Upload
lebao
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA EKOR
TIPIS DENGAN WAKTU PEMBERIAN
PAKAN YANG BERBEDA
GAYUH SYAIKHULLAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis dan
Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan Berbeda adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Gayuh Syaikhullah
NIM D14090049
ABSTRAK
GAYUH SYAIKHULLAH. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor
Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda. Dibimbing oleh SRI
RAHAYU dan BRAMADA WINIAR PUTRA.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan waktu pemberian pakan
terhadap respon fisologis dan tingkah laku pada domba ekor tipis (DET). Jumlah
domba yang diteliti sebanyak 12 ekor. Komposisi pakan yang diberikan adalah
70% konsentrat + 30% rumput. Perlakuan dalam penelitian ini adalah waktu
pemberian pakan pagi dan sore hari. Parameter respon fisiologis yang diamati
yaitu denyut jantung, laju respirasi, dan suhu rektal. Sedangkan tingkah laku yang
diamati adalah locomotive, ingestive dan resting. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan 2 waktu pemberian
pakan dan terdiri dari 6 ulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA. Data
tingkah laku dianalisis menggunakan student’s test. Hasil penelitian menunjukkan
respon fisiologis domba ekor tipis dalam kondisi normal. Tingkah laku locomotive
siang hari pada domba dengan pemberian pakan pagi hari lebih tinggi dibanding
domba dengan pemberian pakan sore hari. Tingkah laku ingestive domba dengan
pemberian pakan pagi hari dan domba dengan pemberian pakan sore hari berbeda
nyata pada waktu pengukuran pagi dan sore hari. Tingkah laku resting lebih
banyak terjadi di malam hari baik pada perlakuan pemberian pakan pagi dan sore
hari.
Kata kunci: domba ekor tipis, respon fisiologis, tingkah laku
ABSTRACT
GAYUH SYAIKHULLAH. Comparison of Physiological and Behavioral
Responses in Thin Tailed Sheep with Feeding In a Different Time. Supervised by
SRI RAHAYU and BRAMADA WINIAR PUTRA.
This study aimed to examine the relationship of feeding time on
physiological response and the effect of feeding time on behavior of Javanesse
thin tailed sheep. The composition of feed was 70% of concentrate + 30% of
grass. The treatment in this study is the feeding time in the morning and evening.
Parameters of physiological response that had been observed were heart rate,
respiration rate, rectal temperature. Whilethe observed behavior were locomotive,
ingestive and resting. This research was designed by completely randomized
design with 2 treatments of feeding time with 6 replications for each of it. Data
processed by ANOVA. The behavior data was analyzed by student’s test. The
result showed that physiological responses of Javanese Thin Tailed Sheep were
normal. Locomotive behavior of sheeps by feeding treatment in the morning was
higher in the daytime. Ingestive behavior of sheeps by feeding treatment in the
morning and afternoon completely reversed. Resting behavior was more
frequently in the night in both paramaters.
Key words: Javanese thin tailed sheep, physiological responses, behavior
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA EKOR
TIPIS DENGAN WAKTU PEMBERIAN
PAKAN YANG BERBEDA
GAYUH SYAIKHULLAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan
Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda
Nama : Gayuh Syaikhullah
NIM : D14090049
Disetujui oleh
Ir Sri Rahayu, MSi
Pembimbing I
Bramada Winiar Putra, SPt Msi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi: Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda
Nama : Gayuh Syaikhullah NIM : D14090049
Disetujui oleh
Ir Sri Rahayu, MSi Bramada Winiar Putra, SPt Msi Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah melihat hubungan respon fisiologis dan tingkah laku dengan
waktu pemberian pakan domba lokal Indonesia dengan judul Perbandingan
Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian
Pakan yang Berbeda.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi dan Bapak
Bramada Winiar Putra, SPt MSi selaku pembimbing skripsi. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Baihaqi yang banyak membantu
dalam penelitian saya, juga Bapak M Sriduresta, SPt MSi atas semua masukkan
yang telah diberikan untuk skripsi ini. Di samping itu penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada Ibu Tuti Suryati, SPt MSi selaku dosen pembimbing
akademik. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua,
Eyang Supahak, Eyang Jaenah, Eyang Putri, Bapak Eko Puji Waluyo dan Ibu
Sumining serta Izza Gemilang, beserta keluarga besar atas doa dan kasih
sayangnya. Tak lupa terimakasih kepada teman-teman Pakuwojo (Pasukan
Khusus Wong Jowo) yang telah memberikan support selama ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis serta seluruh keluarga
besar IPTP 46 atas semua dukungannya. Terima kasih banyak penulis ucapkan
untuk kawan Tim Penelitian (Listy, Monica, Ike, Syeh).Tak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada seluruh Personil Katchafire dan Kolohe Kai atas lagu-lagunya
yang memberikan semangat kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Gayuh Syaikhullah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Bahan 2 Alat 2 Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Keadaan Umum 4 Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis 5 Tingkah Laku Domba 8
SIMPULAN DAN SARAN 10 DAFTAR PUSTAKA 10 LAMPIRAN 11
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien bahan pakan 2 2 Rataan suhu dan kelembaban udara didalam dan diluar kandang 5 3 Rataan pertambahan bobot badan harian domba 5 4 Rataan denyut jantung domba 6 5 Rataan laju respirasi domba 7 6 Rataan laju suhu rektal domba 7 7 Tingkah laku locomotive domba 8 8 Tingkah laku ingestive domba 9 9 Tingkah laku resting domba 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian
pakan pada waktu pagi hari 11 2 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan
pada siang hari 12 3 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan
pada sore hari 12 4 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan
pada malam hari 12 5 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada pagi hari 12 6 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada siang hari 13
7 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada sore hari 13 8 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada malam hari 13 9 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada pagi hari 13 10 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada siang hari 14 11 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada sore hari 14 12 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada malam hari 14
13 Grafik tingkah laku locomotive pada awal pemeliharaan 14
14 Grafik tingkah laku locomotive pada tengah pemeliharaan 15
15 Grafik tingkah laku locomotive pada akhir pemeliharaan 15 16 Grafik tingkah laku ingestive pada awal pemeliharaan 15
17 Grafik tingkah laku ingestive pada tengah pemeliharaan 15 18 Grafik tingkah laku ingestive pada akhir pemeliharaan 15 19 Grafik tingkah laku resting pada awal pemeliharaan 15
20 Grafik tingkah laku resting pada tengah pemeliharaan 15 21 Grafik tingkah laku resting pada akhir pemeliharaan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dibudidayakan di
Indonesia untuk mencukupi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Populasi
domba di Indonesia ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Domba
merupakan ternak yang mudah dipelihara dan mempunyai siklus produksi yang
relatif pendek (Blakely dan Bade 1992). Ternak domba memiliki memiliki daya
adaptasi tinggi terhadap lingkungan, memiliki kemampuan mengkonversi bahan
pakan berkualitas rendah, menyukai hidup berkoloni, memiliki kemampuan
reproduksi tinggi (Sodiq dan Abidin 2002). Saat ini usaha penggemukan domba
semakin marak di Indonesia seiring dengan jumlah permintaan ternak domba
sebagai hewan kurban yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Kondisi dalam tubuh ternak pada dasarnya merupakan hasil dari
serangkaian proses fisiologis. Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi
kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan
manajemen (Awabien 2007). Respon fisiologis dapat berupa perubahan suhu
tubuh, laju respirasi dan laju denyut jantung.Domba dapat melakukan berbagai
tingkah laku untuk merespon rangsangan yang diberikan, baik rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh domba (Ma’ani 2011). Berbagai metode diterapkan
untuk meningkatkan produktivitas ternak domba. Pakan, lingkungan serta
manajemen pemberian pakan yang tidak tepat dapat mempengaruhi respon
fisiologis dan tingkah laku ternak sehingga dapat menurunkan produktivitas
domba. Oleh karena itu, manajemen pakan dan lingkungan sangat penting dalam
upaya peningkatan produktivitas ternak.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan waktu pemberian pakan
terhadap respon fisologis. Penelitian ini juga menguji pengaruh waktu pemberian
pakan terhadap tingkah laku pada domba ekor tipis (DET).
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup pemeliharaan domba ekor tipis
berumur I0 (kurang dari satu tahun) dengan pemberian pakan dalam waktu yang
berbeda untuk meningkatkan produktivitas domba. Penelitian ini ditekankan pada
kajian respon fisiologis dan tingkah laku karena diperkirakan waktu pemberian
pakan berpengaruh terhadap respon fisiologis dan tingkah laku.
2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak
Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari-Maret 2013.
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor tipis (DET)
yang berjumlah 12 ekor dan berumur kurang dari satu tahun (I0). Rataan bobot
awal 14.51±2.19 kg (KK=15.07%).
Pakan dan Minum
Pakan yang digunakan adalah konsentrat komersial dan rumput lapang yang
diperoleh dari padang rumput Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak
Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Rasio
konsentrat dan rumput adalah 70:30. Pakan diberikan sekali dalam sehari (pagi
hari atau sore hari). Adapun kandungan nutrisi bahan pakan selama pemeliharaan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan
Bahan Makanan BK Abu PK SK LK Beta-N Kandungan nutrien bahan pakan (%)
Rumput As fed 19.81 1.12 1.73 5.78 0.38 10.80
Lapang1) Kering 100.00 5.65 8.73 29.18 1.92 54.52
Konsentrat2) As fed 80.52 11.36 10.58 13.62 4.81 40.15
Kering 100.00 14.11 13.14 16.92 1.24 49.86
Sumber: 1) Hasil Analisis Laboratorium Pusat Antar Universitas (2013); 2) Ifafah (2012)
Pemberian air minum pada domba adalah dengan air bersih yang berasal
dari sumur yang terdapat di kandang B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Pemberian air minum dilakukan dengan cara dimasukkan ke dalam ember
kecil yang diletakkan di dalam kandang. Minum diberikan ad libitum.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu
berbentuk panggung, berdinding besi dengan lantai kayu berukuran 1.5 x 0.75 m
yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan
adalah timbangan duduk dengan kapasitas 5 kg untuk menimbang pakan dan sisa
pakan, timbangan gantung dengan kapasitas 40 kg untuk menimbang bobot badan
domba dan karung sebagai penggantung domba pada saat domba ditimbang.
3
Pengamatan respon fisiologis menggunakan alat berupa stetoskop untuk
mengukur denyut jantung,laju respirasi diukur dengan melihat hembusan nafas ,
dan termometer sebagai alat pengukur suhu rektal. Pengamatan tingkah laku
digunakan 6 set kamera webcam, laptop dan hardisk external. Selama
pemeliharaan dibutuhkan obat cacing, obat tetes mata dan alat sanitasi kandang.
Prosedur
Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi sanitasi kandang, persiapan
peralatan, obat-obatan dan pakan. Domba yang baru datang dicukur bulu,
dipotong kuku, dan dimandikan. Domba diberi perlakuan prelim selama 2 minggu
untuk adaptasi.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang meliputi pemeliharaan domba ini dilakukan selama 1 bulan.
Domba Ekor Tipis yang berjumlah 12 ekor ini dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan kelompok bobot badan dari yang terkecil sampai dengan yang
terbesar. Kelompok pertama dengan jumlah 6 ekor diberi pakan berupa konsentrat
70% dan rumput 30% dengan pemberian pakan pada jam 07.00 (W1). Kelompok
kedua dengan jumlah 6 ekor diberi pakan konsentrat 70% dan rumput lapang 30%
dengan pemberian pakan pada pukul 18.00 (W2). Pengukuran fisiologis berupa
pengukuran denyut jantung, laju respirasi, dan suhu rektal dilakukan pada pagi,
siang, sore dan malam hari yaitu sebanyak 6 kali pada awal, tengah, dan akhir
pemeliharaan. Suhu dan kelembaban kandang diukur setiap hari, yaitu pada pagi
hari pukul 07.00 WIB, siang hari pada pukul 13.00 WIB, serta sore hari pukul
18.00 WIB.
Pengamatan tingkah laku yang berupa tingkah locomotive, ingestive, dan
resting dilakukan dengan menggunakan bantuan kamera webcam, dan diamati
pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan. Pengamatan tingkah laku domba ekor
tipis dilakukan dengan mengihitung frekuensi tingkah laku selama 5 menit dan
dilakukan setiap 6 jam sekali selama 24 jam penuh.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
perlakuan waktu pemberian pakan yang berbeda yaitu pagi dan sore hari.
Perlakuan yang diberikan yaitu W1 dan W2 masing-masing perlakuan terdiri atas
6 ulangan. Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah
sebagai berikut :
Yij = μ + Kj +Pi + εij
Keterangan Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = Nilai tengah umum pengamatan waktu pemberian pakan
Kj = Pengaruh waktu pemberian pakan pada kelompok ke-j (j = 1,2)
Pi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
4
Data yang diperoleh dilakukan uji asumsi. Setelah memenuhi uji asumsi
data dianalisis secara statistik dangan Analysis of variance atau ANOVA. Data
diolah dengan software minitab 16.
Data tingkah laku yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan pengujian
hipotesis student’s test berekor dua (sampel ganda) untuk membandingkan antara
perlakuan pemberian pakan pagi hari dengan perlakuan pemberian pakan sore hari
terhadap tingkah laku yang diamati. Formulasi matematika menurut Steel and
Torrie (1991) adalah :
t =(Xa − Xb) − (μa − μb)
Sxa − xb
Keterangan :
t : Nilai t hitung yang akan dibandingkan dengan t tabel untuk menentukan
penerimaan hipotesis
(𝑋𝑎 − 𝑋𝑏) : Selisih rata-rata sampel a dan b
(𝜇𝑎 − 𝜇𝑏) : Selisih rata-rata populasi a dan b
𝑆𝑥𝑎 − 𝑥𝑏 : Nilai standar eror
Peubah yang Diamati
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah denyut jantung, laju
respirasi, suhu rektal dan tingkah laku locomotive, ingestive dan resting.
Pengukuran denyut jantung dengan menghitung banyaknya detak jantung domba
melalui stetoskop selama 1 menit pada bagian dada kiri yang dilakukan di pagi,
siang, sore dan malam hari. Laju respirasi pada domba diukur dengan cara
mendengar hembusan nafas domba melalui stetoskop pada bagian rongga dada
selama 1 menit yang dilakukan di pagi, siang, sore dan malam hari. Pengukuran
suhu rektal menggunakan thermometer digital dengan cara memasukkan
termometer ada anus domba selama 1-2 menit yang dilakukan pada pagi, siang,
sore dan malam hari.
Pengamatan tingkah laku menggunakan bantuan alat berupa kamera
webcam sebanyak 6 buah. Setiap kamera mengamati 2 ekor domba yang
dilakukan selama 10 menit pada pagi, siang, sore dan malam hari. Pengamatan
tingkah laku ini dilakukan secara duplo dalam satu minggu dan dilakukan pada
awal, tengah dan akhir pemeliharaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Kondisi Lapang
Selama penelitian berlangsung data suhu lingkungan dan kelembaban baik
didalam dan diluar kandang diukur. Suhu lingkungan dan kelmbaban merupakan
faktor penting yang memperngaruhi produktivitas ternak. Rataan suhu dan
kelembaban udara didalam dan diluar kandang tersaji pada Tabel 2.
5
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban udara didalam dan diluar kandang
Tempat Waktu Suhu(°C) Kelembaban (%)
Dalam Kandang Pagi 24.6±1.20 91.2±1.53
Siang 28.2±2.75 87.0±4.36
Sore 26.7±1.90 88.6±4.59
Luar Kandang Pagi 22.3±1.75 88.2±2.61
Siang 30.2±0.85 63.0±2.86
Sore 23.3±2.16 77.2±4.55
Suhu adalah ukuran untuk mengetahui intensitas panas, sedangkan jumlah
uap air diudara disebut kelembaban. Suhu optimal domba didaerah tropis adalah
24 °C. Menurut Silanikove (2000) suhu lingkungan 24 °C sesuai untuk tejadinya
tingkah laku yang nyaman pada domba. Menurut Yousef (1985) daerah
termoneutralzone untuk domba berkisar 23-31 °C dan kelembaban 75%. Suhu di
dalam kandang pada pagi, siang maupun sore hari masih dalam kondisi normal.
Kondisi Domba
Secara umum domba ekor tipis yang digunakan pada peneilitian ini dalam
kondisi yang sehat. Hasil pertambahan bobot badan harian domba dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Rataan pertambahan bobot badan harian domba
Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 PBBH Total
W1 47.14±13.49 -1.25±19.62 26.00±13.57 49.14±15.67 26.01±15.28
W2 48.57±11.46 -3.57±21.57 20.24±13.05 49.71±21.77 26.73±14.63 Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari.
Pertambahan bobot badan harian domba selama penelitian terjadi penurunan
pada minggu ke-2. Hal ini terjadi karena pada minggu tersebut hampir semua
domba terserang beberapa penyakit. Selama pemeliharaan penyakit yang sering
diderita ternak adalah sakit mata dan diare. Diare ditandai dengan berubahnya
tekstur feses yang lebih cair dan berbau menyengat. Domba yang sering menderita
diare terjadi pada perlakuan W1 (pemberian pakan pagi hari) karena kondisi
rumput yang diberikan masih basah akibat curah hujan di bulan tersebut tinggi.
Sakit mata ditandai dengan mata merah, berlendir dan kelopak mata susah dibuka.
Komposisi pakan konsentrat dalam jumlah yang banyak dimana tekstur konsentrat
yang kering dan berdebu masuk kemata domba.
Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis
Respon fisiologis adalah respon tubuh terhadap beberapa faktor, baik secara
fisik, kimia maupun lingkungan. Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi
kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan
6
menejemen (Awabien 2007). Respon fisiologis yang diamati pada penelitian ini
adalah denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal.
Denyut Jantung
Jantung merupakan organ berongga dengan otot yang mampu mendorong
darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung berkontraksi secara periodik untuk
menjamin kelangsungan sirkulasi darah. Jantung memiliki suatu mekanisme
khusus yang menjaga denyut jantung dan menjalankan potensi aksi keseluruhan
otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung yang berirama (Isnaeni 2006).
Hasil rataan denyut jantung selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan denyut jantung domba
Perlakuan Waktu Pengukuran (kali/menit)
Pagi Siang Sore Malam
W1 77.21±2.79a 80.65±3.49a 75.26±4.20b 82.60±3.05a
W2 76.50±3.78a 74.63±3.32b 82.60±4.13a 79.41±3.95a Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf
yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)
Kisaran denyut jantung domba normal yang dikemukakan Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) adalah antara 70-80 kali tiap menit. Hal ini menunjukkan
bahwa selama penelitian denyut jantung domba dalam kondisi normal.
Peningkatan laju denyut jantung yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu
lingkungan, gerakan dan aktivitas otot (Edey 1983). Kelly (1974) menyatakan
faktor-faktor fisiologis yang berpengaruh pada kecepatan denyut jantung adalah
spesies, ukuran tubuh, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, kehamilan, proses
kalahiran, laktasi, rangsangan, postur tubuh (perawakan), proses pencernaan,
ruminasi dan suhu lingkungan.
Hasil pengkuruan pagi hari, denyut jantung W1 dan W2 tidak berbeda nyata.
Namun pada siang hari tampak perbedaan denyut jantung W1 lebih tinggi
dibanding W2 disebabkan proses metabolisme tubuh W1 sedang berlangsung.
Sebaliknya pada waktu pengukuran sore hari W2 memiliki denyut jantung yang
lebih besar, hal ini disebabkan W2 sedang dalam proses pencernaan ditandai
dengan frekuensi tingkah laku ingestive yang tinggi. Isnaeni (2006) mengatakan
bahwa denyut jantung dapat meningkat hingga lebih dari dua kalinya pada saat
aktif melakukan kegiatan. Denyut jantung pada malam hari antara W1 dan W2
tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena aktivitasnya relatif sama.
Laju Respirasi
Respirasi merupakan proses pertukaran gas yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan O2 pada ternak. Laju respirasi ini terkait dengan termoregulasi dalam
tubuh domba. Sebagian panas dari dalam tubuh domba akan dikeluarkan melalui
respirasi. Panas dari tubuh domba sebesar 20% dikeluarkan melalui pernapasan
pada domba yang hidup pada suhu 12 oC (Marai et al. 2007).
Laju respirasi merupakan ukuran yang menunjukkan konsentrasi oksigen
dan karbondioksida dalam tubuh (Subronto 1985). Sistem respirasi memliki
fungsi utama untuk memasok oksigen kedalam tubuh serta membuang
7
karbondioksida dari dalam tubuh. Hasil rataan laju respirasi selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan laju respirasi domba
Perlakuan Waktu Pengukuran (kali/menit)
Pagi Siang Sore Malam
W1 32.06±2.69b 41.54±1.13a 50.56±5.13a 51.88±3.43a
W2 39.23±1.94a 45.17±3.99a 52.17±3.28a 47.38±2.63b Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf
yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)
Frekuensi pernapasan bervariasai tergantung dari besar badan, umur,
aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Bersamaan dengan
peningkatan suhu lingkungan, reaksi pertama ternak dalam menghadapi keadaan
adalah dengan panting (terengah-engah) dan sweting (berkeringat berlebihan)
(Smith dan Mangkoewidjojo 1987). Ali (1999) menjelaskan bahwa peningkatan
konsumsi energi nyata meningkatkan laju pernapasan. Peningkatan konsumsi
energi dan protein akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen, karena
terjadinya peningkatan metabolisme pada tubuh hewan. Peningkatan kebutuhan
oksigen harus di imbangi dengan peningkatan pernapasan sehingga proses-proses
tubuh berjalan normal.
Tabel 5 memaparkan bahwa pada waktu pengukuran pagi hari W1 memiliki
laju respirasi yang lebih rendahdari W2 karena domba W2 memiliki aktifitas atau
tingkah lakunya lebih banyak. Makin tinggi aktifitas maka makin banyak jumlah
oksigen yang diperlukan dengan konsekuensi terjadi peningkatan frekuensi
pernafasan (Soeharso 2010). Laju respirasi di setiap waktu pengukuran
mengalami peningkatan karena suhu lingkungan pagi hari semakin meningkat
pada siang dan sore hari.
Suhu Rektal
Suhu rektal merupakan suatu indikator yang baik untuk menggambarkan
suhu internal dalam tubuh ternak. Suhu permukaan kulit, suhu rektal dan suhu
tubuh meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Suhu rektal juga
menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba (Purwanto et al.
1994). Rataan suhu rektal domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rataan laju suhu rektal domba
Perlakuan Waktu Pengukuran (kali/menit)
Pagi Siang Sore Malam
W1 37.76±0.05b 38.32±0.11a 38.88±0.16a 38.90±0.16a
W2 38.45±0.22a 38.63±0.12a 38.71±0.11a 38.55±0.14b Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf
yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)
Suhu rektal domba di daerah tropis berada pada kisaran 38.2 – 40 oC (Smith
dan Mangkoewidjojo 1988). Hal ini menunjukkan bahwa suhu rektal domba
selama penelitian adalah normal. Suhu rektal W1 pada pagi hari lebih rendah dari
8
W2. Hal ini disebabkan karena aktifitas atau tingkah laku lokomosi W2 lebih
tinggi daripada W1. Baillie (1988), menjalaskan bahwa variasi suhu tubuh
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, konsumsi pakan, konsumsi minum,
lingkungan, dan aktifitas. Hasil pengukuran suhu rektal di setiap kelompok domba
tersebut masih dalam kisaran suhu rektal yag normal. Marai et al. (2007)
menyatakan bahwa domba merupakan ternak yang memiliki kemampuan baik
dalam proses homoiotermis. Suhu rektal domba yang normal antara 38.8-39.9 oC.
Tingkah Laku Domba
Tingkah laku hewan adalah cara dimana ternak bereaksi terhadap
lingkungan disekitarnya atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Tingkah laku
yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkah laku locomotive, ingestive dan
resting.
Tingkah Laku Locomotive
Locomotive merupakan tingkah laku ternak melakukan pergerakan, baik
berjalan-jalan maupun mondar-mandir. Berikut merupakan Tabel 7 tingkah laku
locomotive domba.
Tabel 7 Tingkah laku locomotive domba
Waktu Awal Pemeliharaan Tengah Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan
W1 W2 W1 W2 W1 W2
Pagi 2.83±0.75a 4.17±1.17b 3.50±0.55 4.17±1.17 3.00±1.55 3.83±1.94
Siang 4.50±0.55A 2.00±0.89B 4.00±0.89A 1.67±0.82B 4.33±2.25a 1.83±1.77b
Sore 1.83±0.98A 4.33±1.03B 1.83±0.75A 4.17±0.98B 1.50±1.05a 3.67±2.07b
Malam 1.17±0.98 1.50±0.55 1.50±0.55 1.67±0.52 1.00±0.89 1.50±0.84
Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf
yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)
Tingkah laku lokomosi dapat meliputi berjalan, berlari dan mengelilingi
kandang. Tingginya suatu aktivitas lokomosi berkaitan erat dengan sifat alami
hewan, seperti dalam kegiatan mencari makan atau pun melakukan aktivitas lain
(Wirdadeti dan Dahrudin 2011). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkah
laku locomotive domba W1 pada siang lebih tinggi dibanding dombaW2. Hal ini
dikarenakan domba W1 masih mempunyai banyak cukup energi untuk melakukan
tingkah laku locomotive. Tingkah laku lokomotive pada domba W2 menunjukkan
peningkatan pada sore hari seiring dengan frekuensi tingkah laku ingestive.
Tingkah Laku Ingestive
Tingkah laku makan (ingestive) merupakan tingkah laku mengkonsumsi
pakan baik padatan maupun cairan serta tingkah laku ruminasi yaitu proses
memamah kembali makanan yang dari lambung dan masih kasar kemudian
dikeluarkan lagi serta dikunyah dimulut dan ditelan kembali. Tingkah laku
ingestive dipengaruhi dengan ketersediaan pakan dalam kandang. Berikut ini
merupakan Tabel 8 tingkah laku ingestive domba.
9
Tabel 8 Tingkah laku Ingestive domba
Waktu Awal Pemeliharaan Tengah Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan
W1 W2 W1 W2 W1 W2
Pagi 5.00±0.89A 2.00±0.63B 5.33±0.52A 2.00±0.89B 4.17±2.23a 1.83±1.17b
Siang 3.33±0.82A 4.33±1.21B 3.33±0.82 4.00±0.89 2.83±1.72A 3.67±1.86B
Sore 1.17±0.75A 5.83±0.75B 2.00±0.63 4.83±0.98 1.33±1.21A 4.17±2.23B
Malam 0.33±0.52A 2.33±0.82B 1.00±0.63a 1.83±0.75b 1.00±0.89a 1.83±1.17b
Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf
yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa frekuensi tingkah laku ingestive
pada pagi hari W1 lebih tinggi dibanding W2 karena kondisi pakan W1 penuh
sehingga konsumsi meningkat serta rumen domba W1dalam kondisi kosong
(lapar). Hal ini berbanding terbalik dengan hasil pengamatan pada sore hari,
dimana frekuensi tingkah laku ingestiveW2 lebih tinggi. Frekuensi tingkah laku
ingestive pada malam hari menunjukkan bahwa domba W2 melakukan tingkah
laku tersebut lebih sering dibanding W1, hal ini dikarenakan persediaan makanan
untuk domba W2 masih tersedia dan untuk domba W1 sudah habis. Pengamatan
pada siang hari menunjukkan tingkah laku ingestive yang dilakukan kedua
kelompok domba berbeda, yaitu domba W1 melakukan ingestive makan dan
domba W2 lebih banyak minum. Domba W1 lebih banyak makan karena
persediaan pakan masih tersedia. Berbeda dengan domba W2 yang persediaan
pakan sudah habis, sehingga domba W2 lebih banyak minum seiring dengan
peningkatan suhu lingkungan.
Tingkah Laku Resting
Tingkah laku istirahat (resting) merupakan tingkah laku saat ternak tidak
melakukan apa-apa, bisa dilakukan dalam posisi berdiri atau berbaring. Berikut
merupakan Tabel tingkah laku resting domba.
Tabel 9 Tingkah laku Resting domba
Waktu Awal Pemeliharaan Tengah Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan
W1 W2 W1 W2 W1 W2
Pagi 0.33±0.52A 2.33±0.82B 1.17±0.75 2.00±0.89 1.00±0.89 2.17±1.17
Siang 3.00±0.63A 3.50±1.22B 3.50±0.84 3.83±1.17 2.33±1.37 2.83±2.04
Sore 4.33±1.03A 0.67±0.52B 4.67±0.82A 1.50±0.55B 3.17±1.94A 0.67±0.52B
Malam 5.67±0.52A 4.83±0.75B 5.50±0.55 4.83±0.98 4.17±2.04 3.83±2.04
Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%
rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf
yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)
Hasil pengamatan tingkah laku resting menunjukkan bahwa tingkat
frekuensi tertinggi terjadi pada malam hari. Fraser dan Broom (1990) bahwa
tingkah laku istirahat berfungsi untuk menghemat energi yang digunakan oleh
tubuh. Setianah et al. (2004) menyatakan bahwa tingkah laku istirahat biasanya
10
dilakukan dengan posisi bersimpuh, berdiri dan berbaring dengan meletakkan
kepala keatas tanah dengan mata terpejam atau terbuka. Tingkah laku resting ini
dapat menjadi indikator bahwa ternak tidak dalam kondisi stress, dimana saat
resting ternak tidak melakukan apa-apa baik dilakukan dengan cara berbaring
maupun berdiri.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Respon fisiologis domba ekor tipis yang diberi pakan dengan waktu
pemberian pakan yang berbeda menunjukkan bahwa denyut jantung, laju respirasi
dan suhu rektal masih dalam kondisi normal. Tingkah laku locomotivesetiap
kelompok domba berbeda pada tiap waktu pengukuran.Tingkah laku ingestive
pada domba dengan pemberian pakan pagi hari dan pemberian pakan sore
hariberbeda nyata pada pagi dan sore hari. Tingkah laku resting lebih banyak
terjadi pada malam hari dimana domba melakukan istirahat yang berfungsi untuk
menghemat energi yang digunakan oleh tubuh, baik pada perlakuan pemberian
pakan pagi hari dan sore hari.
Saran
Penelitian lanjutan perlu menggunakan alat atau teknologi yang lebih
canggih, supaya bisa menangkap tingkah laku yang lebih bervariasi. Penelitian
lanjutan juga perlu menambah durasi pengamatan tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA
Ali AIM. 1999. Respon fisiologis kambing jantan peranakan etawah pada tingkat
konsumsi energi dan protein yang berbeda.[skripsi].Bogor (ID): Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam
bentuk sabun kalsium. [skripsi].Bogor (ID): Fakultas Peternakan.Institut
Pertanian Bogor.
Baillie ND. 1988. A course manual in animal handling and management. IPB-
Australia Project. Bogor.
Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press
Edey TN. 1983. The Genetic pool of sheep and goats. In: Goat and Sheep
Production in The Tropics. ELBS. Longman Group Ltd, Essex.
Fraser AF, BroomDM. 1990. Farm Animal Behaviour and Welfare. London
(UK): Bailliiere Tindal publisher.
Ifafah, W. W. 2012. Hubungan kondisi fisiologis domba ekor gemuk jantan dan
palatabilitas limbah tauge sebagai ransum selama penggemukan [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
11
Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jakarta.
Kelly WR. 1974. Veterinary Clinical Diagnose. Baltimore (US). The Williams
and Wilkins Co. 21 – 38.
Ma’ani A. 2011. Tingkah laku domba garut akibat pencukuran serta produksi wol
pada status fisiologis yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Marai IFM, El-Darawany AA, Fadiel A, Abdel-Hafez MAM. 2007. Physiological
traits as affected by heat stress in sheep. Small Ruminant Research. 71: 1-12.
Martin PR, Bateson PPG. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide.
New York (US): Cambridge University Pr.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.
Purwanto BP, Harada M, Yamamoto S. 1994. Effect of environmental
temperature on heat production and It’s energy cost for thermoregulation in
dairy heifers. Asian- Aus. J. Anim. Sci.(7) (2) 179 – 182.
Setianah R, Jayadi S, Herman R. 2004. Tingkah laku makan kambing local
persilangan yang digembalakan di lahan gambut; studi kasus di
kalampangan, palangkaraya, kalimantan tengah. Media Peternakan. (27) (3)
111 – 122.
Silanikove N. 2000. Effects of heat stress on the welfare of extensively managed
domestic ruminants. Livest Prod Sci.(67) 1 – 18.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.
Sodiq A, Abidin Z. 2002. Penggemukan Domba. Cetakan Pertama. Jakarta (ID):
Agro Media Pustaka.
Soeharsono, H. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung (ID): WidyaPadjadjaran.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
Bambang S. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Jilid II. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
Univ Pr.
Wirdadeti, Dahrudin H. 2011. Perilaku harian simpai (Presbytis melalophos)
dalam kandang penangkaran. J. Vet. 12(1):136-141.
Yousef MK. 1985. Stress Physiology in LivestockBasic Principles. Boca Raton,
Florida (US): CRC Pr.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian
pakan pada waktu pagi hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 1.51 1.51 0.14 0.719
Galat 10 110.15 11.01
Total 11 111.65
12
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 77.2 A
W2 6 76.5 A
Lampiran 2 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian
pakan pada siang hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 108.50 108.50 9.35 0.012
Galat 10 116.02 11.60
Total 11 224.53
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 80.6 A
W2 6 74.6 B
Lampiran 3 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian
pakan pada sore hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 161.95 161.95 9.33 0.012
Galat 10 173.58 17.36
Total 11 335.52
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 75.3 B
W2 6 82.6 A
Lampiran 4 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian
pakan pada malam hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 30.61 30.61 2.46 0.148
Galat 10 124.52 12.45
Total 11 155.13
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 82.6 A
W2 6 79.4 A
Lampiran 5 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada pagi hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 154.08 154.08 28.06 0.000
Galat 10 54.91 5.49
Total 11 208.99
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 32.1 B
W2 6 39.2 A
13
Lampiran 6 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada siang hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 39.422 39.422 4.58 0.058
Galat 10 86.135 8.614
Total 11 125.557
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 41.5 A
W2 6 45.2 A
Lampiran 7 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada sore hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 7.72 7.72 0.42 0.533
Galat 10 185.54 18.55
Total 11 193.26
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 52.2 A
W2 6 50.6 A
Lampiran 8 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan
pada malam hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 60.750 60.750 6.50 0.029
Galat 10 93.438 9.344
Total 11 154.188
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 51.9 A
W2 6 47.4 B
Lampiran 9 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada pagi hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 1.4180 1.4180 56.38 0.000
Galat 10 0.2515 0.0252
Total 11 1.6695
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 37.8 B
W2 6 38.4 A
14
Lampiran 10 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada siang hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 0.28393 0.28393 22.76 0.001
Galat 10 0.12477 0.01248
Total 11 0.40870
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 38.3 B
W2 6 38.6 A
Lampiran 11 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada sore hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 0.07990 0.7990 4.44 0.061
Galat 10 0.18008 0.01801
Total 11 0.25998
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 38.9 A
W2 6 38.7 A
Lampiran 12 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan
pada malam hari
Sumber Keragaman Db JK KT F P
Perlakuan 1 0.37926 0.37926 17.15 0.002
Galat 10 0.22110 0.02211
Total 11 0.60036
Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan
W1 6 38.9 A
W2 6 38.5 B
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
Lampiran 13 Grafik tingkah laku locomotive pada awal pemeliharaan
15
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
Lampiran 14 Grafik tingkah laku locomotive pada tengah pemeliharaan
Lampiran 15 Grafik tingkah laku locomotive pada akhir pemeliharaan
Lampiran 16 Grafik tingkah laku ingestive pada awal pemeliharaan
16
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W1
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
Lampiran 17 Grafik tingkah laku ingestive pada tengah pemeliharaan
Lampiran 18 Grafik tingkah laku ingestive pada akhir pemeliharaan
Lampiran 19 Grafik tingkah laku resting pada awal pemeliharaan
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 4 Juli 1991 dari pasangan Bapak
Eko Puji Waluyo dan Ibu Sumining. Penulis merupakan anak pertama dari 3
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 2 Lumajang dan pada tahun
yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi
penanggung jawab mata kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak. Selain itu penulis
juga pernah lolos dalam PKM Penelitian sebanyak 2 kali yang didanai dikti pada
tahun 2012. Penulis pernah lolos dalam program Career Development and Alumni
Affairs (CDA) Institut Pertanian Bogor sebagai ajang pembinaan mahasiswa di
bidang entrepreneurship pada tahun 2012. Penulis juga aktif sebagai Ketua di
himpunan mahasiswa Pakuwojo ( Pasukan Khusus Wong Jowo) yakni himpunan
yang menaungi anak-anak dari daerah jawa yang menempuh ilmu di Institut
Pertanian Bogor.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00
W1
W2
Lampiran 20 Grafik tingkah laku resting pada tengah pemeliharaan
Lampiran 21 Grafik tingkah laku resting pada akhir pemeliharaan