Upload
hafizh
View
251
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Misbah
Usia : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Trucuk-Bojonegoro
II. ANAMNESA
Keluhan utama : Kedua mata kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli dengan keluhan kedua mata kabur sejak 5 tahun yang
lalu, pengelihatan dirasakan perlahan-lahan semakin kabur. Pengelihatan kabur
tidak disertai mata merah, berair dan mengganjal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat HT dan DM.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik ( Compos mentis )
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Heart rate : 70x /min
- Respiration rate : 18x/ min
- Suhu : 36,5oC
STATUS LOKALIS
1
OD OS
Visus : 6/ 20 6/12
Palpebra : Oedem ( - ) Oedem ( - )
Hiperemi ( - ) Hiperemi ( - )
Konjungtiva : CVI ( - ) CVI ( - )
PCVI ( - ) PCVI ( - )
Pterygium ( - ) Pterygium ( - )
Kornea : Jernih ( + ) Jernih ( + )
Infiltrat ( - ) Infiltrat ( - )
Bilik Mata Depan : Dalam ( + ) Dalam ( + )
Hifema ( - ) Hifema ( - )
Hipopion ( - ) Hipopion ( - )
Iris : Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Radang ( - ) Radang ( - )
Iris shadow ( - ) Iris shadow ( - )
Pupil : Reflek cahaya ( + ) Reflek cahaya (+)
Lensa : Keruh ( + ) Keruh (+)
IV. PROBLEM LIST
- Kedua mata kabur
- VOD 6/20
- VOS 6/12
2
- Leukokoria +/+
- Lensa keruh +/+
V. ASSESMENT
ODS KATARAK IMATUR
VI. PLANNING
- Pemeriksaan laboratorium
- Menunggu keadaan umum, keluhan penyerta, dan tanda-tanda vital seperti
tekanan darah terkoreksi dan stabil
- Biometri
- Pembedahan berupa ECCE untuk mata kanan + IOL
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut.
II.2 ANATOMI LENSA
Lensa memiliki struktur bikonveks, avaskuler, dan hampir transparan
sempurna. Memiliki tebal sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm. Lensa terdiri atas
kapsul, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa merupakan membran semipermeabel, yang
menyebabkan air dan elektrolit bisa masuk. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring bertambahnya usia, lensa menjadi semakin besar dan kurang
elastis karena serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi. Sekitar 65% lensa terdiri
atas air dan 35% berupa protein dan sedikit mineral. Lensa memiliki kandungan
kalium yang lebih tinggi dibandingkan jaringan lain. Lensa tidak memiliki serat nyeri,
pembuluh darah, atau saraf.
4
II.3 PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui hingga sekarang. Terjadi erubahan kimia pada
protein lensa dan agrergasi protein dengan berat molekul tinggi. Agregasi ini
mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi lensa, pemendaran cahaya, dan mengurangi
kejernihan lensa. Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi
progresif menjadi kuning atau kecoklatan, dengan bertambahnya usia, juga terjadi
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan
kalsium serta peningkatan hidrasi lensa.
Faktor yang berperan pada pembentukan katarak antara lain proses oksidasi
dari radikal bebas, paparan sinar ultraviolet dan malnutrisi.
II.4 KLASIFIKASI
Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak senil dibagi 4 stadia :
1. Katarak insipien.
Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer korteks berupa garis-garis
yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah roda. Biasanya pada
stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam penglihatan dan masih bisa
dikoreksi mencapai 6/6.
2. Katarak imatur atau katarak intumesen
Kekeruhan lensa terutama di bagian posterior nukleus dan belum mengenai
seluruh lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan,
akan mendorong iris ke depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi
dangkal dan bisa menimbulkan glaukoma sekunder.
Lensa yang menjadi lebih cembung akan meningkatkan daya bias, sehingga
kelainan refraksi menjadi lebih miop.
3. Katarak matur
5
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan.
Tajam penglihatan menurun tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nukleus
tenggelam ke bawah ( KATARAK MORGAGNI ), atau lensa akan terus
kehilangan cairan dan keriput ( SHRUNKEN CATARACT ). Operasi pada
stadium ini kurang menguntungkan karena menimbulkan penyulit.
II.5 GEJALA KLINIS
Subyektif :
- Tajam penglihatan menurun, makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan
makin mundur. Demikian pula jika kekeruhan terletak di sentral dari lensa,
penderita merasa lebih kabur dibandingkan kekeruhan di perifer.
- Penderita merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata seperti biasanya
karena miopisasi.
- Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh silau dan
penurunan penglihatan pada keadaan terang.
Obyektif :
- Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur
- Tes iris shadow ( bayangan iris pada lensa ) : positif pada katarak imatur dan
negatif pada katarak matur.
- Refleks fundus yang berwarna jingga akan menjadi gelap ( refleks fundus
negatif ) pada katarak matur.
II.6 DIAGNOSIS / CARA PEMERIKSAAN
- Optotip snellen : untuk mengetahui visus penderita. Pada stadium insipiens dan
imatur bisa dicoba koreksi dengan lensa kacamata yang terbaik.
- Lampu senter : refleks pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal. Tampak
kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna putih keabu-abuan 6
yang harus dibedakan dengan refleks senil. Diperiksa proyeksi iluminasi untuk
mengetahui fungsi retina secara garis besar.
- Oftalmoskopi : untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada stadium
insipiens dan imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar belakang
jingga sedangkan pada stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa
latar belakang jingga atau refleks fundus negatif.
- Slitlamp biomikroskopi : dengan alat ini ddapat dievaluasi luas, tebal dan lokasi
kekeruhan lensa.
II.7 DIAGNOSA BANDING
1. Refleks Senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil
keabu-abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan refleks fundus positif.
2. Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata
( misal uveitis anterior ) atau penyakit sistemik ( misal Diabetes Melitus ).
3. Katarak karena penyebab lain : misal obat-obatan ( kortikosteroid ), radiasi,
rudapaksa mata dan lain-lain.
4. Kekeruhan badan kaca.
5. Ablasi retina.
II.8 PENYULIT
1. Glaukoma sekunder : terjadi pada katarak intumesen, karena pencembungan
lensa.
2. Uveitis fakotoksis atau glaukoma fakolitik : terjadi pada stadium hipermatur
sebagai akibat massa lensa yang keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
II.9 PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan sampai saat ini belum ada
2. Pembedahan : dilakukan apabila kemunduran tajam penglihatan penderita
telah mengganggu pekerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata.
3. Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara :
7
a. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE ) : massa lensa dan kapsul
dikeluarkan seluruhnya.
b. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE ) : massa lensa dikeluarkan
dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior.
c. Fakoemulsifikasi : inti lensa dihancurkan didalam kapsulndan sisa massa
lensa dibersihkan dengan irigasi dan aspirasi.
d. Small Incision Cataract Surgery ( SICS )
4. Koreksi afakia ( mata tanpa lensa )
a. Implantasi intra okuler : lensa intra okuler ditanam setelah lensa mata
diangkat. Kontra indikasi pemasangan lensa intraokuler adalah uveitis
berulang, retinopati diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma
neovaskuler.
b. Kacamata
Kekurangannya adalah distorsi yang cukup besar dan lapang pandangan
terbatas. Kekuatan lensa yang diberikan sekitar +10 D bila sebelumnya
emetrop.
c. Lensa kontak : diberikan pada afakia monokuler di mana penderita
kooperatif, terampil dan kebersihan terjamin.
Kacamata dan lensa kontak diberikan apabila pemasangan lensa intra
okuler tidak dapat dipasang dengan baik atau merupakan kontra indikasi.
8
9