Satuan Acara Pengajaran Ge1

Embed Size (px)

Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GASTROENTRITIS (Diare) DI RUANGAN ROI RSU Dr. SOETOMO

OLEH: ANINDHITA HAYU C IKA HANNA EKO SAPUTRI DINAR ULNARIANA PUTRI ARIF SATRIA ASTRID KUMALA 010710401B 010710403B 010710404B 010710411B 0106 B 010610137B

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan Hari / Tanggal Pukul Waktu Sasaran Tempat : Pencegahan dan penanganan Gastroentritis : Jumat, 23 Desember 2011 : 11.00 : 30 menit : Keluarga Pasien : Ruang tunggu ROI RSU Dr.Soetomo

i.

Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan mamahami

tentang pencegahan dan penanganan Gastroentritis di rumah ii.1 2 3 4 5 6

Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui tentang definisi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang etiologi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang manifestasi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang patofisiologi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang penatalaksanaan Gastroentritis (Diare) pra hospitalisasi dan intra hospitalisasi Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien Gastroentritis (Diare)

Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan keluarga pasien:

7

iii. Kegiatan Pengajaran No TAHAP 1 Pembukaan WAKTU 5 menit KEGIATAN Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan maksud dan tujuan ,

MEDIA

persepsi pengetahuan 2 Pelaksanaan 20 menit

dengan keluarga

menggali tentang

Gastroentritis Menjelaskan materi :1.

Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui

tentang tentang tentang tentang tentang

definisi Leaflet etiologi manifestasi patofisiologi pemeriksaan

Gastroentritis (Diare)2.

Gastroentritis (Diare)3.

Gastroentritis (Diare)4.

Gastroentritis (Diare)5.

penunjang Gastroentritis (Diare)6.

Mengetahui tentang penatalaksanaan Gastroentritis post hospitalisasi. (Diare) pra hospitalisasi, intra hospitalisasi dan

3

Penutup

5 menit

Mengakhiri kegiatan Menutup dengan salam

iv. MEDIA Leaflet LCD v. METODE PELAKSANAAN Pendidikan kesehatan dilakukan dengan ceramah, tanya jawab (diskusi)vi. TEMPAT

Ruang tunggu ROI RSU Dr. Soetomo Surabaya vii.1. Penyaji: Asrid Kumala 2. Moderator: Arif Satria 3. Observer: Ika Hanna 4. Fasilitator: Dinar Ulnariana

LAMPIRAN PENYAJI

Eko Saputri Anindhita Hayu C viii. EVALUASI1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengetahui tentang definisi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang etiologi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang manifestasi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang patofisiologi Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang Gastroentritis (Diare) Mengetahui tentang penatalaksanaan Gastroentritis (Diare) pra hospitalisasi, intra Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien Gastroentritis (Diare)

hospitalisasi dan post hospitalisasi.7.

MATERI

A. Definisi gastroentritis (Diare)

Gastroenteritis atau yang sering di kenal dengan istilah diare adalah infeksi saluran pencernaan ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam sehari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih, sering juga disertai kejang perut. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi (kehilangan cairan dan elektrolit tubuh). Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada bayi, anak dan orang lanjut usia.B. Etiologi gastroentritis (Diare)

Gastro Enteritis dapat ditimbulkan oleh: 1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio

parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis. 2. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium) 3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.

Penyebab Gastroentritis terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan Aeromonas sp. 14 %).

Faktor pencetus timbulnya diare 1. a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.

b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea) 2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada usus(obat pencahar/ lansansia) 3. Perubahan pergerakan dinding usus. C. Manifestasi Klinis -

Tanda:

Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat badan.

-

Demam Tinja kadang bercampur dengan darah. Tinja yang berbuih. Konsistensi tinja tampak berlendir. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak. Gejala Klinis: Mual Muntah lemah Lesu Tidak nafsu makan Nyeri otot/ kejang perut Dan sakit kepala Penderita merasakan sekit perut. Rasa kembung.

-

-

-

Berdasarkan keadaan klinis, dehidrasi dibagi dalam tiga tingkatan (Mansjoer Arif, 2000: 45) a. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dari berat badan Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kering, suara serak, belum jatuh pada pre syok.

b. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Gambaran klinik: turgor jelek, suara serak, jatuh pada pre syok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.

c. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10% dari berat badan. Gambaran klinik: seperti tanda dehidrasi sedang ditambah dengan penurunan kesadaran (apatis sampai koma), sianosis, otot kaku. D. Patofisiologi Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis

metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

PathwayFaktor penyebab : - Infeksi enteral * Bakteri * Virus * Parasit - Infeksi parenteral Fecal-oral GI Tract Gangguan Villi Usus OSMOTIK - Over feeding Malabsorb si KH bahan makanan yang tak berserat SEKRESI - Infeksi interopatogen - Interotropik hormon secreting faktor OVERGROWT H BACTERI ABSORBSI ABNORMAL KERUSAKAN MUKOSA MOTILITAS INTESTINAL ABNORMAL - Hipomotility - Hipermotili -ty - Short bowel syndrom Faktor penyebab : - Faktor malabsorbsi - Faktor makanan - Faktor psikologis

Usus halus terkontaminasi

Ion aktif klorida abnormal

Inflamatory Bowel DEsease

DIARE

DEHIDRAS I Tonisistas plasma - Hipotoni - Isotoni - HIpertoni Derajat - Ringan - Sedang - Berat

HIPOGLIKEMIA Persediaan glikogen menurun

GANGGUA N GIZI

GANGGUAN SIRKULASI Tekanan koloid osmotik Volume plasma

GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAMA BASA

Intake menurun

Imballance air dan

METABOLIC ASIDOSIS

elektrolit - BJ Urine - Mata cowong - Kulit kering/ tidak elastic Kadar glukosa Menurun - < 40 mg % (bayi) - < 50 mg% (anak) - 250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat feses > 300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif. 4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas. 5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988) 4. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah

pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat

karena casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.

Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare

akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi

bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. 5. Sistem Pernafasan

Subyektif, sesak atau tidak Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji

frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.

Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus

(-).

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas,

nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.

6.

Sistem Pencernaan

Subyektif, Kelaparan, haus Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam

sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.

Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik

usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.

Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak

membesar suara tymphani.

Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien

tidak teraba. 7. Sistem Perkemihan

Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi

labio minor, pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.

Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

8.

Sistem Muskuloskletal Subyektif, lemah Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan

dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot. Diagnostik 1. Biopsi Usus Halus Biopsi usus halus diindikasikan pada (a) pasien dengan diare yang tidak dapat dijelaskan atau steatore,(b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan yang mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan (c) Osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap absorbs kalsium. 2. Enteroskopi Usus Halus Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi pada usus halus. 3. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa Pemeriksaan ini dapat membantu dalammendeteksi IBD termasuk colitus

mikroskopik,melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone laksatif. 4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu ayng terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum treitz, kemudian

diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa diinjeksikan. 5. Imaging Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi Chrons disease, Limfoma atau sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu mengevaluasi IBD.6. Endoskopi dengan biopsy usus halus

Berguna dalam mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada mukosa. Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium Intraseluler. CT Abdominal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau endokrin pancreas. F. Penatalaksanaan Pengobatan diare kronik ditujuan terhadap penyakit yang mendasari. Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare kronik. Opiat mungkin dapat digunakan dengan aman pada keadaan gejala stabil. 1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap mencret. Dosis maksimum 16 mg/hari. 2. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari. 3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya dihindari. Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat diberikan dengan dosis 15-60 mg setiap 4 jam. Paregoric diberikan 4-8 ml. 4. Klonidin : 2 adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit intestinal.

Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien dengan diare sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes. 5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal dan absorbsi elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptide gastrointestinal. Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan oleh VIPoma dan tumor carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik yang berkaitan dengan AIDS. Dosis efektif 50mg 250mg sub kutan tiga kali sehari. 6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien diare sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum. Dosis 4 gr 1 s/d 3 kali sehari. PENANGANAN DIARE Di rumah: Berikan segera banyak minum seperti air teh, air kelapa muda asli,larutan gula garam atau oralit adalah yang paling baik Jangan dipuasakan. Teruskan pemberian makanan, untuk bayi terutama ASI.. Mencari pengobatan lanjutan Ke Puskesmas/ Rumah Sakit terdekat , apabila tidak membaik sampai 2 hari., atau ada 1/lebih tanda: Diare terus menerus Ada muntah berulang-ulang Demam Tidak mau makan minum Kelihatan sangat haus Ada darah dalam tinja

Di Rumah Sakit : Pemberian cairan Ringer Lactat (elektrolit) lewat infus Obat anti diare Obat anti biotik bila ada infeksi G.I. A.

Asuhan KeperawatanPENGKAJIAN Identitas Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang) ( Lab. FKUI, 1988). Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995). B. Keluhan utama

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984) Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang banyak, suhu badan meningkat, nyeri perut C. Riwayat Penyakit Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari . Regonal,perut teras mules, anus terasa basah. Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari. Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah dan diare. Faeces dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984)

D.

Riwayat Penyakit sebelumnya

Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984) E. 1. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal Prenatal Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. 2. Natal Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital . 3. Post Natal Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh. F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995) G . Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Penyakit Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan. 2. Lingkungan rumah dan komunitas Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma penyebab diare. 3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral. 4. Persepsi keluarga Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua). H. Pola Fungsi kesehatan 1. Pola Nutrisi Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan

rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan cair. 2. Pola eliminasi BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine. 3. Pola istirahat Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel. 4. Pola aktivitas Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. . Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995). 1. Sistem Neurologi, Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang. Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma. Palpasi, adakah parese, anestesia, Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis. 2. Sistem Penginderaan Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang, Inspeksi : Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung. Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong. Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung. Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984) Palpasi, Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata, tekanan bola mata dapat menurun, Telinga, nyeri tekan, mastoiditis. 3. Sistem Integumen Subyektif, kulit kering Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988). 4. Sistem Kardiovaskuler Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat. Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi. Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8. Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah. 5. Sistem Pernafasan Subyektif, sesak atau tidak Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi. Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-). Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya. 6. Sistem Pencernaan Subyektif, Kelaparan, haus Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen. Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik. Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani. Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba. 7. Sistem Perkemihan Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio minor, pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan. Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis. 9. Sistem Muskuloskletal

Subyektif, lemah Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.

J. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium (Lab IKA FKUI, 1988) a. Faeces lengkap

Pemeriksaan tinja Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular. b. Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli) PH dan kadar gula Biakan dan uji resistensi Pemeriksaan Asam Basa

Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik. c. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin Untuk mengetahui faali ginjal d. Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor) Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang. e. Pemeriksaan intubasi duedenum Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif. 2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral. K. Penatalaksanaan (Lab IKA FKUI, 1988 dan FKUA, 1984) Rehidrasi Jenis cairan Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml. cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.

Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%. Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS Usia > 3 tahun D51/2NS HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.

Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara : Metoda Pierce : Derajat Dehidrasi Ringan Sedang Berat

Kebutuhan cairan ( X kg BB) 5% 8% 10 %

Jalan pemberian Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik) Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran menurun). IV line bila dehidrasi berat Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada : Defisit (derajat dehidrasi) Kehilangan sesaat (concurent loss) Rumatan (maintenance) Jadual/kecepatan Jadual atau kecepatan pemeberian cairan tergantung pada tingkat dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan dilanjutkan maintenance. 2. Obat-obatan a. Obat anti sekresi Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr b. Obat antispasmotilitik Papaverin, opium. loperamid c. Antibiotik Penyebab jelas Ada penyakit penyerta 3. Dietetik a. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg

Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah

Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat b. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg

Makanan padat/ maknan cair/susu c. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat diberikan elemental/semi elemental formula. 4. Supportif a. Vitamin A 200.000 iu IM usia < 1 tahun b. Vitamin A 100.000 iu IM usia 1-5 tahun c. Vitamin A 5000 iu usia > 5 tahun d. Vitamin A 2.500 iu po usia < 1 tahun e. Vitamin A 5.000 iu po usia > 1 tahun f. Vitamin B kompleks, vit C a. Jumlah cairan

b.

Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Dapat dipilih oral atau IV. c. Jadwal pemberian cairan

Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3. d. Terapi simtomatik

Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional.

Sifat antimotilitas dan sekresi usus. Sifat antiemetik.

f. Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.

Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A. Preparat besi , zinc, dll.

g. Terapi definitif Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.

Rencana Asuhan KeperawatanKetidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare. Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal.

Kriteria :

Tanda-tanda vital dalam batas normal Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas BGA dalam batas normal

terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung. normal. Intervensi : 1.

Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit. 2. Pantau intake dan out put R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme. 3. Timbang BB setiap hari. R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan. 4. Penatalaksanaan rehidrasi : a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret. R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi. b. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta). R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang. 5. Kolaborasi : a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN) R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi). b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik) R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria : Nafsu makan baik BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Intervensi : 1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air panas atau dingin) 2. 3. R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus. Timbang BB setiap hari

4. R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitamin. 5. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan. 6. 7. R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan

peningkatan daya tahan tubuh. 8. R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya. 9. Kolaborasi : a. Dietetik anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat. R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi laktose. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan. b. Rehidrasi parenteral (IV line)

R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang. c. Supporatif (pemberian vitamin A) R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.

Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi Kriteria : Integritas kulit utuh dan benar Intervensi : 1. tidur . R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan kesehatan. 2. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya. R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan. 3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah. R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebut. 4. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion. R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi. 5. Atur posisi klien selang 2-3 jam. R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi. c. Pemeriksaan fisik.

Iritasi tidak terjadi Kulittidak hiperemia,atau iscemia Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik

Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat

Tanda-tanda vital

Terjadi peningkatan suhu tubuh, dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi , pernapasan.

Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan :

Haus Lidah kering Tulang pipi menonjol Turgor kulit menurun

Suara menjadi serak

Bila terjadi gangguan biokimia :

Asidosis metabolik Napas cepat/dalam (kusmaul)

Bila banyak kekurangan kalium Bila syok hipovolumik berat

Aritmia jantung

Nadi cepat lebih 120 x/menit Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur. Pasien gelisah. Muka pucat Ujung-ujung ektremitas dingin Sianosis

Bila perfusi ginjal menurun Anuria Nekrosis tubular akut. (Mansjoer, Arif., et all. 1999)..

. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder akibat dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.

Tujuan : Klien merasa nyaman. Kriteria hasil : Klien akan :

Melaporkan penurunan kram abdomen. Menyebutkan makanan yang harus dihindari.

Intervensi : 1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dnegan bantalan penghangat di atas abdomen. R/ Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram. 2. Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.

R/ Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap merangsang pusat muntah. 3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.

R/ Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area gastrik dan dengan demikian tidak memperberat gejala. 4. Instruksikan klien untuk menghindari hal ini : a. Cairan yang panas dan dingin. b. Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah) c. Kafein. R/ cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas menrangsang peristaltik ; Lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan motilitas usus. 5. Lindungi area perianal dari iritasi. R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal. Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dnegan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi adekuat.

Kriteria hasil :

Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari perawat.

Intervensi : 1. Jelaskan pembatasan diet : a. Makanan tinggi serat (sekam & buah segar). b. Makanan tinggi lemak ( susu, makanan goreng). c. Air yang sangat panas atau dingin. R/ Makann ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus. 2. Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan haluaran cairan. R/ Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi. 3. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.

R/ Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI untuk istirahat. 4. Instruksikan untuk mencuci tangan dan : a. Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.

b. Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci piring untuk peralatan makan. c. Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit. R/ Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan area (kamar tidur) dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol rendah tak efektif melawan beberapa virus. 5. Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini : a. Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam. b. Feses berdarah. R/ Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi segera untuk mencegah ketidakseimbangan cairan atau

DAFTAR PUSTAKA Evelin & Nanang. 2010 .Panduan pintar merawat bayi dan balita. Jakarta: KawahMedia. p.125-127 Indriasari, Devi. 2009. 100% sembuh tanpa dokter; A-Z deteksi, obati, dan cegah penyakit.Yogyakarta: Pustaka Grhatama. p.124-128 Widjadja, M.C. 2009. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Jakarta: Putra mandiri Media. Adiningsih, Sri. 2010. Waspadai gizi balita anda. Jakarta: Elex Media Komputindo Arijanty, Luszy. 2008. Tanya jawab dengan dokter ahli diare. Di akses dari

http://medicastore.com/diare/tanya_jawab_diare.htm. Pada tanggal 20 Desember 2011. Syofian, Ummu. 2010. Mengobati diare di rumah. Di akses dari

http://ummushofiyya.wordpress.com/2010/06/16/mengobati-diare-di-rumah/. Pada tanggal 20 Desember 2011. Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarata : EGC Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas Airlangga. Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.