ke perifer dan menyebabkan penurunan preload dan afterload.

    Bahan vasoaktif ini biasanya diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang membantu

    memelihara tekanan darah yang adekuat.

    Pompa Balon Intra Aorta. Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok

    kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi. Sistem bantuan mekanis yang paling

    sering digunakan adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta Baloon Pump). IABP

    menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantung dengan

    cara pengembangan dan pengempisan balon secara teratur yang diletakkan di aorta descendens.

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    17/25

    Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivitas

    elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untuk menentukan

     position sirkulasi pasien selama penggunaan IABP.

    Balon dikembangkan selama diastole ventrikel dan dikempiskan selama sistole dengan

    kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole,yang

    mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria jantung. IABP dikempiskan selama

    sistole, yang akan mengurangi beban kerja ventrikel

    1.  Tindakan resusitasi segera

    Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ sewaktu pasien dibawa untuk

    terapi definitive. Mempertahankan tekanan arteri rata-rata yang adekuat untuk

    mencegah sekuele neurologi dan ginjal adalah vital. Dobutamin atau noradrenalin

    tergantung pada derajat hipotensi harus diberikan secepatnya untuk meningkatkan

    tekanan arteri rata-rata dan dipertahankan pada dosis minimal yang dibutuhkan.

    Dobutamin bisa dikombinasikan dengan dopamine dosis sedang atau digunakan tanpa

    kombinasi pada keadaan low output tanpa hipotensi yang nyata. Intra aortic balloon

    counter pulsation (IABP) harus dikerjaka sebelum transportasi jika fasilitas tersedia.

    Analisa gas darah dan saturasi oksigen dalam memberikan CPAPS. EKG harus

    dimonitor secara terus menerus, dan peralatan defibrillator, obat anti aritmia, amiodaron

    dan lidokain harus tersedia. Terapi fibrinolitik harus dimulai pada pasien dengan

    STEMI jika diantisipasi keterlambatan angiografi > 2 jam. Pada syok kardiogenik

    karena infark miokard nonSTEMI yang menunggu kateterisasi inhibitor glikoprotein

    IIb/IIIa dapat diberikan.

    2.  Menentukan secara dini anatomi koroner

    3.  Melakukan revaskularisasi dini

    Trial SHOCK merekomendasikan CABG emergensi pada pasien left main atau

     penyakit tiga pembuluh besar.

    Penatalaksanaan yang lain :

    a. Istirahat

    b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam

    c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung.

    Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena, dan

    volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    18/25

    ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel,

    dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan

    muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi

    kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling

     bergantian), dan takikardia atria proksimal.

    d. Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Bila

    sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu istirahat pada

    malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami

    kehilangan cairan setelah pemberian diuretik. Pasien juga harus menimbang badannya

    setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi

    e. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi

     pernapasan.

    f. Pemberian Oksigen

    g. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan

     pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah

    oleh ventrikel

    Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):

    1.Emergent.therapy

    Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan oksigen, pengaturan

     jalan nafas (airway control), dan akses intravena. Diperlukan usaha untuk memaksimalkan

    fungsi ventrikel kiri.

    2.Volume expansion

    Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion dengan 100mL

     bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang cukup

    maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel kanan memerlukan

     peningkatan tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak output.

    4.  Inotropic support

    Obat-obatan inotropik dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan memiliki berbagai

    macam efek pada resisten vaskular perifer. Obat-obatan inotropik antara lain adalah

    vasokonstriktor (misalnya, epinefrin, norepinefrin), vasodilator (misalnya, dobutamine,

    milrinon). Indikasi penggunaan obat-obatan ini adalah apabila pasien memerlukan

     perbaikan fungsi kontraksi atau pada pasien dengan syok yang tidak terkompensasi yang

    tidak respon hanya dengan terapi cairan

    http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    19/25

    a.  Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg) dan kongesti

     pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat

     badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik

    saat permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal. Dobutamin

    merupakan agen inotropik murni, dengan efek beta-1 agonis yang dapat meningkatkan

    kontraktilitas jantung. Obat ini juga dapat memberikan efek beta-2 ringan, yaitu

    vasodilatasi perifer yang akan mengurangi tahanan vaskuler sistemik dan afterload,

     juga dapat meningkatkan perfusi jaringan. Karena itu, dobutamin merupakan obat yang

    cukup baik bagi pasien dengan syok kardiogenik dengan tujuan untuk meningkatkan

    kontraktilitas otot jantung. Dobutamin jarang menyebabkan disritmia ventrikular

    dibandingkan dengan epinefrin. Dosis pemberian awal adalah 5 mcg/kg/menit IV dan

    dapat ditingkatkan perlahan-lahan hingga 20 mcg/kg.menit IV.

     b.  Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80 mmHg)

    sebaiknya dirawat dengan dopamine. Dopamin berguna dalam fungsi vasodilatornya

    untuk perfusi end-organ seperti pembuluh darah di ginjal maupun di intestinal dengan

    dosis rendahnya (2-5 mcg/kg/min/IV). Pada dosis intermediet (5-10 mcg/kg/min IV)

    obat ini dapat meningkatkan kontraktilitas miokard bersama dengan efek obat agonis-

     beta1, stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan

    vasokonstriksi perifer. Pada dosis tinggi (10-20 mcg/kg/min IV), obat ini dapat

    meningkatkan vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tekanan darah sentral. Pada

    dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit, dopamine meningkatkan

    ventricular irritability tanpa keuntungan tambahan.

    c.  Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik yang efektif untuk

    syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek samping dopamine dosis tinggi yang

    tidak diinginkan dan menyediakan bantuan/dukungan inotropik.

    d.  Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat dicoba

    norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat. Dosis awal : 0,5-1

    mikrogram/menit. Norepinefrin merupakan agonis alfa yang dapat memberikan efek

    vasokonstriksi perifer dan meningkatkan tahanan vaskular perifer. Efek utamanya

    adalah sebagai pressor agent untuk meningkatkan tekanan darah di sekitar muka pada

    keadaan syok setelah diberikan terapi cairan. Beberapa ahli menyarankan untuk

    mengkombinasi norepinefrin dengan dobutamin untuk mendapatkan efek

    vasokonstriksi melalui reseptor alfa dan mendapatkan efek peningkatan kontraktilitas

    otot jantung. Penggunaan norepinefrin diawali dengan dosis 0.1 mcg/kg/menit IV.

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    20/25

    Epinefrin menstimulasi kedua reseptor alfa dan beta, sehingga dapat meningkatkan

    kontraktilitas miokard dan meningkatkan vasokonstriksi perifer. Dosis pemberian

     biasanya diawali dengan 0.1 mcg/kg/min IV. Pada kasus berat, pasien dapat menerima

    2-3 mcg/kg/min IV atau lebih.

    4. Terapi reperfusi

    Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan infark

    miokard akut dan syok kardiogenik.

    Skema penatalaksanaan Syok Kardiogenik

    Tanda klinis : hipoperfusi, CHF, edema paru akutPenyakit dasar yang paling mungkin ??

    Edema paru akut Hipovolemi Low output : syok kardiogenik Aritmia

    Pemberian :

    -  Furosemid iv 0,5-1 mg/kg

    -  Morfin iv 2-4 mg-  Oksigen bila perlu

    -  Nitrogliserin SL kemudian 10-

    20 mcg/menit bila TDS >100mg

    -  Dopamine 5-15 mcg/kg/menit

    bila TDS 70-100 mmHg dan

    gejala syok (+)

    -  Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit

    bila TDS 70-100 mmHg dan

    gejala syok (-)

    Pemberian:

    -  Cairan

    -  Transfuse darah-  Intervensi

    spesifik

    -  vasopressor

    bradikardi t

    Guideline ACC/

    Periksa tekanan darah

    TDS > 100 mmHg dan tidak < 30

    mmHg di bawah TDS sebelumnya

    Berikan ACE inhibitor short

    acting ex : captopril 6,25 mg

    Periksa tekanan darah

    TDS > 100 mmHg TDS 70-100

    mmHg, gejalasyok (-)

    TDS 70-100

    mmHg, gejalasyok (+)

    TDS

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    21/25

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    22/25

    Daftar Pustaka

    Abrutyn, E. Fauci et Al Ed .  Harrison’s Principles of internal Medicine. 17 th. Ed. America :

    McGrawHill

    Antman, EM; Anbe, DT; Armstrong, PW; Bates, ER; Green, LA; Hand, M; Hochman, JS;

    Krumholz, HM; Kushner, FG; Lamas, GA; Mullany, CJ; Ornato, JP; Pearle, DL; Sloan,

    MA; Smith, SC. 2004. ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients with ST-

    elevation Myocardial Infarction: a Report of the American College of

    Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee

    to Revise the 1999 Guidelines for the Management of Patients With Acute Myocardial

    Infarction). Circulation. 110;588-636.

    Bakta I Made & Ketut . 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

    Braunwald, Fauci, Isseibacher, Martin, Kasper, Wilson. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu

    Penyakit Dalam vol 3. edisi 13. EGC Jakarta. 2000. Hal: 1208-1213

    Brunner & Suddart. 2002.  Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

    Cheitlin MD, Mclory MB, Sokolow M. Clinical Crdiology. 6th ed. California: Prentise Hall

    International Inc. 1993. Hal. 210-215

    Dean Aj. Beaver, KM. 2007. Advanced Trauma life Support Course for Physicians. USA

    Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.

    2002. Hal: 90-93

    Kamus Kedokteran Dorlan. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC

    Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. EGC.

    Jakarta. 1995. Hal: 593-606

    Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Binarupa

    Aksara. Jakarta. 2000. Hal: 47-57

    Rackley CE.  Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular . Edisi 3. EGC. Jakarta. 1995. Hal.

    243-249

    Rifky, AZ. 2013. Mengenal Syok . Mini Simposium Emergency in Field Activity Hippocrates

    Emergency Team. RSI Islam Siti Rahmah. Padang. PPT

    Scwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. EGC. Jakarta. 2000.

    Hal: 37-45

    Thijs L G. The Heart in Shock 9 with Emphasis on Septik shock). Dalam kumpuilan makalah:

    Indonesia Symposium on Shock & critical Care. Jakarta

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    23/25

    Trisnohadi HB. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Informasi

    dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia.

    2000. Hal: 11-16

    Guyton AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. EGC. Jakarta. 389-391 12. Dudley

    HAF. Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat. Edisi 11. Gadjah Mada University

    Press. 1992. Hal: 14-29

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    24/25

    ALGORITMA PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

    CARDIOGENIC SHOCK

    Early shock

    Diagnosed on hospital presentation

    Delayed onset shock

    Echocardiogram to rule out mechanical defects

    IABP

    Fibrinolytic therapy if all of the following

    are present :

    1.  Greater than 90 minutes to PCI

    2.  Less than 3 hours post STEMI onset

    3.  No contraindications

    Arrange prompt transfer to invasive

    procedure capable center.

    Arrange rapid transfer to invasive capable

    center

    Cardiac catheterization and coronary

    angiography.

    1-2 vessel CAD Moderate 3- vessel CAD Severe 3 vessel CAD Left main CAD

    PCI IRA PCI IRA

    Immediate CABGCannot be performed

    Staged multivessel PCI Stage CABG

  • 8/18/2019 referat anastesi rianita

    25/25