Salep belimbing

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    1/27

    FORMULASI DAN PENGUJIAN SALEP EKSTRAK BONGGOL PISANGAMBON (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) TERHADAP LUKA

    TERBUKA PADA KULIT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR(Rattus norvegicus)

    Disusun Oleh :

    Yuanisa Ristiani

    Hernawati Agustina

    Nurhayati

    Gita Agustina

    Agus Salim

    Erik Saputra

    Rifki Prayoga

    DEPARTEMEN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS MATHLAUL ANWARBANTEN

    1

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    2/27

    2013BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di zaman yang semakin canggih dan maju ini semakin banyak

    ditawarkan obat obatan semua penyakit dengan berbagai nama dan jenis

    yang kurang diketahui betul apa kandungan dan manfaatnya. Hal ini

    mendorong masyarakat untuk semakin selektif dalam memilih obat yang

    tepat. Salah satunya adalah obat untuk menghentikan luka berdarah pada

    kulit.Kulit adalah bagian dari tubuh yang mempunyai fungsi sangat vital,

    antara lain:proteksi, sensasi, regulasi panas, kontrol evaporasi, estetik dan

    komunikasi, penyimpanan dan pembuatan, ekskresi, absorpsi. Selain itu,

    sejumlah obat dapat teradministrasi melalui kulit, seperti salep (Anonim,

    2008). Apabila kulit tersebut tergores benda tajam dan meninggalkan luka

    lecet, menyebabkan kekhawatiran karena akan membuat bagian dari

    tubuh terutama fungsi organ yang terluka terganggu, selain itu membuat

    noda bekas luka yang sulituntuk dihilangkan. Pada saat teknologi belum

    berkembang seperti sekarang ini, masyarakat masih menggunakan setiap

    bahan yang ada disekitarnya untuk menolongnya bertahan hidup. Salah

    satunya adalah menggunakan getah pisang untuk mengobati luka ketika

    terjadi luka berdarah. Pada zaman tradisional, getah pisang dipercaya

    dapat menghentikan luka berdarah, menutupi luka dan bahkan

    menyembuhkan dengan cepat. Caranya juga mudah, yaitu denganmengoleskan atau meneteskan getah pisang ke luka kita.Melihat

    kenyataan itu, telah banyak peneliti sebelumnya yang meneliti kandungan

    dari getah pisang.

    Pada penelitian sebelumnya, hasil uji efek penyembuhan sa

    cairan getahbonggol pisang menunjukkan bahwa cairan bonggol pisang

    tersebut mampu mempercepat pengerinagn luka berdarah. Dan dari hasil

    penelitian didapat bahwa getah bonggol pisang mengandung bahan yang

    2

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    3/27

    dapat menghentikan luka. Tetapi melihat kenyataanbahwa bukan hal yang

    mudah untuk menemukan getah bonggol pisang setiap kita terluka,maka

    penulis menggagas untuk membuat suatu bentuk cairan yang merupakan

    hasil dariekstrak getah bonggol pisang sehingga dapat dikemas dengan

    baik dan dapat dengan mudahdibawa-bawa.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka, penulis tertarik

    untuk meneliti apakah bonggol pisang Ambon (Musa paradisiaca var.

    sapientum (L.)) memiliki efek dalam penyembuhan luka terbuka.

    Untuk efektivitas penggunaan maka bonggol pisang Ambon (Musa

    paradisiaca var. sapientum (L.)) perlu dikembangkan menjadi suatu

    sediaan topikal dalam bentuk salep, kemudian diuji kembali

    aktifitasnya terhadap penyembuhan luka pada tikus putih jantan galur

    wistar.

    Sediaan salep ekstrak didalam penelitian ini diuji dengan

    kontrol positif sebagai pembanding yaitu Betadine Salep. Salep dipilih

    sebagai bentuk sediaan karena stabilitasnya baik, berupa sediaan halus,

    mudah digunakan, mampu menjaga kelembapan kulit, tidak mengiritasi

    kulit dan mempunyai tampilan yang lebih menarik (Ansel, 2005).

    1.2 Rumusan Masalah:

    1. Bagaimana potensi getah bonggol pisang sebagai alternatif untuk

    penyembuhan luka?

    2. Bagaimana formulasi dan pengujian salep ekstrak bonggol pisang

    ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) terhadap luka

    terbuka pada kulit tikus putih jantan galur wistar (Rattus

    norvegicus)?

    1.3 Tujuan Penulisan:

    1. Untuk mengetahui potensi getah bonggol pisang sebagai alternatif

    untuk penyembuhan luka.

    3

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    4/27

    2. Untuk mengetahui formulasi dan pengujian salep ekstrak bonggol

    pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) terhadap luka

    terbuka pada kulit tikus putih jantan galur wistar (Rattus

    norvegicus).

    1.4 Manfaat Penulisan:

    1. Bagi Penulis:

    Gagasan ini bermanfaat bagi penulis sebagai wadah untuk

    menambah pengetahuan danwawasan mengenai obat-obatan tradisional.

    2. Bagi Masyarakat:

    Menambah pengetahuan tentang obat-obatan tradisional pengganti

    obat berbahan kimiawiSelain itu dapat meningkatkan nilai ekonomis

    limbah bonggol pisang karena dapatdimanfaatkan secara maksimal

    menjadi bahan yang lebih bermanfaat.

    3. Bagi Ilmuwan:

    Mendorong untuk giat mengembangkan bahan obat alami yang

    tidak berbahaya bagi kita.

    4. Bagi Pemerintah:

    Memberi masukan bagi pemerintah agar lebih memperhatikan

    secara khusus padapengembangan obat-obatan tradisional yang alami

    dan tidak berbahaya bagi kesehatan kita

    4

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    5/27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Pisang

    Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna

    raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa

    jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca)

    menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun

    dalamtandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut

    sisir. Hampir semua buahpisang memiliki kulit berwarna kuning ketika

    matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu,

    atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan

    panganmerupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama

    kalium.

    5

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    6/27

    Gambar 1.Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.))2.1.1 Klasifikasi ilmiah

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Musaceae

    Genus : Musa.Spesies : Musa sp

    2.1.2 Morfologi Tanaman Pisang

    a. Akar

    Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar

    tunggang. Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada

    pada bagian bawah tanah. Akar ini menuju bawah sampai kedalaman 75-

    150 cm. sedang akar yang ada di bagian samping umbi batang tumbuh

    6

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    7/27

    kesamping atau mendatar. Dalam perkembanganya akar samping bias

    mencapai 4-5 meter.

    b. Batang

    Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi

    batang. Di bagian atas umbi batang terdapat. Tumbuh yang menghasilkan

    daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedang

    yang berdiri tegak di dalam tanah yang biasanya dianggap batang itu

    adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun

    panjang yang saling menelengkup dan meutupi dengan kuat dan kompak

    sehingga bias berdciri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu

    ini berkisar 3,5-7,5 meter tergantung jenisnya.

    c. Daun

    Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset

    memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh

    tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. daun pisang mudah

    sekali robek atau terkoyak oleh hembusan angina yang keras karena tidak

    mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun.

    d. Bunga

    Bunga berkelamin satu, berumah satu dalam tandan. Daun penumpu

    bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna

    merah tua, berlilin, dan mudah rontok dengan panjang 1-25 cm. bunga

    tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada dibawah bunga

    jantan (jika ada). lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi,

    panjangnya 6-7 cm. benang sari 5 buah pada betina tidak sempurna,

    bakal buah persegi, sedang pada bunga jantan tidak ada.

    e. Buah

    Sesudah bunga keluar, akan terbantuk sisir pertama, kemudian

    memanjang lagi dan terbentu sisir kedu, ketiga dan seterusnya.

    Jantungnya perlu di potong sebab sudah tidak menghasilkan sisir lagi.

    2.1.3 Kandungan Dalam Getah Pisang

    7

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    8/27

    Pada pohon pisang terdapat berbagai kandungan yang dapat

    membermanfaat bagi kita. Di dalam getahnya terdapat kandungan

    saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik

    danpenghilang rasa sakit (Budi, 2008).

    Getah batang pohon pisang mengandung beberapa jenis fitokimia

    yaitu saponindengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid

    dan tanin dan tidak mengandungalkaloid, steroid dan triterpenoid.

    Polifenol dan flavono merupakan golongan fenol yang telah diketahui

    memilikiaktivitas antiseptik. Senyawa flavonoid menurut strukturnya

    merupakan turunan senyawaflavon golongan flavonoid dapat

    digambarkan sebagai deretan C6 - C3 - C6 (cincin benzentersubstitusi)

    disambung oleh rantai alifatik 3 karbon, senyawa ini merupakan

    senyawaflavonoid larut dalam air serta dapatdiekskresikan menggunakan

    etanol 70 %(Harborne, 1987).

    2.2 Luka

    2.2.1 Pengertian Luka

    Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit

    ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa

    membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier,1995).

    Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:

    1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

    2. Respon stres simpatis

    3. Perdarahan dan pembekuan darah

    4. Kontaminasi bakteri

    5. Kematian sel

    2.2.2 Proses Penyembuhan Luka

    8

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    9/27

    Tubuh secara normal akan memberikan respon terhadap cedera

    dengan jalan proses peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima

    tanda utama: bengkak (swelling),kemerahan (redness), panas (heat),

    nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function).

    Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase

    1. Fase Inflamasi

    Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang

    terjadi akibat perlukaan yangterjadi pada jaringan lunak.

    2. Fase Proliferatif

    Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah

    memperbaiki dan menyembuhkanluka dan ditandai dengan proliferasi sel.

    Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikanyaitu bertanggung

    jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang

    akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.3. Fase

    MaturasiTujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya

    jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.

    2.3 Ekstrak Getah Pisang

    Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat

    maupun cair denganbantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus

    dapat mengekstrak substansi yangdiinginkan tanpa melarutkan material

    lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatubahan dari

    campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara.

    Ekstraksimenggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen

    terhadap komponen lain dalamcampuran (Suyitno, 1989).Ekstraksi padat

    cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut daripadatan

    inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik

    karenakomponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula

    tanpa mengalamiperubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat

    9

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    10/27

    dilakukan jika bahan yang diinginkandapat larut dalam solven

    pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila pada tanhanya

    sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan

    yang larutkarena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman.

    Principles and Practice In Organic Chemistry] Ekstraksi merupakan

    kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah

    dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

    Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat

    larut dan senyawa yangtidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein,

    dan lain-lain (Anonim, 2000).

    2.4.Salep

    Salep atau krim adalah sediaan setengah padat yang mudah

    dioleskan. Bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau

    terdispersi homogen dalam dasar salep/ krim yang cocok dan digunakan

    sebagai obat luar.

    1. Dasar Salep

    Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4

    kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,

    dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air.

    Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

    1). Dasar Salep Hidrokarbon

    Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain

    vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair

    yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk

    memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak

    sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan

    terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak

    tampak berubah dalam waktu lama.

    2).Dasar Salep Serap

    Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama

    terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air

    10

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    11/27

    membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin

    anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak

    yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan

    (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

    3). Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.

    Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep

    hidrofilik (krim). Karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah

    sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa

    bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini

    dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep

    ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan

    yang terjadi pada kelainan dermatologik.

    4). Dasar Salep LarutDalam Air

    Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari

    konstituen larut air.

    Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti

    dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung

    bahan tak larut dalam air, seperti parafin, lanolin anhidrat atau

    malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

    Beberapa contoh contoh dasar salep :

    1 Dasar salephidrokarbon

    Vaselin putih ( white petrolatum : white softparafin), vaselin kuning (yellow petrolatum :yellow soft parafin), campuran vaselin dengancera, parafin cair, parafin padat, minyak

    nabati.

    2 Dasar salep serap(dasar salepabsorbsi)

    Adeps lanae, unguentum simpleks (ceraflava : oleum sesami = 30 : 70), hydrophilicpetrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearylalkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 ).

    3 Dasar salep dapatdicuci dengan air

    Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishingcream), emulsifying ointment B.P., emulsifyingwax, hydrophilic ointment.

    4 Dasar salep larut air Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG,

    11

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    12/27

    tragacanth, gummi arabicum.

    Kualitas dasar salep yang baik adalah:

    Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak

    terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.

    Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan

    halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.

    Mudah dipakai.

    Dasar salep yang cocok.

    Dapat terdistribusi merata.

    2. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep

    (1) Peraturan Salep Pertama

    Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan

    kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

    (2)Peraturan Salep Kedua

    Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-

    peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang

    digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air

    yang dipakai dikurangi dari basis.

    (3) Peraturan Salep Ketiga

    Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam

    lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan

    pengayak B40.(4)Peraturan Salep Keempat

    Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya

    harus digerus sampai dingin.

    12

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    13/27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan

    analisis didapatkan dari:

    1. Studi Pustaka

    Studi pustaka digunakan sebagai landasan teori dan pijakan

    penulis dalam menganalisis masalah yang dikaji. Studi pustaka

    didapatkan dari artikel dari internet, teori dan pendapat para ahli baik dari

    skripsi maupun hasil penelitian.

    2. Pengamatan fenomena

    13

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    14/27

    Hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi digunakan

    sebagai titik tolak terhadappembahasan suatu masalah. Pengamatan

    ditujukan pada fenomena bahwa masyarakat menggunakan obat

    berbahan kimiawi ketika menderita luka berdarah yang membutuhkan

    waktu cukup lama untuk dapat sembuh. Padahal ada bahan alternatif

    alami yang dapatdimanfaatkan. Selain itu nilai ekonomis pada obat

    penyembuh luka yang relatif mahal,sehingga perlu dikembangkan

    pemanfaatan obat luka berbahan alami seperti dari getahbonggol pisang

    yang tentunya mudah didapat dan memiliki nilai ekonomis yang lebih baik.

    3.2. Alat dan Bahan

    Peralatan yang digunakan ialah batang pengaduk, blender,

    cawan penguap, erlenmeyer, gelas ukur, kapas, kandang,

    lumpang&alu, penangas air, pencukur bulu, penggaris, surgical blade

    sterile, pot salep, rotary evaporator, termometer, timbangan analitik,

    timbangan hewan, sarung tangan, masker, oven, pisau, aluminium foil,

    kertas saring, kamera, pinset, label, soklet, water bath dan cawan

    petri.

    Sedangkan bahan yang digunakan ialah Ekstrak bonggol

    pisang Ambon, adeps lanae, vaselin album, alkohol 70%, Betadine

    salep, tikus putih jantan galur wistar dan aquades

    3.3 Prosedur Kerja

    14

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    15/27

    3.4.1. Pembuatan Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon

    Formula standar dasar salep menurut Goeswin Agoes (2006)

    ialah :

    R/ Adeps lanae 15 g

    Vaselin album 85 g

    15

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    16/27

    m.f. salep 100 g

    Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki

    konsentrasi ekstrak bonggol pisang Ambn yang berbeda-beda, yaitu

    10%, 15% dan 20% sebanyak 20g untuk 3 kali pemakaian dalam

    sehari selama 8 hari pengamatan.

    1) Formulasi salep ekstrak bonggol pisang Ambon 10%

    R/ Ekstrak bonggol pisang Ambon 2 g

    Adeps Lanae 2.7 g

    Vaselin Album 15.3 g

    Aquades 0.05 ml

    m.f. salep 20 g

    2) Formulasi salep ekstrak bonggol pisang Ambon 15%

    R/ Ekstrak bonggol pisang Ambon 3 g

    Adeps Lanae 2.55 g

    Vaselin Album 14.45 g

    Aquades 0.05 ml

    m.f. salep 20 g

    3) Formulasi salep ekstrak bonggol pisang Ambon 20%

    R/ Ekstrak bonggol pisang Ambon 4 g

    Adeps Lanae 2.4 g

    Vaselin Album 13.6 g

    Aquades 0.05 ml

    m.f. salep 20 g

    3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini ialah eksperimen deskriptif laboratorium.

    Dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu 6 (enam)

    perlakuan dan masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 3 (tiga) kali.

    16

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    17/27

    Dengan demikian jumlah tikus putih jantan yang digunakan yaitu

    sebanyak 6 perlakuan x 3 ulangan = 18 ekor tikus putih jantan.

    3.5.1. Penyiapan Hewan Uji dan Pembuatan Luka

    Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah tikus putih

    jantan galur wistar sebanyak 18 ekor dengan berat badan 260-280 g.

    Sebelum pembuatan luka, tikus diaklimatisasi selama 5 hari. Sehari

    sebelum pembuatan luka, hewan uji dicukur bulunya didaerah

    punggung sampai licin kemudian dibersihkan dengan alkohol 70%.

    Selanjutnya dibuat luka sayatan dengan ukuran panjang 1.5 cm.

    3.5.2. Perlakuan dan Pengamatan atau Pengumpulan Data

    Perlakuan dan pengamatan atau pengumpulan data pada

    penelitian ialah sebagai berikut :

    a. Sebelum perlakuan, ditentukan tikus putih jantan dengan cara

    pengacakan.

    b. Setelah tikus putih jantan dibuat luka, kemudian diukur luas luka

    awal sebelum dilakukan perlakuan.

    c. Masing-masing tikus putih jantan diberi perlakuan sebagai berikut :

    Perlakuan A : Luka tanpa perlakuan

    Perlakuan B : Luka diberi dasar salep

    Perlakuan C : Luka diberi Betadine salep

    Perlakuan D : Luka diberi salep ekstrak bonggol pisang Ambon 10%

    Perlakuan E : Luka diberi salep ekstrak bonggol pisang Ambon 15%

    Perlakuan F: Luka diberi salep ekstrak bonggol pisang Ambon 20%

    d. Kemudian dilakukan pengamatan selama 8 hari untuk melihat

    diameter penutup luka.

    e. Sediaan salep diberikan dengan cara mengoleskan secara merata

    pada daerah luka tiga kali sehari.

    f. Pengamatan pada luka dilakukan sebelum pemberian dan sesudah

    perlakuan sampai menunjukkan adanya tanda-tanda kesembuhan

    dengan cara mengukur diameter luka.

    17

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    18/27

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    18

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    19/27

    1. Potensi Getah bonggol pisang sebagai alternatif untuk

    penyembuhan luka

    Bonggol pisang adalah salah satu bagian dari pohon pisang yang

    biasanya tidak dimanfaatkankarena dianggap tidak memiliki nilai.

    Masyarakat jarang memanfaatkan bonggol pisang. Padahal Ekstrak

    batang pohon pisang mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu

    saponindengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan

    tanin dan tidak mengandungalkaloid, steroid dan triterpenoid.

    Sementara itu, kandungan lektin pada getah batang pisang

    berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Dengan adanya lektin

    pertumbuhan sel-sel kulit penutup luka menjadi lebih cepat, karena lektin

    dapat merangsang tumbuhnya sel. Selain itu luka yang telah kering tidak

    akan menimbulkan parut yang sangatterlihat. Hal ini menjadi bukti khasiat

    pohon pisang yang sangat besar dalam proses penyembuhan luka

    2. Membuat Ekstrak getah bonggol pisang

    Di negara tropis seperti Indonesia, adalah hal yang mudah untuk

    dapat menemukan pohonpisang. Karena getah bonggol pisang memiliki

    khasiat dalam penyembuhan luka, maka sudah sepantasnya

    masyarakat menggunakan getah bonggol pisang tersebut sebagai obat

    alternatif.Tetapi untuk mencari getah pisang ketika kita terluka, kemudian

    memeras getahnya, adalah halyang rumit. Oleh karena itu, getah bonggol

    pisang harus di ekstrak agar dapat menghasilkan cairan yang dapat

    mengentikan pendarahan pada luka berdarah dan menyembuhkan luka

    itu. Ekstrak getah batang pisang yang telah dihasilkan dapat dikemas

    dengan baik sehingga mudah untuk dipakai. Dan jika dikembangkan,

    cairan itu dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan dikemas supaya

    dapat dikomersilkan dalam jumlah banyak dan masyarakat dapat

    merasakan manfaat dari obat tradisional seperti ini.

    3. Hasil Skrining Fitokimia

    Hasil pengujian skrin ing fitokimia menunjukan bahwa ekstrak

    yang dioleskan pada hewan coba mengandung tannin, saponin, dan

    19

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    20/27

    flavonoid (Tabel 1). Pada uji alkaloid sampel menun jukan hasil negatif

    terhadap ketiga pereaksi (Wagner, Mayer, dan Dragendorf). Hasil uji

    saponin menunjukan tinggi busa 1,5 cm. Adanya flavonoid ditunjukan

    dengan terbentuknya warna merah jingga setelah ditambahkan serbuk

    Mg, 1 ml HCl pekat dan 20 tetes amil alkohol lalu dikocok kuat. Pada uji

    steroid dantriterpenoid tidak terbentuk warna hijau sehingga ekstrak

    batang pisang tidak mengandung senyawa tersebut. Ekstrak mengandung

    senyawa tannin ditunjukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hitam

    kehijauan setelah ditambah kan 2 te tes pereaksi FeCl3.

    Tabel 1. Hasil uji fitokimia ekstrak batang pisang Ambon

    Efek tannin sebagai astrin gensia yang banyak digunakan sebagai

    pengencang kulit dalam kosmetik atau estetika (Olivia et al., 2004).

    Saponin berkhasiat sebagai antiseptik dan pembersih sedangkan

    flavonoid memiliki kemampuan bereaksi dengan komponen seperti

    allergen, virus dan karsinogenik sehingga flavonoid dapat berfungsi

    sebagai anti alergi, anti kanker dan antiinflamasi (Lewis et al., 1999).

    4. Pengujian Salep Terhadap Penyembuhan Luka

    Hasil pengukuran rata-rata panjang luka terhadap proses

    penyembuhan luka terbuka pada hewan tikus putih jantan selama 8

    hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.

    20

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    21/27

    Tabel 2. Hasil Pengukuran Panjang Luka Tikus Putih Jantan

    Hari ke-0 sampai Hari ke-8

    Ket :

    LTP : Luka Tanpa Perlakuan

    SBPA : Salep Bonggol Pisang Ambon

    Untuk membandingkan presentase penyembuhan luka antar

    perlakuan, maka panjang luka untuk tiap luka dipresentasekan

    terhadap panjang luka sebelum perlakuan (hari ke 0) dianggap

    0,00% dengan demikian dapat dikatakan bahwa persentase

    penyembuhan luka sebelum perlakuan pada semua subjek penelitian

    ialah sama. Hasil persentase penyembuhan luka masing-masing

    perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 3. Persentase penyembuhan luka setelah perlakuan dengan

    kelompok luka tanpa perlakuan, dasar salep, Betadine salep, serta

    salep bonggol pisang Ambon 10%, 15% dan 20%

    21

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    22/27

    Perbedaan persentase penyembuhan luka terbuka dapat dilihat

    pada gambar di bawah ini :

    4.2. Pembahasan

    Getah tanaman pisang selama ini dianggap sebagai limbah yang

    tidak berguna. Sejumlah mahasiswa Uni versitas Gadjah Mada, Yogya

    22

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    23/27

    karta, berhasil meneliti manfaat getah pisang untuk menyembuhkan nyeri

    pada gigi. Pisang raja (Musa sapientum) dikenal sebagai jenis pisang

    yang cocok untuk dikonsumsi langsung, tidak perlu diolah lebih dulu.

    Sebagai buah konsumsi, cita rasa pisang tersebut memang enak. Namun,

    sayangnya, pisang kerap kali mengandung getah, terutama pada bagian

    pohonnya. Getah itu merupakan limbah yang dianggap kebanyakan

    masyarakat tidak berguna. Pandangan tersebut ternyata tidak berlaku

    pada masyarakat di Desa Kandangan, Sayegan, Kabupaten Sleman,

    Yogyakarta. Getah dari batang pisang mereka manfaatkan untuk

    menyembuhkan luka. Caranya, getah tersebut dioleskan pada bagian

    tubuh yang luka. Apa yang dilakukan masyarakat Desa Kandangan

    menjadi inspirasi bagi sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, untuk melakukan penelitian

    ilmiah mengenai manfaat getah pisah bagi penyembuhan luka setelah

    pencabutan gigi.

    Selama ini diketahui bahwa pencabutan gigi pada umumnya

    menimbulkan luka. Penyembuhan luka pasca pencabutan gigi itu perlu

    dipercepat karena, jika terlalu lama didiamkan, bisa mengakibatkan

    infeksi. Kami tertarik untuk meneliti apa benar getah pisang bisa

    mempercepat kesembuhan luka. Kalau benar, bagaimana efeknya,

    ungkap Rahma Ningsih, salah satu anggota tim penelitian tersebut. Ketua

    tim peneliti, Yosaphat Bayu Rosanto, mengatakan getah tanaman pisang

    selama ini hanya dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Namun,

    masyarakat di sejumlah desa justru menggunakannya untuk

    menyembuhkan luka. Setelah diteliti, kebiasaan masyarakat itu memiliki

    dasar ilmiah yang kuat.

    Getah pisang, jelas Yosaphat, diketahui mengandung tiga zat yang

    berperan dalam menyembuhkan luka. Ketiga zat itu ialah saponin,

    flavonoid, dan asam askorbat. Getah tanaman pisang banyak

    mengandung saponin yang berperan dalam pembentukan pembuluh

    darah baru, flavonoid untuk memperpendek fase peradangan (inflamasi)

    23

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    24/27

    yang dapat mencegah infeksi, dan asam askorbat untuk membentuk

    jaringan ikat kolagen, urai Yosaphat.

    Selain membuktikan khasiat getah pisang dari sisi sains, penelitian

    itu bermaksud menemukan dosis dan efek dari pengobatan menggunakan

    getah pisang. Menurut Yosaphat, apabila getah pisang digunakan dalam

    bentuk segar, penyembuhan luka lebih lama karena konsentrasi air pada

    getah itu sangat tinggi. Oleh karena itu, pengobatan akan lebih manjur

    apabila getah pisang diolah terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan Yo

    saphat Bayu Rosanto, Nur Ferliana Sari, Hajar Novelty Wity, Rahma

    Ningsih, dan Sekar Putri itu saat ini baru diujicobakan pada 24 ekor

    marmut.

    Getah pisang yang diberikan kepada hewan percobaan itu telah

    diolah dalam bentuk salep. Hasilnya, pada bagian tubuh hewan yang

    terluka diketahui adanya peningkatan jumlah angioge nesis dan osetoblas

    serta kepadatan kolagen. Ke-24 marmut itu awalnya dibagi menjadi tiga

    kelompok. Kelompok pertama diberi kontrol positif dengan menggunakan

    obat penyembuh luka. Kelompok kedua diberi kontrol negatif dengan gel

    CMC Na (Carboxymethyl Cellulose Natrium), dan kelompok ketiga

    diberikan kombinasi antara getah tanaman pisang raja dan CMC Na. Dari

    hasil percobaan, didapati proses penyembuhan pada marmut yang diberi

    kombinasi obat antara getah tanaman pisang dan CMC Na lebih cepat.

    Marmut yang mendapatkan perlakuan kombinasi dapat sembuh dua kali

    lebih cepat dibandingkan marmut yang tidak mendapat perlakuan

    tersebut.

    Dalam waktu lima hari, luka pada tubuh marmut sudah sembuh,

    dan tingkat kesembuhannya bisa mencapai 100 persen, kata Yosaphat.

    Hasil tersebut, tambah dia, membuktikan bahwa getah pisang raja dapat

    mempercepat penyembuhan luka setelah pencabutan gigi meski

    sementara ini baru diujicobakan pada marmut.

    Mudah dan Murah Hasil penelitian yang dilakukan para mahasiswa

    itu setidaknya memberi harapan akan adanya obat penyembuh luka yang

    24

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    25/27

    murah dengan bahan baku yang mudah diperoleh. Biaya penelitian yang

    dikeluarkan terbilang sangat kecil. Apabila ditotal, biayanya hanya

    mencapai sekitar 135 ribu rupiah. Dana sebesar itu digunakan untuk

    membeli batang pisang dan membiayai proses pengeringan dengan oven.

    Dilihat dari prosesnya, pembuatan obat luka dari getah tanaman pisang

    raja terbilang sederhana serta mudah diaplikasikan. Rahma menjelaskan

    cara pengolahan getah tanaman pisang itu. Awalnya, tanaman pisang raja

    dipotong-potong, kemudian air dan getahnya diperas. Air dan getah

    pisang itu kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selama tiga

    hari.Suhu pengeringan mencapai 55 derajat celcius. Hasil pengeringan itu

    kemudian dicampurkan dengan CMC Na. Perbandingannya, getah

    pisang 80 persen sedangkan CMC Na sekitar 20 persen. Dengan

    komposisi seperti demikian, maka luka lebih cepat tertutup 30 hingga 60

    persen, papar Rahma. Lebih lanjut, dia menyatakan hasil penelitian itu

    mungkin bisa pula segera diterapkan pada manusia setelah melalui

    serangkaian pengujian, seperti uji kandungan, uji toksisitas, uji klinis, dan

    paten. Menurut Rahma, meski penelitian terfokus pada pisang raja, tidak

    berarti pisang jenis lain tidak bisa dimanfaatkan sebagai obat. Semua

    jenis pisang memiliki kandungan dan khasiat yang relatif sama. Ada

    banyak bahan alam bisa dimanfaatkan sebagai obat.

    Namun, pemanfaatannya masih amat sederhana. Pemanfaatan

    getah tanaman pisang itu dinilai berdampak positif bagi lingkungan karena

    dapat mengurangi limbah yang ada di lingkungan. Penelitian yang telah

    dilakukan Yosaphat dan rekan-rekannya itu berhasil mengantarkan

    mereka meraih juara pertama kategori Program Kreativitas Mahasiswa

    Bidang Penelitian dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIII yang

    diselenglgarakan di Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Bali.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    25

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    26/27

    Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

    sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Getah batang pisang bermanfaat untuk menghentikan pendarahan

    pada luka berdarahdan mempercepat proses penyembuhan.

    2. Dengan ekstraksi getah pisang, dapat dihasilkan ekstrak getah

    pisang yang dapat denganmudah digunakan pada luka.

    3. Hasil ekstraksi getah pisang dapat dikemas sehingga mudah untuk

    digunakan danpraktis.

    5.2 Saran

    1. Bagi Penulis :

    Dapat ditingkatkan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya.b.

    2. Bagi Masyarakat :

    Dapat digunakan sebagai obat alternatif.

    3. Bagi Pemerintah :

    Dapat dikembangkan untuk dapat dikomersilkan agar

    masyarakatdapat menggunakan obat tradisional yang relatif murah dan

    berkhasiat

    DAFTAR PUSTAKA

    Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. UGM Press : Yogyakarta.

    26

  • 7/29/2019 Salep belimbing

    27/27

    Ansel Howarrd,C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Universitas Indonesia Press : Jakarta.

    Dalimartha,S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. TrubusAgriwidya : Jakarta.

    Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin andSoft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little

    Brown. Boston : USA. Klokke. 1980. Pedoman Untuk PengobatanLuar Penyakit Kulit. PT. Gramedia : Jakarta.

    Listyanti AR. 2006. Pengaruh Pemberian Getah Bonggol Pisang

    Ambon (Musa paradisiacal var. Sapientum) dalam ProsesPersembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus).[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan IPB : Bogor.

    Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, Estuningsih S. 2006.Aktivitas Getah Batang Pohon Pisang dalam ProsesPersembuhan Luka dan Efek Kosmetiknya pada Hewan.Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat.InstitutPertanian Bogor : Bogor.

    27