63
Restorasi Resin Komposit Kelas I Restorasi Resin Komposit Kelas I - Kavitas kelas 1 merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut. Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).

Restorasi Resin Komposit Kelas I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

resto

Citation preview

Page 1: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Restorasi Resin Komposit Kelas I

Restorasi Resin Komposit Kelas I - Kavitas kelas 1

merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan fissura

yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar,

permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah

oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi anterior atas. Pit dan fissura

merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan sangat

rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas

rendah, daerah ini dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada

dinding-dinding pit dan fissura serta beberapa milimeter permukaan

enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut.

Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants

merupakan metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies.

Sealant yang paling efektif digunakan pada anak-anak, yaitu diaplikasikan

pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera setelah mahkota

klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari

penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena

perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi medis. Indikasi

penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit

dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).

Page 2: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Gambar 1. Kavitas kelas 1. Gambar 2. Kavitas direstorasi Gambar 3. Tumpatan setelah 6bulandengan Ceram-X bulan

RESTORASI RESIN KOMPOSIT

INDIKASI RESTORASI KOMPOSIT

Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi

klinis. Secara umum, resin komposit digunakan untuk:

1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI

2. Fondasi atau core buildups

3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)

4. Prosedur estetis tambahan

Partial veneers

Full veneers

modifikasi kontur gigi

penutupan/perapatan diastema

5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)

6. Restorasi sementara

7. Periodontal splinting

The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan

resin komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin

preventif, lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi

gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi

kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan

restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.

ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan

tekanan oklusal yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi,

Page 3: Restorasi Resin Komposit Kelas I

atau pasien yang alergi atau sensitif terhadap material komposit. Jika

komposit digunakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ADA

menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi

desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan

seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.”

KONTRAINDIKASI RESTORASI KOMPOSIT

Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai

material restorasi adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul

seperti isolasi, oklusi dan operator. Jika gigi tidak dapat diisolasi dari

kontaminasi cairan mulut maka resin komposit atau bahan bonding

lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena resin komposit

bersifat sangat sensitif dan memerlukan ketelitian. Bila terkontaminasi

cairan mulut, kemungkinan restorasi akan lepas (Summitt dkk., 2006).

Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin

komposit sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit

kekuatan menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam.

Diperlukan memperkuat sisa struktur gigi yang tidak dipreparasi dengan

prosedur restorasi komposit. Adanya perluasan restorasi hingga mencapai

permukaan akar, menyebabkan adanya celah pada pertemuan komposit

dengan akar. Penggunaan liner pada area permukaaan akar dapat

mengurangi kebocoran, celah dan sekunder karies. Tumpatan

menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien

dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan

komposit mudah aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta

kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan untuk tidak menggunakan

tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).

FAKTOR ISOLASI

Page 4: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi,

tidak mengganggu jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus

berikatan dengan struktur gigi, yaitu email dan dentin. Struktur gigi yang

dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi cairan

mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi

pembentukan ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik,

maka prosedur bonding yang dilakukan akan berhasil. Hal ini berlaku

untuk penggunaan restorasi komposit, bonded amalgam, atau ionomer

kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen

penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya

dilindungi dari kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah

restorasi nonbonded amalgam, karena kehadiran cairan mulut tidak

menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.

FAKTOR OKLUSAL

Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan

amalgam, namun penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin

komposit tidak jauh berbeda dengan amalgam. Pada pasien dengan

kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada seluruh

permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan

resin komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang

normal dan kontak oklusal normal pada struktur gigi penggunaan resin

komposit baik sebagai bahan restorasinya.

KEMAMPUAN OPERATOR

Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah

dan tidak kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam

hal isolasi gigi, penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur

gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari

Page 5: Restorasi Resin Komposit Kelas I

restorasi amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan

komposit lebih sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang

lama, serta proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan

amalgam karena komposit merupakan material yang bersifat toksik. Dan

waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih lama dan operator harus

lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus

memberikan perhatian yang besar dan detail pada penyelesaian restorasi

komposit secara sempurna. Kemampuan dan pengetahuan dari

penggunaan material dan keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh

operator dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

CLINICAL TECHNIQUE

a. Initial Clinical Procedure

Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah

pemeriksaan lengkap, diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan

pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu operasi (dalam hal ini tidak

termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur restorasi,

hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis

pasien, rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada.

b. Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau

bahkan tidak melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka

diperlukan pembersihan area operasi dengan menggunakan slurry pumice

untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial.

Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan.

Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk

dilakukan bonding. Prophy paste terdiri dari flavoring agents, gliserin,

Page 6: Restorasi Resin Komposit Kelas I

atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan sebaiknya

diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat

prosedur etsa asam.

c. Shade selection

Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna

gigi dengan komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan

berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-

beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan

dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti

fluorosis, efek tetrasiklin,dan perawatan endodontik.

Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang

spesifik, yang pada umunya tidak dapat diganti dengan material dari

pabrik lain. Beda pabrik akan beda shade guidenya. Pencahayaan yang

baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna. Pencahayaan

alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat, shade

guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara

umum. Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade

guide yang spesifik disamping area yang direstorasi. Sebagian label shade

sebaiknya diletakkan berdekatan dengan bibir pasien untuk mendapatkan

efek yang natural. Area servikal biasanya lebih gelap daripada area

incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Beberapa

dokter kadang meminta bantuan asistennya untuk membantu

menentukan warna yang tepat. Pemilihan warna final bisa dicek oleh

pasien dengan menggunakan hand mirror.

d. Isolasi dengan Cotton Roll

Page 7: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi

saliva, lidah yang mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah

adalah sedikit dari masalah-masalah yang harus diatasi sebelum prosedur

kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode dapat

dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber

dam dan cotton roll (Baum dkk, 1995).

Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi

sebelum dilakukan perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan

alternatif, dan dilakukan apabila penggunaan rubber dam dianggap tidak

praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton roll memungkinkan terjadinya

kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi.

Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam

meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002). Isolasi daerah kerja

dengan menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan isolasi

jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant,

dan aplilan topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).

Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang

dipegang oleh asisten dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi

seluruhnya oleh saliva, asisten dokter gigi bertanggung jawab untuk

mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang, saliva pada

cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga

penggantian cotton roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk

memegang cotton roll dalam berbagai posisi telah tersedia di pasaran.

Tetapi, cotton roll holder harus sering dikeluarkan dari mulut untuk

mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaan cotton roll

holder ini dianggap tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu

cotton roll holder jarang digunakan. Walaupun demikian, cotton roll holder

mempunyai keuntungan, yaitu dapat digunakan untuk meretraksi pipi dan

lidah dari gigi, sehingga menyediakan akses dan pandangan yang baik ke

daerah operasi (Roberson, 2002).

Menempatkan cotton roll ukuran sedang pada vestibulum fasial

dilakukan untuk mengisolasi gigi rahang atas (Roberson, 2002). Menurut

Page 8: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Anonim (1996), terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan untuk

memudahkan isolasi gigi rahang atas adalah:

1. Atur posisi pasien pada supine position dengan kepala dimiringkan

ke belakang dan dagu menghadap ke atas. Posisi ini meningkatkan

kontrol kelembapan secara signifikan, sekaligus memudahkan

pandanghan ke daerah operasi.

2. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan.

Tempatkan kaca mulut pada sisi distal dari gigi yang diisolasi,

sehingga didapatkan finger rest yang tepat. Selain memungkinkan

adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan

dalam menjaga agar lidah tetap jauh dari gigi. Kaca mulut juga

menahan pasien, sehingga pasien tidak dapat menutup mulut

selama prosedur perawatan.

Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang

diletakkan pada vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan

diantara gigi dan lidah. Penempatan cotton roll pada vestibulum dapat

dilakukan dengan mudah, sedangkan penempatan cotton roll pada lingual

gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan. Penempatan cotton roll pada

lingual gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang ujung mesial

dari cotton roll dan menempatkan cotton roll pada daerah yang

diinginkan. Jari telunjuk atau jari pada sisi tangan yang lain digunakan

untuk menekan cotton roll ke arah gingiva sambil memutar cotton roll

dengan penjepit ke arah lingual gigi.

Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah

cotton roll ditempatkan, saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan

diatur posisinya. Perlu diperhatikan bahwa sebelum mengeluarkan cotton

roll dari mulut, sebaiknya cotton roll dibasahi dengan air terlebih dahulu

untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi, dasar mulut, dan

bibir (Roberson, 2002).

TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Page 9: Restorasi Resin Komposit Kelas I

a. BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi

gigi bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada

margin enamel dibentuk bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat

dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond atau stone

bur.

Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana

gigi tersebut sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi

restorasi tersebut akan diganti dengan menggunakan resin komposit.

Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas klas III,

IV, dan V.

Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin

komposit adalah perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik.

Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan email

menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi

marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal.

Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih

menyatu dengan struktur gigi sehingga tampak lebih estetik.

Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini

biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau

permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi

konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya

memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak

ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan

memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang

digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior.

b. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit

pada dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam.

Bentuk outline diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan

Page 10: Restorasi Resin Komposit Kelas I

batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin, membentuk

dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya.

Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi

marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri

berbeda. Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi

amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan

ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan

preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi

permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4

dan 5.

Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan

restorasi komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2)

restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar. Pada area akar desain

preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik karena

ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik

antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan

retensi pada material komposit di dalam gigi.

Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar,

dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi

konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur

karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi

yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil,

perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur

inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila

menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari

ekstensi oklusal fasiolingual.

Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak

dibutuhkan (dengan amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada

area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal

cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding

yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan

yang kasar, peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial,

namun dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal.

Page 11: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika

dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa

menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam

yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung

keinginan operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan

keterampilannya.

Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada

amalgam dan restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan

restorasi komposit ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas

posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil.

Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1

dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan

fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada

permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

c. MODIFIED TOOTH PREPARATION

Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding

maupun kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai

enamel margin. Perbedaan yang mencolok antara teknik preparasi

konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak

dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman

pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan

kedalaman dari lesi karies atau kerusakan yang lain.

Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan

sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada

struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs

atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan

menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation,

struktur gigi yang dibuang sedikit.

BOX-ONLY

Page 12: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Indikasi:

Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.

Instrument:

Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

Cara kerja:

1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur

atau round diamond stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis

mahkota gigi.

2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal

ridge.

3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada

dentinoenamel junction.

FACIAL ATAU LINGUAL SLOT

Indikasi:

Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal

pada gigi posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau

lingual slot. Pada kasus ini, lesi terdapat pada permukaan proximal,

namun operator yakin bahwa akses menuju lesi tersebut dapat dicapai

baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.

Instrument:

Round diamond stone/bur.

Cara kerja:

Page 13: Restorasi Resin Komposit Kelas I

1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian

occlusogingival.

2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan,

pertahankan permukaan lingual atau facial dari gigi terdekat

tersebut.

3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.

Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar

90o atau lebih. Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan

preparasi kelas III pada gigi anterior.

PULPAL PROTECTION

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk

restorasi komposit diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara

langsung. Walaupun beberapa penulis menyarankan penggunaan resin-

bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner dari kalsium

hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit

merupakan bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada

preparasi yang dalam biasanya tidak diperlukan.

PRELIMINARY STEPS FOR ENAMEL AND DENTIN BONDING

Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk

isolasi dari cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan

rubber dam atau gulungan kapas dan alat retraksi. Etsa pada email

mempengaruhi inti email dan bagian email yang mengelilinginya. Etsa

pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler,

menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan permukaan

hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang betautan.

Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik

sekitar 32% hingga 37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan

permukaan yang luas, seperti pada sealant dan full veneer. Thixotropic

Page 14: Restorasi Resin Komposit Kelas I

gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi termasuk

bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush

atau paper-point endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe

digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi yang sedang di

preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan

yang ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus

diulang. Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi

anterior, matriks polyester diletakkan diantara gigi sebelum asam di

aplikasikan untuk menghindari etsa pada gigi yang berdekatan.

INSERSI RESIN KOMPOSIT

Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap

pertama yaitu aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material

restorative. Saat ini terdapat dua tipe komposit, yaitu self-cured dan light

cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan secara luas karena

tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti

berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang

lebih mudah, dan finishingnya pun lebih mudah.

Karena sumber sinar harus diaplikasikan pada komposit light cured

agar menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus

diinsersikan pada preparasi gigi dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan

menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit dengan sebaik-

baiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi,

terutama pada sepanjang dinding gingival.

Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk

menginsersi komposit light cured maupun self cured. Penggunaan

instrument tangan lebih popular digunakan karena lebih mudah dan

cepat. Kekurangan dari penggunaan instrument tangan yaitu udara dapat

terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada

material saat prosedur insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat

memberikan kenyamanan dalam memindahkan material komposit ke

preparasi gigidan mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada

Page 15: Restorasi Resin Komposit Kelas I

preparasi yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena

ujung syringe yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang

kosong sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang

dapat diinjeksikan tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa

komposit microfill tidak dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan

material sebaiknya dievaluasi sebelum penggunaan klinis.

FINISHING DAN POLISHING COMPOSITE

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.

Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi

mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi

sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah

pengerasan awal.

Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades,

seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang

terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs,

berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point

dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.

Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin

komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada

permukaan restorasi.

Discs

Page 16: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang

abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area

interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai

yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan

finishing dan polishing.

Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar

digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan

yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau.

Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat

permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk

permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf

pada lingual gigi anterior

Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin

gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk

metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses

yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati

karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.

Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.

Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang

dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan

ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk

membentuk permukaan proksimal dari resin komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin

komposit pada aspek distal

Page 17: Restorasi Resin Komposit Kelas I

3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan

untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan

untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau

polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk

restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar

diperoleh hasil yang maksimal.

2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal

seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak

oklusal dengan gigi antagonisnya.

Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi

seperti warna permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin

komposit.

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK

INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang

2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama

ketika mempertimbangkan segi estetik

3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal

4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat

5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan

Page 18: Restorasi Resin Komposit Kelas I

6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk

mahkota

7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa

struktur gigi yang melemah

8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak

intercuspal. (Summit dkk, 2001)

KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Ketika letak daerah yang akan ditumpat tidak dapat diisolasi

2. Ketika terjadi tekanan oklusal yang berat

3. Ketika seluruh kontak oklusal hanya terjadi pada komposit

4. Pada restorasi yang meluas ke permukaan akar. Kebanyakan,

perluasan ke permukaan akar dengan restorasi komposit akan

terbentuk V-shaped gap (celah kontraksi) di antara akar dan

komposit. Celah ini muncul akibat dari penyusutan polimerisasi

komposit lebih besar daripada initial bond strength komposit

terhadap dentin pada akar. V-shaped gap terdiri atas komposit pada

sisi restorasi dan denti yang terhibridisasi pada sisi akar. Efek

jangka panjang dari timbulnya celah tersebut masih belum

diketahui

5. Pasien yang memiliki kebiasaan grinding atau clenching

Gambar 4. Celah pada permukaan akar

Page 19: Restorasi Resin Komposit Kelas I

KEUNTUNGAN RESTORASI KOMPOSIT KELAS I DIREK

Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan restorasi

menggunakan bahan tumpatan resin komposit, yaitu:

1. estetik

2. pengurangan struktur gigi secara konservatif (pengurangan struktur

gigi minimal)

3. mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit

4. ekonomis (bila dibandingkan dengan mahkota dan restorasi gigi

secara tidak langsung)

5. insulasi

6. keuntungan bonding

microleakage berkurang

mengurangi terjadinya karies sekunder

mengurangi sensitifitas post operative

meningkatkan retensi

meningkatkan kekuatan struktur gigi yang tersisa

7. mudah dipolish

8. tidak mengalami diskolorasi

9. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui

mikropit yang ada pada permukaan email

KERUGIAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK

Beberapa kerugian restorasi dengan resin komposit kelas I direk

adalah:

1. Kemungkinan besar penggunaannya terlokalisir

2. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)

Page 20: Restorasi Resin Komposit Kelas I

3. Tidak diketahuinya biokompatibilitas dari beberapa komponen

4. Membutuhkan waktu lebih untuk restorasi

5. Elastisitas rendah

6. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge

7. Adanya beberapa teknik yang sensitive, seperti:

etching, priming, penempatan bahan adhesif

penumpatan komposit

curing komposit

membentuk kontak proksimal

finishing dan polishing

8. Lebih mahal daripada restorasi amalgam

9. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit

Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut,

perbedaan masing-masing koefisien termal ekspansi diantara resin

komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan yang

normal, dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada,

lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi

kebocoran tepi pada resin komposit.

10. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak

baik terhadap dinding kavitas.

Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan

tersebut.

Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat

yang bersifat toksik terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit

dapat mengiritasi serta mengakibatkan radang pulpa. Namun lebih lanjut

Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini terutama di

sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti

oleh invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin.

Kebocoran tersebut terutama disebabkan oleh pengerutan yang terjadi

selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat

Page 21: Restorasi Resin Komposit Kelas I

mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding

kavitas.

CLINICAL TECHNIQUE FOR DIRECT CLASS I COMPOSITE

RESTORATIONS

a. Initial Clinical Procedures

Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk

digunakan merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil

pada permukaan oklusal gigi yang cukup sehat dapat dilakukan restorasi

dengan komposit etsa asam, asalkan fisura yang masih ada juga

direstorasi pada saat yang bersamaan. Dengan makin membaiknya sifat

fisik dari resin komposit, bahan ini dapat dipertimbangkan kegunaannya

untuk kavitas yang besar. Dewasa ini resin komposit hanya cocok

digunakan untuk restorasi kavitas lingual pada gigi yang sudah dirawat

saluran akar.

Sama seperti prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I restorasi

komposit didahului dengan seleksi area yang akan dipreparasi. Diperlukan

juga penilaian terhadap hubungan oklusi dengan gigi antagonisnya untuk

meminimilkan terjadinya trauma oklusi. Isolasi pada daerah operasi pada

umumnya tidak menjadi masalah, tetapi sangat menentukan keberhasilan

dari preparasi.

b. Tooth Preparation

Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional,

beveled conventional, dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat

digunakan untuk meningkatkan resistance form yang dapat

meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan bahan komposit pada saat

selesai preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan pada gigi

dengan area preparasi yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang

besar. Desain bevel konvensional, preparasi konvensional, atau kombinasi

Page 22: Restorasi Resin Komposit Kelas I

keduanya, dasar kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal,

kekuatan gigi, serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan

unsur-unsur yang dapat membantu dalam menahan kemungkinan

frakturnya gigi dan restorasi.

Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat

menggunakan preparasi modifikasi, yang biasanya tidak memiliki

karakteristik resistance form pada preparasi konvensional. Preparasi jenis

modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurface tanpa adanya

bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebih

membulat dan lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi.

Pada preparasi jenis ini dapat digunakan cutting instrument.

Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi

kelas I, secara umun ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan

ketajamannya dapat berguna dalam pembentukan retensi dan resistensi

yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan direstorasi lebih luas,

maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini

menghasilkan resistensi dan retensi yang besar terhadap terjadinya

fraktur.

TEKNIK PREPARASI

a. CONVENSIONAL

Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan

inverted cone diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal,

posisikan sejajar dengan sumbu akar dan mahkota. Saat diantisipasi

bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang akan

dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan

kemudian melintasi mesial.

Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator

selama melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman

inisiasi awal 1,5 mm, yang diukur dari sentral groove (Gb. 5) . Setelah

Page 23: Restorasi Resin Komposit Kelas I

daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual diukur kedalaman, ini

akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi

ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6).

Biasanya kedalaman awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di

Dej. diamond dipindahkan ke mesial (Gb. 7) untuk menyertakan sisa lain,

mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ (Gb. 8).

Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies,

material restorasi lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan

cuspal dan marginal ridge sebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir

restorasi komposit akan membantu memulihkan beberapa kekuatan

melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual mesial, atau distal

struktur gigi, bentuk outline harus sebagai konservatif mungkin di daerah

ini. Perluasan pada cups harus seminimal mungkin. Perluasan sampai

marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi sisa

struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk

premolar dan kira-kira 2 mm untuk geraham (Gb. 9). Perluasan terbatas

tergantung oleh dukungan dentin pada marginal ridge email dan cups.

Diamond berjalan sepanjang groove dan menghasikan pulpal floor yang

datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan

pengurangn cups, ini sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan,

biasanya menghasilkan pulpal floor naik ke oklusal (Gb. 10).

Gambar 5. Diamond is moved mesially to include all faults

Page 24: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Gambar 6. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of premolar. B, Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.

Gambar 8. Faciolingual extension. Maintain initial 1.5-mmpulpal depth up cuspal inclines.Gambar 7. Mesiodistal extension. Preserve dentin support of marginal ridge enamel. A, Molar. B, Premolar.

Page 25: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Gambar 9. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm

inside the DEJ. C, Facial view.

Gambar 10. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.

b. MODIFIED

Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

ketebalan yang cukup bagi bahan restoratif. Semua tepi harus

mempunyai butt-joint cavosurface angle 90º untuk mendapatkan

kekuatan tepi bagi bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat

membulat untuk menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus

mengurangi kemungkinan terjadinya fraktur.

Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi

harus yang berbentuk tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen

ke arah oklusal. Bentuk divergen ini akan mempermudah insersi pasif

untuk restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya sudut yang dibentuk

tidak tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat

divergensi di antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi,

instrument potong digunakan untuk membuat dinding vertikal sejajar

aksis panjang mahkota gigi.

Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan

komposit dan keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran

Page 26: Restorasi Resin Komposit Kelas I

1,5mm untuk mengurangi fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan

lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan halus. Idealnya, tidak boleh

ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada undercut

yang kecil, bisa ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer.

Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan

restorasi yang sebelumnya akan dibuang, dindingnya direstorasi dengan

liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival dikurangi

seminimal mungkin karena margin pada enamel lebih sering digunakan

untuk bonding.

Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies,

maka preparasi dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang

transitional line angle agar kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial

pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan ketebalan restorasi

yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3

atau lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping,

preparasi dikurangi 1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º.

Apabila cusps dikapping, terutama centric cusps, shoulder haruslah dibuat

dengan cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi

antagonis.

TEKNIK RESTORASI

Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya

dapat dikontrol secara langsung pada saat material komposit dimasukan

ke dalam preparasi seperti pada restorasi klas V. Hal ini benar terutama

pada pemakaian lightcured material dimana mempunyai working time

yang lebih lama, sehingga operator dapat membuat kontur pada restorasi

apabila material restorasi masih berada dalam keadaan yang belum

terpolimerisasi.

ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE

Page 27: Restorasi Resin Komposit Kelas I

a. TEKNIK ETSA

Tujuan:

Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat mengeras, oleh

karena itu kebocoran tepi restorasi lebih mungkin terjadi pada restorasi

resin dibandingkan bahan jenis lain. Bahan komposit yang ada saat ini

tidak memiliki kemampuan untuk menahan kebocoran tepi, sehingga

kebocoran cairan mulut sering terjadi pada bagian yang berdekatan

dengan restorasi. Secara singkat tujuan etsa asam adalah meningkatkan

perlekatan mekanis dan menutup tepi. Prosedur ini memperluas

penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan

yang kuat antara resin dan email serta memecahkan masalah yang

dihadapi oleh restorasi berbasis resin yaitu perubahan warna di bagian

tepi karena kebocoran tepi restorasi yang berhadapan.

Penggunaan

Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif

kedokteran gigi, seperti retensi logam berikatan resin, vinir berlapis

porselen dan braket ortodontik.1 Secara sistematis, ada 4 hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan etsa asam : metode, waktu, konsentrasi

asam, dan tipe asam yang digunakan.

Metode

Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan

menggunakan kuas atau injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung

yang baik dari kuas akan mengikatkan asam ke enamel pada

preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan

mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan

penurunan retensi akibat fraktur dari enamel interstitial yang

mengelilingi pori-pori yang sangat kecil (micropore).

Waktu

Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama,

normalnya 10-60 detik.3 Waktu yang lebih lama tidak akan

Page 28: Restorasi Resin Komposit Kelas I

menambah kekuatan ikatan. Namun, lamanya pemberian etsa

bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat lebih

lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami

fluorosis karena keduanya bersifat melawan prosedur etsa.

Konsentrasi asam

Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di

pasaran.1,3 Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di

pasaran. Konsentrasi lebih dari 50% dapat menyebabkan pembentukan

monokalsium fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang

menghambat kelarutan lebih lanjut.

Tipe asam yang digunakan

Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan

larutan encer. Tipe larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat

sulit untuk mengontrol flow cairan.2,3 Gel fosforik dengan viskositas

tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau Ultradent Etching Gel lebih mudah

untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam pembuatannya, gel tersebut

seringkali dibuat dengan menambah silika koloidal atau butiran polimer

ke dalam asam.

Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan

bahan dapat lebih dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar

gelembung udara antara kedua bahan tidak masuk karena jika ada

gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah dietsa,

asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel

dikeringkan. Tanda keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel

yang berwarna putih salju. Enamel ini harus dijaga agar tetap kering

sampai resin diletakkan, tujuannya untuk membentuk ikatan yang baik.

Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar

dapat menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi

kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera

Page 29: Restorasi Resin Komposit Kelas I

dibersihkan, enamel dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik

(lebih singkat dari waktu etsa awal).

b. TEKNIK PRIMER

Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang

dipreparasi dengan menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik

akan menentukan lama aplikasi bahan primer serta lama penyinaran.

Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin seharusnya mengkilap

secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi

lapisan primer lagi.

c. PENEMPATAN ADHESIF

Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka

bonding adhesive diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan

untuk mengaplikasikan bahan adhesive semua bagian atau struktur gig

yang telah di etsa dan di primer. Harus diperhatikan agar bahan adhesive

tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah diaplikasikan, bahan

adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah polimerisasi

material komposit akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive

tersebut.

INSERSI DAN CURING THE COMPOSITE

Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan

instrument tangan atau syringe. Komposit self-curing jarang digunakan

untuk restorasi klas V karena light-curing mempunyai banyak kelebihan

dibanding self-curing. Diusapakan campuran komposit self-cured pada

preparasi dengan menggunakan instrument tangan sambil vibrasi.

Ujungnya dapat dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya prosedur

ini dilakukan dua kali supaya preparasi terisi penuh atau lebih. Kemudian

Page 30: Restorasi Resin Komposit Kelas I

eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival cavosurface margin dengan

menggunakan eksplorer No. 2 atau dengan menggunakan blade pada

instrument komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak

dipreparasi, gingival dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika

komposit mulai mengeras, maka konturing harus dihentikan.

Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi

klas V disebabkan oleh working time yang lebih lama dan kontur yang

dapat dikontrol sebelum terjadi polimerisasi. Hal ini sangat berguna pada

restorasi dengan preparasi yang besar atau pada preparasi dengan

merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi dapat

merusakan struktur gigi.

KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT

Konturing dapat dimulai dengan segera setelah penyinaran light-

cured materi komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah

pengersan materi self-cured. Permukaan oklusal dibentuk dengan round,

12-bladed carbide finishing bur atau bentuk yang serupa untuk finishing

diamond. Special carbide-tipped carvers (carbide carvers;brasseler USA,

Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan kelebihan komposit yang

panjang di daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan dengan piloshing cups

atau point atau keduanya setelah oklusi diperoleh. Setelah itu dilakukan

pembentukan anatomi oklusal komposit gigi sehingga juga diperoleh seni

dalam insersinya .

Tahapan:

Page 31: Restorasi Resin Komposit Kelas I

1. Diamond fine 8274-016 (red band) digunakan untuk membuat kontur dan meperbaikii morfologi oklusal gigi. Ujung cups, kemiringan instrument diletakkan dengan benar pada fossa dari arah bukal atau lingual

2. Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk membuat kontur dan antomi oklusal gigi. Ujung instrument ditempatkan dengan tepat di tengah fossa dan diarahkan daru bukal maupun sisi lingual. Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial maupun distal.

  3. ET6UF(30 blade white band) carnide digunakan untuk finishing restorsai komposit. Instrumen ini  digunakan untuk restorasi komposit dan menfinishing bagian magin gigi.

  4. H274uf-016 (30 blade white band) digunakan untuk menfinishing, dan membuat kontur dari oklusal gigi agar sesuai dengan anatomi.

5.Ujung diamond imprehnated(green)DC1M digunakan untuk mengawali polishing yang ditempatkakn pada tengah fossa dan diarahkan dari bukal maupun lingual

6.  Pada akhir polishing, maka digunakn ujung dari fine (gray)polishing sehingga dapat diproduksi kilau yang bagus pada gigi.

Page 32: Restorasi Resin Komposit Kelas I

7. cup DC3M (medium) digunakan untuk menghilangkan kotoran dan membuat hasil restorasi baik

8. Hasil akhir dari Poloshing, sehingga restorasi komposit terlihat mengkilat

Tujuan melakukan polishing:

1. supaya tahan dari stain

2. supaya tahan dari formasi plak dan kalkulus

3. mudah dibersihkan

4. meminimalkan iritasi dari jaringan lunak

5. dapat meningkatkan ketahanan restorasi

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Page 33: Restorasi Resin Komposit Kelas I

INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Indikasi untuk restorasi indirect tooth-colored yang dihubungkan

dengan kombinasi tuntutan estetik dan ukuran restorasi sebagai berikut:

1. Estetik

Restorasi indirect tooth-colored diindikasikan utuk restorasi kelas I dan II

yang berlokasi di daerah yang penting estetiknya bagi pasien.

2. Kerusakan yang luas atau sudah direstorasi sebelumnya

Restorasi indirect tooth-colored dapat dipertimbangkan untuk merestorasi

kerusakan pada kelas I dan II atau dapat digunakan juga untuk mengganti

restorasi yang luas, khususnya pada bagian faciolingual dan disarankan

untuk menutup cups/tonjol. Restorasi yang luas paling baik direstorasi

dengan restorasi adhesive sehingga lebih memperkuat struktur gigi.

Materi restorasi indirect tooth-colored dapat lebih tahan lama

dibandingkan dengan direct komposit jika ditempatkan pada restorasi

yang luas pada bagian oklusal posterior, khususnya dalam

mempertahankan permukaan oklusal dan kontak oklusal. Resistensi yang

didapatkan dari materi indirect khususnya pada restorasi luas bagian

posterior melibatkan semua kontak oklusal. Tanpa bagian terbesar yang

mencukupi, maka keberadaan restorasi komposit/ indirect keramik akan

mudah fraktur terutama pada bagian molar.

3. Faktor ekonomi

Beberapa pasien menginginkan perawatan dental yang terbaik dengan

tanpa memperhatikan biayanya. Untuk pasien yang seperti ini, maka

restorasi indirect-tooth colored diindikasikan tidak hanya untuk restorasi

yang luas, tetapi juga untuk restorasi dengan ukuran yang sedang

(biasanya dapat direstorasi dengan materi restorasi direct, misalnya

komposit).

Page 34: Restorasi Resin Komposit Kelas I

KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

INDIREK

Kontraindikasi untuk tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah

sebagai berikut:

1. Tekanan oklusal yang besar

Tumpatan komposit dapat retak/fraktur ketika mendapat tekanan oklusal

yang besar, misalnya pada pasien dengan kebiasaan buruk mengerot gigi

(bruxism). Pada pasien bruxism sebagian besar giginya mengalami atrisi

karena lapisan enamelnya menipis.

2. Area terlalu kering

Tumpatan indirek membutuhkan bahan adhesive untuk merekatkan

restorasi dengan gigi. Bahan adhesive ini memerlukan kelembaban untuk

menjaga keawetan restorasi tersebut. Oleh sebab itu, pada area yang

terlalu kering, penumpatan dengan teknik ini harus dihindari karena

keawetan restorasi tidak akan optimal.

3. Preparasi subgingiva yang terlalu dalam

Preparasi dengan batas subgingiva yang terlalu dalam harus dihindari

sebab akan menimbulkan kesulitan saat dilakukan pencetakan.

KEUNTUNGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Keuntungan tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai

berikut:

Page 35: Restorasi Resin Komposit Kelas I

1. Meningkatkan sifat fisik

Tumpatan indirek memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan

tumpatan resin komposit metode direk karena tumpatan indirek dibuat

dibawah kondisi laboratoris yang ideal.

2. Teknik dan material dapat bermacam-macam

Tumpatan indirek dapat menggunakan resin komposit maupun ceramic

yang dibuat dengan bermacam-macam proses laboratorium atau dengan

metode CAD/CAM.

3. Keawetan

Tumpatan ceramic lebih tahan lama pemakaiannya dibandingkan

tumpatan resin komposit merode direk, khususnya pada penumpatan

regio oklusal yang luas pada gigi posterior.

4. Mengurangi pengekerutan saat polimerisasi

Pengkerutan saat polimerisasi merupakan kelemahan terbesar dari

tumpatan resin komposit metode direk. Dengan metode indirek, sebagian

besar preparasi terisi oleh tumpatan dan tekanan dapat berkurang karena

hanya sedikit semen yang digunakan saat sementasi.

5. Memperkuat struktur gigi pendukung

Struktur gigi yang lemah oleh karena karies, trauma, maupun preparasi

dapat diperkuat dengan bonding adhesive pada tumpatan indirek.

6. Memiliki kontur dan kontak yang lebih baik

Tumpatan indirek biasanya memiliki kontur (khususnya kontur proksimal)

dan kontak oklusal yang lebih baik dibandingkan tumpatan direk. Hal ini

dikarenakan pembuatan di luar rongga mulut akan memudahkan akses

dan penglihatan.

Page 36: Restorasi Resin Komposit Kelas I

7. Biokompatibel dan respon jaringan yang baik

Ceramic merupakan material inert dengan biokompatibiltas yang

sempurna dan respon jaringan yang baik.

KEKURANGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

1. Waktu dan biaya yang lebih banyak

Sebagian besar teknik indirek, kecuali metode CAD-CAM, membutuhkan

dua kali kunjungan pasien, serta pembuatan restorasi sementara. Faktor

ini, ditambah dengan biaya laboratorium, berkontribusi pada lebih

mahalnya biaya restorasi indirek dibanding restorasi direk. Meskipun inlay

dan onlay indirek lebih mahal dibanding restorasi direk (amalgam dan

komposit), inlay dan onlay ini lebih murah dibanding mahkota all ceramic

atau porcelain fused to metal.

2. Sensitivitas teknik

Restorasi yang dibuat dengan teknik indirek membutuhkan ketrampilan

operator yang tinggi. Ketrampilan ini penting saat preparasi, mengukir

model, sementasi, dan finishing restorasi.

3. Kegetasan keramik

Restorasi keramik dapat pecah bila hasil preparasi tidak menghasilkan

ketebalan yang adekuat untuk melindungi dari tekanan oklusal atau bila

restorasi tidak didukung oleh media semen dan preparasi yang baik.

Pecahnya keramik juga dapat terjadi selama try in atau setelah

sementasi, yang biasa terjadi pada pasien dengan tekanan oklusal yang

tinggi.

4. Kontak berlebih antara gigi antagonis dan restorasi antagonisnya

Page 37: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Material keramik dapat menyebabkan pemakaian yang berlebih pada gigi

atau restorasi antagonisnya.

5. Perlekatan resin dengan resin yang sulit

Restorasi komposit harus diabrasi secara mekanik atau diberi bahan kimia

untuk memfasilitasi adhesi semen. Ikatan antara restorasi komposit

indirek dan semen komposit sangat lemah.

6. Kemungkinan kecil dapat diperbaiki

Restorasi indirek, terutama inlay atau onlay keramik, sulit untuk diperbaiki

meski hanya pecah sebagian. Bila pecah terjadi pada restorasi, inlay atau

onlay kompist dapat diperbaiki menggunakan sistem adesif dan resin

komposit aktivasi sinar. Kekuatan ikatan restorasi komposit indirek dan

direk relative sama. Namun jika sebuah inlay atau onlay keramik pecah,

perbaikannya tidak sama dengan inlay atau onlay komposit. Karena inlay

atau onlay keramik diindikasikan untuk daerah yang terkena tekanan

oklusal tinggi serta estetik yang diutamakan, perbaikan dengan komposit

direk tidak dianjurkan karena komposit tidak sesuai untuk area yang

terlihat dari luar.

7. Try in dan polishing yang sulit

Restorasi komposit dapat dipolish intraoral dengan instrument dan

material yang sama untuk memolish restorasi komposit direk, meski

beberapa area tepi sulit untuk dipolish. Namun, keramik lebih sulit

dipolish karena dapat terjadi marginal gap dan kekerasan permukaan

keramik.

INLAY DAN ONLAY KOMPOSIT YANG DIPROSES SECARA

LABORATORIS

Inlay dan onlay komposit yang diproses secara laboratoris lebih

resisten terhadap tekanan oklusal daripada resin komposit direk,

Page 38: Restorasi Resin Komposit Kelas I

terutama pada area kontak bagian oklusal. Restorasi ini mudah

disesuaikan, memberi sedikit tekanan pada dentin, estetik yang baik, dan

dapat diperbaiki.

Gambar 11. Onlay dan inlay komposit pada working model (Alex, 2003)

Gambar 12. Onlay dan inlay komposit pada gigi (Alex, 2003)

Restorasi ini diindikasikan ketika :

1. Wear resistance yang maksimum dibutuhkan

2. Kontur dan area kontak yang baik sulit didapatkan melalui restorasi

lain

Page 39: Restorasi Resin Komposit Kelas I

3. Restorasi keramik merupakan kontraindikasi karena biaya yang

besar atau khawatir terjadi keausan pada gigi antagonis

Restorasi inlay dengan menggunakan bahan komposit pada gigi

molar diketahui memiliki tingkat kegagalan 50%, hal ini mengindikasikan

bahwa bahan restorasi komposit lebih baik digunakan pada gigi molar

(Roberson dkk.,2002) .

Keuntungan menggunakan teknik indirek restorasi komposit adalah

diperoleh tooth reinforcement, menjaga stuktur gigi, integritas tepi yang

tepat, dan wear resistance yang mirip dengan enamel. Restorasi ini juga

memberikan wear compatibility yang sesuai dengan gigi antagonis,

kontak proksimal yang tahan lama, dan morfologi dan estetik gigi yang

tepat (Terry dan Touati, 2001).

Berikut ini merupakan fabrikasi inlay/onlay komposit menurut Roberson

dkk. (2002):

1. Restorasi komposit indirek pertama-tama dibentuk pada working

model gigi yang dipreparasi.

Page 40: Restorasi Resin Komposit Kelas I

2. Penempatan komposit dilakukan per lapisan, tiap lapisan disinar

dengan light curing unit untuk polimerisasi.

3. Apabila sudah didapatkan bentuk yang sesuai, restorasi tersebut

dilapisi gel khusus untuk mengeluarkan udara dan menghindari

terbentuknya lapisan permukaan oxygen-inhibited.

4. Curing akhir dilakukan dengan menginsersi inlay pada alat seperti

oven.

Page 42: Restorasi Resin Komposit Kelas I

PREPARASI KELAS I INDIREK

            Restorasi gigi indirek adalah restorasi gigi yang dibuat di

laboratorium, di mana sebelumnya gigi dan rahang pasien sudah dicetak

oleh dokter gigi kemudian hasil cetakan tersebut dikirim ke laboratorium.

Umumnya indirect restorations berupa logam tuang yang akan

disemenkan pada gigi yang telah dipreparasi, dan pengerjaannya

membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan. Material yang lazim

digunakan adalah porcelain, logam paduan emas, atau logam paduan

dasar. Indirect restoration umumnya diindikasikan pada gigi belakang

(premolar maupun molar). Macam dari indirect restorations diantaranya

adalah : Inlay, Onlay, dan Crown atau mahkota tiruan.

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan dari logam tuang yang

dibuat di dental lab kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen

kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah

gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan

yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara

direct dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan

tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.

Page 43: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Teknik preparasi gigi untuk onlay dan inlay berbeda karena langkah-

langkah pembuatannya juga berbeda. Permukaan gigi premolar & molar

tidak rata melainkan ada tonjol-tonjol (cusps). Inlay adalah tambalan yang

berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak begitu luas.

Sementara onlay biasanya lebih luas dan menutupi salah satu atau lebih

tonjol gigi tersebut. Dapat dikatakan onlay adalah merekonstruksi kembali

gigi yang kerusakannya sudah sangat luas.

Sebelum memulai proses preparasi, dokter gigi sebaiknya benar-

benar memastikan jenis restorasi apa yang akan dikerjakan sesuai

dengan indikasi yang terdapat pada kasus gigi tersebut. Pada kunjungan

pertama, langkah awal yang harus dilakukan adalah menganestesi dan

mengisolasi pasien, misalnya dengan rubber dam. Gigi pasien yang

mengalami karies dibersihkan, atau tambalan lama dibongkar. Karies,

undercut, dan email yang tidak didukung dentin harus dihilangkan dari

gigi tersebut. Kemudian gigi diasah/dipreparasi untuk kedudukan

inlay/onlay, setelah preparasi selesai gigi pasien dicetak. Hasil cetakan

akan dibawa ke dental lab untuk diproses selanjutnya. Gigi pasien lalu

ditutup dengan tambalan sementara. Pada kunjungan kedua, inlay/onlay

dicobakan dan direkatkan ke gigi secara permanen. Dinding-dinding

direstorasi sampai mencapai bentuk yang ideal dengan bantuan

liner/base material restorasi komposit atau  light-cured glass-ionomer.

Tujuan dasar dari preparasi onlay dan inlay adalah menghasilkan

ketebaan yang adequate untuk menampung material restoratif  dan pola

insersi yang pasif.  Dinding-dinding kavitas membentuk sudut 90°  dan

sejajar satu sama lain.

Page 44: Restorasi Resin Komposit Kelas I

            Bur  yang digunakan adalah bur carbide atau diamond yang

berbentuk tapered yang dapat membentuk dinding facial dan lingual

divergen ke oklusal. Bentuk ini dapat memudahkan terciptanya insersi

dan removal hasil restorasi ssecara pasif. Sudut divergensi yang optimal

tidak diketahui secara pasti, tapi dapat diprkirakan sebesar  2°-5°

            Komposit dan keramik menganjurkan agar luas isthmus dan

pemanjangan groove minimal 1,5 mm untuk mengurangi kemungkinan

tejadinya fraktur pada restorasi. Lantai pulpa harus halus dan rata. Garis

cavosurface sebaiknya membentuk sudut 90° karena inley komposit dan

keramik sifatnya mudah retak. Jika pada permukaan facial ataupun lingual

gigi terdapat karies ataupun kerusakan lainnya, maka pelebaran preparasi

harus dilakukan dengan penambahan gingival shoulder. Jika tonjol-tonjl

gigi harus ditutup, maka harus dilakukan pengurangan terhadap tonjol

tersebut sebesar 1,5-2 mm dengan sudut cavosurface sebesar  90°.

            Aksiopulpal line angle dibuat tajam, dan aksiogingival line angle

diberi groove(alur). Dinding-dinding dibuat tegak atau sedikit divergen ke

arah oklusal untuk memudahkan afdruk malam atau pemasangan inley.

Retensi dan resistensi diperoleh dengan membentuk dinding-dinding

kavitas sejajar satu dengan yang lain, dinding-dinding yang lurus, dasar

yang datar dan sudut-sudut yang tajam.

IMPRESSION

Sistem tooth-colored indirect inlay/onlay mengharuskan preparasi

gigi dan gigi-gigi disebelahnya tercetak sesuai dengan interoklusal gigi-

gigi yang dicetak, barulah restorasi tersebut boleh diproses di

laboratorium.

Setelah gigi selesai dipreparasi sesuai bentuknya, pencetakan harus

segera dilakukan agar mendapat bentuk cetakan preparasi gigi yang

akurat. Material (bahan) cetak harus mampu mencetak semua permukaan

gigi yang telah dipreparasi. Hal ini tidak selalu dapat dicapai jika gingiva

yang mengelilingi gigi yang telah dipreparasi tersebut menghalangi

material (bahan) cetak untuk mencapai seluruh permukaan gigi. Oleh

Page 45: Restorasi Resin Komposit Kelas I

karena itu, retraksi gingiva sering dilakukan dengan tujuan untuk

membuka perlekatan gingiva dari bagian serviks gigi secara sementara.

Tahap dari retraksi gingiva yaitu sebagai berikut : (1) pastikan bagian gigi

yang akan dicetak dalam kondisi kering dan bersih, dapat menggunakan

cotton rolls, dri-angles, dan saliva ejector jika diperlukan. (2) Tempatkan

benang retraksi gingiva mengelilingi gigi yang telah dipreparasi. (3)

Tunggu kurang lebih 4 menit. (4) Kemudian cuci dan keringkan daerah

gigi yang akan dicetak.

Tahap pencetakan gigi setelah dilakukan retraksi gingival, yaitu :

1. Semprotkan material cetakan dengan menggunakan syringe dengan

hati-hati hanya

mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.

2. kemudian segera masukkan sendok cetak yang juga telah diberi

material cetakan agar

dapat mencetak keselurahan gigi dalam 1 rahang.

Page 46: Restorasi Resin Komposit Kelas I

(3) Tunggu kurang lebih 5 menit sampai material cetakan mengeras.

(4) Lepaskan sendok cetak.

(5) Lepaskan benang retraksi gingiva yang sebelum telah dipasangkan.

Material cetakan yang sering digunakan untuk pencetakan restorasi

indirek yaitu material cetakan silicon atau polyvinylsiloxane. Ketepatan

pencetakan sangat menentukan keberhasilan restorasi indirek.

TAHAP PRE-ELIMINASI

Penggunaan rubber-dam sangat dianjurkan untuk menghindari

kontaminasi kelembaban dari dari gigi yang dipreparasi atau permukaan

restorasi saat sementasi dan untuk meningkatkan akses serta

memudahkan penglihatan saat pengerjaan restorasi. Setelah

penghilangan restorasi sementara, seluruh semen sementara dibersihkan

dari dinding preparasi.

TRY-IN RESTORASI DAN PENYESUAIAN KONTAK PROKSIMAL

Inlay atau onlay diletakkan dalam preparasi menggunakan tekanan

ringan untuk mengevaluasi ketepatannya. Jika restorasi tidak pas,

biasanya penyebab utama hal ini adalah permukaan proksimal yang

overkontur. Gunakanlah kaca mulut jika diperlukan, embrasur harus

diamati dari permukaan fasial, lingual, dan oklusal untuk menentukan di

mana kontur proksimal perlu penyesuaian untuk menentukan

penempatan akhir restorasi ketika menciptakan posisi yang tepat dan

membentuk kontak. Melewatkan dental-floss tipis melewati kontak dapat

Page 47: Restorasi Resin Komposit Kelas I

digunakan untuk mengetahui ketebalan dan posisi, menunjukkan kepada

operator yang telah berpengalaman di mana letak dan derajat ekses

kontak. Kertas artikulasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kontak proksimal yang terlalu tebal. Abrasive disk digunakan untuk

menyesuaikan kontur proksimal dan hubungan kontak. Ketika

menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak proksimal, successively finer

grits dari abrassive disk digunakan untuk memoles permukaan proksimal

karena daerah ini tidak dapat dipoles setelah sementasi.

Jika kontur proksimal tidak overkontur, dan restorasi masih tetap

tidak pas, preparasi harus dicek kembali untuk residual material

sementara atau debris. Jika preparasi bersih, interferensi internal atau

marginal juga dapat mencegah restorasi untuk pas pada tempatnya.

Ketika interferensi telah diidentifikasi menggunakan inspeksi visual yang

teliti pada margin atau menggunakan material ”fit-checker”, harus

dilakukan penyesuaian pada restorasi, pada preparasi, atau pada

keduanya. Interferensi jarang terjadi karena keakuratan material impresi

kontemporer dan sistem keramik, dan laboratorium biasanya

menggunakan die-spacer pada aspek internal dari preparasi untuk

menghindari kesulitan pada saat penempatan restorasi. Jika terjadi

diskrepansi yang besar antara preparasi dengan inlay atau onlay, cetakan

baru harus dibuat.

Ketepatan marginal dicek kembali setelah keseluruhan restorasi

telah ditempatkan. Sedikit ekses kontur dapat dihilangkan, jika akses

memungkinkan, dengan menggunakan instrumen fine-grit diamond atau

bur 30-fluted carbide finihing. Penyesuaian ini dilakukan setelah restorasi

disemenkan untuk menghindari fraktur marginal. Kebanyakan restorasi

sewarna gigi indirek mempunyai jarak marginal yang lebih besar daripada

restorasi dari emas.

SEMENTASI

Untuk menghasilkan bonding yang baik, maka permukaan internal

dari inlay/onlay harus diberikan perlakuan tertentu lebih dulu. Teknik dan

Page 48: Restorasi Resin Komposit Kelas I

material yang digunakan bervariasi tergantung pada sistem restorasi

yang digunakan. Untuk inlay/onlay komposit, matriks dari resin telah

terpolimerisasi sehingga bonding site pada permukaan internal restorasi

telah siap untuk berikatan secara kimiawi dengan semen komposit. Untuk

meningkatkan perlekatan semen dengan restorasi komposit, beberapa

sistem memerlukan penggunaan pelarut sebelum melakukan sementasi

untuk membuat permukaan dalam dari restorasi menjadi lebih halus.

Sistem lain merekomendasikan air abrading / sandblasting dengan

menggunakan partikel aluminium oxide yang abrasif pada permukaan

internal restorasi. Hal ini dapat meningkatkan kekasaran permukaan dan

meningkatkan luas permukaan area untuk bonding.

Asam hidrofluoric biasa digunakan untuk mengetsa permukaan

internal dari inlay/onlay keramik. Asam tersebut meningkatkan dukungan

permukaan, meningkatkan luas permukaan untuk berikatan dan

menghasilkan ikatan mikromekanis semen komposit dengan restorasi

keramik. Etsa dengan menggunakan asam hidrofluoric biasanya dilakukan

di laboratorium. Operator harus memperhatikan permukaan internal dari

restorasi untuk memastikan bahwa proses etsa sudah berhasil dengan

baik, yang terlihat dari adanya suatu penampakan putih yang opaque

serupa dengan penampakan email setelah dietsa. Pengetsaan keramik

yang langsung dilakukan dihadapan pasien biasanya memerlukan waktu

selama 2 menit untuk mengaplikasikan asam hidrofluoric pada

permukaan internal inlay/onlay. Setelah dietsa, diberikan silane coupling

agent untuk memfasilitasi perikatan kimiawi pada semen komposit.

Prosedur sementasi yang biasanya dilakukan adalah dengan

menggunakan strip matriks yang dapat dibuat dari plastik bening yang

dipotong kecil-kecil dan diaplikasikan pada masing-masing sisi proksimal

gigi dan dengan menggunakan wedge (perlu diketahui juga bahwa

penggunaan matriks ini bukan merupakan suatu keharusan). Setelah itu

dapat dilakukan try-in inlay/onlay untuk melihat ketepatan ukuran.

Dilakukan pengetsaan pada permukaan preparasi, setelah itu dilakukan

bonding pada email atau dentin. Pada umumnya, langkah terakhir dalam

bonding (misalnya unfilled resin) juga diaplikasikan pada permukaan

Page 49: Restorasi Resin Komposit Kelas I

internal restorasi yang telah sebelumnya dietsa dan diberikan silane (self-

adhesive, semen yang berbasis semen). Komposit dual-core biasanya

dicampur dan diinsersikan pada preparasi dengan menggunakan syringe

atau instrument yang berbentuk paddle. Setelah itu, permukaan internal

dari restorasi dilapisi dengan semen komposit lalu inlay dapat segera

diinsersikan pada gigi yang telh dipreparasi dengan tekanan yang tidak

begitu keras. Untuk menempatkan inlay dengan tepat pada restorasi

biasanya digunakan ball burnisher yang digetarkan dengan lembut sedikit

demi sedikit. Jika terdapat kelebihan pada semen komposit dapat

dikurangi dengan menggunakan thin-bladed composite instrument,

brushes atau eksplorer. Perlu diperhatikan oleh operator untuk berhati-

hati dalam menghilangkan komposit dari permukaan marginal antara gigi

dengan inlay. Setelah pas, dilakukan proses light-curingdari arah oklusal,

fasial, dan lingual masing-masing selama 60 detik. Namun dapat juga

disesuaikan dengan rekomendasi pabrik. Untuk lebih jelasnya mengenai

langkah-langkah dalam melakukan sementasi dapat dilihat dari gambar 1-

4 yang ada di bawah ini.

Gambar 21. aplikasi asam hydrofluoric pada permukaan internal sebuah inlay keramik

Page 50: Restorasi Resin Komposit Kelas I

Gambar 22. strip matriks yang berupa plastik bening ditempatkan pada bagian

proksimal gigi (gambar kiri) dan inlay diinsersikan pada gigi (gambar kanan)

Gambar 23. A terlihat enamel dan dentin yang dietsa dengan menggunakan asam

fosfor

B Semen komposit diaplikasikan pada inlay

C Setelah itu dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif

D Inlay keramik diinsersikan pada gigi

Gambar 23 E dan F sebelum dilakukan proses light cure, kelebihan semen komposit dihilangkan dengan menggunakan eksplorer, brushes atau IPC carver. Lalu pada gambar

F dilakukan proses light-cure dari sisi oklusal, fasial dan lingual

FINISHING DAN POLISHING RESTORASI RESIN KOMPOSIT

KELAS I INDIREK

Kelebihan (ekses) restorasi resin komposit dapat dihilangkan

dengan surgical blade. Setelah ekses dihilangkan, dilakukan pengecekan

oklusi dan bila perlu dilakukan penyesuaian. Kontak prematur dapat

dikoreksi dengan instrumen fine-grid diamond, dilanjutkan dengan 30-

Page 51: Restorasi Resin Komposit Kelas I

fluted carbide finishing burs, bila penyesuaian dilakukan pada restorasi.

Pada beberapa kasus, penyesuaian oklusi dilakukan pada gigi antagonis

dari gigi yang direstorasi. Hal ini hanya dilakukan jika dibutuhkan

penyesuaian oklusi untuk mengkoreksi dataran oklusal (occlusal plane)

dari gigi antagonis atau untuk mengurangi tonjol gigi antagonis agar tidak

terjadi trauma oklusal (Roberson dkk., 2002).

Setelah penyesuaian oklusi dilakukan, restorasi harus dipoles.

Pemolesan restorasi resin komposit indirek menggunakan alat dan bahan

yang sama dengan restorasi resin komposit direk. Pada pemolesan

digunakan polishing cups atau polishing points. Dalam penggunaan

instrumen putar harus selalu disertai aliran air dan pemakaian dengan

tekanan kecil. Hasil restorasi yang mengkillap bisa didapatkan dengan

mengaplikasikan pasta poles yang mengandung pumice, silca, alumina,

atau tinoxide dengan bantuan sikat (brushes), rubber cups, atau dental

tapes. Setelah pemolesan akhir, restorasi resin komposit dapat diberi

lapisan tipis glaze untuk meningkatkan kehalusan permukaan (Chandra

dkk., 2007).

 

Gambar 24. Finishing dengan egg-shaped 30-bladed 

Gambar 25. Polishing dengan silicone carbide bur

tungsten fine finishing bur

Page 52: Restorasi Resin Komposit Kelas I
Page 53: Restorasi Resin Komposit Kelas I

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996. Achieving Cotton Roll Isolation, J Am Dent Assoc. 127 (3): 354.

Baratieri LN, Ritter AV, Felippe PJ, Luis A. 1998. Direct Posterior Composite

Resin Restoration: Current Concepts For The Technique. Pract Priodont

Aesthet Dent. 10(7):875-886.

Baum L, Phillipis RW, Lund MR. 1995. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 3, W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Chandra S. 2008. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 1. Jaypee Brothers Medical Publisher. India.

Devlin, Hugh. 2006. Operative Dentistry, A Practical Guide to Recent

Innovations. Springer. Germany.

Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevant’s Art & Science

Opertrive Dentistry, Edisi 4. Mosby. Missouri.

Summitt JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz RS. 2006. Fundamentals of

Operative Dentistry, A Contemporary Approach. Quintessence Publishing

Co, Inc. Chicago.

Hermina TM. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit. Fakultas Kedokteran Gigi, Bagian Pedodonsia, Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library.