168

Resume empatcopy #edisi barisan diksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Baisan Diksi tak berisi dan hampir basi. Kenapa harus percaya kalimat sebelum kalimat ini? Jangan terlalu pagi 'sarapan' dengan kesimpulan, baca dan simpulkan apakah Barisan Diksi ini adalah sesuatu tak berisi dan hampir basi. Selamat mencari !

Citation preview

Page 1: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 2: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 3: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 4: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

1 |Tentang Empatcopy

8 |Diksi, Suara, Laku, Dan Luka

14 |Surat Dari Sahabat

19 |Pagi Sepi

24 |Menolak Lupa

Page 5: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

32 |Masih hidupkah yang bernama nalar ?

44 |Lulus A

55 |Langkah Dan Berpikir

59 |Kopi Item

71 |Kampus Gede Di Kabupaten Mbako

84 |Evo Bercerita Tentang Dia Dan Aku Bercerita Tentang Kamu

Page 6: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

90 |Dia Yang Bersemayam Di Hati

94 | ‘Teko’ Kopi

101 |Memandangnya Bukan Dari Sudut Senyap

112 |Sms Ba’da Maghrib

117 |Lamunan Dalam Mimpi

121 |Secangkir Kopi Dari Mimpi

Page 7: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

155 | Closing mark

Page 8: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 9: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

2

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

TENTANG EMPATCOPY

FOKUS dari empatcopy ini adalah mencoba mengangkat persoalan ekonomi,

budaya, dan sosial. Ketiga hal ini dipilih bukannya tanpa alasan mendasar,

Page 10: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

3

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

ekonomi mempunyai sejarah panjang dengan dampak cukup besar bagi

kehidupan masyarakat atau dalam skala luasnya pada suatu negara.

Budaya, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dimana

terjadi interaksi antar manusia dengan manusia, manusia dengan masyrakat,

manusia dengan apapun yang mana terjadi pertukaran (penyampain informasi)

baik verbal non verbal, dari interaksis sosial memunculkan kebiasan dalam

Page 11: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

4

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

kehidupan masyarakat suatu wilayah yang kemudian dirawat untuk menapaki

waktu hingga ia bernama budaya. Sosial adalah hal yang memiliki hubungan

dengan manusia, jadi ekonomi, budaya, agama, politik, cinta, alam dan apapun

yang berhubungan dengan manusia adalah sosial (begitu yang saya ingat dan

pahami dari materi ‘Analisis Sosial’ yang disampaikan oleh Sang Pemateri

Page 12: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

5

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

pada Petalihan Jurnalistik Tingkat Dasar yang diselenggarakan oleh Lembaga

Pers Mahasiswa Ekonomi ECPOSE – 28 – 30 Oktober 2011).

Point penting dalam empatcopy adalah blog bukan media untuk

mewadahi laku 'NARSIS', blog merupakan media untuk membantu memori

manusia tersimpan dan tersampaikan kepada mereka yang mau membaca.

Jangan berpikir siapa yang mau membaca ?, yang jelas adalah diri sendiri

Page 13: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

6

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

sebagai pembaca setianya. Mungkin dapat juga di maknai sebagai media

nostalgia masa-masa Taman Kanak-kanak atau Sekolah Dasar dimana baru

mengenal huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat, paragraph-paragraf dan

angka-angka.

Page 14: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

7

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Jika mengaku berAgama Islam istilah 'IQRO' tak asing di telinga, karena

itu perintah Pertama Tuhan kepada Nabi dan Rasul terahir. Dalam surat Al

Qolam, menulis merupakan salah satu anjuran dalam surat tersebut. Baca dan

tulis adalah WAJIB!. []

Page 15: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 16: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

9

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

DIKSI, SUARA, LAKU, DAN LUKA

ENTAH suara apa yang telah kau dengar, yang pada akhirnya membuat

dadamu terasa sesak. Hanya saja tidak terbersit suatu niatan apapun dariku

untuk membuatmu merasa tidak nyaman.

Page 17: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

10

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“LUKA” Iya, memang benar, suatu kebohongan jika aku berkata bahwa

aku tidak pernah merasa terluka. Namun, “luka” itu tidak sepenuhnya tercipta

atas apa yang telah kau lakukan dan ucapkan terhadapku. “Luka” itu lebih

tepatnya adalah bentuk keangkuhanku untuk mengakui kekalahanku, “Luka”

itu adalah bentuk pembelaan dan pembenaranku atas kebodohan-kebodohan

Page 18: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

11

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

yang telah aku lakukan, Dan “Luka” itu adalah bentuk ketidaksiapanku untuk

mengamini kebenaran-kebenaran yang telah kau tunjukkan.

Iya. “LUKA” itu… Memang terkadang terasa begitu menyakitkan.

Terutama ketika aku mendengarnya justru disaat aku butuh seseorang untuk

membesarkan hatiku. Dan disitulah kesalahan terbesarku, Aku lebih

mendahulukan emosi sesaatku, Hanya mendengar apa yang kau katakan

Page 19: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

12

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dengan telingaku.. Melihat apa yang kau lakukan hanya dengan mataku, dan

mengabaikan hati kecilku. Dan itulah dirimu. Seorang teman yang selalu

menunjukkan perhatiannya dengan cara yang berbeda, Meski banyak

penolakan yang aku lontarkan, kau tidak pernah mengabaikanku dan berhenti

untuk mengingatkanku, Hanya saja, butuh waktu sedikit lebih lama bagiku

untuk membiasakan diriku dengan caramu. Oleh karenanya, bukan permintaan

Page 20: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

13

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

maaf yang ingin aku terima, sebaliknya, ucapan Terimakasih-lah yang ingin

Aku sampaikan.[]

Page 21: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 22: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

15

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

SURAT DARI SAHABAT

EH apa kabanya kamu? Uda jenuh ya? Kayaknya sih gitu. Males ngapa-

ngapain. Kenapa sih mesti males? Kan ‘eman’ waktu yang tak dimanfaatkan

untuk hal bermanfaat.

Page 23: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

16

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Apa kabar skripsimu? Udah dari mana? Pasti seperti biasanya mbulet kayak

orangnya.

Surat ini datang dari alam kesadaran untuk nyadarin kamu yang belum

sadar. Puk-puk dulu biar bangun dari mimpi-mimpi semu, tuh liat

realitas! Eh iya ya, kamu tuh anak Bidik Misi kan? Kalau katanya Nindya

Aditya Putra, “Anaknya Negara yang kuliah dibayarin trus di kasih uang saku

Page 24: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

17

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

lagi.” Asik nggak thu? Asiknya disyukuri dengan giat belajar! Emang kamu

udah belajar apa aja? Ngopi? Pacaran? Jomblo? Kamu sendiri yang tahu, aku

hanya kesadaran yang tak lama lagi akan menguap diterpa rutinitas tak

jelasmu.

Eh kembali ke Bidik Misi, kamu kan sudah semester delapan tho? Di

semester ini adalah batas akhir kamu lulus! Jika nggak lulus semester ini.

Page 25: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

18

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Ada efek buble kalau kata anak-anak ekonomi. Kamu nggak ada uang

saku? Bayar sendiri SPP? Trus dapat uang dari mana coba? Kan kamu

belum kerja tho??

Nah gini maksudku sebelum aku menghilang, pesanku cuman

satu, “Cepat selesaikan Skripsimu. Bunuh malasmu”.

Wasallam

Page 26: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 27: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

20

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

PAGI SEPI

GEMERICIK air ‘dilautan’ yang dibangun Mahapala dengan ikan-ikannya yang

tak peduli akan riuh rendah kisruh Cicak dengan buaya atau Cicak dengan

kebun binatang.

Page 28: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

21

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Hanya lantunan lagu dari Efek Rumah Kaca yang mengisi sunyi sepi

dalam ruang kubus bernama sekretariat LPME Ecpose. Melankolia judul yang

diberikan oleh sang empunya lagu, disuarakan oleh speaker Simbada yang

telah hidup lebih lama daripada kekuasaan ‘Raja Jawa’ penunggang banteng.

Kopi hanya menyisakan ampas. Hanya Toppas yang masih hidup di pagi yang

baru terlahir atau mau terlahir, karena apa arti pagi tanpa matahari?

Page 29: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

22

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Tak harus serius”, itu kata Adi Hardianto Nugroho.

Ya ini tak serius, tapi ngawur. Tak apalah mumpung ada kesempatan

untuk ngawur, waktu ujian kuliah engkau dan aku tak memiliki kesempatan

untuk ngawur atau engkau dan aku punya kesempatan tapi memilih jalan lain

yang lebih baik dan lebih benar. Ya, mungkin hidup tak hanya berisi tumpukan

Page 30: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

23

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

keinginan-keinginan yang perlu dilampiaskan. Baik dan benar juga hidup

dalam kehidupan, tinggal aku dan engkau menghidupkan dalam diriku, dirimu

dan kehidupan. Hal ini tak serius tak perlu dipikirkan, masih banyak

keinginan-keinginan yang perlu engkau dan aku cari pada alam mimpi.[]

Page 31: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 32: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

25

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

MENOLAK LUPA

“Lumpukanlah ingatanku hapuskanlah tentang dia..”

Sebuah penggalan lirik dari sebuah lagu yang dipopulerkan oleh band bernama

geisha.

Page 33: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

26

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Tak ada kesanggupan untuk mengenang sejarah yang telah dilakukan, itulah

tafsir saya ketika di ijinkan menafsirkan penggalan lirik diatas.

Kaum Romantisme bangga akan kegagahan atau keberhasilan masa

lampau dan mengenangnya merupakan sesuatu yang menyenangkan, seperti

itu ingat saya akan kalimat-kalimat dalam buku Dunia Sophie. Dunia Sophie

Page 34: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

27

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

memang berbeda dengan realitas masa kini, nada-nada yang minor dan lagu

perselingkuhan mengatasnamakan pasar semua begitu benar.

Lirik lagu yang didengar menyerukan ‘lupakan sejarah pahitmu’,

memang tak ada salahnya tapi kapan mau belajar dari sejarah. ‘Menolak lupa’

adalah kata yang sering terdengar di kalangan Pers Mahasiswa, dan dapat

Page 35: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

28

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dikatakan sebuah antithesis. Idealnya Tak Lupa, namun katanya Sekret

sebelah yang sudah pindah, “Manusia itu tempatnya salah dan lupa”.

14 – 17 Juni 2014, Afdeling Gunung Pasang adalah tempat orientasi

para anggota magang salah satu lembaga Pers Mahasiswa di Fakultas

Ekonomi Universitas Jember. Sebut saja si A, dia tinggi dan kurus mungkin

berat badannya kurang dari enam puluh kilogram. Dia sebagai Pimpinan

Page 36: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

29

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Litbang di lembaga itu. Di hari terakhir project penting si Pimlit

adalah survey jalan buat acara JURIT (tak perlu dijelaskan).

Dan si Pimlit melakukan tugasnya dengan baik dan bekata “Saiki aku

ileng dalane seng biyen”. Kala itu ada salah satu pengurus yang meragukan

rasa percaya diri dan ingtannya, “Iyo a ?, ngko gek gak!”, celetukan yang

keluar di sore itu yang mulai gelap menyambut malam.

Page 37: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

30

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Gelap menyelimuti perkebunan itu, sunyi menerpa, suara gemericik air

sungai yang terlalu bermesraan dengan jangkrik-jangkrik yang lagi ngerupi

tanpa secangkir kopi. Streamline (tali penanda) mulai dipasang di titik-

titik riskan jalan yang di gunakan JURIT. Si Pimlit adalah komandannya, di

tiga per empat jalan saya pun terhenti karena pak komandan juga berhenti.

Page 38: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

31

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Ternyata si Pimlit yang percaya diri dengan ingatannya, pada akhirnya dia

diserang oleh yang namanya LUPA.

Rombongan pemasang streamline mengalami kegalauan karena tak tahu

arah dan tujuan. Penyakit LUPA memang datang tak di undang pulang tak

diantar, mungkin dia satuklan dengan JELANGKUNG. Aku baru tersadar si

Pimlit jika di sekret sering mendengarkan lagunya GEISHA.[]

Page 39: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 40: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

33

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

MASIH HIDUPKAH YANG BERNAMA

NALAR ?

SORE hujan memeluk tanah yang akrab dengan tanaman tembakau, walau kala

itu padi yang tumbuh. Kalender baru terpampang di dinding tepat pada minggu

Page 41: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

34

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

11 januari 2015. Jemari menelusuri ‘keyboard‘ untuk menuangkan pemikiran

yang kurang penting. Kurang penting, mungkin tulisan ini tak enak dibaca atau

bahkan tak bermakna. Namun jemari itu punya kehidupan sendiri ia terus

menikmati penjelahannya.

Sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa Ekonomi ECPOSE (LPME

ECPOSE) masih di huni sepi serta dua makhluk yang gak jelas arah dan tujuan

Page 42: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

35

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

hidupnya. Yang jelas dua makhluk itu akan terlepas dari pelukan Sang Waktu

dan diberi singgahsana di dasar bumi. Makhluk pertama adalah Hudi

Darmawan dengan potongan rambut barunya namun isi kepalanya tak jauh

beda. Kedua, Adi Hardianto Nugroho yang memakai jaket berwarna merah

dan belum menanggalkan kejombloaannya. Maaf bukan hanya dua makhluk

yang menghuni sekret, masih ada satu Nyamuk beserta anak dan cucu-

Page 43: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

36

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

cucunya serta Gadis berambut panjang hingga rambutnya menutupi wajah.

Mungkin keberadaan gadis itu bisa di tanyakan pada Fransiska Riski P.

Membuka lembaran Novel Dunia Sophie yang pada akhirnya bertemu

dengan sesosok bernama Plato. Plato bercerita bahwa manusia itu terdiri

dari tiga bagian, pertama otak dengan akalnya, hati dengan

perasaannya terakhir perut dengan keinginannya atau sebut saja nafsu. Akal

Page 44: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

37

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dengan Logikanya memandang realitas harus sesuai dengan pemikirannya

(idealisme) hingga menemukan kata benar walau menurut personal. Hati

dengan rasa, dan aku tak bisa menjelaskannya mungkin bisa bertanya pada

manusia super di Metro Tv, sebut saja Mario Teguh. Ketika berbicara Nafsu

atau keinginan, aku tak tau apa itu?, ustad Maulana yang masih eksis di pagi

hari lewat Trans Tv pasti bisa menjawabnya, tapi mungkinkah mau menjawab

Page 45: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

38

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

pertanyaanmu? Siapa kamu? Dari mana? Kenapa nanya-nanya? Emang kamu

teman facebooknya?

Manusia dengan lima indranya memandang realitas yang sama dengan

perspektif berbeda. isi otaknya beda, yang dirasakan beda, apa lagi

keinginannya?

Page 46: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

39

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Rahasia untuk bahagia tidak terletak pada melakukan sesuatu yang

disukai, tapi menyukai apa yang dilakukan” – Sir James Birrie

Melakukan hal yang disukai untuk bertemu dengan bahagia, namun

bukan itu yang ‘benar’ dalam pandangan Birrie akan tetapi menyukai apa yang

Page 47: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

40

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dilakukan. Pada dasarnya sama, untuk menemukan sesuatu yang bernama

bahagia dan bahagia itu seperti apa?

Mungkin setiap manusia yang menapaki waktu untuk mencari

kebahagiaan, dan banyak hal yang dilakukan untuk itu. Lahir, sekolah, bekerja,

dan mati sederhananya seperti itu menurut Bondan and Fade2Blade dalam

penggalan lirik lagunya. Mungkin bahagia identik dengan kesuksesan,

Page 48: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

41

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

mungkin manusia bergumul dengan sekolah untuk meraih sukses itu, serta

begitu banyaknya buku-buku berisi tentang kiat-kiat menuju sukses. Banyak

kata-kata menembus telingaku, “sukses itu ketika dapat meraih tujuan”.

Tujuan? Apa? Kenapa memilih itu yang dituju?

Aku hanya ingin bertanya kepada diriku sendiri, apakah setiap laku

hanya berdasarkan rasa suka atau tidak suka, atau mengacu pada trend yang

Page 49: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

42

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

berlaku, dan atau penting tidak bertentangan dengan arus. Kemanakah Nalar

dalam setiap laku? Apakah Nalar itu hanya dipeluk ketika berhadapan dengan

soal-soal UAS di Kampus? Apakah ketika berhadapan dengan persoalan-

persoalan kehidupan Nalar di ninabobok-kan? Bisa jadi.

Page 50: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

43

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Mbak seng digawe iku isi kepalamu, duduk penampilanmu (pakaian)”,

begitulah ingatan saya terhadap kata-kata yang terucap dari Dosen pengampu

mata kuliah Ekonomi Mikro 1 di ruang kuliah 1. []

Page 51: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 52: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

45

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

LULUS A

JIKA kuliahmu dan kuliahku, diniati sebagai media untuk ‘menambang’ ilmu,

karena kesadaranmu bahwa Tuhanmu – Agamamu mengajarkan atau

mewajibkan hal itu. Apakah ada kata “lulus” dalam sistem atau kebudayaan

pencarian ilmu dan pengetahuan?

Page 53: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

46

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Logikaku tak mampu memahami apa yang telah terjaring oleh indraku.

Kelulusan menjadi sebuah tujuan para pencari ilmu dan pengetahuan. Apakah

kertas itu bukti kelulusan akan pencarianmu dan pencarianku? Atau itu hanya

sebuah legitimasi dari kebudayaan/institusi akan engkau dan aku dalam masa

pencarian.

Page 54: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

47

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Jika mencoba memakai perspektif Islam, bahwa mencari Ilmu dan

Pengetahuan merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Kewajiban itu

dimulai ketika manusia berjumpa dengan yang namanya Dunia hingga “Sang

Waktu” melepasakan pelukannya terhadap manusia dan mengantarkan ke

Alam yang berbeda (bagi yang percaya).

Page 55: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

48

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Tapi aku, engkau, dan mereka tak hanya hidup dalam kesadaran pribadi.

Kita terkadang hidup dalam kesadaran Budaya, Norma, Agama, dan Negara.,

Kita adalah bagian dari Negara. Lembaga/institusi pendidikan merupakan

produk kebudayaan dan Negara, atau malah dapat dikatakan sebagai “produk

industri”. Ketika lembaga-lembaga itu hanya menjual sistemnya yang dapat

memproduksi manusia-manusia pintar dengan berbagai gelar. Sistem itu

Page 56: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

49

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

bukannya tanpa harga, bandrol sekian rupiah atau dollar bagi yang

menginginkannya. Bagi yang tak mampu silahkan mencari harga yang lebih

murah dengan lembaga yang berbeda pula dan kualitas sistem yang lebih

rendah, mungkin tak ada jaminan jadi pintar.

***

Page 57: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

50

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Senin pagi ketika manusia-manusia muda itu berbanjar membentuk

barisan yang tak terlalu rapi, fajar masih memberikan kehangatan dari arah

timur, dan tiang ada di depan barisan. Seseorang yang berjenis kelamin pria

itu berjalan ala PASKIBRA memasuki lapangan dengan membawa map

bermotif batik warna coklat. Dia membacakan pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945.

Page 58: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

51

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“……untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

Page 59: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

52

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial……..”

“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” , salah satu tujuan bengsa ini

adalah mencerdaskan seluruh masyakatnya. Kata Muhamad Sodiq (Anggota

Tetap Kelompok Studi Penelitian Ekonomi FE UNEJ),

Page 60: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

53

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Cerdas itu tak hanya secara intelektual, namun juga dalam tataran budi

pekerti”.

Ketika saya diizinkan menfasirkan dawuh-nya Sodiq, mungkin

maksudnya manusia cerdas itu tak hanya dapat berbicara banyak hal, dan

mampu menjawab soal-soal ujian dengan benar, namun lebih luas, merambah

ke dimensi moral, etika, spiritual, dan budaya yang kemudian diterjemahkan

Page 61: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

54

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dalam bentuk prilaku dalam kehidupan. Sudahkah menjadi manusia cerdas

walau sudah mendapatkan legitimsi kelulusan? []

Page 62: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 63: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

56

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

LANGKAH DAN BERPIKIR

“Langkah itu masih terpaku, kemanakah kesadaranku?, apakah aku masih

diriku?, siapakah yang berkuasa atas diriku?, apakah menjadi keren dengan

trend?, dengan arus besar seperti luapan air bah?”.

Page 64: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

57

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Mengapa indra itu kurang bersahabat dengan nalar dan rasa, hingga

yang bernama Peka telah bermigrasi entah kemana? Langka itu semakin nyata

di alam maya, begitu ramai. Tawa, tangis, serius, bercanda, penting, tidak

penting, jujur, dan bohong semua serasa hidup di alam itu. Bertanya lebih

mudah daripada menjawab, namun bertanya berawal dari Indra, Rasa dan

Pikiran.

Page 65: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

58

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Alam tak buta akan Laku seorang manusia, Alam bersaksi, merasa dan

memberi. Lalu apa kita? yang bernama manusia dengan sejarah panjangnya,

bernama manusia Indonesia, manusia beragama, manusia berbudaya, manusia?

Berlari untuk diri sendiri dan mencapai puncak kemudian waktu melepaskan

pelukannya. Sejarah ‘mengemas’ kamu, aku, mereka, dan kita.

Malam terlalu malam, pagi terlalu pagi.[]

Page 66: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 67: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

60

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

KOPI ITEM

NGOPI dalam sudut pandang bahasa dapat dimaknai orang yang sedang minum

kopi. Memang terlalu sempit saat kita hanya melihat dalam perspektif bahasa.

Ngopi dalam kehidupan masyarakat sudah menjadi budaya. Entah budaya

Page 68: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

61

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

ngopi dimulai sejak kapan, Apakah sejak bangsa Belanda membawa tanaman

kopi ketanah jawa ?. Mungkin terlalu sulit menjawab ‘sejak kapan’, berbicara

tentang kebiasan disekitar kita saja, tentang Kopi atau Ngopi.

Ngopi atau budaya ngopi bukan hanya kegiatan minum kopi. Ngopi

merupakan kebudayaan masyarakat berkumpul di warung kopi “mboh

cangkrok, mboh makelaran lan liyane lah”. Warung kopi atau cafe di

Page 69: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

62

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

perkotaan dijadikan tempat nongkrong dengan teman, pacaran, diskusi dan

kegiatan lain oleh kaum perkotaan. Banyak cafe atau warung kopi yang tutup

hingga fajar mangkreng di ufuk timur, maklumlah kaum kota mungkin sebagian

sibuk saat gelap tiba. Dan vacum saat terang datang. Banyak manusia-

manusia yang seperti kelelawar hanya beraktivitas dimalam hari.

Page 70: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

63

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Pada ahirnya budaya ngopi identik dengan kebisaan begadang, dan

begadang membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Walaupun

“Ngopi-nya” tidak pesan kopi, namun bergadangnya itu yang memeberi efek

buruk bagi kesehatan. Saat begadang ada maksud dan tujuan

seperti pengerjaan tugas yang memang tak bisa ditinggalkan dan dikejar oleh

deadline memang tak ada salahnya. Namun saat budaya ngopi hanya diisi

Page 71: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

64

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, “ngomong ngalur-ngidul gak onok

juntrungane”. Sangat sia-sialah waktu yang terisi hal-hal percuma, dan

kondisi badan menerima dampak buruknya.

Budaya ngopi jangan hanya dijadikan media untuk memancing

kesenangan saja, dengan bermain kartu saat ngopi atau hal yang serupa. Bagi

saya ngopi tak hanya sebatas menghilangkan stress atau sebagai media untuk

Page 72: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

65

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

memancing munculnya rasa senang. Ngopi mempunyai ruang yang lebih luas

dan lebih bermakna.

Saya ingin mengambil contoh budaya ngopi di Desa (Desa saya – Ampel,

Wuluhan,jember), walau Desa dalam pandangan kaum ekonom atau kaum

intelektual, desa itu jauh dari kemajuan. Memang secara teknologi dan

Page 73: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

66

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

infrastruktur Desa jauh jika dibandingkan dengan Kota. Namun secara budaya,

moralitas, dan sosial masyarakat Desa lebih jauh didepan dari pada Kota.

Ngopi dipedasaan bukan hanya waktu untuk menikmati kopi, namun

ngopi disini adalah momentum bertemunya dengan tetangga, kawan, saudara

bahwan orang yang belum dikenal. Dipedasaan ngopi sebagai media sharing

informasi tentang kedaan tanaman yang ada di sawah mereka, bercerita

Page 74: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

67

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

tentang ternak mereka, berbicara tentang perpolitikan walau banyak yang tak

paham akan politik bermodalkan tafsir dan pemahaman masing-masing, serta

media untuk berdagang yang biasanya mereka menyebutnya makelaran. Dari

ngopi ini mereka tahu akan kondisi tetangga mereka bahkan hampir seluruh

penduduk Desa. Tak ada berita yang luput dari jaringan warung kopi, dan

Page 75: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

68

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

hampir semua yang ngopi di warung kenal tiap-tiap manusia yang bergumul di

situ.

Kondisi berbeda Kota, hampir semua yang Ngopi didaerah perkotaan

tak kenal dengan yang lainnya(manusia diluar forum). Mereka hanya kenal

dengan komunitas-komunitasnya sendiri. Mereka enjoy dengan diri mereka

Page 76: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

69

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

sendiri dan komunitasnya. Tak ada yang tau kabar, kondisi pekerjaan, dan

kerepotan-kerepotan tetangga mereka.

Ngopi yang seharusnya dapat menyatukan individu-individu yang ada

dalam masyarakat, toh nyatanya itu tak berlaku. “Apakah ini yang disebut

kemajuan ?”, ukuran pembangunan kota kah? Apa ini yang dinamakan keren

dan tren?. Ngopi bukan hanya sekedar tren untuk jadi apa yang dinamakan

Page 77: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

70

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

keren. “Ngopi bagai pisau yang siap digunakan untuk apapun oleh

pemegangnya!”[]

Page 78: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 79: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

72

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

KAMPUS GEDE DI KABUPATEN MBAKO

IKI cerito kampus nggen-ku sekolah rek. Nah seng sekolah nang kene iki di

celuk utawa diarani ‘Mahasiswa’ duh opo ae kuwi?. Jerene seh “Agent of

Changes” lan “Agent of Control” opo ae kuwi?. Lha wingi-wingi ngene lho

rek, aku iki kan gak pati paham karo rong istilah iku mau trus aku tekon-

Page 80: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

73

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

tekon nang arek-arek kutho iku yo Mahasiswa pisan seh. Maklum rek, aku

Mahasiswa pahpoh lha ko Ndeso dewe e.

Ngene-ngene lho nggenahe, lha pas iku nang “sekretariat” e PMII. Nah

jere arek-arek seng melu PMII “Agent of Changes” iku wong seng duwe

kewajiban kanggo ngerubah kondisi seng onok luweh apikan. Ngene logikane,

kan rata-rata Mahasiswa iku enom seh. Arek enom iku bakale yo tambah

Page 81: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

74

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

tuwek, rabi nduwe anak-putu trus mati gampangane ngunu. Arek enom seng

dadi utawa nyandang status Mahasiswa iku mau dikarepne dadi calon

Pemimpin, kasarane ngunu. Nah lek dadi pemimpin iku mangku kebijakan,

teko kebijakan pemimpin iku mau dikarepno iso ngeke’I perubahan nang

tatanan urip iki. Nah iki mau pandangane arek-arek PMII (Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia) rayon Ekonomi Kampus Gede nang Kabupaten

Page 82: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

75

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Mbako. Mung ora arek-arek PMII wae seng ngomong ngunukui, arek

“Persma” (Pers Mahasiswa) yo gak adoh bedane mandang “Agent of

Changes”, lek nang Fakultas Ekonomi Kampus Gede iku arek “Persma” e

jenenge LPME ECPOSE (Lembga Pers Mahasiswa Ekonomi ECPOSE).

Nah iku mau lak “Agent of Changes”, kan gung mari persoalane la’an.

Persoalane, duh koyok ujian ae ngomongne soal. Tapi cen iyo iku dadi soal

Page 83: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

76

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

seng kudu di jawab gak mung “Tekstual” tapi kudu nang “kontekstual” ben

gak ngawang nang langit (Alam Idea lek jere Mbah Plato). Nah nang

paragraph iki kudu mbahas seng jenenge “Agent of Control”, podo rek

narasumber mung rong lembaga, PMII mbi LPME ECPOSE. “Agent of Control”

iku Mahasiswa seng duweni peran utawa tanggungan ngawal kebijakan-

kebijakan seng dilakoni petinggi birokrasi Kampus Gede, Petinggi birokrasi

Page 84: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

77

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Kabupaten Mbako, nah lek diduwurne maneh yo kebijakan seng lakoni Negara

Nusantara iki rek. Nah seng dadi persoalan maneh piye coba’ carane ngontrol

e ?, yo lek jereku seh mboh bener mboh ora, nah lek arek-arek “Persma”

ngontrole lewat tulisan-tulisane lewat media terbitane lan arek-arek Ekstra

(PMII lan sejenise-lah) iku yo iso gawe media cetak utawa “Aksi”.

Page 85: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

78

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Nah mbalek nag Kampus Gede nang kabupaten Mbako, luweh pase nang

Fakultas Ekonomi-ne. Nang Ekonomi iku mulai jam sekolah e, eh lek

Mahasiswa iku arane kuliah dimulai jam setengah nem isuk (05.30 WIB) iki

mungguhe jadwal seng ditokne pihak kampus ngunu kui. Lan kuliah paling keri

iku masuk jam setengah pitu sore (18.30 WIB). Nah lek di delok-delok jadwal

Page 86: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

79

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

seng ditokne iku pas banget, masuk isuk sampek sore lan ruangan kelas seng

onok nang kampus kebek kabeh, jan ketoro pas banget (Sregep).

Tapi aneh, nang jadwal pas lan ruangan kelas iku kegawe kabeh, tapi

lho mendinane iku jadwal pindah-pindah sak karepe Empune. Ruangan kuliah

akeh seng gak kegawe. Gara-gara pindah-pindah iku mau jadwal kuliah e

Mahasiswa akeh seng tempok (Kres). Nah iki seng gak pas, trus ben gak onok

Page 87: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

80

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

seng dirugekne Mahasiswa seng jadwale tempok absen thok ae gak opo-opo.

Tapi ora mung kres-thok, nah lek Mahasiswa seng pas pertemuan awal gak

mlebu lha pas kuwi jadwale dipindah kan akhir e nggarai bingung Mahasiswa

seng gak mlebu iku mau tho. Dek e acuane jadwal teko fakultas, nang

“Empiris” e bedo banget, trus Dek e yo kudu ngelakoni “Pencarian akan

pertanyaannya”, dipindah kapan? Ruang piro? Opo’ o kok dipindah?.

Page 88: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

81

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Dipinda o jadwal iku karo Empune “Mata Kuliah” asline yo ogak opo lek

podo sepakate antarane Mahasiwa lan Empune. Tapi opo gunane Fakultas gae

jadwal trus dipindah-pindah karepe dewe, maksute ngene lho, kat mulai TK,

SD, SMP, SMA lan sampai Kuliah kan di ajari kudu taat peraturan tho. Lha

wong sepeda motoran lek gak duwe SIM ae ditilang kog karo Pak Pol. Lha iki

ngelanggar jadwal seng digawe-gawe dewe o e.

Page 89: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

82

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Tapi iku mung duk salah e Empune mbi Fakultas, iku salah e Mahasiswa

seng gelem wae lan wes kelangan “Nalar Kritis” e. Tapi enek seng luwe salah

ketimbang seng ana nang duwur iku mau, seng salah nemen iku seng nulis

tulisan iki, gek pentinge opo nulis koyok ngene iki?, sopo seng ape moco

tulisan gak jelas koyok ngene iki?.

Page 90: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

83

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Nah penulis mikir sek po o sak durunge nulis “Sapere Aude” lak jere

arek-arek ECPOSE.[]

Page 91: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 92: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

85

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

EVO BERCERITA TENTANG DIA DAN AKU

BERCERITA TENTANG KAMU

AKU memanggilmu dengan nama “Si Putih” bukan “Bawang Putih”. Ketika

melihatmu kata ‘Anggun’ yang masuk menembus tembok alam pikirku.

Page 93: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

86

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Ku mengenalmu dari seorang lelaki bernama “Diki”, bukan nama lengkapnya.

Lebih dari tiga bulan engkau bersamanya menikmati pagi dengan sunrise-nya

dan sore dengan keelokan mega merahnya. Aku hanya bisa menatapmu

dengannya, dengan tanpa kata yang tersuarakan.

Page 94: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

87

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Pada suatu titik dalam masa, akhirnya dia mulai bosan padamu. Hal itu

merupakan titik dimana kudapat menjalar rasaku padamu bak episentrum

gempa.

Retorika, negosiasi, diplomasi adalah jalan yang ku tempuh untuk

bersanding denganmu. Dan pada akhirnya hal itu bukanlah suatu kesia-siaan,

karena saat ini aku dapat menikmati matahari di kala senja bersamamu.

Page 95: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

88

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“…….Cintaku tak harus miliki dirimu

Meski pernah mengiris-iris segala janji…..”, kata Dewa 19 dalam

lirik lagunya.

Tapi setiap manusia memiliki cinta, mungkin. Aku memilikinya untukmu.

Kau dapat kurasakan dengan indraku, kau dapat bergerak bersamaku.

Page 96: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

89

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Salah satu hal yang engkau tak memilikinya, sesuatu bernama “Rasa”. Karena

kau hanya suatu pergumulan material-material yang melalui proses pemikiran

dan penerjemahan pemikiran kealam nyata. Dan kau terlahir untuk memasuki

rimbanya pasar. Kau hanya sepeda. []

Page 97: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 98: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

91

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

DIA YANG BERSEMAYAM DI HATI

MUAK akan semua partikel-partikel yang ada di sekelilingku. Kamu, mereka,

dia, dan bahkan diriku sendiri. Muak yang hinggap dalam masa dan merupakan

bagian dari rasa. Dia bersemayam dalam hati dan dia akan menjalar kemana-

mana. Dia bagai tanaman ubi jalar yang tumbuh subur di depan rumah.

Page 99: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

92

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Pada akhirnya aku pun muak pada rasa muak itu sendiri. Kucari belati

untuk “membunuh” muak itu. Ku tancapkan belati, muak kebal dan hanya

tersenyum sadis. Kucari amunisi dan mesin pelontarnya, muak tak bergeming.

Kucari kamu, kamu pergi.

Waktu yang terus menjauh dari titik dimana dia dilahirkan. Dia

melahirkan sebuah sejarah panjang, dan sejarah itu bak guru sebagai media

Page 100: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

93

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

untuk belajar dalam semesta, namun terlalu banyak pengkaburan sejarah.

Mungkin itu sebabnya Guru kabur, dan menjadi pedagang walau masih ber-

title guru. Muak tak berdiri sendiri, dia dikontruksi, dia dilahirkan oleh

partikel-pertikel penyusunnya. Dan partikel-partikel itu bisa “kubunuh”.[]

Page 101: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 102: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

95

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

‘TEKO’ KOPI

NGOPI. Minum Kopi. Serbuk kopi halus. Air mendidih. Gula pasir. Air, kopi,

dan gula menempatkan ukurannya masing-masing untuk berevolusi menjadi

sesuatu yang baru dengan rasa baru namun tak kehilangan dirinya.

Page 103: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

96

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Air. Maha karya Sang Pencipta yang menghidupkan sesuatu yang hidup.

Walau pada dasarnya yang hidup itu dihidupkan oleh yang Maha Hidup.

Menatap biji kopi menyeret alam pikirku kedalam lembar-lembar sejarah.

Ketika barisan alfabet itu bercerita, bahwa kopi itu bukan tanaman asli bumi

nusantara. Ia dibawa oleh Alien yang kemudian menanamannya di tanah

Nusantara ini dengan media “Cultuurestelsel” yang menghisap. Dan pada

Page 104: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

97

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

tahun ’45 pribumi mulai muak dengan para Alien yang menghisap dan

menindas. Pribumi melawan untuk kemerdekaan dan dengan cita-cita

menciptakan kesejahteraan bersama.

Alien pun pergi, namun kopi masih hidup di bumi nusantara hinga kini.

Mungkin Alien itu dapat kembali dengan wajah baru dan dengan kendaraan

baru. Mungkin, atau memang sudah terjadi?

Page 105: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

98

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Gula dan Tebu. Gula bukan Tebu. Tebu bukan Gula. Gula dari Tebu.

Dan nusantara masih bermimpi Swasembada Gula.

Ngopi, manusia yang melakukan aktivitas minum kopi. Tapi dalam

kepala kawanku berbeda, nama kawanku Sambrun kalau aku tak lupa, karena

di mingggu ini aku telah men-downloadsebuah lagu berjudul “Lumpuhkanlah

Ingatanku”.

Page 106: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

99

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Sambrun berceloteh panjang, “Ketika engkau ngopi pasti ada biaya

yang engkau keluarkan. Hal itu menyumbang untuk mengepulnya dapur

pemilik kedai kopi, petani kopi, dan petani tebu. Jika yang ngopi lebih banyak,

ribuanlah atau jutaanlah orang yang ngopi maka secara akumulasi terdapat

peningkatan konsumsi. Hal itu dalam pandangan Keynes,

Page 107: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

100

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

bahwa Y=C+I+G+(X-M) maka terjadilah peningkatan konsumsi yang

kemudian memberikan efek peningkatan pada pendapatan nasional……”

Dan kala itu aku masih ingat komentarku tentang omongan si Sambron

ini, “JANCOK, omonganmu ndakik. Ngopi yo ngopi ae. Nggak usah koyok

mahasiswa ekonomi kon Brun……”[]

Page 108: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 109: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

102

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

MEMANDANGNYA BUKAN DARI

SUDUT SENYAP

DIA disembunyikan dalam ruang dimana ruang itu tetap membuatnya hangat.

Tanpa cahaya matahari yang menembus ruang itu tanpa penghangat ruangan,

Page 110: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

103

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

namun dia tetap hangat walau pada awalnya dia sosok yang panas bukan

hangat. Dan ketika detik dalam masa terus berjalan, dia belajar mengabdi pada

alam dan pada akhirnya dia tak menentang hukum alam. Dia kehilangan

kehangatannya, dia dingin dalam kegelapan.

Dia adalah makhluk baru, hasil pergumulan tiga makhluk yang melebur

jadi satu. Mereka bercampur menjadi makhluk tunggal berwujud berbeda dari

Page 111: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

104

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

sebelumnya, namun mereka tak kehilangan akan sejarahnya, asal usulnya dan

jati dirinya. Mungkin aku harus belajar darinya, belajar darimanakah aku? Apa

aku? Siapa aku? Mau kemanakah aku? Kenapa aku kesana? Bagaimana

kesana? Dan belajar tetap mencari dalam kerangka sebuah kesadaran dan

tetap mempertahankan akan diriku dalam rimbanya pergumulan antar manusia.

Page 112: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

105

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Aku tak harus menjadi orang di luar diriku untuk diterima dalam ruang yang

bernama “umum”.

Namun kenapa dimulai baru-baru ini saja aku mulai belajar darinya.

Perjumpaanku akan dirinya sudah begitu lama. Lebih lama dari pada

kekuasaan “Raja Jawa” penunggang “Banteng Bermoncong Putih”. Bapak

memperkenalkannya kepadaku ketika statusku bukanlah “Mahasiswa” tapi

Page 113: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

106

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

masih siswa TK Muslimat NU di Dusun Kepel Desa Ampel. Aku memandang

dia tak lebih dari sesuatu yang menyebalkan karena perjumpaan awal itu yang

kurasakan hanyalah rasa pahit.

Namun saat ini aku mencoba memandang “pahit” dari sudut yang

berbeda, tapi bukan dari “sudutsenyap[dot]wordpress[dot]com” yang terlalu

pagi untuk mati ditangan pemegang kekuasan yang bernama Reza Adhitya

Page 114: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

107

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

S.P. Terkadang dalam semesta tak hanya senang, enak, nyaman, dan elemen

sejenis yang dicari oleh manusia. Benar, baik, indah dan elemen sejenis juga

hidup dalam semesta, dalam alam pikir manusia. Sesuatu yang “pahit”

mungkin tidak enak, namun terkadang dibalik “pahit” itu ada sesuatu yang

mengajarkan tentang baik, benar dan indah. Dalam “pahit” juga mengajarkan

Page 115: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

108

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

hidup tak hanya hanya dalam terang, namun gelap pun juga hidup dalam

kehidupan.

***

“Brun kon ngomong opo seh? Koyo e gak jelas ngunu”, sela Sudrun

dalam keasyikan Sambrun menulis tulisan tak jelasnya.

“Gak onok Drun” jawab Sambrun tanpa memperhatikan Sudrun.

Page 116: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

109

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Cok! mataku gak merem”, nang tulisanmu iku ngomong opo?”,

bantah Sudrun dengan wajah gateli karena emosi merasukinya.

“Kon butuh jawaban a?”

“Yo iyolah, wong takon iku yo butuh dijawab!”

“Lek butuh jawaban menengo cangkemmu!” perintah Sambrun

kepada Sudrun

Page 117: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

110

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Sudrun terdiam tanpa suara sedekitpun, dia bak hidup di Orde Baru saja

yang tak boleh bersuara atau boleh bersuara dengan catatan harus enak

didengar oleh Penguasa.

***

Dia yang lahir karena Mereka. Dia hidup tanpa suara, walau bukan di

Orde Baru dia tetap tak bersuara, bukan karena dia tak ingin tapi tak mungkin.

Page 118: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

111

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Bagaimana mungkin dia dapat bersuara? Yang melahirkannya adalah serbuk

kopi hitam, gula pasir, dan air mendidih.

***

“Asu, bener omonganku omonganmu ga jelas cok! Tiwas tak enteni

sampek mari. Asulah….”, suara Sudrun.[]

Page 119: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 120: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

113

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

SMS BA’DA MAGHRIB

Fajar mulai bosan menatap Tanah Jawa,

Ia ingin menyapa belahan bumi lainnya

Page 121: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

114

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Dan membawakan indahnya pagi.

Gelap memeluk.

Pijar-pijar Alva Edison yang berevolusi

Membagi sinarnya untuk manusia

Malam terlalu pagi,

Sore terlalu malam

Page 122: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

115

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Apakah yang lagi berkecamuk dalam lautan pikiranmu?

Dan apa yang menerpa hati itu ?

Mungkin sahabat sejati untuk berbagi adalah

SOSMED.

Dan Aku pun Tak mengerti kenapa Aku ini?

Apakah Aku harus bertanya pada keramain SOSMED?

Page 123: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

116

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Sebuah jawaban muncul dan belum menjawab

“Hanya ada dua tempat untuk bertanya.

Pertama Tuhan, Kedua Hati” – Buya Hamka.

Page 124: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 125: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

118

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

LAMUNAN DALAM MIMPI

Diatas aspal keras yang belum kering dari tangisan langit

Mulai menyepi dari deru bising knalpot

Page 126: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

119

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Menyisakan udara penuh sesak emisi karbon

Membumbung keangkasa menjebol selimut bumi

Pepohonan dan hutan termarjinalakan

Atas nama industri dan ekonomi

Tak mampu lagi merubah emisi jadi suci kembali

Ahhg…

Page 127: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

120

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Manusia itu pemilik bumi terserah mau apa

Ini zaman hak asasi

Tuhan disembunyikan dalam simbol-simbol dan ritus

Laku yang jauh dari Tuhan

Malam menuju pagi dan esok tak pasti pagi

Yang pasti adalah ketidak pastian itu sendiri

Page 128: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 129: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

122

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

SECANGKIR KOPI DARI MIMPI

“Bagaimana mungkin manusia di luar dari dirimu, diriku, dan dirinya mengerti

dan memahami apa yang terpikirkan dan terasa? Tanpa adanya penyuaran

pikiran dan rasa itu. Lewat suara dengan barisan diksi atau lewat laku dengan

Page 130: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

123

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

kompleksitasnya. Ngopi media untuk bertemu antara manusia dengan manusia,

berdialog dan menemukan sebuah irisan”.

Jalan masih ramai dengan alunan knalpot-knalpot yang begitu produktif

menghasilkan karbon monoksida. Langit bagian barat mementaskan keelokan

mega merahnya. Detik dalam masa terus berjalan tanpa tahu kapan akan

Page 131: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

124

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

berhenti. Mungkin hingga pemilik masa yang sesungguhnya menghentikannya.

Gelap menyelimuti tanah yang akrab dengan tanaman tembakau. Karya Alva

Edison membagi sinarnya dan memecah gelap.

Sesosok manusia keluar dari ruang kubus, membawa tas ransel hitam

yang tak terlihat hitam lagi, kelabu karena terlalu sering bergumul dengan

debu-debu jalanan dan teriknya surya. Langkanya terus menjauh

Page 132: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

125

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

meninggalkan ruang kubus, seratus langkah lebih hingga akhirnya ia mencapai

ruang kubus berikutnya. Ruang kubus yang berbeda dari sebelumnya, tak ada

bangku-bangku berjajar, dan tak ada barisan diksi tentang “Teori Ekonomi”

yang disuarakan oleh Sang Empu. Tembok dalamnya berwarnakan kuning

dan orange dibagian luar.

Page 133: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

126

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Dia masuk, matanya tertuju pada papan kayu yang menempel ditembok

ruang itu. Dia membaca.

Aku

Kalau sampai waktuku

Kumau tak seorangkan merayu

Page 134: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

127

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Tidak juga kau

Tak pernah sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang dan menerjang

Page 135: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

128

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Luka dan bisa kubawa lari

Berlari

Hingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Page 136: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

129

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Brun, lapo koen nang sekret dewean?”, tanya Sudrun.

“Gak onok, iku moco puisi nang tembok”, jawab Sambrun.

“Pak Ipul piye?, golek tahu anget”

“Ngopi ae Drun! Lapo golek tahu jal?”, balas Sambrun.

Page 137: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

130

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Cok, Pak Ipul gak bakulan tahu tok, yo sak dulure pisan. Salah sijine

kopi. Gak kenal mbi pak Ipul yo?. Kakean ndelok sinetron koen!”

“Gak onok hubungane lah ndelok sinetron mbi gak kenal karo Pak Ipul”,

sanggah Sambrun.

“Tak jelasne On The Spot waelah, ayo budal !”, ajak Sudrun dengan

ekspresi memaksa.

Page 138: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

131

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

***

Ruang berganti. Warung Kopi Pak Ipul, tanpa Free WiFi dengan

dekorasi warung super simple, hanya ada satu meja dan beberapa bangku

mengelilingi mejanya. Tak ada hiasan apapun kecuali senyum langka dari

pemilik warung. Dan anehnya kenapa Sudrun maksa banget ngajak

Page 139: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

132

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Sambrun nyambangi Pak Ipul. Apa mungkin karena saat itu akhir bulan

maret?

“Koen opo cok?”, tanya Sudrun.

“Aku yo menungsolah”

“Jancok, koen pesen opo maksute?”, nada tinggi Sudrun.

“Kopi campur gulo trus ditambahi banyu umup”, jawab Sambrun.

Page 140: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

133

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Asu tenan arek iki”, gumam Sudrun dalam hati.

“Eh Drun!”

“Opo?”

“Kan Ngene tho. Awake dewe iki mung urip nang tulisan iki. Lan seng

nulis yo ngawur pisan. Gak onok sensor. Cak-cok an thok isine. Gek

opo enek seng moco coba?”, Tanya Sambrun.

Page 141: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

134

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Paling seng nulis iki ngarep-ngarep wong khilaf lan nanggur banget

trus gelem moco! ”, jawab Sudrun sambil nyamil tahu yang baru

diangkat dari penggorengan seakan lidahnya mati rasa terhadap panas.

“SMS-en penulise. Ojok jowoan ae dialog e. Direken kabeh manungso

ngerti jowo. Ora kan!”

Page 142: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

135

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Sek Tak SMS-e”, celoteh Sudrun sambil mengeluarkan Nokia 1208

yang mulai punah.

***

Dan SMS dari Hand Phone yang hampir punah milik Sudrun itu telah

terkirim ke penulis. Penulispun mulai berpikir mau diapakan dan

Page 143: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

136

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dibagaimanakan tulisannya yang pada awalnya tanpa arah dan tujuan yang

jelas.

“Eh Drun, kenapa kamu ngajak aku ngopi? Kan ngopi itu buang-buang

waktu? Tak jelas arah dan tujuannya? Beda ketika aku mengerjakan

tugas kuliahku Drun, aku ikhlas mengerjakan tugas kuliahku dan itu tak

Page 144: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

137

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

terlepas dar keikhlasanku untuk mendapatkan nilai baik dari Bapak atau

Ibu Dosen?”, tanya Sambrun untuk menambah barisan diksi penulis.

“Nilai baik! Baiknya kamu dapat nilai apa Mbrun?”, tanya balik Sudrun.

“Ya dapat A lah. Kan aku sudah ikhlas”

“Kamu ikhlas dapat A?”, tanya Sudrun dengan raut muka serius.

Page 145: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

138

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Ya iyalah Drun. Memang ada mahasiswa yang dapat nilai A terus dia

tak ikhlas?”

“Ya kalau ada, berarti banyak mahasiswa goblok Mbrun. Tapi

masalahnya begini Mbrun, ketika kamu memperoleh nilai A dan kamu

menganggapnya itu adalah semiotika (tanda penanda) bahwa kamu

adalah manusia pintar dalam mata kuliah yang kamu tempuh tersebut,

Page 146: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

139

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

namun apakah ketika mendapat B, C, D, atau E kamu berubah menjadi

bodoh seketika itu?”, tanya Sudrun untuk memulai ‘peperangan’.

“Ya ndak juga. Ketika Sang Empu memberiku A, B, C, D, dan atau E ya

pemahamanku terhadap ilmu dan pengetahuan yang aku terima juga

nggak berubah sebelum aku mendapatkan nilai itu. Jadi tidak ada

Page 147: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

140

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

perubahan atau meningkatnya pemahamanku. Tapi kepuasan dan

kebanggaannya itu Drun!”, jawab Sambrun.

“Oww… Puas dan bangga. Jadi utamanya untuk mencari kepuasan dan

kebanggaan? Katamu Mahasiswa itu agent of changes dan agent of

control, tapi kamu kok hanya mencari kepuasan dan kebanggaan buat

Page 148: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

141

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dirimu sendiri Mbrun?”, Imbuh Sudrun sambil menggiling tahunya yang

kesepuluh.

“agent of changes dan agent of control itu kan idealnya. Dan aku

terlalu sering mendengar bahwa menjadi mahasiswa merupakan ruang

untuk membangun idealisme-nya, namun ketika memasuki rimbanya

dunia kerja idealisme itu harus kamu ‘bunuh’ karena bertentangan

Page 149: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

142

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

dengan iklim yang ada. Jadi percuma jika saat ini aku menjadi manusia

yang berjuang membangun idealismeku sendiri, toh akan aku bunuh

sendiri. Kelihatan bodohnya tho aku?”, Jawab Sambrun.

“ Ya kamu cukup bodoh. Mungkin ibu tahu akan hal itu maka kamu

dikirim ke perguruan tinggi, ben enek legitimasi bahwa kamu pintar

Page 150: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

143

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

yaitu dengan nilai A yang telah kamu koleksi dalam gudang Transkrip

Nilai”

“Drun, masalah kuliah dan nilai jangan kita yang membahasnya! Biarlah

para Empu yang memikirkan hal itu, biar nggak percuma gaji yang

diterima”, kata Sambrun sambil menyeruput pesanannya tadi.

Page 151: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

144

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Iyolah, kita mah apa? Dua manusia hayalan yang cuman hidup dalam

barisan diksi sedikit ngawur yang ditulis oleh penulis ngawur. Dan

dialog yang kita lakukan kanyaknya melenceng dari tema tho Mbrun?”,

tanya Sudrun.

“Ngopi dan Secangkir Dialektika, itu temanya. Ini kopinya mana?, tanya

balik Sambrun.

Page 152: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

145

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Nah itu yang menjadi pertanyaanku. Biar tak anyakan pada penulis”,

jawab Sudrun sambil ngetik SMS di 1208-nya.

***

Dering suara 1208-nya Sudrun. Ada pesan yang hinggap disana.

“Lek masalah kopi Drun, Koen tako’o nang Pak Ipul ae!”, sebuah pesan

dari penulis.

Page 153: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

146

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Jancok penulis iki”, Gumam Sudrun dalam hati.

“Pak Pul, gimana pandangan sampean tentang Ngopi?”, tanya Sudrun

sembari mengambil nasi bungkus di meja.

“Terserahkan jawabannya? Tidak harus seperti Ujian Akhir

Semesternya kamu yang harus baik dan benar?”, tanya balik pemilik

kedai.

Page 154: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

147

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Sak karepmu wes Pak Pul, feel free”, jawab Sudrun diiringi

keasyikannya melahap nasi bungkus.

“Ngopi bagiku merupakan penyambung nafas. Ya karena aku pedagang

kopi, dan dari sinilah dapur rumah saya mengepul”, jawab Pak Ipul

sambil mengaduk-aduk kopi pesanan pelangggan kedainya.

“Mek ngunu thok Pak Pul”

Page 155: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

148

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Selain itu dari kedai inilah saya dipertemukan dengan banya manusia.

Dari setiap manusia-manusia yang saya jumpai semuanya memiliki

karakter yang berbeda. Umur yang berbeda, bahasa, asal-asul, dan

topik obrolan yang berbeda pula. Ada yang diskusi disini, berbicara

tentang Jokowi dan kebijkankannya, mengkaji perpolitikan Indonesia

yang semakin tak jelas juntrungannya. Ya kedaiku mirip panggung

Page 156: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

149

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

seminar di kampusmulah, cuman yang membedakannya disini topiknya

terserah dan bebas, tak ada pemateri yang didatangkan khusus.

Pematerinya mereka sendiri”, Jelas Pak Ipul yang mulai bosan

menjawab pertanyaan Sudrun.

“Moderatornya Sampean?”, tanya Sudrun lagi.

Page 157: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

150

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Tak ada moderator. Mereka tahu kapan harus bicara dan kapan harus

mendengarkan teman bicaranya. Tapi topik yang dibicarakan tidak

melulu hal-hal yang serius. Ada juga yang ngopi sekedar menikmati

kopi dan curhat-curhatan tentang asmara, dan itu membuat perut saya

sakit”, tegas Pak Ipul.

“Lha kenapa kok sakit perut?”

Page 158: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

151

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

“Menye-menye bahasannya. Hal itu menyeretku ke alam kenanganku”,

Jawab Pak Ipul yang mulaimenikmati obrolan dengan Sudrun.

“Jadi ngopi itu bisa dikatakan keren dan juga bisa tidak, tergantung mau

diisi apa forum ngopinya. Juga mirip dengan kuliah. Ada yang serius dan

sadar bahwa itu merupakan amanah dari orang tua dan perintah Tuhan

untuk mencari ilmu, namun ada juga mahasiswa ketika masuk ruang

Page 159: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

152

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

kubus dikampus masih sibuk dengan Gadget dan Sosial Medianya, yang

penting absensinya gak bolong dan dengan itu kemungkinan dapat nilai

A seperti harapannya Sambrun dapat terbuka lebar”, komentar Sudrun.

“Kuliah dan Ngopi ibarat pisau. Dapat digunakan memasak di dapur dan

dapat juga melukai kamu dan orang lain”, celoteh pak ipul menanggapi

Sudrun.

Page 160: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

153

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

Dan tiba-tiba ada suara menggelegar seperti suara bom atom yang

jatuh di Hirosima dan Nagasaki. Pandangan Pak Ipul, Sudrun, dan Sambrun

menjadi putih tak terlihat apapun.

***

Ruang berganti. Sesosok laki-laki yang tertidur dikursi bersandar pada

meja didepannya mulai menggerakkan tangannya. Tangannya menggenggam

Page 161: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

154

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

pena. Dia terbangun kemudian berdiri mengambil kertas, dia mulai menulis.

Diawali dengan judul “Secangkir Kopi Dari Mimpi”.[]

Page 162: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 163: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

156

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

CLOSING MARK

215-216 | Tuhan Pun ‘Berpuasa’ | Emha Ainun Nadjib | Kompas Media Nusantara |

2012

Page 164: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

157

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

…Kalau Ibrahim di masa sebelumnya mengasah kapak dan menghancurkan

berhala-berhala Fir’aun, dalam cara berpikir kita sekarang itu adalah subversi

dan anarkis. Juga radikalisme yang kejam. Padahal bukankah kebudayaan

manusia sekarang ini sangat membutuhkan ‘Ibrahim-Ibrahim’ yang berkata

dan berlaku lugas-karena kebanyakan manusia sudah tidak pernah bergaul

dengan kelembutan? Karena pada umumnya manusia sudah tidak tidak

Page 165: Resume empatcopy #edisi barisan diksi

158

Resume empatcopy | Edisi Barisan Diksi

memahami sindiran? Karena ‘dicolok matanya’ tidak menjadi mengerti, apalagi

disindir-sindir?..

Page 166: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 167: Resume empatcopy #edisi barisan diksi
Page 168: Resume empatcopy #edisi barisan diksi