Upload
suzzanadira
View
215
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referensi
Citation preview
Tabel 1. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Biodiesel 2009-2013
http://informasi-kelapasawit.blogspot.com/
Ada dua keuntungan yang diperoleh dalam pemakaian biodiesel; pertama,
konsumsi CPO akan dapat meningkat melalui pertumbuhan penggunaan biodiesel.
Rata-rata konsumsi CPO di dalam negeri mencapai 7 juta ton per tahun.
Manfaat lain, kata Joko Supriyono, pemerintah dapat mengurangi impor
minyak mentah lewat peningkatan campuran biodiesel. Seiring dengan peningkatan
produksi CPO nasional tahun ini yang mencapai 28 juta ton, maka akan lebih tepat
apabila industri biodiesel menyerap minyak sawit dalam negeri. “Biodiesel menjadi
peluang terbaik untuk peningkatan konsumsi CPO di dalam negeri,” ujar Joko
Supriyono.
Harapan tadi sebenarnya tidak hanya dari kalangan pengusaha sawit melainkan
pemerintah pula. Sewaktu harga anjlok jelang tutup tahun 2012, Suswono selaku
Menteri Pertanian menawarkan solusi penyerapan suplai CPO nasional dari
pemakaian biodiesel di dalam negeri. Langkah yang diambil ini merupakan salah satu
klausul dalam kerjasama dengan Malaysia untuk menjaga suplai CPO di pasar
internasional.
UTILISASI RENDAH
Tingginya potensi biodiesel ini tidak sejalan dengan masalah yang dihadapi
produsennya. Hal ini dapat terlihat dari utilisasi industri biodiesel ini terbilang rendah
yang baru mencapai 34,5% atau 1,65 juta kiloliter dari total kapasitas terpasang 4,2
juta kiloliter Per 31 Desember 2012. Purnardi Djojosudirjo, memaparkan kebijakan
hilir sawit yang digulirkan pemerintah masih terbatas kepada minyak goreng saja,
sementara industri biodiesel kurang dioptimalkan. Dengan turunnya harga CPO ini
merupakan kesempatan untuk meningkatkan serapan biodiesel di dalam negeri.
Masalahnya, perusahaan biodiesel mengandalkan penjualan domestik ke sektor
transportasi, dalam hal ini Pertamina. Sementara, sektor industri dan pembangkit
listrik tidak seluruhnya menggunakan biodiesel. Sebagai contoh, penjualan biodiesel
ke industri pertambangan wilayah Sumatera maupun Kalimantan sulit dilakukan
karena produsen berada di Jawa. Kalaupun ingin mengembangkan pasar ke luar Jawa,
setidaknya perlu tanki penyimpanan biodiesel. Purnardi mengakui pembangunan
tanki bersifat jangka panjang untuk mempermudah kegiatan pengiriman biodiesel.
Immanuel Sutarto mengakui sektor transportasi menjadi pengguna terbesar dari
biodiesel hampir 92%, khususnya melalui jalur Pertamina. Dari total volume
penjualan 2012, kontribusi terbesar dari Pertamina mencapai 57.678 metrik ton dan
non Pertamina sebanyak 5.015 metrik ton.
Meski demikian, konsumsi biosolar yang merupakan campur biodiesel dan
BBM baru mencapai sekitar 12,3% atau 9,258 juta kiloliter, dari total konsumsi BBM
yang mencapai 75,07 juta kiloliter. Setidaknya data ini menunjukkan biodiesel sulit
belum menjadi perhatian serius dari pemerintah, meskipun roadmap pengembangan
BBN telah dibuat semenjak tujuh tahun lalu.
Inne Dwiastuti, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam
penelitiannya mengungkapkan sulitnya biodiesel berkembang akibat harga produk ini
masih bersifat substitusi dari Bahan Bakar Minyak, bukan bersifat independen. Ini
berarti, permintaan biofuel sangat bergantung dari harga bahan bakar nabati dan
bahan bakar minyak itu sendiri. Kalau BBM naik, maka konsumen beralih ke BBN
dan berlaku sebaliknya.
2.3. Keunggulan Biodiesel Dibanding Bahan Bakar Fosil
Biodiesel merupakan bahan bakar masa depan yang akan menggantikan peran
bahan bakar fosil yang semakin menipis ke depannya. Biodiesel diyakini lebih ramah
lingkungan dibandingkan conventional fossil-fuel. Biodiesel memberikan sedikit
polusi dibandingkan bahan bakar petroleum, selain itu biodiesel dapat digunakan
tanpa modifikasi ulang mesin diesel (Zhang et al., 2003).
Menurut Dedi, biodiesel memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya yaitu
pertama berasal dari minyak tanaman yang dapat diperbaharui. Luasnya lahan yang
masih dapat dimanfaatkan serta potensi pengembangan ekonomi masyarakat menjadi
salah satu dasar penting pengembangan biodiesel. Selain itu, hasil survei EPA
(environmental Protection Agency) Amerika Serikat menunjukkan bahwa pemakaian
biodiesel dapat mereduksi emisi CO hingga 40%. Di samping emisi partikulat hingga
47%, HC hingga 67% dan mengurangi potensi perusakan lapisan ozon hingga 50%
jika dibandingkan dengan pemakaian bahan bakar diesel biasa. Bahkan, bilangan
cetane biodiesel anatar 51-53 lebih tinggi dari solar (42-45) sehingga dapat
mengurangi detonasi atau knocking pada operasi mesin.
Sebenarnya, biodiesel hampir sama dengan solar. Berdasarkan beberapa
penelitian, konsumsi bahan bakar spesifik 30% ME hanya 2% lebih tinggi
dibandingkan dengan solar murni, nilai torsi dan daya tidak banyak yang berbeda.
(Dedi, FMIPA Kimia)