27
BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1860, seorang dokter bedah kebangsaan Inggris bernama William Little pertama kali mendeskripsikan satu penyakit yang pada saat itu membingungkan yang menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang menyebabkan kekakuan otot tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami kesulitan memegang obyek, merangkak dan berjalan. Penderita tersebut tidak bertambah membaik dengan bertambahnya usia tetapi juga tidak bertambah memburuk. Kondisi tersebut disebut little 's disease selama beberapa tahun, yang saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit yang mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan digolongkan dalam terminologi cerebral palsy atau umunya disingkat CP. 1 Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami komplikasi saat persalinan dan Little menyatakan kondisi tersebut merupakan hasil dari kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut merusak jaringan otak yang sensitif yang mengendalikan fungsi pergerakan. Tetapi pada tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmund Freud tidak sependapat. Dalam penelitiannya, banyak dijumpai pada anak- anak CP mempunyai masalah lain misalnya retardasi mental, gangguan visual dan kejang, Freud menyatakan bahwa penyakit tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama perkembangan otak janin. Kesulitan persalinan hanya merupakan satu keadaan yang menimbulkan efek yang lebih buruk dimana sangat mempengaruhi perkembangan fetus. 1

REFERAT cerebral palsy.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFERAT cerebral palsy.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1860, seorang dokter bedah kebangsaan Inggris bernama William Little

pertama kali mendeskripsikan satu penyakit yang pada saat itu membingungkan yang

menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang menyebabkan kekakuan otot tungkai

dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami kesulitan memegang obyek, merangkak dan

berjalan. Penderita tersebut tidak bertambah membaik dengan bertambahnya usia tetapi juga

tidak bertambah memburuk. Kondisi tersebut disebut little 's disease selama beberapa tahun,

yang saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari

penyakit yang mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan digolongkan dalam terminologi

cerebral palsy atau umunya disingkat CP.1

Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami komplikasi saat

persalinan dan Little menyatakan kondisi tersebut merupakan hasil dari kekurangan oksigen

selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut merusak jaringan otak yang sensitif yang

mengendalikan fungsi pergerakan. Tetapi pada tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmund Freud

tidak sependapat. Dalam penelitiannya, banyak dijumpai pada anak-anak CP mempunyai

masalah lain misalnya retardasi mental, gangguan visual dan kejang, Freud menyatakan

bahwa penyakit tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama perkembangan

otak janin. Kesulitan persalinan hanya merupakan satu keadaan yang menimbulkan efek

yang lebih buruk dimana sangat mempengaruhi perkembangan fetus.1

Disamping pengamatan oleh Freud, keyakinan yang menyatakan bahwa komplikasi

persalinan menyebabkan banyak kasus CP tersebar luas diantara dokter, keluarga dan tenaga

riset medis. Ditahun 1980, dianalisis data penelitian pemerintah pada >35.000 persalinan dan

hasilnya sangat mengejutkan dengan ditemukan kasus komplikasi hanya <10%. Sebagian

besar kasus CP sering dijumpai kasus tanpa faktor resiko. Penemuan tersebut dapat

mengubah teori medis mengenai CP dan sangat memotivasi peneliti masa kini untuk mencari

lebih lanjut penyebab lain dari CP.2

Pada saat yang sama, penelitian biomedis juga telah memulai penelitian untuk lebih

memahami perubahan pemahaman secara bermakna dalam diagnosis dan penanganan

penderita CP. Faktor resiko yang sebelumnya tidak diketahui mulai dapat diidentifikasi,

khususnya paparan intrauterine terhadap infeksi dan penyakit koagulasi, dll. Identifikasi dini

CP pada bayi akan memberikan kesempatan pada penderita untuk mendapat penanganan

Page 2: REFERAT cerebral palsy.doc

optimal dalam upaya memperbaiki kecacatan sensoris dan mencegah timbulnya kontraktur.

Riset biomedis berhasil dalam memperbaiki teknik diagnostik misalnya imaging cerebral

canggih dan analisis gait modern. Kondisi tertentu yang sudah diketahui menyebabkan CP,

misalnya rubella dan ikterus, pada saat ini sudah dapat diterapi dan dicegah. Terapi fisik,

psikologis dan perilaku yang optimal dengan metode khusus misalnya gerakan, bicara

membantu kematangan sosial dan emosional sangat penting untuk mencapai kesuksesan.

Terapi medikasi, pembedahan dan pemasangan braces banyak membatu dalam hal perbaikan

koordinasi saraf dan otot, sebagai terapi penyakit yang berhubungan dengan CP, disamping

mencegah atau mengoreksi deformitas.1

Page 3: REFERAT cerebral palsy.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak

progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan

otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan

dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,

gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental.1

Pendapat lain mengatakan bahwa cerebral palsy adalah keadaan pada anak dengan

kelainan motorik dini yang disebabkan suatu cacat otak atau kerusakan otak non progresif

pada usia muda. Ditandai dengan paresis, gerakan volunter, atau gangguan koordinasi.3

Terminologi ini digunakan untuk mendeskripisikan kelompok penyakit kronik yang

mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada

beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada

usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak atau hemisfer dan palsi

mendeskripsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh.

Jadi penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan saraf tepi,

melainkan terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan pada area motorik otak yang akan

mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur secara adekuat.2

Gejala CP tampak sebagai spektrum yang menggambarkan variasi beratnya penyakit.

Seseorang dengan CP dapat menampakkan gejala kesulitan dalam hal motorik halus,

misalnya menulis atau menggunakan gunting, masalah keseimbangan dalam berjalan atau

mengenai gerakan involunter, misalnya tidak dapat mengontrol gerakan menulis. Gejala

dapat berbeda pada setiap penderita, dan dapat berubah pada seorang penderita. Penderita CP

derajat berat akan mengakibatkan tidak dapat berjalan atau membutuhkan perawatan yang

ekstensif dan jangka panjang, sedangkan CP derajat ringan mungkin hanya sedikit canggung

dalam gerakan dan membutuhkan bantuan yang tidak khusus. CP bukan penyakit menular

atau bersifat herediter.1

B. ETIOLOGI

Page 4: REFERAT cerebral palsy.doc

Penyebab cerebral palsy masih belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan terjadi

kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran dimana terjadi kerusakan pusat

motorik pada otak yang sedang berkembang. Beberapa dugaan penyebab cerebral palsy

antara lain : 1

1. Infeksi pada kehamilan

Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan menyebabkan

kerusakan sistem saraf yang sedang berkembang. Infeksi lain yang dapat

menyebabkan cedera otak fetus meliputi cytomegalovirus dan toxoplasmosis.

2. Ikterus neonatorum

Pada keadaan Rh/ABO inkompatibilitas, terjadi kerusakan eritrosit dalam waktu

singkat, sehingga bilirubin indirek akan meningkat dan menyebabkan ikterus. Ikterus

berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara permanen.

3. Kekurangan oksigen berat pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan.

Asfiksia sering dijumpai pada bayi bayi dengan kesulitan persalinan. Asfiksia

menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi dalam periode lama, anak

tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal dengan hipoksik iskemik

ensefalopati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi asfiksia berat, dimana saat

bersama dengan gangguan mental dan kejang. Kriteria yang digunakan untuk

memastikan hipoksia intrapartum sebagai penyebab cerebral palsy adalah :

Metabolik asidosis pada janin dengan pemeriksaan darah arteri tali pusat janin,

atau neonatal dini pH = 7

Neonatal ensefalopati dini berat sampai sedang pada bayi >34minggu gestasi

Tipe cerebral palsy spastik quadriplegia atau diskinetik

Tanda hipoksik pada bayi segera setelah lahir atau selama persalinan

Penurunan detak jantung janin cepat, segera dan cepat memburuk segera setelah

tanda hipoksik terjadi dimana sebelumnya diketahui dalam batas normal

Apgar score 0-6 = 5 menit

Multi sistem tubuh terganggu segera setelah hipoksik

Imaging dini abnormalitas cerebral

4. Stroke

Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke pada fetus atau

bayi baru lahir. Stroke ini menyebabkan kerusakan jaringan otak dan menyebabkan

terjadinya masalah neurologis.

Page 5: REFERAT cerebral palsy.doc

Faktor – faktor yang menyatakan selain hipoksik intrapartum sebagai penyebab cerebral

palsy adalah : 2

Pada pemeriksaan analisis gas darah arteri umbilikal <1mmol/L atau pH>7

Bayi dengan kelainan kongenital mayor atau multipel atau kelainan metabolik

Infeksi SSP atau siskemik

Bayi dengan tanda hambatan pertumbuhan intra uterin

Mikrosefali

Adanya faktor resiko antenatal lain untuk CP, misalnya prematuritas, kehamilan

ganda dan penyakit autoimun

Adanya faktor resiko postnatal untuk CP seperti postnatal ensefalitis, hipotensi

memanjang atau hipoksik karena penyakit respirasi

C. PATOFISIOLOGI

Cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. Cerebral palsy

merupakan grup penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai

penyebab yang berbeda. Untuk menentukan penyebab cerebral palsy, harus digali mengenai

hal : bentuk cerebral palsy, riwayat kesehatan ibu dan anak, dan onset penyakit.2

Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenerasi

laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. Cerebral palsy

digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat

nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi CP dapat diakibatkan

oleh suatu dasar kelainan (struktural otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-

luka / kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin atau

infeksi). 2

Dapat juga merupakan hasil dari kerusakan otak pada bulan – bulan pertama atau

tahun pertama kehidupan yang merupakan sisa infeksi otak, misalnya meningitis bakteri atau

ensefalitis virus, atau merupakan hasil dari trauma kepala yang sering akibat kecelakaan lalu

lintas, jatuh atau penganiayaan anak.2

D. KLASIFIKASI KLINIS

Cerebral palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis.

Spastic diplegia untuk pertama kali dideskripsikan oleh dr.Little (1860), merupakan salah

satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai cerebral palsy. Hingga saat ini,

Page 6: REFERAT cerebral palsy.doc

cerebral palsy diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam

empat kategori, yaitu : 1

1. CP Spastik

Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan

secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami

spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan

lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa ritme berjalan yang

dikenal dengan gait gunting (scissor gait) (Bryers, 1941).

Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis, dimana seseorang

tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh.

Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.

a. Monoplegi bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan

b. Diplegia keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat

daripada kedua lengan

c. Triplegia bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah

mengenai kedua lengan dan kaki

d. Quadriplegia keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama

e. Hemiplegia Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih

berat.

2. CP Atetoid / diskinetik

Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan

perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai dan

pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak selalu

menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama

periode peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami

masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi pada 10-20%

penderita CP.

3. CP Ataksid

Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang

terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan

gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling

berjauhan, kesulitan dalam melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis

atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan

gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti

Page 7: REFERAT cerebral palsy.doc

menggigil pada bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak memburuk

sama dengan saat pendertia akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid

ini mengenai 5-10% penderita CP.

4. CP Campuran

Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP

yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah

spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.

Berdasarkan dari defisit neurologis, cerebral palsy terdiri dari :

1. Tipe spastis atau piramidal

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:

•Hipertoni (fenomena pisau lipat)

•Hiperfleksi yang disertai klonus

•Kecenderungan timbul kontraktur

•Refleks patologis

2. Tipe ekstrapiramidal

Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,

ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi mental. Disamping

itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.

Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan apabila mengenai saraf otak bisa terlihat

wajah yang asimetris dan disartri

3. Tipe campuran

Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan

hipertoni disertai gerakan khorea.

Cerebral palsy juga dapat diklasifikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan

kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal (Tabel 1.)Tabel 1. Klasifikasi CP berdasarkan Derajat Penyakit 2

Klasifikasi Perkembangan motorik Gejala Penyakit penyerta

Minimal Normal, hanya terganggu

secara kualitatif

Kelainan tonus sementara

Refleks primitif menetap terlalu

lama

Kelainan postur ringan

Gangguan gerak motorik kasar

dan halus, misalnya clumpsy

Gangguan

komunikasi

Gangguan belajar

spesifik

Ringan Berjalan umur 24 bulan Perkembangan refleks primitif

abnormal

Page 8: REFERAT cerebral palsy.doc

Respon postular terganggu

Gangguan motorik seperti

tremor

Gangguan koordinasi

Sedang Berjalan umur 3 tahun

kadang memerlukan

bracing. Tidak perlu alat

khusus

Berbagai kelainan neurologis

Refleks primitif menetap

Respon postural terlambat

Retardasi mental

Gangguan belajar

dan komunikasi

Kejang

Berat Tidak bisa berjalan atau

berjalan dengan alat

bantu, kadang butuh

operasi

gejala neurologis dominan

refleks primitif menetap

respon postural tidak muncul

E. GAMBARAN KLINIS

Gambaran awal pada penderita cerebral palsy biasanya tampak pada usia <3 tahun,

dan orang tua sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal.

Bayi dengan cerebral palsy sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya

tengkurap, duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan.1

1) Spastisitas

Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek

Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang

meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya

pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan

terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan

pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari

melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan

lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex

dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di

traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan

besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota

gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/

hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/

diparesis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat

daripada lengan; tetraplegia/ tetraparesis adalah kelimpuhan keempat anggota gerak,

lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.

Page 9: REFERAT cerebral palsy.doc

2) Tonus otot yang berubah

Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas) dan

berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor

neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah

hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok

terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi

spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah

refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang

otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.

3) Koreo-atetosis

Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi

dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid,

tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan

tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia,

kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern

pada masa neonatus.

4) Ataksia

Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan

menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak

bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan

canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.

5) Gangguan pendengaran

Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen

terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada

golongan koreo-atetosis

6) Gangguan bicara

Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi

dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut

sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur

7) Gangguan mata

Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi pada

keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak

F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Page 10: REFERAT cerebral palsy.doc

Menanyakan riwayat penyakit sekarang (sacred seven)

Menanyakan riwayat kehamilan sang ibu, adakah kemungkinan terkena penyakit

infeksi atau trauma saat kehamilan serta riwayat pemeriksaan kehamilan

Menanyakan riwayat persalinan bayi

Menanyakan riwayat perawatan saat bayi baru lahir

Menanyakan riwayat keluarga

2. Pemeriksaan fisik

Dalam menegakkan diagnosis cerebral palsy perlu melakukan pemeriksaan

kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat kehamilan,

persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan refleks dan mengukur

perkembangan lingkar kepala anak.

Perlu juga memeriksa penggunaan tangan, kecenderungan untuk menggunakan

tangan kanan atau kiri. Jika dokter memegang obyek didepan dan pada sisi dari bayi, bayi

akan mengambil benda tersebut dengan tangan yang cenderung dipakai, walaupun obyek

didekatkan pada tangan yang sebelahnya. Sampai usia 12 bulan, bayi masih belum

menunjukkan kecenderungan menggunakan tangan yang dipilih. Tetapi bayi dengan spastik

hemiplegia, akan menunjukkan perkembangan pemilihan tangan lebih dini, sejak tangan

pada sisi yang tidak terkena menjadi lebih kuat dan banyak digunakan.

Langkah selanjutnya dalam diagnosis cerebral palsy adalah menyingkirkan penyakit

lain yang menyebabkan masalah pergerakan. Yang terpenting, harus ditentukan bahwa

kondisi anak tidak bertambah memburuk. Walaupun gejala dapat berubah bersama waktu,

cerebral palsy sesuai dengan definisinya tidak dapat menjadi progresif. Jika anak secara

progresif kehilangan kemampuan motorik, ada kemungkinan terdapat masalah yang berasal

dari penyakit lain, misalnya penyakit genetik, penyakit muskuler, kelainan metabolik, tumor

SSP. Penelitian metabolik dan genetik tidak rutin dilakukan dalam evaluasi anak dengan CP.

Riwayat medis anak, pemeriksaan diagnostik khusus, dan pada sebagian kasus, pengulangan

pemeriksaan akan sangat berguna untuk konfirmasi diagnostik dimana penyakit lain dapat

disingkirkan.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab cerebral

palsy perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaannya adalah CT scan kepala, yang merupakan

pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak. CT scan dapat menjabarkan

area otak yang kurang berkembang, kista abnormal, atau kelainan lainnya. Dengan informasi

dari CT Scan, dokter dapat menentukan prognosis penderita cerebral palsy.

Page 11: REFERAT cerebral palsy.doc

Selain CT scan kepala, MRI juga merupakan salah satu pemeriksaan untuk

menentukan penyebab cerebral palsy, MRI adalah teknik imaging yang canggih,

menghasilkan gambar yang lebih baik dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi

dekat dengan tulang dibanding dengan CT scan kepala.

Dikatakan bahwa neuroimaging direkomendasikan dalam evaluasi anak cerebral

palsy jika etiologi tidak dapat ditemukan.

Pemeriksaan ketiga yang dapat menggambarkan masalah dalam jaringan otak adalah

USG kepala. USG dapat digunakan pada bayi sebelum tulang kepala mengeras dan UUB

tertutup. Walaupun hasilnya kurang akurat dibanding CT scan dan MRI, teknik tersebut

dapat mendeteksi kista dan struktur otak, lebih murah dan tidak membutuhkan periode lama

pemeriksaannya.

G. PENATALAKSANAAN

Masalah utama yang dijumpai dan dihadapi pada anak yang menderita cerebral palsy

antara lain : 1

Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut dan lidah akan

menyebabkan anak tampak selalu berliur. Air liur dapat menyebabkan iritasi berat

kulit dan menyebabkan seseorang sulit diterima dalam kehidupan sosial dan pada

akhirnya menyebabkan anak akan terisolir dalam kehidupan kelompoknya. Walaupun

sejumlah terapi untuk mengatasi drooling telah dicoba selama bertahun-tahun,

dikatakan tidak ada satupun yang selalu berhasil. Obat yang dikenal dengan

antikholinergik dapat menurunkan aliran saliva tetapi dapat menimbulkan efek

samping yang bermakna, misalnya mulut kering dan digesti yang buruk. Pembedahan,

walaupun kadang-kadang efektif, akan membawa komplikasi, termasuk

memburuknya masalah menelan. Beberapa penderita berhasil dengan teknik

biofeedback yang dapat memberitahu penderita saat drooling atau mengalami

kesulitan untuk mengendalikan otot yang akan membuat mulut tertutup. Terapi

tersebut tampaknya akan berhasil jika penderita mempunyai usia mental 2-3 tahun,

dimana dapat dimotivasi untuk mengendalikan drooling, dan dapat mengerti bahwa

drooling akan menyebabkan seseorang secara sosial sulit diterima.

Kesulitan makan dan menelan, yang dipicu oleh masalah motorik pada mulut, dapat

menyebab gangguan nutrisi yang berat. Nutrisi yang buruk, pada akhirnya dapat

membuat seseorang rentan terhadap infeksi dan menyebabkan gagal tumbuh. Untuk

membuat menelan lebih mudah, disarankan untuk membuat makanan semisolid,

Page 12: REFERAT cerebral palsy.doc

misalnya sayur dan buah yang dihancurkan. Posisi ideal, misalnya duduk saat makan

atau minum dan menegakkan leher akan menurunkan resiko tersedak. Pada kasus

gangguan menelan berat dan malnutrisi, klinisi dapat merekomendasikan penggunaan

selang makanan, yang digunakan untuk memasukkan makanan dan nutrien ke saluran

makanan, atau gastrostomy, dimana dokter bedah akan meletakkan selang langsung

pada lambung.

Inkontinensia urin adalah komplikasi yang sering terjadi. Inkontinensia urin ini

disebabkan karena penderita cerebral palsy kesulitan mengendalikan otot yang selalu

menjaga supaya kandung kemih selalu tertutup. Inkontinensia urin dapat berupa

enuresis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan urinasi selama aktivitas fisik

(stress inkontinensia), atau merembesnya urine dari kandung kemih. Terapi medikasi

yang dapat diberikan untuk inkontinensia meliputi olah raga khusus, biofeedback,

obat- obatan, pembedahan atau alat yang dilekatkan dengan pembedahan untuk

mengganti atau membantu otot.

Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, terapi yang dilakukan ditujukan untuk

memperbaiki kapabilitas anak. Dalam perkembangannya, hingga saat ini tujuan terapi pada

cerebral palsy adalah mengusahakan penderita dapat hidup mendekati kehidupan normal

dengan mengelola problem neurologis yang ada seoptimal mungkin. Disini tidak ada terapi

standar yang berlaku untuk semua penderita cerebral palsy. Klinisi diharapkan dapat bekerja

sama dalam tim, untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus masing-masing anak dan

kelainan-kelainan yang ada dan kemudian menentukan terapi individual yang cocok untuk

setiap penderita. Beberapa pendekatan tatalaksana yang direncanakan meliputi obat-obatan

untuk mengontrol kejang dan spasme otot, penyangga khusus untuk kompensasi

keseimbangan otot, pembedahan, peralatan mekanis untuk membantu kelainan yang timbul,

konseling emosional dan kebutuhan psikologis, dan fisik, okupasi, bicara dan terapi perilaku.

TIM TERAPI CEREBRAL PALSY

Tim penanganan cerebral palsy adalah multidisipliner dan anggota tim terapi cerebral

palsy berdasarkan profesionalisme dengan berbagai spesialisasi, antara lain : 1

Dokter

Misalnya spesialis anak, spesialis saraf anak atau psikiatri anak, dilatih untuk

membantu memonitoring dan memperbaiki kecacatan perkembangan anak. Klinisi

tersebut, sering menjadi pemimpin tim, bekerja untuk membuat kesimpulan/rangkuman

semua nasihat profesional dari seluruh anggota tim hingga dicapai kesepakatan rencana

Page 13: REFERAT cerebral palsy.doc

terapi, implementasi terapi, dan mengikuti perkembangan penderita selama beberapa

tahun

Orthopedis

Dokter spesialisasi dalam bidang tulang, otot, tendon, dan bagian lain dari sistem

skeletal tubuh. Orthopedis dilibatkan untuk menentukan prediksi, diagnosis atau terapi

masalah otot yang berkaitan dengan cerebral palsy

Terapis fisik

Membuat dan mengimplementasikan program latihan khusus untuk memperbaiki

gerakan dan kekuatan

Terapis okupasi

Merupakan orang yang dapat membantu kemampuan pemahaman penderita untuk

kehidupan sehari-hari, sekolah dan bekerja

Pelatih bicara dan bahasa

Spesialisasi dalam diagnosis dan terapi masalah komunikasi

Pekerja sosial

Bertugas untuk membantu penderita dan keluarga yang hidup dalam komunitas dan

program edukasi

Psikolog

Psikolog dibutuhkan agar dapat membantu penderita dan keluarga menghadapi

tekanan khusus dan kebutuhan dari penderita cerebral palsy. Pada banyak kasus,

psikolog dapat mengatur terapi dengan memodifikasi perilaku yang tidak membantu

atau destruktif

Guru

Seseorang yang dapat berperan penting jika terdapat gangguan mental atau gangguan

proses belajar

Penderita, keluarga dan pengasuh merupakan kunci dari keberhasilan terapi, mereka

seharusnya terlibat jauh pada semua tingkat rencana, pembuatan keputusan, dan

mengaplikasikan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan determinasi

personal adalah dua dari prediktor-prediktor yang sangat penting untuk mencapai kemajuan

jangka panjang.

Terapi Medikamentosa

Untuk penderita cerebral palsy yang disertai kejang, dokter dapat memberi obat anti

kejang yang terbukti efektif untuk mencegah terjadinya kejang ulangan. Obat yang diberikan

Page 14: REFERAT cerebral palsy.doc

secara individual dipilih berdasarkan tipe kejang, karena tidak ada satu obat yang dapat

mengontrol semua tipe kejang. Bagaimanapun juga, orang yang berbeda walaupun dengan

tipe kejang yang sama dapat membaik dengan obat yang berbeda, dan banyak orang mungkin

membutuhkan terapi kombinasi dari dua atau lebih macam obat untuk mencapai efektivitas

pengontrolan kejang. Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi spastisitas

pada penderita cerebral palsy adalah : 1

Diazepam

Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada anak usia <6 bulan

tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >6 bulan diberikan dengan dosis

0,12 - 0,8 mg/KgBB/hari peroral dibagi dalam 6-8 jam, dan tidak melebihi 10 mg/dosis

Baclofen

Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari medula spinalis yang akan

menyebabkan kontraksi otot. Dosis obat yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

2 - 7 tahun :

Dosis 10 - 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 - 4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5 mg

per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari, maksimal 40

mg/hari

8 - 11 tahun :

Dosis 10 - 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5 mg

per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari, maksimal 60

mg/hari

> 12 tahun :

Dosis 20 - 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5 mg per oral

3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari

Dantrolene

Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot sehingga kontraksi otot

tidak bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40 mg/hari

Penderita dengan cerebral palsy atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-obatan yang

dapat membantu menurunkan gerakan-gerakan abnormal. Obat yang sering digunakan

termasuk golongan antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline yang

merupakan bahan kimia messenger yang akan menunjang hubungan antar sel otak dan

mencetuskan terjadinya kontraksi otot. Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidil,

benztropine dan procyclidine hydrochloride. Adakalanya, klinisi menggunakan membasuh

Page 15: REFERAT cerebral palsy.doc

dengan alkohol atau injeksi alkohol kedalam otot untuk menurunkan spastisitas untuk

periode singkat. Tehnik tersebut sering digunakan klinisi saat hendak melakukan koreksi

perkembangan kontraktur. Alkohol yang diinjeksikan kedalam otot akan melemahkan otot

selama beberapa minggu dan akan memberikan waktu untuk melakukan bracing, terapi. Pada

banyak kasus, teknik tersebut dapat menunda kebutuhan untuk melakukan pembedahan.2

Terapi Bedah

Pembedahan sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan

masalah pergerakan berat. Dokter bedah akan mengukur panjang otot dan tendon,

menentukan dengan tepat otot mana yang bermasalah. Menentukan otot yang bermasalah

merupakan hal yang sulit, berjalan dengan cara berjalan yang benar, membutuhkan lebih dari

30 otot utama yang bekerja secara tepat pada waktu yang tepat dan dengan kekuatan yang

tepat. Masalah pada satu otot dapat menyebabkan cara berjalan abnormal. Lebih jauh lagi,

penyesuaian tubuh terhadap otot yang bermasalah dapat tidak tepat. Alat baru yang dapat

memungkinkan dokter untuk melakukan analisis gait. Analisis gait menggunakan kamera

yang merekam saat penderita berjalan, komputer akan menganalisis tiap bagian gait

penderita. Dengan menggunakan data tersebut, dokter akan lebih baik dalam melakukan

upaya intervensi dan mengkoreksi masalah yang sesungguhnya. Mereka juga menggunakan

analisis gait untuk memeriksa hasil operasi. Oleh karena pemanjangan otot akan

menyebabkan otot tersebut lebih lemah, pembedahan untuk koreksi kontraktur selalu diamati

selama beberapa bulan setelah operasi.2

Teknik kedua pembedahan, yang dikenal dengan selektif dorsal root rhizotomy,

ditujukan untuk menurunkan spastisitas pada otot tungkai dengan menurunkan jumlah

stimulasi yang mencapai otot tungkai melalui saraf. Dalam prosedur tersebut, dokter

berupaya melokalisir dan memilih untuk memotong saraf yang terlalu dominan yang

mengontrol otot tungkai, walaupun disini terdapat kontroversi dalam pelaksanaannya.2

BAB III

KESIMPULAN

Page 16: REFERAT cerebral palsy.doc

Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak

progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan

otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan

dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,

gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. Pendapat lain mengatakan

bahwa cerebral palsy adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini yang

disebabkan suatu cacat otak atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai

dengan paresis, gerakan volunter, atau gangguan koordinasi.

Etiologi cerebral palsy masih belum diketahui dengan jelas, namun ada beberapa dugaan

etiologi seperti adanya infeksi pada kehamilan, terjadinya ikterus neonatorum, kekurangan

oksigen berat pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan, serta stroke akibat

kelainan koagulasi pada ibu.

Cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. Cerebral palsy

merupakan grup penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai

penyebab yang berbeda. Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya

neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak

rendah. Cerebral palsy digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang

disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi

cerebral palsy dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (struktural otak : awal sebelum

dilahirkan, perinatal, atau luka-luka / kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan

ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi).

Gambaran awal pada penderita cerebral palsy biasanya tampak pada usia <3 tahun, dan

orang tua sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi

dengan cerebral palsy sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap,

duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan.

Beberapa program dalam penatalaksanaan penderita cerebral palsy seperti kerjasama tim

terapi medis dan fisioterapi, terapi pembedahan, serta pemberian medikamentosa dapat

membantu penderita cerebral palsy dalam melakukan aktivitasnya sehari – hari, dan

pentingnya terapi psikologis untuk memberikan semangat dan dorongan kepada penderita

serta keluarga untuk menghadapi permasalahan sosial yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www. repository.ui.ac.id/

2. http://www.scribd.com/

Page 17: REFERAT cerebral palsy.doc

3. PERDOSSI. 2006. Buku Pedoman Pelayanan Medis dan Standar Prosedur

Operasional NEUROLOGI. PERDOSSI : Jakarta.