35
REFERAT PSIKIATRI GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Elliyati D Rosadi, Sp.KJ (KAR) Disusun oleh : Karina s a (030 06 135 ) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA PERIODE oktober – November 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

REFERAT PSIKIATRI

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

Pembimbing :

Dr. Elliyati D Rosadi, Sp.KJ (KAR)

Disusun oleh :

Karina s a (030 06 135 )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA PERIODE oktober – November 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA2012

KATA PENGANTAR

1

Page 2: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan ijin-Nya maka tugas pembuatan referat dengan judul “Gangguan

Stres Pascatrauma” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pembuatan referat

ini merupakan salah satu tugas wajib yang harus dikerjakan dalam rangka

kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Elliyati D Rosadi, Sp.KJ (KAR) selaku pembimbing referat

2. dr. Tony Setiabudhi selaku Project Manager

3. Dokter-dokter spesialis kesehatan jiwa.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran senantiasa penulis terima dengan tangan terbuka

untuk kesempurnaan referat ini. Penulis berharap semoga apa yang disajikan

dalam referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, november 2012

Penulis

2

Page 3: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB II. GANGGUAN STRES PASCATRAUMA ....................................

Definisi ...................................................................................... 3

Epidemiologi ............................................................................. 4

Etiologi ...................................................................................... 4

Gambaran Klinis dan Diagnosa............................................... 7

Perjalanan Penyakit dan Prognosa ........................................ 11

Diagnosis Banding .................................................................. 12

Penatalaksanaan ...................................................................... 13

BAB III. KESIMPULAN ........................................................................... 17

BAB IV. PENUTUP .................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

BAB I

3

Page 4: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

PENDAHULUAN

Gangguan Stres Pascatraumatik merupakan gangguan mental pada

seseorang yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam

kehidupan atau suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya. Sebagai

contoh peristiwa perang, perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan

yang melukai tubuh, penyiksaan, penganiayaan anak, peristiwa bencana alam

seperti : gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu lintas atau

musibah pesawat jatuh. Orang yang mengalami sebagai saksi hidup

kemungkinan akan mengalami gangguan stres.

Supaya pasien dapat diklasifikasikan sebagai penderita gangguan stres

pascatraumatik, mereka harus mengalami suatu stres emosional yang besar

yang akan traumatik bagi setiap orang.

Gangguan stres pascatraumatik terdiri dari :

Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran yang

membangunkan ( waking thought ).

Penghindaran yang yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan

penumpukan responsivitas pada penderita tersebut.

Kesadaran berlebihan ( hyperararousal ) yang persisten.

Gejala penyerta yang sering dari gangguan stres pascatraumatik adalah depresi,

kecemasan dan kesulitan kognitif (sebagai contohnya, pemusatan perhatian

yang buruk). Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi

keempat (DSM IV), lama gejala minimal untuk gangguan stres pascatraumatik

adalah satu bulan.

Trauma untuk pria biasanya akibat pengalaman peperangan dan trauma

untuk wanita paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan. Gangguan

sangat mungkin terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami

gangguan ekonomi atau menarik diri secara sosial. Gangguan Stres Pasca

Trauma termasuk dalam gangguan cemas. Gangguan cemas disebabkan oleh

situasi atau obyek yang sebenarnya tidak membahayakan yang mengakibatkan

4

Page 5: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

situasi atau obyek tersebut dihindari secara khusus atau dihadapi dengan

perasaan terancam. Perasaan tersebut tidak berkurang walaupun mengetahui

bahwa orang lain menganggap tidak berbahaya atau mengancam.

Gejala kecemasan patologis antara lain rasa was-was yang berlebihan,

ketakutan, penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, kesukaran konsentrasi

dan berfikir, gejala-gejala somatik seperti tremor, panas dingin, berkeringat,

sesak napas, jantung berdebar, serta dapat pula ditemui gejala gangguan

persepsi seperti depersonalisasi, derealisasi dan mungkin terdapat gejala yang

lain.

5

Page 6: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

BAB II

GANGGUAN STRES PASCATRAUMA

Definisi

Gangguan Stress Pasca Trauma / Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

dapat didefinisikan sebagai keadaan yang melemahkan fisik dan mental secara

ekstrim yang timbul setelah seseorang melihat, mendengar, atau mengalami

suatu kejadian trauma yang hebat dan atau kejadian yang mengancam

kehidupannya. Keadaan ini ditandai dengan suasana perasaan murung, sedih,

kurangnya semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun kegiatan

yang menimbulkan kesenangan, kadang-kadang disertai dengan waham dan bila

sudah berat dapat menimbulkan gangguan dalam fungsi peran dan kehidupan

sosial.

Gangguan Stress Pascatraumatik adalah gangguan cemas yang terdiri dari :

1. Pengalaman trauma yang muncul kembali dalam mimpi atau pikiran-pikiran

waktu terjaga.

2. Emosi yang tumpul dalam kehidupan atau hubungan interpersonal

3. Terdapat gejala-gejala otonom yang tidak stabil, depresi dan gangguan

kognitif (seperti kesukaran konsentrasi)

Gangguan tersebut timbul apabila mengalami stres emosional / trauma

psikologik yang besar yang berada di luar batas - batas pengalaman manusia

yang lazim.

Gangguan stres pascatraumatik dapat terjadi dengan segera, hal ini dapat

dilihat langsung pada bencana alam, pengalaman seseorang terhadap reaksi

dari trauma tersebut merespon kejadian yang baru dialaminya di luar kontrol

dirinya, menangis, hilang ingatan sesaat, menjerit-jerit, histeria dan sebagainya.

Gangguan stres pascatraumatik juga dapat disebabkan oleh stres ringan yang

pada awalnya, akan tetapi stres berlangsung secara kontinu, stres tersebut

berlangsung sampai berminggu-minggu, bulan dan bahkan tahunan.

6

Page 7: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

 

Epidemiologi

Prevalensi gangguan stres pascatraumatik pada masyarakat umum

diperkirakan dari 1 sampai 3 persen dimana 0,5 % untuk pria dan 1,2 % pada

wanita, anak-anak juga mengalami gangguan tersebut. Sebagai contoh peristiwa

perang, perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan yang melukai

tubuh, penyiksaan, penganiayaan anak, peristiwa bencana alam seperti : gempa

bumi, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu lintas atau musibah

pesawat jatuh.

Walaupun gangguan stres pascatraumatik dapat tampak pada setiap usia,

gangguan ini paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi yang

mencetuskannya. Tetapi, anak-anak dapat mengalami gangguan stres

pascatraumatik.

Trauma untuk pria biasanya akibat pengalaman peperangan dan trauma

untuk wanita paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan. Gangguan

sangat mungkin terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami

gangguan ekonomi atau menarik diri secara sosial.

Penelitian terhadap korban yang selamat dalam kamp NAZI menemukan

bahwa 97% dari korban masih terganggu dengan kecemasan sampai 20 tahun

setelah ia dibebaskan dari kamp tersebut. Banyak dari mereka yang

membayangkan trauma hukuman mati di dalam mimpi mereka dan merasa takut

bahwa sesuatu dapat terjadi pada pasangan atau anak-anak saat tidak terlihat

(Krystal, 1968)

Suatu survei yang menyangkut veteran Vietnam disebutkan bahwa 15%

dari veteran tersebut mengalami gangguan stres paca-traumatik sejak

kepulangan mereka (Centers Disease Control, 1988), sementara penelitian lain

menyebutkan bahwa reaksi stres terhadap horor perang juga ditemukan pada

Perang Dunia I yang disebut dengan shell shock sindrom dan combat fatigue

pada Perang Dunia II

7

Page 8: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Etiologi

Stresor adalah penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres

pascatraumatik. Tetapi tidak semua orang akan mengalami gangguan stres

pascatraumatik setelah suatu peristiwa traumatik. Walaupun stressor diperlukan,

namun stressor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan. Faktor-faktor yang

harus ikut dipertimbangkan adalah faktor biologis individual, faktor psikososial

sebelumnya dan peristiwa yang terjadi setelah trauma.

Penelitian terakhir pada gangguan stres pascatraumatik sangat

menekankan pada respon subjektif seseorang terhadap trauma ketimbang

beratnya stresor itu sendiri. Walaupun gejala gangguan stres pascatraumatik

pernah dianggap secara langsung sebanding dengan beratnya stresor, penelitian

empiris telah membuktikan sebaliknya. Jika dihadapkan dengan trauma yang

berat, sebagian orang tidak akan mengalami gangguan stres pascatraumatik.

Sebaliknya peristiwa yang mungkin tampaknya biasa atau kurang berbahaya

bagi kebanyakan orang mungkin dapat menyebabkan gangguan stres

pascatraumatik pada beberapa orang karena arti subjektif dari peristiwa tersebut.

Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi tampaknya memainkan peranan

penting dalam menentukan apakah gangguan akan berkembang yaitu :

1. Adanya trauma masa anak-anak

2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau antisosial

3. Sistem pendukung yang tidak adekuat

4. Kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik

5. Perubahan hidup penuh stres yang baru terjadi

6. Persepsi lokus kontrol eksternal

7. Penggunaan alkohol, walaupun belum sampai pada taraf ketergantungan.

Penelitian psikodinamika terhadap orang yang dapat bertahan hidup dari

trauma psikis yang parah telah menemukan aleksitimia, yaitu ketidakmampuan

untuk mengidentifikasi atau mengungkapakan keadaaan perasaan sebagai ciri

yang umum. Jika trauma psikis terjadi pada masa anak- anak, biasanya

8

Page 9: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

dihasilkan perhentian perkembangan emosional. Jika trauma terjadi pada masa

dewasa, regresi emosional sering kali terjadi. Mereka tidak mampu

menenangkan dirinya jika dalam keadaan stres.

BAGAN STRES DAN STRES PASCA TRAUMA

Faktor Psikodinamika

Model kognitif dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan bahwa

orang yang terkena stres pascatraumatik tidak mampu memproses atau

merasionalkan trauma yang mencetuskan gangguan.

Mereka terus mengalami stres dan berusaha untuk tidak mengalami

kembali stres dengan teknik menghindar. Sesuai dengan kemampuan parsial

mereka untuk mengatasi peristiwa secara kognitif, pasien mengalami periode

mengakui peristiwa dan menghambatnya secara berganti-ganti.

Model perilaku dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan bahwa

gangguan memiliki dua fase dalam perkembangannya. Pertama, trauma

(stimulus yang tidak dibiasakan) adalah dipasangkan, melalui pembiasaan klasik

dengan stimulus yang dibiasakan (pengingat fisik atau mental terhadap trauma).

9

Page 10: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Kedua, melalui pelajaran instrumental, pasien mengambangkan pola

penghindaran terhadap stimulus yang dibiasakan maupun stimulus yang tidak

dibiasakan.

Model psikoanalitik dari gangguan menghipotesiskan bahwa trauma telah

mereaktivasi konflik psikologis yang sebelumnya diam dan belum terpecahkan.

Penghidupan kembali trauma masa anak-anak menyebabkan regresi dan

penggunaan mekanisme pertahanan represi, penyangkalan, dan meruntuhkan

(undoing). Ego hidup kembali dan dengan demikian berusaha menguasai dan

menurunkan kecemasan. Pasien juga mendapatkan tujuan sekunder dari dunia

luar, peningkatan perhatian atau simpati, dan pemuasan kebutuhan

ketergantungan. Tujuan tersebut mendorong gangguan dan persistensinya.

Suatu pandangan kognitif tentang gangguan stres pascatraumatik adalah bahwa

otak mencoba untuk memproses sejumlah besar informasi yang dicetuskan oleh

trauma dengan periode menerima dan menghambat peristiwa secara berganti-

ganti.

Faktor biologis

Teori biologis tentang gangguan stres pascatraumatik telah

dikembangkan dari penelitian praklinik dari model stres pada binatang dan dari

pengukuran variable biologis dari populasi klinis dengan gangguan stres

pascatraumatik. Banyak system neurotransmitter telah dilibatkan dalam

kumpulan data tersebut. Model praklinik pada binatang tentang

ketidakberdayaan, pembangkitan, dan sensitisasi yang dipelajari telah

menimbulkan teori tentang norepinefrin, dopamine, opiat endogen, dan reseptor

benzodiazepine dan sumbu hipotalamus, hipofisis adrenal. Pada populasi klinis,

data telah mendukung hipotesis bahwa system noradrenergik dan opiat

endogen, dan juga sumbu hipotalamus-hipofisis adrenal, adalah hiperaktif pada

sekurangnya beberapa pasien dengan gangguan stres pascatrauamtik.

Temuan biologis utama lainnya adalah peningkatan aktivitas dan

responsivitas system saraf otonom, seperti yang dibuktikan oleh peninggian

kecepatan denyut jantung dan pembacaan tekanan darah, dan arsitektur tidur

10

Page 11: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

yang abnormal (sebagai contohnya, fragmentasi tidur dan peningkatan latensi

tidur).

Gambaran Klinis dan Diagnosis

Gambaran klinis utama dari gangguan stres pascatraumatik adalah

pengalaman ulang peristiwa yang menyakitkan, suatu pola menghindar dan

kekakuan emosional dan kesadaran yang berlebihan yang hampir tetap.

Gangguan mungkin tidak berkembang sampai berbulan-bulan atau bertahun-

tahun setelah peristiwa. Pemeriksaaan status mental seringkali mengungkapkan

rasa bersalah, penolakan dan penghinaan. Pasien mungkin juga

menggambarkan keadaan disosiatif dan serangan panik. Ilusi dan halusinasi

mungkin ditemukan. Tes kognitif mungkin mengungkapkan bahwa pasien

memiliki gangguan daya ingat dan perhatian.

Gejala penyerta dapat berupa agresi, kekerasan , pengendalian impuls

yang buruk dan depresi. Berbagai ciri anti sosial mungkin ditemukan termasuk

penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol dan obat, perasaan bersalah yang

menonjol, insomnia, ilusi dan halusinasi, disosiasi, serangan panik, agresi,

kekerasan dan gangguan daya ingat serta gangguan memusatkan perhatian

(konsentrasi).

Kriteria diagnosis DSM-IV untuk gangguan stres pascatraumatik ditulis

untuk memperjelas beberapa kriteria dalam DSM-III-R.

Pertama DSM-III-R menggambarkan stresor di luar rentang pengalaman

manusia pada umumnya. Karena kriteria adalah tidak jelas dan tidak dapat

dipercaya, DSM-IV memperjelas artinya (Kriteria A).

Dalam DSM-IV, kriteria B menyebutkan, seperti dalam DSM-III-R, bahwa

pasien secara menetap mengalami kembali peristiwa traumatik.

Kriteria C dan D pada DSM IV tetap sama dengan DSM-III-R, mereka

menyebutkan penghindaran persisten terhadap situasi tertentu dan peningkatan

kesadaran pada pasien.

DSM-IV menyebutkan bahwa gejala pengalaman ulang (reexperiencing),

menghindar dan kesadaran yang berlebihan (hiperarousal) harus berlangsung

11

Page 12: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

lebih dari 1 bulan. Bagi pasien yang gejalanya ditemukan kurang dari satu bulan,

diagnosis yang tepat mungkin adalah gangguan stres akut. Kriteria diagnostik

DSM-IV untuk gangguan stres pascatraumatik yang memungkinkan klinisi

menentukan apakah gangguan adalah akut (jika berlangsung kurang dari tiga

bulan ) atau kronis (jika gejala berlangsung tiga bulan atau lebih). DSM-IV juga

memungkinkan klinisi menentukan bahwa gangguan adalah dengan onset

lambat jika onset gejala adalah enam bulan atau lebih setelah peristiwa stres.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Stres Pascatraumatik :

A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari

berikut ini terdapat :

1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu

kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian

atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau

ancaman kepada integritas fisik diri atau orang lain.

2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak

berdaya atau horor.

B. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau

lebih) cara berikut :

1. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren, dan mengganggu tentang

kejadian, termasuk angan pikiran atau persepsi.

2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian.

3. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi

kembali (termasuk perasaan penghidupan kembali pengalaman

kembali pengalaman, ilusi, halusinasi dan episode kilas balik

disosiatif, termasuk yang terjadi saat terbangun atau saat

terintoksikasi).

12

Page 13: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

4. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda

internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu

aspek kejadian traumatik.

5. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek

kejadian traumatik.

C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

dan kaku karena responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma),

seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut ini :

1) Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau

percakapan yang berhubungan trauma

2) Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat atau orang

yang menyadarkan rekoleksi dengan trauma.

3) Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma.

4) Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam

aktivitas yang bermakna

5) Rentang afek yang terbatas

6) Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.

D. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran (tidak ditemukan sebelum

trauma ) yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut :

1) Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur

2) Iritabilitas atau ledakan kemarahan

3) Sulit berkonsentrasi

4) Kewaspadaan berlebihan

5) Respon kejut yang berlebihan

E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria b, c, d) adalah lebih dari satu bulan

F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

Sebutkan jika :

Akut : jika lama gejala adalah kurang dari 3 bulan

Kronis : jika lama gejala adalah 3 bulan atau lebih

13

Page 14: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Sebutkan jika :

Dengan onset lambat : onset gejala sekurangnya enam bulan

setelah stressor

Tabel dari DSM- IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoerder, ed 4. Hak cipta American Psychiatric Association, Washington 1994.

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Stres Akut

A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari

berikut ini ditemukan :

1. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu

kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian

atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau

ancaman kepada integritas diri atau orang lain.

2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak

berdaya atau horor.

B. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang

menakutkan, individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut :

1. perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas

emosi

2. penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada

dalam keadaan tidak sadar)

3. derelisasi

4. depersonalisasi

5. amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek

penting dari trauma)

C. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu

cara berikut : bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang

rekuren, atau suatu perasaan hidupnya kembali pengalaman atau

penderitaan saat terpapar dengan mengingat kejadian traumatik

D. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma

(misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang).

14

Page 15: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

E. Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit

tidur, iritabilias, konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut

yang berlebihan, dan kegelisahan motorik).

F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain,

menganggu kemampuan individu untuk mengerjakan tugas yang

diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau menggerakan

kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga

tentang pengalaman traumatic.

G. Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu

dan terjadi dalam 4 minggu setelah traumatik

H. Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik

diterangkan oleh gangguan psikotik singkat dan tidak semata-mata suatu

eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis II dan telah ada sebelumnya.

Perjalanan penyakit dan Prognosis

Gangguan stres pascatraumatik biasanya berkembang pada suatu waktu

setelah trauma, dapat sependek satu minggu atau selama 30 tahun. Gejala

dapat berfluktuasi dengan berjalannya waktu dan mungkin paling kuat selama

periode stres. Kira-kira 30% pasien piulih secara lengkap, 40% terus menderita

gejala ringan, 20% terus menderita gejala sedang, dan 10% tetap tidak berubah

atau menjadi buruk.

Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi

gejala yang singkat (kurang dari enam bulan), fungsi pramorbid yang baik,

dukungan sosial yang kuat dan tidak adanya gangguan psikiatrik, atau

berhubungan dengan zat lainnya.

Pada umumnya, orang yang sangat muda atau sangat tua memiliki lebih

banyak kesulitan dengan peristiwa traumatik dibandingkan mereka yang dalam

usia pertengahan. Kecacatan psikiatrik yang ada sebelumnya, apakah suatu

15

Page 16: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

gangguan kepribadian atau suatu kondisi yang lebih serius, juga meningkatkan

efek stresor tertentu.

Tersedinya dukungan sosial juga mempengaruhi perkembangan,

keparahan dan durasi gangguan stres pasca traumatik. Pada umumnya, pasien

yang mendapat dukungan sosial yang baik kemungkinan tidak mengalami

gangguan atau tidak mengalami gangguan dalam bentuk yang parah.

Diagnosis Banding

Pertimbangan utama dalam diagnosis banding gangguan stress pascatraumatik

dengan kemungkinan bahwa pasien juga mengalami cedera kepala selama

trauma.

Pertimbangan organik lainnya yang dapat menyebabkan atau

mengeksaserbasi gejala adalah epilepsi, gangguan penggunaan alkohol dan

gangguan yang berhubungan dengan zat lainnya.

Intoksikasi akut atau putus dari suatu zat mungkin juga menunjukkan

gambaran klinis yang sulit dibedakan dari gangguan stres pascatraumatik

sampai efek zat hilang.

Gangguan stress pascatraumatik pada umumnya sering keliru didiagnosis

sebagai gangguan mental lain, yang menyebabkan pengobatan yang tidak tepat.

Klinisi harus mempertimbangkan gangguan stres pascatraumatik pada pasien

yang menderita gangguan nyeri (pain disorder), penyalahgunaan zat, gangguan

kecemasan lain, dan gangguan mood.

Pada umumnya, gangguan stres pascatraumatik dapat dibedakan dari

gangguan mental organik dengan mewawancarai pasien tentang peristiwa

traumatik sebelumnya dan melalui sifat gejala sekarang ini.

Gangguan kepribadian ambang, gangguan disosiatif, gangguan buatan

atau berpura-pura juga harus dipertimbangkan.

Gangguan kepribadian ambang mungkin sulit dibedakan dari gangguan

stress pascatraumatik. Dua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama atau

bahkan saling berhubungan sebab akibat.

16

Page 17: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Gangguan disosiatif biasanya tidak memiliki derajat perilaku menghindar,

kesadaran berlebih otonomik, atau riwayat trauma yang dilaporkan oleh pasien

gangguan stres pascatraumatik.

Sebagian karena publisitas yang telah diterima gangguan stres

pascatraumatik dalam berita populer, klinisi harus juga mempertimbangkan

kemungkinan suatu gangguan buatan dan berpura – pura.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Gangguan Kecemasan khususnya Gangguan Stres

Pascatrauma

Terdapat tiga pendekatan terapetik untuk mengatasi gejala berhubungan dengan

kecemasan yaitu :

1. Manajemen krisis

2. Psikoterapi

3. Farmakoterapi

Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :

1. Peredaan gejala

2. pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka

pendek

3. Suportif (dukungan)

Psikoterapi

Psikoterapi harus dilakukan secara individual, karena beberapa pasien

ketakutan akan pengalaman ulang trauma. Rekosntruksi peristiwa traumatik

dengan abreaksi dan katarsis yang menyertai mungkin bersifat terapeutik.

Intervensi psikodinamika untuk gangguan stres pascatraumatik adalah

terapi perilaku, terapi kognitif dan hipnosis. Banyak klinisi menganjurkan

psikoterapi singkat untuk korban trauma. Terapi tersebut biasanya menggunakan

17

Page 18: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

pendekatan kognitif dan juga memberikan dukungan dan jaminan. Sifat jangka

pendek dari psikoterapi menekan risiko ketergantungan dan kronisitas. Masalah

kecurigaan, paranoia, dan kepercayaan seringkali merugikan kepatuhan. Ahli

terapi harus mengatasi penyangkalan pasien tentang peristiwa traumatik,

mendorong mereka untuk santai, dan mengeluarkan mereka dari sumber stress.

Pasien harus didorong untuk tidur, menggunakan medikasi jika dilakukan.

Dukungan dari lingkungan (seperti teman-teman dan sanak saudara) harus

disediakan. Pasien harus didorong untuk mengingat dan melepaskan perasaan

emosional yang berhubungan dengan peristiwa traumatik dan merencanakan

pemulihan di masa depan.

Psikoterapi setelah peristiwa traumatik harus mengikuti suatu model

intervensi krisis dengan dukungan, pendidikan, dan perkembangan mekanisme

mengatasi dan penerimaan peristiwa. Jika gangguan stress pascatraumatik telah

berkembang, dua pendekatan psikoterapetik utama dapat diambil. Pertama

adalah pemaparan dengan peristiwa traumatik melalui teknik pembayangan

(imaginal technique) atau pemaparan in vivo. Pemaparan dapat kuat, seperti

pada terapi implosif, atau bertahap. Seperti pada desensitisasi sitematik.

Pendekatan kedua adalah mengajarkan pasien metoda penatalaksanaan kognitif

untuk mengatasi stres, termasuk teknik relaksasi dan pendekatan kognitif.

Beberapa data awal menyatakan bahwa, walaupun teknik penatalaksanaan

stress adalah efektif lebih cepat dibandingkan teknik pemaparan, hasil dari teknik

pemaparan adalah lebih lama.

Disamping teknik terapi individual, terapi kelompok dan terapi keluarga

telah dilaporkan efektif pada kasus gangguan stres pascatraumatik. Keuntungan

terapi kelompok adalah berbagi berbagai pengalaman traumatik dan

mendapatkan dukungan dari anggota kelompok lain. Terapi kelompok telah

berhasil pada veteran Vietnam. Terapi keluarga seringkali membantu

mempertahankan suatu perkawinan melalui periode gejala yang mengalami

eksaserbasi. Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan jika gejala adalah

cukup parah atau jika terdapat risiko bunuh diri atau kekerasan lainnya.

18

Page 19: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Farmakoterapi

Obat-obat anti anxietas sebaiknya digunakan untuk waktu yang singkat karena

ditakutkan akan terjadi ketergantungan, meskipun banyak obat yang efektif untuk

meredakan anxietas.

1. Trycyclic and monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)

Bahwa reversible MAOIs, moclobimide juga dapat berguna dalam perawatan

gangguan stress pascatrauma.

2. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)

Perubahan terutama terlihat untuk reexperiencing dan gejala hyperarousal

daripada penolakan. Yang juga menarik adalah penurunan rasa bersalah dari

yang selamat. Fluvoxamine tampaknya lebih efektif.

Digunakan pula paroxetine sampai 60 mg untuk 12 minggu. Disamping itu

dapat pula dicoba dengan Trazodone, dosis sampai 400 mg/hari.

3. Benzodiazepin

Benzodiazepin telah merupakan obat terpilih untuk gangguan kecemasan

umum. Pada gangguan benzodiazepin dapat diresepkan atas dasar jika

diperlukan, sehingga pasien menggunakan benzodiazepin kerja cepat jika

mereka merasakan kecemasan tertentu. Pendekatan alternatif adalah

dengan meresepkan benzodiazepin untuk suatu periode terbatas, selama

mana pendekatan terapetik psikososial diterapkan.

Beberapa masalah adalah berhubungan dengan pemakaian benzodiazepin

dalam gangguan kecemasan umum. Kira-kira 25 sampai 30 persen dari

semua pasien tidak berespon, dan dpat terjadi toleransi dan ketergantungan.

Beberapa pasien juga mengalami gangguan kesadaran saat menggunakan

obat dan dengan demikian, adalah berada dalam risiko untuk mengalami

kecelakaan kendaraan bermotor atau mesin.

4. Obat-obat lainnya

19

Page 20: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Propanolol dan Clonidin, keduanya secara efektif menekan aktivitas

noradrenergik, telah digambarkan berguna dalam beberapa serial kasus

terbuka.

Selain itu juga terdapat laporan kasus yang menunjukkan keberhasilan dari

alfa-agonis Guanfacine pada wanita muda.

Serotonergik dibandingkan antidepresan lainnya juga berguna untuk kasus

gangguan stress pascatrauma, sebagai contoh Buspirone.

Dosis 60 mg/hari atau lebih dapat efketif, trauma untuk gejala hyperarousal.

Sebagai tambahan, Cyproheptadine (sampai 12 minggu saat tidur) dilaporkan

berguna untuk melepaskan mimpi buruk pada pasien dengan gangguan

stress pascatrauma.

Dopamine blocker juga dilaporkan berguna untuk beberapa kasus gangguan

stress pascatrauma. Ada pula yang melaporkan kegunaan Risperidone

gangguan stress pascatrauma ditunjukkan melalui kilas balik yang jelas dan

mimpi-mimpi buruk.

Naltrexone (50 mg/hari) dilaporkan efektif dalam mengurangi kilas balik pada

pasien dengan gangguan stress pascatrauma. Tetapi tidak terdapat

controlled studies dengan opiat agenda pada gangguan stress pascatrauma.

Ada beberapa laporan mengenai kegunaan Thymoleptics-lithium

Carbamazepine dan Valproat dalam gangguan stress pascatrauma.

20

Page 21: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

BAB IV

KESIMPULAN

Gangguan Stres Pascatraumatik adalah gangguan cemas yang terdiri dari :

1. Pengalaman tentang trauma melalui mimpi dan pikiran yang datang runtun

beruntun

2. penghindaran terhadap trauma dan

3. kesadaran berlebihan yang persisten sifatnya

Prevalensi gangguan stres pascatraumatik pada masyarakat umum yaitu

0,5% untuk pria dan 1,2% untuk wanita. Anak-anak dapat mengalami gangguan

tersebut.

Etiologi dari gangguan stres pascatraumatik antara lain :

1. Stresor

2. Faktor psikodinamik

3. Faktor biologis

4. Stresor merupakan penyebab utama dalam perkembangan gangguan stress

pascatrauma.

DSM-IV menyebutkan bahwa gejala pengalaman ulang, menghindar, dan

kesadaran yang berlebihan harus berlangsung lebih dari satu bulan.

Bagi pasien yang gejalanya ditemukan kurang dari satu bulan, diagnosis

yang tepat adalah gangguan stress akut.

Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan stress pascatraumatik

memungkinkan klinisi menentukan apakah gangguan adalah akut (jika gejala

berlangsung kurang dari tiga bulan) atau kronis (lebih dari tiga bulan).

Manfaat Imipramin dan Amitriptilin, dua obat Trisiklik, dalam pengobatan

gangguan stress pascatraumatik didukung oleh sejumlah uji coba klinisi

terkontrol baik.

21

Page 22: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

Obat lain yang mungkin berguna dalam pengobatan gangguan stress

pascatraumatik adalah Serotonin-Specific Reuptake Inhibitors (SSRI), Mono-

Amine Oxidase Inhibitors (MAOI), dan anti konvulsan (carbamazepin). Clonidin

dan Propanol dianjurkan.

Intervensi psikodinamika untuk gangguan stress pascatraumatik adalah

terapi perilaku, terapi kognitif, dan hypnosis. Banyak klinisi menganjurkan

psikoterapi singkat untuk korban trauma. Terapi tersebut biasanya menggunakan

pendekatan kognitif dan juga memberikan dukungan dan jaminan.

Psikoterapi harus dilakukan secara individual, karena beberapa pasien

ketakutan akan pengalaman ulang trauma.

Psikoterapi setelah peristiwa traumatic harus mengikuti suatu model

intervensi krisis dengan dukungan pendidikan, dan perkembangan mekanisme

mengatasi dan penerimaan peristiwa.

Jika gangguan stress pascatraumatik telah berkembang, dua pendekatan

psikoterapi utama dapat diambil.

Pertama adalah pemaparan engan peristiwa traumatic melalui teknik

pembayangan (imaginal technique) atau pemaparan invivo. Pemaparan dapat

menjadi kuat, seperti pada terapi implosif, atau bertahap, seperti pada

desentisasi sistemik.

Pendekatan kedua adalah dengan cara mengajarkan kepada pasien

metode pelaksanaan stress, termasuk teknik relaksasi dan pendekatan kognitif

untuk mengatasi stress.

22

Page 23: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

BAB IV

PENUTUP

Keadaan stres, konflik-konflik yang kompleks menjadikan pencetus stres

bagi individu maupun masyarakat sendiri. Secara subyektif kecemasan itu bagi

kebanyakan orang adalah perasaan yang tidak enak, yang perlu secepat-

cepatnya dihalaukan.

Secara objektif kecemasan itu merupakan suatu pola psikobiologik

dengan fungsi pemberitahu (alarm) adanya bahaya, dengan mengakibatkan

suatu perencanaan tindakan yang efektif, ialah suatu usaha penyesuaian diri

terhadap trauma psikis, krisis dan konflik. Apabila perencanaan dalam

penyesuaian diri ini berjalan dengan baik maka kecemasan akan berkurang,

tetapi apabila perencanaan ini berlangsung tidak baik kecemasan bahkan akan

bertambah hebat.

Untuk itu dalam menghadapi kecemasan orang dapat mengadakan reaksi

sebagai berikut : secara sadar menghadapinya dan berusaha meniadakan atau

memperkecil kekuatannya dengan jalan rasionalisasi.

Secara tidak sadar orang dapat menghadapinya dan berusaha meniadakan atau

memperkecil kekuatannya dengan jalan rasionalisasi

Secara tidak sadar orang dapat menempuh 2 jalan :

a. Dengan menggunakan mekanisme pembelaan, yang kita lihat pada reaksi

fobik dan reaksi obsesi.

b. Dengan menggunakan mekanisme konversi.

23

Page 24: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

DAFTAR PUSTAKA

1. Gabbard GO : Anxiety Disorders : The DSM IV Edition, American Psychiatric

Press, Washington, 1994

2. Kaplan, Sadock : Synopsis of Psychiatry, 7th Edition, William & Wilkins,

Baltimore, 1993

3. Ibrahim A. S : Panik, Neurosis dan Gangguan Cemas, PT. Dian

Ariesta,Jakarta, 2003

4. Andreasen. N.C and Black. D.W, 2001, “Introductory Textbook of Psychiatry.

3rd ed, British Libarry, USA: 335-342.

5. http: // med linux.blogspot.com/2007/08/gangguan Stres Pasca Trauma.html

6. http://psiko-indonesia.blogspot.com/2007/01/ gangguan Stres Pasca

Trauma.html

7. http:// www.pulih.or.id/?lang=&page=self

24

Page 25: Referat Gangguan Stres Pasca Trauma

25