39
REFERAT REHABILITASI MEDIK PADA BRACHIALGIA Oleh : Aulia Agung Sanubari G99131022 Dwi Tiara Septiani G99131035 Riza Setya Agrenza G99131070 Henrikus Jeffery Lawandy G99131040 Luqma Prinata Widyantara G99131050 Katarina B Dinda SM G99131046 Pembimbing : Dr. Noer Rachma, dr.,Sp.KFR

Refrat Brachialgia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

12356rhtht6

Citation preview

REFERAT

REHABILITASI MEDIK

PADA BRACHIALGIA

Oleh :

Aulia Agung Sanubari G99131022

Dwi Tiara Septiani G99131035

Riza Setya Agrenza G99131070

Henrikus Jeffery Lawandy G99131040

Luqma Prinata Widyantara G99131050

Katarina B Dinda SM G99131046

Pembimbing :

Dr. Noer Rachma, dr.,Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan referat dengan

judul : “Rehabilitasi Medik pada Brachialgia”. Penulis menyadari bahwa

penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari bantua berbagai pihak, baik

berupa bimbingan dan nasihat, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Dr. Noer Rachma, dr.,Sp.KFR

2. Tri Lastiti W, dr, Sp.RM, Mkes 

3. Desy Kurnia Wati Tandiyo, dr., Sp.KFR

4. Yunita Fatmawati, dr., Sp.KFR

Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan

referat ini. Semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua.

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………….. 2

Daftar Isi………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….4

BAB II BRACHIALGIA

Definisi………………………………………………………………..5

Epidemiologi………………………………………………………….6

Etiologi………………………………………………………………..6

Anatomi……………………………………………………………….6

Patofisologi……………………………………………………………13

Gejala Klinis…………………………………………………………..14

Diagnosis……………………………………………………………...15

Penatalaksanaan……………………………………………………….16

BAB III PROGRAM FISIOTERAPI PADA BRACHIALGIA……………...18

BAB IV SIMPULAN…………………………………………………………25

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………26

3

BAB I

PENDAHULUAN

Brachialgia adalah istilah teknis untuk nyeri lengan. Hal ini digunakan

ketika rasa sakit itu dianggap karena adanya permasalahan dengan saraf, yang

paling sering terjadi yaitu akibat syaraf terkompresi atau terjepit di leher.

Brachialgia juga istilah yang digunakan dengan mengacu pada nyeri menjalar

sepanjang saraf pleksus brakialis.1

Kanal tulang belakang dan foramina intervertebralis adalah terowongan

tulang di tulang belakang. Sumsum tulang belakang dan saraf tulang belakang

berjalan melalui ini. Bila ukuran terowongan ini berkurang, ruang untuk saraf

tulang belakang dan sumsum tulang belakang akan menyempit. Akibatnya,

terjadinya tekanan pada struktur yang berada disana.2

Spasme otot-otot cervical juga dapat menyebabkan nyeri karena iskemi dari

otot tersebut menekan pembuluh darah sehinggga aliran darah akan melambat dan

juga terjadi penurunan mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan.

Sebuah survei epidemiologi menunjukkan kejadian tahunan brachialgia

adalah 83 per 100.000 orang melaporkan brachialgia terjadi diantara usia 13 dan

91 tahun, dan laki-laki dengan jumlah lebih dari perempuan. Dalam studi ini, 14,8

persen orang dengan brachialgia melaporkan dengan aktivitas fisik atau trauma,

dan hanya 21,9 persen memiliki tonjolan disk yang objektif yang menyertainya

pada pemeriksaan pencitraan. Spondylosis, disk protusion, atau keduanya

menyebabkan hampir 70 persen kasus.3

Brachialgia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain metabolik,

trauma, secondary symptoms, peradangan dan referred pain. Gambaran klinis

brachialgia biasanya berupa kekakuan pada leher dan menjalar ke bahu pada

daerah otot trapezius. Hal hal yang dikeluhkan pasien yang mengalami brachialgia

adalah nyeri leher, kaku leher (stifness), gejala radikuler dan paresthesia.2

4

BAB II

BRACHIALGIA

1. DEFINISI

Brachialgia adalah kompleks gejala ditandai dengan nyeri di dan sekitar

bahu menjalar ke lengan. Hal ini pada dasarnya adalah sebuah gangguan

sensorik, dan telah digambarkan dengan berbagai nama yang didasarkan pada

konsep etiologi yang disajikan oleh berbagai peneliti. Brachialgia berarti nyeri

pada lengan, dan tidak memiliki ke faktor penyebab.2

Brachialgia adalah istilah teknis untuk nyeri lengan. Hal ini digunakan

ketika rasa sakit itu dianggap karena adanya permasalahan dengan saraf, yang

paling sering terjadi yaitu akibat syaraf terkompresi atau terjepit di leher4.

Brachialgia juga istilah yang digunakan dengan mengacu pada nyeri menjalar

sepanjang saraf pleksus brakialis.3

Kanal tulang belakang dan foraminae intervertebralis adalah terowongan

tulang di tulang belakang. Sumsum tulang belakang dan saraf tulang belakang

berjalan melalui ini. Bila ukuran terowongan ini berkurang, ruang untuk saraf

tulang belakang dan sumsum tulang belakang akan menyempit. Akibatnya,

terjadinya tekanan pada struktur yang berada disana.4

Hal ini terjadi akibat iritasi pada saluran saraf sensorik di suatu tempat

diantara sel-sel sensorik kortikal dan daerah di mana rasa sakit yang dirasakan.

Dari poin dari iritasi saraf sensasi diproyeksikan perifer sebagai radiasi yaitu,

ditafsirkan oleh otak kita sebagai datang dari ujung distal dari saraf.4

Gejala kompresi tulang belakang termasuk rasa sakit di leher, tulang belikat atau

lengan. Mati rasa, kesemutan sensasi, dan kelemahan yang sering dikaitkan

dengan brachialgia.3

Gangguan yang dapat menyebabkan kompresi saraf dan brachilagia

termasuk stenosis tulang belakang, penyakit diskus degeneratif, penonjolan atau

prolaps diskus intervertebralis, Spurs tulang (osteofit), atau spondylosis

(osteoartritis tulang belakang). Umumnya dua atau lebih kondisi ini terlihat

bersama-sama.2

5

2. EPIDEMIOLOGI

Sebuah survei epidemiologi menunjukkan kejadian tahunan brachialgia

adalah 83 per 100.000 orang .1 Orang melaporkan brachialgia adalah antara 13

dan 91 tahun, dan laki-laki dengan jumlah lebih dari perempuan. Dalam studi ini,

14,8 persen orang dengan brachialgia melaporkan dengan aktivitas fisik atau

trauma, dan hanya 21,9 persen memiliki tonjolan disk yang objektif yang

menyertainya pada pemeriksaan pencitraan. Spondylosis, disk protusion, atau

keduanya menyebabkan hampir 70 persen kasus.3

3. ETIOLOGI

a. Metabolik : penderita DM, influenza, asam urat.5

b. Trauma : penekanan pada plexus brachialis, membawa beban

yang terlalu berat di bahu, memakai pakaian yang

sangat ketat.6

c. Secondary Symptoms: osteoarthritis, metastasis tumor ke kelenjar glandula di

axilla, spinal meninges.

d. Peradangan : peradangan pada persendian bahu, terjadinya fibrositis

dari otot ke saraf.

e. Referred pain : biasanya pada pasien-pasien yang mengalami kelainan

Jantung.7

4. ANATOMI

A. Os Vertebra

Tulang vertebra mempunyai suatu bentuk tertentu tapi bukanmerupakan

suatu tiang yang lurus melainkan membentuk suatu lengkungan yang cembung

kebelakang dan cembung kedepan pada bidang sagital. Yaitu kyposis thoracalis

dan sacralis serta lordosiscervicalis dan lumbalis. Selain itu juga ada scoliosis

yang melengkung kesamping dalam bidang frontal. Columna vertebralis

membentuk struktur dasar batang badan yang terdiri dari 32-33 ruas vertebra dan

terbagi menjadi : 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracalis, 5 vertebralumbalis

, 5 vertebra sacralis, 3-4 i.

6

Gambar: Tulang Vertebra; tampak ventral, dorsal dan lateral

(R. Putz & R Pabst: 2000)

Keterangan :

1. Vertebra Cervical 1-7

2. Vertebra Thoracic 1-12

3. Vertebra Lumbalis 1-5

4. Os sacrum

5. Os coccygeus

6. Atlas

7. Axis

8. Vertebra promineus

9. Foramen intervertebralis

10. Promontorium

Vertebra umumnya terdiri dari sebuah badan (corpus) dan

sebuahlengkungan (arcus). Lengkungan terdiri dari dua bagian yaitu lengkungan

radik dan procesus spinosus.8

B. Os Cervical

Cervical spine terdiri atas 7 vertebra dan 8 saraf cervical. Fungsiutama

leher adalah menghubungkan kepala dengan tubuh. Stabilitas kepala tergantung

7

pada 7 buah vertebra servikal.Hubungan antara vertebra cervical melalui suatu

susunan persendian yang cukup rumit. Gerakan leher dimungkinkan karena

adanya berbagai pensendian, facet joint yang ada di posterior memegang peranan

penting.

Persendian tersebut terdiri dari:

a. Atlanto occypitalis (C0 – C1)

Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk

inferiorarticular face atlas cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi

sehingga dikenal sebagai yes joint.

b. Atlanto axialis (C1 – C2)

Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk olehatlas

arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kanan-kiri, sehingga

dikenal sebagai no joint.

c. Intervertebral joint (C2 – C7)

Gerakan ke segala arah, dengan gerakan dominan

sepertiekstensi, fleksi, dan lateral fleksi.

Gambar: cervical vertebrae

8

C. Otot-otot Regio Cervical

Gambar:

Otot-otot Leher tampak lateral

(R. Putz & R Pabst: 2000)

Keterangan gambar :

1. m. Sternocleidomastoideus 5. m. Scaleneus Anterior

2. m. Semispinalis 6. m. Scaleneus Medius

3. m. Splenius Capitis 7. m. Scaleneus Posterior

4. m. Levator Scapulae 8. m. Trapezius

a. m. Rectus capitis posterior major

1) Origo di procesus spinosus axis

2) Insertionya di linea nuchealis inferior

3) Inervasinya dari n. suboccipotalis.

b. m. Rectus capitis posterior minor

1) Origo di tuberculum posterius dari arcus posterior (atlas)

2) Insertionya di linea nuchealis inferior I

3) nervasinya dari n. suboccipotalis.

9

c. m. Obliqus capitis superior

1) Origo di tuberculum posterius dari arcus tranversus (atlas)

2) Insertionya di linea nuchealis inferior

3) Inervasinya dari n. suboccipotalis.

d. m. Obliqus capitis inferior

1) Origo di procesus spinosus axis

2) Insertionya di procesus tranversus

3) Inervasinya di n. suboccipotalis.

e. m. Rectus capitis lateralis

1) Origo di procesus tranversus bagian depan

2) Insertio di procesus jugularis os accipitale

3) Inervasinya dari n. Cervicalis.

Kelima otot tersebut berfungsi menyelaraskan posisi dan kinematik

sendikepala.

f. m. Sternocleidomastoideus

1) Origo di caput longum dari permukaan ventral sternum, caput

breve dari 1/3 sternal clavicula.

2) Insertio di lingkar belakang procesus mastoideus dan ½ bagian

laterallinea nuchalis superior.

3) Inervasi dari n. accesorius pleksus cervicalis dan

fungsinyamenegakkan kepala, fleksi leher, rotasi leher ke sisi

berlawanan.

g. m. Scalenus anterior

1) Origo di tubercula anterior dari procesus tranversi VC 3-6.

2) Insertio di tuberculum musculi scaleni anterior costa I.

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis

danfungsinya thorax mengangkat 2 tulang rusuk sebelah cranial

(otot-ototinspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang

leher.

10

h. m. Scalenus medius

1) Origo di tubercula anterior dari procesus tranversi semua VC.

2) Insertio caput breve pada costa I, lateral dari m. Scalenus

anterior,belakang sulkus arteria subclavia

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis

danfungsinya thorax mengangkat 2 tukang rusuk sebelah cranial

(otot-ototinspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang

leher.

i. m. Scalenus anterior

1) Origo di tubercula posterior dari procesus tranversi semua VC 5-

6

2) Insertio bertendon pendek dan pipih pada tepi atas costa II dan III

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis

danfungsinya mengangkat 2 tukang rusuk sebelah cranial (otot-

ototinspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang leher.

j. m. longus capitis

1) Origo di tubercula anterior dari procesus tranversi semua C3-6

2) Insertio di permukaan luar pars basilaris ossis occipitalis

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis

danfungsinya flexi leher.

D. Persarafan

Delapan saraf servikal berasal dari medulla spinalis segmenservikal, 7

saraf servikal keluar dari medula spinalis di atas vertebrayang bersangkutan,

namun saraf servikal ke 8 keluar dari medullaspinalis di bawah VC7 dan di atas

VTh1 serta costae pertama. Saraf-sarafini memberikan layanan saraf sensorik

pada tubuh bagian atas dan ekstremitas superior berdasarkan pola dermatom.8

Sedangkan layananmotoris dan refleks dapat dilihat pada table di bawah

ini :

Tabel 1. Layanan innervasi motorik dan refleks dari akar saraf servikal

11

Saraf Innervasi motorik

VC 3-5 Diafragma

VC5 otot deltoid, biceps

VC6 ekstensor wrist, abduktor

danekstensor thumb

VC 5-6 biceps, brachioradialis

VC7 triceps, fleksor wrist, ekstensor

jari

VC 6-7 Triceps

VC8 fleksor jari

VTh1 otot-otot intrinsik tangan

Cervical spine dalam kehidupan sehari-hari bekerja sangat berat,tidak

terhitung jumlah gerakan yang harus dilakukan dalam proses menunjang fungsi

kepala. Fungsi kepala antara lain berbicara, melihat, membau, mendengar,

makan / minum dan menahan keseimbangan sewaktu tubuh bergerak. Setiap

gerakan dari bagian tubuh tertentu harus diimbangi gerakan servikal, maka tidak

mengherankan, nyeri servikalseringkali timbul.

E. Diskus Vertebra Cervical

Diskus intervetebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuksebuah

bantalan di antara dua tulang belakang. Material yang keras darifibrosa

digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola di bagian tengah diskus

dinamakan Nukleus Pulposus. Discus pada vertebrae cervical lebih kecil

disbanding dari toracal dan lumbal. Terdiri dari nucleus pulposus, annulus

fibrosus, dan 2 cartilaginous end plate. Lebih tertutup tulang bila dibandingkan

dengan vertebra yang lain.8

5. PATOFISIOLOGI

Saat mengalami degenerasi, diskus mulai menipis karena

kemampuannyamenyerap air berkurang sehingga terjadi penurunan kandungan air

12

dan matriks dalam diskus menurun. Degenerasi yang terjadi pada diskus

menyebabkan fungsi diskus sebagai shock absorber menghilang, yang kemudian

akan timbul osteofit yang menyebabkan penekanan pada radiks, medulla spinalis

dan ligamen yang pada akhirnya timbul nyeri dan menyebabkan penurunan

mobilitas/toleransi jaringan tehadap suatu regangan yang diterima menurun

sehingga tekanan selanjutnya akan diterima oleh facet joint. Degenerasi pada facet

joint akan diikuti oleh timbulnya penebalan subchondral yang kemudian terjadi

osteofit yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pada foramen

intervertebralis. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompresi/penekanan pada

isi foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi, sehingga timbul nyeri yang

pada akhirnya akan menyebabkan penurunan mobilitas/toleransi jaringan terhadap

suatu regangan yang diterima menurun.6

Pada uncinate joint yang memang sebagai sendi palsu yang

terusmengalami friksi dan iritasi secara terus-menerus akan timbul osteofit juga

yang kemudian akan menekan kanalis spinalis sehingga timbul nyeri dan

menurunkan mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan.7

Berkurangnya tinggi diskus akan diikuti dengan pengenduran ligamen

yang mengakibatkan fungsinya berkurang dan instabilitas. Akibatnya

nukleuspulposus dapat berpindah kearah posterior, sehingga menekan

ligamentumlongitudinal posterior, menimbulkan nyeri dan menurunkan

mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan.

Spasme otot-otot cervical juga dapat menyebabkan nyeri karena

iskemiadari otot tersebut menekan pembuluh darah sehinggga aliran darah akan

melambat dan juga terjadi penurunan mobilitas/toleransi jaringan terhadapsuatu

regangan. Dari kesemua faktor diatas akan menimbulkan penurunanlingkup gerak

sendi pada cervical.9

6. GEJALA KLINIS

Gambaran klinis brachialgia biasanya berupa kekakuan pada leher dan

menjalar ke bahu pada daerah otot trapezius. Terdapat perasaan kaku dan nyeri

pada gerakan.9

13

Tanda Dan Gejala:

a. Nyeri Leher

Gejala yang utama biasanya berupa nyeri pada bagian belakang leher

atau daerah sekitarnya (m. trapezius). Timbulnya nyeri terjadi secara

perlahan-lahan walaupun terkadang timbul mendadak. Rasa nyeri sendiri

biasanya bersifat kronik dan dihubungkan dengan adanya aktivitas yang berat

atau keadaan umum yang menurun. Terkadang rasa nyeri menjalar ke bahu

atau lengan atas dan juga bisa mengenai daerah cervical atas yang

menyebabkan nyeri occipital.5

b. Kaku Leher (Stifness)

Kaku leher dimulai pada pagi hari dan makin bertambah dengan

adanya aktivitas. Gerakan leher menjadi terbatas dan terkadang disertai

dengan krepitasi dan nyeri.

c. Gejala Radikuler

Tergantung pada radiks saraf yang terkena oleh spur atau iritasi oleh

synovitis dari facet sendiri dan biasanya bersifat unilateral. Pasien mengeluh

adanya paresthesia numbness dan jarang disertai nyeri. Paresthesia numbness

sendiri tergantung pada bagian vertebrae cervical mana yang mengalami

spondylosis, dan memiliki manifestasi yang berbeda-beda.7

d. Parestesia (Kesemutan)

Pada umumnya parestesia ditunjukan ada di dalam jari tangan. Disini

lokalisasi itu justru sangat penting, karena dari lokalisasinya dapat

disimpulkan pada tingkatan mana struktur saraf terangsang, pada tekanan

akar C6 menyebabkan rasa kesemutan sampai ibujari dan telunjuk.

7. DIAGNOSIS

Tidak ada kriteria khusus untuk mendiagnosis dari brachialgia. Pada

banyak kasus, brachialgia ditemukan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Gejala-gejala yang mungkin nampak pada inspeksi dan palpasi, misalnya9,10 :

14

1. Nyeri kaku pada leher

2. Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan

3. Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps

4. Berkurangnya reflex biceps

5. Dijumpai nyeri menjalar (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri

bahu” hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan

infrascapula atas.

Provokatif test yang dilaporkan berguna untuk diagnosis brachialgia yakni10,11 :

1. Tes Spurling

Tes ini dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala

dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada

puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah

ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala.

2. Tes Distraksi Kepala

Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh

kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila

kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes

kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.

3. Tindakan Valsava

Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak

ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya

tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini

sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian

cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah

pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila

timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Penyinaran

Tes diagnostik pertama yang sering dilakukan pada pasien dengan keluhan

nyeri leher adalah foto polos servikal. Foto polos servikal sangat penting

15

untuk mendeteksi adanya fraktur dan subluksasi pada pasien dengan

trauma leher. CT scan menyediakan informasi yang baik pada struktur

tulang, tetapi ada keterbatasan berkaitan dengan jaringan lunak. MRI

adalah pemeriksaan pilihan, menunjukkan perubahan morfologi yang

terjadi di diskus intervertebralis, saraf tulang belakang, akar saraf dan

jaringan lunak sekitarnya. Diagnosis tidak boleh hanya didasarkan pada

temuan radiologis, karena sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa

sekitar 30% dari pasien dengan temuan MRI tidak menunjukkan gejala.

Ketika klinis dan radiologis temuan cocok, maka akan lebih mudah untuk

membuat diagnosa yang tepat.12

2. Tes elektrofisiologi

Tes elektrofisiologi termasuk konduksi saraf dan elektromiografi (EMG).

Ini berguna ketika ada kecurigaan cacat saraf tetapi mereka tidak

memberikan informasi khusus mengenai nyeri.13

8. PENATALAKSANAAN

a. Pengobatan Konservatif

Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut.

Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang

banyak digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan

nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan

narkotik seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik

dapat diberikan pada mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi

tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang

diberikan lebih awal dapat mempercepat proses perbaikan.14

b. Operasi

Operasi direkomendasikan pada kasus di mana pada hasil penyinaran

didapatkan kompresi servikal dan terdapat klinis dari mielopati.14

c. Fisioterapi

16

Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri,

perbaikan atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau

keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut.15

BAB III

PROGRAM FISIOTERAPI PADA BRACHIALGIA

17

Fisioterapis memilih intervensi berdasarkan pada kompleksitas dan tingkat

keparahan dari problem. Fisioterapis memilih, mengaplikasikan atau

memodifikasi satu atau lebih prosedur intervensi berdasarkan pada tujuan akhir

dan hasil yang diharapkan yang telah dikembangkan terhadap pasien. Metode

tersebut meliputi:

1. TENS (Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation)13

a. Pengertian TENS

TENS merupakan alat stimulasi elektris maksudnya alat yang

mengubah arus listrik menjadi stimulasi untuk terapi. TENS

memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA

dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi

pengurangan rasa sakit.

b. Bentuk pulsa TENS :

1) Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectanguler, trianguler

dan gelombang separuh sinus searah.

2) Biphasic bentuk pulsa rectanguler biphasic simetris dan sinusoidal

biphasic simetris; pola polyphasic ada rangkaian gelombang sinus

dan bentuk interferensi atau campuran.

c. Penempatan Elektroda

d. Efek fisiologis

1) Mengurangi nyeri

2) TENS merangsang sel neuron sensory yang diameter besar untuk

masuk lebih dahulu ke gate (pintu masuk) di subtansia gelatinosa

dan menghambat sel nociceptive yang berdiameter kecil untuk

memberikan informasi ke otak, sehingga rangsang nyeri tidak

sampai ke otak dan

3) Meningkatkan aliran darah dan pertukaran cairan.

2. Ultrasound14,15

a. Gelombang Ultrasound

18

Bentuk gelombang ultrasound adalah longitudinal. Ultrasound terapi

merupakan suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik

gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz, yang

digunakan dalam fisioterapi adalah 0,5 MHz-5MHz dengan tujuan

untuk menimbulkan efek terapeutik.

b. Penyerapan dan Penetrasi Ultrasound

Jika gelombang ultrasound masuk ke dalam jaringan maka efek yang

diharapkan adalah efek fisiologis. Oleh karena adanya penyerapan

tersebut maka semakin dalam gelombang ultrasound masuk dan

intensitasnya semakin berkurang.

Tabel Nilai penetrasi ultrasound terhadap jaringan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyaknya energi ultrasound diserap

dalam jaringan tendon dan jaringan tulang rawan.

c. Indikasi Ultrasound

1) Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang sendi dan otot

2) Keadaan-keadaan post traumatik

3) Fraktur

4) Rheumathoid Arthritis pada stadium tidak aktif

19

5) Kelainan / penyakit pada sirkulasi darah

6) Penyakit-penyakit pada organ dalam

7) Kelainan / penyakit pada kulit

8) Luka bakar

9) Jaringan parut oleh karena operasi

10) Kontraktur

d. Kontra Indikasi Ultrasound

1) Di dekat uterus pada wanita hamil

2) Epiphysela plates

3) Testis

4) Post laminectomi

5) Hilangnya sensibilitas

6) Tumor

7) Diabetes Mellitus (DM)

8) Trombhoplebitys dan Varises

e. Efek Ultrasound

Efek Fisiologis

Efek fisiologis yang ditimbulkan oleh ultrasound antara lain:

1) Meningkatkan sirkulasi darah

Salah satu efek yang ditimbulkan oleh ultrasound adalah panas

sehingga tubuh memberikan reaksi terhadap panas tersebut yaitu

terjadinya vasodilatasi.16

2) Rileksasi Otot

Dengan adanya efek panas maka akan mengakibatkan vasodilatsi

pembuluh darah sehingga terjadi perbaikan sirkulasi darah yang

mengakibatkan rileksasi otot. Hal ini disebabkan oleh karena zat-

zat pengiritasi diangkut oleh darah, disamping itu efek vibrasi

ultrasound mempengaruhi serabut afferent secara langsung dan

mengakibatkan rileksasi otot.

3) Meningkatkan Permeabilitas Membran

20

Melalui mekanisme getaran gelombang ultrasound maka cairan

tubuh akan didorong ke membran sel yang menyebabkan

perubahan konsentrasi ion sehingga mempengaruhi nilai ambang

dari sel-sel.

4) Mempercepat proses penyembuhan jaringan

Dengan pemberian ultrasound akan menyebabkan terjadinya

vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan suplai bahan

makanan pada jaringan lunak dan juga terjadi peningkatan antibody

yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak.

5) Mengurangi Nyeri

Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain

dipengaruhi oleh efek panas juga berpengaruh langsung pada saraf.

Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas

rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan

analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh

efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade

aktivitas pada HPC melalui serabut saraf tersebut.

3. Neck Cailliet Exercise16

Neck Cailliet Exercise adalah salah satu terapi latihan isometrik kontraksi

dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi. Metoda

Neck Cailliet Exercise dapat digunakan untuk mengatasi spasme otot dan

untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot leher untuk

memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak

sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang benar dengan

terkoreksinya muscle imbalance.

Metode ini mula – mula intinya berupa latihan isometric untuk otot – otot

leher, namun dalam perkembangannya ditambah dengan latihan postur

untuk mengurangi lordosis leher dan forward head posture: latihan

stretching untuk otot – otot leher dan otot – otot bahu.

a. Isometric Contraction

21

Adalah kontraksi sekelompok otot untuk mengangkat atau mendorong

beban yang tidak bergerak dengan tanpa gerakan anggota tubuh, dan

panjang otot tidak berubah. Seperti mengangkat, mendorong, atau

menarik suatu benda yang tidak dapat digerakan (tembok, pohon,

dsb). Lamanya perlakuan kira-kira 10 detik, pengulangan 3 kali, dan

istirahat 20 - 30 detik.

b. Active Stretching

Active stretching adalah suatu metode penguluran/stretching yang

biasa dilakukan pada otot-otot

postural sebagai suatu latihan fleksibilitas yang dilakukan secara aktif

oleh klien/pasien. Active stretching meningkatkan fleksibilitas secara

aktif dan menguatkan otot agonis. Praktiknya pada saat melakukan

active stretching, otot antagonis (group otot pada sisi yang tidak di

stretch) dan otot agonis (otot yang akan di-stretch) keduanya

rileks.Secara perlahan dan lembut, gerakan tubuh meningkatkan

tekanan pada group otot yang akan di stretch. Tekanan pada otot

agonis saat peregangan secara aktif akan membuat otot mudah terulur,

dimana muscle spindle tidak terstimulasi optimal dan stimulasi

optimal terjadi pada golgi tendon, sehingga akan diperoleh suatu

penguluran yang berarti. Prinsip utama dari active stretching

membantu pasien bergerak lebih mudah dan lebih baik sehingga tidak

akan terjadi kerobekan pada otot jika stretching dilakukan dengan

perlahan dan lembut.

Dari latihan – latihan tersebut, diharapkan akan diperoleh :

a. Pengurangan nyeri leher dan pencegahan rekurensi

b. Postur leher yang benar

c. Fungsi leher yang adekuat

22

Gambar Neck and Shoulder Stretches

4. Program Untuk di Rumah

Program yang diberikan kepada pasien untuk dikerjaan di rumah. Program

yang diberikan harus sesuai dengan kondisi, kemampuan, kasus, dan mudah untuk

dilakukan. Program yang diberikan juga mencakup proper body mechanik agar

pasien tidak mengalami cidera yang makin parah.

Proper body mechanics (PBM) atau mekanisme tubuh yang tepat, adalah

cara bagaimana kita memposisikan tubuh dengan benar pada saat kita sedang

berbaring, duduk, ataupun berdiri, dan bagaimana kita menggerakkan tubuh

dengan tepat pada saat kita bekerja atau melakukan berbagai aktivitas kehidupan

sehari-hari, termasuk mengangkat dan membawa barang, mendorong atau

menarik suatu barang.16

23

PBM erat kaitannya dengan keadaan punggung kita baik pada keadaan

tidak bergerak (statik) maupun saat bergerak (dinamik). Punggung kita

berhubungan dengan bagian tubuh yang lain, yaitu kepala, leher, bahu, dada,

perut, dan panggul. Semua bagian tubuh tersebut membentuk postur tubuh. Awal

dari penerapan PBM adalah kesadaran untuk mempertahankan postur tubuh yang

baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Postur tubuh seseorang

dikatakan baik, apabila ia berdiri tegak akan:

a. Rileks, tanpa perlu mengeluarkan tenaga yang berlebihan

b. Tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa nyeri (terutama pada

punggung atau pinggang) dalam jangka waktu yang cukup lama

c. Memberikan estetis yang baik.

24

BAB IV

SIMPULAN

Brachialgia adalah kompleks gejala ditandai dengan nyeri di dan sekitar

bahu menjalar ke lengan. Hal ini pada dasarnya adalah sebuah gangguan

sensorik, dan telah digambarkan dengan berbagai nama yang didasarkan pada

konsep etiologi yang disajikan oleh berbagai peneliti. Brachialgia merupakan

istilah teknis untuk nyeri lengan. Hal ini digunakan ketika rasa sakit itu dianggap

karena adanya permasalahan dengan saraf, yang paling sering terjadi yaitu akibat

syaraf terkompresi atau terjepit di leher. Brachialgia juga istilah yang digunakan

dengan mengacu pada nyeri menjalar sepanjang saraf pleksus brakialis.5

Penatalaksanaan definitif pada brachialgia bergantung pada etiologinya

dan dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Program rehabilitasi medik

merupakan salah satu program penunjang yang tidak dapat dihiraukan untuk dapat

mencapai quality of life dari pasien. Program rahabilitasi medik yang diterapkan

pada penatalaksanaan brachialgia bertujuan untuk mengurangi hingga

menghilangkan rasa nyeri yang disebabkan oleh brachialgia dan lebih

mementingkan untuk mengajarkan kepada pasien tentang proper body

mechanism. Metode yang dapat dilakukan dalam merehabilitasi brachialgia,

antara lain dengan menggunakan TENS, ultrasound, dan neck caillit exercise.

Masing-masing dari metode-metode tersebut memiliki mekanisme yang berbeda.14

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Eubanks JD, Case Western Reserve University School of Medicine,

Cleveland, Ohio Am Fam Physician. 2010

2. Nachlas W. Brachialgia. A Manifestation Of Various Lesions. The journal

of bone and joint surgery. 2010

3. Barnes J. The causes od brachialgia. Section of balneology and

climatology. 1924

4. Brachialgia ( cervical radiculopathy) . www.precisionhealth.com. Diunduh

pada tanggal : 22 februari 2015

5. Cailliet, Rene. Neck and Arm Pain. Edisi ke-3. USA: F.A. Davis Co; 1991.

6. William I, Brachialgia: a manifestation of varius lession. The Journal of

Bone and Joint Surgery. USA : 1994

7. Carette S, Fehlings MG. Cervical radiculopathy. N Engl J Med

2005;353:392-9

8. Putz, R and Pabst, R. Atlas Anatomi Tubuh Manusia SOBOTTA. Jakarta:

EGC.Penerbit Buku Kedokteran; 2000.

9. Wainner MRS, Gill H. Diagnosis and nooperatif management of cervical

radiculopathy. Journal of Orthopaedic and Sport Physical Therapy

2000;30(12);728-744

10. Levine MJ, Albert TD, Smith MD. Cervical radiculopathy: diagnosis and

nooperatif management. American Academy of Orthopaedic Surgeons

1996; vol 4, 6

11. Rao RD, Currier BL, Albert TJ, Bono CM, Marawar SV, Poelstra KA, et

al. degenerative cervical spondylosis: clinical syndromes, pathogenesis,

and management. J Bone Joint Surg Am. 2007 Jun; 89(6): 1360-78.

12. John M, Caridi, Mathias Pumbeger, Alexander P. Hughes. Cervical

Radiculopathy: A Review. Hospital for Special Surgery Journal 2011; 7:

265-272.

26

13. Mikhled Maayah, Mohammed Al-Jarrah. Evaluation of Transcutaneus

Electrical Nerve Stimulation as a Treatment of Neck Pain due to

Musculosceletal Disorders. J Clin Med Res 2010; 2(3): 127-136.

14. Robert J. Rodine, Howard Vernon. Cervical radiculopathy: a systematic

review on treatment by spinal manipulation and measurement with the

Neck Disability Index. J Can Chiropr Assoc 2012; 56(1).

15. Robert S. Wainner, Howard Gill. Diagnosis and Nonoperative

Management of Cervical Radiculopathy. Journal of Orthopaedic and

Sports Physical Therapy 2000; 30(12): 728-744.

16. Reza Rajabi, Abolfaz Farahni, Parvin S, Shahrad Z. A Comparison of Two

Method of Strengthening Exercises with and Without Massage on

Alleviation of the Chronic Neck Pain. World Journal of Sport Sciences

2011; 5(3): 158-162.

27