Revisi Kti Pratika Baru

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 10 juta balita meninggal tiap tahun, diperkirakan 2,5 juta meninggal akibat penyakit yang tidak dapat dicegah. Vaksin imunisasi sangat penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Penyakit infeksi yang datang sebagai pembunuh utama anak anak yaitu ; campak, poliomielytis, difteri, pertusis (batuk rejam), tetanus dan tuberculosis. Untuk memberantas penyakit ini maka sejak tahun 1997, WHO telah memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai upaya global secara resmi yang Expended Program Of Imunitation (EPI) yang dikenal di Indonesia sebagai Program Pengembangan Imunisasi (Hadinegoro, 2004) Sejak penetapan EPI oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia, sekurang kuranngnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahun. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai Imunisasi rutin di negara berkembang yaitu : BCG, DPT, POLIO, CAMPAK, dan HEPATITIS B (Ali, 2006) (PPI)

1

2

Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi di Indonesia dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenalkan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan PPI (Depkes RI, 2000) Status program yang demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi sosial dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama (Depkes RI, 2000) UCI merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Target UCI tahun 2009 adalah >90% artinya target UCI tercapai bila minimal 90% desa/kelurahan dikabupaten/kota telah memenuhi target imunisasi campak sebagai imunisasi rutin terakhir.

3

Cakupan UCI tahun 2009 Provinsi Sumatera Selatan saat ini adalah 82,5% artinya masih sangat jauh dibanding target 90%. Apalagi tahun 2010 ini target UCI harus 100% sesuai Kepmenkes nomor 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota (Dinkes. 2010: 3). Penelitian Dwi Lestari pada tahun 2007, menunjukkan bahwa tingkat ketepatan jadwal imunisasi dengan kategori baik, ditemukan sebagian besar pada ibu yang berpendidikan formal menengah, berumur antara 20-30 thn, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dan pada umumnya memiliki 2 orang anak. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu (Ali ,2002) Syahrul,Fariani.,(2002) dalam kesimpulan penelitiannya juga

mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu dan keterpaparan informasi dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi sebagian besar (73,0%) sudah baik. Namun demikian juga masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang. Menurut Noor,N.N (2000) menyebutkan berbagai variabel sangat erat hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik. Status sosial ekonomi erat hubungannya dengan pendapatan keluarga (Noor,, 2000)

4

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder (Ali, 2002) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di Indonesia cakupan imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi campak sebesar 81,6%, imunisasi Polio sebesar 71%, imunisasi DPT sebesar 67,7%, dan imunisasi Hepatitis B sebesar 62,8%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap sebesar 46,2% (Depkes RI, 2008) Menurut Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, dewasa ini angka kematian bayi di Indonesia 34/1000 kelahiran hidup, dan dilaporkan bahwa sekitar 34.690 meninggal setiap tahun karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (BKKBN Sumsel, 2007) Pelaksanan program imunisasi dasar (BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, Campak) diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk usaha swasta baik berbentuk organisasi, yayasan badan usaha maupun perorangan. Unit pelaksana terdepan adalah puskesmas. Data imunisasi tahun 2010 hasil cakupan imunisasi untuk Sumatera Selatan secara nasional 94,9% sedangkan hasil dari Bidan Praktik Swasta Soraya tahun 2011 dimulai dari bulan januari sampai bulan mei 2011 berjumlah 460 bayi yang diimunisasi. Berdasarkan penelitian dan data yang diperoleh diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan, dan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada

Bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2011.

5

B. Perumusan Masalah

Rendahnya Angka Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi 460 orag (4,85%) daru Target yang telah ditetapkan di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.C. Pertanyaan Penelitian 1.

Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.2.

Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pendidikan ibu dengan

status pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.3.

Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pengetahuan ibu

dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.4.

Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pendapatan keluarga

ibu dengan pemberian imunisasi dasar di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.5.

Bagaimana hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.6.

Bagaimana hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.7.

Bagaimana hubungan

antara pendapatan keluarga ibu dengan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.

6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan, dan Pendapatan Keluarga Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. b. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. c. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. d. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pendapatan keluarga ibu dengan pemberian imunisasi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011. e. Mendapatkan data tentang hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi dasar Palembang Tahun 2011. pada bayi di Rumah Bersalin Citra

7

f. Mendapatkan data tentang hubungan antara pengetahuan

Ibu

dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2011. g. Mendapatkan data tentang hubungan antara pendapatan keluarga Ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2011.

E.

Manfaat Penelitian

1. Untuk Masyarakat a. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai

masukan dalam meningkatkan upaya pemberian imunisasi dasar pada bayi. b. Akan memberi masukan penyebab tidak

memberikan imunisasi sehingga dapat mengantipasi masalah dan komplikasi yang akan terjadi. 2. Untuk Mahasiswa a. Akan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah khususnya mata kuliah Metodologi Penelitian. b. Akan dapat menambah wawasan dibidang Ilmu Kebidanan dalam praktek sehari-hari yaitu menerapkan asuhan kebidanan khususnya terhadap pemberian imunisasi. 3. Bagi Institusi

8

a.Akan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa akademi Kebidanan tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi anak secara tepat. b. Akan dapat digunakan seagai dasar bagi peneliti lanjut untuk melakukan penelitian selanjutnya daam hal yang terkait dengan penelitian ini. c.Akan dapat menambah referensi bacaan diperpustakaan d. Akan dapat membagi informasi perkembangan ilmu kebidanan khusunya pemberian imunisasi dasar pada bayi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada tanggal Mei Juli 2011 di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2011.

9

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Pemberian Imunisasi Dasar 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan cara yang termudah, teraman dan terbaik untuk mencegah anak terjangkit penyakit yang berbahaya dan mengancam jiwanya (Ranuh, 2008) Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merasngsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antingen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya.

10

Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah penyakit infeksi ( Proverawati, 2010)

2. Perkembangan Program Imunisasi di Indonesia Dalam catatan internasional, pada akhir tahun 1990-an, Indonesia 9 memiliki reputasi pencapaian program imunisasi yang mengesankan, berkat sistem pelayanan yang efektif seperti posyandu, pencacatan pelaporan, dan sistem distribusi vaksin ke daerah-daerah. Pemerintah secara nasional melakukan kontrol terhadap pelaksanaan imunisasi. Namun sejak dimulainya desentralisasi tampak adanya gambaran penurunan dibeberapa daerah, terutama bagi daerah atau wilayah sulit komunikasi dan transportasi diluar jawa. Daerah ini umumnya kesulitan dana operasional, seperti membawa vaksin dari kabupaten ke desa-desa, membiayai juru imunisasi desa dan penyimpanan vaksin. Pada tahun 1984,cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur (Depkes RI, 2000)

11

3. Beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Imunisasi adalah Upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang (Depkes RI, 2000) Program imunisasi menurut Depkes, RI (2005) dilaksanakan dengan baik melalui program rutin maupun program tambahan untuk PenyakitPenyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti : a. Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara berkembang.

12

b.

Difteri Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan antibodi ) yang diperolah dari ibunya hanya berumur satu tahun.

c.

Pertusis Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.

d.

Tetanus Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara yang

13

sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi. e. Poliomielitis Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. f. Campak Penyakit campak ( Measles ) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah

14

penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.

g.

Hepatitis B Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan.

4. Tujuan Pelaksanaan Imunisasi Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah. Untuk tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas

15

imunisasi vaksinasi. Tujuan pemantauan menurut Azwar (2003) adalah untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui permasalahan yang ada. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki program. Hal-hal yang perlu dilakukan pemantau ( dimonitor) sebagaimana disebutkan sebagai berikut : Pemantauan ringan adalah memantau hal-hal sebagai berikut apakah pelaksanaan pemantauan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, apakah vaksin cukup tersedia, pengecekan lemari es normal, hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan, peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan sterl, apakah diantara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dijumpai dalam seminggu. Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan masing-masing desa. Untuk mengetahui keberhasilan program dapat dengan melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 75-100% dari target, berarti program sangat berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 50-75% dari target, berarti prgram cukup berhasil dan bila garis pencapaian dalam 1 tahun dibawah 50% dari target berabrti program belum berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat dibawah 25% dari target berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat kabupaten dan provinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan dan kabupaten.

16

Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu mempertimbangkan pula memonotoring evaluasi pemakaian vaksin (Notoatmodjo, 2003)

5. Jadwal Pemberian Imunisasi Menurut Depkes RI (2005) jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi yaitu: a. Vaksinasi BCG Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dsalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20 C. b. Vaksinasi DPT Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan

17

reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. c. Vaksinasi Polio Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandung viruis polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu. d. Vaksinasi Campak Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian im\unisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai berumur 9 bulan.

18

e.

Imunisasi Hepatitis B Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kendungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini adalah intramuskular (Hidayat, 2005).

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak Umur (bulan) Jenis Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10 Imunisasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan BCG BCG Hepatitis Hepatitis B1 B Hepatitis B2 Hepatitis B3 DPT DPT1 DPT2 DPT3 Polio Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4 Campak Campak Sumber : Depkes RI, 2000

19

6. Manfaat dan Efek Samping Imunisasi Imunisasi mempunyai manfaat untuk memberi perlindungan

menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya disuntik), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini demi untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang (Aminah, 2009) Imunisasi pada umumnya melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi, yang diwajibkan ada 6 macam penyakit: tuberkolosis (TBC), difteri, pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari), tetanus, poliomielitis, campak dan hepattis B sedangkan imunisasi yang dianjurkan seperti penyakit radang hati (hepatitis), penyakit gondongn (mums), penyakit campak jerman (rubella), penyakit tifes paratifes, penyakit kolera (Aminah, 2009) Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu

20

kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan (Depkes, 2000)

B. Pendidikan Pendidikan adalah Manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupanya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi (Hidayat 2005) Pendidikan secara umum adalah Segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok / masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Notoadmojo, 2003) Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempattempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang

21

program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat pendidikan ibu (Ali, 2002)

C. Pengetahuan Pengetahuan ( knowledge ) adalah merupakan hasil ukur tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007) Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan : a) Tahu (know) Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap yng spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, pleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan menguraikan mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. b) Memahami (Comprehension) Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat di interpretasikan

22

materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. c) Aplikasi Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain. d) Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan, dan sebagainya. e) Sintesis Syntesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyusaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan rumusan yang telah ada.

23

f)

Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu bedasarkan suatu kriteria yang telah anda, misal : pemberian imunisasi dasar pada bayi. Pengukuran Pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2005) adalah Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau pertanyaan tertulis (angket), yang menanyakan tentang isi materi yang akan menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dan dapat disesuaikan dengan tingkatan tingkatannya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakann untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: pertnyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay; pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betulsalah atau pertanyaan menjodohkan. Untuk setiap item pertanyaan dalam kuesioner pengetahuan, jika dijawab dengan benar diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanyaan yang dijawab salah satu kosong (tidak dijawab) akan diberi nilai 0. Tingkat analisa data yang digunakan adalah dengan cara

perhitungan persentase. Aspek pengetahuan yang dinilai menggunakan rumus sebagai berikut:

24

P = a/b x 100% Keterangan P = Persentase jawaban yang benar a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar b = Jumlah semua pertanyaan Kemudian dilakukan pengkatagorian yaitu: 1. 2. Tinggi Rendah : Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden > 75% : Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 75%

D. Pendapatan keluarga Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk barang atau jasa kepada pelanggan (Garnida, 2005) Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Sumsel No.

578/KPTS/Disnaker/2006 tanggal 31 November 2006 tentang Upah Minimum Propinsi (UMP) Sumsel tahun 2007, UMP tenaga kerja Sumsel adalah sebesar Rp 723.000 perbulan. Selanjutnya Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan (Depkes RI, 2000)

25

E.

Hubunngan antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Berdasarkan penelitian Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/ke atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTP/sederajat. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah. Cahyono,K.D.,(2003) dalam kesimpulan penelitiannya juga

menyatakan ibu-ibu yang tahu tentang imunisasi tertinggi pada ibu yang tamat SLTA yaitu 80,7% dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi. Adapun menurut penelitian lain mengatakan bahwa pendidikan memilih pengaruh besar terhadap sikap dan berpengaruh positif terhadap pola pikir seseorang, dengan berpendidikan tinggi seseorang memiliki pengaruh positif dalam bersikap, dan mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik wawasan dan cara berpikir seseorang dalam bersikap dan bertindak (Siswandoyo, 2002)

26

F.

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/ balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan ( Depkes RI, 2000 ) Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak dan

27

remaja, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali, 2002) Berdasarkan hasil penelitian Cahyono,K.D (2003) memberikan gambaran bahwa anak mempunyai kesempatan lebih besar untuk tidak diimunisasi lengkap bagi yang ibunya tinggal di pedesaan, berpendidikan rendah, kurang pengetahuan, tidak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat), tidak punya akses ke media massa (surat kabar/majalah, radio, TV), dan ayahnya berpendidikan SD ke bawah. Semakin banyak jumlah anak, semakin besar kemungkinan seorang ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan lengkap. Selanjutnya Cahyono,K.D (2003) dalam kesimpulan penelitiannya juga menyatakan ibu-ibu yang tahu tentang imunisasi tertinggi pada ibu yang tamat SLTA yaitu 80,7% dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi. Syahrul,Fariani.,dkk (2002) dalam kesimpulan penelitiannya juga mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu dan keterpaparan informasi dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi sebagian besar (73,0%) sudah baik Namun demikian juga masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang.

28

G.

Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi Dasar pada BayiSumardidan Dieter Evers dalam Khalimah (2007), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder termasuk dalam pemberian imunisasi pada anaknya.

Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status sosialekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu :a). Karena terdapatnyaperbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah penyakit atau mendapatkan pelayanankesehatan, b). Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yangdimiliki.Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatankeluarga, daerah tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya Menurut Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengeta huan, sumber pendapatan atau penghasilan.

29

BAB III KERANGKA KONSEP OPERASIONAL , DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep Menurut Notoadmojo (2010: 38) Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Dan dari tinjauan pustaka tampak bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi, cukup bervariasi berdasarkan berbagai riset yang dilakukan ditempat atau situasi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti mengenai hubunugan antara pendidikan, pengetahuan, pendapatan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011 adalah sebagai berikut. Bagan 3.1 Kerangka konsep Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan Pengetahuan Pendapatan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi

29

30

B. Definisi OperasionalN O 1 Variabel Pemberian Imunisasi Dasar Definisi Operasional Suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia (Ranuh, 2008) Pendidikan seseorang ibu merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang ibu maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. ( Hidayat, 2005) hasil ukur tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. ( Notoatmodjo, 20007) Jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari aktivitasny, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan (Garnida,2005) Cara Ukur Wawancara Alat Ukur kuesioner 1. 2. Hasil Ukur Baik (imunisasi diberikan lengkap) Tidak baik (Imunisasi dasar diberikan tidak lengkap) Skala Ukur Ordinal

2

Pendidikan

Wawancara

Kuesioner

1. 2.

Rendah: (< SMA) Tinggi : (> SMA) (Idwar, 2001)

Ordin al

3

Pengetahuan

Wawancara

Kuesioner

1.

Tingg:Apabila pertanyaan dijawab bena roleh responden > 75% Rendah: Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 75% (Notoatmodjo, 2005)

Ordinal

2.

4

Pendapatan

Wawancara

Kuesioner

1. 2.

Tinggi: Jika pendapan > Rp 723.000 Rendah: Jika pendapatan < Rp 723.00 (Garnida,2005)

Ordinal

31

C. Hipotesis 1. Ho = Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. Ha = Ada hubungan antara pendidikan ibu tentang pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. 2. Ho = Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi tahun 2011. Ha = Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. 3. Ho = Tidak ada hubungan antara pendapatan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. Ha = Ada hubungan antara pendapatan ibu tentang pemberian imunisasi pada dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011. dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Menurut jenisnya penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif. Berdasarkan sumber pengambilanya menggunakan data primer yang merupakan data yang diperoleh lanngsung dari subjek melalui wawancara dalam bentuk kuesioner. Desain yang akan digunakan dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana objek penelitiannya diukur secara bersamaan. Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi penelitan adalah keseluruhan objek penelitan atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang untuk melakukan pemberian imunisasi dasar pada bayinya di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011 dari bulan januari sampai mei berjumlah 460 bayi yang diimunisasi dan rata-rata populasinya perbulan adalah 92 bayi yang diimunisasi.

32

33

2.

Sampel Sampel dalam penelitan adalah sub unit dalam populasi survei atau populasi survei itu sendiri yang oleh peneliti dipandang dapat mewakili populasi target (Darwis, 2003). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang untuk melakukan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011 yang diambil secara Non Random Sampling dengan teknik Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil responden secara kebetulan. Besarnya sampel pada penelitian ini adalah X orang. Menurut Notoadmojo, (2005) perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus : perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus : N n= 1 + N (d2) Keterangan : n N d = Besarnya Sampel = Besarnya Populasi = Tingkat Ketepatan / kepercayaan yang diingankan (0.1)

34

92 n = 1 + 92 ( 0,1) 92 n = 1 + 92 ( 0.01) 92 n = 1,92 n = 48

Maka, didapat jumlah sampel penelitian sebanyak 48 orang.

C. Tempat Penelitian Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011

D. Waktu Penelitian Kegiatan PengajuanJudul Pembuatan Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal Pengolahan Data Seminar KTI April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 Juni 1 2 3 4 1 Juli 2 3 4

E.

Etika Penelitian

35

Penelitian ini akan dilakukan dengan perizinan dari Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang dan Rumah Bersalin Citra Palembang sebagai tempat yang akan dijadikan lokasi penelitian.

F. 1.

Teknik Pengumpulan Data Sumber Data a. Data Primer Data Primer merupakan data yang akan diperoleh langsung dari subjek melalui wawancara dalam bentuk pengisian kuesioner. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang akan diperoleh dari Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011 dari bulan januari sampai dengan tanggal 18 mei tahun 2011 berjumlah 460 bayi yang diimunisasi dan ratarata perbulan adalah 92 bayi yang diimunisasi.

2.

Teknik Pengumpulan Data Teknik yang akan digunakan yaitu dengan cara wawancara dan kuesioner langsung pada responden di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011

3.

Instrument Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan menggunakan alat bantu yaitu kuesioner.

G.

Pengolahan Data

36

Menurut Budiarto (2001) langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Data ( Editiring ) Proses editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan. kartu atau buku register. Yang dilakukan pada kegiatan memeriksa data ialah menjumlah dan melakukan koreksi. Menjumlah ialah menghitung banyaknya lembaran kartu periksa untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang ditentukan, sedangkan yang termasuk proses koreksi ialah proses membenarkan atau

menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas. 2. Pemberian Kode ( Coding ) Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kodee pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variable diberi kode terutama data klasifikasi. 3. Memasukkan Data ( Entry ) Data yang sudah diberi kode akan diedit dan selanjutnya akan dimasukkan dalam table. 4. Pembersihan Data ( Clenning ) Merupakan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah masih ada kesalahan atau tidak.

H. Teknik Analisa Data

37

Data yang akan di analisa dengan komputerisasi menggunakan uji chisquare melalui bantuan program SPSS yang akan disajikan dalam bentuk tabel dan tekstular. Menurut Notoatmodjo ( 2005 ) analisa data dilakukan melalui : 1. Analisa Univariat Analisa Univariat akan dilakukan terhadap setiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variablel. 2. Analisa Bivariat Analisa Bivariat akan dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi, yaitu variable independen dan variable dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan dan pendapatan ibu, dan variabel dependenya adalah imunisasi.dasar pada bayi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X2), bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi antara beberapa kelompok data dan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Hasil uji statistik dikatakan berbeda secara bermakna (signifikan) apabila nilai lebih besar dari alpha ( = 0,05). Jika P value hasil perhitungan < (0,05) maka H0 ditolak, sehingga kesimpulannya kedua variabel tersebut berhubungan signifikan. Sebaliknya, dikatakan tidak bermakna apabila Pvalue lebih kecil dari alpha ( = 0,05). Jika Pvalue hasil perhitungan > (0,05) maka Ho diterima,

38

sehingga kesimpulannya kedua variabel tersebut tidak berhubungan signifikan.