26
DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………. …………………….……………. 1 Daftar Isi………………………………..……………….. ……………...…………….. 2 Bab I Pendahuluan………………………..………………………..... ……………. 3 Bab II Gangguan Berhubungan Dengan Kanabis....……………………………….. 5 Epidemiologi……….…..............………………….…………..…………….5 Neurofarmakologi...........………………................ ……………....………… 7 Diagnosis dan Gambaran Klinis..... ………………...............………………. 8 Pemeriksaan Laboratorium......………………….…………………………. 16 Pengobatan ............…………………………………………………........... 17 Prognosis................................................... ..........................................18 Bab III Kesimpulan………………………….. …………………………………….. 19 Daftar Pustaka……………………………………………………………………...... 21 1

Referat Gangguan Kanabis.doc

Embed Size (px)

Citation preview

DAFTAR ISIKata Pengantar...1

Daftar Isi.........2

Bab IPendahuluan........3

Bab IIGangguan Berhubungan Dengan Kanabis......5

Epidemiologi...................5

Neurofarmakologi...............................7

Diagnosis dan Gambaran Klinis.....................8

Pemeriksaan Laboratorium........16

Pengobatan .......................17

Prognosis.............................................................................................18Bab IIIKesimpulan....19Daftar Pustaka......21BAB I

PENDAHULUAN

Cannabis, yang lazim disebut ganja, mengacu pada varietas Cannabissativa, atau tanaman rami India, yang berisi obat psikoaktif -9-tetrahydrocannabinol (THC). Cannabis dalam bentuk ganja (bahan resin kering dari daun ganja) atau cannabinoids lainnya dianggap sebagai zat ilegal yang paling umum digunakan di dunia. Ganja (Cannabis sp) merupakan jenis narkoba yang paling sering disalahgunakan, dimana angka prevalensi ketergantungan ganja di Amerika Serikat mencapai 4,2%. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, yang hanya larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THC tinggal lama di dalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain damage). Gambarannya yaitu kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Ganja, mariyuana atau kanabis berasal dari tanaman perdu, mengandung zat psikoaktif -9-tetrahydrocannabinol (THC). Terdapat lebih dari 100 spesies, antara lain Cannabis sativa, Cannabis indika dan Cannabis ruderalis. Kanabis tumbuh di daerah tropis dan subtropis, seperti India, Thailand, Sumatra, Nepal, Jamaika, Korea, dan Rusia bagian selatan. Di Amerika Serikat, dikenal banyak nama untuk ganja dalam bahasa gaul, antara lain Acapulo Gold, Gold, Buddah Sticks, Dope, Grass, Hemp, Jive, Joint, Locoweed, Pot, dan Weed.

Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.

Disamping presentasi populasi yang melaporkan menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka (hampir 40%) dan biaya yang mengejutkan pada masyarakat (lebih 200 juta dolar pertahun). Fenomena penyalahgunaan zat memiliki banyak implikasi pada penelitian otak dan psikiatri klinis. Beberapa zat dapat mempengaruhi keadaan mental yang dirasakan dari dalam; seperti mood dan aktifitas yang dapat diamati dari luar; yaitu perilaku. Zat dapat menyebabkan gangguan neuropsikiatri yang tidak dapat dibedakan dengan gangguan psikiatri dengan penyebab tidak diketahui (contohnya skizofrenia dan gangguan mood) dan sehingga gangguan psikiatrik primer dan gangguan yang melibatkan panggunaan zat mungkin berhubungan.

Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah mengisap ganja. Pengguna pemula ganja, terutama dikalangan anak usia muda, meningkat tajam selama 4-5 tahun terakhir, karena ganja mudah diperoleh dimana mana.

BAB II

GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN KANABIS

Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana (-)-9-tetrahydrocannabinol (9-THC) adalah yang paling banyak. Tanaman kanabis biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil-kecil, selanjutnya digulung menjadi rokok (biasanya disebut joints), yang selanjutnya dihisap seperti rokok. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed, tea, dan Mary Jane. Nama lain untuk kanabis yang menggambarkan tipe kanabis dalam berbagai kekuatan, adalah hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, dan sinsemilla. Bentuk kanabis yang paling poten berasal dari ujung tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang dikeringkan dan berwarna cokelat-hitam yang berasal dari daun, yang disebut sebagai hashish atau hash.

Efek euforia dari kanabis telah dikenali selama beribu-ribu tahun. Efek medis yang potensial dari kanabis sebagai analgesik, antikonvulsan, dan hipnotis telah lama dikenali pada abad ke-19 dan ke-20. belakangan ini kanabis dan komponen aktifnya yang utama, 9-THC, telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder karena obat terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindrom imunodefisiensi (AIDS). Beberapa laporan yang kurang meyakinkan adalah tentang penggunaan 9-THC dalam pengobatan glaukoma.

EPIDEMIOLOGI

Kanabis adalah zat terlarang yang paling sering digunakan di Amerika Serikat. Di tahun 1991 kira-kira sepertiga (32.2%) keseluruhan populasi telah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan kira-kira 5 persen sekarang merupakan pemakai. Di dalam kelompok usia 18 sampai 25 tahun, kira-kira 50 persen pernah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan 13 persen sekarang merupakan pemakai. Di dalam kelompok usia 12 sampai 17 tahun, kira-kira 13 persen pernah menggunakan kanabis sekurangnya satu kali, dan 4 persen sekarang merupakan pemakai. Tetapi, pada umumnya, penggunaan kanabis telah menurun dari tingkatnya yang tinggi di akhir tahun 1970-an.

Prevalensi

Kira-kira sepertiga (32,2 persen) dari populasi yang dilaporkan pernah menggunakan mariyuana satu kali atau lebih selama hidupnya, 9,5 persen pernah menggunakannya di tahun terakhir, dan 4,8 persen pernah menggunakannya di bulan terakhir.

Persentasi tersebut ditranslasikan menjadi 67,4 juta anggota populasi yang pernah menggunakan mariyuana di dalam hidupnya, 19,2 juta dalam tahun terakhir, dan 9,7 juta dalam bulan terakhir.

Orang dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun merupakan kelompok usia yang paling mungkin pernah menggunakan mariyuana, tetapi mereka yang berusia 18 sampai 25 tahun merupakan yang paling mungkin menggunakan mariyuana dalam tahun terakhir atau bulan terakhir. Kira-kira 60 persen orang dewasa yang berusia 26 sampai 34 tahun pernah menggunakan mariyuana, dibandingkan dengan 51 persen orang dewasa yang berusia 18 sampai 25 tahun, 24 persen orang dewasa yang berusia lebih dari 34 tahun, dan 13 persen pemuda. Diperkirakan 13 persen dari orang dewasa yang berusia 18 sampai 25 tahun pernah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dibandingkan dengan 7 persen dari mereka yang berusia 26 sampai 34 tahun dan persentasi yang lebih kecil pada kelompok usia lainnya.

Pemuda yang berusia 12 sampai 17 tahun merupakan kelompok usia yang paling kecil kemungkinannya pernah menggunakan mariyuana selama hidupnya, dan orang dewasa yang berusia 35 tahun dan lebih merupakan kelompok usia yang paling kecil kemungkinannya pernah menggunakan mariyuana dalam tahun terakhir dan bulan terakhir.

Hubungan Demografik

Jenis kelamin. Angka penggunaan mariyuana dalam bulan terakhir oleh laki-laki adalah hampir dua kali dari angka pada wanita. Keseluruhan 6,1 juta laki-laki di dalam populasi pernah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dan demikian juga 3,6 juta wanita.

Kepadatan populasi. Penghuni daerah metropolitan besar dan kecil secara bermakna lebih mungkin dibandingkan penduduk daerah Selatan atau Utara Tengah untuk menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir. Lebih dari 2 juta penduduk masing-masing daerah tersebut menggunakanmariyuana dalam bulan terakhir.

Ras dan etnisitas. Kulit hitam kira-kira 1,6 kali lebih mungkin menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir dibandingkan kulit putih atau Hispanik. Walaupun golongan kulit putih secara proporsional lebih mungkin menggunakan mariyuana dalam blan terakhir, hampir tiga perempat (73,4 persen) dari penggunaan saat ini (current user) adalah kulit putih. Keseluruhan 7,1 juta kulit putih telah menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir, dibandingkan dengan 1,7 juta kulit hitam, 0,7 juta Hispanik, dan 0,2 juta lainnya. NEUROFARMAKOLOGI

Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari kanabis adalah 9-THC; tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah diantaranya secara kimiawi berhubungan dengan 9-THC. Pada manusia 9-THC secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-9-THC, suatu metabolit yang aktif di dalam sistem saraf pusat.

Reseptor adalah anggota dari keluarga reseptor yang berkaitan dengan protein G. Reseptor kanabinoid diikat dengan protein G inhibitor (Gi), yang berikatan dengan adenilil siklase di dalam pola menginhibisi. Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalais, hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

THC bekerja pada reseptor B-1 dan B-2 yang terdapat diseluruh otak, terutama pada korteks serebri, hipokampus, serebelum, dan striatum. Tubuh menghasilkan agonis THC endogen, yaitu anandamida (suatu derivat asam arakidonat) dan N-palmito-etanolamida. Bila reseptor B1 dan B2 distimulasi oleh THC, atau antagonis endogen, hal ini akan menimbulkan perubahan pada second messenger dan terjadi perubahan pada jumlah noreprinefrin (NE) dan dopamin (DA) pada korteks prefrontal dan mesolimbik, termasuk pada nucleus accumbens (NAc). THC juga memengaruhi reseptor mual pada sistem opioida dan mengubah GABA reseptor sehingga pengguna ganja mempunyai potensi untuk menggunakan zat psikoaktif lain.

Terdapat perdebatan tentang apakah kanabinoid menstimulasi yang disebut pusat kesenangan (reward centers) di otak. Tetapi, toleransi terhadap kanabis memang terjadi, dan ketergantungan fisikologi adalah tidak kuat. Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas samapi peningkatan ringan iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala tersebut ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara mendadak.

Jika kanabis digunakan seperti rokok (smoked), efek euforia tampak dalam beberapa menit, mencapai puncak dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam. Beberapa efek motorik dan kognitif berlangsung selama 5 sampai 12 jam. Kanabis juga dapat digunak peroral jika disiapkan dalam makanan, seperti brownies dan cakes. Kira-kira harus digunakan dua sampai tiga kali lebih banyak kanabis yang digunakan peroral untuk sama kuatnya dengan kanabis yang digunakan melalui inhalasi.

DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, Edisi III) dan DSM-V (diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition).

Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi peningkatan nafsu makan. Belum pernah dicatat secara jelas kasus kematian yang disebabkan oleh intoksikasi kanabis saja, yang mencerminkan tidak adanya efek dari zat pada kecepatan pernafasan. Efek merugikan potensial yang paling serius dari dari penggunaan kanabis berasal dari inhalasi hidrokarbon karsinogenik yang sama-sama ditemukan dalam tembakau konvensional, dan beberapa data menyatakan bahwa penggunaan kanabis yang berat berada dalam risiko mengalami penyakit pernafasan kronis dan kanker paru-paru.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-V) menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai kriteria spesifik dalam bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk intoksikasi kanabis. Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di dalam bagian DSM V yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama- sebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM-V tentang gangguan psikotik akibat zat.

Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis

DSM-V memasukkan diagnosis penyalahgunaan kanabis, intoksikasi kanabis dan putus zat kanabis. Data eksperimental menunjukkan toleransi terhadap banyak efek kanabis; tetapi, data kurang mendukung adanya ketergantungan fisik. Ketergantungan psikologis pada pemakaian kanabis terjadi pada pemakai jangka panjang.

Intoksikasi Kanabis

DSM-V meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-warna tampak lebih terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif. Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi.

Pada waktu intoksikasi, pemakai akan mengalami ansietas selama kurang lebih 10-30 menit, rasa takut akan mati, gelisah, hiperaktif, kecurigaan, takut tidak bisa mengendalikan diri, dan takut menjadi gila. Kemudian, ia menjadi lebih tenang, euforia, banyak bicara, merasa ringan di tungkai dan badan. Ia mulai banyak tertawa dan tertawa eksplosif walaupun tidak ada rangsang lucu yang adekuat. Ia merasa pembicaraannya hebat, idenya bertubi-tubi, mudah terpengaruh, adanya waham curiga yang kontroversial karena tidak menyebabkan ia taku, melainkan malah menertawakan dan menikmatinya sebagai suatu hal yang lucu. Terdapat halusinasi penglihatan berupa kilatan sinar, bentuk-bentuk geometris, figur dan wajah orang. Oleh karena itu, kadang-kadang ganja digolongkan halusinogen. Warna-warna disekitarnya dipersepsi lebih cemerlang, merasa lebih bisa menikmati suara musik, merasa penampilan dirinya lebih baik walaupun secara objektif kadang-kadang justru sebaliknya.

Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang. Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat lainnya. Selain itu, efek tersebut adalah aditif dengan efek alkohol, yang sering kali digunakan dalam kombinasi dengan kanabis.

Tabel 1

Gangguan Berhubungan Kanabis

Gangguan pemakaian kanabis

Ketergantungan kanabis

Penyalahgunaan kanabis

Gangguan akibat kanabis

Intoksikasi kanabis

Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi

Delirium intoksikasi kanabis

Gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham

Sebutkan jika : dengan onset selama intoksikasi

Gangguan kecemasan akibat kanabis

Sebutkan jika: dengan onset selama intoksikasi

Gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukanTabel didasarkan dari DSM-V, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, ed 4. Hak cipta American Psychiatric Association,Washington, 1994. Digunakan dengan izin.

Tabel 2.

Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Kanabis menurut DSM VA. Pemakaian kanabis yang belum lama

B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya, gangguan koordinasi motorik, euforia, kecemasan, sensasi waktu menjadi lambat, gangguan pertimbangan, penarikan sosial) yang berkembang segera, atau segera setelah, pemakaian kanabis

C. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang dalam 2 jam pemakaian kanabis:

(1) injeksi konjungtiva

(2) peningkatan nafsu makan

(3) mulut kering

(4) takikardi

D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain.

Sebutkan jika: dengan gangguan persepsiTabel 2 dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, ed. 4. Hak cipta American Psychiatric Association, Washington, 1994. Digunakan dengan izin.

Delirium Intoksikasi Kanabis

Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, jarak, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi yang juga menggangu tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif tersebut.

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis

Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis akibat kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering. Psikosis yang jelas agak sering di negara-negara di mana orang-orangnya mempunyai jalur untuk mendapatkan kanabis dengan potensi yang tinggi. Episode psikotik sering kali disebut sebagai kegilaan rami (hemp insenity). Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk (bad-trip), yang sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena.

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis

Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder) adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut yang tidak jelas dan tidak terorganisir. Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti rokok (smoked). Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala kecemasan dibandingkan pemakai yang berpengalaman.

Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan

Kilas balik (flash back). Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan kanabis tidak secara resmi diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat laporan kasus orang yang mengalami sensasi berhubungan dengan intoksikasi kanabis-setelah efek jangka pendek dari substansi telah menghilang. Perdebatan tentang apakah flash-back berhubungan dengan penggunaan kanabis saja atau apakah berhubungan dengan penggunaan bersama dengan halusinogen atau kanabis dicampur dengan phencyclidine (PCP).

Sindrom Amotivasional. Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial adalah sindrom amotivasional. Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini berhubungan dengan penggunaan kanabis atau apakah mencerminkan sifat karakterologis pada sekelompok orang, tidak tergantung pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom amotivasional telah dihubungkan dengan pemakaian kanabis jangka panjang dan berat dan ditandai oleh ketidakmauan seseorang melakukan suatu tugas-mungkin di sekolah, pada pekerjaan, atau tiap situasi yang memerlukan pemusatan perhatian atau keuletan yang lama. Orang digambarkan sebagai menjadi apatik dan anerik, biasanya mengalami peningkatan berat badan, dan tampak malas.

Tabel 3.

Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak DitentukanKategori gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan ini adalah untuk gangguan yang berhubungan dengan pemakaian kanabis yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai ketergantungan Kanabis, penyalahgunaan kanabis, intoksikasi kanabis, delirium intoksikasi kanabis, gangguan psikotik akibat kanabis, atau gangguan kecemasan akibat kanabis.

Tabel 3 dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed. 4. Hak cipta American Psychiatric Association, Washington, 1994. digunakan dengan izin.

Akibat penyalahgunaan ganja adalah :

1. Problem fisik :

a. Gangguan sistem reproduksi (infertilitas, mengganggu menstruasi, maturasi organ seksual, kehilangan libido, impotensi)

b. Foetal damage selama kehamilan

c. Infeksi sistem pernafasan (sinusitis, bronkhitis menahun)

d. Mengandung agen penyebab timbulnya sel sel epitel kanker (carcinogenic agents) : kanker paru, organ pernafasan bagian atas, saluran pencernaan, leher dan kepala

e. Emphysema

f. Gangguan kardiovaskuler

g. Gangguan imunitas

h. Gangguan saraf: sakit kepala, gangguan fungsi koordinasi motorik

2. Problem psikiatri

a. Gangguan memori sampai kesulitan belajar

b. Sindroma amotivasional

c. Ansietas, panik sampai reaksi bingung

d. Psikosis paranoid sampai skizofrenia

e. Depresi berat sampai suicidef. Apatis, perilaku antisosial

3. Problem sosial

a. Kesulitan belajar sampai dikeluarkan dari sekolah

b. Kenakalan remaja

c. Hancurnya academic or job performance sampai kehilangan pekerjaan

d. Gangguan dalam mengendarai kendaraan, alat mesin

e. Terlibat problem hukum

4. Sebab kematian

a. Suicide

b. Infeksi berat

c. Tindak kekerasan (termasuk kecelakaan lalu lintas)

Kriteria Diagnostik Intoksikasi Kanabis menurut PPDGJ IIIA. Baru menggunakan kanabis

B. Takikardia

C. Paling sedikit terdapat satu dari gejala psikologik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu :

1. Euforia

2. Perasaan intensifikasi persepsi secara subjektif

3. Perasaan waktu berlalu dengan lambat

4. Apati

D. Paling sedikit terdapat satu dari gejala fisik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu :

1. Kemerahan konjungtiva

2. Nafsu makan bertambah

3. Mulut kering

E. Efek tingkah laku maladaptif, misalnya kecemasan berlebihan, kecurigaan atau ide ide paranoid, hendaya daya nilai, halangan dalam fungsi sosial atau pekerjaan.

F. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan rutin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa keadaan seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan laboratorium menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique (EMIT), meskipun Radi Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes di atas relatif sensitif dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan (screening) awal karena jauh dari sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada positif palsu dan negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam penerapan yang terbaik. Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-MS).

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan secara iseng dapat memberikan hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.

PENGOBATAN

Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan pengobatan penyalah-gunaan substansi lain-abstinensia dan dukungan. Abstinensia dapat dicapai melalui intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urine, yang dapat mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok. Pendidikan merupakan inti untuk program abstinensia dan dukungan, karena pasien yang tidak mengerti alasan intelektual untuk mengatasi masalah penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit motivasi untuk berhenti. PROGNOSIS

Ketergantungan kanabis terjadi perlahan, yang mana mereka akan mengembangkan pola peningkatan dosis dan frekuensi penggunaan. Efek yang menyenangkan dari kanabis sering berkurang pada penggunaan berat secara teratur.

Sejarah gangguan tingkah laku pada masa anak, remaja, dan gangguan kepribadian antisosial adalah faktor resiko untuk berkembangnya gangguan terkait zat, termasuk gangguan terkait kanabis. Sedikit data dan penelitian yang tersedia pada perjalanan efek jangka panjang dari ketergantungan dan penyalahgunaan kanabis.

BAB III

KESIMPULAN

Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana (-)-9-tetrahydrocannabinol (9-THC) adalah yang paling banyak. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed, tea, dan Mary Jane.

Survei terbaru dari National Institute of Drug Abuse (NIDA) 40% dari populasi yang melaporkan telah menggunakan satu atau lebih zat terlarang dalam kehidupan mereka, 15% telah menggunakan zat terlarang pada tahun sebelumnya. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.

Angka penggunaan mariyuana dalam bulan terakhir oleh laki-laki adalah hampir dua kali dari angka pada wanita. Kulit hitam kira-kira 1,6 kali lebih mungkin menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir dibandingkan kulit putih atau Hispanik. Penghuni daerah metropolitan besar dan kecil secara bermakna lebih mungkin dibandingkan penduduk daerah Selatan atau Utara Tengah untuk menggunakan mariyuana dalam bulan terakhir.

Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalais, hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan-sering kali disebut sebagai pengunyah-dan mulut kering.

Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di dalam bagian DSM V yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama- sebagai contoh, gangguan psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM- V tentang gangguan psikotik akibat zat. DSM-V memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan kanabis. DSM-V meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Intoksikasi kanabis dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang. Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-V. Delirium yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering. Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk (bad-trip), yang sering kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena. Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder) adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid.

Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring untuk kanabinoid pada individu dapat memberikan hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.

Perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urine, yang dapat mendeteksi kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok.DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H I and Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. 6th Edition. USA. William and Wilkins, 2010: 640-646

2. Kaplan H I and Saddock BJ, Comprehensive Textbook of Psychiatry: ed saddock BJ. Vol. 1. 6th Edition. USA. William and Wilkins, 1995: 810-816.

3. Stahl S M, Essential Psychopharmacology. Neuroscientific Basis and Practical Applications. 2nd Edition. Cambridge University Press, 2000. 4. Diagnostic and Statistics Manual of Mental Disorder edisi kelima.

5. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi III. Direktorat Kesehatan Jiwa. DepKes RI.

6. Camellia V, Gangguan Sehubungan Kanabis. Tersedia di http:// http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3396/1/10E00568.pdf. diunduh pada 31 Maret 2011.

7. Cannabis Related Disorder. Tersedia di http://www.minddisorders.com/Br-Del/Cannabis-and-related-disorders.html. diunduh pada 31 Maret 2011. PAGE 1