Upload
petrus-luyet
View
249
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis vegetasi
Citation preview
LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN
PERCOBAAN 5
ANALISA VEGETASI “ MINIMAL AREA
( MINIMAL SAMPLING AREA)/ KURVA SPECIES”
Disusun Oleh
Nama : Ressi Domitila
Nim : F1071131004
Kelompok : V ( LIMA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di
ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik
pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan daru suatu tumbuhan
yang hidup disuatu habitat tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh
spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi
sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaranvegetasi secara umum.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan "komponen jenis
dan bentuk ataupun struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan.suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu yang kita kenal dengan komponen biotik dan abiotik.
s t r uk tu r dan kompos i s i vege t a s i pada sua tu w i l ayah d ipenga ru i
o l eh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi
yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai antara faktor lingkungan biotik dan abiotic.
Ada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas
tertentu,dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan.yang disebut luas minimum area. Fungsi dari minimum area ini
dianalisis untuk melihat luas minimum yang mewakili suatu komunitas.
Dengan melihat minimal area, kita dapat melihat keanekaragaman dari suatu
area. semakin banyak spesies pada minimal area tersebut, maka tingkat
keanekaragaman semakin tinggi. semakin tinggi tingkat
keanekaragamannya maka semakin kompleks pula suatu ekosistem. Dan
juga kita dapat melihat spesies mana yang dominan yang paling banyak
dan spesies mana yang minoritas pada suatu daerah tersebut. Sehingga kita
dapat menentukan pola dari suatu ekosistem, potensi suatu ekosistem.
Dengan mengetahui spesies apa saja yang dapat tumbuh pada suatu
lingkungan,maka dapat pula diprediksi jenis tanah, kandungan hara di
dalam tanah, dan besarnyadaya dukung lingkungan pada suatu ekosistem.
Karena tumbuhan hijau berperan sebagai produsen pada ekosistem, maka
tumbuhan yang ada pada area tersebut juga turut mempengruhi hewan apa saja
yang hidup diarea dan terjadi kelangsungan dan kestabilan vegetasi
B. Masalah
Dalam suatu percobaan tentu saja terdapat permasalahan, dalam percobaan ini
adapun permasalahanya yaitu Jenis tumbuhan apa saja yang ada pada petak
minimal area yang didapat? Tumbuhan apa yang mendominasi dan tumbuhan apa
yang jumlah nya sedikit? Mengapa demikian? Apakah ada factor lingkungannya
yang menyebabkannya? Apa alasan digunakannya metode petak minimal area?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengrtahui ukuran plot yang
refresntatif dari suatau areal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tumbuhan berbagai jenis hidup decara alami di suatu tempat membentuk
suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat kerukunan untuk hidup bersama,
toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga
dalam kumpulan ini terbentuk sutu derajat keterpaduan (Resosoedarmo, 1990).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang
mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini disebut biotop.
Biotop ini juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alnag-
alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Santoso, 1994).
Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-macam,
pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :
1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya
terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana
populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari
organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ tertentu yang
menunjang untuk terjadinya pengelompokan trmbuhan.
2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.
Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara
individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya
persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat
di alam, terutama untuk hewan(Surasana, 1990).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting
dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan
(Greig-Smith, 1983). Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu :
1. Posisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan cara mempelajari susunan atau
komposisi spesies dan bentuk atau struktur masyarakat tumbuhan (vegetasi).Dalam
ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari adalah suatu komunitastumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yangmenempati habitat.
Analisis komunitas bertujuan untuk mengetahui komposisispesies dan struktur
komunitas yang ada di suatu wilayah yang dipelajari danhasilnya disajikan secara
deskripsi (Rahardjanto, 2001).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling banyak diterapkan adalah
cara sampling dengan kuadrat atau plot. Untuk plot ditentukan berdasarkan minimal
area (ukuran plot minimal) lokasi yang akan dianalisis.
Pada metoda sample diambil menggunakan plot dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Bentuk plot bervariasi seperti bujur sangkar, empat persegi panjang,
lingkaran, dll. Umumnya bentuk plot yang dipakai adalah bentuk bujur sangkar
karena hal ini dilakukan lebih mudah ketika harus dibuat plot dua kali lipat dari
ukuran semula. Ukuran plot ini harus sesuai dengan minimum area lokasi yang akan
dianalisis.
Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survei pendahuluan.
Menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara membuat kurva minimal
area terlebih dahulu. Untuk bentuk plot persegi, dimulai dengan membuat plot persegi
pada suatu tegakan dengan luas terkecil. Selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang
ada dalam kuadrat tersebut. Kemudian kuadrat diperluas duakali semula, catat
pertambahan jenis. Penambahan luas kuadrat dua kali semula dilakukan sampai tidak
ada penambahan jenis (Santoso, 1994)
Area minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah
minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang
sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran
individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu: Penyebaran acak,
Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah
penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan
letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan
yaitu: Penyebaran percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara
sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).
Minimal area merupakan luas atau ukuran minimal plot yang representatif
untuk suatu areal. Minima area ini dapat ditentukan dengan sistem nested plot yang
dilanjutkan dengan membuat kurva minimal area.
Minimal Area adalah suatu metode dalam penelitian ekologi tumbuhan
dengan menggunakan plot- plot dengan ukuran relative untuk mengambil sampel-
sampel yang ada. Metode ini merupakan metode yang objektif bila digunakan pada
daerah-daerah yang mempunyai vegetasi homogeni seperti padang rumput, hutan dan
lain-lain.
Dengan metode ini kita dapat mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif dari
jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Biasanya plot ini
menggunakan ukuran kecil lalu diluaskan dua kali lipat dan seterusnya digandakan
dua kali lipat lagi. Plot tunggal biasanya digunakan untuk daerah yang tidak terlalu
luas.
Plot tunggal biasa disebut dengan minimal area yang didalamnya mempelajari
spesies apa saja yang ada dan kepentigannya didalam komunitas seperti penyebaran
atau frekuensinya , kelimpahan dan kerimbunannya. Untuk memahami luas dan
metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus
disesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati.
(Anwar,1995).
Ukuran minimum dari suatu petak plot dicari dengan menghitung
pertambahan jumlah dari spesies tumbuhan bersamaaan dengan penggandaan luas
area. Dengan cara, mendata jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam petak. Kemudian,
ukuran petak dilipatgandakan menjadi dua kali dari ukuran sebelumnya.
Ada tiga cara untuk mendapatkan tanaman pada plot : secara acak atau
sembarang, cara sistematik untuk memudahkan dalam pembuatan plot pada vegetasi
yang homogen dan cara stratified bila vegetasi kurang homogen dapat dilakukan
penempatan secara bertingkat.
Ukuran minimum dari suatu plot tunggal tergantung kepada kerapatan dan
banyaknya jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam plot tersebut. Ukuran minimum
ini digunakan pada kurva spesies area. Kurva spesies area merupakan langkah awal
yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan plot atau
kuadrat. Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan sampling area yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang
sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah
adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan
faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim,
persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck)
yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat
dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih
besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.Daerah yang luas dapat menampung
lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara
kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari
daerah lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar
(Harun, 1993).
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari tingkat semak petak
pengamatan 2 memiliki jumlah spesies terkecil, yaitu sebanyak 25 spesies.
Sedangkan jumlah spesies terbesar terdapat pada petak pengamatan 1, sebanyak 118
spesies.Pada tingkat pancang, jumlah spesies terkecil ditempati oleh petak
pengamatan 2, yaitu sebanyak 10 spesies dan jumlah spesies terbanyak terdapat pada
pada petak pengamatan 1, yaitu sebanyak 24 spesies.Pada tingkat tiang, jumlah
spesies terkecil ditempati oleh petak pengamatan 1 dan 2, yaitu sebanyak 0 spesies
dan jumlah spesies terbanyak terdapat pada pada petak pengamatan 3, yaitu sebanyak
6 spesies.Pada tingkat pohon, jumlah spesies terkecil ditempati oleh petak
pengamatan 2, yaitu sebanyak 13 spesies dan jumlah spesies terbanyak terdapat pada
pada petak pengamatan 3, yaitu sebanyak 38 spesies.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kawasan hutan lindung Gunung Prau
pada seluruh petak pengamatan seluas kira-kira 3,6 hektar ditemukan sebanyak 118
jenis tumbuhan yang seluruhnya tergolong ke dalam 34 suku. Untuk tingkat semai
ditemukan sebanyak 47 jenis, untuk tingkat pancang sebanyak 61 jenis, untuk tingkat
tiang sebanyak 53 jenis dan tingkat pohon sebanyak 50 jenis. Vegetasi tingkat semai
didominasi oleh jenis Mranak Quercus sundaica BI (INP = 43, 74 %), vegetasi
tingkat pancang dan tiang didominasi oleh jenis Acemena acuminatissima M. et. P
(INP = 42,98 % untuk pancang dan 57,54 % untuk tiang) dan vegetasi tingkat pohon
didominasi oleh jenis Schima walichii Korth (INP = 63,43 %). Jenis mempunyai INP
sebesar 1,67% untuk semai, 4,78 % untuk pancang, 7,47 % untuk tiang dan 20,56 %
untuk pohon. Pola dominansi jenis di kawasan hutan lindung Gunung Prau ini lebih
dipusatkan pada banyak jenis, dibuktikan dengan tingginya tingkat keanekaragaman
jenis disana. Demikian pula dengan tingkat kemerataan dan kekayaan jenis yang
cukup besar. Stratifikasi tajuk terdiri atas tiga strata, yaitu strata A (tinggi pohon 30
meter keatas), strata B (tinggi pohon 20 – 30 meter) dan strata C (tinggi pohon 4 – 20
meter). Secara keseluruhan jumlah individu pohon pada strata B paling banyak
apabila dibandingkan dengan strata C dan strata A. Pola penyebaran jenis
Walikadep/Tetrastigma glabratum di hutan lindung Gunung Prau adalah
mengelompok, dimana jenis ini cocok tumbuh pada kelembaban 80% dengan
ketinggian tempat antara 1000 – 1600 m dpl dengan kelerengan sebesar 4 – 100 %.
Berdasarkan hasil analisis keragaman diperoleh bahwa hubungan antara faktor
lingkungan fisik (ketinggian tempat) dengan kerapatan jenis walikadep Gunung Prau
adalah sangat nyata. Hal ini berarti terdapat hubungan yang erat antara faktor
lingkungan fisik (ketinggian dengan kerapatan jenis walikadep/Tetrastigma
glabratum di hutan lindung Gunung Prau (Lianah , Sutrisno Anggoro , Henna Rya
S. , Munifatul Izzati , 2013).
BAB III
METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu Pengamatan
Pengamatan dilakukan di lapangan depan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan FKIP Univeristas Tanjungpura Pontianak, pada hari jumat 27
November 2015 pada pukul 15.30-17.00.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tali rafia ,
pancang,meteran, buku kunci determinasi tumbuhan , alat Tulis.
C. Cara kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan ini yang pertama-tama
dilakukan adalah dengan membuat plot/petak dengan ukuran 25 x 25 cm dan
dicata serta di amati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada plot tersebut.
Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm, dicatat penambahan jenis
pada plot tersebut. Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50 x 50 cm,
dan dicatat penambahan jenis tumbuhannya. Hal yang sama dilakukan untuk
perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 x 100 cm, 100 x 100 cm dan seterusnya
sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru. Apabila pertambahan
jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis kira-kira 10%) maka ukuran plot
tidak diperluas lagi. Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area Buat
grafik kurva dari hasil percobaan ini.
Keterangan :
1. Petak 25 x 25 cm
2. Petak 25 x 50 cm
5.
3.
4.
1. 2.
3. Petak 50 x 50 cm
4. Petak 50 x 100 cm
5. Petak 100 x 100 cm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Pengamatan :
No Spesies Foto Jumlah Spesies
dalam pot
Deskripsi
1 2 3 4 5
1 Digitaria
ciliaris
5 7 9 10
15
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Digitaria ciliaris
Spesies : Digitaria ciliaris
Tumbuh pada tanah berpasir serta tanah berlempung dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput yang berumpun, dengan batang yang merayap; tinggi dapat mencapai 1 – 1.2 m. Batang berongga, pipih yang besar semakin ke bawah. Pelepah daun menempel pada batang, lidah sangat pendek. Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, kerapkali berwarna keunguan. Bulir 2 – 22 per karangan bunga, terdapat pada ketinggian yang tidak sama. Poros bulir
No Spesies Foto Jumlah Spesies
dalam pot
Deskripsi
1 2 3 4 5
berlunas, panjang 2 – 21 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak sama panjang, ellips memanjang, rontok pada saat bersamaan, panjang 2 – 4 mm. Tumbuh-tumbuhan dapat mudah tumbuh pada segala macam keadaan tanah pada ketinggian 1 – 1800 m.
2 Axonopus
sp.
81
0
7 7 5Klasifikasi :Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus (Swartz)
No Spesies Foto Jumlah Spesies
dalam pot
Deskripsi
1 2 3 4 5
Beauv.
Batangnya tidak berongga, bentuknya tertekan ke arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”. Daunnya berbangun daun lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm.
No Spesies Foto Jumlah Spesies
dalam pot
Deskripsi
1 2 3 4 5
3 Borreria alata
5 8 9 3 8 Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiace
Genus : Borreria
Spesies : Borreria alata
herba tahunan batang
tegak tumbuh hingga
mencapai 50 cm.
Bercabang mulai
pangkalnya. Daun
berhadapan lanset tepi rata
ujung runcing. Menyukai
tempat terbuka atau
sedikit ternaung.
No Spesies Foto Jumlah Spesies
dalam pot
Deskripsi
1 2 3 4 5
4 Oldenlandia
salzmannii
8 6 0 9 0 Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiace
Genus : Oldenlandia
Spesies : Oldenlandia salzmanni
Memiliki bunga berwarna
putih, pink. Daun
berwarna hijau kecoklatan
memiliki tepi daun rata,
akar merambat, batang
berbentuk persegi, tepi
daun bergerigi
Grafik
Grafik spesies dalam tiap plot
Grafik total spesies dalam plot
A. Pembahasan
Pada praktikum ekologi tumbuhan mengenai minimal area dilakukan untuk
menentukan minimal area sampling vegetasi, mengetahui jumlah spesies dari
minimal area sampling, memahami pembuatan minimal area, dan mengetahui
keanekaragaman spesies tumbuhan yang terdapat dalam plot.
Lokasi vegetasi yang dianalisis berada di lapangan depan Fakultas keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Pontianak. Adapun spesies yang kami dapatkan
yaitu :
1. Digitalaria ciliaris
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Digitaria ciliaris
Spesies : Digitaria ciliarisTumbuh pada tanah berpasir serta tanah berlempung dengan tingkat
kesuburan tanah yang tinggi. Rumput yang berumpun, dengan batang yang
merayap; tinggi dapat mencapai 1 – 1.2 m. Batang berongga, pipih yang besar
semakin ke bawah. Pelepah daun menempel pada batang, lidah sangat pendek.
Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, kerapkali
berwarna keunguan. Bulir 2 – 22 per karangan bunga, terdapat pada
ketinggian yang tidak sama. Poros bulir berlunas, panjang 2 – 21 cm. Anak
bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan
tetapi dengan tangkai yang tidak sama panjang, ellips memanjang, rontok
pada saat bersamaan, panjang 2 – 4 mm. Tumbuh-tumbuhan dapat mudah
tumbuh pada segala macam keadaan tanah pada ketinggian 1 – 1800 m.
Jumlah Digitaria ciliaris yang ada dalam area ini berjumlah total 46 individu.
2. Axonopus compressus
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus.
Batang tumbuhan ini tidak berongga, bentuknya tertekan ke arah
lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering
membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan
tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”.
Daunnya berbangun daun lanset, pada bagian pangkal meluas dan
lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-
bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran
panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm, jumlah spesies tumbuhan
pada area berjumlah total 37
3. Borreria alata
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiace
Genus : Borreria
Spesies : Borreria alata
Tumbuhan ini merupakan herba tahunan batang tegak tumbuh hingga
mencapai 50 cm. Bercabang mulai pangkalnya. Daun berhadapan lanset tepi
rata ujung runcing. Menyukai tempat terbuka atau sedikit ternaung. jumlah
spesies tumbuhan pada area berjumlah total 37
4. Oldenlandia salzmani
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiace
Genus : Oldenlandia
Spesies : Oldenlandia salzmanni
Tumbuhan ini Memiliki bunga berwarna putih, pink. Daun berwarna
hijau kecoklatan memiliki tepi bergerigi akar merambat, batang berbentuk
persegi, batangnya merambat di permukaan tanah. jumlah spesies tumbuhan
pada area berjumlah total 37
Pada Plot 1 spesies Digitaria ciliaris berjumlah 5 individu, Axonopus sp.
Berjumlah 8 individu , Oldenlandia salzmannii berjumlah 8 individu dan alata
berjumlah 10. Pada Plot 2 spesies Digitaria ciliaris berjumlah 7 individu, Axonopus
sp. Berjumlah 8 individu , Oldenlandia salzmannii berjumlah 8 individu dan
Borreria alata berjumlah 5.
Vegetasi yang ada pada tempat tersebut didominansi oleh Digitaria ciliaris.
Plot dibuat yang pertama dengan ukuran 25 x 25 cm, yang kedua dengan ukuran 25
cm x 50 cm, yang ketiga dengan ukuran 50 cm x 50 cm, plot yang keempat dengan
ukuran 50 cm x 100 cm dan plot yang kelima dibuat dengan ukuran 100 cm x 100
cm. pada area ini digunakan metode minimal area, dimana minimal area merupakanm
suatu metode dasar dalam penyelidikan tumbuhan dengan mengunakan plot.
Mengapa dalam percobaan ini kami mengunakan metode minimal area hal ini
dikarenakan Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka
tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak contoh dimana
saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil. Prinsip
penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada
dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang
ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian.
Jumlah tumbuhan yang didapat pada tempat plot kedua lebih banyak dibanding
plot pertama karena tidak ada jenis tanaman yang menggangu pertumbuhan tanaman
jenis lainnya sehingga terdapat keragaman jenis tanaman pada plot pertama ini
dibandingkan plot kedua, ketiga, keempat dan plot kelima. Makin tinggi
keanekaragaman yang terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas pula petak
contoh yang digunakan.penentuan luas minimum apabila dalam suatu luas area
terkecil dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara
keseluruhan. Hal tersebut yang menjadi perbedaan pada plot pertama dan kedua.
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi
antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu
baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga
terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola
distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan
tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang
jumlah individu pada masing-masing plot (Desmawati, et. al, 2011).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Minimal area merupakan luas atau ukuran minimal plot yang representatif
untuk suatu areal. Minimal area ini dapat ditentukan dengan sistem nested
plot yang dilanjutkan dengan membuat kurva minimal area.
2. Pada pengamatan minimal area, total ukuran plot yang didapat yaitu
sebesar 5 m2, karena pada plot ini sudah tidak ada lagi penambahan jenis/
spesies.
3. Hampir semua jenis tanaman yang didapat pada plot tersebut didominasi
oleh Digitaria ciliaris..
4. Terdapat perbedaan jumlah jenis pada plot pertama dan kedua.,ketiga,
keempat dan kelima. Plot pertama , jenis tumbuhan dan jumlah setiap
individu yang didapat lebih banyak dibandingkan dengan berikutnya
Makin tinggi suatu keanekragaman pada suatu areal, maka semakin luas
pula petak contoh yang digunakan dalam penentuan luas minimum.
Artinya pada luas habitat yang sebenarnya maka spesies yang ditemukan
pada tempat tersebut semakin banyak.
5. Spesies tanaman yang terdapat pada plot yang dibuat dapat mewakili
keanekaragaman spesies yang ada di habitat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.
Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi. http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-
3100007028754/6670. Diakses, Rabu 11 November 2015.
Greig-Smith, P. 1983. Quatitative Plant Ecology. 3rd .ed. Blackwell Scientific
Publications, Great Britain.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Lianah , Sutrisno Anggoro , Henna Rya S. , Munifatul Izzati , 2013. Perbandingan analisis vegetasi lingkungan alami Tetrastigma glabratum di hutan lindung gunung prau Sebelum dan sesudah eksploitasi.Semarang : Environmental Science Diponegoro University. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ISBN 978-602-17001-1-2.
Rahardjanto Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. UMM
Press. Malang
Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka
Rosdakarya.
Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi
ITB.
No Spesies Foto Jumlah Spesies
dalam pot
Deskripsi
1 2 3 4 5
1 Digitaria
ciliaris
5 7 9 10
15
Rumput yang berumpun, dengan batang yang merayap; tinggi dapat mencapai 1 – 1.2 m. Batang beronggaPelepah daun menempel pada batang Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar,
2 Axonopus
sp.
81
0
7 7 5Batangnya tidak berongga, bentuknya tertekan ke arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, Daunnya berbangun daun lanset.
3 Borreria alata
5 8 9 3 8 herba tahunan batang. Bercabang mulai pangkalnya. Daun berhadapan lanset tepi rata ujung runcing. Menyukai tempat terbuka atau sedikit ternaung.
4 Oldenlandia
salzmannii
8 6 0 9 0Memiliki bunga berwarna putih, pink. Daun berwarna hijau kecoklatan memiliki tepi daun rata, akar merambat, batang berbentuk persegi, tepi daun bergerigi