Upload
pedi-anyoy
View
2.145
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
Analisa Vegetasi
Disusun oleh:
Nama : Siti Salamah Fauziah
NIM : 1211706072
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
Analisa Vegetasi
1. Teori Dasar
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara
struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan
biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuhan
yang hidup bersama dalam suatu tempat yang sama yang dikarakterisasi baik oleh spesies
sebagai komponennya. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis dan uga mensintesis sehingga akan membantu dan mendeskripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lain.
Komunitas adalah sejumlah makhluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup
bersama pada suatu daerah. Suatu komunitas terdiri dari banyaknya jenis dengan berbagai
macam populasi dan iinteraksi satu dengan yang lain.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring
dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus
diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.
Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu
komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu
komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak
belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi
oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil
interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena
pengaruh anthropogenik.
Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode nondestruktif,
metode floristic, dan metode nonfloristik. Metode destruktif biasa digunakan untuk
memahami jumlah materi organic yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan.
Metode nondestruktif dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu berdasarkan
penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya. Metode
non floristika biasanya digunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil
sampai sedang, denga tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan
penutupnya. Metode floristic menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari
berbagai bentuk vegetasi
Metode kuadatrik dicetuskan oleh Frederick Edward Clement (1874-1945)(Pound dan
Clement, 1898), Kuadrat afalah berupa bingkai drngan banyak bentuk yang dapat
ditempatkan diatas tanaman sehingga penutupannya dapat diestimasi dan dihitung serta
dicatat jenisnya. Kuadrat digunakan untuk mendefinisikan contoh area dan biasanya
dibuat dari kayu, logam, atau plastik kaku yang direntangkan, dilem, di las atau palang
bersama untuk membentuk kuadrat.
Tiga faktor yang diperkirakan untuk berhubungan dengan penggunaan kuadrat, yaitu :
a. Distribusi tumbuhan
b. Bentuk dan ukuran kuadrat
c. Jumlah pengamatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan estimasi kerapatan yang
memadai.
Analisa vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat adalah suatu analisa vegetasi
dengan menggunakan satuan kuadrat seperti parameter frekuensi, dominasi, kerapatan
dan nilai penting.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum adalah mempelajari analisa vegetasi tumbuhan, serta mengetahui
komposisi dan dominasi suatu spesies dan struktur komunitas dari suatu daerah.
3. Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur
1. Meteran Mengukur dan menentukan luas plot
2. Patok Menandai batas plot yang ditentukan
3. Tali rapia Memperjelas batas plot sehingga membentuk kotak plot
4. Alat tulis Mencatat data dan menulis
4. Proseedur Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :
1. Menentukan lokasi pengamatan
2. Metode yang digunakan adalah metode petak ganda atau metode kuadrat yaitu
dengan menggunakan bsnysk petak contoh yang letaknya tersebar merata, sebaiknya
secara sistematik.
3. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik survey yaitu dengan
mengintarisasi / mencatat seluruh jenis tumbuhan yang terdapat pada plot
4. Tentukan daerah yang akan dibuat plot dan dikumpulkan sampel tumbuhannyadengan
cara acak (random) atau secara sistematik.
5. Buat plot dengan cara bertingkat dan tandai dengan patok dengan tali rapia dengan
ukuran yang bervariasi (1m x 1m, 2m x 2m, 4m x 4m )
6. Setelah pembuatan plot, kemudian lakukan pengamatan dan menghitung jumlah
tumbuhan yang ada pada tiap plot, sesuai dengna kriteria yang telah ditentukan : plot
1m x 1m = jenis rumput-rumputan; 2m x 2m = tumguhan herba; 4m x 4m = pancang,
semak, pohon tinggi
7. Buatlah tabulasi data dari data yang telah diperoleh dan analisa frekwensi kerapatan,
dominasi dan indeks nilai pentingnya.
8. Analisa data dengan menghitung :
1. Frekwensi mutlak (FM) ; menunjukan kerapatan suatu spesies dari seluruh plot
yang yang dibuat, catat berdasarkan kepadatan suatu spesies di seluruh plot
pengamatan.
(FM = jumlah plot yang ditemukan jenis/ jumlah seluruh plot pengamatan)
2. Frekwensi relatif (FR) ; kepadatan suatu spesies dari seluruh kepadatan spesies
lain dari seluruh plot dalam satuan perssentase.
(FR = frekwensi mutlak dari suatu jenis/ frekwensi mutlak dari seluruh spesies)
3. Kerapatan (densitas) Mutlak (KM) ; menunjukan jumlah individu perunit area
(luas) atau unit volume.
(KM = jumlah total individu untuk spesies ke-i / luas total plot pengamatan yang
disampling)
4. Kerapatan relatif (KR) ; perbandingan jumlah spesies ke-i dengan jumlah total
individu seluruh spesies dalam satuan persentaseu
(KR= kerapatan mutlak suatu spesies ke-i/kerapatan mutlak total seluruh spesies )
5. Untuk kerapatan dapat digunakan susunan kadar kerapatan Braun Blaquet (1972)
yang lebih terperinci dan mudah dilakukan. Kadar kerapatan ada 2 skala, yaitu :
1. Skala pertama ; kombinasi dari banyak individu suatu jenis dengan
kerimbunan daripada spesies tersebut.
2. Skala kedua ; membentuk gambaran tentang pengelompokannya, yaitu :
r = satu atau sangat sedikit individu, dan penutupan 1%
+ = sedikit sampai beberapa individu, penutupan < 1%
1 = beberapa sampai banyak individu, penutupan 1-5 %
2 = sangat banyak individu, dan penutupan 5-25%
3 = penutupan 25-50%, jumlah individu bebas (independen)
4 = penutupan 50-75%, jumlah individu bebas (independen)
5 = penutupan 75-100%, jumlah individu bebas (independen)
6. Skala Dominan Krajinan, dalam menaksir kerapatan penutupan (cover
abundance), yaitu :
10=kerimbunan
7. Dominasi Mutlak (DM) : penutupan (coverage) spesies terhadap seluruh plot
pengamanan
8. Dominasi relatif (DR) ; perbandingan luas basal area suatu spesies dengan luas
basal area seluruh spesies pada plot pengamatan dalam suatu persentase
DR = dominasi mutlak spesies ke-i/ dominasi mutlak seluruh spesies pada plot
pengamatan x 100 %
9. Indeks nilai penting (important value)/ INP ; merupakan suatu besaran yang
menunjukan dominasi atau kekuasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lainnya
pada suatu vegetasi tertentu dan merupakan hasil penjumlahan dari FR, KR dan
DR.
5. Hasil pengamatan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan dengan membuat plot yang berukuran
1mx1mx10cm ditemukan nangka, ubi-ubian, tanaman liar dan rerumputan. Sehingga
didapatkan :
Frekuensi mutlak
1. nangka 1 pohon
2. ubi-ubian 6 pohon
3. tumbuhan liar 75 pohon
4. rerumputan 85 pohon
Jadi dalam 1 plot lahan d temukan 4 jenis tumbuhan
Frekunsi relative
1. nangka (1÷167)x100% = 0,6%
2. ubi-ubian (6÷167)x100% = 3,6%
3. tumbuhan liar(75÷167)x100% = 44,9%
4. rerumputan (85÷167)x100% = 50,8%
Kerapatan mutlak = jumlah individu ÷ unit area
1. nangka 1÷100cm2 =0,01
2. ubi-ubian 6÷100cm2 = 0,06
3. tumbuhan liar 75÷100cm2 = 0,75
4. rerumputan 85÷100cm2 = 0,85
Kerapatan mutlak total seluruh spesies =1,67
Kerapatan relative= kerapatan mutlak suatu spesies ÷ kerapatan total seluruh spesies
1. nangka 0,01 ÷ 1,67 = 0,006 = 0,6%
2. ubi-ubian 0,06 ÷ 1,67 =0,036 = 3,6%
3. tumbuhan liar 0,75 ÷ 1,67 = 0,449= 44,9%
4. rerumputan 0,85 ÷ 1,67 = 0,508 = 50,8%
Dan berdasarkan susunan kadar kerapatan Braun Blaquet, kadar kerapatan lahan di desa
cipacing penutupannya mencapai 75-100%
Dominasi mutlak = penutupan spesies terhadap seluruh plot pengamatan oleh rerumputan
dan tumbuhan liar
Foto hasil pengamatan
Setelah satu minggu
6. Pembahasan
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan
seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Jika suatu
lahan dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan
terjadi pergantian komposisi jenis. Komunitas yang terbentuk dalam kurun waktu
tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan komunitas yang
terbentuk pada awal pengamatan.
Dalam praktikum yang dilakukan di desa cipacing kab.Bandung ini dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa populasi vegetasi diantaranya umbi-umbian dan rumput-
rumputan. Namun ketika dibersihkan dan dibiarkan selama satu minggu umbi-umbian
tersebut tidak tumbuh kembali, rumput-rumputan juga hanya sebagian yang tumbuh dan
dalam skala sangat minimum. Ini menunjukan bahwa telah terjadi perubahan populasi
dan menunjukan bahwa populasi itu bersifat dinamis.
Dari hasil pengamatan diketahui frekwensi relatif dari vegetasi yang tersapat pada lahan
yang dilakukan observasi, yaitu 0.6% pohon nangka didapat dari jumlah pohon nangka
yang ada dibagi dengan jumlah vegetasi yang terdapat di lahan tersebut. Seperti diketahui
bahwa populasi pohon nangka hanya ada 1 individu, sehingga frekwensi relatifnya sangat
kecil. Sedangkan frekwensi relatif di dominasi oleh rerumputan mencapai 50.8%. hal ini
disebabkan karena rerumputan merupakan tanaman liar dan keberadaannya tidak ditanam
oleh manusia melainkan tumbuh sendiri sehingga populasi rumput-rumputan
mendominasi lahan tersebut. Begitu juga dengan kerapatan mutlak dan kerapatan relatif.
Dimana paa kerapatan mutlak dan kerapatan relatif diambil dari frekwensi relatif.
Sehingga dapat diketahui bahwa area tersebut dipadati oleh rerumputan.
Penutupannya mencapai 75-100% dimana permukaan lahan pengamatan hampir
seluruhnya ditutupi oleh rumput-rumputan dan vegetasi lain.
Setelah satu minggu lahan tersebut digali, ternyata rerumputannya belum seluruhny
tumbuh, umbi-umbian juga tidak tumbuh kembali. Lahan yang digali tersebut masih
terlihat kosong dan hanya terdapat perakaran dari vegetasi sebelumnya.
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas
telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat
mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang
terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang
cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas
telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-
perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas
berlangsung secara sinambung Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai
kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas,
suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar,
laut atau komunitas kayu busuk (Michael, 1996).
7. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan praktikum ini dapat ditarik kesimpulan yaitu :
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi
secara struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan
Suatu populasi bersifat dinamis dan dapat berubah apabila ada perlakuan dari
manusia, lingkungan, dan fenomena alam
Tumbuhan pada area pengamatan sebelum digali yaitu : nangka, ubi-ubian,
tanaman liar dan rerumputan sedangkan setelah satu minggu yaitu : rerumputan
kecil.
Kerapatan didominasi oleh rerumputan mencapai 50.8%.
8. Saran-saran
Penelitian harus dilakukan dengan hati-hati dan catat semua hasil pengamatan serta harus
di dokumentasikan.
9. Daftar Pustaka
Resosodarmo, soedjiran,dkk.1993.Pengantar Ekologi.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arief, A., 1994. Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta.
Jamili, Muksin. 2003. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ekologi, FMIPA Unhalu,
Kendari: Sumatra Selatan.
Michael, P. 1996. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI
Press: Jakarta.