39
“RUKHSAH DALAM IBADAH SEBAGAI AKIBAT DARI TRAUMA PELVIS DAN DAMPAK PSIKOSOSIAL TERHADAP REMAJA” LAPORAN KASUS BLOK ELEKTIF DISUSUN OLEH: Nandika Nurfitria 1102009201 Ratri Ramadianingtyas 1102009238 Kelompok 2 Bidang Kepeminatan Trauma TUTOR : dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.kes

Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

trauma pelvis

Citation preview

Page 1: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

“RUKHSAH DALAM IBADAH SEBAGAI AKIBAT DARI TRAUMA PELVIS DAN DAMPAK PSIKOSOSIAL

TERHADAP REMAJA”

LAPORAN KASUS BLOK ELEKTIF

DISUSUN OLEH:

Nandika Nurfitria 1102009201Ratri Ramadianingtyas 1102009238

Kelompok 2 Bidang Kepeminatan Trauma

TUTOR :

dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.kes

UNIVERSITAS YARSI

2012

Page 2: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

ABSTACT

Background. Emergency consist of trauma and non-trauma. One of example for trauma is traffic accidents. Traffic accidents usually happen in developing country. Most of traffc accidents in Indonesia happened because of motocycle crash like in this case.

Case presentation. A teenager (16 years old) named by miss.A come to emergency room in Bhakti Yudha General Hospital, Depok because of her motorcycle crash. She was driver on that crash. When it happened, she felt in the street with sit-position. And in the same time, a car came and she just pushed under the car. From that, people in that location bring her to hospital and get in to emergency room. She came with combustion in her right hand, and pain in her pelvic. She cried because she has some exam to pass her senior high school soon.

Discussion. Trauma cause physical and psychological injury. Due to age of patient, she may have some psychological reaction. One reason for that, is because she has exam but there is any injury in her right hand. To handle this situation, better to ask that patient for have some pray to her self and patient. From that, we learned that religion also important in this case.

Conclusion. Traffic accident is one of the most reason of death in developing country. Traffic accident not only caused physical injury but also psychological injury. It needs special treatment to handle this case. We also need some religious studies for treat this case and how this patient do some pray with this condition.

Keywords: emergency, accident, trauma, psychological, religion

2

Page 3: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

LATAR BELAKANG

Kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan saja. Namun terdapat saat saat

dimana angka kecelakaan cukup tinggi. Seperti saat musim mudik lebaran maupun

saat musim hujan. Menurut pakar pakar transportasi, Djoko Setyowarno sekitar 70

persen kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di jalan raya di Indonesia disebabkan oleh

para pengendara sepeda motor. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan,

sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan di jalan raya.

(Departemen Perhubungan, 2010) .

Kecelakaan lalu lintas dapat menimbulkan berbagai cedera baik ringan

maupun berat. Cedera kepala, trauma toraks, fraktur extremitas, dan perdarahan

merupakan hal yang biasa ditemukan pada korban kecelakaan lalu lintas. Pada

kecelakaan sepeda motor, sering terjadi trauma pelvis hal ini disebabkan oleh

kemungkinan terjatuh pada posisi duduk.

Kecelakaan lalu lintas bukan hanya menyebabkan cedera atau luka secara

fisik, namun dapat meninggalkan sisa-sisa ingatan atau memori yang dapat

menimbulkan gangguan pada remaja kelas 3 SMA yang akan melaksanakan UN pada

April mendatang. Kekhawatiran akan terganggunya persiapan UN yang dikarenakan

kecelakaan dapat menjadi beban psikis yang berat.

Selain terganggunya persiapan UN, remaja tersebut juga tidak dapat

melakukan ibadah shalat sebagaimana mestinya. Menurut Islam, dalam keadaan sakit

maka Allah memberikan keringanan dalam menjalankan ibadah (rukhsah).

3

Page 4: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

PRESENTASI KASUS

RINGKASAN RIWAYAT KLINIK

Identitas pasien

1. Nama : Nn. A

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Umur : 16 tahun

4. Alamat : Sawangan, Depok.

5. Status kawin : Belum kawin

6. Agama : Islam

7. Pekerjaan : Pelajar

Anamnesis

1. Keluhan Utama

Nyeri tekan pinggul, Luka bakar pada lengan bawah kanan, dan luka luka

superfisial

2. Keluhan Tambahan

-

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Mengalami kecelakaan sepeda motor dimana motor tergelincir dan korban

masuk kedalam kolong mobil yang sedang melintas. Nyeri tekan pada pinggul ,

combusio pada lengan bawah sebelah kanan yang diduga terkena knalpot, serta

luka luka ringan disuperfisial.Pingsan negatif, muntah negatif.

4. Riwayat penyakit keluarga

-

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : sedang

b. Kesadaran : composmentis

4

Page 5: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

c. Tanda Vital : c/p dalam batas normal, abdomen dalam batas

normal.

Diagnosis Kerja

Cedera Kepala Ringan, Trauma Pelvis, Combustio derajat 1

Penatalaksanaan

1. Penanganan pada luka bakar dengan Burnazin cream, lalu ditutup kasa

2. Pemberian analgetik dengan Remopain IV

3. Pemberian Tetanus Toksoid IM

4. Penanganan luka superfisial dengan alkohol dan povidone iodine, lalu ditutup

kassa

5. Rontgen pelvic dan thorax

6. Infus Ringer Laktat

7. Observasi selama 2 hari untuk melihat kemungkinan adanya gangguan neurologis.

Prognosis

Dubia ad bonam

Pada kasus ini penulis mendapatkan data dari rekam medis pasien yang telah

diizinkan oleh dokter untuk mencatatnya.

5

Page 6: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

DISKUSI

Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan

seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti

pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan

semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur

hidup.

Trauma adalah cedera salah satu anggota fisik baik secara langsung ataupun

tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan fisik,

kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen ( PERDOSSI, 2006

dalam Asrini, 2008 ).

Trauma juga bisa diartikan sebagai luka/ syok/kekagetan yang disebabkan

oleh peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, di luar kendali, menekan, sangat

menyakitkan, membahayakan kehidupan,  dan mengancam jiwa. (Yayasan Pulih,

2011).

Untuk kasus trauma khususnya trauma akibat kecelakaan, korban harus

mendapat pertolongan menyeluruh, yaitu pemeriksaan fisik maupun pengumpulan

informasi tentang korban. Pemeriksaan fisik dilakukan terlebih dahulu, baru

kemudian pengumpulan informasi mengenai riwayat korban. Secara keseluruhan

pemberian pertolongan pertama pada korban medis dan trauma melalui tahap-tahap

berikut ini:

› penilaian keadaan

› penilaian dini

› pemeriksaan fisik

› pemeriksaan tanda vital

› pengumpulan informasi riwayat korban

› pemeriksaan berkala

6

Page 7: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

› pelaporan

Sedangkan psikososial adalah suatu keadaan dimana menekankan pada

hubungan yang dekat dan dinamis, dekat antara aspek psikologis dari pengalaman

seseorang (pemikiran, perasaan, tingkah laku) dan pengalaman sosial yang ada

disekelilingnya (hubungan dengan orang lain, tradisi, budaya), yang secara terus

menerus saling mempengaruhi satu sama lain. (Yayasan Pulih, 2011). Psikososial

juga bisa diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang

bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.

Pada studi kasus ini, kami melampirkan pandangan mengenai kasus dari segi

klinis, psikososial, dan agama Islam.

Permasalahan Klinis

Permasalahan klinis yang terjadi pada pasien adalah :

- Cedera Kepala Ringan (CKR)

- Trauma Pelvis

- Combustio derajat 1

A. Cedera Kepala Ringan

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu

lintas (Mansjoer, 2007: 3).

Di dunia diperkirakan sebanyak 1,2 juta jiwa nyawa melayang setiap

tahunnya sebagai akibat kecelakaan bermotor, diperkirakan sekitar 0,3-0,5%

mengalami cedera kepala. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 80% pengendara

kendaraan mengalami resiko kecelakaan. 18% diantaranya mengalami cedera kepala

dan kecederaan permanen, tingginya angka kecelakaan lalu lintas tidak terlepas dari

makin mudahnya orang untuk memiliki kendaraan bermotor dan kecelakaan manusia.

(Shell, 2008)

Pengertian

7

Page 8: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurology atau menurunnya

kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001:2211).

Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh)

tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma,

laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000:4).

Etiologi

Trauma tumpul : Kecepatan tinggi (tabrakan motor dan mobil) kecepatan

rendah (terjatuh, dipukul)

Trauma tembus : Luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya

(Mansjoer, 2000: 3)

Klasifikasi Klinis

Cedera kepala ringan

CGS : 15, Tidak ada konkusi, pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing,

pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.

Cedera kepala sedang

CGS : 9-14, konkusi, amnesia pasca trauma, muntah, tanda fraktur tengkorak,

kejang.

Cedera kepala berat

GCS : 3-8, penurunan derajat kesadaran secara progresif, Tanda neurologist

fokal.

(Mansjoer, 2000 :4)

Tanda dan Gejala

Hilangnya tingkat kesadaran sementara

Hilangnya fungsi neurology sementara

Sukar bangun

Sukar bicara

Konkusi

Sakit kepala berat

8

Page 9: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Muntah

Kelemahan pada salah satu sisi tubuh

B. Trauma Pelvis

Definisi

Patah tulang panggul adalah gangguan struktur tulang dari pelvis. Pada orang

tua, penyebab paling umum adalah jatuh dari posisi berdiri. Namun, fraktur

yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas terbesar melibatkan pasukan

yang signifikan misalnya dari kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari

ketinggian.

Etiologi

Dengan makin meningkatnya kecelakaan lalu lintas mengakibatkan dislokasi

sendi panggul sering ditemukan. Dislokasi panggul merupakan suatu trauma hebat.

Patah tulang pelvis harus dicurigai apabila ada riwayat trauma yang menekan

tubuh bagian bawah atau apabila terdapat luka serut, memar, atau hematom di

daerah pinggang, sacrum, pubis atau perineum.

Anatomi

9

Page 10: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Mekanisme Trauma

Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas: 3

Kompresi Antero-Posterior (APC) 

Hal ini biasanya terjadi akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki kendaraan.

Ramus pubis mengalami fraktur , tulang inominata terbelah dan mengalami

rotasi eksterna disertai robekan simfisis . Keadaan ini disebut sebagai open

book injury. Bagian posterior ligamen sakro iliaka mengalami robekan parsial

atau dapat disertai fraktur bagian belakang ilium.

Kompresi Lateral (LC)

Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan . Hal

ini terjadi apabila ada trauma samping karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh

dari ketinggian . Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua

sisinya mengalami fraktur dan bagian belakang terdapat strain dari sendi sakro

iliaka atau fraktur ilium atau dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang

sama.

Trauma Vertikal (SV)

10

Page 11: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara vertikal disertai

fraktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakro iliaka pada sisi yang sama. Hal

ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian pada satu tungkai.

Trauma Kombinasi (CM)

Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan diatas.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan nyeri subjektif dan objektif, dan

pergerakan abnormal pada gelang panggul. Untuk itu, pelvis ditekan ke belakang dan

ke medial secara hati-hati pada kedua spina iliaka anterior superior, ke medial pada

kedua trokanter mayor, ke belakang pada simpisis pubis, dan ke medial pada kedua

krista iliaka. Apabila pemeriksaan ini menyebabkan nyeri, patut dicurigai adanya

patah tulang panggul.

Kemudian dicari adanya gangguan kencing seperti retensi urin atau

perdarahan melalui uretra, serta dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk melakukan

penilaian pada sakrum, atau tulang pubis dari dalam.

Sinar X dapat memperlihatkan fraktur pada rami pubis, fraktur ipsilateral atau

kontra lateral pada elemen posterior, pemisahan simfisis, kerusakan pada sendi

sacroiliaca atau kombinasi. CT-scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan

sifat cidera.

Manajemen Trauma Pelvis

Identifikasi dan Pengelolaan Fraktur Pelvis 5

a. Identifikasi mekanisme trauma yang menyebabkan kemungkinan fraktur

pelvis misalnya terlempar dari sepeda motor, crush injury, pejalan kaki

ditabrak kendaraan, tabrakan sepeda motor.

b. Periksa daerah pelvis adanya ekhimosis, perianal atau hematoma scrotal, darah

di meatus uretra.

c. Periksa tungkai akan adanya perbedaan panjang atau asimetri rotasi panggul.

d. Lakukan pemeriksaan rectum, posis dan mobilitas kelenjar prostat, teraba

fraktur, atau adanya darah pada kotoran.11

Page 12: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

e. Lakukan pemeriksaan vagina, raba fraktur, ukuran dan konsistensi uterus ,

adanya darah. Perlu diingat bahwa penderita mungkin hamil.

f. Jika dijumpai kelainan pada B sampai E, jika mekanisme trauma menunjang

terjadinya fraktur pelvis, lakukan pemeriksaan ronsen pelvis AP (mekanisme

trauma dapat menjelaskan tipe fraktur).

g. Jika B sampai E normal, lakukan palpasi tulang pelvis untuk menemukan

tempat nyeri.

h. Tentukan stabilitas pelvis dengan hati-hati melakukan tekanan anterior-

posterior dan lateral-medial pada SIAS. Pemeriksaan mobilitas aksial dengan

melakukan dorongan dan tarikan tungkai secara hati-hati, tentukan stabilitas

kranial-kaudal.

i. Perhatian pemasangan kateter urine, jika tidak ada kontraindikasi, atau

lakukan pemeriksan retrograde uretrogram jika terdapat kecurigaan trauma

uretra.

j. Penilaian foto ronsen pelvis, perhatian kasus pada fraktur yang sering disertai

kehilangan darah banyak, misalnya fraktur yang meningkatkan volume pelvis.

1. Cocokan identitas penderita pada film

2. Periksa foto secara sistemik ;

a. Lebar simpisis pubis-pemisahan lebih dari 1 cm menunjukkan ada

trauma pelvis posterior

b. Integritas ramus superior dan inferior pubis bilateral

c. Integritas asetabulum, kapsul dan kolum femur

d. Simetri ileum dan lebarnya sendi sakroiliaka

e. Simetri foramen sacrum dengan evaluasi linea arkuata

f. Fraktur prosessus transversus L5

3. Ingat, karena tulang pelvis berbentuk lingkaran jarang kerusakan hanya

pada satu tempat saja.

4. Ingat, fraktur yang meningkatkan volume pelvis, misalnya vertical shear

dan fraktur open-book, sering disertai Perdarahan banyak.

k. Teknik mengurangi Perdarahan

1. Cegah manipulasi berlebihan atau berulang-ulang

2. Tungkai bawah di rotasi ke dalam untuk menutup fraktur open-book.

Pasang bantalan pada tonjolan tulang dan ikat kedua tungkai yang

12

Page 13: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

dilakukan rotasi. Tindakan ini akan mengurangi pergeseran simpisis,

mengurangi volume pelvis, bermanfaat untuk tindakan sementara

menunggu pengobatan definitif.

3. Pasang dan kembangkan PASG. Alat ini bermanfaat untuk

membawa/transport penderita.

4. Pasang external fixator pelvis (konsultasi orthopedi segera)

5. Pasang traksi skeletal (konsultasi orthopedi segera)

6. Embolisasi pembuluh darah pelvis melalui angiografi

7. Lakukan segera konsultasi bedah/ orthopedi untuk menentukan

prioritas

8. Letakkan bantal pasir di bawah bokong kiri-kanan jika tidak terdapat

trauma tulang belakang atau cara menutup pelvis yang lain tidak

tersedia.

9. Pasang pelvic binder

10. Mengatur untul transfer ke fasilitas terapi definitive jika tidak mampu

melakukannya.

Komplikasi

a. Nyeri sacroiliaca sering ditemukan setelah fraktur pelvis tak stabil dan kadang

memerlukan artrodesis pada sendi sacroiliaca. Cidera saraf skiatika biasanya

sembuh tetapi kadang memerlukan eksplorasi. Cidera uretra berat bisa

menimbulkan striktur uretra, inkontinensia dan impotensi (Apley, 1995)

b. Ruptur uretra posterior paling sering disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.

Fraktur yang mengenai ramus atau simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan

pada cincin pelvis dapat menyebabkan robekan uretra pars prostate-

membranacea. Fraktur pelvis dan robekan pembuluh darah yang berada di

kavum pelvis menyebabkan hematom yang luas di kavum retzius sehingga

jika ligamentum pubo-prostatikum ikut robek, prostat beserta buli-buli akan

terangkat ke cranial. (Purnomo, 2007)

13

Page 14: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Ruptur uretra anterior , cidera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan

uretra anterior adalah straddle injury (cidera selangkangan) yaitu uretra terjepit

diantara tulang pelvis dan benda tumpul. Jenis kerusakan uretra yang terjadi

berupa kontusio dinding uretra, rupture parsial, atau rupture total dinding

uretra. Pada kontusio uretra pasien mengeluh adanya perdarahan per-uretram

atau hematuria. Jika terdapat robekan pada korpus spongiosum, terlihat adanya

hematom pada penis atau butterfly hematom. Pada keadaan ini seringkali

pasien tidak dapat miksi. (Purnomo, 2007)

c. Fraktur Acetabulum

Terjadi apabila kaput femoris terdorong ke dalam pelvis. Fraktur ini

menggabungkan antara kerumitan fraktur pelvis dengan kerusakan sendi. Ada

4 tipe fraktur acetabulum yaitu fraktur kolumna anterior, fraktur kolumna

posterior, fraktur melintang, dan fraktur kompleks. Gambaran klinis agak

tersamarkan krena mungkin terdapat cidera lain yang lebih jelas/mengalihkan

perhatian dari cidera pelvis yang lebih mendesak. Pemeriksaan foto sinar-X

perlu dilakukan (Apley, 1995)

d. Cidera pada sacrum dan koksigis

Pukulan dari belakang atau jatuh pada tulang ekor dapat mematahkan sacrum

dan koksigis. Terjadi memar yang luas dan nyeri tekan muncul bila scrum atau

koksigis dipalpasi dari belakang atau melalui rectum. Sensasi dapat hilang

pada distribusi saraf sakralis. Sinar-X dapat memperlihatkan ; 1) fraktur yang

melintang pada sacrum dapat disertai fragmen bawah yang terdorong ke

depan, 2) fraktur koksigis kadang disertai fragmen bagian bawah yang

menyudut ke depan, 3) suatu penampilan normal kalau cidera hanya berupa

strain pada sendi sacrokoksigeal.(Apley, 1995)

Kalau fraktur bergeser, sebaiknya docoba untuk melakukan reduksi. Fragmen

bagian bawah dapat terdesak ke belakang lewat rectum. Reduksi bersifat

stabil, suatu keadaan yang menguntungkan. Pasien dibiarkan untuk

melanjutkan aktifitas normal, tetapi dianjurkan untuk menggunakan suatu

cincin karet atau bantalan Sorbo bila duduk. Kadang disertai keluhan sulit

kencing.(Apley, 1995). Nyeri yang menetap, terutama saat duduk sering

ditemukan setelah cidera koksigis. Kalau nyeri tidak berkurang dengan

14

Page 15: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

penggunaan bantalan Sorbo atau oleh injeksi anastetik lokal kedalam daerah

yang nyeri, dapat dipertimbangkan eksisi koksigis (Apley, 1995).

C. Combustio

Definisi

Luka bakar merupakan bentuk spesifik dari trauma (Rakel&Bope, 2006).

Luka bakar secara sederhana dipahami sebagai trauma panas pada kulit. Luka bakar

merupakan cedera yang cukup sering terjadi yang memperlihatkan morbiditas dan

derajat yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain

(Sjamsuhidajat & Jong, 2004).

Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya luka bakar,

yaitu:

1. Api

2. Cairan panas

3. Bahan Kimia

4. Listrik

5. Kontak dengan benda panas

6. Suhu sangat dingin (forst bite)

Patofisiologi

Patofisiologi dari luka bakar dapat dipahami dengan melihat respon tubuh

terhadap luka yang terjadi baik secara lokal ataupun sistemik.

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari luka bakar tergantung dari kedalaman dan luas luka

bakar. Kedalaman luka bakar dinyatakan dalam derajat (grade) sedangkan luas luka

bakar dinyatakan dalam persentase.

15

Page 16: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Klasifikasi

Derajat satu

Biasanya disebut superficial burn atau epidermal burn. Luka bakar ini hanya

mengenai lapisan epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari. Luka berupa

eritema dengan keluhan rasa nyeri dan hipersensitivitas setempat. Misalnya :

luka tersengat matahari

Derajat dua

Biasa disebut partial thickness burn. Luka ini mencapai lapisan dermis, tetapi

masih terdapat eleman epitel sehat yang masih tersisa. Luka ini dapat sembuh

dengan sendirinya dalam 2-3 minggu. Luka bakar derajat dua ini dibagi

menjadi dua macam, yaitu superficial dermal (luka yang mengenai lapisan

dermis bagian atas, biasanya tampak melepuh) dan deep dermal (luka yang

mengenai hingga lapisan dermal bagian bawah). Gejala yang timbul biasanya

berupa nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari

pembuluh karena permeabilitas dinding pembuluh yang meningkat.

Derajat tiga

Biasanya disebut sebagai full thickness burn. luka ini mengenai hingga seluruh

kedalaman kulit dan mungkin sub kutis atau organ yang lebih dalam. Pada

luka derajat ini tidak ada elemen epitel hidup yang tersisa yang

memungkinkan penyembuhan luka dari dasar luka. Penyembuhan dari luka

bakar derajat ini dilakukan dengan pencangkokan kulit (skin grafting).

Gejalanya berupa kulit tampak pucat berwarna abu-abu atau hitam dengan

permukaan yang lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat, tidak

terdapat bula, dan tidak terasa nyeri.

Penatalaksanaan

1. Manajemen pernafasan (airway management)

Pada pasien luka bakar, hal terpenting yang harus diperiksa adalah terjadinya

gangguan di bagian pernafasan. Bila terjadi gangguan hingga menimbulkan kesulitan

16

Page 17: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

bernafas pada pasien, maka tindakan intubasi dapat dilakukan. intubasi dilakukan

dengan segera pada pasien yang tidak sadar dengan riwayat terkena paparan asap

ataupun api dalam ruangan tertutup ataupun pada pasien dengan resiko tinggi terkena

edema pada saluran pernafasan. Beberapa pasien memerlukan PEEP (positif end-

expiratory pressure) untuk menjaga agar jalan nafas bagian distal tetap terbuka. Bila

sekresi ataupun partikel inhalasi pada saluran nafas pasien terlalu berlebihan yang

dapat mengakibatkan terjadinya bronkospasma, maka pemberian bronkodilator sangat

efektif untuk mengatasi hal tersebut.

2. Resusitasi cairan (fluid resuscitation)

Suatu konsep yang harus dipegang dalam shock luka bakar adalah terjadinya

pergeseran cairan besar-besaran walaupun sisa cairan tubuh total tidak berubah. Oleh

karena itu, resusitasi cairan baik yang berupa koloid, protein ataupun kristaloid harus

segera diberikan kepada pasien luka bakar. Terapi replacement cairan ini dimodifikasi

berdasarkan respon klinik pasien. Resusitasi yang berlebihan dapat menimbulkan

respon udema. Volume cairan yang dibutuhkan untuk resusitasi pada pasien

tergantung dari keparahan luka, status psikologis, usia, dan komplikasi lain.

Perhitungan kebutuhan cairan dihitung dari lama waktu pasien dari kejadian terkena

luka bakar bukan dari waktu pertama kali pasien datang ke UGD. Untuk penanganan

luka bakar yang luasnya lebih dari 15 %, kebutuhan cairan dalam 24 jam pertama

biasanya menggunakan rumus Parkland, yaitu:

4 mL RL(Ringer Lactat) x kg BB x %

Luas Permukaan Tubuh

Setengah dari hasil perhitungan diberikan dalam waktu 8 jam pertama dan sisanya

diberikan selama 16 jam berikutnya. Pada banyak instansi,rumus ini memberikan

output urine yang ideal.

Selain rumus diatas, ada juga rumus modifikasi Brooke yang merekomendasikan

bahwa resusitasi untuk shock luka bakar sebaiknya dimulai dengan pemberian 2 cc/kg

BB/% pada 24 jam pertama. Penggunaan rumus ini menghasilkan edema yang kecil.

Rumus ini sangat sesuai untuk kondisi pasien yang disertai problem seperti penyakit

17

Page 18: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

jantung, insufisiensi ginjal, atau pasien yang membutuhkan dialisis. Pada beberapa

burn center, seringkali menggunakan larutan salin hipertonik (RL+50 mEq NaHCO3)

dalam 8 jam pertama menggunakan rumus Parkland untuk pasien luka bakar dengan

luas lebih dari 40%, pasien pediatrik, dan pasien yang memiliki komplikasi pada

saluran pernafasan.

Plasma protein sangat penting peranannya dalam sirkulasi dalam menjaga tekanan

onkotik untuk mengimbangi tekanan hidrostatik kapiler. Akan tetapi batasan jumlah

optimal dari protein ataupun waktu infus yang dibutuhkan belum jelas. Biasanya

bentuk fresh frozen plasma (0,5-1 cc/kgBB/% luka bakar) diberikan pada 24 jam

pertama, dimana pada 8-10 jam pertama akan menghasilkan respon edema kecil dan

penjagaan yang lebih optimal pada stabilitas hemodinamik pasien tertentu. Terapi ini

sesui untuk pasien lansia, pasien dengan luka bakar yang disertai gangguan

pernafasan,dan pasien dengan luka bakar yang luasnya lebih dari 50%.

Untuk pasien anak-anak, resusitasi yang dibutuhkan lebih tinggi dari pada pasien

dewasa dengan luka yang sama. Rata-rata kebutuhan cairan pada anak-anak adalah

5.8 cc/kg/% luka bakar. Pemberian salin hipertonik dan albumin menjadi terapi

standar pada pasien anak-anak. Output urine pada anak dijaga 0,5-1 ml/kg/jam pada

pasien dengan berat badan kurang dari 30 kg. Selain itu, pasien dengan gangguan

pernafasan membutuhkan cairan kristaloid rata-rata 5.7 cc/kg/% luka bakar.

3. Pengatasan nyeri (pain management)

Nyeri dapat menjadi parah, terutama pada pasien dengan luka bakar partial-thickness.

Biasanya, obat-obatan untuk mengatasi rasa nyeri diberikan secara intravena. Obat-

obat yang diberikan biasanya berupa golongan narkotika. Morfin digunakan dengan

dosis 0.1 mg/kg pada pasien dewasa atau 0.05 mg/kg pada lansia. Selain itu, juga

dapat digunakan fentanil dengan dosis 50-100 mcg IV selama 1-3 menit. Penggunaan

fentanil dengan durasi yang pendek (45-90 menit) menimbulkan efek hipotensi yang

ringan (sebagai efek vasodilatasi dari golongan narkotik) karena pemberian yang

cepat dapat dijadikan pilihan terapi bagi pasien yang intoleransi terhadap morfin. Bila

pasien sangat cemas, tidak hipoksia ataupun hipotensi, maka digunakan lorazepam IV 18

Page 19: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

dalam dosis kecil. Sedangkan untuk pasien yang stabil dengan nyeri yang parah yang

akan dilakukan tindakan seperti hand escharotomies, major debridement atau fracture

reductions membutuhkan obat dengan tingkat sedasi sedang sampai dalam.

4. Pengatasan komplikasi yang potensial ataupun aktual dari luka bakar (Management

of Associated Injuries)

Komplikasi dari luka bakar tergantung dari kronologis peristiwa luka bakar yang

dialami. Salah satu contoh adalah pasien luka bakar yang pada saat peristiwa disertai

dengan paparan CO, maka terapi standarnya adalah dengan cara memberikan oksigen

100% selama 6-12 jam. Terapi oksigen hiperbarik diperlukan ketika pasien yang

terpapar CO kondisi level carboxyhemoglobinnya lebih dari 25% disertai status

depresi mental. Pasien seperti ini harus stabil secara hemodinamik dahulu sebelum

memperoleh resusitasi cairan. Pasien luka bakar dengan luas lebih dari 25% harus

dipasang NGT (nasogastric tube) untuk mencegah terjadinya vasokonstriksi splanik.

5. Perawatan luka (wound care)

Pasien dengan luka besar yang akan dibawa ke burn center, lukanya sebaiknya ditutup

dengan pembalut atau kasa steril untuk meminimalkan paparan organisme

multiresisten diluar rumah sakit. Apabila masih memungkinkan sebaiknya sebelum

ditutup, luka dicuci dengan larutan salin steril dan dibersihkan dengan sabun yang

lembut. Pada kasus luka bakar, sebagian besar antibiotik topikal yang digunakan

adalah silver sulfadiazin (SSD) yang merupakan antibiotik broadspectrum yang non

toksik. Tetapi, penggunaan SSD ini dapat menimbulkan alergi dengan kejadian

sebesar 5-7%. Antibiotik ini sebaiknya tidak digunakan pada ibu hamil ataupun ibu

menyusui serta tidak digunakan pada wajah karena dapat meninggalkan noda.

Sebaiknya SSD tidak diberikan pada pasien yang akan dibawa ke burn center, karena

dapat mempersulit assessment kondisi luka, selain itu juga SSD akan tercuci sebagai

upaya pembersihan luka. Salah satu contoh pembalut yang digunakan untuk

perawatan luka adalah duoderm. Duoderm merupakan pembalut steril fleksibel yang

memiliki dua lapisan yaitu lapisan terluar berupa polyurethane foam dan lapisan

perekat bagian dalam yang berupa hydrocolloid polyurethane complex. Duoderm ini

dapat menyembuhkan luka lebih cepat dengan memperbaiki penampilan luka, dan

19

Page 20: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

dibutuhkan dalam jumlah sedikit serta tidak begitu mahal. Pemilihan jenis pembalut

sebaiknya didasarkan pada beberapa pertimbangan sesuai dengan kondisi luka pasien.

Permasalahan Psikososial

Adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal

balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam

masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.

Contoh-contoh masalah psikosial antara lain :

a. Psikotik Gelandangan.

b. Pemasungan Penderita Gangguan Jiwa.

c. Masalah Anak : Anak Jalanan, Penganiayaan Anak.

d. Masalah Anak Remaja : Tawuran, Kenakalan.

e. Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika.

f. Masalah Seksual : Penyimpangan Seksual, Pelecehan Seksual, Eksploitasi

Seksual.

g. Tindak Kekerasan Sosial.

h. Stress Pasca Trauma.

i. Pengungsi/Migrasi.

j. Masalah Usia Lanjut Yang Terisolir.

k. Masalah Kesehatan Kerja : Kesehatan Jiwa di Tempat Kesrja,Penurunan

Produktifitas,Stres di Tempat Kerja.

l. Dan Lain-Lain : HIV/AIDS.

Jika berbicara tentang tindak kekerasan dan trauma, ada suatu istilah yang

dikenal sebagai Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD (gangguan stres pasca

20

Page 21: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

trauma). Yaitu gangguan stres yang timbul berkaitan dengan peristiwa traumatis luar

biasa. Misalnya, melihat orang dibunuh, disiksa secara sadis, korban kecelakaan,

bencana alam, dan lain-lain.

PTSD merupakan gangguan kejiwaan yang sangat berat, karena biasanya

penderita mengalami gangguan jiwa yang mengganggu kehidupannya. Secara umum

gejala PTSD dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

Pertama, Reexperiencing. Penderita seperti mengalami kembali kejadian

traumatis yang pernah dialami. Biasanya kondisi ini akan muncul ketika

penderita sedang melamun atau melihat suasana yang mirip dengan pengalaman

traumatisnya. Penderita dapat berperilaku mengejutkan, tiba-tiba berteriak,

menangis, atau berlari ketakutan.

Kedua, Hyperarousal. Suatu keadaan waspada berlebihan, seperti mudah

kaget, tegang, curiga menghadapi gejala sesuatu, benda yang jatuh dia anggap

seperti jatuhnya sebuah bom, dan tidur sering terbangun-bangun.

Ketiga, Avoidance. Seseorang akan selalu menghindari situasi yang

mengingatkan ia pada kejadian traumatis. Seandainya kejadiannya saat suasana

ramai, dia akan menghindari mall atau pasar. Begitu juga sebaliknya jika ia

mengalami pada waktu sendiri, maka ia akan menghidari tempat-tempat sepi.

Berbagai faktor yang mempengaruhi berkembangnya suatu gangguan stres pasca

trauma adalah

Tingkat keparahan stres/trauma

Kerentanan pasien : Anak-anak umumnya lebih rentan dari pada para dewasa

muda. Hal ini karena anak-anak belum memiliki mekanisme pertahanan yang

memadai, sedangkan para usia lanjut umumnya sudah terlalu kaku dengan

mekanisme pertahanan mereka.

Pengenalan : Reaksi individu terhadap kejadian hebat dan luar biasa ini amat

bervariasi antar individu,

tampak tidak berpengaruh sama sekali

21

Page 22: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

mengalami reaksi ringan

menampilkan reaksi dalam waktu singkat

menunjukkan reaksi hebat dan menetap dalam waktu yang cukup lama,disebut

gangguan stres pasca trauma.

Penatalaksanaan

Berdasarkan kondisi stres pasca trauma, penyedian pelayanan dilakukan secara

berjenjang,yaitu untuk penanganan tingkat awal sampai rujukan tertinggi.

Tingkat pelayanan tersebut sebagai berikut :

1. Pelayanan tingkat masyarakat

Dilakukan oleh relawan yang tergabung dalam lembaga/organisasi masyarakat luas

atau keagamaan maupun kader atau petugas pemerintah di tingkat desa atau

kecamatan,berupa :

a. Penyuluhan

b. Bimbingan

c. Membentuk “kelompok tolong diri”

d. Rujukan

2. Pelayanan tingkat Puskesmas/RSU Kelas C dan D

Konseling, dilakukan terhadap penderita yang berpotensi untuk mengalami

gangguan stres pasca trauma. Dilakukan secara individu oleh seorang konselor

yang sudah terlatih terhadap penderita

Rujukan, pada kasus yang tak dapat ditangani dengan konseling awal dan

membutuhkan konseling lebih lanjut/psikoterapi atau penanganan lebih lanjut

3. Pelayanan tingkat spesialistik

22

Page 23: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Penderita yang tak dapat ditangani di tingkat Puskesmas akan dirujuk ke RSJ atau

Bagian Psikiater RSU Kelas A dan B. Di tingkat ini penderita akan dilayani secara

lebih spesialistik oleh seorang tenaga terampil (psikiater atau psikolog ) sesuai dengan

kebutuhan penderita. Penderita mungkin membutuhkan medikasi sementara untuk

membantu mengatasi masalahnya yang mendesak sehingga dapat dilakukan

konseling/psikiterapi yang lebih mendalam.

Pencegahan

Stres pasca trauma dapat dideteksi sampai batas tertentu sehingga dapat

dicegah agar tidak menjadi gangguan yang kronik (menahun).

Intervensi sedini mungkin akan menghasilkan terapi yang lebih memuaskan

dan akan mencegah berkembangnya stres pasca trauma menjadi gangguan

stres pasca trauma

Agama

Pada dasarnya orang sakit sama dengan orang sehat dalam hal kewajiban

melaksanakan shalat, hanya bagi orang sakit ada beberapa rukhsah (keringanan)

dalam melaksanakannya. Di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa agama Islam itu

mudah tidak sulit, dan Allah tidak menjadikan untuk kita dalam agama suatu

kesempitan.

Ketika akan melaksanakan shalat hendaklah melakukan wudhu terlebih dahulu.

Apabila ia tidak mampu melakukannya dengan menggunakan air, maka hendaklah ia

melakukan tayamum sebagai pengganti, yaitu, dengan menekankan kedua telapak

tangan ke tanah atau tempat yang mengandung unsur tanah/ debu, kemudian meniup

kedua telapak tangan tersebut, lalu mengusapkannya pada muka dan kedua punggung

telapak tangan masing-masing satu kali.

Orang sakit selama ia mampu melakukan shalat dengan berdiri, maka hendaklah ia

shalat dengan berdiri. Jika ia tidak mampu melaksanakannya dengan berdiri, maka

shalatlah dengan duduk, baik dengan duduk bersila maupun dengan cara duduk

tawaruk atau iftirasy.23

Page 24: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Jika tidak mampu duduk karena mendapatkan kesulitan ketika duduk atau

mendapatkan madharat, seperti penyakitnya bertambah parah, maka hendaklah ia

melaksanakan shalat dengan tidur miring. Tata cara shalat orang sakit seperti itu

ditegaskan dalam hadits sebagai berikut;

الله – – – صلى �ى� �ب الن ل ت�� أ ف�س� ير� �و�اس� ب �ى ب �ت �ان ك ق�ال� عنه الله رضى ن� ح�ص�ي ن� ب ان� ع�م ر� ع�ن

: – �ط�ع ت �س ت �م ل �ن ف�إ ف�ق�اع�د,ا، �ط�ع ت �س ت �م ل �ن ف�إ ، �م,ا ق�ائ ص�ل0 ف�ق�ال� �ة� الص�ال ع�ن� وسلم عليه

] [ . البخارى رواه ب ج�ن ف�ع�ل�ى

Artinya: “Diriwayatkan dari Imran bin Husein ra., ia berkata; ”Saya menderita

penyakit wasir, lalu saya bertanya kepada Rasulullah saw., maka beliau menjawab:

“Shalatlah kamu sambil duduk. Jika tidak mampu (duduk), maka hendaklah shalat

sambil berbaring.” ]HR. al-Bukhari[

Gerakan atau cara ruku’ dan sujud orang sakit hendaklah dibedakan. Untuk sujud

caranya dengan membungkukkan badan lebih rendah (bawah) dari ruku’.

: - - �ص�ل0ى ي ق�ال� وسلم عليه الله صلى �ى0 �ب الن ع�ن� ه� ع�ن الله� ض�ى� ر� ط�ال�ب� �ى ب� أ ن� ب ع�ل�ى0 ع�ن

،� و م�أ� أ ج�د� �س ي ن

� أ �ط�ع ت �س ي �م ل �ن ف�إ ق�اع�د,ا، ص�ل�ى �ط�ع ت �س ي �م ل �ن ف�إ �ط�اع�، ت اس �ن� إ �م,ا ق�ائ م�ر�يض� ال

م�ن� ي� األ �ه� ب ن ج� ع�ل�ى ص�ل�ى ق�اع�د,ا �ص�ل0ى ي ن

� أ �ط�ع ت �س ي �م ل �ن ف�إ �وع�ه�، ك ر� م�ن �خ ف�ض� أ س�ج�ود�ه� و�ج�ع�ل�

�ل�ى ي م�م�ا �ه� ل ر�ج ,ا ق�ي �ل ت م�س ص�ل�ى م�ن� ي� األ �ه� ب ن ج� ع�ل�ى �ص�ل0ى� ي ن

� أ �ط�ع ت �س ي �م ل �ن ف�إ �ة�، ل ق�ب ال �ل� �ق ب ت م�س

] والدارقطنى. ] البيهقى رواه �ة� ل ق�ب ال

Artinya: “Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra., dari Nabi saw. beliau bersabda:

Orang sakit melakukan shalat dengan berdiri jika ia mampu berdiri. Jika ia tidak

mampu (berdiri), shalatlah ia dengan duduk. Jika ia tidak mampu sujud ke tanah

(tempat sujud), maka ia memberi isyarat, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah

(posisi atau caranya) dari ruku’nya. Jika ia tidak mampu shalat dengan duduk, maka

ia shalat dengan tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat. Jika tidak

mampu tidur miring ke sebelah kanan, maka ia shalat dengan menghadapkan kedua

kakinya ke arah kiblat.” ]HR. al-Baihaqi dan ad-Daruquthni[

Dari kedua hadits di atas (hadits riwayat Imran bin Husein dan riwayat Ali bin Abi

Thalib) dapat disimpulkan bahwa tatacara shalat bagi orang sakit adalah sebagai

berikut:

24

Page 25: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

1. Jika ia mampu berdiri hendaklah ia melakukannya dengan berdiri

2. Jika tidak mampu berdiri, hendaklah melakukannya dengan duduk, baik duduk

iftirasy, duduk tawarruk atau cara duduk yang ia mampu lakukan.

3. Apabila ia tidak mampu melaksanakan shalat dengan duduk, maka ia dapat

melakukannya dengan cara tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap

kiblat jika memungkinkan.

4. Jika tidak mampu tidur miring, maka ia menghadapkan kedua kakinya ke arah

kiblat jika memungkinkan.

5. Jika tidak memungkinkan menghadap ke arah kiblat, maka shalat tetap dapat

dilakukan ke arah mana saja orang sakit itu menghadap. Allah berfirman:

[ . البقرة، Iيم� ع�ل Iع و�اس� الله� �ن� إ الله� و�ج ه� �م� ف�ث Kوا �و�ل ت �م�ا ن ي� ف�أ م�غ ر�ب� و�ال ر�ق� م�ش ال �ه� �ل [115: 2و�ل

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu

menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)

lagi Maha Mengetahui.” ]QS. al-Baqarah (2): 115[

SIMPULAN

Trauma akibat kecelakaan lalu lintas tidak hanya menyebabkan luka fisik,

tetapi juga menimbulkan gangguan psikososial terutama pada pada remaja. Terlebih

lagi, dalam kasus ini korbanlah yang mengendarai sepeda motor. Kecelakaan ini jelas

menyebabkan kekhawatiran atau bahkan ketakutan pada diri korban bila ingin

mengendarai sepeda motor kembali. Untuk itu sangat diperlukan dukungan keluarga

terutama orang tua untuk mengatasi masalah kekhawatiran dan kecemasan pada

remaja dan memompa rasa percaya diri yang mungkin sedikit menurun akibat luka

luka pasca kecelakaan.

25

Page 26: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

Selain dukungan orang tua, mendekatkan diri kepada Allah juga merupakan

suatu upaya agar selalu merasa dalam lindunganNya. Oleh sebab itu, menjalankan

ibadah disaat sakitpun tetap harus dilaksanakan sebagaimana Allah telah meringankan

beban ibadahnya melalui Rukhshah.

Saran-saran yang dapat dipertimbangkan :

1. Selain focus pada proses penyembuhan luka, perlu diperhatikan juga sisi

psikologis akibat kecelakaan ini.

2. Perlu komunikasi antara dokter kepada korban untuk menenangkan bahwa

luka trauma bisa disembuhkan, mengingat emosi pada remaja yang tidak stabil

dikhawatirkan korban resah akan lukanya.

3. Pemberian edukasi dalam aspek social dan agama bahwa cobaan yang datang

menjadi pengingat untuk lebih dekat dengan Allah SWT.

ACKNOWLEDGEMENT

Pertama sekali penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah swt atas

segala rahmatNya, tak lupa juga shalawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi

Besar Muhammad SAW. Kepada orang tua yang selalu memberikan dukungan moral

maupun spritual kepada penulis. Kepada Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha, Depok

yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan melakukan observasi yang

diperlukan untuk penyelesaian laporan kasus ini. Kepada dr. Hj. Susilowati, Mkes dan

Dr. Drh. Hj. Titiek Djannatun selaku koordinator blok elektif. Kepada dr. Yuzrizal

dan dr.Nur yang memberikan ilmu pengetahuan tentang trauma dan penanganan

26

Page 27: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

pasien gawat darurat dengan cepat, tenang dan tepat saat kami melakukan kunjungan.

Terimakasih pula kepada pasien kami untuk laporan kasus ini. Serta ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing kelompok 2 kepeminatan trauma dr.

Artha Budi Susila Duarsa,M.Kes, atas bimbingan dan dukungannya selama ini.

Kemudian terakhir kepada rekan-rekan sejawat di Fakultas Kedokteran Universitas

YARSI 2009 terutama untuk kelompok 2 kepeminatan trauma atas berbagai

kontribusinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.muhammadiyah.or.id

2. Ningrum, Manajemen Perdarahan pada fraktur pelvis yang mengancam jiwa. Diakses dari:www.ejournal.unid.ac.id/manajemen%20%20perdarahan%padafrakturpelvis%20mengancam%20jiwa%.html.

3. Fraktur pelvis. http://www.scribd.com/doc/52302577/24/Fraktur-tulang-panggul4. Sulistyanto R. Fraktur Pelvis. 2010. Diakses dari : http://fraktur%20pelvis/fraktur-

pelvis.html

27

Page 28: Rukhsah Dalam Ibadah Sebagai Akibat Dari Trauma Pelvis Dan Dampak Psikososial Terhadap Remaja

5. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 874-6 6. Advanced Trauma Life Support. Seven edition. American college of surgeons.

2004; 252-2537. Hettiaratchy, S., et.al., 2004. ABC of Burn. An electronic publishing media.

London : BMJ 329:504–6

28