168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL MODIFIKASI BAHAN AJAR PENDIDIKAN INKLUSI SISWA TUNA NETRA DI SMP NEGERI 4 WONOGIRI TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Disusun Oleh: RETNO DWI MARTUTI NIM S 811002007 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL MODIFIKASI BAHAN

AJAR PENDIDIKAN INKLUSI SISWA TUNA NETRA

DI SMP NEGERI 4 WONOGIRI

TESIS

Untuk memenuhi persyaratan mencapai Derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Disusun Oleh:

RETNO DWI MARTUTI

NIM S 811002007

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

Page 2: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL MODIFIKASI BAHAN

AJAR SISWA TUNANETRA DI SMP NEGERI 4 WONOGIRI

Disusun Oleh: RETNO DWI MARTUTI

NIM: S 811002007

Telah disetujui Tim Pembimbing

Pada Tanggal: 28 Mei 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd Dr.Hj.Nunuk Suryani,M.Pd NIP. 19430712 197301 1 001 NIP. 19661108 19903 2 001

Mengetahui Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret

Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd NIP. 19430712 197301 1 001

Page 3: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN TESIS

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL MODIFIKASI BAHAN

AJAR SISWA TUNANETRA DI SMP NEGERI 4 WONOGIRI

Disusun Oleh:

RETNO DWI MARTUTI NIM: S 811002007

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Tanggal, Juni 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

ketua : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd ……………………

Sekertaris : Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd …………………...

Anggota penguji : 1. Prof. Dr. H.Mulyoto, M.Pd ……………………

2. Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd ……………………

Surakarta, Juni 2011

Mengetahui

Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi TP

Prof.Drs.Suranto Tiptowibisono,M.Sc,Ph,D Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd NIP. 19570802 198503 1 004 NIP. 19430712 197301 1 001

Page 4: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Tesis ini akan kepersembahkan kepada:

1. Bapak dan ibuku tercinta

2. Suamiku yang setia

3. Anak-anakku yang tercinta : Febrian Valentino Al’Firdaus, Junniko

Jerifiansyah dan Erwin Aji Pangestu

4. Teman-temanku semua

5. Para pembaca yang budiman

Page 5: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Retno Dwi Martuti

NIM : S 811002007

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul

PELAKSANAANPEMBELAJARAN MODEL MODIFIKASI BAHAN AJAR

SISWA TUNANETRA DI SMP NEGERI 4 WONOGIRI, betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberikan citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,…. Juni 2011

Yang membuat pernyataan

Retno Dwi martuti

Page 6: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang

Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pengasih atas karunia dan petunjuk-Nya

yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti bias menyelesaikan penulisan

tesis ini. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

model modifikasi bahan ajar siswa tunanetra, serta pengaruhnya terhadap

meningkatnya prestasi belajar siswa berkebutuhan khusus di SMP Negeri 4

Wonogiri. Temuan penelitian ini berguna sebagai masukan khususnya para guru

di sekolah inklusi dan umumnya kepada para aktivis di dunia pendidikan. Peneliti

menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan dan

kelemahan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti

harapkan.

Di samping itu, peneliti juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Direktur program pasca sarjana,yang telah membantu dan memberikan

arahan dalam perkuliahan sampai dengan penulisan tesis ini.

2. Ketua Program Studi Teknologi beserta staf yang telah membantu dalam

berbagai kepentingan yang berhubungan dengan perkuliahan sampai

penyelesaian tesis ini.

3. Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd dan Dr.Hj.Nunuk Suryani,M.Pd selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dan

Page 7: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

teknik penyusunan serta dorongan semangat yang tiada hentinya mulai

dari penulisan proposal sampai selesainya tesis ini.

4. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Wonogiri beserta jajarannya yang telah

membantu dengan segenap hati demi terselesainya tesis ini.

5. Suamiku tercinta dan anak-anakku tersayang yang telah memberikan

dorongan semangat sehingga terselesaikannya tesis ini.

Semoga amal baik beliau-beliau senantiasa mendapat rahmat dan hidayah

dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Retno Dwi Martuti

Page 8: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………..… iv

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………….... v

KATA PENGANTAR ………………………………………………….... vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xiv

ABSTRAK ……………………………………………………………….. xv

ABSTRACT …………………………………………………………...…. xvii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………... 7

C. Rumusan Masalah ……………………………………………. 7

D. Tujuan Penelitian ………………………………………….…. 8

Page 9: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

E. Manfaat Penelitian …………………………………………… 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ……………… 10

A. Kajian Teori …………………………………………………... 10

1. Penegrtian Model Pembelajaran ………………………..… 10

2. Model Pembelajaran Inklusi ………………………………. 12

3. Pembelajaran Inklusi ……………………………………… 19

4. Tuna Netra ………………………………………………… 48

5. Prestasi Belajar ……………………………………………. 57

B. Kerangka Pikir ………………………………………………… 65

BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………………………. 66

A. Jenis Penelitian ………………………………………………. 66

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ……………………………….. 67

C. Bentuk Penelitian …………………………………………….. 69

D. Sumber Data ………………………………………………….. 70

E. Teknik Sampling ( Cuplikan ) ………………………………… 72

F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 73

G. Validitas Data ………………………………………………… 75

H. Teknis Analisa Data ………………………………………….. 76

I. Prosedur Penelitian …………………………………………… 79

Page 10: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………… 83

1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Wonogiri. ………… 83

2. Lokasi SMP Negeri 4 Wonogiri ……………………… 85

3. Kondisi SMP Negeri 4 Wonogiri ……………………… 85

4. Struktur Organisasi …………………………………… 88

5. Pembelajaran Inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri ……… 90

B. Temuan Penelitian ………………………………………….. 91

1. Pelaksanaan Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan

Inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri……………………….. 91

a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Di SMP

Negeri 4 Wonogiri ………………………………… 91

b. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus …………. 100

c. Bentuk Proses Belajar Mengajar …………………. 112

d. Jenis Dan Peran Materi Pelajaran Dalam Proses

Belajar Mengajar …………………………………. 115

e. Peran Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar

Mengajar …………………………………………… 117

f. Prestasi Siswa SMP Negeri 4 Wonogiri Sebagai

g. Sekolah Rintisan Inklusi .……………….………… 123

2. Kendala Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran

Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi

Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri …………. 125

Page 11: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

a. Hambatan /kendala factor ekonomi orang tua …… 125

b. Hambatan yang berkaitan dengan proses belajar

Mengajar (PBM) ……………………………………. 126

c. Hambatan/kendala Kesiapan ketrampilan dan

kemampuan guru yang kurang variatif

cenderung membosankan dan membuat pembelajaran

pasif………………………………………………… . 128

d. Hambatan/kendala keterbatasan guru untuk

mengikuti pelatihan …………………………………. 128

e. Hambatan/kendala perbedaan kemampuan individu

dalam hal ini perbedaan peserta didik normal/regular

dan peserta didik yang membutuhkan layanan khusus.. 129

3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran

Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri. ....... 132

C. Pembahasan Temuan penelitian ……………………………… 134

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………………….. 147

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 147

B. Implikasi ………………………………………………………… 150

C. Saran – saran ……………………………………………………. 152

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 154

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………. 158

Page 12: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

1. Table 1 : Jadwal Penelitian …………………………………. 67

2. Table 2 : struktur Program kelas VII sampai kelas IX ……… 101

3. Table 3 : Struktur kurikulum SMPLB Tunanetra ……………. 109

Page 13: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 : Kerangka Berpikir …………………………………… 65

2. Gambar 2 : Tahapan analisis dan model interaktif ……………….. 77

3. Gambar 3 : Prosedur Penelitian …………………………………. 81

4. Gambar 4 : model Modifikasi Bahan Ajar ……………………….. 98

5. Gambar 5 : Struktur Kurikulum Inklusi ………………………… 104

6. Gambar 6 : Bentuk Pembelajaran ………………………………. 113

7. Gambar 7 : hubungan antara komponen dalam pembelajaran

Terpadu …………………………………………….. 121

8. Gambar 8 : Prestasi Belajar …………………………………….. 123

Page 14: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Profil SMP …………………………………………. 157

2. Lampiran 2 : Identitas sekolah inklusi …………………………….. 190

3. Lampiran 3 : Silabus dan RPP …………………………………….. 197

4. Lampiran 4 : Wawancara …………………………………………. 217

5. Lampiran 5 : daya serap dan nilai …………………………………. 232

6. Lampiran 6 : dokumentasi ………………………………………… 243

Page 15: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Retno Dwi Martuti S.811002007 Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri. Tesis: Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I : Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. Pembimbing II : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Siswa Tunanetra Di Smp Negeri 4 Wonogiri sekaligus mengkaji kendala-kendala dan cara mengatasinya, juga mengkaji sejauh mana pembelajaran model modifikasi bahan ajar dapat meningkatkan presetasi belajar siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri.

Metodelogi penelitian yang dilakukan adalah diskriptif kualitatif, yang mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 4 Wonogiri dengan teknik pengumpulan data mengunakan wawancara, pengamatan, dan pencatatan dokumen serta langsung, serta dalam pemeriksaan keabsahan datanya menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi data. Hasil penelitian ini adalah : pertama pelaksanaan pembelajara model bahan ajar pendidikan inklusi siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri agar siswa mampu menerima materi kondisi perbedaan latar belakang social, emosional, intelektual dan sensoris, kedua kurikulum yang digunakan adalah kurikulum regular, ketiga proses pembelajarannya adalah lima puluh persen dikelas dan lima puluh persen diluar kelas, keempat jenis dan fungsi materi pelajaranya berbentuk kolaborasi antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah menyampaikan tugas, memotifasi,member fasilitas belajar siswa dan mengevaluasi proses belajar mengajar,keenam prestasi siswa SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan Inklusi adanya minat, perhatian dan belajar keras agar prestasi belajarnya berhasil. Adapun kendala-kendala yang dialaminya factor ekonomi orang tua, proses belajar mengajar, kesiapan ketrampilan dan kemampuan guru yang kurang variatif cenderung membosankan dan membuat pasif, keterbtasan guru untuk mengikuti pelatihan dan perbedaan kemampuan individu dalam hal pelayanan antara siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus dan untuk mengatasinya sekolah harus konsekuen melakukan perubahan mulai cara pandang, sikap sampai pada proses pendidikan yang berorentasi pada kebutuhan individu tanpa diskriminasi. Kemudian hasil belajar dari pelaksanaan model modifikasi bahan ajar siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri terlihat adanya siswa berkebutuhan khusus yang meningkat rasa percaya diri yang tinggi, hal itu dilihat dari keberanian bertanya pada guru, mengemukakan pendapat dimuka teman-temannya dan bertanya pada teman yang lebih pandai.

Saran peneliti para guru diharapkan dalam Pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah program pendidikan dalam pengajaran. Menjadi kewajiban bagi seluruh warga sekolah khususnya para pendidik dalam rangka mempersiapkan kualitas proses belajar

Page 16: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

mengajar untuk menghasilkan ketuntasan yang maksimal, mengupayakan bantuan dalam bentuk sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Penerapan model modifikasi bahan ajar hendaknya dilaksanakan dengan lebih baik agar prestasi belajar peserta didik lebih meningkat, Lembaga sekolah disarankan dapat menciptakan kondisi belajar yang memadahi, khususnya penyediaan sarana ataupun fasilitas belajar dengan buku-buku perpustakaan, Perlu memperhatikan minat siswa agar dapat membantu mempengaruhi motivasi belajar, sehingga bias meningkatkan prestasi belajar, Kepada peneliti disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang keefektifan model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi pada pengaruh-pengaruh yang lain, sehingga hasilnya mendekati yang diharapkan.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Model Modifikasi Bahan Ajar, Siswa Tunanetra.

Page 17: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

Retno Dwi Martuti S.811002007. The Implementation Of Modification Model Learning On Teaching Material For Blind Students In SMP Negeri 4 Wonogiri. Thesis: Educational Technology Postgraduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta. First Advisor: Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. Second Advisor: Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd.

This study was aimed to investigate The Implementation of Modification Model Learning on Teaching Material for Blind Students in SMP Negeri 4 Wonogiri thoroughly and to research obstacles and their solution all at once, and also to examine how far the implementation of modification model on teaching material could enhance learning achievement of blind students’ in SMP Negeri 4 Wonogiri.

The method of data analysis used in this research was the qualitative descriptive method, and took place in SMP Negeri 4 Wonogiri. The researcher used the technique of interviewing, observing, and documenting in collecting the data. Whereas, the validity examination of the data used were source triangulation and data triangulation. The result of the research were: First, implementation of teaching material model of inclusive education for blind students at SMP Negeri 4 Wonogiri was used in order to attain students’ capability in comprehending the materials within different background of social, emotional, intellectual and sensoric condition; Second, curriculum being used was the regular curriculum; Third, teaching and learning process was fifty percent inside the classroom and fifty percent outside; Fourth, type and function of the materials were in form of collaboration among subjects which had the same theme and material; Fifth, roles of teachers and students in teaching and learning process were delivering assignments, motivating, providing facilities for students and evaluating the process of teaching and learning; Sixth, students’ learning achievement was gained due to their self-awareness in having interests, paying attention and studying. However, there were also some obstacles within the process: factor of parental finance, teaching and learning process, the readiness of teaching skills that led to be passive and boring teaching methods, restrictiveness in joining trainings and different individual skill of teachers in term of service toward different types of students. To solve the mentioned problems, the institution should be consistent and must change their state of mind and demeanor right up to indiscriminate education process. Significant alteration had appeared after implementing the modification model on teaching material for blind students in SMP Negeri 4 Wonogiri. It could be seen from the raising confidence of students’ by asking questions to the teacher, giving opinion in front of their friends, and asking questions to cleverer students.

The researcher suggested that the implementation of modification model learning on Teaching Material used as education program in teaching in SMP

Page 18: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Negeri 4 Wonogiri. It was an obligation for all of the school members especially for the teachers to achieve maximum completeness, provide helpful service in form of means and infrastructure that support learning. The application of modification model on teaching material should be carry out better in order to attain students’ best learning achievement. The school institution should provide satisfying learning condition especially for the service of means and infrastructure by supplying educative books in the library. It was also important to pay attention to the students’ interest to affect their motivation in order to enhance their learning achievement. The researcher was suggested to do further research about the effectiveness of modification model on teaching material on inclusive school toward other influences, so that the result would be realized as expected.

Key Words: Implementation, Modification Model on Teaching Material, Blind Students.

Page 19: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang

ditujukkan untuk menciptakan situasi belajar berdasarkan teori-teori dan cara

mengorganisasikan pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran diartikan

sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pada pembelajaran tertentu,

dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-siswa di dalam mewujudkan

kondidi belajar atau system lingkungan yang menyebabkan terjadinya proses

belajar pada siswa. Pola pembelajaran merupakan rentetan atau tahapan

perbuatan/kegiatan guru-siswa atau dikenal dengan istilah sinteks dalam peristiwa

pmbelajaran. Dalam model pembelajaran terkadang adanya sinteks (urutan

kegiatan pembelajaran), sistem sosial (peran guru dalam pembelajaran), prinsip

reaksi (upaya guru dalam membimbing dan merespon siswa), system pendukung

(faktor-faktor yang harus diperhatikan, dimiliki guru dalam menggunakan model),

dan dampak pembelajaran (langsung dan iringan) (Bruce Joyce, 1980).

Pendidikan terpadu adalah sekolah biasa yang juga menampung anak

berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan

belajar mengajar yang sama. Namun selama ini baru menampung anak tunanetra,

itupun perkembangannya kurang menggembirakan karena banyak sekolah umum

yang keberatan menerima anak berkebutuhan khusus. Di samping itu keberadaan

sekolah khusus lokasinya sebagian besar berada di Ibu Kota Kabupaten, padahal

Page 20: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

anak-anak berkebutuhan khusus tersebar hampir di seluruh daerah

(Kecamatan/Desa). Akibatnya, sebagian anak-anak berkebutuhan khusus,

terutama yang kemampuan ekonomi orang tuanya lemah, terpaksa tidak

disekolahkan karena lokasi SLB jauh dari rumah; sementara kalau akan

disekolahkan di SD terdekat, SD tersebut tidak bersedia menerima karena merasa

tidak mampu melayaninya. Sebagian yang lain, mungkin selama ini dapat

diterima di SD terdekat, namun karena ketiadaan pelayanan khusus bagi mereka,

akibatnya mereka beresiko tinggal kelas dan akhirnya putus sekolah.

Permasalahan di atas apabila dibiarkan akan berakibat pada kegagalan program

wajib belajar. Akibat lebih lanjut, mutu sumber daya manusia (SDM) akan

semakin tertinggal.

Dalam rangka mewujudkan wajib belajar pendidikan dasar dan mengatasi

permasalahan pendidikan anak berkebutuhan khusus, dipandang perlu

meningkatkan perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, baik yang telah

memasuki sekolah umum (SD) tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan

khusus maupun anak-anak berkebutuhan khusus yang belum sempat mengenyam

pendidikan sama sekali karena tidak diterima di SD terdekat atau karena lokasi

SLB jauh dari tempat domisilinya. Melalui pendidikan inklusif, anak

berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk

mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah

terdekat. Sudah barang tentu sekolah terdekat tersebut perlu dipersiapkan segala

sesuatu.

Page 21: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Penyelenggaraan sekolah inklusi bagi peserta didik berkebutuhan khusus

secara yuridis memiliki landasan yang kuat, diantaranya: (1). UUD 1945

(amandemen) pasal 31 ayat 1:“setiap warga Negara berhak mendapat

pendidikan”. (2). UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,

pasal 3 menyatakan bahwa ” pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pasal 5

ayat 2 menyatakan bahwa ” warga negara yang mempunyai kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus”. Pasal 32 menyebutkan ”pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan atau memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa” . (3). UU No. 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak, (4). UU No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, (5). PP

No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,

(6) Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380 /C.66/MN/2003, 20

Januari 2003 perihal Pendidikan Inklusi bahwa di setiap Kabupaten/ Kota di

seluruh Indonesia sekurang kurangnya harus ada 4 sekolah penyelenggara inklusi

yaitu di jenjang SD, SMP, SMA dan SMK masing-masing minimal satu sekolah,

(7) Deklarasi Bandung tanggal 8-14 Agustus 2004 tentang ”Indonesia menuju

Page 22: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Pendidikan Inklusi”, (8) Deklarasi Bukittinggi tahun 2005 tentang ” ”Pendidikan

untuk semua” yang antara lain menyebutkjan bahwa ”penyelenggaraan dan

pengembangan pengelolaan pendidikan inklusi ditunjang kerjasama yang sinergis

dan produktif antara pemerintah, institusi pendidikan, istitusi terkait, dunia usaha

dan industri, orangtua dan masyarakat”. Berdasarkan landasan yuridis yang

sebagian telah disebutkan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan inklusi perlu

diselenggarakan yang implemetasinya memerlukan kesungguhan dan komitmen

dari berbagai pihak.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 15 menyatakan bahwa

pendidikan khusus merupakan penyelenggara pendidikan untuk peserta didik

berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi model pembelajaran inklusif, harus

mengarahkan dan membawa pendidikan ABK secara menyeluruh (holistik),

karena nuansa ramah pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru akan

membawa pendidikan anak ke arah yang lebih luas dan mudah dipahami.

Pandangan teori holistik pembelajaran inklusif mampu memberikan kenyamanan

kepada semua peseta didik dan dilayani secara sama dan sesuai dengan

kemampuan, minat, dan karakteristik masing-masing anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan bagi anak yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa atau anak berkebutuhan khusus (ALB) disediakan

dalam tiga macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah

Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB sebagai lembaga

Page 23: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

pendidikan khusus tertua, menampung anak berkebutuhan khusus dengan jenis

kelainan yang sama, sehingga ada SLB Tunanetra, SLB Tunarungu, SLB

Tunagrahita, SLB Tunadaksa, SLB Tunalaras, dan SLB Tunaganda. Sedangkan

SDLB menampung berbagai jenis anak berkebutuhan khusus, sehingga di

dalamnya mungkin terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,

tunalaras dan atau tunaganda.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidiksn

Nasional, pasal 50, menjelaskan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan

sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik

sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Demikian pula pada Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standart nasional pendidikan, serta

Peraturan Menteri No. 22 dan 23 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi

Lulusan antara lain mrnrntukan bahwa : kurikulum disusun dan dikembangkan

oleh tingkatan satuan pendidikan yaitu kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standart Kompetensi Lulusan

(SKL).

Tujuan model pembelajaran Inklusi bertujauan (1). Mendorong guru dan

tenaga kependidikan lainnya lebih kreatif dalam mengelola dan

mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

(2). Member pedoman bagi guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan

bidang stadi atau pembelajaran tematik. (3). Meningkatkan efisiensi, efektifitas,

dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan anak

berkebutuhan khusus.

Page 24: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus tiap jenis dan derajat

ketunaan dan memerlukan pendekatan dan strategi yang berbeda-beda. Perbedaan

itu lebih disebabkan adanya karakteristik anak berkebutuhan khusus yang

beragam. Untuk membangkitkan minat anak dan mempertahankan mental anak di

sekolahan yang hiterogen guru harus memperhatikan identifikasi kebutuhan dalam

pembelajaran anak tunanetra dan tuna rungu dimaksudkan untuk memberikan

perhatian dan fokus secara khusus dalam pembelajaran anak tunanetra jika

dibanding dengan pembelajaran secara umum.

Prestasi belajar peserta didik inklusi diukur dengan mengamati

kecenderungan peserta didik untuk tetap atau terus belajar. Daya tarik

pembelajaran erat kaitanya dengan daya tarik bidang stadi. Namun demikian daya

tarik bidang stadi dalam penyampaiannya akan banyak tergantung pada kualitas

belajar. Untuk mempreskripsikan daya tarik atau minat pembelajaran sebagai hasil

belajar maka tekanan diletakkan pada kualitas pembelajaran bukan pada daya

tarik bidang stadi.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam membedakan antara kurikulum

pendidikan umum dan pendidikan khusus adalah cirri pembelajaran dan penilaian

pada pendidikan khusus dengan memperhatikan karakteristik, kemampuan,

ketebatasan baik secara emosional, intelektual, fisikal dan etika peserta didik.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas

dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar

Pendidikan Inklusi untuk Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri”.

Page 25: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxv

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah Pelaksanaan

Model Modifikasi Bahan Ajar pendidikan inklusi dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa tunanetra dalam proses pembelajaranya di lingkup SMP Negeri 4

Wonogiri.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar

Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri.

2. Apa kendalanya dan cara mengatasi pelaksanaan pembelajaran model

modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi siswa tunanetra di SMP Negari 4

Wonogiri.

3. Bagaimanakah hasil belajar dari pelaksanaan model pembelajaran Inklusi

siswa tunanetra di SMP Negari 4 Wonogiri.

D. TUJUAN PENELITIAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Penerapan proses Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan

Ajar Pendidikan inklusi untuk siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri

sebagai sekolah rintisan inkusi.

Page 26: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvi

b. Peningkatan proses pembelajaran Inklusi untuk siswa tunanetra dengan

mengunakan Model Modifikasi Bahan Ajar bagi siswa tunanetra di SMP

Negeri 4 Wonogiri.

c. Peningkatan prestasi belajar siswa tunanetra melalui Pelaksanaan Model

Modifikasi Bahan Ajar Di SMP Negeri 4 Wonogiri.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa dan

masyarakat yang memiliki kekurangan pada fisik mereka.

1. Secara Teoritis.

Hasil penelitian yang bersifat deskritif kualitatif ini diharapkan akan

memberikan profil dan informasi berharga tentang penyelenggaraan model

pembelajaran Inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri. Hasil-hasil temuan

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk mendalami

tentang model pembelajaran inklusi di sekolah-sekolah lain.

2. Secara Praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam

meningkatkan mutu pendidikan Inklusi di SMP negeri 4 Wonogiri dan

dunia pendidikan pada umumnya.

a. Bagi siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri didalam lingkup

pembelajaran maupun dalam pergaulan sekolah.

Page 27: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvii

b. Bagi sekolah yang sudah melaksanakan pembelajaran inklusi sebagai

bahan kajian untuk dapat melaksanakan model pembelajaran inklusi

bagi siswa-siswa yang kurang mampu dalam fisiknya sehingga akan

lebih baik.

c. Bagi dinas pendidikan dan dinas-dinas terkait sebagai bahan masukan

dalam pelaksanaan model pembelajaran inklusi terutama dalam

memperhatikan minat belajar dan perkembangan mental siswa yang

kurang mampu dalam fisiknya.

d. Bagi peneliti lain sebagi refrensi untuk memahami model pembelajaran

Inklusi.

Page 28: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxviii

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Ryder (2003), model pembelajaran seperti mitos dan metaphor,

dapat membantu memahami sesuatu. Apakah model itu diturunkan oleh seseorang

atau merupakan hasil dari penelitian, setiap model menawarkan pemahaman

tertentu secara lebih mudah. Nilai sebuah model pembelajaran ditentukan dalam

konteks yang digumakan. Model mengandung maksud tertentu bagi pengguna,

menawarkan penyelesaian dari beben pembelajran dan menyajikan focus dan

arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Pendidikan inklusif merupakan model pendidikan anak berkebutuhan

khusus yang terkini. Sejak digulirkannya konsep mainstreaming dalam pendidikan

khusus, ada upaya kuat melaksanakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

secara terpadu, bahkan terpadu penuh (inklusif), dengan anak normal di sekolah

biasa. Model pendidikan inklusif semakin meluas pengkajiannya sejak ada

pernyataan Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan khusus bulan

Juni 1994 bahwa “prinsip mendasar dari pendidikan inklusif adalah: selama

memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang

kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.”

Perkembangan pendidikan inklusif mempunyai pengertian yang beragam.

Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah iinklusif adalah

sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini

Page 29: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxix

menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan setiap siswa. Di samping itu ada pula bantuan dan

dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Bahkan

sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi

bagian dari kelas tersebut dan saling membantu baik dari guru, teman sebaya,

maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individual anak berkelainan

dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat terpenuhi.

Staub dan Peck (1995) (dalam Sunardi, 2002) mengemukakan bahwa

pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkebutuhan khusus tingkat ringan,

sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas

reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkebutuhan khusus,

apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.

Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) (dalam Sunardi, 2002) menyatakan bahwa

pendidikan inklusif sebagai system layanan pendidikan yang mempersyaratkan

agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di

kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Konsekuensinya antara lain

ditekankan adanya restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yang

mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dalam sumber

belajar dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang

tua, dan masyarakat sekitarnya.

Variasi pendapat para ahli diantaranya adalah bahwa melalui pendidikan

inklusif, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal)

untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

Page 30: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxx

Vaughn, Bos, dan Schumm (2000), mengatakan bahwa dalam praktik, istilah

inklusif sering dipakai bergantian dengan istilah mainstreaming, yang secara teori

diartikan sebagai penyediaan layanan pendidikan yang layak bagi anak

berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan individualnya.

2. Model Pembelajaran Inklusif

a. Pengertian

1) Model : merupakan kata pengecilan dan modo yang artinya: sifat, cara.

Model selection is based on student learning styles the demond of the

content, and teacher preference. (model bahan ajar yang dimaksud dalam

pembelajaran adalah untuk menggambarkan, menjelaskan atau menemukan

cara pengajaran dalam pendidikan inklusif.

2) Modifikasi berarti modus, ukuran, cara atau membuat dalam suatu

organisasi yang bukan dari keturunan.

3) Pengembangan dimaksudkan sebagai kegiatan melakuakn penyesuaian dari

bahan ajar dasar yang dirumuskan dalam standar isi pada sekolah umum ke

rumusan bahan ajar untuk siswa berkebutuhan khusus.

4) Bahan ajar merupakan bagian integral dalam kurikulum yang telah

ditentukan standar isinya oleh pemerintah melalui permendiknas nomer 22

dan nomer 23 tahun2006. Pada hakekatnya isi kurikulum itu sendiri

mengacu pada usaha pencapaian tujuan-tujuan intraksional bidang

stadi.pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran pendidikan inklusi

Page 31: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxi

mengajarkan anak sesuai dengan kemampuan heterogen. Dalam arti bahan

ajar diberikan dengan pendekatan individual.

5) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

6) Inklusi (inclusive) inclusion is the practices if integrating students with

disabilities fully into regular classrooms, definisi tersebut memberikan

penjelasan bahwa inklusi merupakan pendidikan yang praktis bagi anak

yang memiliki kebutuhan khusus dapat bersekolah secara penuh di kelas

umum pada siswa yang normal. Dengan demikian inklusi berarti

mengikutsertakan anak berkelainan di kelas umum bersama dengan anak-

anak lainya.

7) Pendidikan inklusif proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah

umum dengan menggabungkan anakdidik yang memiliki kebutuhan

khusus.

b. Unsur Pelaksanaan.

Pelaksanaan pempelajaran inklusi sama dengan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar di kelas umum dan disesuaikan dengan model penempatan

Page 32: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxii

siswa yang berkebutuhan khusus. Unsur pelaksana yang terlibat dalam

pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan inklusi adalah guru umum dengan

guru pendidikan khusus (GPK) atau guru sekolah luar biasa.

Guru umum membutuhkan rekan kerja untuk membuat program dan

berperan untuk memberikan dukungan tim guru dalam arti mendiskusikan pada

komite sekolah yang terdiri dari orang tua, tokoh masyarakat, tenaga medis dan

tenaga ahli yang terkait.

c. Prinsip Pengembangan/Modifikasi Bahan Ajar.

Bahan ajar yang dikembangkan khusus untuk layanan pendidikan inklusif

diharuskan memenuhi beberapa prinsip antara prinsip keterbaharuan bahan

ajar, artinya bahan yang ditetapkan untuk pendidikan inklusif harus merupakan

bahan ajar yang tidak kedaluwarsa agar kemanfaatan bahan ajar bagi peserta

didik dapat dinikmati dimasa mendatang. Demikian juga bahan ajar harus

memenuhi prinsip kecukupan. Dalam kaitan ini guru harus meyakinkan bahan

ajar yang telah dipilih memang terjamin kecukupannya sehingga bobot dan

volumenya tidak di bawah standart isi yang ditentukan.

Prinsip kecukupan akan menjamin bahan ajar yang disajikan dalam

pendidikan inklusif sesuai dengan yang diinginkan. Selain modifikasi bahan

ajar yang dipilih juga harus memenuhi prinsip relevan, artinya sesuai dengan

kebutuhan siswa, kebutuhan stakeholders maupun tujaun pendidikan itu

sendiri. Dalam penerapan prinsip ini guru tidak boleh menetapkan bahan ajar

berdasarkan kemampuannya sendiri dan bahan yang dimiliki.

Page 33: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiii

d. Model Modifikasi Bahan Ajar.

Model modifikasi bahan ajar dimaksudkan adalah bagaimana cara

menemukan atau memberikan bahan ajar yang tepat dalam pendidikan inklusif

sesuai dengan kemampuan individu (pendekatan individu). Terdapat tiga

kegiatan utama dalam modifikasi bahan ajar pendidikan inkusif yaitu:

1) Kegiatan menyeleksi merupakan kegiatan memilih, menetapkan bahan ajar

yang tepat bagi peserta didik. Pemilihan dan penetapan bahan ajar

dilakukan oleh guru atas bahan ajar yang telah ada pada silabus sekolah

umum, apabila bahan ajar disekolah umum tidak tersedia, maka guru wajib

untuk mengusahakan dengan langsung merinci dari SK dan KD mata

pelajaran terkait.

2) Mengorganisasi bahan ajar dimaksudkan sebagai kegiatan guru dalam

menyusun dan membuat urutan susunan bahan ajar dengan tata urutan

tertentu. Tata urutan bahan ajar ada yang berdasarkan kronologis, urutan

procedural, urutan logis maupun urutan herarchis. Pertimbangan

pengurutan dapat menggunakan dasar tuntuntan SK dan KD atau dapat pula

menggunakan dasar karakter mata pelajaran.

3) Mensintesa Bahan Ajar dimaksudkan agar guru yang melaksanakan

kegiatan pembelajaran melakukan upaya agar bahan ajar yang telah

tersusun dapat dipadukan dalam keseluruhan proses pembelajaran

dalamkegiatan pembelajaran kelas umum bukan terpisah namun

terorganisasi

Page 34: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiv

e. Model Modifikasi Bahan Ajar Untuk Siswa Tunanetra.

Dalam proses pembelajaran siswa tunanetra disekolah regular, guru perlu

memperhatikan bahwa peserta didik tunanetra dalam menyerap bahan ajar

melelui pendengaran dan perabaab. Dengan menyadari kondisi seperti ini maka

dalam menyajikan bahan ajar guru dituntut untuk memodifikasi bahan ajar

tersebut.

Ada beberapa tahapan yang bias dilakukan untuk memodifikasi bahan ajar

untuk peserta didik tunanetra yaitu:

1) Bahan ajar dinarasikan atau diinformasikan.

Pengalaman visual cenderung menyatukan informasi dari apa yang dilihat

kemudian menghubungkannya dengan pikiran atau perasaan. Peserta didik

tunanetra tidak akan mampu memahami situasi atau kondisi apabila

dihadapkan pada suasana yang baru dikenalnya. Guru harus memberikan

informasi yang jelas kepada peserta didik tuna netra agar anak didik

mampu memahami situasi yang baru dikenalnya.

2) Bahan ajar divisualisasikan pada pengalaman nyata.

Pengalaman nyata bagi peserta didik tunanetra merupakan pengalaman

yang tidak mudah dilupakan.peserta didik tunanetra tidak hanya

membutuhkan penjelasan ataupun informasi dari sseorang guru, tetapi

sebaiknya guru mengajak untuk merasakan pengalaman nyata sesuai

dengan bahan ajar yang disampaikan.

Page 35: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxv

3) Bahan ajar disajikan dalam bentuk benda-benda kongkrit atau benda-benda

yang dibuat model tiruan, sehingga siswa dapat mengenal bentuk secara

alamiah, mampu mengenal ukuran berat, sifat-sifat permukaan, kelenturan

dan lain sebagainya.

4) Bahan ajar diganti dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

5) Bahan ajar dihilangkan atau tidak diberikan sama sekali, dengan

pertimbangan apabila diberikan dapat membahayakan diri peserta didik.

Pada saat seorang anak tunanetra masuk kedalam sebuah lembaga

pendidikan formal seperti yang dilakukan oleh anak-anak normal lainnya,

pendekatan yang paling efektif adalah dengan jalan optimalisasi pendidikan

inklusif secara berkelanjutan kepada tunanetra. Kurikulum yng digunakan pada

pendidikan inklusif adalah kurikulum fleksibel, disesuaikan dengan kemampuan

dan kebutuhan setiap siswa. Pemilihan metode untuk anak tunanetra sebenarnya

banyak didorong oleh setiap kemudahan yang menjadi karakteristik dari

pendidikan inklusif.

Model pendidikan ini sebenarnya berupaya untuk memberikan

kesempatan yang sama kepada semua anak, termasuk anak tunanetra agar dapat

memperoleh kesempatan yang sama dengan anak-anak yang lainnya yaitu setiap

anak memiliki akses yang sama ke sumber-sumber belajar tersedia dan sarana

yang dibutuhkan tunanetra dapat terpenuhi dengan baik. Lima macam penting

dalam penerapan model pendidkan inklusif bagi kalangan tunanetra adalah :

Page 36: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvi

a. Menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima

adanya keanekaragaman, dan dapat saling menghargai pada setiap

perbedaan.

b. Dapat memberikan dan mengajar kelas yang heterogen dengan

memerlukan perubahan pelaksanaan kurikulum secara mendasar.

c. Menyiapkan dan mendorong guru untuk dapat megajar secara interaktif.

d. Penyediaan dorongan bagi guru dan kelasnya secara terus menerus dan

penghapusan hambatan yang berkaitan dengan isolasi profesi.

e. Melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses sebuah

perencanaan.

Metode pembelajaran bagi anak tunanetra dapat dibedakan menurut

fungsunya yaitu media untuk menjelaskan konsep yang berupa alat peraga dan

media untuk membantu kelancaran proses pembelajaran yang berupa alat bantu

untuk proses pembelajaran yang beupa alat bantu untuk peruses pembelajaran

yaitu :

a. Alat bantu yang bisa digunakan untuk membantu proses suatu

pembelajaran anak tunanetra meliputi objek atau situasi yang

sebenarnya dengan prinsip totalitas atau situasi yang sebenarnya, benda

asli yang telah diawetkan, tiruan/model (tiga atau dua demensi).

b. Alat bantu pembelajaran antara lain alat bantu untuk menulis huruf

Braille (reglet, pen, dan mesin ketik Braille). Alat bantu untuk

membantu dalam membaca huruf Braille (papan huruf dan optacon),

Page 37: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvii

alat bantu untuk berhitung (cubaritma, abacus/sempos, speech

calculator) serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape recorder.

Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra pada

dasarnya sama dengan yang dilakukan terhadap anak yang memiliki mata normal,

namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut materi tes/soal dan teknik

pelaksanaan tes. Materi tes atau pertanyaan yang diajukan kepada anak tunnetra

tidak mengandung unsure-unsur yang memerlukan persepsi visual apabila

menggunakan tes tertulis, soal hendaknya diberikan dalam huruf Braille atau

menggunakan reader (pembaca) apabila menggunakan huruf alphabet normal

yang biasa digunakan oleh anak-anak bermata normal.

3. Pembelajaran Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusif

Istilah inklusif memiliki ukuran universal. Istilah inklusif dapat

dikaitkan dengan persamaan, keadilan, dan hak individual dalam pembagian

sumber-sumber seperti politik, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Menurut Reid,

masing-masing dari aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling

berkaitan satu sama lain (London: David Fulton Publisher, 2005:88). Reid

Page 38: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxviii

ingin menyatakan bahwa istilah inklusif berkaitan dengan banyak aspek hidup

manusia yang didasarkan atas prinsip persamaan, keadilan, dan hak individu.

Dalam ranah pendidikan, istilah inklusif dikaitkan dengan model

pendidikan yang tidak membeda-bedakan individu berdasarkan kemampuan

dan atau kelainan yang dimiliki individu. Dengan mengacu pada istilah inklusif

yang disampaikan Reid di atas, pendidikan inklusif didasarkan atas prinsip

persamaan, keadilan, dan hak individu. Istilah pendidikan inklusif digunakan

untuk mendeskripsikan penyatuan anak-anak berkelainan (penyandang

hambatan/cacat) ke dalam program sekolah. Konsep inklusi memberikan

pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki

hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di

sekolah (J. David Smith, 2006 : 45).

MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin menyatakan bahwa hakikat inklusif

adalah mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan

intelektual. Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi

mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang

dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi

mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus dan/atau memiliki kebutuhan

belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang

bermutu tinggi dan tepat. (MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin, 2006 ; 75-76).

Baihaqi dan Sugiarmin menekankan bahwa siswa memiliki hak yang

sama tanpa dibeda-bedakan berdasarkan perkembangan individu, sosial, dan

intelektual. Perbedaan yang terdapat dalam diri individu harus disikapi dunia

Page 39: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxix

pendidikan dengan mempersiapkan model pendidikan yang disesuaikan dengan

perbedaan-perbedaan individu tersebut. Perbedaan bukan lantas melahirkan

diskriminasi dalam pendidikan, namun pendidikan harus tanggap dalam

menghadapi perbedaan.

Daniel P. Hallahan mengemukakan pengertian pendidikan inklusif

sebagai pendidikan yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan

khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini,

guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan

khusus tersebut (Daniel P. Hallahan, 2009 : 53).

Tarje Magnussonn Waretdal (2007: 5), Inclusion/Inclusive Education:

Inclusive school welcome all the children in the community regardless of their

social, economic, athnic, regigious, or languangebackgroun. Inclusive

communities and school embrace diversity-not merelytolerate it. (sekolah

inklusi menerima semua anak dimasyarakat tanpa memandang kemampuan,

kecacatan, jender, status HIV, dan status kesehatan serta latar belakang social,

ekonomi, etnis,agama, atau bahasa. Masyarakat dan sekolah yang inklusif

merangkul keragaman tidak hanya mentolelirnya). Selanjutnya menurut:

Berit H Johanes dan Miriam D. Skjorten, dalam susi Septaviana

Rakhmawati (2004: 181), beberapa ide utama dari prinsip sekolah inklusi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Bahwa setiap anak merupakan bagian intergral dari komunitas lokalnya dan

kelas atau kelompok regular. Kegiatan sekolah diatur dengan sejumlah besar

tugas belajar yang kooperatif, individualisasi pendidikan dan fleksibilitas

Page 40: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xl

dalam pemilihan materinya. Guru kerja sama dan memiliki pengetahuan

tentang strategi pembelajaran dan kebutuhan pelejaran umum, khusus,

individual dan memiliki pengetahuan tentang cara menghargai pluralitas

perbedan individu dalam mengatur aktivitas kelas.

Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa pendidikan inklusif

menyamakan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya. Untuk

itulah, guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap proses pelaksanaan

pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru harus memiliki kemampuan

dalam menghadapi banyaknya perbedaan peserta didik.

Daniel P. Hallahan, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan

dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-

sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pengertian pendidikan dalam Permendiknas di atas memberikan

penjelasan secara lebih rinci mengenai siapa saja yang dapat dimasukkan dalam

pendidikan inklusif. Perincian yang diberikan pemerintah ini dapat dipahami

sebagai bentuk kebijakan yang sudah disesuaikan dengan kondisi Indonesia,

sehingga pemerintah memandang perlu memberikan kesempatan yang sama

kepada semua peserta didik dari yang normal, memilik kelainan, dan memiliki

kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan. Dengan

Page 41: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xli

demikian pemerintah mulai mengubah model pendidikan yang selama ini

memisah-misahkan peserta didik normal ke dalam sekolah reguler, peserta

didik dengan kecerdasan luar biasa dan bakat istimewa ke dalam sekolah (baca:

kelas) akselerasi, dan peserta didik dengan kelainan ke dalam Sekolah Luar

Biasa (SLB).

Rumusan mengenai pendidikan inklusif yang disusun oleh Direktorat

Pendidikan Sekolah Luar Biasa (PSLB) Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Kementrian Pendidikan

Nasional (Kemendiknas) mengenai pendidikan inklusif menyebutkan bahwa

pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak

berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa

bersama-sama teman seusianya. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif

adalah sekolah yang menampung semua murid di sekolah yang sama. Sekolah

ini menyediakan program pendidikan yang layak dan menantang, tetapi

disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan

dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil.

Dalam ensiklopedi online Wikipedia disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan pendidikan inklusi yaitu pendidikan yang memasukkan peserta didik

berkebutuhan khusus untuk bersama-sama dengan peserta didik normal

lainnya. Pendidikan inklusif adalah mengenai hak yang sama yang dimiliki

setiap anak. Pendidikan inklusif merupakan suatu proses untuk menghilangkan

penghalang yang memisahkan peserta didik berkebutuhan khusus dari peserta

Page 42: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlii

didik normal agar mereka dapat belajar dan bekerja sama secara efektif dalam

satu sekolah. (Ensiklopedi Online Wikipedia “Inclusion”).

Pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas secara umum

menyatakan hal yang sama mengenai pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif

berarti pendidikan yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan semua

peserta didik, baik peserta didik yang normal maupun peserta didik

berkebutuhan khusus. Masing-masing dari mereka memperoleh layanan

pendidikan yang sama tanpa dibeda-bedakan satu sama lain. Anak yang

berkebutuhan khusus dulunya adalah anak-anak yang diberikan label

(labelling) sebagai Anak Luar Biasa (ALB). Anak berkebutuhan khusus (ABK)

merupakan istilah lain untuk menggantikan istilah Anak Luar Biasa (ALB)

yang menandakan adanya kelainan khusus. Istilah lain yang juga biasa dipakai

untuk menandai anak yang “lain” dari yang lain ini yaitu hendaya (impairment)

(Bandi Delphie: 2006), disability dan handicap.

Impairment, handicap, dan disability seringkali disamakan dalam

penggunaannya. Sebenarnya terdapat perbedaan arti dari ketiga istilah tersebut.

Impairment digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang tidak sepenuhnya

rusak/cacat. Handicap digunakan untuk menunjukkan adanya kesulitan-

kesulitan dalam penggunaan organ tubuh. Disability digunakan untuk

menunjukkan ketidakmampuan yang ada sejak dilahirkan atau cacat yang

sifatnya permanen. (Thomas M. Stephens, dkk.), Teaching Mainstreamed

Students, (Canada: John Wiley&Sons, 1982), Hornby, Oxford Advance .

Disability berarti batasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang.

Page 43: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliii

Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan kepada seseorang yang menderita

ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat,

lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri. Dalam hal ini sering muncul

ungkapan “jangan sampai disability menjadi handicap”.John W. Santrock,

Educational Psychology, (New York: The McGraw Hill Inc., 2004: 175).

Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda

antara yang satu dengan yang lain. Bandi Delphie menyatakan bahwa di

Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan

perkembangan dan telah diberikan layanan antara lain: Anak yang mengalami

hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra), tunarungu, tunawicara,

tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autism (autistic children), hiperaktif

(attention deficit disorder with hyperactive), anak dengan kesulitan belajar

(learning disability atau spesific learning disability), dan anak dengan hendaya

kelainan perkembangan ganda (multihandicapped and developmentally

disabled children) (Delpin).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 70 Tahun 2009, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba,

obat terlarang dan zat adiktif lainnya juga dikategorikan sebagai anak

berkebutuhan khusus. Selain anak-anak berkebutuhan khusus yang telah

disebutkan di atas, anak-anak yang memiliki bakat dan/atau kecerdasan luar

biasa juga dikategorikan sebagai anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan

demikian, pendidikan inklusif, sesuai dengan beberapa pengertian diatas, selain

menampung anak-anak yang memiliki kelainan juga menampung anak-anak

Page 44: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

yang memiliki bakat dan/atau kecerdasan luar biasa agar dapat belajar bersama-

sama dalam satu kelas.

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan

pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK

antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan

belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.

istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak

cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan

bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan

potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks

bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan

bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar

Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A

untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk

tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan

SLB bagian G untuk cacat ganda.

1) Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam

penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan

yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut

Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah

penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah

Page 45: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra

memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses

pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra

peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus

diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu

tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan

bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar

timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang

bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk

membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar

mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas

diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan

arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus

tunanetra yang terbuat dari alumunium)

2) Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam

pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi

tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan

pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-

70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan

pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan

dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam

Page 46: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara

berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk

abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk

isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa

sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara

berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan

bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam

memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

3) Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang

signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa

perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),

Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah

20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan

pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

4) Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang

disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang

bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy,

amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa

adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas

Page 47: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu

memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi

sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik

dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

5) Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam

mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya

menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma

dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan

karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari

lingkungan sekitar.

6) Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih

kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi

kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan

karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak,

dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar

memiliki IQ rata-rata atau diatas rata- rata, mengalami gangguan

motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan

orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus tiap jenis dan derajat

ketuaan memerlukan pandekatan dan strategi yang berbeda-beda. Perbedaan

Page 48: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlviii

itu lebih disebabkan adanya karakteristik anak berkebutuhan khusus yang

beragam. Identifikasi kebutuhan dalam pembelajaran anak tuna netra

dimaksudkan untuk memberikan perhatian dan focus secara khusus dalam

pembelajaran anak tuna netra jika dibanding dengan pembelajaran secara

umum adalah

1) Kebutuhan pengalaman konkrit.

2) Kebutuhan akan pengalaman memadukan dari yang detil ke global.

3) Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dengan belajar.

Selain itu anak tuna netra memerlukan media pembelajaran yang

dibedakan menjadi

1) Anak buta menggunakan media baca tulis huruf Braille.

2) Anak low menggunakan media baca tulis huruf cetak yang

diperbesar atau menggunakan alat pembesar.

Motode pembelajaran Inklusi bertujuan mendorong guru dan tenaga

kependidikan lainnya untuk lebih kreatif dalam mengelola dan

mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik, memberikan pedoman bagi guru dalam kegitan pembelajaran sesuai

dengan bidang stadi atau pembelajaran tematik, serta meningkatkan

efisiensi, efektifitas dan fleksibelitas dalam proses pembelajaran di lembaga

pendidikan anak berkebutuhan khusus. Dalam ruang lingkup model

pembelajaran diharapkan perencanaan proses pembelajaran yang meliputi :

Page 49: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlix

1) Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator ke

dalam jaringan tema , penyususnan Silabus dan Penyususnan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bagi SLB Tuna Netra (A).

2) Pelaksanaan pembelajaran seperti tahap kegiatan, strategi

pengelola pembelajaran, penyusunan waktu yang disesuaikan

dengan materi pelajaran.

3) Penilaian pembelajaran seperti pengertian, tujuan, prinsip-prinsip

penilaian, alat penilaian, analisis hasil penilaian dan tindak lanjut

penilaian.

4) Pengawasan pembelajaran seperti perencanaan, pelaksanaan dan

tindak lanjut yang meliputi materi, proses, strategi dan metode.

Kebutuhan layanan pendidikan tunanetra pada dasarnya membutuhkan

suatu pendidikan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam

dirinya secara optimal. Meskipun dengan segala keterbatasan indra pada

indranya, terutama pada indra penglihatannya, anak tuna netra

membutuhkan latihan khusus yang meliputi latihan membeca dan menulis

huruf broille, penggunaan tongkat, orentasi dan mobilitas, serta melakukan

latihan visual atau fungsional pada penglihatan.

Layanan pendidikan bagi anak tunanetra dapat dilaksanakan melalui

system segregasi yaitu system yang secara terpisah dari anak yang memiliki

penglihatan yang masih bagus (tidak memiliki kecacatan) dan intergrasi atau

terpadu dengan normal di sekolah-sekolah umum lainnya. Tempat

pendidikan dengan system segregasi meliputi sekolah khusus (SLB-A),

Page 50: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l

SDL-B dan kelas jauh. Bentuk-bentuk keterpaduan tersebut yang dapat

diikuti oleh anak-anak tunanetra, yaitu melalui system integritas yang

meliputi kelas biasa dengan adanya seorang guru konsultan, kelas biasa

dengan seorang guru kunjung, serta kelas biasa dengan guru-guru sumber

dan kelas khusus.

Strategi proses pembelajaran untuk anak-anak penyandang tunanetra

pada dasarnya memliki kesamaan dengan strategi pembelajaran anak-anak

pada umumnya. Hanya saja, ketika dalam pelaksanaannya memerlukan

modifikasi agar sesuai dengan anak yang melakukan pembelajaran tersebut,

yang dalam hal ini adalah anak tunanetra sehingga pesan atau materi yang

disampaikan dapat diterima ataupun dapat ditangkap dengan baik dan

mudah oleh anak-anak tunanetra tersebut dengan menggunakan semua

system indranya yang masih berfungsi dengan baik sebagai sumber pemberi

informasi.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran untuk

anak-anak tunanetra adalah

1) Prinsip Individu

Prinsip Individu dalam prinsip pembelajaran untuk tunanetra

merupakan prinsip umum dalam pembelajaran manapun. Dalam

hal ini guru dituntut untuk dapat memperhatikan secara detil

segala perbedaan dalam setiap individu tersebut. Dalam

pendidikan untuk anak-anak tunanetra perbedaan-perbedaan

umum tersebut menjadi lebih luas dan rumit. Selain perbedaan-

Page 51: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

li

perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik,

kesehatan, social dan budaya pada anak-anak tunanetra tersebut

memiliki perbedaan khusus yang terkait dengan tunanetra tersebut

seperti tingkat ketunanetraan, sebeb-sebab ketunanetraannya dan

lain-lain. Oleh sebab itu harus ada perbedaan layanan pendidikan

antara anak low vision dengan anak-anak buta local lainnya.

2) Prinsip layanan individu jauh lebih mengisyaratkan pada perlunya

seorang guru untuk merancang strategi adan metode pembelajaran

yang sesuai dengan keadaan sianak tunanetra. Hal tersebut yang

menjadi dasar adanya pendidikan yang dilakukan secara

individual agar tidak terjadinya ketimpangan social antara anak

penderita tunanetra yang satu dan lainnya yang memiliki tingkatan

keparahan dan penyebab berbeda pula. Peran guru memang

menjadi salah satu hal utama dan pokok dalam metode

pembelajaran dan menjaga agar anak-anak tunanetra tidak

merasakan kerendahan dirinya yang justru akan menghambat

kelancaran anak-anak tersebut dalam belajar. Guru dalam metode

ini diharapkan dapat berperan aktif dalam pendekatan individual

dengan strategi-strategi barunya untuk mendekatkan diri secara

personal terhadap anak penyandang tunanetra dengan lebih intim

lagi agar bisa melihat segala perbedaan yang ada dan bisa

menyikapi secara tepat.

3) Prinsip Pengalaman pengindraan.

Page 52: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lii

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk anak-anak

penyandang tunanetra harus memungkinkan anak tunanetra untuk

mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang

dipelajarinya. Dalam bahasa Bower (1986) disebut sebagai

“Pengalaman pengindraan langsung”. Anak tunanetra tidak dapat

belajar melalui pengamatan visual yang memiliki dimensi jarak,

seperti pada contoh bunga yang sedang mekar, embun yang

menetes dari dedaunan dan sebagainya.

4) Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses

langsung terhadap objek atau situasi. Anak tunanetra harus

dibimbing untuk dapat meraba, mendengar, mencium, mengecap,

mengalami situasi secara langsung dan juga melihat bagi anak low

vision. Prinsip ini sangat erat kaitanya dengan komponen

alat/media dan lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi

prinsip pengalaman pengindraan, perlu tersedia alat atau media

pembelajaran yang mendukung dan relevan. Anak tunanetra harus

dapat merasakan secara langsung apa yang terjadi di

lingkungannya, seperti pada proses memasak, menanam bunga,

ataupun pada proses lainnya yang tidak membutuhkan adanya

dimensi jarak dan waktu, tetapi pada proses yang melakukan

penggunaan pengalaman pengindraan secara langsung.

5) Prinsip Totalitas.

Page 53: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liii

Strategi pembelajaran ini dilakukan oleh seorang guru untuk dapat

memungkinkan seorang siswanya untuk memiliki pengalaman

onjek secara langsung maupun pada situasi yang terjadi secara

utuh. Starategi ini dapat terwujud apabila guru dapat mendorong

anak tersebut untuk dapat melibatkan semua pengalaman

pengindraannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep.

Dalam Multi sensory approach dalam bahasa Bower (1986),

artinya mengunakan seluruh alat pengindraan tersebut yang masih

memiliki fungsi yang masih baik untuk mengenali objek secara

menyeluruh untuk dapat mengenali dengan baik dan mendapatkan

gambaran secara utuh seperti utuh apa yang ada dalam dimensi

yang sesungguhnya. Misalkan saja, seorang anak tunanetra yang

ingin mengenali bentuk burung. Maka, seorang anak yang

memiliki keterbatasan dalam hal indra penglihatan tersebut harus

dapat melinatkan keseluruhan indra yang masih berfungsi untuk

dapat memberikan informasi yang utuh dan baik mengenai

bentuk, ukuran, sifat permukaan, dan kehangatan dari burung

tersebut. Anak penyandang tunanetra tersebut juga harus dapat

mengenali suara yang menjadi cirri khas burung tersebut.

Pengalaman pengenalan anak terhadap burung akan menjadi lebih

luas dan menyeluruh dibandingkan dengan anak-anak yang hanya

menggunakan satu indra dalam mengenali dan mengamati burung

tersebut. Itulah yang menjadi nilai tambah yang akan dimiliki oleh

Page 54: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liv

anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam hal gangguan

pengelihatan. Hilangnya suatu penglihatan pada salah satu dari

kelima indranya, dapat membuat anak-anak tunanetra menjadi

sulit mendapatkan gambaran secara nyata dan menyeluruh

mengenai objek-objek yang tidak dapat diamati secara serentak

oleh kelima indranya. Maka dari itu, perpaduan beberapa teknik

dalam penggunaannya menjadi penting untuk anak tunanetra

tersebut.

6) Prinsip Aktifitas Mandiri

Strategi pembelajaran haruslah dapat memungkinkan anak atau

dapat mendorong anak tunanetra dalam belajar secara aktifdan

mandiri. Anak dapat belajar dan menemukan sesuatu yang ingin

mereka pelajari. Sedangkan guru bertugas sebagai fasilitator yang

dapat membantu anak-anak untuk belajar dan menjadikan sebagai

motivator anak-anak penyandang tunanetranmyang dapat

membangkitkan keinginanuntuk tetap bertahan meski dalam

setiap keterbatasannya. Prinsip ini menunjukan bahwa dalam

proses belajar tidak sekedar mendengar dan mencatat, tetapi ikut

merasakan dan mengalaminya secara langsung. Keharusan

memiliki implikasi yang bagus terhadap perlunya si anak dapat

mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh

fakta atau konsep yang baik. Dalam hal isi pembelajaran, sangat

penting untuk anak-anak tunanetra. Tapi akan lebih penting lagi

Page 55: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lv

apabila anak tunanetra tersebut dapat menguasai dan mengalami

secara personal dan langsung untuk mendapatkan isi pembelajaran

tersebut secara utuh. Oleh akrena itu proses pembelajaran dengan

cara mengalami dan mengenal suatu objek secara langsung dapat

membantu anak untuk dapat mengenali apa yang selama ini anak-

anak normal lainnya alami.

b. Faktor-faktor pembelajaran Inklusi

Faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran inklusi terhadap

perkembangan siswa adalah penilaian. Agar hasil penilaian dapat

menggambarkan apa yang hendak diukur perlu diperhatikan prinsip-prinsip :

1) Peserta didik dikelompokan secara homogeny untuk memudahkan

dalam pembelajaran dan penilaian. Jika peserta didik heterogen

dalam jenis ketunaan dan derajat kecerdasan harus dilakukan

dengan pendekatan Program pendidikan Individu (PPI).

2) Kenaikan kelas pada pendidikan khusus berdasarkan :

a. Evaluasi kemampuan yang disesuaikan dengn tuntunan

kurikulum peserta didik dengan kecerdasan normal (Tuna rungu,

tuna daksa dan tuna laras yang disertai dengan kelainan

lainnya).

b. Usia peserta didik yang disebut dengan kemajuan berkelanjutan

(kenaikan kelas secara otomatis) untuk peserta didik dengan

keterbatasan kemampuan intelektual.

Page 56: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvi

3) Pelaporan hasil penilaian kemampuan belajar peserta didik

dilaporkan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif yang

dideskripsikan (narsi).

4) Untuk peserta didk yang kemampuan akademiknya kurang tidak

diharuskan mengikuti Ujian nasional (UN), cukup mengikuti Ujian

Sekolah (US) dan akan memperoleh Surat Tanda Tamat Nelejar

(STTB).

5) Untuk peserta didik yang memiliki kemampuan akademik dapat

mengikuti Ujian nasional (UN) dan akan memperoleh Surat Tanda

tamat Belajar (STTB).

Faktor lain yang sangat mendukung pembelajaran siswa inklusi

adalah penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, dimana

sabjek yang dinginkan diminta menilai dirinya sendiri berkaitan dengan

status, proses dan tingkata pencapaian kompetensi yang dipelajari dalam

mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam

berbagai aspek penilaian yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif

dan psikomotorik.

c. Pengembangan kurikulum Pendidikan Inklusi.

Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah

reguler (kurikulum nasional) yang dimodofikasi (diimprovisasi) sesuai

dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan

Page 57: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvii

mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya.

Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap:

1) Alokasi waktu

2) isi/materi kurikulum

3) proses belajar-mengajar

4) sarana prasarana

5) lingkungan belajar

6) pengelolaan kelas.

Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat

dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang

mengajar di kelas inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait,

terutama guru pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa) yang sudah

berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli Pendidikan Luar

Biasa (Orthopaedagog), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi

(Kepala SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan.

Pelaksanaan Pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan:

1) Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan mengacu pada

kecepatan belajar siswa. Misalnya materi pelajaran (pokok

bahasan) tertentu dalam kurikulum reguler (Kurikulum Sekolah

Dasar) diperkirakan alokasi waktuny selama 6 jam.

i. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi

di atas normal (anak berbakat) dapat dimodifikasi menjadi 4

jam.

Page 58: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lviii

ii. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi

relatif normal dapat dimodifikasi menjadi sekitar 8 jam.

iii. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi

di bawah normal (anak lamban belajar) dapat dimodifikasi

menjadi 10 jam, atau lebih; dan untuk anak tunagrahita

menjadi 18 jam, atau lebih; dan seterusnya.

2) Modifikasi isi/materi, Untuk anak berkebutuhan khusus yang

memiliki inteligensi di atas normal, materi dalam kurikulum

sekolah reguler dapat digemukkan (diperluas dan diperdalam)

dan/atau ditambah materi baru yang tidak ada di dalam kurikulum

sekolah reguler, tetapi materi tersebut dianggap penting untuk anak

berbakat.

i. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi

relatif normal materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat

tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan

sedikit.

ii. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi

di bawah normal (anak lamban belajar/tunagrahita) materi

dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau

diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan

dihilangkan bagian tertentu.

3) Modifikasi proses belajar-mengajar untuk Mengembangkan proses

berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan

Page 59: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lix

problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki

inteligensi di atas normal;

i. Menggunakan pendekatan student centerred, yang

menenkankan perbedaan individual setiap anak;

ii. Lebih terbuka (divergent);

iii. Memberikan kesempatan mobilitas tinggi, karena

kemampuan siswa di dalam kelas heterogen, sehingga

mungkin ada anak yang saling bergerak kesana-kemari, dari

satu kelompok ke kelompok lain.

iv. Menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang

dengan pendekatan pembelajaran kooperatif. Melalui

pendekatan pembelajaran kompetitif anak dirangsang untuk

berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara

fair. Melalui kompetisi, anak akan berusaha seoptimal

mungkin untuk berprestasi yang terbaik,“aku-lah sang juara”.

Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada

dampak negatifnya, yakni mungkin “ego”-nya akan

berkembang kurang baik. Anak dapat menjadi egois. Untuk

menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran

kompetitif ini perlu diimbangi dengan pendekatan

pembelajaran kooperatif.

Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif, setiap anak

dikembangkan jiwa kerjasama dan kebersamaannya. Mereka

Page 60: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lx

diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan

tugas dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah

kerjasama dalam kelompok, dan kerjasama dalam kelompok

ini yang dinilai. Dengan cara ini sosialisasi anak dan jiwa

kerjasama serta saling tolong menolong akan berkembang

dengan baik.

Dengan demikian, jiwa kompetisi dan jiwa kerjasama anak

akan berkembang harmonis.

v. Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang

bertipe visual; ada yang bertipe auditoris; ada pula yang

bertipe kinestetis). Tipe visual, yaitu lebih mudah menyerap

informasi melalui indera penglihatan.Tipe auditoris, yaitu

lebih mudah menyerap informasi melalui indera

pendengaran.Tipe kinestetis, yaitu lebih mudah menyerap

informasi melalui indera perabaan/gerakan.Guru hendaknya

tidak monoton dalam mengajar sehingga hanya akan

menguntungkan anak yang memiliki tipe belajar tertentu

saja.

d. Sistem Kurikulum dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Inklusi.

1) Kurikulum

Kurikulum pendidikan inklusif adalah kurikulum nasional dan

kurikulum lokal, dengan penekanan pada materi esensial dan

Page 61: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxi

dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan

mewadahi integritas antara pengembangan spiritual, logika, etika,

dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir

holistik, kreatif, sistematik, linear, dan konvergen untuk memenuhi

tuntutan masa kini dan yang akan datang sesuai dengan kadar potensi

masing-masing siswa.

Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) untuk

semua kelas dan semua sekolah sama, hanya perbedaannya terletak

pada waktu penyelesaian kurikulum tersebut lebih dipercepat atau

diperlambat sesuai kondisi sekolah masing-masing. Percepatan atau

perlambatan tersebut didasarkan pada kemampuan siswa dalam

menguasai kompetensi isi kurikulum dan mengefektifkan sistem

pembelajaran dengan mengurangi pembahasan materi yang tidak

esensial.

2) Sistem PBM

Pendekatan PBM diarahkan kepada terwujudnya proses belajar

tuntas (mastery learning). Selain itu strategi pembelajaran diarahkan

untuk dapat memacu siswa aktif dan kreatif sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuan masing-masing, dengan memperhatikan

keselarasan dan keseimbangan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, pengembangan kreatifitas, disiplin, pengembangan

persaingan dan kerjasama, pengembangan kemampuan holistik,

Page 62: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxii

pengembangan berpikir elaborasi, pelatihan berpikir induktif dan

deduktif, serta pengembangan IPTEK dan IMTAQ secara terpadu.

Dalam pelaksanaan PBM, guru menekankan kepada hal-hal

sebagai berikut:

(1) Pelayanan individual (bukan klasikal).

(2) Menggunakan buku paket, buku pelengkap, buku referensi,

dan modul.

(3) Menggunakan LKS yang dibuat sendiri.

(4) Menggunakan media audio visual (multi media).

(5) Menggunakan sarana laboratorium (lab. Kimia, lab.

Fisika, Lab. Bahasa, Lab. Komputer, dan internet) sesuai

dengan kebutuhan atau laboratorium alam (misalnya :

kebun, sawah, dsb) sesuai kondisi sekolah.

(6) Melakukan kunjungan ke objek-objek tertentu yang sesuai

dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.

(7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar di luar

kegiatan sekolah formal melalui media lain, misalnya

GPK, radio, televisi, internet/komputer, wawancara pakar,

kunjungan ke musium, dan sebagainya.

3) Sistem Evaluasi dan Laporan Hasil Pendidikan (Raport)

Evaluasi yang dilakukan pada dasarnya sama untuk semua sekolah,

yaitu untuk mengukur ketercapaian kompetensi (daya serap sesuai

indikator) sejalan dengan prinsip belajar tuntas, yang meliputi:

Page 63: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiii

a) Nilai Akademik

b) Nilai proses/ulangan harian.

c) Ujian blok/ulangan umum.

d) Ujian akhir.

e) Nilai Afektif (bisa dalam bentuk deskriptif)

f) Nilai Psikomotor

g) Laporan hasil pendidikan juga mempunyai format yang

sama untuk semua siswa, hanya pembagiannya diseuaikan

dengan kalender pendidikan atau kemajuan siswa yang

bersangkutan.

4) Peningkatan/Perluasan Peran BP/BK

Layanan BP/BK dilakukan agar potensi yang dimiliki siswa dapat

dikembangkan dan tersalur secara optimal. Menjaga terjadinya

keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual,

emosional, dan sosial. Mencegah dan mengatasi potensi-potensi

negatif yang terjadi, misalnya frustasi karena adanya tekanan dan

tuntutan untuk berprestasi, siswa terasing, terlalu agresif terhadap

orang lain, kegelisahan karena adanya tuntutan harus menentukan

keputusan karir yang lebih dini. Mengadakan pertemuan rutin

dengan orang tua siswa untuk saling memberi informasi.

Menghimpun berbagai data dari guru yang mengajar di kelas,

khususnya yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat

pembelajaran. Menjaring data dari siswa melalui daftar cek

Page 64: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiv

masalah, sosiometri kelas ataupun melakukan wawancara untuk

mendapatkan informasi yang lebih jauh tentang data siswa. Ikut

menangani asesmen dan penempatan siswa. Melakukan koordinasi

dan kolaborasi yang harmonis dengan Resource Center/Pusat

Sumber melalui Guru Pembimbing Khususnya.

4. Tuna Netra

Tuna netra merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan

pada indra penglihatan. Pada dasarnya, tuna netra dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu buta total dan kurang penglihatan (low vision). Buta total tidak dapat melihat

dua jari dimukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat

dipergunakan untuk orientasi mobilitas. Mereka tidak bias menggunakan huruf

lain selain huruf Braille. Buta kurang (low vision) adalah orang yang bila melihat

sesuatu, mata harus didekatkan, atau mata harus dijauhkan dari objek yang

dilihatnya atau orang yang memiliki pemandangan kabur ketika melihat objek.

Ada beberapa klasifikasi lain pada anak tuna netra, salah atunya berdasarkan

kelainan-kelainan yang terjadi pada mata, yaitu:

1) Myopia : penglihatan jarak dekat, bayangan tidak focus, dan jatuh di

belakang retina.penglihatan akan menjadi jelas jika objek di dekatkan.

Untuk membantu proses penglihatan pada penderita myopia digunakan

kacamata koreksi dengan lensa negatif.

Page 65: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxv

2) Hyperopia : penglihatan jarak jauh, bayangan tidak focus dan jatuh di

depan retina.penglihatan akan jelas jika objek dijauhkan. Untuk proses

penglihatan pada penderita hyperopia digunakan kaca mata koreksi

dengan lensa positif.

3) Astigmatisme : penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan

ketidak beresan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola

mata sehingga bayangan benda, baik pada jarak dekat maupun jauh

tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan

pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa

silindris.

a. Ciri-ciri Anak Tuna Netra

1) Buta Total

a) Fisik

Jika dilihat secara fisik, keadaan anak tuna netra tidak berbeda

dengan anak normal pada umumnya.yang menjadi perbedaan nyata

adalah pada organ tubuh penglihatannya meskipun terkadang anak

tuna netra yang terlihat seperti anak normal. Beberapa gejala buta

total yang dapat terlihat secara fisik adalah

a. Mata juling

b. Sering berkedip

c. Menyipitkan mata

d. Kelopak mata merah

e. Mata infeksi

Page 66: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvi

f. Gerakan mata tak beraturan dan cepat

g. Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)

h. Pembengkaan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.

b) Prilaku

Anak tuna netra biasanya menunjukkan prilaku tertentu yang

cenderung berlebihan. Gangguan perilaku tersebut bias dilihat pada

tingkah laku anak semenjak dini adalah

a. Mengosok mata secara berlebihan

b. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan

kepala, atau mencondongkan kepala ke depan.

c. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain

yang sangat memerlukan penggunaan mata.

d. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas merah

apabila mengerjakan suatu pekerjaan.

e. Membawa bukunya ke dekat mata.

f. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.

g. Menyipitkan mata atau mengerutkan dahi.

h. Tidak tertarik merhatiannya pada objek penglihatan atau

pada tugas-tugas yang memerlukan penglihatan, seperti

gambar atau membaca.

i. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerja sama tangan

dan mata.

Page 67: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvii

j. Menghindari dan tugas-tugas yang memerlukan penglihatan

atau memerlukan penglihatan jarak jauh.

k. Penjelasan lainya berdasarkan adanya beberapa keluhan

seperti mata gatal,panas, atau meras ingin mengaruk karena

gatal, banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam

melihat, merasa pusing atau sakit kepala dan kabur atau

penglihatan ganda.

c) Psikis

Bukan hanya perilaku yang berlebihan saja yang menjadi cirri-ciri

anak tunanetra. Dalam mengembangkan kepribadian juga memiliki

hambatan. Ciri-ciri psikis anak tuna netra :

a. Perasaan mudah tersinggung yang dirasakan oleh tuna netra

disebabkan kurangnya rangsangan visual yang diterimanya

sehingga dia merasa emosional ketika seseorang

membicarakan hal-hal yang tidak bias dia lakukan. Selain

pengalaman kegagalan yang kerap dirasakannya juga

membuat emosinya semakin tidak stabil.

b. Mudah curiga, pada tunanetra rasa kecurigaannya melebihi

pada umumnya. Kadang memiliki rasa curiga kepada orang

yang ingin membantunya. Untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa curiganya, seseorang harus melakukan

pendekatan terlebih dahulu kepadanya agar mereka juga

Page 68: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxviii

mengenal dan mengerti bahwa tidak senua orang jahat

terhadap mereka.

c. Ketergantungan yang berlebihan, anak tuna netra memeng

harus dibantu dalam melakukan suatu hal.namun tak perlu

semua kegiatan dibantu.

2) Low Vision.

a. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.

b. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.

c. Mata tampak lain, terlihat putih ditengah mata (katarak) atau

kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut.

d. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.

e. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama dicahaya

terang atau saat mencoba melihat sesuatu.

f. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang ahari.

g. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kaca mata

yang sangat tebal, tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.

b. Factor Penyebab Tunanetra.

Factor penyebab tunanetra adalah :

1). Pre-natal (dalam kandungan)

Page 69: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxix

Factor penyebab tunanetra pada pre-natal sangat erat kaitanya dengan

adanya riwayat dari orang tuanya atau adanya kelainan pada masa

kehamilan. Penyebab pre-natal adalah

a. Keturunan, pernikahan dengan sesame tunanetra dapat menghasilkan

anak dengan kekurangan yang sama yaitu tunanetra. Selain dari

pernikahan tunanetra, jika salah satu orang tua memiliki riwayat

tunanetra, juga akan mendapatkan anak tunanetra.keturunan akibat

factor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa yaitu penyakit pada

retina yang umumnya merupakan keturunan. Selain itu katarak juga

disebabkanoleh factor keturunan.

b. Pertumbuhan anak di dalam kandungan, disebabkan oleh :

a) Gangguan pada saat ibu masih hamil.

b) Adanya penyakit menahun, seperti TBC sehingga merusak sel-

sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.

c) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena

rubella atau cacar air dapat menyebabkan kerusakan pada mata,

telinga, jantung dan system susunan saraf puat pada janin yang

sedang berkembang.

d) Infeksi karena penyakit kotor, texoplasmosis, trachoma, dan

tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan

indra penglihatan atau pada bola mata.

e) Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada

mata sehingga kehilangan fungsi penglihatan.

Page 70: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxx

2) Post-natal

Post-natal merupakan masa setelah bayi yang dilahirkan. Tunanetra bisa

terjadi pada masa :

a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan,

akibat benturan alat-alat atau benda keras.

b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe

sehingga baksil gonorrhone menular pada bayi, yang pada

akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat

hilangnya daya penglihatan.

c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan,

yaitu

a) Xeropthalmia yaitu penyakit mata karena kekurangan

vitamin A.

b) Trachoma yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon

trachomanis.

c) Cataract yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata

sehingga lensa mata menjadi keruh akibatnya terlihat dari

luar mata menjadi putih.

d) Glaucoma yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan

bola mata sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

e) Diabetic Retinopathy yaitu gangguan pada retina yang

disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus. Retina penuh

dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi

Page 71: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxi

oleh kerusakan system sirkulasi sehingga merusak

penglihatan.

f) Macular Degeneration yaitu kondisi umum yang agak baik,

ketika daerah tengah retina secara beransur memburuk.

Anak dengan retina degenarasi masih memiliki penglihatan

perifer, tetapi kehilangan kemampuan untukmelihat secara

jelas objek-objek di btengah bidang penglihatan.

g) Retinopathy of prematurity, biasanya anak yang mengalami

ini karena lahirnya terlalu premature. Pada saat lahir bayi

masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi

yang premature biasanya ditempatkan pada incubator yang

berisi oksigen dengan kadar tinggi sehingga pada saat bayi

dikeluarkan dari incubator terjadi perubahan kadar oksigen

yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah

menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas

luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan

kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.

d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti

masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang

berbahaya, kecelakaan dari kendaraan dan lain-lain.

c. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap perkembangan Anak Tunanetra

Page 72: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxii

Pengaruh lingkungan ikut berperan dalam tumbuh kembang kepribadian

dari anak berkebutuhan khusus. Lingkungan menjadi sarana utama untuk

membentu anak berkebutuhan khusus dalam bersosialisasi dengan orang

lain.lingkungan akan membantu untuk mengenal jati dirinya, belajar mengenal,

dan memahami apa yang terjai dalam dirinya meskipun sadar bahwa anak

tunanetra memiliki perbedaan dengan anak-anak normal lainnya.

Peran serta dalam menumbuhkan perkembangan anak tunanetra sangat

mendukung dalam mendapatkan pendidikan serta pengajaran yang layak. Peran

serta itu terdiri dari :

1). Peran Lingkungan Sekolah.

Lingkungan sekolah menjadi hal utama yang membuat anak merasa

nyaman untuk tetap berada didalam sekolah dan mengikuti kegiatan

belajar bersama dengan teman-teman. Suasana konduktif dapat

mendapat anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajarnya merasa

nyaman. Lingkungan sekolah yang nyaman, bersahabat, memiliki

teman-teman yang bertoleransi tinggi, serta tenang berpengaruh

terhadap perilaku. Anak tunanetra memerlukan banyak perhatian dan

dukungan yang lebih khusus dan mengena kepada setiap anak secara

langsung dari banyak pihak.

2). Guru yang Bersahabat.

Seorang guru yang bersahabat kepada murid-muridnya dapat menjadi

“idola” bagi mereka. Dukungan seorang guru terhadap muridnya

sangat dibutuhkan, apalagi bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan

Page 73: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiii

khusus seperti tunanetra. Tidak hanya dalam bidang akademis tetapi

juga dalam masalah pribadi. Anak tunanetra yang merasa memiliki

perbedaan dari anak-anak lain akan memiliki perasaan yang sedikit

sensitive. Peran guru akan sangat membantu dalam perkembangan

emosi agar lebih terarah. Sebagai seorang guru yang menjadi sahabat

bagi anak-anak didiknya, membuat perasaan anak-anak menjadi baik

yang akan membuat perkembangan emosinya baik pula. Guru harus

dapat membuat diri menjadi yang mengerti kondisi anak-anak, menjadi

orang terdekat setelah orang tua dirumah dan menjadi pelindung serta

oaring yang paling mengerti anak didik.

3). Teman adalah Motivasi.

Adanya perasaan senasib dan sepenanggungan tentu akan membuat

anak menjadi ringan dalam menghadapi setiap persoalan yang dialami.

Perasaan pula yang akan membuat anak merasa ingin saling memiliki

satu sama lain.

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar.

Prestasi belajar merupakan gabungan dari pengertian anrata prestasi dan

belajar. Menurut Winkel, W.S (1996: 162) bahwa “Prestasi adalah suatu bukti

keberhasilan yang telah dicapai”. Nana Sujana (1995: 3) menyatakan bahwa

“Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan aktifitas

kegiatan”. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan penguasaan

Page 74: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiv

seseorang terhadap sejumlah pengetahuan dan ketrampilan, termasuk nilai

sikap yang dikembangkan oleh bidang mata diklat tertentu, yang diwujudkan

melalui nilai atau angka yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar merupakan hasil atau kecakapan yang dicapai seseorang

dalam waktu tertentu setelah yang bersangkutan melakukan proses kegiatan

belajar. Menurut Andy hakim masution dalam Utami Munandar (1982: 4)

dijelaskan bahwa; “ keberhasilan seseorang anak untuk mencapai prestasi yang

menonjol ditentukan oleh kemampuan inteleknya, tingkatan pengetahuan yang

dimilikinya, dan tingkat ketrampilan yang dikuasainya untuk menerapkan

pengetahuannya itu dalam pekerjaan”.

Prestasi belajar merupakan bukti keerhasilan yang diperoleh dengan tes

menurut Linn dan Grondlund (2000:29) mengatakan bahwa :

Assesment of student learning requires the use of number of

techniques for measuring achievement. But assessment is more than a

collection of techniques. It is a systematic prosess that plays a significant

role in effective teaching.

(Penilaian atas pelajaran siswa memerlukan penggunaan sejumlah teknik-

teknik untuk mengukur prestasi. Tetapi penilaian lebih dari suatu koleksi

teknik-teknik. Penilaian merupakan suatu proses sistematis yang memainkan

suatu peran penting di dalam pengajaran yang efektif).

Menurut Groundlund (1985: 6) menyatakan bahwa :

Evaluation is important to many fact of scool program. It

contributes directly to the teaching learning process used in classroom

Page 75: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxv

instruction and to a number of school uses, each of which will be briefly

discussed.

(Penilaian merupakan suatu yang penting sebagai bentuk keberhasilan program

sekolah. Program tersebut member konstribusi pada proses belajar mengajar di

dalam kelas dan dapat digunakan oleh sekolah lain, dimana setiap pembahasan

akan didiskusikan).

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan

baik secara individu maupun kelompok.prestasi tidak akan pernah dihasilkan

apabila seseorang tidak melakukan kegiatan dan mencoba untuk berusaha

(Saiful Bahri Djamarah, 1994: 20). Belajar adalah suatu proses perubahan

individu melalui latihan dan hasil pengalaman berinteraksi dengan lingkungan

sehingga mendapatkan pengetahuan yang baru. Sedangkan belajar menurut

Hilgraf (dalam Wina Sanjaya, 2006: 112) dapat diuraikan proses perubahan

melalui kegitan atau prosedur latihan baik latihan didalam laboratorium

maupun dalam lingkungan alamiah.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat

diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang

bersangkutan melakukan kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

individu maupun kelompok dalam penelitian secara nyata. Prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, kerena

kegitan belajar merupakan proses sedangkan prestasi belajar merupakan hasil

dari proses belajar.

Page 76: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvi

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memiliki

pengetahuan dan ketrampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari

pembelajaran yang telah dialami siswa. Proses mendapatkan hasil belajar

dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi Iq.

Motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang

meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa,

tempat di sekolah atau dirumah serta lingkungan social sekolah.

Ivor K Davis (1973:153) “Good interpersonal relationships betweem staff dan

staff. staff and students, students and students should be encouraged and

nurtured, and student mus be treated in such a way that they develop a sense

of personal dignity, status and individual worth” (untuk memberikan motivasi

berprestasi kepada siswa agar berprestasi harus diciptakan adanya hubungan

pribadi yang baik antar pengajar, pengajar dengan siswa dan siswa dengan

siswa. sehingga dengan demikian siswa secara individual mampu

mengembangkan diri yang pada gilirannya mampu mencapai prestasi yang

tinggi).

Muhibin Syah (1995: 132) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi

belajar siswa, yaitu 1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa). Yakni

keadaan/kondisi jasmani dan rohani, 2) faktor eksternal (faktor dari luar

siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, 3) Faktor pendekatan belajar

(approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan

metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Page 77: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvii

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah Hasil belajar

yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri

siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini

faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan

yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian

juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa

kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). "Belajar adalah suatu perubahan

perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004 : 14).

Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan

lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian

belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.

Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak

dikatakan berhasil.

Cara belajar siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut,

dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.

Untukmendapatkan prestasi belajar yang optimal tergantung dari pengelolaan

faktor-faktor yang memepengaruhi. Apabila hampir semua faktor dapat

dimilkiki dan dapat dikelola dengan baik maka kelangsungan proses belajar

akan berjalan dengan optimal pula, dengan demikian dapat diharapkan prestasi

belajar sebagai hasil terakhir dari suatu kegiatan belajar lebih baik.

Page 78: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxviii

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang

dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif

(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari

beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau

fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek

kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap

sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek

kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara

kuantitatif. Franken (1982:346) “That the need to achieve in humans is always

tempered by another fundamental need to avoid failure” (Bahwa kebutuhan

untuk berprestasi pada manusia selalu bertolak dari keutuhan dasar, kebutuhan

untuk menghindari kegagalan)

c. Evaluasi Hasil Belajar.

Penilaian atau evaluasi pembelajaran merupakan tahap penting dalam

kegiatan pembelajaran seperti yang dinyatakan Groundlund (1985:6) sebagai

berikut :

Page 79: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxix

Evaluation is important to many facets of school program. If contributes

directly to the teaching learning process used in classroom instruction and

to a number of other school uses, each of which will be discussed.

(Penilaian merupakan sesuatu yang sangat paling bagi bentuk keberhasilan

program sekolah. Jika masukan yang terprogram dalam proses belajar

mengajar dapat di gunakan dalam pembelajaran kelas dan dapat digunakan

oleh sekolah lain, di mana setiap pembahasannya akan didiskusikan)

Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran evaluasi

harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar

menentukan angka keberhasilan belajar, tetapi yang lebih penting adalah

sebagai dasar umpan balik (feedback). Akifitas selama proses belajar mengajar

merupakan salah satu indicator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Aktifitas siswa merupakan kegiatan atau prilaku yang terjadi selama proses

belajar mengajar. Kegitan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat

mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja

sama dengan siswa lain, serta tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

Untuk menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dikuasai oleh siswa

dapat digunakan tes. Tes adalah sederetan pertanyaan/latihan/alat lain yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, integensi,

kemampuan/bakat yang dimiliki oleh individu/ kelompok. Prestasi belajar

dapat dilihat secara nyata dari hasil evaluasi setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dapat berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes

Page 80: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxx

yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk

mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman

atau aplikasi suatu konsep.

Menurut pendapat Robert L.Linn & Norman E. Groundlund (2000: 14)

yang mengatakan bahwa :

At the end of a segment of instruction, our main interest is in measuring

the extent to which the intended learning outcomes and performance

standarts have been achieved. End of unit tests can be used for giving

feedback to student, encouraging, students to undertake more challenging

advanced work, assigning remedial work, and assessing instruction as

well as for grading purposes.

(pada akhir segmen pembelajaran, perhatian kita adalah untuk mengukur

seberapa jauh pembelajaran dan standar prestasi yang telah ditetapkan dapat

dicapai. Tes ini dapat memberikan gambaran secara nyata prestasi yang

dicapai oleh siswa, hasil tes dapat diberikan kepada siswa dengan harapan

untuk memberikan motivasi kepada siswa agar siswa memiliki kemauan untuk

meningkatkan prestasi belajarnya).

B. KERANGKA BERPIKIR

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, peneliti

ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Inklusi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa tunanetra (anak berkebutuhan khusus)

dilingkungan SMP Negeri 4 wonogiri.

Page 81: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxi

Adanya peran guru, faktor masyarakar, sekolah dalam program

pendidikan inklusi bagi anak tuna netra melalui model pembelajaran inklusi

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar yang baik dalam lingkungan

SMP negeri 4 Wonogiri. Kerangka berpikir diatas dapat digambarkan dengan

diagram sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUT

Model Pembelajaran Inklusi

- Silabus - RPP

Pelaksanaan Proses

- Guru - Materi - Siswa - Sarana

prasarana - Model

Modifikasi Bahan Ajar

- lingkungan

Prestasi Belajar

Page 82: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxii

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena jenis

penelitian ini akan lebih mampu mengungkapakan berbagai hal yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan diteliti. menurut Bogdan dan Taylor ( dalam

moleong, 2001: 3) “ penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan prilaku yang dapat diamati”. Dengan pendekatan kualitatif dapat ditemukan

data yang tidak teramati dan terukur seperti sikap mental, kebiasaan, keyakinan

dan budaya yang dianut oleh seseorang atau kelompok dalam lingkungan tertentu.

Dalam penelitian kualitatif lebih banyak mempertanyakan bagaimana atau

mengapa, sebab proses terjadinya sesuatu lebih penting dan bermakna daripada

adanya sesuatu. Ada dua pertimbangan pokok mengapa penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif.

Pertama, model pelaksanaan pembelajaran inklusi melibatkan perilaku

manusia, dimana manusia hakekatnya dipengaruhi oleh latar belakang perilaku itu

sendiri, oleh karenanya penelitian harus dilaksanakan dengan latar belakang

alami.

Kedua, dalam mengkaji permasalahan yang ada kaitannya dengan manusia,

penelitian relative kesulitan dalam memahami kerangka dan ruang lingkup

manakala subyek penelitian meninterprestasikan pikirannya, perasaan dan

prilakunya.

Page 83: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiii

Dalam pelaksanaan pembelajaran inklusi melibatkan individu-individu

sebagai pelaksana baik dari institusi sekolah maupun dunia industry. Peneliti

harus dating sendiri dan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran yang

mendalam mengenai hal-hal itu lebih tepat menggunakan pendekatan kualitatif.

B. Tempat Dan Waktu Penelitaian

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 4 Wonogiri dalam kelas

Inklusi Jl. Yudistira 16 Wonokarto Wonogiri. Pertimbangan peneliti memilih

SMP Negeri 4 Wonogiri adalah Pertama, SMP Negeri 4 Wonogiri merupakan

satu-satunya SMP di kabupaten wonogiri yang diberi kesempatan membuka

sekolah Inklusi. Kedua, SMP Negeri 4 Wonogiri di kelas Inklusi sudah

terakriditasi B dan memiliki gedung dan sarana prasarananya tersendiri.

Subjek penelitian adalah Siswa Tuna Runggu di SMP Negeri 4 Wonogiri

yang menjadi subjek penelitian adalah 6 orang siswa , yang terdiri dari kelas VII 2

orang siswa, kelas VIII 2 orang siswa dan kelas IX 2 orang siswa. Jadwal

penelitian memerlukan waktu 6 bulan mulai Januari 2011 samapi dengan Juni

2011

No RENCANA BULAN

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

1 Persiapan

a. Perijinan √

b. Penentuan lokasi √

c. Survey awal √

Page 84: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiv

d. Menyusun

proposal

e. Memilih pembantu

penelitian

2 Pelaksanaan

a. Pengumpulan data √

b. Coding data √

c. Analisa data

merumuskan

kesimpulan

3 Pelaporan

a. Penyusunan

laporan awal

b. Reviu laporan √

c. Perbaikan laporan √

d. Perbanyakan

laporan

Gambar I : Jadwal Kegiatan

Page 85: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxv

C. Bentuk Penelitian

Sesuai dengan permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif. Winarno Surahmad (1994: 48) berpendapat bahwa, “ penyelidikan

deskriptif adalah penyelidikan yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang”. Pendapat lain dikemukakan oleh M. Aslam Sumbudi

(1991:32) bahwa, “penelitian deskriptif adalah suatupenelitian yang bertujuan

untuk membuat gambaran (deskriptif) tentang suatu keadaan tertentu”.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut diatas penelitian ini akan mendeskripsikan

tentang pelaksanaan model pembelajaran inklusi bagi siswa tuna netra dalam

rangka meningkatkan prestasi belajar siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri.

Ditinjau dari aspek yang diteliti, penelitian ini merupakan penelitian kasus

atau studi kasus. Winarno Surahmad (1994: 49) berpendapat bahwa “ studi kasus

merupakan jenis metode deskriptif yang memusatkan perhatian pada suatu kasus

secara intensif dan mendetail”. Subyek yang diteliti terdiri dari satu unit yang

dipandang sebagai kasus.

Alasan penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus

adalah :

a. Maslah yang diteliti merupakan masasalah yang ada pada masa

sekarang.

b. Penelitian ini bersifat memecahkan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan obyek penelitian pada masa sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Page 86: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvi

c. Maslah yang diteliti merupakan masalah yang berhubungan dengan

kegiatan pelaksanaan model pembelajaran inklusi dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa tunanetra di SMP negari 4 Wonogiri.

D. Sumber Data.

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang

benar-benar mengetahui tentang pelaksanaan model pembelajaran

inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri dan meningkatkan prestasi siswa

setelah melaksanakan model pembelajaran inklusi., yaitu bapak Eko

Sutanyo,S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Wonogiri,

Ibu Sri Sulasmi, S.Pd, M.Pd selaku koordinasi pembelajaran inklusi,

bapak Subur selaku bidang kesiswaan, bapak wardo selaku bidang

kurikulum dan bapak bambang Sutopo selaku guru pembimbing

khusus anak tunanetra dan mega selaku perwakilan siswa tuna netra.

Informasi tersebut bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan

model pembelajaran inklusi, kendala-kendala yang dihadapi serta

peningkatan prestasi belajar siswa tunanetra.

2. Peristiwa dan Lokasi.

Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari observasi yang akan

melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Adanya

peristiwa, mengakibatkan penelittian dapat mengetahui proses

Page 87: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvii

bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan

sendiri secara langsung. Peristiwa yang dimanfaatkan dalam penelitian

ini adalah peristiwa yang berupa kegiatan pelaksanaan model

pembelajaran inklusi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

tunanetra. Peristiwa atau kegiatan yang akan diobservasikan adalah :

a. Proses model pembelajaran inklusi yang akan dilaksanakan di

SMP Negeri 4 Wonogiri.

b. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di

kelas untuk melihat bagaimana, apakah guru sudah menerapkan

model pembelajaran model inklusi.

c. Kondisi kelas untuk melihat sarana dan prasarana yang

digunakan dalam mendukung pelaksanaan model pembelajaran

inklusi bagi siswa.

d. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

e. Kegiatan siswa dalam mengikuti uji kompetensi yang

menghasilkan prestasi.

Lokasi yang berkaitan dengan sarana dan permaslahan penelitian

juga merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan

oleh penelitian. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian

adalah SMP Negeri 4 Wonogiri.

3. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data tambahan, bukan hanya tertulis

saja, tetapi juga berupa rekaman, gambar atau benda yang ber kaitan

Page 88: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxviii

dengan suatu aktifitas atau peristiwa tetentu. Dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain: rekama hasil wawancara,

data-data tentang pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

data-data penilaian/evaluasi pelaksanaan model pembelajaran inklusi,

data nilai ujian siswa untuk mata pelajara bahasa Indonesia dan

matematika, sebelum menggunakan model pembelajaran inklusi dan

data lain yang dapat memberikan keterangan tambahan tentang

pelaksanaan model pembelajaran inklusi dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri.

E. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik pengambilan sampel merupakan suatu bentuk atau proses bagi

pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarahkan pada seleksi

(Sutopo: 1996:67) dalam pendekatan kualitatif seleksi cuplikan tidak untuk

menggeneralisasikan statistic yang hanya mewakili populasinya, tetapi mengarah

pada generalisasi teoritis, sehingga sumber data yang digunakan tidak untuk

mewakili populasinya tetapi informasinya..

Cuplikan dalam penelitaian ini bersifat purposive sampling adalah salah

satu cara yang diambil peneliti untukmemastikan bahwa unsure tertentu

dimasukkan kedalam sampel. Teknik sampel semacam ini bersifat internal

sampling, karena sama sekali tidak mewakili populasi dalam arti jumlahnya.

Melainkan lebih mewakili informasinya (Sutopo: 1996: 55) dalam cuplikan yang

bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya, dengan

Page 89: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxix

kelengkapan dan kedalaman yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah

sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan

informasi tertentu secara lengkap dan benar. Kecenderungan peneliti untuk

memilih informan yang dianggap mengetahui/mewakili informasi dan masalah

secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap

(Sutopo, 1996:53).

Dalam penelitian ini informan yang dijadikan sampel adalah kepala

sekolah, ketua penyelenggara program inklusi, urusan kurikulum, perwakilan guru

mata pelajaran, guru khusus inklusi dan siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknikd yang digunakan untukmengumpulkan data dalam

penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (moleong,

2001: 135). Jenis wawancara yang dilakuakan dalam penelitian ini

adalah wawancara terbuka, artinya dalam proses wawancara responden

mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui apa

maksud itu. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data

tentang:

Page 90: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xc

a. Proses perencanaan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 4

Wonogiri sebelum menggunakan model pembelajaran dan

setelah menggunakan model pembelajaran Inklusi.

b. Pelaksanaan evaluasi proses belajar mengajar di SMP Negeri 4

Wonogiri.

c. Respon siswa dalam menerima pembelajaran setelah menerima

model pembelajaran inklusi.

d. Peran siswa dalam proses belajar mengajar setelah

menggunakan model pembelajaran inklusi.

e. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan

model pembelajaran inklusi bagi siswa tunanetra di SMP

Negeri 4 Wonogiri.

f. Prestasi yang diraih siswa setelah menggunakan model

pembelajaran Inklusi.

Wawancara untuk mendpatkan data-data diatas dilakukan

dengan dasar peoman wawancara yang dapat dilihat pada lampiran

No.1

2. Pengamatan (Observasi)

Obswrvasi (dalam moleong, 2001: 117) memberikan definisi

pengamatan berperan serta yang diartikan sebagai penelitian yang

bercirikan interaksi social yang memekan waktu cukup lama antara

peneliti dan subyek dalam lingkungan subyek, dan berlaku tanpa

Page 91: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xci

gangguan. Penelitian melakukan observasi untuk mendapatkan data

dan gambaran tentang:

a. Proses belajar mengajar dikelas.

b. Implementasi model pembelajaran Inklusi dalam pembelajaran.

c. Sarana dan prasarana pendukung.

3. Analisis Dokumen.

Teknik ini digunakan untukmemperoleh data yang bersumber dari

arsip dan dokumen yang ada. Menurut moleong (2001: 161). Dokumen

ialah setiap bahan tertulis atau film. Peneliti menggunakan dokumen

dalam teknik pengumpulan data, karena dokumen merupakan sumber

yang stabil, selai itu dokumen juga bisa digunakan sebagai bukti untuk

suatu pengujian. Dokumen yang dicari peneliti dalam hal ini adalah:

a. Rencana Program Pembelajaran (RPP).

b. Silabus.

c. Standar ketuntasan Minimum (SKM).

d. Daftar Nilai ujian peserta didik tahun ajaran 2009/2010.

e. Daftar nilai ujian peserta didik tahun ajatan 2010/2011.

f. Proposal penyusunan model pembelajaran inklusi.

g. Daftar prestasi peserta didik setelah menggunakan model

pembelajaran Inklusi.

Mengenai rencana kerja, observasi dan dokumentasi secara

lengkap dapat di lihat pada lampiran No.2.

Page 92: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcii

G. Validitas Data.

Agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya, maka validitas data sangat diperlukan, H.B Sutopo (1996: 52)

mengemukakan, “Validitas merupakan jaminan bagi kesimpulan dan tafsir makna

penelitiannya”. Penelitian ini menggunakan Trianggulasi dan Revieu informasi

untuk menjamin validasi data.

1. Triangulasi

Dari empat macam teknik triangulasi yang ada yaitu sumber, metode,

penyelidikan dan teori (Lexy J. Meleong, 2001: 178), hanya akan

digunakan dua teknik yaitu:

a. Trianggulasi sumber.

Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam pengumpulan data, peneliti

menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang

sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari

beberapa sumber data yang berbeda. Hal ini penelitia tempuh dengan

jalan membandingkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan

model pembelajaran inklusi dalam proses belajar mengajar dengan data

hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah.

b. Trianggulasi metode,

Yang dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data sejenis

dengan mengggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda yaitu:

1) Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa

wawancara mengenai pelaksanaan model pembelajaran inklusi dan

Page 93: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciii

hasilnya diuji dengan metode observasi terhadap pelaksanaan model

pembelajaran inklusi dilapangan secara langsung.

2) Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa

analisis dokumen tentang pelaksanaan model pembelajaran inklusi

kemudian dicek kebenarannya melalui wawancara dengan

penyusunan model pembelajaran inklusi.

2. Informan Review.

Informan review merupakan suatau pengembangan validitas yang perlu

dilakukan dalam penelitian kualitatif. Pada penyusunan laporan, walupun

belum utuh perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang

dipandang sebagai key person, yang dalam penelitian ini adalah bapak Eko

Sutanyo,S.pd, M.Pd. hal ini dilakuakn untuk mengetahui apakah laporan

yang telah disusun merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang bisa

disetujui.

H. Teknik Analisis Data.

Penelitain ini menggunakan teknik analisis model interaktif yang

prosesnya dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber yaitu wawancara, pengamatan, yang tertulis dalam catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen resmi dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan

ditelaah maka langkah selanjutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan

dengan membuat abstraksi.

Page 94: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciv

Untuk lebih jelasnya proses analisis dengan metode interaktif dapat

digambarkan sebagai berikut:

1 3

2 4

2

Gambar 2. Gambar tahapan Analisis data Model Interaktif

(sumber: Mattew B Miles & A.Michael Huberman (1992)

1) Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data

yang telah diuraikan diatas, yang terdiri dari observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan

belum memadahi dan akan dihentikan apabila data-data yang diperlukan

telah memadahi dalam mengambil keputusan.

2) Reduksi data.

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, memfokusan, penyerderhanaan dan abstraksi

data. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.

Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Pada

waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Penarikan kesimpulan / verifikasi

Page 95: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcv

membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan. Dalam

menyususn ringkasan tersebut, peneliti juga membuat coding,

memutuskan tema, menentukan batasan-batasn permasalahan dan juga

menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir

penelitian selesai disusun.

3) Penyajian Data.

Proses analisis data selanjutnya,inti dari penyajian data ini adalah

pengorganisir informasi secara sistematis untuk memepermudah penelitian

dalam menggabungkan dan merangkai keterkaitan antara data dalam

menyusun penggambaran proses dan fenomena yang ada dalam obyek

penelitian. Untuk mempermudah penyajian data ini digunakan

pengelompokan data, jaringan kerja keberkaitan kegiatan laporan.

Kesemuannya dirancang guna merakit informasi secra teratur dan akhirnya

peneliti dapat melihat fenomena itu dihubungkan dengan teori yang

relevan.

4) Menarik Kesimpulan.

Merupakan analisis rangkaian pengolahan data yang berupa gejala kasus

yang terdapat di lapangan.penyusunan catatan, pola dan arahan sebab

akibat dilakukan secara teratur. Artinya kesimpulan akhir yang ditulis

merupakan rangkian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat

sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari

proses analisis terhadap fenomena yang ada. Disamping itu dalam

penarikan kesimpulan penelitia juga mendiskusikan permasalahan dengan

Page 96: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcvi

pihak-pihak yang relevan yang akhirnya terjadi sebuah kesepakatan

kesimpulan.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam

penelitian awal sampai akhir. Kegiatan ini dimulai sejak pembuatan proposal

penelitian, mengurus perijinan, pelaksanaan penelitian di lapangan, analisis data

dan pembuatan laporan serta penggandaan laporan. Kegiatan analisis data dimulai

dengan analisis awal, dilanjutkan analisis data akhir dan penarikan kesimpulan.

Tahap tahap penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan adalah merencanakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelaksanaan penelitian. Dari mulai pengajuan judul, pembuatan

proposal penelitian dan mengurus ijin untuk mempelancar jalannya

penelitian.

b. Tahap Pengumpulan Data.

Setelah semua persipan penelitian sudah cukup, kemudian penelitian

terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang akan mendukung

tujuan penelitian. Dalam melaksanakan pengumpulan data ini peneliti

menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu: (1) wawancara. (2)

pengamata, (3) dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan untuk

saling melengkapi satu dengan yang lainnya sehingga data yang

dikumpulkan benar-benar valid.

Page 97: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcvii

c. Tahap Analisis Data Awal.

Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah

dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga akan

dapat diketahui mana yang diperlukan dan tidak diperlukan.hal ini

dilakukan agar data yang sangat diperlukan dapat terpisah dari data

yang tidak berguna.

d. Tahap Analisis data Akhir

Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang

diperoleh dalam pengumpulan data dan merupakan data yang sangat

mendukung tujuan penelitian. Karena data ini sudah dianalisis awal,

maka merupakan data yang valid, setelah tahap analisis data selesai

maka dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan yang sudah

diteliti.

e. Tahap Penarikan Kesimpulan.

Setelah semua data dianalisis dengan teknik analisis yang sesuai

dengan penelitian kualitatif, tahap selanjutnya adalah menarik

kesimpulan/ verifikasi dari apa yang dihasilkan dalam analisis data

tersebut.

f. Tahap Penulisan dan penggandaan laporan

Semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan hasil yang

dicapai ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

dan bentuk laporan harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.

Page 98: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcviii

Mengenai tahap pertama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

selama enam bulan. Tahap pertama memakan waktu dua bulan, tahap kedua,

ketiga dan ke empat memakan waktu tiga bulan dan yang tahap ke lima memakan

waktu satu bulan. Untuk lebih jelasnya, prosedur penelitian ini dapat digambarkan

dengan bagan sebagai berikut:

Gambar : Prosedur Penelitian

Persiapan Pengumpulan Data

Analisa Akhir

Diskusi

Refleksi dan Analisa Awal

Simpulan

Penulisan Laporan

Page 99: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcix

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi penelitian

1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 4 wonogiri

SMP Negeri 4 Wonogiri merupakan salah satu sekolah peralihan atau

transisi dari Sekolah Menengah Kejuruan (Sekolah Teknik Negeri 2 Wonogiri).

STN 2 merupakan perubahan dari SKN (Sekolah Kejuruan Negeri) yang berdiri

mulai lahun 1959. Pada saat itu SKN yang dipimpin oleh Bp. Supardjo,

mempunyai dua jurusan yaitu jurusan bangunan dan jurusan besi. Satu tahun

berikutnya SKN berganti nama menjadi STP (Sekolah Teknik Pertama) dengan

kepala sekolah Mulyono Hendra Saputro. Setelah berjalan 2 tahun STP) beruhah

status meniadi STN 2 (Sekolah Teknik Negeri 2). Sedangkan yang menjabat

Kepala Sekolah adalah Suharto, B.A.

Sejalan dengan perkembangan pendidikan, yang disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat, lulusan sekolah kejuruan yang setingkat SMP dianggap

belum memadai untuk diterjunkan dalam dunia kerja. Karena itu sekolah-sekolah

kejuruan sedikit demi sedikit mulai dialihkan fungsinya menjadi sekolah umum

tingkat pertama. Mengingat sarana peendidikan di STN 2 ini juga belum memadai

maka pada tahun 1976 STN 2 diubah menjadi SMP Transisi 4 Wonogiri yang

masih dipimpin Suharto,B.A. Sehingga jenjang pendidikan saat itu kelas 1 adalah

siswa SMP T 4 sedangkan kelas 2 dan 3 siswa STN 2. Selang dua tahun

berikutnya siswa STN 2 sudah lulus maka SMP T 4 Wonogiri secara keseluruhan

mernpunyai siswa SMP yang terdiri dari kelas 1 = 3 kelas, kelas 2 = 4 kelas dan

Page 100: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c

kelas 3 = 3 Kelas. Selama kurun waktu 3,5 tahun ini sudah ada pergantian

pimpinan, yaitu Suharto,B.A mutasi ke Solo diganti Suhardi,B.A.

Perubahan status dari SMP T ke SMP Negeri 4 disahkan dengan SK

Menteri P&K Nomor. 008/1.03/H.79 tanggal 31 Maret 1979. Dalam SK tersebut

ditetapkan pemilihan tugas dan wewenang dari Kepala Bidang Pendidikan

Menengah Kejuruan kepada Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum dan

diintegrasikan ke SMP yang disempurnakan di lingkungan Kantor Wilayah

Departemen P dan K Propinsi Jawa Tengah. Sesuaii dengan SK tersebut maka

secara resmi sejak tanggal 31 Maret 1979 dijadikan sejarah lahirnya SMP Negeri

4 Wonogiri. Pada waktu itu SMP N 4 berlokasi di Sanggrahan Wonogiri (

belakang gedung DPR ). Dengan lokasi yang sempit dan terlalu ramai jelas kurang

memenuhi syarat untuk pengembangan sarana sekolah. Karena itu dengan

berbagai pendekatan dan kerja keras semua tenaga kependidikan di SMP N 4

Wonogiri ber.sama dengan BP3, akhirnya diperoleh lokasi baru di kelurahan

Perluasan kota yang sekarang dikenal dengan narna Kelurahan Wonokarto. Lokasi

baru ini cukup luas tetapi tanahnya rnasih labil dan belum rata. Tidak

mengherankan kalau pembangunan gedung sekolah ini agak tersendat-sendat.

akhirnya tahun 1981 bantuan UGB pun turun, kemudian dibangunlah ruang kelas

sebanyak 9 ruang, 1 ruang laborat, l ruang ketrampilan, l ruang perpustakaan, 1

ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, l ruang tata usaha, 1 ruang ganti, kamar

mandi dan WC siswa dan guru. Bangunan gedung baru ditanibah bangunan lama

lewat bantuan BP3 sebanyak 12 ruang kelas. Selanjutnya mulai tahun 1982 SMP

Page 101: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ci

N 4 Wonogiri pindah dari gedung lama ke gedung baru di Wonokarto hingga

sekarang.

2. Lokasi SMP Negeri 4 Wonogiri

Sekolah menengah pertama (SMP) negeri 4 Wonogiri oleh peneliti dipilih

sebagai lokasi penelitian karena memliliki banyak hal yang menarik untuk diteliti.

selain karena merupakan sekolah rintisan inklusi satu-satunya sekolah tingkat

menengah pertama yang ada di kabupaten wonogiri. Sekolah ini terletak sangat

strategis yaitu di kota Wonogiri di Jln Yudistira. xiv, Wonokarto, Wonogiri tlp.

0273- 321240. Walaupun terletak dipinggir hutan namun keadaannya

diperhitungkan oleh masyarakat,hal ini dapat diketahui dari: (1) Animo

masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di SMP Negeri 4 Wonogiri

setiap tahunnya mengalami peningkatan. (2) dukungan masyarakat yang cukup

antusias tercermin dalam musyawarah komite sekolah.

3. Kondisi SMP Negeri 4 Wonogiri

Upaya untuk meningkatkan mutu sekolah, khususnya yang menyangkut

bidang akademis, telah dilaksanakan baik melalui intensifikasi maupun melalui

ekstenfikasi kegiatan pembelajaran. Walaupun begitu guru senantiasa dituntut

untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran dan sekolah tentunya

mengupayakan sarana pendukung seperti media, ruang , selaras ( untuk siswa

yang memakai korsi roda ) dan alat-alat pembelajaran .

Page 102: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cii

Visi SMP N 4 Wonogiri “Berbudi Pekerti Luhur, dan Berjiwa Seni“

dengan indicator sebagai berikut: beriman dan berraqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, Berbudi pekerti yang luhur serta memiliki disiplin yang tinggi,

melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang baik mengarah terciptanya prestasi

yang terus meningkat, terwujudnya sumberdaya manusia secara personal yang

berkualitas, terwujudnya komponen sekolah yang sehat jasmani dan rohani

melalui olah raga, berkembangnya kelompok kesenian yang berakar pada budaya

seni masyarakat setempat.

Misi sekolah yaitu melaksanakan pendidikan budi pekerti yang dilandasi

Iman dan Taqwa melalui peribadatan, serta pembinaan keagamaan, melaksanakan

pendidikan dan pembinaan kedisplinan warga sekolah dengan pembinaan tertib

waktu, tertib administrasi, serta menghargai tugas masing-masing, mewujudkan

lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk mendukung peningkatan mutu

pendidikan, melibatkan seluruh komponen sekolah pada setiap kegiatan denhan

pendekatan kemanusiaan, menenamkan rasa ikut memilkiki, ikut berprestasi,

sehingga terwujud manusia berkualitas, terbentunya tim yang tangguh dan

berprestasi, berkreatif dibidang seni yang berakar pada budaya daerah setempat.

Tujuan sekolah mengingatkan visi merupakan tujuan jangka panjang maka

tujuan yang akan dicapai selama lima tahun mendatang adalah: mampu

mewujudkan seluruh komponen penyelenggaraan pendidikan yang beriman dan

bertaqwa serta berakhlaq mulia, menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap

dan berwawasan kedepan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,

menghasilkan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang kondusif, efektif dan

Page 103: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ciii

konstruktif. Pencapaian standar manajemen pengelolaan sekolah yang baik dan

bermutu, pencapaian hasil-hasil dibidang akademis dan non akademis secara

optimal, memiliki kelompok kesenian daerah maupun nasional sebagai kreatifitas

dibidang seni.

SMP Negeri 4 Wonogiri memiliki cukup fasilitas yang memadahi, anatara

lain sebagai berikut: lahan dan gedung yang asri nyaman dan bersih, lapangan

upacara, lapangan olah raga dan lapangan basket yang standar, perpustakaan

dengan fasilitas dan jumlah buku yang beragam,pembuatan taman disetiap dengan

kelas cukup cantik,musola, tempat wudku dan WC yang lancer dan melimpah air.

Ruang karawitan yang representif dan laborat computer, IPA serta Bahasa yang

nyaman dengan laborat yang selalu stanbay di tempat.

Dengan banyaknya kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh SMP Negeri 4

Wonogiri diantaranya: Juara I senam tingkat kabupaten, Juara I silat beregu

tingkat kabupaten,Juara 2 lempar lembing perorangan tingkat kabupaten, juara 2

Volly ball tingkat kabupaten, Juara 3 perorangan siswa teladan tingkat kabupaten,

Juara harapan I Sinopsisi perorangan tingkat Nasional, Juara I perorangan

Sinopsis tingkat jawa Tengah, Juara 2 lomba marcing band tingakt kabupaten.

Minat anak usia sekolah untuk melanjutkan di SMP Negeri 4 Wonogiri semakin

bertambah.

SMP Negeri 4 Wonogiri melalui beberapa kali pergantian kepemimpinan

kepala sekolah,untuk kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami kemajuan pesat.

Priode sekarang melalui kepemimpinan sekarang telah member warna tersendiri.

Semangat, dedikasi inovasi, transpotasi dan profisionalisasi senantiasa

Page 104: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

civ

didengungkan dan ditanamkan pada warga sekolah. Dukungan guru-guru dengan

berbasis sarjana 98%,yang loyal, siap melakukan pembeharuan dan menerapan

KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) secara mantap. Kegitan worksop dan

mengandung nara sumber serta stadi banding telah ditempuh agar KTSP di SMP

Negeri 4 tidak setengah hati atau mengambang. Melalui kepemimpinan yang

demokratis, sejuk, asah, asih dan asuh dengan para guru yang memiliki semangat

pengabdian tinggi, kerja keras, terjalin hubungan harmonis antara warga

sekolah,maka SMP Negeri 4 Wonogiri dapat lenggang meraih prestasi.

4. Stuktur Organisasi

Struktur organisasi akan mampu melaksanakan tugas pokok fungsi secara

efektif dan efisien, dan untuk itu semua dibutuhkan sebuah stuktur organisasi.

Demikian halnya dengan SMP Negeri 4 Wonogiri terdapat struktur organisasi

yang di lengkapi dengan tanggung jawab, wewenang dan tugas dari masing-

masing personil yang ada dalam struktur tersebut. Berikut ini tugas dari masing-

masing personil dalam struktur organisasi tersebut sesuai pedoman mutu SMP

Negeri 4 Wonogiri:

a. Kepala sekolah

Rumusan tugas:

Menyusun dan melaksanakan program kerja, mengaragkan, membina,

mengawasi, memimpin serta mengorganisasikan pelaksanaan tugas di

bidang administrasi dan keunagan sekolah, ketenagan, kesiswaan,

hubungan kerjasama dengan sekolah lain.

Page 105: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cv

b. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum.

Rumusan Tugas:

Membantu kepala sekolah dalam pelaksanaan kegiatan kurikulum

dengan segala aspeknya.

c. Wakil Kepala Sekolah Urusan kesiswaan.

Rumusan Tugas:

Membantu kepala sekolah dan urusan kesiswaan, yaitu dalam

menyusun program kerja pembinaan kesiswaan, 7K, kegiatan luar

sekolah dan mengkoordinir pelaksanaannya.

d. Wakil kepala sekolah Urusan Sarana dan Prasarana.

Rumusan Tugas:

Membantu kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas hubungan industry

meliputi menyusun dan melaksanakn program kerja mengarahkan,

membina, memimpin serta mengkoordinasikan pelaksanaan pengadaan

invertarisasi, pemeliharaan, perbaikan, pengawasan, pengadaan serta

evaluasi sarana dan prasarana.

e. Kepala Tata Usaha.

Rumusan Tugas:

Memimpin pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan pendidikan

dan rumah tangga sekolah.

f. Bimbingan Penyuluhan.

Rumusan Tugas:

Page 106: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cvi

Membantu kepala sekolah dalam penyusunan, pelaksanaan, rencana,

dan program kerja bimbingan penyuluhan bagi siswa di sekolah.

g. Perpustakaan.

Rumusan Tugas:

Merencanakan, mengelola, dan mengembangkan perpustakaan

sekolah.

h. Wali kelas.

Rumusan Tugas:

Membantu siswa, guru BP, bendaharawan sekolah dalam memecahkan

masalah yang dihadapi siswa, memahami perilaku siswa dan membina

hubungan baik dengan orang tua siswa, serta melaksanakan tugas yang

menjadi kewajibannya.

i. Guru.

Rumusan Tugas:

Memberikan pendidikan dan pelatihan teori dan praktek kepada siswa

dan melaksanakan tugas teknik kependidikan yang dibebankan oleh

kepala sekolah.

5. Pembelajarn Inklusi Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Pelaksanaan pembelajaran inklusi sama dengan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar dikelas umum. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

hendaknya disesuaikan dengan model penempatan siswa yang berkebutuhan

khusus. Unsure pelaksanan yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran

Page 107: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cvii

pendidikan inklusi adalah guru umum dengan guru pendidikan khussu (GPK) atau

guru sekolah luar biasan

Pembelajaran sekolah inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri telah berdiri

sejak tahun 2007, dan merupakan satu-satunya sekolah rintisan inklusi SMP di

kabupaten Wonogiri. Rintisan SMP Inklusi adalah SMP Negeri/Swasta Reguler

yang dipersiapkan untuk melayani pendidikan khusus bagi siswa berkebutuhan

khusus dengan gangguan penglihatan, pendengaran, dan fisik serta siswa dengan

kesulitan belajar. Sekolah Rintisan Inklusi dikelola mandiri oleh pengelola yang

diberi tugas kepala sekolah dengan manajemen terpisah di luar manajemen

sekolah reguler. Sekolah Rintisan Inklusi dipersiapkan untuk memberi layanan

khusus pada siswa yang memerlukan bimbingan pada anak yang mempunyai

kesulitan belajar atau anak yang mempunyai kebutuhan khusus (ABK).

B. Temuan Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran Model Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa

Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri.

Setelah mengadakan pencatatan dokumen, pengamatan dan wawancara di

lokasi penelitian dari bulan April 2011 sampai dengan mei 2011 peneliti telah

memperoleh data dan temuan-temuan yang relevansinya dengan pelaksanaan

pembelajaran model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4

Wonogiri meliputi (1) Pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4

Wonogiri, (2) Struktur kurikulum pendidikan khusus, (3) Bentuk proses belajar

mengajar, (4) jenis dan peran materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar,

Page 108: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cviii

(5) Peran guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, (6) Prestasi siswa SMP

Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi.

a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Tahap pelaksanaan model pembelajaran inklusi khusus tunanetra dimulai

dari proses sosialisai di SMP di Tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri

dan Provinsi Jawa Tengah. Kemudian di tingkat sekolah oleh semua guru inklusi

SMP Negeri 4 Wonogiri dilanjutkan dengan pembentukan proposal penyusunan

kurikulum satuan pendidikan khusus inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri. hal ini

juga berdasarkan kepada wawancara dengan wakil kepala sekolah inklusi Bidang

Kurikulum:

“….Ya, model modifikasi bahan ajar digunakan khusus untuk anak berkebutuhan khusus tunanetra, yang mana untuk memudahkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Model modifikasi ini adalah bahan ajar yang menggunakan prinsip media dengan cara diraba dan di sentuh oleh peserta didik supaya dapat memudahkan penangkapan dalam proses pembelajaran”. (CL. 03)

Deskripsi tentang landasan hukum, tujuan, prinsip pengembangan, prinsip

pelaksanaan, acuan model pembelajaran inklusi dijelaskan berdasarkan kurikulum

pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri.

1) Landasan Hukum

a) UUD 1945 pasal 31:

(a) Setiap warga Negara berhak untuk memperoleh pendidikan.

(b) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya.

b) UUD No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

Page 109: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cix

c) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional.

Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik

agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Than Yang Maha

Esa, berahklak mulya, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

d) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan.

e) Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.66/MN/2003.20

Januari 2003 perihal Pendidikan Inklusi: menyelenggarakan dan

mengembangkan di setiap kabupaten sekurang-kurangnya 4 sekolah: SD,

SMP, SMA dan SMK.

f) Deklarasi Nasional Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif 8-14 Agustus

2004 di Bandung.

2) Tujun :

a) Secara teoritis penyusunan buku model-model pengembangan/modifikasi

bahan ajar pendidikan inklusif ini bertujuan memberikan kerangka acuan

untuk dijasikan rujukan menentukan bahan ajar yang lebih sesuai dengan

layanan pendidikan inklusif.

b) Secara praktis penyusunan buku model-model pengembangan/modifikasi

bahan ajar pendidikan inklusif bertujuan untuk memberi model modifikasi

bahan ajar pendidikan inklusi kepada guru, pelaksana pendidikan di

lapangan mengingat selama ini bahan ajar yang bersumber dari kurikulum

Page 110: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cx

dipersiapkan untuk sekolah regular belum dirumuskan secara khusus

peruntukannya bagi anak yang berkebutuhan khusus.

Menurut para guru, tujuan model modifikasi bahan ajar yang diterapkan

di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi adalah agar siswa

mau dan mampu menerima materi dalam kondisi belajar yang berbeda latar

belakang fisik, social, intelektual,emosional maupun sensoris, yang terjadi

dalam kegiatan dilingkungan sekolah,maupun dalam kelompok belajar tutor

sebaya. Kemauan dan kemampuan tersebut tercermin dalam mengemukakan

pendapat dengan penuh percaya diri tanpa rasa takut maupun minder atau

rendah diri. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang guru bidang stadi:

“Dengan model pembelajaran modifikasi bahan ajar siswa lebih berani menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri baik sambil duduk maupun didalam kelas maupun diluar sekolah karena terbiasa bekerja sama dan belajar bersama antara siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus” (CL.05)

Dalam kaitanya dengan pembelajaran model modifikasi bahan ajar, kepala

sekolah , memberikan keterangan sebagai berikut:

“Ya karena disini siswa inklusi sangat heterogen tingkat perbedaannya maka dengan memberi media yang berbeda dalam pembelajaran di kelas maka siswa menganggap dirinya tidak merasa dibedakan dengan teman-teman regular”( CL.01)

3) Prinsip Pengembangan Kurikulum.

Model Modefikasi Bahan Ajar pendidikan inklusi SMP negeri 4 Wonogiri

di kembangkan sekolah dan komite sekolah berpedoman pada SI (Standart Isi)

dan SKL (Standar kelulusan), panduan penyusunan kurikulum yang dibuat BSNP

Page 111: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxi

di bawah koordinasi Dinas pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan model modifikasi Bahan Ajar pendidikan inklusi di SMP Negeri 4

Wonogiri, pengembangan model pembelajaran didasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a) Berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip peserta didik memiliki

posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia

beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang maha Esa.

b) Beragam dan Terpadu.

Kurikulum dikembangkan dengan memperlihatkan karakteristik peserta

didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa

membedakan agama, suku, budaya, dan adai istiadat, serta status sosial

ekonomi dan gender.

c) Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu

semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti

dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni.

Page 112: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxii

d) Relevan dengan kebutuhan hidup.

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevebsi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,

dunia usaha dan dunia kerja.

e) Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajiakn

secara berkesinambungan antara jenjang pendidikan.

f) Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional

dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

4) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum.

Berdasarkan model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi SMP Negeri

4 Wonogiri, pelaksanaan model pembelajaran mengunakan prinsip-prinsip;

a) Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang berguna bagi didrinya.peserta didik akan

diberi pelayanan pendidikan yang bermutu kesempatan untuk

mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.

Page 113: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxiii

b) Dengan menegakkan kelima pilar belajar,yaitu:

(a) Belajar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(b) Belajar untuk mampu memahami dan menghayati.

(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.

(d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain.

(e) Belajar membangun dan menemukan jati diri melalui

pembelajaran yang efektif, selektif, inovatif, kreatif dan

meyenengkan.

c) Memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat

perbaikan, pengayakan, dan percepatan sesuai dengan potensi tahap

perkembangan dan kondisi peserta didik.

d) Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang

saling menerima dan menghargai, akrab, dan terbuka.

e) Dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategis dan multi

media sumber belajar dan teknologi.

f) Dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya

serta kekayaan daerah.

g) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri diselenggarakan dalam

keseimbangan, keterkaitan, kesinamnungan yang cocok dan memadahi.

Page 114: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxiv

5) Unsur Pelaksanaan Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi.

Pelaksanaan pembelajaran inklusif sama dengan pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar di kelas umum. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

disesuaikan dengan model penempatan siswa yang berkebutuhan khusus. Unsur

pelaksanaan yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan

inklusif adalah guru umum dengan guru pendidikan khusus (GPK) atau guru luar

biasa. Guru umum membutuhkan rekan kerja untuk membuat program dan

berperan untuk memberikan dukungan dalam tim guru dalam arti mendiskusikan

pada komite sekolah yang terdiri dari orang tua, tokoh masyarakat, tenaga medis

dan tenaga ahli yang terkait.

Untuk mencapai tujuan tersebut para guru yang tergabung dalam tim

sesuai jadwal pelaksanaan pembelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah, maka

kemudian tim menyusun materi atau mendesain rangkaian kegiatan belajar

mengajar dalam bentuk kolaborasi antara mata pelajaran yang mempunyai

kesamaan dengan menyesuaikan model modifikasi bahan ajar yang akan

disajikan, sebagaimana dikatakan oleh wakil kepala sekolah bidng kurikulum,:

“ Ya dalam penentuan tema pembelajaran dibentuk tim yang terdiri dari wakil kepala sekolah, urusan kurikulum, dan perwakilan guru mata pelajaran serta guru khusus inklusi” ( CL. 03 )

Adapun mata pelajaran yang dipadukan atau dikolaborasikan model

pembelajarannya, utamanya yang banyak unsur, analisisnya, dan ingatan.

Sehingga akan membantu siswa dalam memahami dan mengingat terutama siswa

berkebutuhan khusus atau tidak semua mata pelajaran dikolaborasikan dengan

Page 115: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxv

satu media/model pembelajaran, seperti yang dikatakan salah satu guru bidang

stadi:

“Ya mata pelajaran yang dipadukan diantaranya: matematika,IPA, bahasa, agama dan PPkn” ( CL. 05)

Lebih lanjut diagramnya sebagai berikut:

Selain Unsur-unsur diatas terdapat juga unsur yang lain untuk mendukung

dalam pembelajaran inklusif adalah:

1) Perangkat lunak:

a) Rencana Program Pengajaran (RPP).

b) Pengembangan kurikulum.

c) Penyususnan Program pembelajaran.

d) Pelaksanaan pembelajran.

Model Modifikasi Bahan Ajar

Wakil Kepala Sekolah

Urusan Kurikulum

Perwakilan Guru mapel

Perwakilan Guru Mapel

Perwakilan Guru Mapel

Page 116: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxvi

e) Pengendalian program pembelajaran.

f) Penilaian program pembelajaran.

g) Perangkat kelas: jam kedatangan, kartu soal, pohon nilai, kantong ilmu,

papan baca Braille, alat tulis Braille.

2) Perangkat keras.

a) Gedung: ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas yang difasilitasi

dengan sarana aksessibilitas sesuai dengan kebutuhan siswa.

b) Mebeler: meja, kursi, lemari, papan tulis. Papan kartu, papan pajangan,

cermin. Dan perangkat lain yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

c) Computer, computer dengan software Braille, scanner, CCTV, radio

sekolah, tape recorder.

d) Fasilitas ruang sumber dan laboratorium.

e) Fasilitas ruang perpustakaan.

b. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus.

Struktur kurikulum pendidikan inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri

dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional, mental,

intelektual dan /atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar

kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran.

Peserta didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua katagori:

1) Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual

dibawah rata-rata.

Page 117: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxvii

2) Peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual

dibawah rata-rata.

Kurikulum yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah

rintisan inklusi pada tahun 2007/2008 sudah menggunakan kurikulum sekolah

regular sampai sekarang dan pada saat ini menggunakan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP). Seperti diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bagian

kurikulum :

“ kurikulum sekolah inklusi memang menerapkan kurikulum sekolah regular dan saat ini di SMP negeri 4 Wonogiri sedang melakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)”( CL. 03 ). Sepenuhnya penelitian sajikan dalam struktur program mata pelajaran

sebagaimana table dibawah ini:

STRUKTUR PROGRAM MATA PELAJARAN

KELAS VII SAMPAI KELAS IX

TAHUN 2010/2011

Kode Mata Pelajaran Jumlah Jam

Pelajaran

Keterangan

1 Pendidikan Agama 2 Pengembangan Diri 1 jm

2 PKN 2 Upacara 1 jam

3 Bhs.Indonesia dan Sastra Indo 4 Pembinaan 1 jam

4 Matematika 4

5 IPA 4

6 IPS 4

Page 118: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxviii

7 Bhs. Inggris 5

8 Penjaskes 2

9 TIK 2

10 Seni Budaya 2

11 Mulok Daerah 2

12 Mulok Sekolah 2

Jumlah 36

Table : Struktur Program kelas VII sampai kelas IX

Mengapa disekolah inklusi khususnya di SMP Negeri 4 Wonogiri

menggunakan kurikulum sekolah regular? Hal itu mengacu pada pedoman

penyelenggaraan sekolah inklusi yang dikeluarkan oleh Direktorat pembinaan

Sekolah Luar Biasa, Departemen Pendidikan Nasional, yaitu bahwa kurikulum

yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi pada dasarnya

menggunakan kurikulum sekolah regular yang berlaku disekolah umum.

Namun karena di SMP Negeri 4 Wonogiri terdapat berbagai ragam

hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi,mulai

dari yang sifatnya ringan, sedang sampai berat, maka dalam implementasinya

kurikulum regular perlu dilakukan modifikasi atau penyelarasan, dan modifikasi

tersebut dilakukan oleh tim pengembangan kurikulum yang ada di SMP tersebut,

dan mengkolaborasikan antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema.

Hal ini meneurut hemat peneliti para pengembang kurikulum disekolah tersebut

Page 119: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxix

memperhatikan bahwa: semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak

didiskriminasikan dan memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, semua

anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan

dan kecacatannya, dan perbedaan itu sendiri merupakan penguat dalam

meningkatkan motivasi belajar pada siswa, serta sekolah dan guru mempunyai

kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

Kurikulum pendidikan khusus terdiri atas delapan (8) sampai dengan

sepuluh (10) mata pelajaran muatan lokal, program khusus, dan pengembangan

diri.

1) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,

termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat

dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, substansinya

muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.

2) Program khusus berisi kegiatan yang bervareasi sesuai dengan jenis

ketunaannya yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik

tuna netra, bina komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta

didik tuna rungu, bina diri untuk peserta didik tuna grahita, bina gerak

untuk peserta didik tunadaksa, dan bina pribadi dan social untuk

peserta didik tunalaras.

3) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus

diasuh oleh guru .pengembangan diri bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

Page 120: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxx

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat,

minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler.

Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di

bawah rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti

kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta

didik berkelaianan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-

rata, diperluakan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat tematik

untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Seperti yang diungkapkan

ketua penyelenggara inklusi, bahwa:

“ dalam pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar pembagian waktunya 50% didalam kelas dan 50% diluar kelas atau outbound sehingga waktunyapun secara otomatis sama yaitu masing-masing 40 menit sehingga siswa yang berkebutuhan khusus minimal bisa mengikuti proses pembelajaran dengan adananya model yang disajikan oleh guru”( CL. 02 ).

Peserta didik berkelainan tanpa disertai kemampuan intelektual di bawah

rata-rata yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan

tinggi, semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti pendidikan secara

inklusif. Pada satuan pendidikan umum sejak sekolah dasar. Peserta didik yang

mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan SDLB, setelah lulus, didorong

untuk dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama umum.dan peserta tidak

Page 121: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxi

memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke SMPLB dan

SMALB. Seperti yang diungkapakn salah satu siswa berkebutuhan khusus:

“ saya senang belajar di sekolah ini bu, meskipun saya cacat tapi saya semangat untuk belajar disini. Karen dengan belajar disini otomatis saya dituntut bisa menyesuaikan dengn teman-teman yg kondisinya jauh lebih baik dari saya.dengan sekolah disini saya berkesempatan sekolah yang lebih tinggi daripada saya sekolah di SLB”( CL. 06 ).

Dalam memberi kesempatan kepada peserta didik yang memerlukan

pindah jalur pendidikan antara satuan pendidikan yang setara sesuai dengan

ketentuan pasal 12 ayat (1), undng-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, maka mekanisme pendidikan bagi peserta didik melalui

jalur formal dapat digambarkan sebagai berikut:

SDLB SMPLB SMALM Masyarakat

Jalur 1

ALB/ABK

Jalur 2

SD/MI SMP/MTs SMA/MA PT/Masyarakat

SMK/MAK

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, struktur kurikulum

satuan pendidkan khusus dikembangkan dengan memperlihatkan hal-hal sebagai

berikut:

Page 122: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxii

1) Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan

kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan

kurikulum SDLBA, B, D, E dan SMALB, B, D, E (A= tuna netra. B=

tunarungu, D= tunadaksa ringan, E= tunalaras).

2) Kurikulum peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan

intelektual dibawah rata-rata, menggunakan sebutan kurikulum SDLB C,

C1, D1, G dan SMALB C, C1, D1, G (C= tunagrahita ringan, C1= tuna

grahita sedang, D1= tunadaksa sedang, G= tunaganda).

3) Kurikulum satuan pendidikan SDLB, B, D. E relative sama dengan

kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E dan

SMALB A, B, D, E dirancang untuk peserta didik yang tidak

memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk emlanjutkan pendidikan

sampai ke jenjang pendidikan tinggi.

4) Proporsimuatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E

terdiri atas 60% - 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek

ketrampilan vokalisional. Muatan isi kurikulum satauan pendidikan

SMALB A, B, D, E terdiri atas 40% - 50% aspek akademik dan 60% -

50% aspek keterampilan vokasional.

5) Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D1, G

dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta

didik dan sifatnya lebih individual.

6) Pembelajaran untuk Satuan Pendidikan Khusus SDLB, SMPLB dan

SMALB C, C1, D1, G menggunakan pendekatan tematik.

Page 123: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxiii

7) Standar Kompentensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran

umum SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E mengacu kepada SK dan KD

sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan

khusus peserta didik, dikembangkan oleh BNSP, sedangkan SK dan KD

untuk mata pelajaran program khusus, dan ketrampilan dikembangkan

oleh satuan pendidikan Khusus dengan memperhatikan tingkat dan jenis

satuan pendidikan.

8) Program khusus sesuai jenis kelainan peserta didik melalui sebagai

berikut:

(a) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra.

(b) Bina komunikasi, persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik

tunarungu.

(c) Bina diri untuk peserta didik tunagrahita ringan dan sedang.

(d) Bina gerak untuk peserta didik tunadaksa ringan.

(e) Bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras.

(f) Bina diri dan bina gerak untuk peserta didik tunadaksa sedang, dan

tunaganda.

9) Jumlah dan alokasi waktu jam pembelajaran diatur sebagai berikut:

(a) Jumlah jam pembelajar SDLB A, B, D, E kelas I, II, III berkisar antara

28-30 jam pembelajaran/minggu dan 34 jam pelajaran/minggu untuk

kelas IV, V, VI. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SD umum karena

ada tambahan mata pelajaran program khusus.

Page 124: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxiv

(b) Jumlah jam pembelajaran SMPLB A, B, D, E kelas VII, VIII, IX

adalah 34 jam/minggu. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SMP umum

karena ada penambahan mata pelajaran program khusus.

(c) Jumlah jam pembelajaran SMALBA, B, D, E, KELAS X. XI, XII

dalah 36 jam/minggu, sama dengan jumlah jam pembelajaran SMA

umum.program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakulatif dan

tidak termasuk beban pembelajaran.

(d) Jumalh jam pelajaran SDLB, SMPLB, SMALBC, C1, D1, G sama

dengan jumlah jam pembelajaran pada SDLB, SMPLB, SMALB A, B,

D, E tetapi penyajiannya melalui pendekatan tematik.

(e) Alokasi per jam pembelajaran untuk SDLB, SMPLB dan SMALBA,

B, D, E maupun C, C1, D1, G masing-masing 30 menit, 35 menit dan

40 menit. Selisih 5 menit dari sekolah regular disesuaikan dengan

kondisi peserta didik berkelainan.

(f) Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah

maksimum 6 jam pembelajaran/minggu untuk seluruhnya jam

pembelajaran, dan 4 jam pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai

kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan yang bersangkutan.

10) Muatan isi pada seetiap mata pelajaran diatur sebagai berikut:

(a) Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB, A, B, D, E pada dasarnya

sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan dan kebutuhan

khususnya, maka diperlukan modifikasi dan/atau penyesuaian secara

terbatas.

Page 125: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxv

(b) Muatan isi mata pelajaran Program Khusus disusun tersendidri oleh

satuan pendidikan.

(c) Muatan isi mata pelajaran SMPLB A, B, D, E bidang akademik

mengalami modifikasi dan penyesuaian dan penyesuaian dari SMP

umu sehingga menjadi sekitar 60%-70%. Sisanya sekitar 40%-30%

muatan isi kurikulum ditekankan pada bidang ketrampilan vokasional.

(d) Muatan isi mata pelajaran ketrampilan vokasional meliputi tingkat

dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir.jenis ketrampilan yang akan

dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan

minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta kondisi

satuan pendidikan.

(e) Muatan isi mata pelajara untuk SMALB A, B, D, E bidang akademik

mengalami modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga

menjadi sekitar 40%-50% bidang akademik, dan sekitar 60%-50%

bidang ketrampilan vokasional.

(f) Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALBC, C1, D1, G lebih

ditekankan pada kemampuan menolong diri sendiri dan ketrampilan

sederhana yang memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta

didik. Oleh karena itu, proporsi muatan ketrampilan vokasional lebih

diutamakan.

(g) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus

diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

Page 126: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxvi

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap

peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

11) Strktur Kurikulum SMPLB sebagai berikut:

Table Struktur Kurikulum SMPLB Tunanetra

KOMPONEN Kelas dan alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Bahasa Inggris

5. Matematika

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

7. Ilmu pengetahuan Alam

8. Seni Budaya

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan

10. Ketrampilan Vokasional/Tekonolgi

Informasi dan komunikasi*)

B. Muatan Lokal

C. Program Khusus (Orientasi dan Mobilitas)

D. Pengembangan Diri

2

2

2

2

2

2

2

2

2

10

2

2

2**)

2

2

2

2

2

2

2

2

2

10

2

2

2**)

2

2

2

2

2

2

2

2

2

10

2

2

2**)

Page 127: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxvii

JUMLAH 34 34 34

*) Ketrampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan

paket pilihan. Jenis ketrampilan vokasional/teknoloi informasi yang

dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan peneliti dilapangan diterpkannya model modifikasi

bahan ajar tersebut yaitu satu jam pelajaran berupa teori baik dengan ceramah

maupun diskusi dan tanya jawab yang berlangsung didalam kelas dan yang satu

jam di luar kelas atau menggunakan media dengan maksud untuk lebih

memudahkan peserta didik dalam menangkap pelajaran yang telah diberikan.

Dengan harapan siswa berkebutuhan khusus mempunyai gambaran langsung dan

bisa mengingat dalam waktu yang lama dan bagi siswa reguler diharapkan bisa

semakin memperjelas materi yang telah diperoleh didalam kelas baik dengan

cermah, diskusi maupun tanya jawab maupun penberian tugas.

Selain tersebut diatas didalam pembelajaran dengan model modifikasi

bahan ajar yang diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai rintisan inklusi

untuk menghilangkan rasa perbedaan diantara sesama siswa baik reguler maupun

siswa berkebutuhan khusus, dan yang lebih penting untuk menghilangkan

perasaan rendah diri pada siswa berkebutuhan khusus, dengan cara kerja

kelompok di dalam dan diluar kelas terjalin hubungan yang akrap. Sedangkan

untuk siswa reguler semakin meningkatkan rasa sosial atau tenggang rasa antara

dirinya yang normal dengan temannya yang kurang beruntung secara fisik atau

Page 128: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxviii

berkebutuhan khusus. Terbukti siswa yang tidak bisa melihat temannya yang lain

dengan sabar dan penuh toleran membimbing dalam berjalan. Seperti yang

diungkapkan salah satu siswa:

” Saya tidak merasa malu bu, walau saya sekolah disini sebagai sekolah inklusi, karena ijasahnya sama dengan sekolah yang lain atau reguler yang lain dan dapat meneruskan kejenjang yang lebih tinggi”( CL. 06 ).

c. Bentuk Proses Belajar Mengajar.

Setelah tim membuat model pembelajaran yang akan disajikan dalam

pembelajaran dikelas SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi

sesuai jadwal pelajaran maka guru yang akan mengajar melaksanakan tugasnya

sesuai jam pelajaran dengan durasi waktu 40 menit dan guru pertama kalinya

mengajar dengan metode ceramah, dilanjutkan eksperimen/demonstrasi dan yang

terakhir adalah tanya jawab. Dalam proses pembelajarannya yang kelasnya

terdapat siswa tunanetra guru mempersiapkan model modifikasi bahan ajar sesuai

dengan materi yang disajikan, sebagai contoh menyajikan bentuk rumah ibadah

yang bisa diraba dan disentuh oleh siswa. Karena anak tunanetra memahami

sekelilingnya dengan sentuhan dan rabaan, sesuai yang dikatakan seorang guru

kepada penulis:

”....dalam persiapan mengajar guru harus menyajikan media yang bisa dimengerti oleh anak tunanetra kecuali itu juga bisa lebih menjelaskan bagi anak-anak yang reguler, biasannya guru-guru bidang stadi dibantu oleh guru khusus dalam hal tulisan, karena kita sebagai guru bidang stadi tidak tahu mengenai huruf braile...”. ( CL. 05 ). Dari hasil pengamatan peneliti dilapangan diterapkan model modifikasi

bahan ajar tersebut yaitu satu jam pelajaran berupa teori dengan metode ceramah

Page 129: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxix

dilanjutkan penerapan model modifikasi bahan ajar kemudian dilanjutkan dengan

tanya jawab, dengan harapan siswa tunanetra mempunyai gambaran langsung dan

bisa mengingat dalam waktu lama, dan bagi siswa reguler diharapkan bisa

semakin jelas materi yang telah diperoleh dikelas baik dengan metode ceramah,

diskusi/demonstrasi maupun tanya jawab dan pemberian tugas.

Selain tersebut diatas didalam pembelajaran model modifikasi bahan ajar

yang diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi untuk

menghilangkan rasa perbedaan diantara sesama siswa baik reguler maupun siswa

berkebutuhan khusus, dan yang lebih penting untuk menghilangkan perasaan

rendah diri pada siswa berkebutuhan khusus, dengan cara kerja kelompok di

dalam dan diluar kelas terjalin hubungan yang akrab.

Sedangkan untuk siswa reguler semakin meningkatkan rasa sosial atau

tenggang rasa antara dirinya yang normal dengan temannya yang kurang

beruntung secara fisik atau berkebutuhan khusus. Terbukti siswa yang tidak bisa

melihat temannya yang lain membimbing dengan penuh kesabaran mengantarkan

kemana teman itu akan berjalan.

Penerapan model modifikasi bahan ajar di SMP Negeri 4 Wonogiri

sebagai sekolah rintisan inklusi dengan kondisi yang heterogen mempunyai

harapan untuk meningkatkan prestasi atau Ujian Negara, mengingat di SMP

Negeri 4 Wonogiri ternyata diantara ketunaan yang ada sebagaian besar terdiri

dari gangguan lambat belajar seperti yang dikatakan ketua penyelenggaranan

sekolah inklusi:

Page 130: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxx

”.....yang bersekolah inklusi di SMP negeri 4 Wonogiri disini bukan hanya siswa yang memiliki kekurangan fisik saja tetapi lebih banyak siswa yang lambat belajar....”. ( CL. 02). Dalam kaitannya dengan model modifikasi bahan ajar di SMP Negeri 4

Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi selain menerapkan pembelajaran di

dalam kelas dan diluarkelas dengan pembegian waktu masing-masing lima puluh

persen di dalam kelas dan lima puluh persen di luar kelas juaga masih menerapkan

sistem belajar kelompok atau tutor sebaya dilingkungan tempat tinggal yang tiap

satu kelompol terdiri dari lima orang siswa., seperti yang dikatakan oleh kepala

sekolah:

”...ya betul disekolah ini ada kelompok belajar atau tutor sebaya yang dipandu oleh guru kunjung, dan jumlah guru kunjung ada sebelas orang yang kami bagi dalam sebelas sektor jadi masing-masing guru kunjung wilayah binaan dan jumlah siswanya tidak sama”. ( CL. 01 ).

Tim dalam PBM Model Modifikasi Bahan Ajar

KBM di luar kelas KBM di dalam kelas

Sekolah

Guru penggunjung Kelompok belajar / tutor sebaya

Page 131: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxi

Gambar: Bentuk Pembelajaran

d. Jenis Dan Peran Materi Pelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar

1) Jenis.

Sesuai dengan bentuk proses belajar mengajar, materi pelajaran yang

mempunyai kesamaan materi/tema dikolaborasikan seperti matematika dengan

IPS, IPA dengan bahasa, agama dengan IPS dan bahasa Indonesia, dan yang

tidak mempunyai kesamaan tema disampaikan sendiri oleh guru mata pelajaran

sesuai dengan model pelajaran yang dipilih oleh guru itu sendiri

Disamping itu didalam kegiatan tutor sebaya materi yang dipelajari anak

temannya dibuat secara mandiri dalam kelompok berdasarkan kebutuhan siswa

dengan tidak menyimpang dari kompetensi dasar tetapi hanya satu mata

pelajaran, namun demikian dari kegiatan disekolah dengan model modifikasi

bahan ajar antara mata pelajaran dan kegiatan tutor sebaya yang hanya

mempelajari satu mata pelajaran diatas adalah sebagai dukungan materi

pelajaran yang diterima siswa reguler sebagai pengayaan dan bagi siswa

berkebutuhan khusus sebagai penguat dalam ingatan jangka panjang.

2) Fungsi.

Materi pelajaran sebagaimana dipaparkan diatas khususnya yang

berbentuk kolaborasi berfungsi sebagai sarana yang memperlancar jalannya

proses belajar mengajar disekolah inklusi yang berupa kegiatan didalam kelas

maupun kegiatan di luar kelas, dengan memberi perlakuan yang sama pada

Page 132: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxii

semua siswa baik reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Sehingga bagi

siswa reguler mengayaan materi ajar semakin mantap dan bagi siswa

berkebutuhan khusus akan mudah diingat bahkan bisa tahan lama dalam

ingatan terutama siswa yang lambat belajar, sedangkan siswa yang mengalami

cacat fisik akan tidak mengalami rasa rendah diri karena setiap saat belajar dan

bekerja bersama dengan temannya yang normal.

Disamping itu materi ajar mempunyai peran antara lain: untuk

menfasilitasi manusia belajar, agar lebih efektif dan efisien, antara lain:pertama

dapat memberikan pelajaran matematika dengan tema bangun ruang,

pengamatan langsung pada proses bentuk ruang sekaligus bisa mengukur

panjang, panjang, luas serta keliling bangung tersebut. Kedua menyajikan

sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung

yaitu mengenai lokasi benua amerika, tetapi bisa mengenali lewat peta timbul

yang diberi tanda-tanda, contohnya gunung dengan simbol segitiga. Ketiga

menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada dan diluarkelas,

misalnya buku teks materi yang ada di perpustakaan baik untuk anak

berkebutuhan khusus maupun anak-anak yang normal. Keempat memberi

informasi ayang akurat dan terbaru, misalnya: buku bacaan encyclopedi. Dan

kelima membantu memecahkan masalah, misalnya pada tema lingkungan akan

bisa dirumuskan penyebab kerusakan lingkungan serta dampak kerusakan

lingkungan lalu upaya mengatasinya. Seperti diungkapkan oleh seorang guru

inklusi:

”...bahan ajar atau materi ajar yang dibuat oleh tim dengan mencari kesamaan tema antara meta pelajaran secara tidak langsung akan memberi

Page 133: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxiii

pengayaan dan penguatan pada siswa reguler dan meningkatkan keaktifan serta keberanian siswa berkebutuhan khusus” ( CL. 04 ).

e. Peran Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar.

1) Peran Guru.

Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa proses belajar mengajar di SMP

Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi menerapkan model

modifikasi bahan ajar dengan mengkolaborasikan antara mata pelajaran yang

mempunyai kesamaan tema, sehingga guru mempunyai peran atau tugas: (1)

menyampaikan tugas, (2) memotivasi siswa, (3) memberi fasilitas belajar siswa

untuk mencapai tujuan,(4) mengevaluasi hasil belajar. Masing-masing tugas

tersebut diddiskripsikan sebagai berikut:

a) Menyampaikan Tugas.

Tugas yang pertama adalah menyampaikan tugas, baik secara lesan

maupun tertulis. Penyampaian tugas tersebut disertai dengan unsur

pendukungnya seperti teks bacaan, tulisan atau gambar di papan tulis, peta,

globe gambar pada kertas karton dan iktisar-iktisar rumus-rumus

matematika maupun IPA. Unsur pendukung tersebut menfasilitasi

penyampaian dan penyelesaian tuga. Sebagai ilustrasi, ketika guru meminta

siswa mengamati duplikat bangun ruang kepada siswa, dalam ilustrasi

tersebut permintaan guru kepada siswa untuk memahami duplikat bangun

ruang adalah tugas, dan bacaan yang diilustrasikan kepada siswa adalah

unsur pendukung agar tugas terlaksana dengan baik.

Page 134: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxiv

Sebelum tugas disampaikan, biasanya guru memberi pengantar

yang berupa uraian pendek secara lisan.pengantar lisan tersebut menurut

hemat peneliti untuk menyampaikan kondisi awalkepada siswa agar mereka

siap mengerjakan tugas. Disamping itu, pengantar yang berupa uraian

pendek tersebut berfungsi sebagai pengait antara tugas satu dengan tugas

yang lainnya.sehingga tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa

berjalan lancar tanpa terasa ada perpindahan. Sebagai ilustrasi, setelah

mengajak siswa mendiskusikan komponen-komponen bangun ruang

sebagai tugas kelompok. Guru mengatakan jumlah sisi dan rusuk bangun

ruang itu tidak sama, hal itu mengantar pada tugas nomer berikutnya.

b) Memotivasi Siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran guru senantiasa memberikan

motivasi kepada siswa agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi

dalam mengikuti proses belajar mengajar, guru juga mengenal siswa secara

mendalam, untuk mengenal karakter siswa terutama siswa berkebutuhan

khusus. Hal ini untuk mendorong siswa melaksanakan tugas dengan baik

dan bersemangat, motivasi tersebut berupa ajakan seperti ”ayo, siapa nati

yang selesai duluan dengan benar diberi penghargaan”. Motivasi juga

berupa tindakan guru dengan mendatangi kegiatan kelompok tutor sebaya

pada sore hari untuk mengecek kegiatan kelompok, kedatangan guru

tersebut dapat mendorong siswa belajar lebih serius.

c) Memberi Fasilitas Belajar Siswa.

Page 135: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxv

Tugas guru dalam proses belajar mengajar juga mengembangkan

strategi pembelajaran yang mempu mengoptimalkan interaksi antara guru

dengan siswa, siswa dengan siswa serta interaksi banyak arah, memberi

banyak kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan,

atau menemukan sesuatu melalui pengamatan dan penelitian.

Secara umum guru pada sekolah inklusi juga mengenal

kemampuan awal dan karakteristik setiap anak, baik dari segi kemampuan

keterlambatannya dalam belajar, dan prilakunya. guru juga

mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing anak

untuk terlibat secara aktif baik fisik, mental, sosial atau emosional seperti

diungkapkan guru :

”...dalam mengembangkan strategi pembelajaran untuk sekolah inklusi secara umum mencari kesamaan tema dengan lima puluh persen teori dan lima puluh persen penerapan”. ( CL. 04 ).

Disamping itu guru dalam menyediakan fasilitas pembelajaran juda

dengan mengajukan berbagai persoalan atau problem yang ada di

lingkungan sekitar, dan anak diberi kesempatan untuk merumuskan,

mencari data, menganalisis dan memecahkannya sesuai dengan

kemampuannya.

d) Mengevaluasi Kegiatan Hasil Belajar Mengajar.

Sebagai tugas terakhir dari guru yang bisa diidentifikasikan oleh

peneliti selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran adalah

mengevaluasi kegiatan dan hasil belajar siswa. Penilaian tersebut dilakukan

dengan menggunakan dua pendekatan proses dan pendekatan produk.

Page 136: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxvi

Penilaian dengan pendekatan proses adalah penilaian yang dilakukan

terhadap kegiatan pembelajaran siswa selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran. Menurut penuturan guru khusus inklusi dan guru bidang

stadi, tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa secara individu maupun

kelompok selama kegiatan pembelajaran berfungsi sebagai alat penilaian

proses dan yang menjadi penekanan dalam penilaian ini adalah keaktifan

siswa dalam proses belajar dan kekompakan siswa dalan belajar kelompok,

terutama berkaitan dengan kegiatan mengamati. Contoh sebuah bangun

ruang yang ada di meja masing-masing dan menghitung jumlah rusuk serta

sisi-sisinya untuk ditulis di buku tugas. Sebagai gambaran model bahan ajar

darri guru inklusi dan guru bidang stadi secara sendiri-sendiri selalu

mengamati kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsusng

dengan memberi tanda khusu pada daftar nilaimasing-masing. Dalam setiap

pertemuan mereka dapat mengamati dua sampai tiga siswa reguler dan

siswa berkebutuhan khusus atau tunanetra, seperti yang diungkapkan guru

inklusi:

” kami mengamati setiap mereka beraktifitas, kami memberi nilai pada daftar nilai kami, suatu pertemuan kurang lebih bisa mengamati emapat sampai lima siswa baik reguler maupun yang berkebutuhan khusus, dan setreusnya sampai semua siswa memperoleh nilai” ( CL. 04 ).

Penilai produk adalah penilaian yang dilakuakn untuk menilai hasil

belajar siswa. Selain digunakan sebagai alat penilaian proses, tugas-tugas

yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat pula digunakan untuk

mengevaluasi hasil belajar mereka. Misalnya setelah meminta siswa untuk

Page 137: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxvii

menunjukkan jumlah rusuk dan sisi bangun ruang kemudian guru inklusi

meminta mengerjakan dibuku tugas dengan menggambar bangun tersebut

secara individu dan menyerahkan hasil pekerjaan kepada guru. Dengan

demikian dapat diketahui aspek-aspek yang masih perlu dibahas secara

mendalam.disamping itu,penilaian hasil belajar dapat berbentuk tes

formatif atau ulangan harian dan tes sumatif atau ulangan umum semester

bersama serta Ujian Nasional.

2) Peran Siswa.

Menurut pada guru didalam kegiatan pembelajaran siswa berperan

sebagai subyek pembelajaran. Artinya siswa menjadi pihak yang melakukan

kegiatan belajar, sedangkan guru memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar

tersebut. Hal itu tercermin dari kegiatan mereka mengerjakan tugas-tugas yang

disampaikan oleh guru baik secara perorangan maupun kelompok. Dengan

mengerjakan tugas-tugas itulah mereka belajar secara kolaborasi antara siswa

reguler dan siswa berkebutuhan khusus dan hal itu mereka kerjakan setelah

mendapatkan teori dari guru didalam kelas yang kemudian mereka

implikasikan dalam bentuk praktek diluar kelas.

Seperti pada waktu pembelajaran matematika dan IPS dengan tema

bangun ruang, dari materi yang dijelaskan oleh guru didalam kelas lalu siswa

secara kelompok menerapkan diluar kelas dengan ukuran ruang kelas mereka

lalu mebuat skalanya, telah dikemukakan sebelumnya kegiatan secara

kelompok adalah kegiatan kelas yang menuntut siswa terlibat aktif di dalam

Page 138: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxviii

dan diluar kelas untuk memahami atau menyampaikan pesan. Memahami

pesan dilakukan melalui kegiatan mendengar penjelasan guru dan meraba

bahan ajar, sedangkan menyampaikan pesan adalah mereka lakukan melalui

kegiatan presentasi hasil kerja kelompok didalam kelas maupun diluar kelas.

Lebih lanjut digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar : Hubungan antara komponen dalam pembelajaran terpadu

f. Prestasi Siswa SMP Negeri 4 Wonogiri Sebagai Sekolah Rintisan Inklusi.

Prestasi yang dimaksud disini adalh prestasi belajar siswa sebagai

indikator peningkatan proses belajar mengajar akibat pengaruh penerapan model

modifikasi bahan ajar, baik prestasi akademik maupun non akademik. Prsetasi

akademik dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tidak terlalu jauh jelek

dibanding dengan SMP siswa reguler, artinya bahwa siswa SMP Negeri 4

kurikulum Tujuan pembelajaran

guru KBM di dalam dan diluar kelas Siswa

Materi Pelajaran

Page 139: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxix

Wonogiri yang note bene sebagai sekolah rintisan inklusi, tetapi nilai hasil belajar

di banding dengan siswa SMP reguler tidak terlalu jauh berbeda, bahkan tidak

sedikit lulusan SMP Negeri 4 Wonogiri yang melanjutkan ke SLTA Negeri di

Wonogiri. Dengan demikian ijasah SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai rintisan

inklusi di akui sama dengan ijasah SMP reguler.

Kemudian disamping nilai akademis yang dapat dilihat pada leger nilai,

raport,laporan perkembangan siswa, juga prestasi non akademik yang diraih oleh

siswa-siswi SMP Negeri 4 Wonogiri begitu mengembirakan, dapat dilihat dari

banyaknya piagam, piala atau tropi yang diperolehnya, antara lain: lomba-lomba

yang diselenggarakan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi sampai

dengan tingkat Nasional, sebagaimana disampaikan oleh guru bidang stadi:

” ...benar bu, semenjak empat tahun terakhir SMP Negeri 4 Wonogiri menerapkan model modifikasi bahan ajar ternyata meningkatkan motivasi belajar seratus persen, sampai dengan tahun pelajaran 2009/2010”.( CL. 05).

Hal ini juga diperkuat oleh ungkapan salah satu siswa inklusi kepada

peneliti:

”...benar bu, dengan model modifikasi bahan ajar yang digunakan oleh guru di kelas, ditambah kelompok belajar dan tutor sebaya nilai kami tidak terlalu jelek bahkan kami tidak pernah remidi setiap KD selalu tuntas”. (CL. 06 ).

Page 140: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxl

Berikut digambarkan dalam diagram:

Gambar: Diagram Prestasi Siswa

Bertitik tolak uraian diatas kegiatan belajar mengajar pada sekolah

inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri dengan model modifikasi bahan ajar

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa berkebutuhan khusus, karena

mampu membelajarkan siswa secara efektif dan mampu meningkatkan prestasi

belajar siswa berkebutuhan khusus sehingga meningkatkan taraf sosial dan

taraf intelektual.

Prestasi siswa: akademik dan non

akademik

Pembelajaran di sekolah dengan model modifikasi bahan ajar

Kegiatan intra kurikuler

Kegiatan Ekstra kurikuler

Page 141: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxli

2. Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model

Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP

Negari 4 Wonogiri.

Pelaksanaan model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi di SMP

Negeri 4 Wonogiri tidak luput dari hambatan/kendala dan cara mengatasinya,

yang ada secara umum meliputi:

1) Hambatan/kendala faktor ekonomi orang tua.

Siswa-siswi SMP Negeri 4 Wonogiri khususnya dan pendidikan

inklusi pada umumnya adalah dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal

ini terjadi karena banyak orang tua siswa menyekolahkan anaknya di SMP

Negeri 4 yang letak dan pembiayaan pembelajaran tidak begitu besar,

karena sebagian besar SMP Negeri di Wonogiri sudah RSBI dan biaya yg

cukup tinggi. Seperti ungakapan salah satu siswa:

“…ya bu, di SMP Negeri 4 uang SPP dan uang pengembangannya sangat murah, bahkan yang tidak mampu bisa gratis dan yang berprestasi akan mendapatkan beasiswa”.( CL. 06).

Berdasarkan hasil pengamat peneliti ternyata siswa SMP Negeri 4

Wonogiri masih banyak yang tidak mempunyai buku penunjang pelajaran

atau referensi, sedangkan buku paket bagi anak tuna netra juga belum ada

kekhususan untuk menunjang proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan

salah siswa:

“…ya bu saya sebenarnya ingin memiliki buku paket, tetapi untuk kebutuhan saya khususnya tunanetra belum tercukupi, sedangkan kalau mau beli juga belum tersedia di took-toko buku dan kalaupun ada mungkin terlalu mahal” ( CL.06 ).

Page 142: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlii

Disisi lain peran pemerintah dalam bentuk bantuan untuk sekolah inklusi

belum memadahi. Ini akibatnya program kerja untuk peningkatan mutu

ataupun kebutuhan operasional sekolah sering terhambat. Hal ini disampaikan

oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum kepada penulis:

“….Ya hambatan terutama peralatan, peralatan itu kalau karena perkembangan teknologi harus mengikuti perkembangan teknologi, disamping juga mungkin rasio itu masih belum cukup. Mestinya kan setiap memberi pembelajaran dengan anak tunanetra sebagai guru harus memiliki atau setiap anak memiliki alat-alat sendiri, agar proses pembelajaran itu dapat tercapai dengan maksimal. Karena anak tunanetra tanpa dibimbing satu-satu akan sulit untuk menerima tidak seperti anak-anak normal lainnya”. ( CL. 03 ).

Dari kendala diatas mengenai keterbatasan buku paket dan alat-alat

pembelajaran, menurut hemat peneliti sebaiknya guru dalam mengajar guru

banyak memberi bimbingan dan membuat media yang bisa memperjelas

bagi anak tunanetra.

2) Hambatan yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar (PBM).

Hambatan/kendala yang berikutnya adalah Proses Belajar Mengajar,

dalam pembelajaran dikelas kebanyakan guru memandang anak

berkebutuhan khusus (ABK) sama halnya dengan anak yang regular. Dalam

pembelajarannya anak tidak mendapatkan konsep terlebih dahulu sebelum

guru memberikan materi. Guru lebih memperlakukan sama antara anak

regular dan ABK. Khususnya para guru di Inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri

banyak yang belum memahami jiwa siswa, Seperti yang disampaikan oleh

guru khusus inklusi kepada penulis:

Page 143: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxliii

“…..Untuk proses belejar mengajar memang banyak kendala khususnya pada pembelajaran dikelas, guru kadang banyak memperlakukan sama antara anak ABK dan regular karena satu kelas. Memang sulit untuk memilah-milah dan mengatur strategi karena dalam pembelajaran dikelas anatara anak regular dan ABK lebih banyak regulernya. Dalam pembelajaran dikelas guru biasanya banyak menggunakan metode ceramah untuk memudahkan siswa berkebutuhan khusus mudah menerima, tetapi untuk yang regular banyak kejenuhannya. Jadi merupakan kendala besar bagi guru dalam PBM”. ( CL. 04 ).

Dalam proses pembelajaran terutama anak ABK sangat lambat dalam

menerima pelajaran matematika khususnya berhitung, disini guru kadang

tidak mentoleransi keadaan siswa yang ABK.karena guru juga dituntut

proses pembelajaran ketuntasan materi. Contohnya dalam pemakaian alat

peraga siswa regular dapat menggunakan tanpa dibimbing guru, tetapi

untuk ABK harus ada bimbingan khusus dalam menggunakan model

bahan ajar yang disajikan oleh guru, seperti yang diungkapkan ketua

penyelenggaraan inklusi di kepada penulis:

“……Sebenarnya untuk proses pembelajaran dikelas bisa berjalan dengan baik sepajanng media yang digunakan guru itu dapat diterima oleh anak-anak di kelas (anak regular dan ABK). Tetapi yang menjadi kendala adalah beban waktu yang kurang, karena ABK harus dibimbing sendiri atau khusus untuk memudahkan mereka lebih jelas dengan materi yang disampaikan oleh guru”. (CL. 02)

3) Hambatan/kendala Kesiapan ketrampilan dan kemampuan guru yang

kurang variatif cenderung membosankan dan membuat pembelajaran pasif.

Dalam proses mengajar kadang kala guru lupa mempersiapkan atau

terbatasnya media yang akan diajarkan khusus untuk ABK, hal ini akan

Page 144: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxliv

membuat jenuh peserta didik khususnya ABK. Terkadang juga guru juga

harus mempersiapkan media yang disajikan untuk ABK dan anak regular

sudah begitu paham, hal ini juga kurang member daya tarik media pada

anak regular dan akan menimbulkan kejenuhan dalam pembelajaran yang

berlangsung seperti yang di ungkapkan oleh guru dikelas regular:

“….Memang dalam persiapan mengajar kadang membinggungkan dalam hal mempersiapkan media khususnya, media untuk anak tunanetra kadang dipandang anak yang regular sudah tidak menarik lagi seperti mainan anak-anak dan akan menimbulkan ferbalisme pada anak-anak serta akan menimbulkan kegaduhan karena menganggap media itu suatu mainan, tetapi apabila kita menyediakan media untuk anak regular anak tunanetra akan merasa kesulitan contohnya menerangkan macam-macam tempat ibadah. (CL. 05).

4) Hambatan/kendala keterbatasan guru untuk mengikuti pelatihan.

Hambatan ini dikarenakannya keterbatasan guru inklusi yang khusus di

SMP Negeri 4 Wonogiri, sehingga para guru regular sangat terbatas untuk

mengikuti pelatihan yang khusus dan cara mendidik anak berkebutuhan

khusus menjadi lebih baik. Karena tidak mudah dalam membina, mengerti

dan mengajar anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan inilah maka guru

dalam pola pembelajaranya enggan melaksanakan perubahan dan mengerti

keadaan siswa yang berkebutuhan khusus. Dan keterbatasan ilmu tentang

psikologi untuk anak berkebutuhan khusus tersebut membuat para guru

selalu menyamakan antara peserta didik regular dan anak berkebutuhan

khusus untuk mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Seperti ungkapan

salah satu guru khusus inklusi: .

Page 145: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlv

“ sebaiknya memang para guru itu diberi suatu bekal dalam akan mengajar di sekolah inklusi,karena tidaklah mudah menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus, kita harus tanggap dengan sikap, kata-kata maupun perbuatan mereka terutama yang harus kita plajari adalah psikologi anak, karena anak berkebutuhan khusus sangatlah peka terhadap ucapan ataupun perbuatan kita yang kita anggap biasa tapi dianggap menyinggung bagi mereka”. ( CL. 04 ).

5) Hambatan/kendala perbedaan kemampuan individu dalam hal ini

perbedaan peserta didik normal/regular dan peserta didik yang

membutuhkan layanan khusus. Perbedaan ini kadang kala membuat anak

merasa minder karena keadaanya yang kurang lengkap. Karena kurangnya

sosialisasi dari lingkungan sekolahan maka dengan kekurangan ini kadang

menjadikan ejekan dan dijadikannya mainnan untuk teman-temannya

dikelasnya. Seperti yang teleh diungkapkan salah satu siswa:

“ Ya kadang saya minder dengan keadaan saya, apalagi kalau mendengar teman-teman bisa menjawab pertanyaan dan apabila saya ditertawain saat menjawab, saya merasa minder sekali. Tapi sudah menjadi pilihan saya dan saya harus sportif dengan cita-cita saya untuk bisa sekolah lebih tinggi melalui sekolah inklusi ini”. (CL. 06 ).

Faktor untuk mengatasi hambatan diatas adalah faktor pendukung

sebagai instrument atau unsur yang berpotensi, berdaya guna dan berhasil guna

dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengatasi tujuan yang hendak

dicapai anatara lain adalah:

1) Sumber daya manusiayaitu:

a) Guru yang berkualitas dan professional.

Page 146: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlvi

Peranan guru dalam kegiatan belajar sangatlah berperan, karena

keberhasilan proses belajar mengajar juga ditentukan oleh peranan

guru. Maka dari itu guru harus memiliki kompetensi profsional yang

mencangkup kemampuan dalam hal; mengerti dn dapat menerapkan

landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, mengerti dan dapat

menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan

prilaku anak, mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan,

mengerti dan dapat menerpakan metode mengajar yang sesuai, dapat

mengunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lainnya,

dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran, dapat

mengevaluasi dan dapat menumbuhkan kepribadian anak.

b) Orang tua yang memahami kebutuhan pendidikan bagi anaknya.

Peran orang tua juga sangat mendukung kelangsungan anak untuk

meneruskan jenjang yang lebih tinggi. Karena peran orang tua yang

menentukan maka sebaiknya orang tua juga mendorong anak supaya

dapat meneruskan jenjang pendidikan dengan memperhatikan dan

mendampingi saat belajar meskipun anak itu berkebutuhan khusus.

Oaring tua harus memiliki prinsip cacat bukan suatu halangan untuk

maju tetapi mendorong supaya lebih atau sama dengan teman-teman

sebayanya.

c) Lembaga Swdaya Masyarakat yang peduli terhadap pendidikan.

Kepedulian lembaga sosial masyarakat akan memberikan semangat

anak untuk tetap berkarya dan tetap berusaha lebih maju dari orang lain

Page 147: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlvii

yang sama dengan mereka. Lembaga masyarakat yang baik akan selalu

memberi sosialisasi terhadap lingkungan yang berkenaan dengan anak-

anak yang berkebutuhan khusus, contohnya member wawasan pada

masyarakat bahwa anak berkebutuhan khusus juga ingin sekolah seperti

yang lain dan ingin bersosialisasi terhadap lingkungan maka

masyarakat dan akan menerima apa adanya.

d) Tutor sebaya.

Penerapan system pembelajaran diluar sekolah yang dipandu oleh guru

dapat meningkatkan keakrapan dan dapat memahami keadaan siswa

baik dari lingkungan keluaraga maupun dari diri pribadi. Dalam tutor

sebaya anak dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif dan motivasi belajar

yang kuat. Dengan adanya itu siswa diaharapkan dapam belajarnya

memiliki kemandirian dan memiliki motivasi belajar secara inisiatif

sendiri baik dilakukan secara kelompok maupun individu.

e) Para ahli yang berkaitan: psikologi, terapis, psikotrapi dan lain-lain.

Dengan adanya para ahli tersebut anak merasa tak terbebani, karena

anak bias mencurahkan apa yang menjadi beban pikiran. Biasanya anak

berkebutuhan khusus sangatlah peka dengan apa yang ada disekitarnya,

mudah tersinggung dan marah. Maka dengan adanya para ahli tersebut

bias menjadi teman ngobrol atau teman berbagi.

2) Sarana Prasarana

Tempat pembelajaran yang ramah terhadap pembelajaran yang kondusif

dengan aksesibillitas akan memudahkan anak berkebutuhan khusus

Page 148: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlviii

bersemangat dan termotifasi untuk belajar dengan tekun. Sarana prasarana

yang menunjang dapat untuk perantara mereka memahami apa yang

menjadi tujuan pembelajran yang disajikan oleh guru.

3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa

Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.

Berdasarkan situasi dan kondisi yang dirasakan oleh guru dan ketua

penyelenggara pendidikan inklusi, dengan digunakannya model modifikasi bahan

ajar pendidikan inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri mulai dipergunakan sejak

tahun 2009 sampai sekarang, dapat meningkatkan kreatifitas dan kinerja guru

dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kewenangan guru dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar semakin luas karena guru diberikan

kesempatan untuk dapat mengembangkan sendiri rencana pelaksanaan model

pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kebutuhan siswa

berkebutuhan khusus dengan tetap memperhatikan panduan yang ada dalam

pelaksanaan model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi.

Model modifikasi bahan ajar memberikan banyak manfaat dalam

pembelajaran dimasa mendatang bagi guru dan para siswa untuk mengembangkan

program pembelajaran sesuai dengan misi dan visi yang akan dicapai. Model

modifikasi bahan ajar sebagai acuan dalam proses pembelajaran anak didik

tunanetra di sekolah reguler, guru memperhatikan peserta didik tunanetra dalam

penyerapan bahan ajar melalui pendengaran dan perabaab. Dengan menyadari

Page 149: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlix

dalam menyajikan bahan ajar guru dituntut untuk memodifikasi bahan ajar

tersebut.

Melakukan modifikasi memerlukan mekanisme tersendiri agar alurnya

dapat dipertanggung jawabkan. Salah satunya cara untuk memenuhi tuntunan

bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan melalui mekanisme sebagai berikut:

a. Identifikasi bahan ajar sekolah umum.

Dalam langkah awal guru pendidikan inklusi harus mengkaji bahan

dari sekolah umum untuk mengetahui pada bagian mana dari bahan

ajar tersebut yang dimungkinkan sulit dikuasai oleh peserta didik

berkebutuhan khusus. Inventarisasi atas bahan ajar yang sulit dikuasai

peserta didik berkenutuhan khusus tersebut nantinya diupayakan untuk

memodifikasi agar mudah dipelajari. Jalan yang ditempuh bias dengan

menyederhanakan, memberikan contoh konkrit dan sebagainya.

b. Melakukan asesmen terhadap kemampuan peserta didik kebutuhan

khusus sehingga diketahui dari jumlah bahan ajar yang telah dikaji dari

bahan ajar sekolah umum tersebut, bagian bahan ajar mana yang telah

dikuasai peserta didik. Berdasarkan hasil assesmen tersebut digunakan

untuk memisahkan bagian mana dari bahan ajar yang benar-benar

harus dimodifikasi.langkah penting agar tidak semua bahan ajar

langsung dimodifikasi.

c. Memodifikasi bahan ajar sesuai dengan karakter peserta didik

berkebutuhan khusus. Kegiatan memodifikasi bahan ajar untuk peserta

didik berkebutuhan khusus sangat dipengaruhui oleh karakter siswa,

Page 150: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cl

sehingga bentuk dan corak modifikasinya sangat tergantung pada

target peserta didik yang dituju.

d. Melakuakan ceking hasil modifikasi bahan ajar, langkah ini

bermanfaat untuk mengendalikan agar hasil modifikasi memang tetap

dalam kerangka standar yang ditetapkan dalam persyaratan isi. Bahan

ajar yang telah dimodifikasikan harus diek dengan tuntutan standar isi

maupun indicator.

e. Menentukan sumber belajar, mekanisme memodifikasi bahan ajar

adalah menentukan sumber bahan ajar yang nantinya dijadikan sumber

perluasan dan pendalaman bahan ajar bagi peserta didik sehingga

siswa dapat belajar lebih berhasil. Guru harus menentukan dari bahan

ajar yang mana harus disediakan sumber belajar tertentu yang lebih

tepat serta bahan ajar yang lainnya untuk disediakan sumber belajar

lainnya.

C. Pembahasan Temuan Penelitian.

Pada uraian sebelumnya telah peneliti sajikan hasil temuan-temuan

penelitian. Agar data tersebut dapat ditafsirkan sebagai temuan yang baik, akan

diadakan pembahasan dengan membandingkan kajian teori yang ada.

Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar pada intinya adalah pembelajaran

yang memudahkan siswa berkebutuhan khusus untuk dapat mengerti dan

memahami dalam proses pembelajaran yang berlangsung baik dikelas maupun

diluar kelas.

Page 151: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cli

Maksud dan tujuan mengajar dengan menggunakan model pembelajran

terpadu adalah agar para siswa pada sekolah inklusi khususnya di SMP Negeri 4

Wonogiri mau dan mampu menerima materi dalam kondidsi belajar yang berbeda

latar belakang fisik, sosial, intelektual, emosional maupun sensoris dan siswa

mudah dalam belajar serta yang lebih penting materi bisa tahan lama dalam

ingatannya. Oleh karena itu tekanan kegiatan pembelajaran tidak terletak pada

berapa jumlah materi pembelajaran yang harus diberikan pada siswa tetapi lebih

ditekankan pada berapa materi pelajaran yang harusnya dikuasai siswa.

Bertitik tolak dari hal-hal tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa Departemen pendidikan Nasional telah mengeluarkan beberapa petunjuk

yang dapat dipakai sebagai acuan dalam proses belajar mengajar disekolah inklusi

yang sebaiknya menggunakan model pembelajaran dengan menjadikan

lingkungan inklusif, ramah terhadap pembelajaran, salah satunya adalah

penerapan model modifikasi bahan ajar sehingga meniadakan batas-batas berbagai

mata pelajaran dalam bentuk unit-unit atau keseluruhan dan juga meniadakan

batas-batas antara siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler berikut

pembahasannya:

1. Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan

Inklusi SiswaTunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Sebagaimana diskripsi temuan penelitian, pembahasan atas temuan

penelitian tentang model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi siswa tunanetra

di SMP Negeri 4 Wonogiri dilakukan dari enam demensi yaitu: (1) pelaksanaan

model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri (2) Struktur kurikulum

Page 152: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clii

pendidikan inklusi. (3) Bentuk kegiatan belajar mengajar. (4) jenis dan peranan

materi pelajaran dan kegiatan mengajar. (5) peranan guru dan siswa dalam PBM

dalam mencapai prestasi belajar. (6) Prestasi siswa SMP Negeri 4 Wonogiri

sebagai rintisan inklusi.

a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Di SMP Negeri 4 Wonogiri.

Pelaksanaan pembelajaran pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4

Wonogiri adalah agar siswa mau dan mampu menerima materi pelajaran dalam

kondisi belajar yang berbeda latar belakang fisik, social, intelektual, emosional,

dan sensorik yang terjadi dalam kegiatan dilingkungan sekolah. Hal itu sesuai

dengan teori pembelajaran berdasarkan psikologi humanistic (Tuti Sukamto,

1996), pada teori ini dalam menyusun pembelajaran perlu memperhatikan

pengalaman emosional, karakteristik khusus seseorang,aktualisasi

diri,pemahaman diri serta realisasi diri orang yang belajar.

Tak terkecuali dengan model modifikasi pembelajaran terpadu yang

memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan

kebutuhan (Cony Setiawan Stamboel< 1982), dengan pembelajaran yang

direncanakan bersama-sama antara guru dalam tim dan antara guru dengan

siswa, mereka akan termotivasi untuk belajar, dan siswa akan belajar tanpa

paksaan, sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, keberanian dan

kemandirian. Dengan demikian paksaan pelaksanaan program pembelajaran

dengan model modifikasi bahan ajar akan memberikan kontribusi bagi siswa

secara langsung serta guru yang melaksanakan. Siswa lebih mampu mengatur

cara belanjanya sendiri, sebaliknya untuk guru keberhasilan siswa dalam

Page 153: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cliii

belajar akan memberikan rasa puas serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk

lebih mengembangkan cara mengajarnya.

Dari uraian diatas berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan pihak

sekolah dalam mendesain model modifikasi bahan ajar membuat tim yang

terdiri dari perwakilan guru mata pelajaran dengan diarahkan guru khusus

inklusi, namun belum melibatkan siswa untuk mendesain topik pembelajaran.

b. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus.

Kurikulum berarti susunan rencana pelajara (KBBI), didalam kurikulum

dapat dilihat bagaimana butir-butir pelajaran disusun dan diorganisasikan.

Penyusunan dan pengorganisasian meteri pelajaran tersebut mencerminkan

pendekatan yang digunakan yang pada dasranya berbeda-beda.

Sejauh ini sudah terjadi beberapa kali pergantian kurikulum dan yang

terakhir saat ini dipakai yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

sehubungan dengan hal tersebut diatas kurikulum yang diterapkan di SMP

Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi adalah kurikulum sekolah

regular dalam hal ini adalah kurikulum tingkatan satuan pendidikan.

Sedangkan untuk muatan local disesuaikan dengan kondisi sekolah, yaitu

materi yang ada disekitar sekolah yang disebut kurikulum berbasis lingkungan

dan yang lebih penting siswa regular maupun siswa berkebutuhan khusus

sama-sama bias mengakses.

Dari uraian diatas berdasar pengamatan penelitian dilapangan penerapan

kurikulum di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi sudah

Page 154: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cliv

menerapkan kurikulum sekolah regular dalam hal ini kurikulum tingkat satuan

pendidikan dan kurikulum yang berbasis lingkungan.

c. Bentuk Proses Belajar Mengajar.

Tujaun utama pembelajaran model modifikasi bahan ajar pada sekolah

inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah agar siswa mau dan mampu

menerima materi dengan kondisi latar belakang yang berbeda, maka kegiatan

belajar mengajar yang diterapkan adalah belajar didalam dan diluar kelas serta

belajar diluar sekolah yang berlangsung bersama-sama antara siswa regular

dengan siswa berkebutuhan khusus hal itu sesuai dengan pernyataan

Salamanca (2006), bahwa prinsip dasar dari sekolah inklusi adalah bahwa

selama memungkinkan semua anak seyohyanya belajar bersama-sama tanpa

memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka

sehingga semua anak dengan berbagai latar belakang perbedaan dapat

tersentuh oleh layanan pendidikan yang efektif dan kreatif (Miriam D. Skjorten

dan Berit H Johnsen serta Cliiff Mayers 2005). Mengacu pada teori diatas

terkait dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 4

Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi, penerapannya berlangsung didalam

dan diluar kelas serta diluar sekolah akan membantu siswa dalam menguasai

materi dan menghilangkan rasa perbedaan.

d. Jenis Dan Peran Materi Pelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar.

Materi ajar pada pada sekolah inklusi berfungsi sebagai sarana yang

memperlancar jalannya pembelajaran yang berupa pembelajaran didalam dan

diluar kelas, bila hal itu dikaitkan denganteori pengembangan pembelajaran,

Page 155: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clv

bahwa pengembangan pembelajaran merupakan pengembangan sumber-

sumber belajar secara sistematis agar dapat terjadi perubahan prilaku. Maka

fungsi materi ajar di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah inklusi dengan

menkolaborasikan beberapa mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema

akan merupakan metode yang sistematis dalam penyampaiannya, dan akan

membawa perubahan pada prilaku siswa yang semula kurang berminat

mengikuti pelajaran yang dianggap sulit, dan ketika mata pelajran tersebut

dikolaborasikan dengan mata pelajaran lain, ternyata menjadi daya tarik siswa

untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Hal inipun sesuai dengan teori pembelajaran Geralc dan Ely dalam Karti

Suharto (1955) bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih

untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu

yang meliputi sifat dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman

belajar pada siswa, dan kenyataannya strategi pembelajaran dengan

mengkolaborasikan bebrapa mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema

merupakan pilihan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan

belajar sekolah inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri.

e. Peran Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar.

Menurut Atwi Suparman tugas atau peran guru dalam PBM ada beberapa

tahap yaitu (1) tahap pengemabangan, (2) tahap pelaksanaan intriksional, dan

(3) tahap evaluasi pelaksanaan intruksional. Dalam kaitan dengan teori tersebut

peran guru di sekolah inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri yang tergabung dalam

tim kolaborasi, langkah awal adalah melaksanakan pengembangan

Page 156: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clvi

instruksional dengan merancang atau menetapkan tujuan serta mendesain

kegiatan, selanjutnya pelaksanaan PBM melibatkan seluruh guru, sedangkan

dalam evaluasi dilakukan sendiri-sendiri karena mata pelajaran aspek

penilainnya tidak sama. Sedangkan siswa memperhatikan, mempraktekan dan

bertanya serta menjawab materi yang telah disajikan oleh guru.

Dari uraian diatas tampak bahwa peran guru dalam PBM sangat luas,

hasil pengamata ndilapangan juga memperlihatkan bahwa peran guru

memainkan peran yang variatif yaitu menyampaikan tugas, memotivasi siswa,

memberi fasilitas belajar siswa, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Peran-

peran tersebut dimainkan dan diperlukan agar siswa benar-benar dapat belajar

dengan baik, yang akan mengantarkan siswa untuk lebig berprestasi. Begitu

juga dengan peran siswa juga harus bias memanfaatkan motivasi dan

melaksanakan tugas dari guru untuk dapat mencapai prestasi yang diharapakan.

f. Prestasi Siswa SMP Negeri 4 Wonogiri Sebagai Sekolah Rintisan Inklusi.

Motivasi yang dimiliki siswa berkebutuhan khusus cukup tinggi, terlihat

adanya dorongan untuk belajar agar prestesi belajarnya tercapai. Siswa

berkebutuhan khusus terlihat adanya minat, perhatian dan bekerja keras agar

prestasi belajarnya tercapai. Tingginya motivasi belajar terefleksi dengan

temuan berikut: ia selalu masuk sekolah dan selalu hadir dalam kegiatan

kelompok tutor sebaya. Kerajinan tersebut ia lakukan karena ia merasa kurang

dan ingin berprestasi sebaik mungkin dan tidak ingin nilainya jelek, ia juga

ingin meneladani kesuksesan teman-teman regular.

Page 157: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clvii

Indikasi adanya motivasi belajar yang tinggi juga peneliti temukan dalam

ketaatannya mengikuti tata tertib sekolah. Dalam sepanjang perjalanan di SMP

Negeri 4 Wonogiri siswa-siswi berkebutuhan khusus belum pernah melanggar

tata tertib sekolah.

2. Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model

Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP

Negari 4 Wonogiri.

Kendala ataupun hambatan dalam sebuah program kegiatan disuatu

lembaga pasti selalu ada, tak terkecuali disekolah inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri

dalam kegiatan belajar maupun dalam operasional lain, yang menyangkut

aktivitas siswa terdapat beberapa kendala diantaranya Hambatan/kendala faktor

ekonomi orang tua, Hambatan yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar

(PBM), Hambatan/kendala Kesiapan ketrampilan dan kemampuan guru yang

kurang variatif cenderung membosankan dan membuat pembelajaran pasif,

Hambatan/kendala keterbatasan guru untuk mengikuti pelatihan, dan

Hambatan/kendala perbedaan kemampuan individu dalam hal ini perbedaan

peserta didik normal/regular dan peserta didik yang membutuhkan layanan

khusus.

Dari beberapa kendala atau hambatan tersebut bila dikaitkan dengan teori

sekolah inklusi, bahwa setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya dapat

dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau

penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana pendidikan dan

kependidikan, system pembelajaran sampai dengan system penilaian.(Direktorat

Page 158: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clviii

PSLB, Dinas Pendidikan Nasional) maka konsekuen penyelenggara pendidikan

inklusi dalam hal ini pihak sekolah dituntut melakukan berbagai perubahan, mulai

cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorentasi pada

kebutuhan individu tanpa diskriminasi.

Dari hasil pengamatan diatas bahwa kendala-kendala itu dapat diatasi

dengan factor-faktor yang telah ada. Hasil yang diharapakan dari model

modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi adalah:

1) Baik peserta didik yang normal/umum maupun peserta didik yang

berkebutuhan khusus dapat menerima dan memahami bahan ajar dengan

mudah dalam proses belajar mengajar.

2) Guru dapat menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik dengan tepat

sehingga tidak terjadi kesenjangan sosisal dalam kelas atau merasa rendah

diri karena keadaan fisik.

3) Untuk memudahkan proses pembelajaran guru hendaknya menyiapkan

dulu model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi apabila di kelas

regular tidak memungkinkan dipakai anak berkebutuhan khusus.

4) Lembaga Masyarakat/sekolahan yang menjadi penyelengara inklusi

sebaiknya pada awal tahun member sosialisasi dilingkunganya, agar anak

berkebutuhan khusus dapat diterima dilingkungan sekolah atau lingkungan

kelas.

Dari uraian diatas berdasar hasil pengamatan dilapangan pihak sekolah

telah berusaha untuk mengatasi berbagai kendala tersebut diatas tertentu saja

sesuai dengan tingkatan kemampuan sekolah, dan kenyataannya dari berbagai

Page 159: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clix

kendala yang ada proses belajar mengajar tetap berlangsung lancer, aktivitas siswa

tunanetra juga tidak terganggu, namun demikian khusus untuk guru pendamping

pihak sekolah belum menjalin kerja sama dengan Sekolah Luar Biasa setempat.

Hal itu tidak menutup kemungkinan untuk bias kerja sama dengan SLB setempat

mengingat siswa berkebutuhan khusus yang tergolong tunanetra sangat

membutuhkan guru pendamping dan kenyataannya di SMP Negeri 4 Wonogiri

terdapat siswa tunanetra walau jumlahnya hanya sedikit.

3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa

Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.

Dari pelaksanaan Model Pembelajaran Modifikasi Bahan Ajar yang

diterapkan pada SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi dengan

meniadakan batas-batas berbagai mata pelajaran dalam bentuk unit-unit atau

keseluruhan dan meniadakan batas layanan antara siswa berkebutuhan khusus

dengan siswa reguler biasa terlihar dari prestasi yang dimiliki oleh siswa-siswa

tanpa kecuali. Siswa berkebutuhan khusus yang merasa diperlakukan sama atau

diberi layanan yang sama dengan anak reguler dalam kegiatan pembelajaran,

mereka mempunyai rasa percaya diri dan tentu saja dari rasa percaya diri yang

tinggi tersebut menambah daya kreasi dan keberanian untuk mengemukakan

pendapat, ditambah lagi model pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 4

Wonogiri yaitu lima puluh persen didalam kelas dan lima puluh persen didalam

kelas.

Page 160: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clx

Dari penelitian dilapangan ditemukan bahwa motivasi yang dimiliki siswa

berkebutuhan khusus cukup tinggi, terlihat adanya dorongan untuk belajar agar

prestasi belajarnya tercapai. Siswa berkebutuhan khusus terlihat adanya minat,

perhatian dan bekerja keras agar prestasi belajarnya tercapai. Tingginya motivasi

belajar terefleksi dalam temuan berikut: ia selalu masuk sekolah, dan selalu hadir

dalam kegiatan kelompok tutor sebaya. Kerajianan tersebut ia lakukan karena

ingin berprestasi sebaik mungkin dan tidak ingin nilainya jelek, ia juga ingin

meneladani kesuksesan teman-teman reguler.

Indikasi adanya motivasi belajar yang tinggi juga peneliti temkan dalam

ketaatannya megikuti tata tertib sekolah.dalam sepanjang perjalanannya d SMP

Negeri 4 Wonogiri, siswa-siswi berkebutuhan khusu beum pernah melanggar tata

tertib sekolah. Itu ia lakukan, karena ia sadar bahwa sebagai siswa SMP Negeri 4

Wonogiri ia wajib mentaati tata tertib yang ada disekolahnya.ia tidk ingin dirinya

atau orang tuanya dipanggil guru gara-gara melanggar tata tertib sekolah.

Selain taat terhaap tata terti sekolah tinginya motivasi belajar siswa

berkebutuhan khusus terefleksi dalam catatannya yang lengkap walaupun

tulisannya kurang bagus.indikasi adanya hasil belajar yang tidak terlalu rendah

peneliti temukan dalam buku leger wali kelas yang menunjukkan adanya nilai

yang mencapai batas tuntas, bahkan tidak sedikit yang mencapai diatas kreteria

ketuntasan minimal (KKM).

Dari hasil penelitian bahwa Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model

Pembelajaran Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri dapat

dilaksanakan dengan cara:

Page 161: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxi

1) Guru dapat mengembangkan dan menggunakan model bahan ajar dengan

karya sendiri, yang mana guru dalam proses belajar mengajar yang dapat

memahami keadaan siswa baik dalam perkembangan ataupun dalam

keadaan siswa.

2) Dengan mengevaluasi hasil model pembelajaran yang disajikan

kemudian lebih dikembangkan dalam proses pembelajaran yang lain

supaya anak didik tidak merasa jenuh dengan metode maupun model

pembelajaran yang disajikan oleh guru.

3) Dapat memodifikasi model bahan ajar supaya anak didik lebih tertaik

dengan penyajian yang guru berikan sesuai dengan karakter dan keadaan

siswa berkebutuhan khusus.

4) Selalu menindak lanjuti hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan

untuk mengembangkan yang lebih dalam penyajian berikutnya sesuai

dengan indikator dan standar isi yang ada.

5) Mencari sumber belajar yang lain dengan memodifikasikan dengan

bahan ajar yang telah ada agar dalam proses pembelajaran lebih kondusif.

Page 162: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajara Pendidikan

Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Dari hasil temuan penelitian model modifikasi bahan ajar pada sekolah

inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama

adalah Pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri sudah

sesuai dan sejalan dengan tuntunan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

1945 pasal 31, Uandang-Undang no. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat,

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 3.

Prinsip-prinsip pengembangan dan model pembelajaran inklusi yang harus

dilaksanakan sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang pelaksanaanya

disesuaikan dengan situasi dan kondisi di SMP Negeri 4 Wonogiri.

Kedua adalah model kurikulum pengajaran di SMP Negeri 4 Wonogiri

sebagai sekolah rintisan menggunakan kurikulum sekolah regular yaitu tingkatan

satuan pendidikan atau KTSP dengan memadukan materi antara mata pelajaran

yang mempunyai kesamaan tema yang meliputi mata pelajaran matematika, IPA,

IPS, Bahasa dan Agama. Sedangkan mata pelajaran lainnya tidak dikolaborasikan,

oleh karena itu tema memiliki peran sangat penting, yaitu mengorganisasikan dan

sekaligus menjadi konteks pengembangan ketrampilan dan pengembangan bahan

ajar.

Page 163: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxiii

Ketiga adalah bentuk dan prosedur kegiatan belajar mengajar di SMP

Negeri 4 Wonogiri adalah dengan system lima puluh persen di kelas dan lima

puluh persen di dalam kelas, guru menyampaikan materi dan memberi tugas

kepada siswa dan siswa mengerjakan tugas itu. Melalui kegiatan belajar mengajar

itu, kemampuan menguasai dan mengimplementasi materi semakin mantap bagi

siswa regular dan bagi siswa berkebutuhan khusus ada pengalaman kongkrit

sehingga akan bertahan lama dalam ingatan.

Keempat adalah jenis dan fungsi materi pelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar. Sesuai dengan kegiatannya meteri model modeifikasi bahan ajar yang

diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri berbentuk kolaborasi antaramata pelajaran

yang mempunyai kesamaan tema yang kesemuannya berfungsi sebagai sarana

memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar.

Kelima adalah peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,

peran guru adalah menyampaikan tugas, memotifasi, member fasilitas belajar

siswa dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar siswa. Sementara itu peran

siswa hanya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Dari kelima dimensi tersebut, yaitu dimensi tujuan pembelajaran, model

kurikulum, bentuk kegiatan belajar mengajar, jenis dan fungsi materi pelajaran

serta peran siswa dan guru, dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

prinsip-prinsip model modifikasi bahan ajar. Namun secara keseluruhan

implementasi model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4

Wonogiri termasuk kategori sedang dengan indicator (1) perolehan nilai ujian

nasional tidk terlalu tinggi, (2) jumlah lulusan yang diterima disekolah negeri

Page 164: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxiv

yang favorit diatas hanya sedikit, (3) masih ada kendala yang belum teratasi

seperti adanya guru pendamping untuk anak tunanetra.

2. Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model

Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP

Negari 4 Wonogiri.

Dalam kaitannya dengan temuan penelitian tentang Kendalan Dan Cara

Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan

Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri bahwa terdapat Faktor-faktor

yang menghambat pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4

Wonogiri adalah: (1) Perbedaan kemampuan individu dalam hal pembelajaran,

peserta didik yang “normal”/umum dan peserta didik yang membutuhkan layanan

khusus, (2) Kesiapan kertampilan dan kemampuan guru kurang variatif cenderung

membosankan dan membuat pembelajaran pasif, (3) Pola kemapanan guru

mengakibatkan guru engan untuk melakukan perubahan, (4) Keterbatasan

kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan, (5) Pengetahuan guru yang terbatas,

(6) Kurangnya dukungan dari lingkungan sekolah.

3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa

Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.

Dalam kaitannya dengan temua Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model

Pembelajaran Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model modifikasi bahan ajar memiliki

rancangan yang baik, penerapannya dalam pengajaran juga baik, karena

Page 165: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxv

pendekatan tersebut mampu membelajarkan siswa secara efektif sehingga dapat

meningkatkan taraf sosual anak berkebutuhan kusus diantaranya; terjalin

hubungan yang harmonis antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus,

bagi siswa berkebutuhan khusus tidak merasa termarjinalkan dan toleransi antar

siswa cukup tinggi. Serta meningkatkan taraf intelektual yaitu siswa berkebutuhan

khusus termotivasi belajar oleh siswa reguler,penerapan pembelajaran diluar dan

didalam kelas memantapkan siswa reguler dalam penguasan materi dan bagi siswa

berkebutuhan khusus memperoleh pengalaman yang kongkrit.

Hal ini tercermin dari lima indikator sebagai berikut, pertama tingakat

kehadiran, siswa baik reguler maupun yang berkebutuhan khusus terlihat sama-

samaaktif masuk sekolah maupun juga dalam kegiatan kelompok diluar

sekolah.kedua kegiatan tutor sebaya yang berlangsung pada sore hari. Ketiga

motivasi belajar siswa berkebutuhan khusus bertahan karena bersifat attention,

relefance, konfidence dan setisfacion. Keempat motivasi guru yang ditandai

dengan selalu hadir pada setiap jam tatap muka atau jam mengajar. Dan

kelima,prestasi siswa yang terlihat banyaknya hasil kejuaraan lomba baik

akademis maupun non akademis.

B. Implikasi

Temuan penelitian ini mendukung teori-teori model modifikasi bahan ajar

yang mengutamakan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, terutama yang

berkenaan dengan pengaruh model modifikasi bahan ajar terhadap prestasi belajar

siswa berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi.

Page 166: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxvi

Temuan penelitian ini memperkuat juga teori-teori model modifikasi

bahan ajar yang dalam penyajiannya memadukan antara teori,konsep dan fakta.

Model modifikasi bahan ajar menuntut adanya keterlibatan siswa dalam

menemukan fakta dan konsep melalui proses pembelajaran, dengan menggunakan

model modifikasi bahan ajar berarti keterlibatan mental dan fisik siswa semakin

banyak untuk mempelajari penegtahuan yang dipelajarinya, sehingga siswa dapat

memahami konsep-konsep dan pengetahuan secara lebih baik, penguasaan bahan

yang dipelajari lebih mendalam. Oleh karenanya bagi siswa berkebutuhan khusus

motivasi belajarnya meningkat dan secara umum prestasi lebih baik.

Pendekatan modifikasi bahan ajar dirancang untuk menetapkan prinsip

atau azas keterpaduan dalam bentuk kegiatan atau proses yang berisi serentetan

pengalaman interaksi belajar mengajar secara sengaja diprogramkan untuk

menyatukan unsur-unsur: (1) subjek belajar, (2) subtansi materi yang dipelajari,

(3) tempat lingkungan belajar, (4) kontek situasi dan kondisi belajar peristiwa

belajar yang hendak dipelajari, (5) pemanfaatan berbagai sumber dan fasilitas

belajar (6) dampak-dampak pengiring yang diharapkan dapat dicapai melalui

program yang bersangkutan. Keenam hal tersebut merupakan konsep dan ciri

pokok model modifikasi bahan ajar.

Oleh karena tuntuntan dan perkembangan jaman pelaksanaan model

pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri merupakan suatu bentuk proses

pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang harus dilaksanakan

sehingga nantinaya diharapkan menghasilkan lulusan yang mempunyai prestasi

belajar sesuai dengan perkembangan siswa yang normal. Sebagai tindak lanjut

Page 167: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxvii

untuk menjadikan evaluasi dan revisi guna penyempurnaan pelaksanaan

pendidikan inklusif, perlu disampaikan implikasi sebagai berikut:

a. Adanya contoh konkrit tentang model modifikasi bahan ajar

pendidikan inklusi sesuai kebutuhan guru/kondisi anak didik.

b. Pelatihan guru dalam pemahaman bahan ajar yang tepat untuk anak

didik berkebutuhan khusus.

c. Penambahan/penempatan guru, khususnya guru yang menangani

siswa berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggaraan pendidikan

inklusif.

d. Efektifitas keterlibatan dinas terkait dalam nenangani pendidikan

inklusif.

e. Peran orang tua dalam pendampingan belajar siswa perlu

diciptakan.

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat

dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar di SMP Negeri

4 Wonogiri adalah program pendidikan dalam pengajaran. Menjadi

kewajiban bagi seluruh warga sekolah khususnya para pendidik dalam

rangka mempersiapkan kualitas proses belajar mengajar untuk

menghasilkan ketuntasan yang maksimal.

Page 168: RETNO DWI MARTUTIeprints.uns.ac.id/8623/1/195171511201101451.pdf · antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema atau materi, kelima peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clxviii

2. Karena merupakan sekolah pemerintah, SMP Negeri 4 Wonogiri harus

mengupayakan bantuan dalam bentuk sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran. Koordinasi yang rutin dan berkelanjutan untuk

melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

pembelajaran bagi guru juga sangat dibutuhkan agar tugas dan

tanggung jawabnya dilaksanakan dengan benar.

3. Lembaga sekolah disarankan dapat menciptakan kondisi belajar yang

memadahi, khususnya penyediaan sarana ataupun fasilitas belajar

dengan buku-buku perpustakaan.

4. Kepada peneliti disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang

keefektifan model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi pada

pengaruh-pengaruh yang lain, sehingga hasilnya mendekati yang

diharapkan.