Upload
trantu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI
ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN
REPUBLIK SOSIALIS VIET NAM
(EXTRADITION TREATY BETWEEN
THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND THE SOCIALIST REPUBLIC OF VIET NAM)
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015
w ~~ ~~r
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK iNDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI
ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLiK SOSIALIS VIET NAM
(EXTRADITION TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND THE SOCIALIST REPUBLIC OF VIET NAM)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara
Republik Indonesia untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
untuk memaJukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian ab:ldi dan keadilan sosial,
Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat internasional me!akukan hubungan dan
kerja sama internasional yang diwujudkan dalam
perjanjian internasional;
b. bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi transportasi, komunikasi, dan
informasi yang memudahkar, Jalu lintas manusia dari
satu negara ke negaraie.;n, selain mempunyai
dampak positif juga mempunYa.i dampak negatif yang
bersifat transnasional, yaitu memberikan peluang
yang lebih besar bagi pe!aku kejahatan untuk
meloloskan diri dari penyidikan, penuntutan, dan
, .
Mengingat
2
pelaksanaan pidana dari negara tempat kejahatan
dilakukan;
c. bahwa untuk mencegah dampak negatif tersebut
diperlukan kerja sarna antarnegara yang efektif yang
dilakukan melalui perjanjian, baik bilateral maupun
multilateral, khususnya daiam pencegahan dan
pemberantasan kejahatan;
d. bahwa untuk meningkatkan hubungan dan kerja
sarna yang efektif terse but, Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Viet Nam
telah menandatangani Perjanjian Ekstradisi di
Jakarta pada tanggal 27 Juni 2013;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf
d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Pengesahan Perjanjian Ekstradisi an tara Republik
Indonesia dan Republik Sosialis Viet Nam (Extradition
Treaty between the Republic of Indonesia and the
Socialist Republic of Viet Nam);
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang
Ekstradisi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3130);
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menetapkan
3
MEMUTUSKAN:
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN
PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK
INDONESIA DAN REPUBLIK SOSIALIS VIET NAM
(EXTRADITION TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF
INDONESIA AND THE SOCIALIST REPUBLIC OF VIET
NAM).
Pasal 1
Mengesahkan Perjanjian Ekstradisi antara Republik Indonesia dan
Republik Sosialis Viet Nam (Extradition Treaty between the Republic of
Indonesia and the Socialist Republic of Viet !Yam) yang ditandatangani
pada tanggal 27 Juni 2013 di Jakarta yang salinan naskah aslinya
dalam bahasa Indonesia, bahasa Viet Nam, dan bahasa Inggris
sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Undang-Undang ini.
Pasal2
Undang-Undang ini mulai berlaku pad a tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...
4
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOM OR ... TAHUN ...
TENTANG
PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI
ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SOSIALIS VIET NAM
(EXTRADITION TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND THE SOCIALIST REPUBLIC OF VIET NAM)
l. UMUM
Dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah
Republik Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat
internasional, melakukan hubungan dan kerja sama
internasional yang diwujudkan dalam perjanjian internasional.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi transportasi, komunikasi, dan informasi yang semakin
canggih, telah menyebabkan wilayah negara yang satu dengan
wilayah negara yang lain seakan-akan tanpa batas (borderless),
sehingga memudahkan lalu lintas dan perpindahan manusia dari
satu negara ke negara lain.
Di sam ping mempunyai dampak positif bagi kehidupan manusia,
kemajuan teknologi transportasi, komunikasi, dan informasi juga
membawa dampak negatif yang bersifat transnasional yaitu
memberikan peluang yang lebih besar bagi pelaku kejahatan
2
untuk meloloskan diri dari penyidikan, penuntutan, dan
pelaksanaan pidana dari negara tempat kejahatan dilakukan.
Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan hubungan dan kerja
sarna antarnegara yang dilakukan melalui berbagai perjanjian
baik bilateral maupun multilateral.
Menyadari adanya pelaku kejahatan yang meloloskan diri dari
penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan pidana dari negara
tempat kejahatan dilakukan, Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Republik Sosialis Viet Nam telah sepakat
mengadakan kerja sarna Ekstradisi yang telah ditandatangani
pada tanggal 27 Juni 2013 di Jakarta. Dengan adanya perjanjian
tersebut, hubungan dan kerja sarna an tara kedua negara dalarn
bidang penegakan hukum dan pemberantasan kejahatan atas
dasar kerja sarna yang saling menguntungkan (mutual benefit),
diharapkan semakin meningkat.
Saat ini Indonesia telah memiliki 6 (enam) Undang-Undang yang
mengesahkan perjanjian bilateral mengenai Ekstradisi dan 1
(satu) Undang-Undang yang mengesahkan perjanjian bilateral
mengenai perjanjian untuk penyerahan pelanggar hukum yang
melarikan diri. Ketujuh Undang-Undang tersebut, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1974 tentang Pengesahan
Perjanjian an tara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Malaysia mengenai Ekstradisi;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1976 tentang Pengesahan
Perjanjian Ekstradisi an tara Republik Indonesia dan Republik
Philipp ina serta Protokol;
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1978 tentang Pengesahan
Perjanjian an tara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Kerajaan Thailand tentang Ekstradisi;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Perjanjian Ekstradisi antara Republik Indonesia dan
Australia;
3
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 tentang Pengesahan
Persetujuan an tara Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Hongkong untuk Penyerahan Pelanggar Hukum
yang Melarikan Diri (Agreement between the Government of the
Republic of Indonesia and the Government of Hongkong for the
Surrender of Fugitive Offenders);
6. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2007 tentang Pengesahan
Perjanjian Ekstradisi antara Republik Indonesia dan Republik
Korea (Treaty on Extradition between the Republic of Indonesia
and the Republic of Korea); dan
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pengesahan
PeIjanjian Ekstradisi antara Republik Indonesia dan Republik
India (Extradition Treaty between the Republic of Indonesia
and the Republic of India).
Dengan disahkannya Undang-Undang tentang Pengesahan
Perjanjian Ekstradisi antara Republik Indonesia dan Republik
Sosialis Viet Nam akan mendukung penegakan hukum di
Indonesia terutama yang berkaitan dengan kejahatan lintas
negara (transnational crime).
Perjanjian Ekstradisi antara Republik Indonesia dan Republik
Sosialis Viet Nam memuat asas antara lain:
a. Ekstradisi dilaksanakan terhadap setiap orang yang
ditemukan berada di wilayah Pihak Diminta dan dicari oleh
Pihak Peminta untuk penuntutan, persidangan, atau
pelaksanaan hukuman untuk tindak pidana yang dapat
diekstradisikan, meskipun tindak pidana terse but dilakukan
sebelum atau setelah berlakunya Perjanjian ini;
b. suatu tindak pidana merupakan tindak pidana yang dapat
diekstradisikan, apabila tindak pidana tersebut dapat
dihukum menurut hukum kedua Pihak, dengan ancaman
pidana penjara paling sedikit satu tahun atau dengan
hukuman yang lebih berat;
4
c. suatu tindak pidana dapat diekstradisikan, tanpa
mempertimbangkan apakah perbuatan yang dituduhkan
kepada orang yang diminta telah dilakukan secara
kese1uruhan atau sebagian di wilayah Pihak Diminta, apabila
berdasarkan hukum Pihak Diminta, perbuatan dan akibat
yang ditimbulkannya, atau akibat yang dikehendaki, secara
keseluruhan dianggap sebagai tindak pidana yang terjadi di
wilayah Pihak Peminta;
d. Ekstradisi tidak dikabulkan apabila tindak pidana yang
dimintakan Ekstradisi adalah tindak pidana politik;
e. ekstradisi tidak dikabulkan apabila tindak pidana yang
dimintakan ekstradisi adalah tindak pidana militer, yang
bukan merupakan tindak pi dana dalam hukum pidana
umum;
f. tidak satu Pihak pun terikat untuk mengekstradisikan warga
negaranya menurut Perjanjian ini;
g. Ekstradisi dapat tidak dikabulkan apabila Pihak Diminta
memiliki yurisdiksi atas tindak pidana yang dimintakan
Ekstradisi sesuai dengan hukum nasionalnya;
h. orang yang diekstradisikan berdasarkan Perjanjian ini tidak
boleh diproses hukum ataupun menjalani hukuman pidana
pada Pihak Peminta atas tindak pidana yang dilakukan oleh
orang terse but sebelum penyerahannya selain tindak pidana
yang permintaan Ekstradisinya dikabulkan, ataupun orang
terse but tidak boleh diekstradisi lagi ke negara ketiga,
kecuali:
1. Pihak Diminta telah menyetujui sebelumnya;
2 . orang tersebut belum meninggalkan wilayah Pihak
Peminta dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
mendapatkan kebebasan untuk meninggalkan wilayah
Pihak Peminta atau orang tersebut telah secara sukarela
kembali ke wilayah Pihak Peminta sete1ah meninggalkan
wilayah terse but;
5
3. setiap tindak pidana yang lebih ringan yang diungkapkan
dengan fakta-fakta untuk tujuan memastikan kembalinya
orang yang dimintakan Ekstradisinya, selain tindak
pidana yang secara hukum tidak dapat dimintakan
ekstradisinya.
1. orang yang dimintakan Ekstradisi tidak dapat dituntut
karena daluwarsa berdasarkan hukum Pihak Peminta atau
hukumannya tidak dapat dilaksanakan karen a adanya
pengampunan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal2
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...
'~~I!PII'-t.:remn:n; .. ;:tfW:aa.;a .t~LJItV!L&S!~~~~:£ju;;;:;::a:x:m~; ,---------- - 41
REPUJH .. UC INDONESIA
PERJANJIAN EKSTRADISI
ANTARA
REPUBlIK SOSIALIS VIEr NAM
DAN
REPUBlIK INDONESIA
Republik Sosialis Viet Nam dan Republik Indonesia (selanjutnya disebut sebagai "Para
Pihak"); .~,
Berkeinginan r:nengadakan ker]a sama yang lebih efektif antara kedua negara dalam
pencegahan dan pemberantasan kejahatan berdasarkan saling penghormatan
terhadap kedaulatan, kesetaraan dan saling menguntungkan;
TELAH MENYETUJUI sebagai berikut:
PASALl
KEWAJIBAN UNTUK MELAKUKAN EKSTRADISI
Tiap-tiap Pihak sepakat untuk melakukan ekstradisi kepada Pihak lainnya, sesuai
dengan ketentuan Perjanjian ini dan hukum domestiknya masing-masing, setiap orang
yang ditemukan berada. di wilayah Pihak Diminta dan dicari oleh Pihak Peminta untuk
penuntutan, persidangan, atau pelaksanaan hukuman untuk tindak pidana yang dapat
diekstradisikan, meskipun tindak pidana tersebut dllakukan sebelum atau setelah
berlakunya Perjanjian.ini.
~~d
"
~,,,t.t!:m&Z1Z:!'M&E~~~~fJA:~~~":~~~~:~~:~~~~~~~~ '.$"$*'1§
l PASAL 2
TINDAK PIDANA YANG DAPAT DIEKSTRADISIKAN'
1. Suatu tindak pidana merupakan tindak pidana yang dapat diekstradisikan,
apabila tindak pidana tersebut dapat dihukum menurut hukum kedua Pihak,
dengan ancaman pidana penjara paling sedikit satu tahun atau dengan hukuman
yang lebih berat.
2. Suatu tindak pidana juga l11erupakan tindak pidana yang dapat diekstradisikan,
apablla tindak pidana tersebut mellputi suatu percobaan atau permufakatan
jahat untuk melakukan, pembantuan atau penganjurar., pemberian nasi hat atau
pemberian kesempatan, atau penyertaan untuk melakukan tindak pidana
sebagaimana tersebut pada Ayat 1 pasal ini. .i.,
3. Menurut Pasal ini, dalam menentukan apakah suatu perbuatan merupakan
tindak pida:na berdasarkan hukum kedua Pihak, tidak menjadi persoalan apakah
hukum kedua Pihak menempatkan perbuatan yang dituduhkan terhadap ,
buron.n tersebut dalam golongan tindak pidana yang sama atau menyebutkan
tindak pidana tersebut dengan terminologi yang sama. Keseluruhan perbuatan
yang dituduhkan akan dipertimbangkan terlepas .adanya perbedaan unsur-unsur
dasar tindak pidana yang dimintakan ekstradisinya .
4. Apabila permintaan ekstradisi meliputi sejumlah tindak pidana dan beberapa di
antaranya tidak dapat dihukum dengan pidana penjara untuk jangka waktu
paling sedikit satu tahun berdasarkan hukum kedua Pihak, ekstradisi dapat
dikabulkan untuk semua tindak pidana apabila memenuhi persyaratan lainnya
sebagalmana diatur dalam Perjanjlan in l dan termasuk pengabulan ekstradisi
untuk sekurang-kurangnya satu tindak pidana yang dapat diekstradisikan .
5 . Dalam hal ekstradisi dimintakan terhadap seseorang untuk suatu tindak pidana
yang berkaitan dengan perpajakan, bea cukai, pengawasan valuta asing, atau
masalah-masalah penghasilan lainnya, ekstradisi tidak dapat ditolak dengan
2
11fMZi\Wi!i\lUJ~.llL_~~.,.,~~""" .• ~"NiOil ... fti'wm_e;;;;;;;;;;;;;m'J\l
t~1B':'::b~.~~~~~~~~~~,t&~~!l~~~~~~~~~~!~
alasan bahwa hukum dari Pihak Diminta tidak m.enerapkan jenis pajak atau bea
yang sama atau tidak mengatur ketentuan-ketentuan pajak, bea cukai, atau
pertukaran valuta asing yang serupa dengan hukum di Pihak Peminta.
6. Tanpa mengurangi ketentuan dalam Pasal 3 Ayat (4) Perjanjian ini, suatu tindak
pidana dapat diekstradisikan, tanpa mempertimbangkan ·apakah perbuatan yang
dituduhkan kepada orang yang diminta telah dilakukan secara keseluruhan atau
sebaglan di wilayah Pihak Diminta, apabila berdasarkan hukum Pihak Diminta, , perbuatan dan akibat yang ditimbulkannya, atau akibat yang dikehendaki, secara
keseluruhan dlanggap sebagai tlndak pldana yang terjadi di wilayah Pihak
Peminta. ".
7. Apabila permintaan ekstnidisi diajukan dengan tujuan untuk melaksanakan
''hukuman yang telah diputuskan, sisa masa hukuman yang harus dijalani untuk
tindak pidana yang dapat diekstradisikan tersebut tidak kurang dari enam bulan.
PASAL 3
PENOLAKAN EKSTRADISI
1. Ekstradisi tidak dikabulkan apabila:
a. tlndak pldana yang dimintakan ekstradisl adalah tlndak pidana politik;
b. Pihak Diminta memiliki alasan kuat untuk m~yakini bahwa permintaan
ekstradisi diajukan dengan tujuan untuk menuntut atau menghukum orang
yang diminta berdasarkan ras, agama, kewarganegaraan, suku, pandangan
politik, atau berdasarkan alasan-alasan tersebut, orang tersebut akan
mendapatkan perlakuan tidak adil dalam proses peradilannya;
c. tindak pidana yang dimintakan ekstradisi adalah tindak pidana militer, yang
bukan merupakan tindak pidana dalam hukum pidana umum;
3
~ ---.-----... ---- . II :.etbit6lM2::ati8Ui\Mti&l!M!II=4>.~~·~\S''-tU'R~$iRtW.bWi~SIWl\j)&'',;tt.=vaJiQ&..4Ctt>tt'Eill
, < ,
l1~h:t!,;C:&{(l5idPZ!l~~~B1'_.i~"~~:r;'C.~$~!~'\4liI~ - ... _---_.- . d. orang yang dimintakan
berdasarkan hukum Pih
k da~at dituntut karena daluwarsa
atau hukumannya tidak dapat
dilaksanakan karena adanya pe'l\gampunan; R1l:NJaLm: IlVDONESlA
e. putusan yang berkekuatan hukum tetap telah dijatuhkan kepada orang yang
diminta terkait dengan tindak pidana yang dimintakan ekstradisi;
f. tindak pidana yang dimintakah ekstradisi diancam dengan hukuman pidana
mati berdasarkan hukum Pihak Peminta, sedangkan berdasarkan hukum
Pihak Dlmlnta, tindak pldana tersebut tldak diancam dengan hukuman
. ~,
"
pidana mati, kecuali Piha'k Peminta menjamin bahwa apabila orang yang
diminta tersebut dijatuhi pidana mati, pemidanaannya tidak akan
dilaksanakan .
2. Menurut Perjanjian ini, tindak pidana berikut tidak termasuk sebagai tindak
pidana politik:
a. tindak pidana terhadap nyawa I atau diri Kepala Negara atau Kepala
Pemerintahan ataukeluarga inti;
b. tindak pidana berdasarkan konvensi internasional dalam hal Para Pihak
memilikl kewajiban dengan menjadi Negara Pihak dalam konvensi tersebut,
untuk melakukan ekstradisi atau melakukan penuntutan terhadap orang
yang dimlnta atau menyerahkan perkara terSebut tanpa penundaan kepada
otoritas yang berwenang untuk tuju'an penuntutan;
c. tindak pldana terkait terorisme yang pad a saat permintaan diajukan,
berdasarkan hukum Pihak Diminta, tidak dianggap sebagai tindak pidana
yang berslfat politik;
d. percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan setiap tiridak pidana
sebagaimana tersebut di atas atau turut serta dalam pembantuan kepada
4
~tttli!C.fZltl!t~t~lU§IIttt!&.~~Q!l'l' .=" .. ,
"
1,~!l1!r.itlmt~~!U&~~~~~~~!:~~2t{~~~~~='~?~~1:~:f~,~~~:~~~~ $h~
seseorang yang melakuk~n atau meneoba untuk melakukan tindak pidana
terse but.
3. Tindak pidana berat terhadap tubuh, orang, nyawa dan harta benda, walaupun
bermuatan politik, tidak akan dianggap sebagai tindak pidana 'po1itik menurut ,. " Perjanjian ini.
I 4. Ekstradisi dapat tidak dikabulkan apabila Pihak Diminta memiliki yurisdiksi atas
tindak pidana yang dimintakan ekstradisi sesuai dengan hukum nasionalnya ,
Dalam keadaan tersebut, Pihak Diminta memiliki kewajiban untuk menuntut
pelaku ke Pengadilan atas tindak pidana yangdiajukan ekstradisinya sesuai
dengan hukum nasionalnya . Dalam hal otoritas berwenang dari Pihak Diminta
memutuskan untuk tidak menuntut atau apabila penuntutan tidak dapat
cfllaksanakan karena atas alasan apa pun, maka permintaan e kstradisi harus
dipertimbangk'an kembali.
5. Apabila, dalam keadaan tertentu, Pihak Diminta dengan mempertimbangkan
keseriusan tindak pidana dan kepentingan Pihak Peminta, beranggapan bahwa,
karena keadaan pribadi orang yang diminta, ekstradisi tidak sejalan dengan
pertimbangan'pertimbangan kemanusiaan.
PASAl4
WARGA NEGARA
1. Tidak satu Pihak pun terikat untuk mengekstradisikan warga negaranya menurut
Perjanjian ini.
2. Apabila ekstradisi ditolak hanya berdasarkan kewarganegaraan orang yang
diminta dan yang bersangkutan dieari untuk menjalani penuntutan di Pihak
Peminta , Pihak Diminta, atas permintaan Pihak Peminta, menyerahkan kasus
terse but kepada otoritas Pihak Diminta untuk menjalani penuntutan.
5
~"'4'4i!"'UlSb41 5 ! _* iX'M a Cr¥'f!tPiWt:\tLi£i~"-_~;;;::;;~~~· := .. -~ - ... ..... ----- ........
"
r-~~~~bd~~!!,:"'=-!JJl!'!'~~~~~!,~!!'-::"'~'!"!:"~~~~~"':'~'':~.:::':"; __ ._. ___ ~
I 3. Menurut pasal ini, kewarganegaraan orang yang dicari tersebut harus ditentukan
berdasarkan kewarganegaraannya pada saat tindak pidana yang dimintakan
ekstradisi itu dilakukan.
PASALS
OTORITAS PUSAT
1. Tiap-tiap Pihak harus menunjuk otodtas pusat untuk tujuan pelaksanaan
Perjanjian inL
2. Untuk Republik Indonesia, otoritas pusa t adalah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia dan untuk Republik Sosialis Viet Nam, adalah Kementerian
Keamanan Publik . . "
PASAL6
PERMINTAAN EKSTRADISI DAN DOKUMEN YANG DIPERLUKAN
1, Suatu permintaan ekstradisl dan seluruh komunikasi terkait dengan ekstradisi
tersebut disampaikan melail,Ji . otoritas' pusat salah satu Pihak kepada otoritas
pusat Pihak lainnya melalul saluran diplomatik,
2, Setiap permlntaan ekstradisi harus disertai dengan:
a. deskripsi tentang orang yang dicari, termasuk nama, umur, jenis kelamin,
kewarganegaraan, dokumen identifikasi lainnya, dan jika ada, pekerjaan,
kemungkinan lokasi orang yang diminta, ciri-ciri fisik, foto, sidik jari orang
dimaksud apab/la te rsedla serta informasi lainnya yang dapat membantu
untuk mengidentifikasi dan menemukan orang dimaksud;
b, keterangan slngkat mengenai fakta-fakta perkara, uraian tindak pidana
yang dimintakan ekstradisinya, termasuk waktu dan tempat dilakukannya
6
lb'dUii aa::gy;asJL.&ii!EtQOilij,- Rii> iM"i liJg;;;;~.!1i1llC1ltitM!atlZ~;;~£$::!s* Ie
"
ftamttalV"...ut~tH~~eM~\1lM"'.r..!!fA;~m}j',\~!Y.~~.~~~::~:??:~~:?~t.~,!,~~}r~!~:~:::~:.::~~~~
tindak pidana. dan ancaman hukuman yang ditetapkan menu rut ketentuan
hukum;
c. naskah ketentuan hukum yang menetapkan adanya tindak pidana dan
ancaman hUkumannya. serta ketentuan hukum mengenai daluwarsa untuk ,
penuntutan atau pelaksanaan hukuman atas tindak pidana tersebut.
3. Apabila permintaan ekstradisl dimaksud untuk tujuan penuntutan. permintaan
tersebut harus disertai dengan: surat penahanan dari pengadilan atau otoritas
berwenang lainnya; surat dakwaan atas tindak pidana yang dituduhkan kepada
terdakwa; dan bukti terkait yang dapat membenarkan penuntutan atas terdakwa
tersebut
.~" 4. Apabila permintaan ekstradisi dimaksud untuk tujuan pelaksanaan hukuman
yang dijatuhkan kepada orang yang diminta. permintaan tersebut harus disertai
dengan sebuah salinan resmi putusan pengadilan yang final dan pernyataan
mengenai masa hukuman yang telah dijalani dan masa hukuman yang masih
harus dijalani.
S. Suatu permintaan ekstradisi berdasarkan Perjanjian ini harus ditandatangani dan
dibubuhl segel secara resmi oleh otoritas berwenang Pihak Peminta.
6. Permintaan ekstradisi dan seluruh komunikasl terkait dengan ekstradisi tersebut
harus dibuat dalam bahasa Inggris.
PASAL 7
INFORMASI TAM BAHAN
Jlka Pihak Oiminta menganggap ba hwa informasi yang disampaikan untuk mendukung
permintaan ekstradlsl tidak cukup untuk mempertimbangkan permintaan tersebut.
Plhak Diminta dapafmeminta Informasi tambahan tersebut untuk disampaikan dalam
7
P':a£Ll!F.RG!ial~aowC==.Ulm:wttUh.fRlilll!$.eG;si;:s:z:atm::n;"ia:"m~~Vf~~w~;.~~.tim~ir.I
"
FZi1f.t!iI.Ji(4.$f"'£W:WUC&bJ?UW$i!®J1JI3mJM.iitlt3!~~~~!<l'l£et!. •. i."b.2:«~~~!h~~~~~J~~?!:iE~~1
, waktu 30 (tlga puluh) hari sejakditerimanya pemberitahuan permintaan informasi 1 tambahan tersebut atau dalam jangka waktu yang disepakati Para Pihak.
LSr
PASALB
PENYERAHAN SUKARELA
Selama proses persldangan ekstradisi, apabila orang yang diminta menyatakan di
hadapan pengadila~ bahwa orang tersebut secara sukarela bersedia untuk diserahkan
kepada Pihak Perninta, sesuai dengan hukum nasional Pihak Diminta, Pihak Diminta
dapat menyerahkan ' orang terse but secepat mungkin tanpa melanjutkan proses
persidangan ekstradisi tersebut.
.~
PASAL 9
PENAHANAN SEMENTARA
1. Dalam keadaan mendesak, salah satu Pihak dapat mengajukan kepada Pihak
lainnya permintaan penahanan sementara terhadap seorang buronan untuk
kepentlngan ekstradisi sebelum permintaan ekstradisi secara resmi disampaikan.
Permintaan tersebut dapat disampaikan secara tertulis melalui saluran
sebagaimana tersebut dalam Pasal 5 Perjanjian ini, International Criminal Police
Organization - INTERPOL, atau saluran komunikasi lainnya yang disepakati oleh
Para Pihak.
2. Permintaan penahanan sementara harus memuat informasi sebagaimana tertera
dalam Pasal 6 ayat (2) Perjanjian ini, pernyataan bahwa'telah dikeluarkan surat
perintah penangkapan, dan pernyataan bahwa permintaan resmi ekstradisi atas
orang yang dimlntakan tersebut akan disampalkan setelah adanya penahanan
sementara.
3. Pihak Diminta harus segera memberitahu Pihak Peminta mengenai hasil
permintaan penahanan sementara.
:. 8
10)'. UM. _-0>'-: _ . • . '~ ~m~~Gwiii&&!li;;m;-J' _,.".~
' .
~.t::3tM!j~l:Ifr~~W,Ci~.!I~:!~~.fNr..~::~!,..:!!:~:!~~~?~:':~~~~!l'l~~~~~~~./;~.~'~~\~:"~?:,S_bt.W&~~
4. Seseorang yang ditahan sementara harus dibebaskan apabila dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari masa penahanannya, otoritas berwenang Pihak
Diminta belum menerirha permintaan resmi ekstradisi.
5. Dibebaskannya orang berdasarkan ayat (4) pasal ini tidak boleh menghalangi
penahanan kembali dan pelaksanaan proses ekstradisi orang dimaksud jika Pihak
Diminta telah me~erlma permintaan resmi ekstradisL
PASAll0
KEPUTUSAN ATAS PERMINTAAN EKSTRADISI
1. Pihak Diminta harus mempertimbangkan permintaan ekstradisi yang dibuat
berdasarkan Perjanjian ini sesuai dengan prosedur yang ditetapkan hukum
ni'isionalnya, 'dan harus segera memberitahukan keputusannya kepada Pihak
Peminta.
2. Apabila Pihak D.iminta menolak seluru,h atau sebagian dari permintaan ekstradisi
tersebut, alasan-alasan penolakan harus diberitahukan kepada Pihak Peminta.
PASAL 11
. PENYERAHAN
7
L Apabila permintaan ekstradisi telah dikabulkan oleh Pihak Diminta, para Pihak
harus menyepakati waktu, tempat dan hal-hal relevan lainnya terkait dengan
penyerahan orang yang diminta. Pihak Diminta harus memberitahu Pihak
Peminta mengenal Jangka waktu penahanan yang telah dljalani orang yang dieari
sebelum dilakukannya penyerahan.
2. Apabila Pihak Peminta tidak mengambil alih orang yang dieari dalam waktu 15
(lima bel as) hari setelah tanggal yang disepakati untuk penyerahan, Pihak
Diminta harus segera membebaskan orang terse but dan dapat menolak
9
--------&ir:a~.u;;-.ri;m;:__;~TB,~;·ii;;~lAi~4 __ uid:.ml!d
&taQOG;la'l.~\~~!~~~!-:,~~~~~~::.~~~~~~::!_~~:;;~:,'S~g ... t~.=:::,~!S::~,:~1m,wr~~~~~!::?~
permintaan baru yang diajukan Pihak Peminta untuk pengekstradisian orang
terse but atas tindak pidana yang telah ?imintakan ekstradisi.
3. Apabila suatu Pihak tidak dapat menyerahkan atau mengambil alih orang yang
akan diekstradisikan dalam jangka waktu yang telah disepakati dengan alasan
alasan yang di luar kendalinya, Pihak lainnya harus segera diberitahu. Para Pihak
harus menyepa~ati waktu dan tempat yang baru dan hal-hal relevan untuk
pelaksanaan ekstrad lsl berdasarkan hukum nasional yang berlaku dari Para
Pihak. Dalam hallni, ketentuan-ketentuan ayat (2) Pasal ini harus diberlakukan.
PASAL 12
PENUNDAAN DAN PENYERAHAN SEMENTARA
.~,
I. Apabila orang yang diminta sedang dalam proses hukum atau sedang menjalani
hukuman pada Pihak Diminta untuk tindak pidana selain tindak pidana untuk
yang dimintakan ekstradisinya, Pihak Diminta, setelah memutuskan untuk
mengabulkan ekstradisi, dapat menunda ekstradisi sampai selesainya proses
hukum atau selesainya hukuman tersebut. Plhak Diminta harus memberitahu
Pihak Peminta mengenai penundaan tersebut.
2. Apabila penundaan ekstradisi dapat secara seriusmenghambat proses hukum
pada Pihak Peminta, Pihak ' Diminta dapat, atas permintaan, menyerahkan
sementara orang yang dimlnta kepada Pihak Peminta, dengan ketentuan bahwa
proses hukum yang sedang berlangsung tidak terhambat, dan Pihak Peminta
menjamin untuk mengembalikan orang tersebut dengan segera dan tanpa syarat
setelah berakhirnya proses hukum terkait.
PASAL 13
PERMINTAAN BERSAMAAN
Apabila permintaan ekstradisi untuk orang yang sama d!terima dari dua negara atau
lebih, baik untuk ' tindak pldana yang sama maupun berbeda, untuk menentukan ke , 10
ru I , • '---, ------, _.- ,--'.- - -.---,--:' --;--" " ---- --~ d ~tiWBiiflM{kt~~....... - " ,~~~~me~~':1~iZu:w:.'AilliS!!7M
.... I'!$aaM~\AW&A.m:m_'1I ,~tm&'.::!':r~~~~~~~~~.:::~~r~~~;8N!.3: t&tll!t\1
negara mana orang terse but akan diekstradisi, Pihak Diminta harus
mempertimbangkan semua faktor' yang relevaT1, te rmasuk tetapi tidak terbatas pada :
a. apakah permintaan tersebut dibuatberdasarkan suatu Perjanjian;
b. tingkat keseriusan tindak pidana;
c. waktu dan tempat dilakukanriya tindak pidana;
d. kewarganegaraan orang yang dicari dan korban;
e. tanggal masing-masing permintaan dimaksud;
." f. kemungkinan ekstradisi selanjutnya ke negara lain.
PASAL 14
ASAS KEKHUSUSAN
Orang yang diekstradisi berdasarkan Perjanjian ini tidak boleh diproses hukum ataupun
menjalani hukuman pidana pada Pihak Peminta atas tindak pi dana yang dilakukan
oleh orang tersebut sebelum penyerahannya selain tindak pi dana yang permintaan
ekstrad isinya dikabulkan, ataupun orang tersebut tidak boleh diekstradisi lagi ke
negara ketiga, kecuali:
a. pihak Diminta telah menyetujui sebelumnya. Untuk tujuan pemberian
persetujuan dimaksud, Pihak Diminta dapat mensyaratkanpenyerahan dokumen
dan informasi yang dinyatakan dalam Pasa!. 6 Perjanjian ini;
b. orang tersebut'belum meninggalkan wilayah Pihak Peminta dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari setelah mendapatkan kebebasan untuk meninggalkan wilayah Pihak
Peminta atau orang tersebut telah se'cara sukarela kembali ke wilayah Pihak
Peminta setelah meninggalkan wilayah tersebut. Namun, jangka waktu tersebut
.1.1
II} u&:ii$m£m;'~~'R..,.ruw ... l!r.Gt\a:>ShW:B"'(J£lt:;;;;;;;-~lW~.~;~;tl~~I&:;.,,<:tt.R'~Ai
r~8~~~~fjJU:&2QQ4JJ~,,"1!ifa,:~~~~~~~!:~~~~";~:,~~'W~!~~:':.~:::~:~:~~~~iWi
tidak termasuk waktu apabila orang tersebut tidak dapat meninggalkan Pihak
Peminta untuk alasan-alasan di luar kendallnya; atau
c. setiap tindak pidana yang lebih ringan yang diungkapkan dengan fakta-fakta
untuk tujuan memastikan kembalinya orang yang dimintakan ekstradisinya,
selain tlndak pldana yang secara hukum tidak dapat dimintakan ekstradisinya.
PASAl15
PENYERAHAN HARTA BENDA
1. Apabila Pihak Peminta meminta, Pihak Diminta harus, sepanjang diperbolehkan
oleh hukum nasionalnya, menyita hasil-hasil dan sarana tindak pidana dan harta
benda lalnnya yang dapat digunakan sebagai bukti yang ditemukan di wilayahnya . . A,
atau ditemukan berada dalam penguasaan orang yang diminta, dan apabila
permintaan ekstradisi dikabulkan, Pihak Diminta harus menyerahkan harta
benda tersebut kepada Pihak Peminta.
2. Apabila permintaan ekstradisi dikabulkan, harta benda sebagaimana disebutkan
pad a ayat (1) . Pasal inl tetap dapat diserahkan, bahkan apabila ekstradisi tidak
dapat dilaksanakan karena orang yang diminta meninggal dunia, hilang, atau
melarikan diri, atau alasan lainnya. ,.
3. Pihak Diminta dapat, untuk melaksanakan proses hukum lainnya yang masih
berjalan, menunda penyerahan harta benda tersebut di atas sampai dengan
selesainya proses tersebut, atau menyerahkan sementara harta benda tersebut
dengan syarat bahwa Pihak Peminta menjamin untuk mengembalikannya.
4. Penyerahan harta benda dimaksud tidak boleh merugikan setiap hak yang sah
Pihak Diminta atau pihak ketiga lainnya atas harta benda itu. Apabila terdapat , hak-hak dimaksud, Pihak Peminta harus, atas permintaan Pihak Diminta segera
mengemballkan harta benda yang diserahkan tanpa blaya kepada Pihak Diminta
sesegera mungkin setelah selesainya pro,es hukum.
12
L . ~ .... . .. _- .. - ..... _ .. .... _. __ .... _ .. · · · ···-~~~;;Wa.--z;m: ~iiS!WiiZttMMt"!"4U • .iMda;g..IitiIiliI!Ifi'J&4!l .• :rt!tI=&Qi_&&'@IS.~Mm . 0;;:::;;;"", _..I~",""""'_"-"" . '.
,
t. ... ;i&Alisw..!.i!~~~J!\2fiIJllllii.:.:,.I:~~~~1l'G';!I:'t.~::sF.J'#~~~1an,.~~~~~ --~P.--'------'----'----------~'~ ._ ... _. _____ .. _. _~ . ____ . ____ ...... ". .. ,".,_,_ , ____ "_ .... _ . __ ",_ . __ ."
PASAl16
BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK
Tiap-tiap Pihak harus, sepanjang diperbolehkan oleh hukum nasionalnya , saling
memberikan bantuan timbal balik dalam masalah pidana ·seluas-Iuasnya terkait dengan
tindak pidana untuk ekstradisi yang telah di~intakan .
PASAl17
TRANSI1:·
1. Sepanjang diperbolehkan 6.leh hukum nasionalnya, transit seseorang yang akan
diekstradisi dari suatu negara ketiga ke salah satu Pihak melalui wilayah Pihak
.J?innya akan diizinkan berdasarkan permintaan yang disampaikan melalui saluran ~ ~
diplomatik atau secara langsung melalui otoritas pusat Para Pihak. Izin transit
tidak diperlukan dalam penggunaan transportasi udara dan tidak ada pendaratan I
yang dijadwalkan di wilayah Pihak yangd igunakan sebagai tempat transit.
2. Apabila terjadi pendaratan tidak terjadwal di wilayah Pihak terse bu t, Pihak
terse but dapat mensyaratkan Pihak lainnya untuk melengkapi permintaan transit
sebagaimana ditetapkan pada' ayat (1) Pasal ini. Pihak tersebut dapat menahan
orang yang akan diekstradisi terse but untuk jangka waktu 72 (tujuh puluh dual
jam sambil menunggu permintaan tr.ansit sepanjang tidak bertentangan dengan
hukum naslonalnya ..
PASAl18
PEMBERITAHUAN HASIL
Piha k Peminta harus segera memberikan 'informasi kepada Pihak Diminta mengenai
hasil persidangan pidana atau pelaksanaan hukuman terhadap orang yang diekstradisi
atau Informasi mengenai ekstrad isi kembali orang terse but ke negara ketiga.
13
9. I 'SI5f:iilIiI6lilE4&9AD&Ka "'i~ .. ItQI!I:MJ_UilCG5OllNlCihW,~~~rM~"';i*;;~
~, ~~:£&J&~~ec:~:,,~.~ ...... ~~~ ... ~,,~ .. ~ .. ~.:.: •• :.::~::::::::::::::::::::::~ __________________________________________ _
PASAL19
SIAYA
Biaya yang timbul dari prosedur ekstradisi pada Pihak Diminta akan ditanggung oleh
Pihak tersebut. Biaya transportasi dan biaya transit yang berhubung;ln dengan
penyerahan atau pengambilalihan orang yang diekstradisi akan ditanggung oleh Pihak
Peminta.
PASAL20
KEWAJISAN INTERNASIONAL
Perjanjian Ini tidak akan mempengaruhi hak dan kewajiban Para Pihak mengenai
ekstradisi .berdasarkan konvensi internasional atau pengaturan lainnya yang dalam hal
ini mereRa menjadi pihak ..
PASAL 21
PENYELESAIAN PERBEDAAN
Setiap perbedaan yangtimbul · a kibat penafsiran .atau pelaksal)aan Perja njian inLClkan
diselesaikan melalui konsultasl antara Para Pihak melalui saluran diplomatik.
PASAL 22
PERUBAHAN
PerJanjian In! dap"t diubah setlap saat melalul kesepakatan bersama Para Pihak.
Perubahan dimaksud akan berlaku melalui prosedur yang sama dengan prosedur
pemberlakuan Perjanjian in!.
14
'. as
PASAL 23 ·
KETENTUAN PENUTUP ,
1. Para pihak harl)s memberitahukan satu sama lain mengenai selesainya
persyaratan domestik masing-masing untuk pemberlakuan Perjanjian ini.
Perjanjian inl mulai berlaku sejak tanggal diterlmanya pemberitahuan
pemberlakuan yang paling akhir.
2. Salah satu Pihak dapat mengakhlri Perjanjian ini kapan pun melalui
pemberitahuan secara tertulis kepada Pihak lainnya melalui saluran diplomatik.
Pengakhiran ini berlaku setelah 6(enam) bulan sejak diterimanya pemberitahuan
mengenal pengakhiran dimaksud. Pengakhlran Perjanjian ini tidak aka n
mempengaruhi permlntaan . ekstradisi yang telah disampaikan sebelum
pen~akhiran Perjanjian ini. . .
SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, diberi kuasa oleh Pemerintahnya
masing-masing, telah menandatangani Perjanjian ini.
DISELESAIKAN di Jakam pada tanggal dua .puluh tujuh Juni, 2013, dalam dua rangkap
naskah asli masing-masing dalam bahasa Indonesia, Viet Nam, dan Inggris, semua
naskah sama-sama sahnya. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah
bahasa Inggrislah yang berlaku.
UNTUK REPUBLIKINDONESIA
AMIR SYAMSUDIN
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
15
. UNTUK REPUBLIK SOSIALIS
VIETNAM
PHAM BINH MINH
MENTERI WAR NEGERI
~· !!!tif awn'", b w:a.&i!LIhi~IilJJU&i!\t$iiG~~
I
rr;m.te&31i.j)_=~~itJ'.&.a:ttk~m~~~~~~~~~~~.~~:::::·:~::~'I::;~:~~~~~_~~:::~.~
REPUDLH.( INDONES iA
~I~P DINH VE DAN DO
GILrA
CQNG HOA IN-DO-NE-XI-A
VA CQNG HOA XA HOI CHU NGHiA VI~T NAM
Cong h6a In-ao-ne-xi-a va Cong h6a xii hOi chu nghia Vi~t Nam (sau aay goi la "cae B• ,,). en , '.;:.
V&i mong muon nang cao hi~u qua hQ'p tac giO'a hai ntlaC trong vi~c phong, chong tOi
ph"m, tren CC1 sa ton trong ehu quy'en, binh a~ng va Iqi ich cUa nhau ;
Dii thoa thu~n nhLt sau :
DIEU 1 - ..
NGHIA VI) DAN DO
Thee quy c1jnh eua H i ~p cjnh nay va phil hqp v&i phap lu~t trong m/&e eua eae
Ben, m5i Ben cong It d~n cQ eho Ben kia bat eli ngLtCri nao e6 m~t tren lanh tho eua
Ben aLtO'c yeu dIU ma Ben yeu cau d'e nghi d~n cQ ae truy to, xet Xlt ho~e thi hanh an
vl; mot t';'i bl d~n dQ OlfqC thY'c hl~n trlfCrc ho~c sau thai ciem Hi~p djnh nay e6 hieu lY'e.
'j . ..
~ ... ~~mm~~~~f'ii'~,i\¥M:(hlm'1~.¥t .. ~~1:Vr!l¥.~:.,"l.li:l:R'~~
"
.?ltf!Wj(m::s:tJ:.ki&ljU1'!!;!i~IP:\;., ... itV!Wt>f!ki:l..§l8i!'St"£dli"lIi.~n:~~~~.:;G!{.;;t~~i1 --------. ,
HQ1> BI DAN DO
REPU3LJK INDONESIA
1. TOi ph;;!m thuOi: trlfCtng h<,1p bi d~n dO Iii hilnh vi phQm toi e6 the bj xv phi;lt
tu vai thai hQn tll' mot nam tr& len ho~e nghiem khae hO'n thea quy dinh phap lu~t ella
d hai Ben.
, 2. Himh vi ehuan bi ph;;lm tOi, ph;;lm toi ehU'a dQt ho~e I~p ke hoQch, giup sue
ho~e xul give, hU'O'ng d~n ho~e to ehCre vi~e thl/e hi!~n ho~e Ii! ngU'Cti eung thl/e hien
hilnh vi phQm toi dU'<,1e quy dinh tQi khoan 1 Dreu nay eung Iii toi phQm thuoe trU'ang hQ'p
bi dan do.
3. 'Phu h<,1p vai quy dinh ella £lieunily, khi xae dinh hilnh vi bi buoe tOi cil'u thanh
mot tOi thea phap lu~t ella ca hai Ben, khong yell cau philp lu~t ella ca hai Ben quy dinh
himh vi bi buoe tOi ella nglfai d6 thuoc eung mot nh6m toi ho~e eung tQi danh. Tat ca cae yeu t6 ella hilnh vi d6 se dU'<,1e xem xet, ke ca trong trU'Ctng hQ'p e6 51/ khae nhau
giU'a cae yeu t6 eau thanh eua tol phQr'n bj yeu dIu d~n do.
4. Neu yeu cau dan do lien quan den nhieu toi vii mot trong 50 d6 khong c6
hinh ph;;!t tu tll' mot nam tra len thee phap lu~t hai Ben thi vi~e dan do e6 the dU'Q'e
chap thu~n doi vO'i tat ca cae toi neu dap Crng dU'Q'e cae yeu diu khac thee quy dinh clIa
Hiep dinh nay va it nhat mot trong 56 d6 la toi ph;;!m thuoctrU'ong h<,1p bi dan do.
S. Tntong hQ'p dan do mot ngU'Cti lien quan aen rnot toi ve thue, thue hai quan,
kiem soat ngoQI hoi ho~c cae van de ve thu nh~p khae thi Ben dU'<,1c yeu cau khong
dU'<,1e tll' choi d~n do vai Iy do phap lu~t cua Ben d6 kh6ng ap dvng cung 10,11 thue hoiiic
thue hai quan ho~e khong quy dinh ve thue, thue hai quan ho~e quy che ngo~i hoi
wang tl/ nhU' philp lu~t eua Ben yeu call.
6. Khong Imh hlfang den khoan 4 £lieu 3 Hi~p dinh nay, toi ph<;lm 5e thuQc
trU'ong hQ'p bi dan do thea Hi~p dinh nay, bat kg himh vi cua nglfai bi yeu cau d1\n do
2
it i&ilQ&aa&1IUJ!Ql&$L _~~ .... ..DitU!&iIJJBii!iJiJ£1ll • l'\fIYlISiUi."V_ .... 1I4l11J~;9AW~1 ~~t«.. , y- --"- ::,.u .. .. . ,. , 4P..i~~:&:liLt4i$.idM_j
.. M~mm:tM'''WMtM8-k:i*,fl4ij$\r;w,tr;tMiW~J:D~~:::~~~~~.~~:~~~~l~~!.~~~~~(!:~M.;;;:;;gz~
di/;n ra toim bO ho~e mot phan t~i Ben aVQ'e yeu eau, khi xem xet tong the himh vi
ph~m toi va h~u qua hr -'" h~u qua mong muon eua himh vi aD thea phap lu~t eua Ben
dvQ'C yeu cau, da cau thanh toi ph~m thuoe twang hO'p bi d~n ao trong lanh tho
cua Ben yeu cau, >
7. Doi vai yeu cau d~n ao de thi himh ban an da dltQ'c tuyen thi thai h~n con
phai tiep tve cha'p himh hlnh ph~t doi vai toi ph~m thuoc trltang hO'p bi d5n do khang , ,
dltQ'c it hem sau thang.
,"
D1EU 3 ... ..t' JI: ,.
TV CHOI DAN DO
.• :.:: 1. D~n dO se bi tlr ehoi neu:
a. Toi ph~m bi yeu cau d~n do Iii toi p~~m ehfnh tri;
b. Ben dltO'c yeu cau e6 CC1 sa ch~c eh~n de tin tltang r~ng yeu cau d~n do dltO'c
dlta ra de truy e((u tr<lchnhi~m hlnh Sl/ ho~e trlrng ph~t ngltai bi d~n do vi Iy do chung
toe, ton giao, quoe tich, dan tOe, quan diem ehfnh tri ho~e vi bat ke mot trong cae Iy do
neu tren, ngltai d6 bi doi xu khang cang bang trong qua trlnh to t<,Jng;
c, Toi phQm bi yeu eau d~n do la toi phQm quan SI,!' va khong phai la toi phQm
thea phap lu~t hinh sl/ thong thltang;
d, Theo phap lu~t cua Ben yeu cau, ngltai bi yeu diu d5n do khong the bi truy
to vi aa het thai hieu ho~e khong the thi himh an vi ngltlYi a6 aa dltO'c an xa;
e, Mot ban an euoi eung aa dltQ'e tuyendoi vai ngltai bi yeu diu d~n do ve tQi
ph~m bi yeu cau d~n do;
3
t1:i!tilJlju!M'1lIl1!tilli\{tI!lll:mr;;J).1tDiltWI'1£W!&!smaliiO"l&£itiXP.I!TW~"'taAEWlI!IllW~iiS!a,~~m~~;~~~iliJi,ihE.¥'
~~~tJtJ,fU@!f!tlt!Uit.~ itm56Zi~~:'~.t2!?!'!~!.~~~!!'~t\;~~~r:.t!$."<I ... {'t1l'!~~~:®·~~":::"::u1t2n~
f. Thea philp lu~t eua Ben yeu cau, toi ph~m bi yeu cau d~n do se bi k~t an tv l hlnh, trang khi thea phap lu~t cua Ben dvO'c yeu c'au, toi ph"m do kh6ng bj k~t an tv
hinh, trCr khi Ben yeu c'au cam ket n~u ngvai d6 bj ket an tll' hinh thi hinh ph~t se
khong dvO'c thi h~mh.
2. Thea quy dinh ~ua Hi*p dinh nay, cae toi sau se kh6ng dvO'c cai Iii toi ph",m
chinh trio
a. Toi xam philm tinh milng ha~e than the ngvai dLrng d'au Nha nvoc hai;ie
ngvai dLrng d'au Chinh phu ha~e cae th~nh vien gia dinh cua ngvai d6;
b.JY1ot toi phi!m trongcong vac quae te ma cae Ben la quae gia thanh vien c6 '., nghTa VI,I dan do ha~e truy t6 ngvai bi yeu cau ho~e ehuyen ngay VI,I an do cho cae co
quan e6 tham quyen eua minh de truy ~o;
c. TOi philm lien quan den khung ba thea phap lu~t eua Ben dVO'e yeu cau, t",i
thai dii1m yeu e'au, se khong dvO'c eai la toi phQm e6 tinh chinh trj;
d. Chuan bi philm toi ho~c ph~m toi chva d",t ho~c la dong ph",m trong cae
tnrcmg hqp philm toi neu tren.
3. Thea Hi~p dinh nay, cae toi xam philm nghiem trc;>ng than the can ngvai, tinh
m~ng ho~e tai sfm, m~e du mang dong ca ehinh tri cOng se kh6ng dVO'e coi II! toi ph",m
ehfnh trio
4. Dan do co the bi tCr choi neu Ben dvqe yeu cau e6 quyen tai phan doi voi toi
ph",m bi yeu diu d~n do thea phap lu~t quae gia eua Ben dvQ'c yeu cau. Trong trvang
hO'P d6, Ben dVQ'e yeu cau se e6 nghTa VI,I truy to ngvaibi yeu e'au ve toidanh bi yeu
diu dan do tili toa an cua nvac minh phu hO'P va; philp lu~t trong nvae. Neu cae co
quan e6 tham quyen eua Ben dvO'c yeu cau quyet dinh khong truy t6 trong trvang hqp
4
-==_._-_._--_ .. __ ._.-_ .. _-------_. ·.'.<&:Mlit.ti!tMIJi2t:tS£1i21P.l~".~~V!r3fttt·lm,.32j'It\IMJ!1!~1lm."f<'f,~}.!lP.';lI'JfV\'M.,:~~~/~~C1f:~
i_'\'",":'!.~~~,II!t1!i1iEtMI\61ifb~if .. ilJbij2J"%:iK4~*K'I!O~4.~~!!,,~:!'-!JS~{f!:~tmx:azu:;;a:;s:mi@j --.. ----- -,,- -... -.--- .. · .. -.. ·-·----.,,--------1
nay ho~e vi~e truy to la khong the th</e hi~n dVO'e vi bat elf Iy do gi thi yeu c3U dan dQ
se dVO'e xem xet l;;Ii;
5. Trang cae trvang hO'P ngo;;li I~, xet mlfe do nghiem trong eua toi ph~m va Iqi
feh eua Ben yeu c3U, Ben dvO'e yeu cliu thay r~ng, vi~e d~1l do se khong phu hO'P veri
cae nguyen t~e nhiln d"o do hoan canh ca nhan eua ngU'ai bi yeu diU dlin do.
f)lEU 4
CONG DAN
1. Thea Hi~p dinh nay, cae Ben se khong d~n do eong dan eua minh.
2;:Neu vi~e d~n 110 bi tit ehoi chi vi quoc tich eua ngveri bi yeu diu dan do thi
Ben dVO'e yeu c3U, thea d~ nghi eua Ben yeu cau, ehuyen vv an d6 eho CO' quan c6
tham quy~n de truy to_
3. Thea quy dinh ella £)j~u nay, quoc tieh ella ngvai bi yeu cau d§n do dVQ'e xae
dinh tren eel sa quae tieh ella ngviti d6 vao thai diem th!,l'e hi~n toi ph;lm rna vi d6 yeu
cau d§n do dvQ'c dVa ra.
DIEU 5
CO QUAN TRUNG lfO'NG
1. M6i Ben chi dinh mot CC1 quan trung vO'ng de th</e hi~n Hi~p dinh nay.
2. Ve phfa COng hila In-d6-ne-xi-a, CC1 quan trung vO'ng se Iii BO Lu~t phap va
Nhan quyen va v~ phfa C6ng hoa xii hOi ehu nghia Vj~t Nam, CO' quan trung ve'ng se la
Bo C6ng an .
~-.",~5 ___ .. __ ._. ______ ... _____ Ja .l\jIf(SBU?!i.s~'MSJliibE.&~.$IlH:;;;sr~~~.Ql;··~~tS!V!'l)rlbl:wxz:az&t&WiiELJZt.;u:.&lWlt
Ir~~UdiW~~"!!.~~'~St~~~~~~~~tL~&W~~~,~.! .. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ .. .. ........ ;;:,.Jaan;;u;:;;::mw&S>iA.'......-'_~ _~iW:mw::a:;;.W.;;af:!!M= "'. . _ a\'t' ..... , tSQi~»~'='ol . _ _ . _ _ :.... ... :. , jJ. "'_..,J"'&i~$bIa)Ml1n" ~ . ._._ __ ... . C..: . • tL_.""liJ
OIEU6 ~ YEU cAu DAN DO VA TAllI~U I
1. Yeu cau dan do va tat ca cae tili li~u e6 lien quan se do CC1 quan trung 110'ng
eua mot Ben gVi eho CC1 quan trung U'O'ng eua Ben kia thong qua cae k€mh ngo<;li giao.
2. Van ban yeu diu d~n do phili dl1Q'e gvi kem thea cae tai Ii~u sau:
a. Cae tai Ii~u me ta ve ngU'ai bi yeu eau d~n do bao gam: ten, tueii, gieri tinh,
queie tieh, cae tai lieu nh~n d<;lng khae, nElu e6 thEl, ngh'e nghi~p, nO'i Cl1 tru, nO'i a t<;l m
thai eua ngl1ai bi yeu eau d~n do, me ta d~e diElm nhan than, anh, dau van tay cua
ngl1ai dO,neu co va cae thong tin khae e6 thEl ho trQ' xae dinh nh~n d<;lng va nO'i a eua .:\: .
ngl1ai do;
b. Van ban tom t~t tinh tiElt ehinh eua vI,! an, mo til v'e toi phQm bi yeu diu d~n
do bao gam thai gian va dia diem thl/c hi~n va hinh phQt dU'Q'C quy dinh veri toi do thea
phap lu~t;
e. Van ban trfch d~n cae quydinh phap l u~t xac dinh toi ph<Jm va hinh ph<Jt va
cae quy djnh phap lu~t lien quan Mn thai hQn truy to ho~e thi himh an tuy viw hoan
canh lien quan den toi phQm do.
3. Doi veri yeu cau d~n do de truy to, phai gLri kem thea: lenh bat cua toa an
ho~c CO' quan c6 tham quy'en kh,\c de dan do; van bim de nghj truy to ho~c bim cao
trQng deii veri nglfai bl yeu cau d~n do ve tol danh dl1Q'c neu trang yeu e'au d~n do; va ,
cae ehLrng CLr xac nh~n vlec chuan bl truy t6 ngl1b'i bi yeu c3u d~n dQ v~ toi ph<;lm do de
truy t6.
4. DOi veri yeu diu dan do de thi hanh bim an dlfQ'C tuyen doi veri ngl1ai bi yeu
diu dan do, phai gLri kem ban sao co chLrng tht,fc ban an euoi cung va van bim thong
bao thai gian da chap hanh hinh ph'lt va thai gian con phil; chap hanh.
6
I!=:=:LWJJl4IIiiiP QWiJllQi:ltKlWiiiilliGJii!:MDlitl&lhliillbilr .. Jt8iiZMIi.td'hiRhEfIJ)~M-:.:i:z::~~-;S: j iLiA
~j9iib!Ciab'J'fi1fi!!t11m~gI,~~.A·ru:lm!".::!~~~~~.I!:..~~~_~~:'C:~~~'~~~:~~~~!.V!~~~!lU!bE a· 1 -a;'I
5. Yeu diu dan do thee Hi~p djnh nay phai dLfO'c'kyva d6ng dau b&i CC1 quan co
tham quyen eua Ben yeu diu.
6. Yeu c'au d~n dQ va tat ca cac tai li~u lien quan phai dLfO'c djch sang
tieng Anh.
D~U7
THONGTINB6SUNG
Neu Ben dLfO'C yeu cau eho r~ng thong tin dLfO'e cung cap kem thee yeu cau d1!ln
dQ khong d'ay du de xem xet yeu c'au thi Ben dLfO'C yeu c'au c6 the yeu cau b6 sung
thong tin din cung cap treng thoi h;:m 30 (ba mLfGi) ngay kif tiI ngay nh~n dLfO'C yeu
diu b6 s'Ci:ng thong tin he~c treng kholmg thai gian dLfQ'C cac Ben ·thong rihat.
DIEU 8 ,.
CHUYEN GIAO TI/ NGUY~N
Neu ngLfoi bj yeu c'au dan dQ trinh bay r6 rang t<li phien toa trong thu tl,lC d1!ln
do r~ng ngLfoi nay tl,r nguyen de dLfQ'e chuyen giae cho Ben yeu cau, thi Ben dLfQ'e yeu
c'au, dIn cu th~e philp luH quoc gia cua minh, co the chuyeh giae ngLfoi d6 nhanh
ch6ng ma khong can thl,l'c hien them cac thu tl,lC d~n do khac.
DIEU9 . ~ ~
BAT KHAN CAP
1. Trong cac trLfang hQ'p kh!ln cap, mQt Ben co the yeu c'au Ben kia b~t khan cap
ngLfoi ph<;lm toi be tron de d~n dQ tmac khi c6 yeu diu dan dQ ehinh thue. Yeu c'au nay
phai dLfQ'C gvi bang van blm qua cae kenh ngo<;li giao dLfO'e quy djnh t<;li {lieu 5 Hiep
djnh nay, qua To chue Cimh sat hinh Sl,l' quoc te' - INTERPOL he~c cac kenh khac do cae
Ben thoa thu~n.
7
~. 0 'Jj Zd'SCk ;. "a.jeM 1m Sl!Q&£difE.spPM Wi Ir!m$li£&3lifl5t$ls;::t!.~"'tl!~nn.m;ySne;~xm...~m~;;;;;)·':emztiSidki63liJ1:
!~~"'-IIl>lt.'_Wl!lC!1bJl:t.Ctj4t!iA\..,ali1~~~~~~!!..~~!.~~f&l:WZi . b~
2. Yeu diu b~t khan cap gom thong tin dLlQ'e quy. djnh t~i khoan 2 £lieu 6 Hiep
dinh nay, van ban thong baa ve I~nh b~t va van bim kh£ng dinh ro 5e gLri yeu dIu d13n
do ehfnh thlre dOi vai ngLloi do.
3. Ben dLlQ'e yeu e'au 5e thong bao ngay eho Ben yeu c'au ve ket qua eua yeu c"au
b~t khgn cap.
4. NgU'ai bi b~t giG' khan dip ~e dU'Q'c tra tI,t do neu trong thoi h~n 60 (sau
mLlO'i) ngay sau ngay bat giG', cae co quan e6 tham quyen cua Ben dLlQ'c yeu diu khong
nh~n dLlQ'C yeu diu dan dO chfnh thifc.
5. Viec tra tI,t do cho ngLlCti theo khoan 4 £lieu nay khong can tra viec b~t gili' l<;li
ngLloi d6 ;;'a bih dilu thu t~c d~n dil, neu sau khi tra tit do cho ngLloi d6, Ben d.LlQ'c yeu
cau nh~n dttqc yeu diu dan do chfnh thifc.
DIEU 10 ' •
QUYET D!NH VE YEU CAU DAN DO
1. Ben dttQ'c yeu cau 5e xem xet yeu diu dan dQ dttQ'C dtta ra' thea Hi~p dinh
nay phu hO'P vai cac thu tl,lC dttO'e quy dinh trong phap lu~t quac gia nttae minh va thong bao ngay eho Ben yeu diu ve quyet dinh eua mlnh.
2. Neu Ben dttQ'c yeu dIu tit chai toan bo ho~e milt ph'an yeu diu d~n dO thi
phili thong baa Iy do tlr ehoi eho Ben yeu cau.
DIEU 11
CHUYEN GIAO
1. Neu Ben dttQ'e yeu e'au chap thu(in yeu cau d~n de;. thl cae Ben se thong nhat
ve thoi gian, dla diem va cae van de khac lien quan den ehuyen giao ngLlai bj yeu dlU
8
.1 . ~ i'e i Hi :z:::tJZtJI,4A 'i@!l$t j!8ai.'tW!£Sllii£1~J:iil2&Slj!SSiUifS;miS'ZtT(~~~~:s:&M
•
&7LUi£IWI!&ji&.AI.\ffl4", .1!axgJiJ3fci4nt!&Jh~~~~a::~~~~~~!,~~~, ... :iJ£JI!!SS2t~~
d~n dO. Ben dU'Q':: yeu diu 5e thong bao cho B'en yeu cau ve thCti gian ngU'Cti bi yeu dlu
dan dQ da bi giam giG' trU'O'c khi dlfqc ehuyen giao.
2. Neu Ben yeu diu kh6ng tiep nh~n nglfCti bi yeu cau d~n oQ trang thai han 15
(mU'ai lam) ngay 5au ngay thoa thu~n ehuyen giao thl Ben oU'qc yeu .: diu 5e tra tl/ do
ngay cho nglfCti d6 va e6.the tlt choixem xet yeu cau dan dQ mO'i eva Ben yeu cau doi
vO'i ngU'Cti d6 vEl cung mQt tQi danh.
3. Neu mot Ben khong the; ehuyen glao ho~c tiep nh~n nglfCri bi yeu cau dan oQ
trong kholmg thai gian da thea thu~n vi cae Iy do ba't kha khang thi Ben d6 phai thong
bao ngay cho Ben kia biet. Cac Ben 5e thea thu~n vEl thai gian, dia oie;m mO'i va eac van
de lien quan khac de thl/C hi~n vi~c dan do phu hqp vO'i phap lu~t quae gia clla minh . . :.;: Trlfang hqp nay dlfqe ap dl,lng quy dinh tai khaan 2 Dieu nay.
D1EU 12
HOAN vA CHUYEN GIAO T~M TH01
1. Neu ngU'Cti bi yeu diu d~n dQ dang bi truy eltu trach nhi~m hinh SI/ ha~c dang
thi hanh an a Ben dU'qc yeu diu ve mot tQi pham khac vO'i toi bi yeu cau dan oQ, Ben
dlfqC yeu cau c6 the, 5au khi ra quyet dinh eha'p thu~n dlin do, hoan dan dQ eho to'i khi
ket thuc qua trlnh to tl,mg ho~e ehap .hanh xang bIm an . Ben dlfqe yeu diu 5e thong
baa cha Ben yeu diu veviec haan d~n o¢.
2. Neu vi~c hoan d~n d¢ e6 the gay tra. ngili nghiem trang den qua trlnh t6 tl,Jng
hinh 51/ t;;li Ben yeu cau thi Ben dlfQ'C yeu cau e6 the, thea de nghi eua Ben yeu diu,
t;;lm thai chuyen giao nglfai bi yeu diu dan d¢ cho Ben yeu cau neu khong gay can tra
den cac thu tl,JC to tl,Jng hinh 51/ dang dlfqC tlen hanh eua Ben dU'Q'c yeu cau va Ben yeu
cau cam ket giao tra ngU'ai d6 va dieu kien va ngay I~p Wc 5au khi ket thuc cac qua
trlnh to tl,mg hinh 51/ c6lien quan.
9
:6f3&mlbif«tulM3lIfi1&!tfI\!lm1!'.~~~~~~,P.'I~~
~M.Cf~. ~~~~~~A!t!t.~.:!; ... ~r..~,~~~~~~~f@!JM~~
OI'Eu 13
NHI'EU YEU cAU DAN £)0 £)01 v61 MOT NGlJ01
Neu hai ho~e nhieu han hai quoe gia cling yeu diu d~n dO doi voi cling mot
nglfai ho~c ve cling mot tOi ho~c ve cac toi khae nhau, khi xem xet cac yeu cau d~n
dO de quyet dinh vi~e dan do nglfai nay cho quac gia nao, Ben dlfQ'c yeu cau se xem
xet tat ca cae yeu to cO lien quan, baa g()m nhlfng kh6ng giai hGln doi vai:
a. Yeu diu dan doc6 dlfqc I~p thea mQt hi~p dinh hay kh6ng; ,
b. MLrc do nghiem trong eua toi ph am;
.. ~. c. Thai gian va dja diem ph~m toi;
d. Quoe tich cua ngltai bi yeu cau dan do va ngU'ai bi h<:li;
e. Ngay dlta ra yeu cau dan do; va
f. Kha nang dan do tiep thea cho mot quoe gia khk
OI'Eu 14
QUY TAC f)~C BI~T
NgU'ai bi dan do thea Hi~p dinh nay se kh6ng bi truy CLrU traeh nhi~m hinh S\f
ha~c kh6ng phai thi hanh an t<:li Ben yeu eau ve mot tOi do nglfil'i d6 thl/c hi~n trltac
khi bi ehuyen giaa, ngoai tOi ma vi d6 ngltCti nay bi yeu cau dan de;, ho~c cOng se khong
bi dan de;, lai cha quoc gia thLr ba, trLr tmCtng hqp:
a. Ben dlfQ'e yeu cau da d()ngy tmae. £)e dat dU'Q'e SI/ d()ng It d6, Ben dltO'c yeu
diu c6 the yeu cau eung cap cae tai n~u va thong tin dltQ'c quy dinh t<)i Dieu 6 Hi~p dinh
nay;
10 · .
'I B I , , ~~:·~;';';'~i;;.imm:fJ4U'&iiMi-'-'lila : 1.-..- ~&& ~ , __ ,. "''''.."... .... ,~,;m_ WQiLUCeiill iItaU azliWll!LWt!_WU&~ , ''"fl;_, .
~!EZ&&.;1l-gtE,~~.IiJtl!:t::" f~~~8~~~~~1W!~~. ~
b. NgLfai d6 kh6ng rai khei lanh tho eua Ben y~u cau trang thai h<ln 30 (ba
mLfO'i) ngay ke tLr ngay dLfc;tc til do rai di ho~c ngLfai d6 tl/ nguy~n quay tra lili lanh tho
Ben yeu cau sau khi rai di. Tuy nhien, thai hiln nay kh6ng bao g()m thai gian ngU'oi d6
kh6ng the rai khei Ben yeu cau vi cac Iy do bat kha khang; ho~c
c. Bat ky mot toi nhe hO'n nilO dLfc;tc dU'a ra dl/a tren cung cac Sl/ ki<~n dung de
d~n do ngLfiti nay, trLr toi ma vi do vi<~c d~n do kh6ng the dvc;tc thl/c hi~n mot cach
hO'P phap.
OIEU 15
CHUYEN GIAO TAl SAN
~ . . 1. Neu Ben yeu cau de nghi, thi Ben dLfc;tc yeu cause, trong ph<lm vi phap lu~t
quoc gia nvac minh, tilm giU' cae tai san do philm toi ma c6 va cac phvO'ng ti~n dung
de ph<)m toi cung cac tai san khac del'am b~ng chLrng dLfc;tc til"D thay tren lanh tho eua
minh ho~c thuoc sa hli'u cua ngvai bj yeucau d§n do va khi chap thu~n d§n do se
chuyen giao tai san nay cho Ben yeu cau . .
2. Khi chap thu~n d~n do, tai sim dVc;tc quy dinh tili khoan 1 Dfeu nay sf? dLfQ'C
chuyen giao, ngay d khi vi~c d~n do kh6ng the thl/C hien dvqc vi ngLfai d6 chet, mat
tfch ho~c be tron ho~c bat ky Iy do nao khac.
3. Oe phl,lc Vl,l che bat k~ thu tl,le to tl,lng hlnh Sl/ nae con chU'a dvO'c giai quyet,
Ben dvqc yeu cau c6 the hoan vi~c chuyen giao tai san dvO'c de c~p & tren cho tai khi
ket thuc cac thu tl,JC d6 ho~c chuyen giao tilm thiti tai san nay voi dieu ki~n Ben yeu
diu cam ket se tra lili tai san d6.
4. Vi~c chuyen giao tai san nhLf tren kh6ng lam phLfO'ng hili dell quyen va 100i fch
hO'P phap cua Ben dU'O'c yeu cau ho~c cua ben thLr ba doi vai tai san d6. Khi co cae quyen
va 100i ich neu tren, thea de nghi cua Ben dU'c;tc yeu cau, Ben yeu cau phai tra lili tai san
;:
11
~'11!f 5 i • lib IQ iJHj2 fI!PS?'1'F~.wv:r:mt .&i'mFA4!!ifijt __ 'Iiiifa::aldSgL"t!\WII.~JJi&n,"p ' I
~tI)ltUll\a~mwmL"i&ti~N&RiUJUi.J.~mmmajJ.if.%i%!tOJi~!.2!~~~~~~~~~~~~~~~ &1 i
dvQ'c chuyen giae che Ben dVQ'e y@u cau sCrm nhat e6 the sau khi ket thue cac thu tl,le
to tl,lng.
~
DIEU 16
TLfO'NG TRQ' PHAP L Y
Moi Ben se, trong phi!m vi ehe phep eua phap lu~t treng nvCrc, eung cap ehe
Ben kia bi~n phap rQng dii nhat detU'ctng trQ' philp Iy v~ cae van d~ hinh 51/ lien
quan den tQi phom bj yeu cau dan dQ.
.:;:
VI"Eu 17
QUACANH
1. Treng phom vi ph~p lu~t nvCrc minh ehe phep, vi~e qua canh ngvai bi yeu
cau dan dQ den mQt Ben tLt mot nvCte thCrba qua lanh tho eua Ben kia 5e dvQ'c phep
khi e6 van bfm yeu cau gu-i qua dvCtng ngeoi giae he~c tr1/e tiep qua cae CC1 quan trung
vctng eua cac Ben. Khong yeu cau phai xin phep qua canh neu vi~e v~n ehuyen dt.rQ'e
thl/c hi~n bling ovang hang khong va khong e6ljeh trinh hi! canh tren lanh tho cua Sen
kia.
2. Neu tien hanh vi~e hi! canh khong d1/ dinh trt.roe tren lanh tho eua Ben kia thi
Ben nay e6 the gu-i yeu cau xin qua canh thee quy dinh toi khefml Vi~u nay. Ben kia c6
the, khOng tral vai phap lu~t quoe gia minh, tom gill' ngvCti d6 treng kheimg thlti gian
72 (bay mt.rcti hail gilt treng khi chit yeu cau qua canh.
VI'Eu 18
THONG BAD KET QuA
Ben yeu diu 5e thong bae kjp thai ehe B~n oVQ'c yeu cau v~ ket qua xet xU- ho~e
thi himh ban an doi vCri ngU'ai bi d~n dQ he~e thong tin lien quan den d~n dQ loi ngU'lti
d6 ehe mQt quac gia thCr ba.
12
II 'I iSla Jtid$"1!' "LW""1I1t!tf"1t1"Pl!~~~~~&=" u • '
A4IRiIJ:tAI\t1lld;.'fbJl'Jllt:Ui6iiat\lWUS!\n&aw::u:t£1"_t:"'IL1--~I~m::a.Jtb~~~JSj~~~ >;; _, I
m'Eu 19
eHIPH[
Cac chi phi phat sinh trong qua trinh d~n do t<li Ben dlfqc yeu diu se do Ben d6
chi tra. Cac chi phi ve v~n ehuyen va chi phi qua canh lien quan den ehuyl?n giao hoi;le
tiep nh~n nglfai bi d~n dO se do Ben yeu diu chi tra.
DIEU 20
NGHiA vt,J Quae TE
Hiep dlnh nay se khiing anh hlf(ing toi cac quyen va nghTa V1,l cua cae Ben lien quan
den d~n do thea cae dieu ttae quaete ho~e thoa thu~n khae rna cae Ben la thanh vien. :.;:- .
DIEU 21
GIAI QUVET BAT DONG
Bat Cll' bat dong nilO nay sinh trong viee giai thieh ho~c ap dl,lng Hiep djnh nay se
dlfqe giai quyet qua tham van gifra cae Ben qua cae kenh ngo<li giao.
DIE'U 22 . ~ ~
SlfA DOl, BO SUNG
Hiep dinh nay sE! dlfQ'e slra doi( bo sung t<li bat ell' thai diem nilO va; SI/ dong
thu~n cua cae Ben. Nhil'ng sLra doi, b5 sung nay se e6 hieu h!e thea cac thu tl,lC nhlt thu
t1,le de Hiep dinh nay c6 hieu II/C.
13
rLLSll aLa .... 'CP"Jfi?'U2'~~.r.fuGmL'i.~.,;:;;;;;ii.~mr~u ... 1l a £ :ww!I
~~g;(»il;atll .. iiO~t1~~...rm~:'~~!ihIfi<. ! g. Is:..~~=~~:!~~~~~:f:~[~~~&aQi
9~U23
9~UKHOANCU6ICDNG
1. Cae Ben se thong bao cho nhau ve vl~c hoan thi~n cac thu t\lCtrong mrac c6 •
lien quan de Hi~p dinh nay e6 hi~u II/c. Hi~p dinh nay Sf! c6 hi~u II/c vilO ngay cae Ben
nh'nd~qcthongbaosauc~n~
2. Mol Ben se cham dltt Hi~p dinh nay b~ng vl~c gtri thong bao b~ng van ban
eho Ben kia qua cac kenh ngoal glao tai bat ky thai diem nao. HieP djnh se het hieu Ii/C
sau 06 (sau) thang k~ tLr ngay nh~n d~O'c thong bao chinh thlrc d6. Viec cham dlrt Hiep
dinh nay se khang fmh hlfCtng tai cae yeu cau d~n d¢ dlfqC dlta ra tmac khi cham dltt
HieP dinn .
. :.\'.
De lam b~ng, nhO'ng nglfoi ky ten dlfai day, dlfqc Chinh phu cua minh uy quyen
day du, da kY Hi~p djnh nay.
Lilm t(!i Gia-cac-ta, vilO ngay hai mlfoi bay thang sau nam 2013, thanh hai bim
chinh, moi ban gom tieng In-d6-ne-xi-a, th?ng Vi~t va tieng Anh, cae ban dell c6 gia trj
nhlf nhau. Trang trlfong hqp nay sinh bat dong trong viec giai thieh Hiep dinh nay thi
se can ell' vim bim tieng Anh.
£)1;1.1 Dl~N
CONG HbA IN-n6-N£-Xl-A
Signed
AMIR SYAMSUDIN
BO TRlfCrNG
BO PHAp LU~T VA NHAN QUVEN
14
f)~1 DI~N
CONG HbA xA Hell CHU NGHTA VI~T NAM
Signed
PHAM SINH MINH
BOTRlfCrNG
BO NGOI;\I GIAQ
~ iWmMi L iWj~iWJJiIIU~iiGGilil:stJJJ!iIi! ... ,,~~~i~~ 'I
rtNUiJSJf!j1)M!t'l<@GRta¥!0!l!tJf.M#}t::'~M~t~~~'!m.~~~~5?.v.;;~~ I . _ .... - - . ,
REPUBL1lt JlIIDONESJA
EXTRADITION TREATY
BETWEEN
THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE SOCIALIST REPUBLIC OF VIET NAM
The Republic of Indonesia and the Socialist Republic of Viet Nam '(hereinafter referred
to as "the Parties")' '~, '
Desiring to make more effective cooperation between the two countries in the
prevention and suppression of crime on the basis of mutual respect for sovereignty,
equality and mutual benefit;
HAVE AGREED as follows:
ARTICLE 1
OBLIGATION TO EXTRADITE ·
Each Party agrees to extradite to the other Party, subject to the provisions of this
Treaty and their respective domestic laws, any person who is found in the territory of
the Requested Party and sought by the Requesting Party for prosecution, tria l, or
execution of punishment for an. extraditable offence, whether such offence was
committed before or after the entry into force of this Treaty,
.',.!§W5i'¥saasf' ei5J!4blW~4!E!iiZ&a;WJPfM&#¥f2&SLWw.\i.~~'1o.ma~I!£G@,.iwl&&!JWi_!I
rr::aa5&l!SiLCL.~~~rMj:amW .... .w!NJi.'Mll lailLl!XtaI!t.'~~l~..:..:::"~~~~~~~:"'~ ____ •.
ARTICLE 2 . ,
EXTRADITABLE OFFENCES
1. An offence shall be an extraditable offence, if it is punishable under the laws of
both Parties, by imprisonment for a period of at ·Ieast one year or by a more
severe penalty.
2. An offence shall also be an extraditable offence, if it consists of an attempt or a
conspiracy to commit, aiding or abetting, ' counselling or procuring the
commission of 'or being an accessory, to the commission of an offence described
in Paragraph 1 of this article.
3.~or the purpose of this Article, in determining whether the alleged conduct
constitutes an offence under the laws of both Parties, it shall be immaterial
whether the laws of both Parties place the alleged conduct of the fugitive within
the same category of offence(s) or denominate the offence(s) by the same
terminology. The totality of the alleged conduct shall be taken into account,
regardless of any differences in the constituent elements of the offence(s) for
which the extradition is requested.
4. If the request for extradition includes several offences and some of them are not
punishable for at least one year imprisonment under the law of both Parties,
extradition may be granted for all offences if they meet the other requirements
in accordance with the provisions of the Treaty and includes grant of extradition
for at least one extraditable offence.
5. Where extradition of a person is sought for an offence against a law relating to , taxation, customs duties, foreign exchange con'trol or other revenue matters,
extradition may not be refused on, the grounds that the law of the Requested
Party does not impose the same kind of tax or duty or does not provide for a tax,
duty, customs or foreign exchange regulation of the same kinds as the laws of
the Requesting Party.
2
~tm-~~~~~~'.~~:;!~illi~....aa:i
6. Without pre)udice to Article 3(4) of this Treaty, an'offence would be extraditable
under this Treaty, notwithstanding that the conduct of the person sought
occurred wholly or in part in the Requested Party, if under the law of that Party
this conduct and its effects, or its intended effects, taken as a whole, would be
regarded as constituting the commission of an extraditable offence in the
territory of the Requesting Party.
7. Where the extradition request is aimed at executing a sentence imposed, the
sentence remaining to be served in an extraditable offence must not be less than
six months.
.:;:
ARTICLE 3
REFUSAL OF EXTRADITION
1. Extradition shall not be granted where: :~.
a. the offence for which ttie extradition is requested is a political offence;
b. the Requested Party has substantial grounds for believing that the request
for extradition has been made for the purpose of prosecuting or punishing
the person sought on account 0/ that person's race, religion, nationality,
ethnic origin, politlc.1 op inion, or that person may, for any of those reasons,
.be subjected to unfair treatment in judicial proceedings;
c. the offence for which extradition is requested is a military offence, which is
not an offence under the ordinary criminal law;
d. the person sought cann'ot be prosecuted because of the lapse of ti me under
the laws' of the Requesting Party or his sentence cannot be enforced by
reason of pardon;
3
1!tf.W;;Uta2Ji1.~..emtl!t0&l!RW!4~Jitt;~~~~~~~~!~-~i.tJ.MS illa , e. a final judgment has been passed against the person sought in respect of the
offence for which the extradition is requested;
f. the offence for which extradition is requested, is punishable by death
penalty under the law of the Requesting Party, while under the law of the
Requested Party such offence is not punishable by death penalty, unless the
Requesting Pa~ty gives an assurance that if that person is awarded the death
penalty, the same will not be carried out.
2. For the purpose of this Treaty, the following shall not be considered as political
offences:
a. an offence against the life or person of the Head of State or the Head of
.;;' Government or meinber{~) of their immediate fam.ny; j
b. an offence under any international convention to which the Parties have the
obligation by virtue of becoming a State Party thereto, to either extradite or
prosecute the person sought or submit the case without undue delay to
their competent authorities for the purpose of prosecution;
c. an offence related to terrorism which at the time of the request is, under the
law of the Requested Party, not to be regarded as an offence of a political
character;
d. an attempt or conspiracy to commit any of the foregoing "offences or
participation as an accomplice of a person who " commits or attempts to
commit such an offence.
3. Serious offences against the body, person, life and property, even if politically
motivated shall not be considered as political offence for the purpose of this
Treaty.
4
n' -.-"-.--.-----,,,,--.... ',I d' t .. if i .. Ie e • kQIs:w:mu.& ;;;n;;;:;;;;;;:;;;;;:;;;;"l)'A~JtJmC&&LlItWO$iINii\G!i1~&fi:# if
fit':-p,N<Q&ilt4b6'1EA.~:MW:Sl!8I$5Y~~QJ .. "Wfl ... I.~~~~,~~~~~7'2!!:? ..
4. Extradition may not be granted where the Requested Party has jurisdiction over
the offence for which the' extradition is requ.ested, under its national law. In such
a situation, the' Requested Party shall have the obligation to prosecute the ,. person wanted in respect of the offence(s) sought for in its courts in accordance
with its laws. If the competent authorities of the Requested Party decide not to
prosecute In such a case or the prosecution is not feasible because of wh?tever
reason, the request for extradition shall be reconsidered.
5. When, in exceptional cases, the Requested Party while also taking into account '
the seriousness of the offence .and the interests of the Requesting Party deems
that, because of the personal circumstances of the person sought, the
extradition would be Incompatible with humanitarian considerations .
. :(
ARTICLE 4
NATIONALS
1. Neither of the Parties shall be bound to extradite its own nationals under this
Treaty.
2. If extradit ion is refused solely on the basis of the nationality of the person sought ·
and she/he is wanted for prosecution In the Requesting Party, the Requested
Party shall, at the request of the Requesting Party, submit the case to its
authorities for prosecution,
3. For the purpose of this article, nationality of the person sought shall be
determined on the basis of his/her nationality at the tfme of the commission of
the offence for which extradition is requested.
5
I! .. 1M 1%2»&lil!i A" i'E Iii " =~~iIl!1!l'd4Wtl~liRtt~~~,ftWs:;;i.vi&L~~_(+.~~.ij,'1lilUllliMa. ~
, !io::m.umetiSOiflIIEAi!LJfiSl!Ol%lC&.t..1'Ir.Ih..~tli!JXrJili!i:~~~~::~'."~~,of~ ;;a
ARTICLE 5
CENTRAL AUTHORITIES
1. Each Party shall designate a ' central authority for the purpose of the
implementation of this Treaty.
2. For the Republic of Indonesia, the central authority shall be the Ministry of Law
and Human Rights and for the Socialist Republic of Viet N~m, the central . . authority shall be the Ministry of Public Security.
ARTICLE 6
EXTRADITION REQUEST AND DOCUMENTS
1. Af~quest for extradition and all communications relating thereto will be sent by
the central authority of a Party to the central authority of the other Party
through diplomatic channels .
:'
2. A request for extradition shall be accompanied with the following:
, a. description ofthe person sought induding the name, age, sex, nationality,
other identification documents, if any, occupation, probable location of the
person sought, physical description, photographs, fingerprints of the
person where available and other information that may help in identifying
and locating that person;
b. a brief statement of the facts of the case, description of the offence(s) for
which extradition is requested, including the time and place of the
commission of the offence(s) and the punishment provided for them under
the law;
c. the text of the legal provisions determining the offence and the
punishment and legal provisions regarding limitation of period for
6
Itt ._...... .. d_ ...... ... d_ 'I x ''''Z:CCAlCUidAWU.'& HeWlli.:.:t1iilI:f!S:mVtIU:!IU:&Ki6mmtc;~:::a.~t!~~f,~ dP.
~·:4.ge .. e' 4'.IIZ'B12tit&t312!!1jilifu~i~.!!iUiI!:!u.\tttkfr1MJ!i~~~-:=~!:}\!~~~=~~~8 .. =1????::?i
prosecution or enforcement of sentence as the case may be in respect of l the offence(s).
3. If the request for extradition relates to the prosecution, it shall be accompanied
by: warrant of arrest issued by a court or other competent authorities for the
purpose of extradition; a charge sheet or indictment charging the accused with
the alleged offerice(s); and such evidence as would justify his committal for
prosecution.
4. Where the request for extradition relates to the executing of a sente,nce imposed
on the person sought, it shall be accompanied by a certified copy of the final
Judgment and a statement of the period of sentence which has already been
sl3rved and remains to be served. '"v
5. A request for extradition under this Treaty shall be signed and sealed by the
competent a~thority of the Requesting Party.
6. Extradition request and all communications related thereto shall be made in the
English language.
ARTICLE 7
ADDITIONAL INFORMATION
If the Requested Party considers that the information furnished in support of a request
for extradition is not sufficient as to consider the request, the Requested Party may
request that additional information be furnished within 30 (thirty) days as of the
receipt of the additional information request or within a period as may be agreed
between the Parties.
7
II ealSJju"';;;;;;'~:~~~&~';·1--,,- ·-;~1
::;.~~1if/Ji±!m:aw::u .. ti? .. !Ii£!!!h£&iI!t.ilti .... &£.tJ.stiS!iI)f.it~!l:!!t32l!t . _ .... ~ '" . ~'i.'biJ)1jfU$\]ZCM Z - -------_ ... _-" .-' .. __ .. _._ ... - .... --- _._------,
ARTiClE 8
VOLUNTARY SURRENDER
When a person sought explicitly consents before the court during extrad.ition
proceedings that he/she volunteers to be surrendered to the Requesting Party, the
Requested Party, subject to its national law, may surrender the person as expeditiously
as possible without further extradition proceedings.
ARTICLE 9
PROVISIONAL ARREST
1. In urgent cases, a Party may request th.e other Party for the provisional arrest of
a .fugitive for the purpose of extradition before a formal extradition request is .f:;:.
submitted. Such request may be submitted in writing through the channel
provided for in Article 5 of this Treaty} the International Criminal Police
Organization -INTERPOL or other channels agreed by both Parties.
2. The request for provisional arrest shall contain the information indicated in
Article 6(2) of this Treaty, a statement of the existence of the warrant of arrest
and a statement that a formal request for extradition against the person shall
follow the provisional arrest.
3. The Requested Party shall promptly inform the Requesting Party of the result of
the request for provisional arrest.
4. The person arrested provisionally shall be released if, within a period of 60 (sixty)
days of his/her arrest, the competent authorities of the Requested Party has not
received the formal request for extradition.
S. The release of the person pursuant to Paragraph 4 of this Article shall not
prevent the subsequent re-arrest and institution of extradition proceedings of
8
lL 4- '''S''',QIIU&'riNa :",,**#!+.alBiE'9ZT"~""i!~..:.s::m_a:~iL'f~&&' j I
pWtttl~k.~~IJ;i!iiJ£a'!~~~4~~~~~m:~~].~:::~~~~~~~~~.J~--:'~~,_~_~, . .:
that person if the Requested Party has subsequently received the formal request
for extradition.
ARTICLE 10
DECISION ON THE REQUEST FOR EXTRADITION
1. The Requested Party shall considec" an extradition request made under this
Treaty in accordance with the procedures provided under its national law, and
shall promptly inform the Requesting Party of its decision.
2. If the Requested Party refuses the whole or, any part of the request for
extradition, the reasons for refusal shall be notified to the Requesting Party .
. ~, ARTICLE 11
SURRENDER
1. If the request for extradition has been granted by the Requested Party, the
Parties shall agree on the t ime, place and other relevant matters relating to the
surrender of the person sought. The Requested Party shall inform the Requesting
Party of the period of time for which the person sought was detained prior to the
surrender.
2. If the Requesting Party has not taken over the person sought within 15 (fifteen)
days after the date agreed for surrender, the Requested Party shall release that
person immediately and may refuse to consider a new request by the Requesting
Party for extradition of that person for the offence for which the,: extradition has
been requested.
3. If a Party fails to surrender or take over the person sought within the agreed
period for reasons beyond its control, the other Party shall be notified promptly.
The Parties shall agree on a new time and place and relevant matters for the
9
=""--:-.'.- .- .. --." - •. :;.-'-~
"
B ~;w:muwa: .. u:tUU:;!<fl*a:b..,t:!Jltieil!!liill$l\tl»?~:::::~::..~~~~~~.~~~~~~~~"i .., 'it
execution of the extradition subject to their natronal laws, In thi s case, the
provisions of Paragraph 2 of this Art icl e shall apply.
ARTICLE 12
POSTPONEMENT AND TEMPORARY SURRENDER
1. If the person sought is being proceeded against or is serving a sentence in the
Requested Party for an of fence other than that for which the extradition is
requested, the: Requested Party may, after having made a decision to grant
extradition, postpone the extradition until the conclusion of the proceed ings or
the completion of the sentence. The Requested Party shall inform the Requesting
Party of the postponement.
:.~'.
2. If the postponement of the extradition may seriously impede the criminal
proceedings in the Requesting ' Party, the Requested Party may, upon request,
temporarily surrender the person sought to the Requesting Party, provided that
its ongoing criminal proceedings are not hindered, and that the Requesting Party
undertakes to return that person unconditionally and immediate ly upon
conclusion of relevant proceedings.
ARTICLE 13
CONCURRENT REQUESTS
Where requests for extradition of the same person are received from two or more
countries, either ·'for the same offence or for different offences, for the purpose of
determining to which of those countries the person is to be extradited, the Requested
Party shall consider all relevant factors, including but not limited to:
a. w hether the request was made pursuant to a treaty;
, b. the gravity of the offence(s) ;
to
.;:;.
,
----
"
ua.tGJllijjt{9rtlbJ!:t¥Z!iLSbJnz:t:It£i.lfi{~~~~~~~~~~:::~~~~~~tAS!f!InJ ~ !
c, the time and place of the commission of the offence(s);
d, the nationality of the person sought and of the victim(s);
e, respective dates of the requests; and ,
f. the possibility of subsequent extradition to another country,
ARTICLE 14
RULE OF SPECIALITY
The person extradited in accordance with this Treaty shall neither be proceeded
against:, nor subjected to the execution of sentence in the Requesting Party for an .• ~ .. offence committed by that person before his surrender other than the offence for
which the request for extradition is 'granted, nor shall that person be re-extradited to a "
third country, unless:·
a, the Requested Party has consented in advance, For the purpose of such consent,
the Requested Party may require the submission of the documents and
information mentioned in Article 6 of this Treaty;
b, that person has not left the ·Requesting Party within 30 (thirty) days afte r having
been free to do so or that person has voluntarily returned to the Requesting
Party after leaving it, Howev:er, this period of time shall not include the time
during which that person fails to leave the Requesting Party for reasons beyond
his control; or
c, any lesser offence disclosed by the facts for the purpose of securing his return,
other than an offence for which extradition could not lawfully be made,
I 1
Bfa wuwa:zaa;tWib& Ul_~ ·;:bMl"~~ 4 m --11
i7AR!r&iX'\&iliK~d:mmlllt~a.23aiUA~~~~~I~~~~~~~~:~~~~~~~
,. ARTICLE 15
SURRENDER OF PROPERTY
I. If the Requesting Party 50 requests, the Requested Party shall, to the extent
permitted by its national law, seize the proceeds and instruments of the offence
and other property which may serve as evidence found in its territory or found in
the possession of the person sought, and when the request for e)<tradition is
granted, shall surrender these property to the Requesting Party.
2. When the request for extradition is granted, the property mentioned in
Paragraph 1 of this Article may ·nevertheless be surrendered even if the
extradition cannot be carried out owing to the death, disappearance or escape of
t'2e person sough.!. or any other reasons.
3. The Requested Party may; for conducting any other pending criminal
proceedings, postpone the surrender of the above-mentioned property until the
conclusion of such proceedings, or temporarily surrender that property on the
condition that the Requesting Party undertakes to return it.
4. The surrender of such property shall n·ot prejudice any legitimate right of the
Requested Party or any third party to that property. Where these rights exist, the
Requesting Party shall, at the request of the Requested Party, promptly return
the surrendered property without charge to the Requested Party as soon as
possible after the conclusion of the proceedings.
i' ARTICLE 16
MUTUAL LEGAL ASSISTANCE
Each Party shall, to the extent permitted by its laws, afford the other the widest
measure of mutual assistance in ctiminal matters in connection with the offence for
which extradition has been requested. ,
12
·Ito;R au " <5 .. '1 .. awt.Q;WZU!JSi3ZCtlUliJSdGtm1llA1&l;:=Zwn:.M,,,(_~,,,*;;;~_~;~~.;~.$£!]~1
,
rr "m'Z;;!lilt';iur~~~~~~~f.iW'.&.f.t":fttl.~~~~::~:~~:~~·*,. i1
ARTICLE 17
TRANSIT '
1. To the extent permitted by its law, transit of a person to be extradited to one
Party by a third State through. the territory of the other Party shall be authorized
upon request submitted through diplomatic channel or directly through the
central authorities of the Parties. Authorization for ·transit shall not be required
when air transport is to be used and no landing is scheduled in the territory of
the Party of transit.
2. If an unscheduled landing occurs in the territory of that Party, it may require the
other Party to .furnish a request for transit as provided in paragraph 1 of this
Article. That Party may, in so far as not contrary to its national law, hold the ~ . person in custody for a period of 72 (seventy two) hours while waiting the
request of transit.
ARTICLE 18
NOTIFICATION OF RESULT
The Requesting Party shall inform the Requested Party promptly about the outcome of
the criminal trial or the execution of sentence 'against the person extradited or
information concerning the re-extradition of that person to a third country .
ARTICLE 19
EXPENSES
Expenses arising from the procedures for extradition in the Requested Party sha ll be
borne by that Party. Expenses of transportation and the transit expenses in connection
with the surrender or taking over of the extradited person shall be borne by the
Requesting Party.
13
._"._ . ... .. _" .... ".... ---' II l L-- . - ~~~mBr.!i!f.t'ii-M:!it*, caw. .. \\WtlSiIIJ$LlJ(£"'aa:::UQ"l{i!WC%J:6t!t3IdW$. . ... au &2& au MWLPL; ,
~
()
1"':?£\"JBai$b)1l1l~.w.!\Hr~IIAit&Ei:JJiJ,AtQotln~.!.1I,,-~D!lll?ft:~::''-2!'~?~~ ... ~~~£.~~a:m-=--iii
ARTICLE 20
INTERNATIONAL OBLIGATIONS
This Treaty shall not affect the rights and obligations of the Parties concerning
extradition pursuant to international conventions or other arrangements to which they
are a party.
ARTICLE 21
SETTLEMENT OF DIFFERENCES
Any differences arising from the interpretation or application of this Treaty shall be
settled by consultation between the Parties through diplomatic channels.
~;.(.
ARTICLE 22
AMENDMENT "
..
This Treaty may be amended at any ·time by mutual consent of the Parties. Such an
amendment shall enter into force by the same procedure as applicable for the entry
into force of this Treaty.
ARTICLE 23
FINAL PROVISIONS
1. The Parties shall notify each other about the completion of their respective
domestic requirements for the entry into,force of this Treaty. The Treaty shall
enter Into force on the date of the receipt of the later notification.
2. Either Party may terminate this Treaty by giving a notice in writing to the other
Party through diplomatic channels at anytime. Termination shall take effect
after 6 (six) months of the receipt of such notice. Termination of this Treaty shall
not affect the extradition requests submitted prior to the termination.
[4
, , 'c <l
t i ( ..... miE£UISi¥J£Ilii!i}JA!12Vi!R:Lill4i::ri,..U!':II.\&,:I3A&UflWiiII! ~ OJ ""'G't;~~~,tmrn~'5'ii.~~~ V
IN WITNESS WHEREOF, the undersigned, being duly authorized thereto by their
respective Governments, have signed this Treaty.
DONE at Jakarta on this twenty seventh day of June, 2013, in two orig inals each in the
Indonesian, Vietnamese and English languages, all texts being equally authentic. In
case of divergence of Interpretation, the English text sha II prevail.
FOR THE REPUBLIC OF INDONESIA
.~,
Signed
AMIR SYAMSUDIN
MINISTER FOR LAW AND
HUMAN RIGHTS
15
FOR THE SOC1AlIST REPUBLIC
OFVIETNAM
Signed
PHAM BINH MINH
MINISTER OF FOREIGN AFFAIRS
-... - .". ---_ .- ... .... . L; ---· ·-· · ··· · : -~'l1~~U:S '9 ~"tM iU4u:s:a:zz::r.a,!:e:£iiiNT,a.Ji~ . '. . .... is&P,¥w - !_WW' II
Salinan naskah ni'smi
Certified True Copy
Nomor
Number
096 ' IBKffRl07/2013/CTC
Abdulkodir Ailani ~ NIP. 19660318 '199303 I 001
PIt. Direktur Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya Kementerjan Luar Negeri Republik Indonesia Act. Director for Economic and Social Cultural Treaties Ministry of Foreign Affairs of the Republic oflndonesla
Tanggal : Juli2013 Date
....