22
BAB I PENDAHULUAN Semua orang pastinya memiliki perilaku, emosi dan dorongan yang berbeda-beda pada waktu dan tempat yang berbeda pula. Kondisi yang menentukan keadaan dan perubahan pada perilaku, emosi dan dorongan seseorang adalah berkaitan dengan sistem saraf. Adapun pengaturan dari perilaku, emosi dan dorongan terdapat pada sistem limbik. Walaupun demikian, fungsi yang berkaitan dengan sistem limbik, seperti perilaku sesuai insting, perilaku afektif, motivasi, dorongan, pembelajaran dan memori tidak hanya merupakan peran sistem limbik saja. Fungsi-fungsi tersebut bergantung dari kerja sama sistem limbik yang baik dengan berbagai area otak lainnya. (Duus, 2010) Limbik berasal dari bahasa latin yang artinya batas atau pinggir. Sistem limbik secara anatomi adalah struktur bangunan-bangunan yang mengelilingi korpus kalosum. Di anterior terdapat stria olfaktoria dan area septalis, sedangkan pada bagian dorsal dibentuk oleh gyrus cinguli dan ventral dibentuk oleh gyrus parahippocampus, hippocampus dan nucleus amygdala. Secara fungsional, sistem limbik berperan mengaitkan emosi dengan motivasi (amigdala), belajar dan ingatan (formasio hipokampus) serta perilaku seksual (hipotalamus) (Netter et al, 2002) Secara anatomi, struktur-struktur sistem limbik meliputi gyrus subcallosus, gyrus cinguli, dan gyrus 1

Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Neuroanatomi limbic system

Citation preview

Page 1: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

BAB I

PENDAHULUAN

Semua orang pastinya memiliki perilaku, emosi dan dorongan yang berbeda-beda

pada waktu dan tempat yang berbeda pula. Kondisi yang menentukan keadaan dan

perubahan pada perilaku, emosi dan dorongan seseorang adalah berkaitan dengan sistem

saraf. Adapun pengaturan dari perilaku, emosi dan dorongan terdapat pada sistem

limbik. Walaupun demikian, fungsi yang berkaitan dengan sistem limbik, seperti

perilaku sesuai insting, perilaku afektif, motivasi, dorongan, pembelajaran dan memori

tidak hanya merupakan peran sistem limbik saja. Fungsi-fungsi tersebut bergantung dari

kerja sama sistem limbik yang baik dengan berbagai area otak lainnya. (Duus, 2010)

Limbik berasal dari bahasa latin yang artinya batas atau pinggir. Sistem limbik

secara anatomi adalah struktur bangunan-bangunan yang mengelilingi korpus kalosum.

Di anterior terdapat stria olfaktoria dan area septalis, sedangkan pada bagian dorsal

dibentuk oleh gyrus cinguli dan ventral dibentuk oleh gyrus parahippocampus,

hippocampus dan nucleus amygdala. Secara fungsional, sistem limbik berperan

mengaitkan emosi dengan motivasi (amigdala), belajar dan ingatan (formasio

hipokampus) serta perilaku seksual (hipotalamus) (Netter et al, 2002)

Secara anatomi, struktur-struktur sistem limbik meliputi gyrus subcallosus, gyrus

cinguli, dan gyrus parahippocampalis, formatio hippocampi, nucleus amygdala, corpus

mammillare, dan nucleus anterior thalami. Sedangkan, alveus, fimbria, fornix, tractus

mammillothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini

(Snell, 2007).

Secara anatomi susunan limbik dapat disimpulkan bahwa susunan limbik terkait

sangat erat dengan hipotalamus. Dan melalui hipotalamus juga sistem limbik

mendapatkan hubungan yang erat dengan substansia retikularis batang otak. Lintasan

eferen sistem limbik yang menuju bagian perifer melalui hipotalamus dan substansia

retikularis batang otak adalah lintasan yang menyalurkan impuls vegetatif ke perifer.

Oleh karena berbagai macam impuls diproyeksikan kepada susunan limbik maka

bangunan-bangunan dalam susunan limbik tidak berdiri sendiri. Mereka merupakan

bagian-bagian dalam kegiatan yang terintegrasi. Maka dari itu mereka dianggap sebagai

suatu susunan fungsional. (Duus, 2010; Mardjono dan Sidharta, 1981)

1

Page 2: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

BAB II

SISTEM LIMBIK

Sistem limbik memiliki pengertian yang amat luas. Sistem ini terletak di area

perbatasan antara korteks cerebri dan hipotalamus. Sebagai hasil penelitian, saat ini

diketahui bahwa sistem limbik terlibat dengan berbagai struktur lain diluar area

perbatasan untuk mengendalikan emosi, perilaku dan dorongan. Sistem ini tampaknya

juga penting untuk memori (Snell, 2007).

Gambar 1. Posisi sistem limbik dalam otak (Boeree, 2009)

Beberapa literatur menyebutkan terdiri dari gyrus subcallosus, gyrus cinguli, dan

gyrus parahippocampalis, formatio hippocampi, nucleus amygdala, corpus mammillare,

dan nucleus anterior thalami. Sedangkan, alveus, fimbria, fornix, tractus

mammillothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini

(Duus, 2010; Snell, 2007; Sukardi, 1994).

2

Page 3: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Gambar 2. Stuktur-struktur yang membentuk sistem limbik (Snell, 2007)

Sistem limbik termasuk di dalamnya nuklei dan traktus yang berada diantara

cerebrum dan diencephalon, merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penentu

status emosional, berkaitan dengan kesadaran, fungsi intelektual, serta memfasilitasi

penyimpanan memori pada seseorang. Banyak dikatakan bahwa sistem limbik berperan

dalam keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sistem limbik mengendalikan

emosi, perilaku dan dorongan (Snell, 2007). Duus (2010) menyebutkan bahwa fungsi

yang berkaitan dengan sistem limbik meliputi perilaku, motivasi dan dorongan serta

pembelajaran dan memori.

3

Page 4: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Gambar 3. Anatomi sistem limbik (Netter’s, 2012)

2.1 Formatio Hippocampi

Hipokampus merupakan suatu relief positif ke dalam dinding medial cornu

inferius ventriculi lateralis (Sukardi, 1984). Menurut Snell (2007), formatio hippocampi

terdiri dari hippocampus, gyrus dentatus, dan gyrus parahippocampi.

Gambar 4. Perkembangan Embriologi dari Formatio Hippocampi.

(Blumenfeld,2010)

4

Page 5: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Pada saat perkembangan embrio, tiga lapis dari arkhikorteks dari lobus temporal

bagian medial melipat sebanyak dua kali. Sebagai hasil dari lipatan ini, permukaan dari

girus dendatus dan subikulum menyatu dan permukaan dari subikulum dan girus

parahipokampi menyatu.

Gambar 5. Potongan hemispherium cerebri kanan, memperlihatkan formatio hippocampi

hippocampus, gyrus dentatus dan gyrus parahipocampi (Snell, 2007)

Hippocampus merupakan suatu elevasi substansia grisea yang melengkung dan

terbentang di seluruh panjang dasar cornu inferius ventriculi lateralis. Ujung anteriornya

membesar untuk membentuk pes hippocampus. Permukaan ventrikular yang konveks

diliputi oleh ependyma yang dibawahnya terdapat lapisan tipis substansia alba yang

disebut alveus. Alveus terdiri dari serabut-serabut saraf yang berasal dari dalam

hippocampus dan dibagian medialnya berkumpul membentuk berkas yang disebut

fimbria. Kemudian, fimbria akan berlanjut sebagai crus fornicis. Hippocampus berakhir

di posterior dibawah splenium corpus callosum (Snell, 2007; Wright, 1997).

Hipokampus merupakan salah satu struktur penting dalam sistem limbik. Korteks

hipokampus memiliki tiga lapisan. (Snell, 2007)

5

Page 6: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Lapisan tersebut adalah :

1. Lapisan molekuler

Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang disusun oleh neuron-neuron

kecil.

2. Lapisan piramidal

Lapisan ini terdiri dari sel-sel piramidal

3. Lapisan polimorpik

Lapisan ini merupakan lapisan terdalam yang mempunyai struktur

polimorpik yang sama dengan cortek yang lain.

Gambar 6. Potongan koronal Hippocampi dan struktur-stuktur terkait (Blumenfeld, 2010)

Akson yang terbentuk dari sel piramidalis pada hipokampus menjadi satu

membentuk alveus dan fimbriae. Fimbirae ini berlanjut menjadi krus fornik. Kedua krus

fornik bergabung membentuk badan fornik. Badan fornik kemudian terpisah menjadi 2

(dua) bagian yang disebut kolum fornik. Kedua kolum ini belok kedepan dan kebawah

yang berakhir di depan dari foramen interventrikular. Lapisan tengah mempunyai

karakteristik yang didominasi oleh sel piramidalis besar.

Gyrus dentatus merupakan pita substansia grisea yang menyempit, bertakik,

terletak diantara fimbriae hippocampi dan gyrus parahippocampalis. Di posterior, gyrus

diikuti oleh fimbria hampir sampai ke splenikum corpus callosum dan menyambung

6

Page 7: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

dengan indusium griseum. Indusium griseum adalah lapisan vestigeal substansia grisea

yang tipis yang meliputi permukaan superior corpus callosum. Di dalam permukaan

superior indusium griseum, tertanam dua berkas serabut putih yang tipis pada masing-

masing sisi disebut striae longitudinalis medialis dan lateralis. Striae merupakan sisa

substansia alba dari indusium griseum. Di anterior, gyrus dentatus berlanjut kedalam

unkus (Snell, 2007). Girus dentatus juga mempunyai tiga lapisan cortek yang hampir

sama dengan hipokampus. Tetapi lapisan tengah (piramidalis diganti dengan lapisan

granular). Lapisan granular ini tersusun padat oleh sel-sel bulat dan oval sebagai suatu

akson. Sebagian akson bergabung menjadi fimbriae dan menuju forniks (Mardjono dan

Sidharta, 1981).

Gyrus parahippocampalis terletak di antara fissura hipocampi dan sulcus

collateralis serta bersambungan dengan hippocampus di sepanjang tepi medial lobus

temporalis (Snell, 2007).

2.2 Nucleus Amygdala

Nukleus amygdala sebagian terletak di anterior dan sebagian lagi terletak di

posterior ujung kornu inferior ventrikulus lateralis. Struktur ini menyatu dengan ujung

cauda nucleus caudatus yang berjalan ke anterior di atap cornu inferior ventrikulus

lateralis. Stria terminalis muncul dari aspek posteriornya (Snell, 2007).

Amygdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di

bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis.

Amygdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti

juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amygdala menerima sistem neuronal dari

semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis,

dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena

hubungan yang multiple ini, amygdala disebut “ jendela “, yang dipakai oleh  sistem

limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia.

7

Page 8: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Gambar 7. Potongan sagital sistem limbik yang memperlihatkan Amygdala

(Adams and Victor, 2005)

2.3 Jaras-jaras Penghubung Sistem Limbik

Ada beberapa jaras yang menjadi penghubung dalam sistem limbik. Jaras-jaras

tersebut adalah dari alveus, fimbria, fornix, tractus mammillothalamicus dan stria

terminalis (Snell, 2007).

Alveus terdiri dari selapis tipis substansia alba yang terletak pada permukaan

superior atau permukaan ventrikular hippocampus. Alveus mengandung serabut-serabut

saraf yang berasal dari cortex hippocampi. Serabut-serabut berkumpul di tepi medial

hippocampus dan membentuk sebuah berkas yang disebut fimbria (Snell, 2007).

Fimbria kemudian meninggalkan ujung posterior hippocampus sebagai crus

fornicis. Crus dari masing-masing sisi lalu membelok ke posterior dan superior di bawah

splenium corpus callosum serta disekitar permukaan posterior thalamus. Kedua crura

kemudian berkumpul membentuk corpus fornicis yang terletak sangat dekat dengan

permukaan bawah corpus callosum. Kedua krura ini dihubungkan oleh serabut-serabut

tranversa disebut sebagai commissura fornicis.

Di anterior, corpus fornicis dihubungkan dengan permukaan bawah corpus

callosum oleh septum pellucidum. Di inferior, corpus fornicis berhubungan dengan tela

choroidea dan atap ependimal ventriculus ketiga. Di anterior, corpus fornicis terbagi

menjadi dua columna fornicis anterior yang masing-masing melengkung ke anterior dan

inferior di atas foramen interventrikulare (foramen Monro). Selanjutnya, masing-masing

8

Page 9: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

columna menghilang ke dalam dinding lateral ventriculus tertius untuk mencapai corpus

mammillare (Snell, 2007).

Stria terminalis muncul dari aspek posterior nucleus amygdala dan berjalan

sebagai sebuah berkas saraf di posterior atap cornu inferior ventriculus lateralis dan pada

sisi medial cauda nucleus caudatus. Stria ini mengikuti lengkungan nucleus caudatus dan

terletak pada dasar corpus ventriculus lateralis (Snell, 2007).

2.4 Hubungan Aferen Hippocampus

Hubungan aferen hippocampus (Snell, 2007) terbagi menjadi enam kelompok, yaitu:

1. Serabut yang berasal dari gyrus cinguli berjalan menuju hippocampus

2. Serabut yang berasal dari nuclei septalis berjalan ke posterior di dalam fornix

menuju hippocampus

3. Serabut yang muncul dari satu hippocampus menyilang garis tengah menuju

hippocampus sisi yang berlawanan di dalam commissura fornicis

4. Serabut dari indusium griseum berjalan ke posterior di dalam striae longitudinalis

ke hippocampus

5. Serabut dari area entorhinal atau korteks asosiasi olfaktorius berjalan menuju

hippocampus

6. Serabut yang berasal dari gyrus dentatus dan gyrus parahippocampalis berjalan

menuju hippocampus

Gambar 8. Proyeksi aferen dan eferen utama formasio hipokampalis (Duus, 2007)

9

Page 10: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

2.5 Hubungan Eferen Hippocampus

Akson sel piramidal hippocampus yang besar membentuk alveus dan fimbria.

Fimbria berlanjut sebagai crus fornicis. Kedua crura berkumpul membentuk corpus

fornicis. Corpus fornicis terbagi terpisah menjadi dua columna fornicis yang

melengkung ke bawah dan ke depan di depan foramina interventriculare. Menurut Snell

(2007), serabut-serabut di dalam fornix didistribusikan ke daerah-daerah berikut:

1. Serabut berjalan ke posterior menuju commissura anterior, memasuki corpus

mammilare, dan berakhir pada nucleus medialis

2. Serabut-serabut yang berjalan ke posterior menuju commissura anterior untuk

berakhir pada nucleus anterior thalami

3. Serabut-serabut berjalan ke posterior menuju commissura anterior untuk

memasuki tegmentum mesencephalon

4. Serabut-serabut berjalan ke anterior menuju commissura anterior dan berakhir

pada nuclei septalis, area preoptica lateralis, dan bagian anterior hipothalamus

5. Serabut-serabut yang bergabung dengan striae medularis thalami untuk mencapai

nuclei habenularis

Dengan mengetahui jaras-jaras anatomi di atas, menunjukkan bahwa struktur-

struktur yang menyusun sistem limbik tidak hanya saling berhubungan, tetapi juga

mengirimkan serabut-serabut proyeksi ke berbagai tempat lain di susunan saraf pusat

(Snell, 2007).

10

Page 11: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Gambar 9. Hubungan aferen dan eferen pada sistem limbik (Snell, 2007)

2.6 Sirkuit Umum Sistem Limbik

Sistem limbik (Duus, 2010) memiliki sirkuit yang secara garis besar dibagi

menjadi tiga(3), yaitu:

1. Jalur-jalur dalam lobus limbik dan stasiun nukleusnya secara langsung

termasuk formasi hipokampal, badan amigdaloid dan area septal.

2. Jalur-jalur yang menghubungkan kompleks ini dengan diensefalon termasuk

epithalamus (nukleus-nukleus habenular), thalamus (komplek nukleus

anterior, dorsomedial dan intralaminar) dan hipothalamus.

3. Jalur-jalur yang menghubungkan diensefalon dengan tegmentum otak tengah,

nukleus sentral superior (nukleus raphe batang otak) dan nukleus

interpedunkular.

11

Page 12: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Tabel 1. Jalur koneksi sistem limbik (Blumenfeld, 2010)

Karena hubungan serat yang ekstensif dari berbagai komponen, Papez pada tahun

1937 memberikan teori bahwa sirkuit yang dibentuk oleh berbagai unit dapat merupakan

substrat anatomik bagi mekanisme emosi dan ekspresinya untuk komponen afektif dari

dorongan ingstingtif (Noback,1991). Sekelompok sistem limbik, termasuk hipokampus,

berhubungan satu dengan lainnya pada sirkuit Papez, yang memiliki beberapa stasiun

relay neural yang tersusun dalam suatu sirkuit atau gelung (Loop).

12

Page 13: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Gambar 10. Sirkuit Papez (hipokampus-forniks-korpus mamilare-nukelus anterior

talami-girus cinguli- cingulum-hipokampus) (Duus, 2007)

Sirkuit papez berjalan sebagai berikut. Dari hipokampus (kornu Ammon), impuls

berjalan melalui lengkung forniks yang besar ke korpus mamilare, Nukleus ini kemudian

menjadi tempat berasalnya traktus mamilotalamikus, yang menghantarkan impuls ke

nucleus anterior talami. Nucleus anterior berproyeksi ke girus cinguli melalui radiasio

talamisingulata. Sirkuit Papez dari girus cinguli, impuls berjalan melalui cingulum

kembali ke hipokampus, dan melengkapi sirkuit (Duus, 2007). Secara diagram, sirkuit

papez (Adams and Victor, 2005) dapat digambarkan sebagai berikut:

13

Page 14: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

Bagan 1. Diagram koneksi pada sistem limbik (Adams and Victor, 2005)

14

Page 15: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

BAB III

RINGKASAN

Limbik merupakan bahasa Latin yang diartikan sebagai perbatasan. Sistem

limbik berperan dalam pengendalian emosi, perilaku dan dorongan.

Secara anatomi, struktur-struktur sistem limbik meliputi gyrus subcallosus, gyrus

cinguli, dan gyrus parahippocampalis, formatio hippocampi, nucleus amygdala, corpus

mammillare, dan nucleus anterior thalami. Sedangkan, alveus, fimbria, fornix, tractus

mammillothalamicus, dan stria terminalis membentuk jaras-jaras penghubung sistem ini.

(Snell, 2007)

Sistem limbik termasuk di dalamnya nuklei dan traktus yang berada diantara

cerebrum dan diencephalon, merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penentu

status emosional, berkaitan dengan kesadaran, fungsi intelektual, serta memfasilitasi

penyimpanan memori pada seseorang. Banyak dikatakan bahwa sistem limbik berperan

dalam keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sistem limbik mengendalikan

emosi, perilaku dan dorongan (Snell, 2007). Duus (2010) menyebutkan bahwa fungsi

yang berkaitan dengan sistem limbik meliputi perilaku, motivasi dan dorongan serta

pembelajaran dan memori. Oleh karena itu, sistem limbik memiliki struktur anatomi

yang kompleks sehingga fungsi yang dijalankannya pun sangatlah kompleks.

15

Page 16: Referat Neuroanatomi Sistem Limbik-dharma

DAFTAR PUSTAKA

Adams and Victor, 2005. Principle of Neurology. Eight edition. New York: McGraw-

Hill. Pgs. 442- 451

Boeree Goerge. 2009. The Emotional Nervous Sistem. (serial online). [cited 2014 Maret

5]. Available from: URL: http://webspace.ship.edu/cgboer/limbiksistem.html.

Duus, P. 2010. Diagnosis Topik Neurologi; Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. (Alifa

Dimanti, Pentj). Jakarta: EGC. Hal 276-290.

Mardjono M., Sidharta P. 1981. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Hal

242-246.

Netter F H. 2012. Netter’s Neurology. Philadelphia: Elsevier Saunders. Pgs. 36-39.

Ngoerah, IGNG. 1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga

University Press. Hal. 43-46.

Noback C. R., Demarest R. J. 1981. The Human Nervous Sistem: Basic Principles of

Neurobiology. 3rd edistion. New York: Mc Graw-Hill Inc. Pgs. 359-370.

Snell, R. 2007. Neuroanatomi Klinik Edisi 7. (Liliana Sugiharto, Pentj) Jakarta: EGC.

Hal 316-320.

Blumenfeld, H. 2010. Neuroanatomy Through Clinical cases. 2nd Edition.

Massachusetts: Sinauer Associates Inc. Pgs. 819-877.

Sukardi, E. 1984. Neuroanatomia Medica. Jakarta: UI Press. Hal 224-231

Wright A. 1997. Lymbic Sistem. (serial online). [cited 2014 Maret 5]. Available from:

URL: http://neuroscience.uth.tmc.edu/s4/ chapter05.html.

16