46
BEBAS, BERKARYA, BERKALA 10, Sect. D Nouveau Kouass Yacoub El-Mansour 10050 Rabat E-mail: [email protected] | Situs: http://www.ppimaroko.com DESEMBER 2015 EDISI VII| SAYYIDUL YYAM BYE 2015!

SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tak terasa, detik waktu begitu cepat berputar. Rasanya baru semenit yang lalu, padahal, setahun sudah hampir berlalu. 2015 sudah sampai di penghujung kariernya sebagai pendamping kita. Sebentar lagi, akan datang tahun baru, menyambut kita dengan tangan terbuka. Dan untuk sejenak, semua orang rasanya akan tersihir pesona dunia, sesaat. Menuju pergantian tahun yang hanya jeda satu detik. Untuk menyambut tahun yang baru itu, dan mengucapkan salam perpisahan kepada tahun 2015. Kami kembali menghadirkan buletin Sayyidul Ayyam edisi VII, dengan wajah baru dan lebih fresh, harapan kami, semakin lama SA akan menjadi lebih baik lagi. Terus berputar, seperti roda yang bergerak maju. Kepada para pembaca, kami ucapkan selamat menikmati!

Citation preview

Page 1: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

BEBAS, BERKARYA, BERKALA

10, Sect. D Nouveau Kouass Yacoub El-Mansour 10050 RabatE-mail: [email protected] | Situs: http://www.ppimaroko.com

DESEMBER 2015EDISI VII|

SAYYIDULYYAM

BYE 2015!

Page 2: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015

Daftar Isi

1

2Salam Redaksi

3-6FaktaTahun Kabisat

7-10OpiniKita Sedang Berjalandi atas Lintasan

11-19Cerita PendekHilang

23-24Puisi

Sedikit Lebih Gila

25-28Hot Topic

Perburuan Tahun Baru:Indonesia & Maroko

20-22SosokAl-Bushiri

29-32Kaleidoskop

Potret 2015

33-34Opini (2)

Sambungan

35-37Tahukah Kamu?

Zaitun

38-40Life Style

Ayam Zaitun Lemon

41-43PojokTakdir

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab: Fakih Abd. Azis | Pimpinan Redaksi: Agus G. Ahmad | Wakil Pimpinan: Azhari Mulyana | Keuangan: Layyinah CH | Staf Redaksi:

Rumaisah MA, Fahruddin A, M. Risky HK

Layout: Giovani

Page 3: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015

Salam Redaksi

2

Salam Sejahtera untuk kita semua.

Pergantian tahun merupakan momen singkat yang selalu dinantikan. Hampir seluruh belahan bumi tersihir dalam pesona dunia, dan untuk sejenak, bumi berkelap- kelip di bawah cahaya kembang api. Menyambut momen yang menjadi gerbang menuju tahun berikutnya ini, kami dari redaksi buletin Sayyidul Ayyam tak ingin melewat-kannya begitu saja. Setelah bulan lalu kami hadir dengan mengusung tema “Guru Negeri Sipil”, me ngupas persoa-lan tentang kurikulum sampai guru honorer. Kali ini, kami kembali hadir dengan wajah baru, dan turut memeriahkan perayaan tahun baru yang akan datang. Tentu saja bukan dengan rangkaian kembang api dan tiupan terompet, na-mun dengan untaian tulisan dari teman-teman yang tahun depan akan semakin bertambah tua umurnya. Memperingati tahun baru 2016 ini. Kami dari redaksi Sayyidul Ayyam ingin mengucapkan selamat jalan kepada tahun 2015 yang akan meninggalkan kita. Setahun mung-kin hanya waktu yang sebentar untuk singgah, namun de-tik waktu terus berputar dan hidup harus terus berjalan. Ba nyak kena ngan dan peristiwa yang istimewa bersama ta-hun 2015, banyak tunas- tunas baru yang tumbuh pun juga daun-daun tua yang berguguran meninggalkan pohonnya. Apapun, kami belajar bahwa waktu -sesebentar apapun itu- jika kita telah melangkahinya, tak ada kesempatan un-tuk berbalik mundur. Selamat datang tahun 2016, semoga nasib baik menanti di ujung sana. Selamat jalan kawan. Bye 2015! Senang berkenalan denganmu.

Kepada para pembaca, kami ucapkan: “Selamat Menikmati!”

Redaksi

Page 4: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

Wiam Ahmada AS

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 20153

Fakta Pernah mendengar tahun ka-bisat? Tahun kabisat menurut KBBI adalah tahun yang jumlah harinya 366 hari (di tahun itu, jumlah hari di bu-lan Februari adalah 29 hari). Dalam bahasa Inggris tahun kabisat disebut dengan Leap Year, kata leap sendiri berarti lompatan atau loncatan. Tahun kabisat pada pengertian di atas adalah tahun kabisat pada kalender syamsi-yah. Jumlah hari pada tahun syamsi-yah adalah 365 hari kecuali pada ta-hun kabisat berjumlah 366 hari. Mengapa demikian? Hal ini terja-di karena perhitungan tahun Syamsi-yah didasarkan pada perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi). Da-lam satu tahun, bumi berevolusi sela-ma 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Tetapi dalam sistem penang-galan syamsiah dibulatkan menjadi 365 hari, sehingga setiap 4 tahun akan kekurangan hampir 1 hari. Kerancuan ini disadari oleh kaisar Romawi, Julius Caesar. Ia kemudian memerintahkan ahli perbintangan Sosigenes untuk memperbaiki sistem penanggalan yang berlaku saat itu agar menunjuk-kan musim dengan tepat. Sosigenes menemukan bahwa revolusi bumi terhadap matahari berlangsung se-lama 365,25 hari, yang berarti perlu menambahkan 1 hari setiap 4 tahun. Ia menambahkan 1 hari pada bulan Februari dengan jumlah hari paling sedikit yaitu 29 hari menjadi 30 hari. Sistem penanggalan ini disebut de-ngan ka lender Julian.

*Mahasiswi S1 Jurusan DirosatIslamiyyah, Univ. Sidi

Mohammed Ben Abdellah

TAHUNKABISAT

Leap Year

Page 5: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 4

Perubahan pada sistem penang-galan Saymsiyah terjadi lagi pada masa kekaisaran Augustus. Ia mengganti nama bulan Hexalius dengan namanya, Agustus. Selain itu, ia menambahkan 1 hari di bulan Agustus dengan me-ngurangi 1 hari di bulan Februari, de-ngan alasan agar musim dingin berlalu dengan cepat (bulan Februari adalah akhir musim dingin). Dengan itu, bu-lan Agustus berjumlah 31 hari sedang-kan Februari berjumlah 28 hari pada tahun biasa dan 29 hari pada tahun kabisat. 1500 tahun kemudian pada masa Paus Georgian XIII, penetepan kalender Julian kembali membingung-kan, perayaan paskah yang seharus-nya dirayakan pada musim semi ber-geser. Hal ini disebabkan perhitungan kalender Julian meleset 11 menit 14 detik setiap tahun. Akibatnya, setelah 1500 tahun, kesalahannya menjadi 10 hari. Perbaikan sistem penanggalan Julian dilakukan oleh ahli perbinta-ngan Cristopher Calviusatas atas pe-rintah Paus XIII. Ia menetapakan agar tahun kabisat tetap dilakukan setiap 4 tahun sekali kecuali pada tahun keli-

patan 100 (1000,1100,1200,...). Pada tahun-tahun tersebut, penambahan hari dilakukan pada tahun yang ha-bis dibagi 4 dan 400. Dengan demiki-an, setiap 2500 tahun hanya perlu menambahkan 1 hari lagi. Sistem pe-nanggalan ini disebut dengan kalen-der Georgian yang dimulai pada tahun 1582. Untuk menyesuaikan kelebihan 10 hari dari tahun-tahun sebelumnya, maka dilakukan pemotongan hari, ya-itu setelah hari Kamis 4 Oktober, hari berikutnya langsung mejadi Jumat, 15 Oktober. Jadi, tanggal 5-14 Oktober 1582 tidak pernah ada dalam kalen-der Syamsiyah. Bagaimana caranya mengetahui apakah tahun ini termasuk tahun ka-bisat atau tidak? Caranya mudah. Ta-hun kabisat harus habis dibagi 4, ke-cuali untuk tahun kelipatan 100 atau permulaan abad seperti 1600, 1800, dst. Harus habis dibagi 4 dan 400. Berarti tahun depan 2016 adalah ta-hun kabisat, tahun istimewa bagi para leaplings (sebutan bagi yang lahir di leap day, 29 Februari). Selamat! Tahun kabisat tidak hanya ter-

Page 6: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 20155

dapat pada kalender Syamsiyah, tapi juga pada kalender Hijriyah, namun dengan ketentuan yang berbeda. Ka-lender Hijriyah atau Qomariyah ada-lah sistem penanggalan yang ditetap-kan berdasarkan perputaran bulan mengelilingi bumi. Waktu yang diper-lukan revolusi bulan terhadap bumi adalah 29,5 hari atau 29 hari 44 menit 3 detik. Jumlah bulan pada kalender qomariyah adalah 12 bulan dengan jumlah hari pada setiap bulan 29/30 hari berselang-seling. Maka, setiap ta-hun akan terbuang waktu 12 x 44 me-nit 3 detik = 8 jam 48 menit 36 detik. Jika waktu yang terbuang ini dikum-pulkan dan dibulatkan menjadi bila-ngan bulat dengan satuan hari maka waktu yang terbuang selama 30 tahun adalah 11 hari (30 x 8 jam 48 menit 36 detik = 11 hari). 11 hari tersebut akan ditambahkan pada tahun-tahun dalam setiap periode 30 tahun di bu-lan Dzul hijjah. Jadi terdapat tahun ka-bisat sebanyak 11 kali dalam interval 30 tahun.

Menentukan tahun kabisat hijri-yah dapat dilakukan dengan perhitu-ngan matematis mudah. Yaitu dengan metode sisa 2-3-3 yang berjumlah 11 (2-5-8-10-13-16-18-21-24-26-29). Jika suatu tahun hijriyah dibagi 30 memiliki sisa salah satu dari 11 angka diatas berarti itu tahun kabisat. Tahun kabisat Hijriyah tidak banyak diketa-hui sebagaimana tahun kabisat Syam-siyah, hal ini disebabkan karena pe-rubahan tahun kabisat hijriyah tidak mencolok dan sulit diingat. Sehingga penyebutan tahun kabisat sering kali dimaksudkan untuk tahun Syamsiyah, dan penyebutan bulan kabisat hanya untuk bulan Februari, begitu pula hari kabisat adalah 29 Februari.

Dalam ilmu astronomi dikenal juga istilah leap second atau detik ka-bisat. Detik kabisat tidak ada kaitan-nya dengan tahun kabisat. Detik kabi-sat adalah detik yang disisipkan dalam kalender. Gravitasi matahari dan bu-lan serta peristiwa alam se perti gem-pa bumi dan gunung meletus menye-babkan gerak rotasi bumi melambat, se hingga perlu menambahkan satu detik untuk memelihara waktu su-paya tetap sinkron dengan gerak bumi

Tahun kabisat Hijriyyah

tidak banyak diketahui

sebagaimana tahun kabisat

Syamsiyyah.

Page 7: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 6

(waktu rata-rata matahari). Penamba-hannya bisa pada bulan Juni atau De-sember menurut keputusan Interna-tional Earth Rotation and Reference Systems Service, yang ditetapkan di Paris 1972. Penambahan ter akhir dilakukan pada 30 Juni 2015, hari itu tidak berakhir pada 23:59:59 tapi pada 23:59:60 . Segala sesuatu yang istimewa atau unik akan menimbulkan reak-si unik pula. Sebagian masayarakat menganggap tahun kabisat dan hari kabisat sebagai momen yang istime-wa dan menyikapinya secara berlebi-han. Keistimewaan ini memunculkan ba nyak mitos dan takhayul terhadap tahun kabisat atau hari kabisat (29 Februari). Sebagai contoh, di Finlan-dia, perempuan diperbolehkan mela-mar laki-laki pada hari kabisat sebagai keberuntungan, dan laki-laki yang di-

lamar dilarang menolak nya. Jika ia menolak maka diwajibkan membayar tebusan. Masyarakat Scotlandia dan sebagian gereja umat Kristen menolak mengadakan pernikahan atau perce-raian di hari kabisat karena diyakini membawa kesialan. Mereka juga per-caya bahwa orang banyak meninggal pada tahun kabisat dibandingkan ta-hun-tahun biasa nya, dan banyak lagi mitos-mitos yang beredar di masya-rakat yang berhubungan dengan tahun kabisat . Semua kepercayaan ini ha-nyalah takhayul belaka tanpa didasari penjelasan rasional. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai asal mula ta-hun kabisat dan perhitu ngannya pen-ting, selain untuk menambah ilmu, pengetahuan tentang tahun kabisat dapat membantu mencegah berkem-banganya mitos dan takhayul terkait tahun kabisat di masyarakat.

Page 8: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

Fairuz Ainun Na’im*Mahasiswa S1 Jurusan

Dirosat Islamiyyah Univ. Ibn Tofail

Kita

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 20157

Opini Cermin dan Rekonstruksi Setidaknya tulisan ini jika tidak pantas merepresentasikan apa yang dinamakan sebuah rekonstruk-si baik teoritis maupun empiris, maka maafkanlah karena sesungguhnya penulis adalah orang yang benar-be-nar butuh berbagai kritikan dan masukan dari berbagai pihak dalam mengemukakan sebuah paradigma dalam diskursus tertentu. Jikapun memang tulisan ini memang benar-be-nar tidak mewakili apa yang diharap-kan, maka biarlah tulisan ini akan terpatri dalam diri penulis sendiri karena penulis pernah mencoba me-lemparkan gagasan atau paradigma kepada orang lain. Karena memang sebuah paradigma yang dikemukakan dalam diskursu tertentu, tentu tidak sama pengalamannya pada tiap-tiap orang. Akan tetapi, penulis menco-ba mengambil benang merah bahwa sebuah pembangunan gagasan adalah salah satu hal penting dalam kehidu-pan manusia di berbagai masa dan berbagai aspek kehidupan manusia. Karena tanpa pondasi yang jelas, ra-sa-rasanya kita tak akan mencapai apa yang kita maksud dari apa yang kita perbuat. Dari keyakinan itu, penulis akan mendeskripsikan pemahaman umum mengenai sebuah paradigma dalam hal ini membangun dan mene-mukan kembali apa yang harus diper-baiki dan apa yang mesti kita jalani selanjutnya, dengan melihat bahwa masing-masing kita bermaksud men-

SedangBerjalandi atasLintasan

Page 9: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 8

capai tujuan kita dengan jalan ‘meng-ulang’ kembali pondasi awal sikap dan pemikiran kita. Meski tulisan ini ditujukan untuk para pembaca, sejati-nya penekanan utamanya adalah un-tuk penulis sendiri dan maka dari itu sesungguhnya sebuah pikiran yang tertuang dalam medium yang berna-ma tulisan adalah untuk dipahami dan (semoga) diaplikasikan bersama. Masing-masing dari kita hampir pasti mempunyai sebuah atau bebe-rapa cermin di tempat tinggal kita masing-masing. Cermin itu kita gu-nakan rutin tiap hari untuk melihat penampilan wajah dan tubuh kita, atau kita melihat diri kita sendiri de-ngan bantuan sebuah alat bernama cermin. Kita menata rambut, wajah, pakaian dan lain-lainnya yang ber-kaitan dengan penampilan fisik kita dengan menggunakan cermin agar kita tampil percaya diri ketika kelu-ar rumah, ketika berhadapan dengan orang banyak. Sedemikian pentingnya peran cermin bagi kehidupan kita se-hingga kita sangat sekali membutuh-kannya. Bisa jadi, tak apalah kita tidak mandi asalkan kita berkaca pada cer-min sebelum melakukan berbagai ak-tivitas dengan keadaan rapih, meski tidak wangi misalnya. Bahkan bagi kaum perempuan, cermin juga harus dibawa ke berbagai tempat bila perlu,

untuk menjaga penampilan tetap baik dan pantas dilihat orang. Bukankah, menjaga penampilan fisik adalah anjuran agama? Dengan tidak ber-lebih-lebihan tentunya. Dengan begitu vitalnya peran cermin dalam menjaga penampilan kita, maka bercermin itu sendiri menjadi sebuah rutinitas yang harus kita lakukan setiap harinya. Al-Ghazali dalam Misykat Al An-war mengatakan bahwa manusia pari-purna adalah manusia yang mampu menggabungkan makna dhahir dan makna bathin. Kita, manusia, ber-kaca dan melihat tubuh kita dalam sebuah cermin adalah dalam rang-ka memenuhi makna pertama tadi. Sedang yang kedua, manusia butuh mengoreksi dirinya sendiri. Jika cer-min pertama wujudnya adalah sebuah kaca, maka yang kedua adalah sebuah kesadaran untuk mengenali apa-apa yang ada pada dirinya sendiri. Kesa-daran untuk me ngenali dan mengana-lisa jiwanya. Ibnu ‘Athoillah menga-takan dalam Syarah Sulthanul ‘Arifin: “Identifikasilah sifat-sifatmu, seperti fakirmu, kelemahanmu, ketidakber-dayaanmu dan ke rendahan dirimu. Apabila kamu telah menemukannya, maka kamu telah melihat sifat-sifatmu sebenarnya, tetapi selama ini tertutu-pi”. Ini sangat pen ting bagi kita untuk menemukan debu-debu yang masih

Page 10: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII |DESEMBER 20159

melekat pada diri kita untuk telanjang dan benar-benar bersih. Dan pemenu-han makna kedua manusia ini, mem-butuhkan kesadaran sekecil apapun. Kita butuh merenung, mengoreksi diri sendiri, berinstropeksi dan meng-evaluasi kinerja jiwa kita sebagai ma-nusia yang masih memiliki sifat-sifat yang rendah. Bahkan seja tinya kita perlu ‘mendebat’ diri sendiri tentang kebaikan-keburukan kita sendiri da-lam rangka menjadi manusia pari-purna yang dimaksud Al-ghazali tadi. Dampak dari mendebat diri sendiri jelas sangat baik untuk mengukur dan berhati-berhati terhadap apa yang akan kita jalani. Ini tidak jauh berbeda dengan ungkapan Al-ghazali setelah definisi manusia paripurna tadi yaitu untuk mendapatkan jiwa yang sem-purna, pertama-tama manusia harus mengosongkan jiwanya dari sifat-sifat tercela. Memang untuk menjadi manu-sia seperti apa yang diungkapkan Al-gha zali sangatlah sulit bagi kita. Akan tetapi penempuhan langkah-langkah tersebut bisa kita upayakan sedi kit demi sedikit untuk kemaslahatan diri. Kaitannya dengan perbaikan diri ada-lah kita berupaya untuk tidak meng-u lang kesalahan yang sama, atau setidak nya, meminimalisir hal-hal tersebut agar tidak terjadi lagi. Jika cermin adalah alat yang kita butuhkan untuk menata penampilan kita, maka kesadaran mengidentifikasi kekura-ngan-kekurangan pada diri kita ada-

lah upaya untuk mendapatkan diri yang lebih baik. Dan Allah, menganjur-kan kita untuk mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan sebelumnya guna mempersiapkan rencana selanjutnya. Dan indikator pentingya adalah me-ngoreksi diri sendiri demi kebaikan kita selanjutnya. Modal penting untuk membangun sebuah gagasan dan se-mangat baru.

Nasehat Ada Pada Belajar Dalam Diwan-nya, Imam Syafi’i mengatakan, “Setiap saya di-ber-adab-kan oleh masa, ia menunjukkan kurangnya pikiranku”. “Ketika saya bertambah dalam ilmu-- ia menambah pengetahuan akan kebodohanku”. Dan dalam syi’irnya yang lain yang masy-hur, Imam Syafi’I me ngungkapkan bila tidak merasakan pahitnya belajar da-lam beberapa waktu, maka akan ter-

Page 11: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 10

jerumus dalam kebodohan sepanjang hayat. Kedua syi’ir tadi tidak bisa tidak adalah teguran untuk kita yang mu-dah menyerah ataupun enggan be-lajar. Dua-duanya menyinggung soal waktu, juga belajar. Dan semakin kita belajar, maka semakin tahu dimana dan menambah pengetahuan akan ke-bodohan kita. Firman Allah yang per-tama kali turun dan kita sama-sama tahu, berkenaan dengan pentingnya membaca (belajar). Karena, seperti yang dikatakan oleh Kyai Sahal Mah-fudh ketika diminta memberi sambu-tan (nasehat) kepada para santrinya, beliau mengatakan nasehat buat kamu para santri adalah terletak pada apa yang kamu pelajari. Maka perkataan itu menegaskan apa yang diungkapkan oleh Imam Syafi’I betapa belajar sa-ngatlah penting untuk menunjukkan

bagaimana semestinya kita bersikap, berperilaku dan mengerjakan ber-bagai hal. Manusia tidak akan bisa me-lakukan suatu pe kerjaan tanpa ada nya pembelajaran baik formal maupun autodidaktik. Apabila terjadi kekeliru-an, maka manusia tinggal kembali me-lihat apakah apa yang dipelajari nya benar-benar sudah diterapkan dan di-pahami de ngan baik ataukah ada keke-liruan dalam mengaplikasikan nya. Dalam hal ini, membangun suatu for-mulasi baru, merekonstruksi ide-ide ataupun re solusi baru, manusia ha rus belajar, terlebih pada pe ngalaman-pengalaman sebelumnya agar tidak keluar dari koridor yang seha rusnya. Bagaimana bisa manusia membuat suatu rencana baru tanpa memahami peristiwa-peristiwa yang sudah terja-di karena sesungguhnya ketika manu-sia menghendaki sesuatu yang baru tidak lain karena dia memahami bah-wa yang lama, mesti diperbaiki atau didaur ulang. Bagaimana cara mem-perbaikinya? Ya dengan belajar. Tidak lain tidak bukan. Karena hanya Allah Yang Maha Mengetahui, maka belajar dan mencari ilmuNya agar kita me-nyadari betapa bodohnya kita.

*bersambung ke halaman 33

Page 12: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201511

Cerita Pendek “Kuakui susah sekali menjelaskan keadaan tanah dimana aku se-dang berpijak sekarang ini meski entah sudah berapa ratus pagi ku-habiskan di kota ini. Namun akan kuusahakan menjelaskannya pada kalian, karena kisah-kisah unik terdapat disini, dan hanya disini.”

Kotaku, kotaku ini. Mereka, para penduduk negeriku, menyebut-nya dengan nama ‘Kota Impian’ –yang selanjutnya akan disebut dengan KI. Sudah masyhur di seluruh dunia bah-wa di negeriku, tidak ada nama resmi untuk setiap kotanya. Nama sebu-tan dari rakyat pun bukan turun te-murun datangnya, melainkan dapat berubah setiap waktunya, bergantung pada keadaan masing-masing daerah pada saat itu. Kecuali kotaku ini, yang memang sedari masa bujang ayahku, namanya masih saja sama hingga kini.Negeriku dikenal sebagai negeri yang damai karena seluruh penduduk-nya telah mendapat jaminan keba-hagiaan. Seluruh penduduk memiliki hak untuk bahagia setiap hari selama hidupnya. Kebahagiaan seumur hidup itu diberikan cuma-cuma, dan de ngan syarat agar setiap orang menaati pe-raturan negara yang salah satunya adalah agar tidak pernah memiliki im-pian atau keinginan bahkan yang kecil sekalipun untuk diperjuangkan. Kare-na menurut Kepala Negeri Damai, hal itu dapat membuat keadaan menjadi

HILANG

Rumaisah MA*Mahasiswi S1 Jurusan

Dirosat Islamiyyah Univ. Ibn Tofail

Page 13: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 12

tidak damai lagi. Namun lagi-lagi, kota yang kucintai ini menjadi pengecualian. Entah bagaimana asalnya, KI seperti sengaja dibuat berbeda dari kota-ko-ta lain. Pemerintah KI sejak dahulu tidak pernah memberlakukan pera-turan tentang persyaratan masuk KI bagi seluruh penduduk negeri. Semua orang bebas saja masuk sesuai ke-inginan mereka. Sebab di dalam sana, semua orang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dari sinilah ju-lukan KI disematkan. Karena semua orang da pat mewujudkan apa saja yang pernah menjadi mimpi mere-ka sebelumnya, saat mereka berada di kota-kota lain. Salah satu sebab yang menjadi muasal dari munculnya peraturan utama KI tersebut adalah penduduk asli yang memang nyaris tidak ada. KI hanya memiliki lima bi-lik rumah persalinan di rumah sakit di ujung perbatasan. Karena memang jarang ada yang dapat berjuang dan bertahan hingga memiliki keturunan. Tetapi ayahku, ia adalah seorang dari yang jarang itu. Aku selalu ingat cerita-cerita dari ayahku tentang masa bujangnya. Bagaimana saat itu banyak orang di sekelilingnya berbondong-bondong masuk KI sehingga ayah memutuskan keluar dari jalur nasib bahagia yang sudah terpatri padanya dan berpindah ke KI. Kota dimana semua orang da pat mewujudkan impiannya, terdengar menyenangkan memang, namun tidak

semua orang dapat bertahan lama di dalamnya. Karena hanya disini, ja-minan kebahagiaan tidak lagi berlaku, semua orang harus memperjuangkan cita-citanya sendiri, dan semua orang menjadi tidak memiliki apapun selain mimpi yang mereka bawa. Ayahku dahulunya putra se orang pengusaha di kota sebelah sana. Su-dah tercatat dalam dirinya bahwa ia akan terjamin bahagia karena ia akan meneruskan usaha ayahnya, kakekku. Namun dalam usianya yang masih be-lia saat itu, ayahku di dalam dirinya menemukan sesuatu yang akhirnya menjadi impian yang harus ia per-juangkan. Aku ingat cerita tentang ayah yang keluar dari kota sebelah atas izin kakek dan merantau menuju KI ha-nya bersama impiannya. Ayah senang sekali menyemangatiku dengan ceri-tanya sendiri ketika aku mulai terlihat putus asa menghadapi sesuatu. Cerita tentang bagaimana saat itu ayah tidak memiliki apapun selain mimpi, meraih kesuksesan dengan hasil keringat-nya, cerita tentang ketika ayah jatuh, depresi, semua kawan ayah menjauh hingga ayah berhasil bangkit lagi, juga cerita bagaimana ayah bertemu ibu. Namun dalam masa seperti ini aku ha-nya bisa mengenang saja dan memu-tar cerita ayah berulang kali dalam kepalaku, seperti saat aku berlutut di depan pusara mereka, ayah dan ibuku, sesaat sebelum aku pergi meninggal-kan negeri.

Page 14: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201513

Aku meninggalkan kota dan ne-geri yang sangat kucintai ini, sesuai harapan ayahku yang tak kalah ter-ngiang-ngiang di kepalaku, terutama setelah kepergiannya dan kepergian ibu yang tak terduga, mereka per-gi bersamaan –dan yang ini tak bisa kuceritakan, pilu. Aku pergi menuju negeri yang ayahku impikan bagiku, segera setelah aku lulus sekolah me-nengah, bersekolah disana hingga pendidikanku selesai. Di negeri antah berantah aku berjuang dan berjuang, mengingat selalu seluruh impian dan nasihat ayah, hingga kudapatkan apa yang kuinginkan untuk dibawa pulang dan kupersembahkan untuk ayah dan ibuku dan berkata di depan mereka, yah, anak ayah sudah berubah menja-di insinyur.

*** Sepulang merantau tampak sa-ngat banyak perubahan yang tejadi di KI. Baru kusadari ternyata aku cukup lama meninggalkan tanah airku ini. Penduduknya, tentu banyak berubah, sudah tiada lagi yang kukenal. Hal yang tidak berubah, hanya sebuah ru-mah yang merupakan rumah kami da-hulu, dengan pusara kedua orangtua-ku di sampingnya. Aku selanjutnya menjalani hidup normal layaknya para lelaki seumu-ranku pada umumnya yang memili-ki pekerjaan. Hari demi hari, pekan, hingga bulan kesepuluh, kehidupan normal ini lama-lama terasa tidak nor-mal. Bahkan hidupku ini lebih pantas

dibilang datar saja, bukan normal. Pe-nuh berisi namun kosong. Setiap hari semua hal yang kulakukan sama saja. Bangun pagi, bekerja, pulang, dan ber-libur di rumah saat akhir pekan. Aku berpikir keras selama beberapa wak-tu, hingga aku sadar, astaga, sejak ka-pan aku tak bermimpi? Aku menjalani hari-hariku tan-pa memiliki impian. Aku bekerja dan menghasilkan uang untuk kebutuhan sehari-hari diriku sendiri. Aku tidak sedang memperjuangkan apapun. Orangtua, adik, saudara, bahkan ci-ta-cita? Aku hidup seorang diri sela-

ma ini. Mimpi? Sudah berapa lama? Bahkan dalam lelap malam pun, tak pernah aku didatangi bunga tidur. Sekarang aku tahu aku butuh mimpi, impian, cita-cita, sesuatu yang perlu kuperjuangkan, kuraih. Dan yang be-lum kuketahui, adalah apa yang ha-rus kulakukan agar aku mendapatkan yang kubutuhkan itu. Tidur kah? Tapi rasanya aku sudah terlalu cukup ti-dur pagi ini, sudah tidak mampu lagi kelopak mataku dikatupkan. Lagipula, bermimpi ini kiranya dapat ditemukan

Page 15: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 14

dengan mata terbuka. Sambil berpi-kir, pandanganku kusebar ke seluruh ruang tidur, mencari-cari, entah apa yang kucari. Mimpi, impian, barangka-li. Tidak kutemukan apapun. Mataku tak berkedip, masih berusaha mencari-cari, sambil ber-pikir tentang apa yang harus kulaku-kan sekarang, sampai pandanganku berhenti pada mantel tebal yang ter-gantung di belakang pintu. Tak kusa-dari kakiku melangkah beriringan dan sedikit cepat, segera kusabet mantel itu, dan keluar dari pintu kamar lalu menguncinya. Tiba-tiba aku berpikir

ingin berjalan santai keluar rumah, ya, barangkali diluar sana aku mendapat mimpi. Langkahku santai namun te-gas, penuh harapan agar hampa ini segera terisi. Impian, cita-cita, apapun itu, tolong datanglah. Kususuri jalan-jalan, melewa-ti toko-toko yang tampak selalu ra-mai pada akhir pekan. Toko-toko yang entah mengapa baru kusadari keberadaannya detik ini, astaga, su-dah berapa lama pula aku tidak jalan-jalan? Biasanya aku jalan-jalan bersa-

ma ayah dan ibu akhir pekan begini. Oh, ayah, ibu. Belum lama aku berjalan aku menemukan sesuatu yang me-narik perhatianku. Sebuah cafe yang eksteriornya di desain mirip dengan suasana negeri perantauanku dulu. Mungkin disini aku bisa dapat ins-pirasi. Aku sering mendapatkan nya di negeri jauh sana. Kiranya suasana yang mirip dapat membantu. Tapi se-sungguhnya, bukan itu yang menarik langkahku masuk. Kudorong pintu kaca berwar-na cokelat transparan itu, sehingga terdengar bunyi ‘kring’ dari lonceng kecil di sisi dalam ruangan dekat pin-tu. Selangkah masuk saja aku sudah mera sakan suasana yang menarik. Mata dan kakiku mencari-cari sesua-tu. Bukan apa-apa, melainkan tempat duduk. Namun bukan tempat duduk yang kosong, melainkan seorang yang menarik perhatianku dari luar tadi. Oh, itu kau disana. Aku melangkah per-lahan sambil melihat sekitar, namun sesungguhnya aku hanya memperha-tikannya. Tidak salah lagi, itu memang dia. Kuberanikan diri mendekatinya untuk lalu duduk di hadapannya. Aku menarik kursi di depannya tanpa per-misi, dan duduk.“Hai.”“Hai,” dia menjawab, tidak mengusir-ku, wajahnya menerawang mengha-dap jendela, dia melamun.Kau bisa dihipnotis penjahat jika be-gini. “Kau tentu mengingatku bukan?”Lamunannya seolah buyar, kepalanya

Page 16: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201515

menoleh dan wajahnya tepat di depan wajahku sekarang.“Hei! Diaz? Astaga, maafkan aku. Sudah berapa lama kau duduk dihadapanku begini? Sudah pesan minuman?”Aku mengangguk sambil tersenyum. Matanya yang bening dan pipinya yang selalu memerah tersapu angin musim dingin selalu membuat jan-tungku berdebaran.“Aku tak menyangka kita dapat ber-temu lagi seperti ini. Bagaimana ka-barmu? Wah, ternyata kita tinggal di kota yang sama ya.” Sekarang pelamun itu seperti kegirangan.“Sekarang aku mengerti alasan kita berdua dahulu enggan menyebutkan kota asal masing-masing.”“Hahaha, kota ini begitu banyak me-nyimpan misteri.” Tawanya masih sama.“Hahahahaha...” Kerinduanku pecah dalam tawa kami berdua.“Tapi, mengapa,”“Ah, Diaz, maafkan aku harus pergi sekarang. Aku berjanji kita akan ber-temu lagi, yaz, di tempat ini. Kau bisa datang besok,” dia memotong kalimat-ku yang belum sempat terucap. Masih sama juga, dia masih seorang yang se-lalu terburu-buru.“Oh, ok, silahkan.”

“Sungguh aku masih ingin bernostal-gia denganmu lebih lama lagi, namun aku benar-benar harus pergi seka-rang.”“Tidak apa, aku mengerti. Hati-hati ya.” Sekarang langkahnya sudah tak terdengar. Dia pergi. Dia, yang selalu dalam mimpiku dahulu, dan menjadi sumber semangatku yang kesekian setelah ayah dan ibu saat aku di ne-geri perantauan. Dia kini datang dan menghidupkan semangatku lagi.Tapi, Jean, aku hanya ingin bertanya, mengapa ada dua cangkir penuh kopi dingin dihadapanku sekarang...Seorang pelayan datang mengan-tar pesananku. “Ini pesanan Anda, Tuan, selamat menikmati.” Pelayan itu tersenyum....Sedangkan kopi yang kupesan baru saja datang.

*** Esok harinya aku datang lagi membawa sealbum kenangan beri-si foto-foto kami, aku dan Jean ketika kami masih di negeri jauh sana. Aku sudah tak sabar lagi ingin menunjuk-kannya pada Jean. Tapi, rupanya dia tak datang. Sebab sudah hampir tiga jam aku menunggu namun tak kun-jung kudengar langkah terburunya yang khas. Ayolah, Jean, datanglah

Page 17: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 16

bukankah kau tak pernah menging-kari janjimu? Kopiku bahkan sudah dingin sejak dua jam yang lalu. Kopiku seperti sudah enggan diseruput, dan kopiku menyuruhku pergi. Ah, Jean, kau masih saja sama, akhir pekan pun kau sibuk. Apa gerangan yang sedang kau lakukan, Jean? Hari-hari selanjutnya, kusem-patkan mengunjungi cafe itu, meski sebentar, aku rela menunggu Jean di tempat yang sama setiap harinya sambil mengingat kembali masa-masa lalu kami yang begitu indah. Aku dan Jean, dahulu kami selalu bersama-sa-ma, melalui hari bersama hingga kami terpisah sebab Jean mendapat bea-siswa di negara lain. Namun masih sama juga, dia tidak datang, hingga hari ketujuh terhitung semenjak per-temuan pertamaku dengan Jean di cafe itu. Aku keluar dengan langkah gon-tai, seperti sudah kehilangan sema-ngat hidupku, tapi aku memang ke-hilangan semangatku, aku kehilangan seorang yang kuimpi-impikan selalu di dekatku, Jeanku. Jean, andai wak-tu itu kau tak menjanjikan kita akan bertemu lagi mungkin perasaanku tak akan segelisah ini.

Di tengah perjalanan pulang, aku melihat Jean di seberang jalan. Lang-kahku berhenti, jantungku tiba-tiba berdegup lebih cepat dan mataku ter-buka selebar-lebarnya. Kau kah itu, Jean? Aku berdiri kaku terpaku. Seha-rusnya aku selalu bahagia saat meli-hat Jeanku. Tapi kali ini tidak, karena di sampingnya, seseorang menggeliat manja pada lengan Jean. Kepala nya bersandar pada pundak Jean. Jean lalu mengelus rambut seseorang itu, membuat wanita itu semakin erat me-meluk lengan Jean. Jean, mengapa kau lakukan ini padaku? Sampai di rumah aku tak bisa diam. Semakin gelisah aku memikir-kan Jean. Aku berputar-putar di dalam kamar tidurku sambil kuputar ingatan tentang masa lalu, juga apa yang baru saja kutemui bersama Jean. Sedikit demi sedikit air mataku berlinang. Se-karang aku tahu kopi itu untuk siapa, juga alasan kau tiba-tiba pergi. Me-ngapa tak kau katakan saja, Jean, bah-wa kau sudah punya kekasih dan tak ingin menemuiku lagi. Oh, Jean, hidup-ku sudah lebih dari hampa sekarang, Jean, karenamu. Mimpiku yang sudah lama hilang, lalu datang, dan pergi lagi dengan cara lebih tragis.

Page 18: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201517

Kurebahkan tubuh pada kasur-ku. Kupejamkan mata sejenak ber-harap pikiranku menjadi tenang.“Diaz, apa kau tak ingat tentang mimpimu semalam?” Sebuah suara mengagetkanku, membuat mataku yang terpejam terbelalak kembali. Mimpi? Apakah semalam aku ber-mimpi? Lagi-lagi aku berpikir keras, kali ini tentang apa yang terjadi dalam mimpiku semalam. Ingatanku kupu-tar-putar hingga tanpa sadar, mataku terpejam dan lalu terlelap.

*** Aku terbangun dengan mata sembap. Semalam aku tertidur dalam tangisan. Hahaha, aku menertawa-kan diriku sendiri di depan cermin. Lucu sekali, aku menangisi seorang Jean. Bagaimana bisa aku mena ngis semalam? Oh, Jean, apa yang harus ku-lakukan sekarang? Aku teringat Jean lagi. Lagi-lagi aku teringat Jean. Aku melihat diriku di dalam cermin se-dang menangis. Air mataku kukira su-dah habis semalam. Ah, apa yang ha-rus kulakukan sekarang? Pertanyaan itu terasa sulit sekali untuk dijawab. Ayah, apa kau melihatku, Yah? Tolong jawab,Yah, apa yang harus kulakukan sekarang? Dengan sisa isakan samar-sa-mar kulihat suatu bayangan di dalam cermin. Kubalikkan tubuhku untuk melihat benda apa yang pantulan-nya masuk dalam cermin. Gitar? Apa aku punya gitar? Ah, ya, sudah berapa

lama aku tak bermain-main dengan senar-senarnya? Selama ini entah apa yang kulakukan hingga banyak hal terlupa, termasuk gitar ini. Teman yang pernah menemaniku berkar-ya dan bermusik di jalanan sebelum kutinggalkannya merantau. Kuambil sebungkus hitam yang berdebu itu. Lalu kubuka resleting yang meling-kar di pinggiran sebungkus hitam itu sambil terbatuk kerana debu yang berterbangan darinya. Sesuatu mulai terlihat dari dalam. Si coklat ini masih mengkilat. Kutatapi si coklat ini. Aku teringat ayah lagi. Lalu dengan ragu ku-mainkan senar-se-narnya, membuka memori tentang kun-ci-kunci dasar yang dahulu ayah ajarkan padaku, barulah ku-susun menjadi sebuah lagu. Kunikmati melo-di yang keluar dari nya. Mulutku mu-lai mengikuti melodi menyanyikan baris-baris lirik. Tak buruk juga, aku masih mengingatnya. Kucoba lagi de-ngan lagu lain. Dan, aha! Aku ingat aku punya buku lagu. Dengan sigap kutarik bungkus hitam berdebu itu dan kurabai dalamnya. Buku lagu itu masih disana. Segera kuambil buku lagu itu. Lalu mulai kutulis beberapa bait lirik. Lirik lagu. Aku masih bisa menulis lagu. Lagu ini, kutulis untuk-

Page 19: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 18

mu, Jean.***

Hari ini bukan akhir pekan, na-mun kusengaja untuk tidak pergi ke kantor. Aku pun berencana untuk mundur dari pekerjaanku besok. Per-cuma rasanya bekerja jika itu hanya untuk menghidupi tubuhku saja. Jiwa-ku kosong. Aku rindu masa-masa menja-di penyanyi jalanan. Tidak kuharap

sepeserpun dari se-tiap orang yang datang atau hanya kebetulan lewat. Bukan berarti apa-apa, melainkan di jalanan aku merasa ji-waku lebih hidup den-gan bait-bait lirik dan melodi. Aku lebih berse-mangat hari ini, di-bandingkan hari-hari kerja di kantor. Pera-saanku kehilangan Jean sudah tertum pah

dalam tangis. Tangisan itu kutuang akhirnya pada bait-bait lagu dan ku-padukan dengan nada. Oh, Jean, bah-kan ketika aku kehilanganmu, aku ma-lah membuatkanmu lagu. Aku sudah siap dengan kostum penyanyi jalanan andalanku untuk musim dingin, sweater hitam, jaket kulit cokelat muda, celana jeans biru gelap, boot hitam yang mulai me nua karena tak mungkin kupakai pergi bekerja ke kantor, dan topi rajutan

abu-abu, dan tak lupa, si coklat dan bungkus hitamnya yang masih tersisa sedikit debu. Pagi-pagi begini mung-kin belum banyak orang di jalanan, aku bisa melatih diriku dahulu, mung-kin sedikit kaku sebab sudah lama aku tak lagi bermain gitar terlebih di de-pan orang lain. Kuhirup sejuk pagi jalanan. Sera-sa hidup baru sedang menungguku disana.Drap..Drap..Drap..Drap..Brak!!!Prang!!!Gitarku terlepas dari genggaman tangan kananku. Kurasakan sebuah benda keras menabrakku sebelum seluruh tubuhku terpelanting ke as-pal dan kesadaranku pergi sejenak, hingga samar-samar aku mendengar sebuah suara masuk ke dalam telinga-ku.“Terimakasih, Diaz, kau sudah menga-jariku bahwa manusia sepertimu tidak pantas hidup lebih lama lagi, terlebih dalam kebahagiaan.”Kau kah itu, Jean?“Ayo Jean, cepatlah, sebelum matahari semakin tinggi dan orang-orang meli-hat ini.” Suara kekasih Jean.Jean lalu meninggalkan tubuhku yang terbaring tak berdaya di jala-nan. Suara ku yang ingin berteriak memanggilnya hanya tersumbat saja di tenggorokan. Mataku pun tak kuasa

Page 20: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201519

kubuka. Kurasakan langkahnya yang semakin jauh, lalu pintu mobil yang ditutup, dan suara mobil yang ber-jalan menjauh. Ingatanku semakin berpu-tar, membuat kepalaku semakin pe-ning. Sekarang ingatanku berhenti pada sebuah kejadian yang bahkan alam sadarku tak dapat mengingat-nya. Kepalaku semakin pening, baru kurasakan sesuatu mengalir melalui ubun-ubunku. Udara yang beku mem-buatku mati rasa ketika darah menga-lir. Sekarang alirannya sudah semakin jauh sehingga dapat kulihat dengan jelas. Tentang ingatanku, aku melihat hal buruk disana dan tak dapat kuceri-takan.“Diaz, apa kau tak ingat tentang mimpimu semalam?”Suara itu muncul lagi. Mimpi? Mim-pi apa? Apa aku pernah mimpi lagi? Kejadian tentang hal buruk itu kem-bali terngiang. Sakit di kepalaku su-dah tidak dapat kugambarkan lagi bagaimana rasanya. Dan oh, kejadian buruk itu, apa aku sudah mengalami-

nya dalam mimpi? Apa aku sudah mimpi buruk. Dan apakah ini semua... arti dari mimpi itu? Badanku masih saja kaku diba-lut dingin dan tubuhku mungkin su-dah memar membiru di dalam jaket-ku. Jalanan masih sepi, sedangkan aku tak mampu lagi bangkit dan berjalan. Gitarku. Mungkin sudah patah seperti lenganku ini. Yah, kenapa kau tak pernah be-ritahu aku bahwa bahkan mimpi bu-ruk bisa terwujud juga di kota ini. Yah?Apa orang-orang di kota lain berba-hagia juga, Yah, ketika hal seperti ini terjadi?Aku ingin bercerita banyak kepada ayah.Tapi setidaknya dengan begini aku masih bahagia, Yah, aku akhirnya bisa bertemu dengan ayah dan ibu lagi.

Tunggu sebentar, Yah, aku akan segera datang, Yah... (red.)

***

Page 21: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 20

Sosok

Setelah membaca bait demi bait di atas, adakah yang tahu bait-bait apa itu? Ya, itu adalah sedikit dari banyak bait yang diambil dari salah satu Qa-sidah yang sangat terkenal. Bahkan beberapa dari kalangan ulama mener-jemahkannya ke dalam berbagai baha-sa seperti Persia, Urdu, Turki, Punjabi, Swahili, Melayu, Pastum, Ing gris ser-ta men-syarah-kan qasidah tersebut.

Bahkan banyak dari ulama di Indone-sia yang menerjemahkannya dalam bentuk sya’ir dalam bahasa indone-sia dan tak ketinggalan alm. K.H. Irfan Hielmy (pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis) menerjemahkan-nya dalam bentuk syair berbahasa Sunda. Qasidah ini bernama Qasidah Burdah yang dikarang oleh salah seo-rang Sufi yang bernama Al-Bushiri.

أمن تذكر جريان بذي سلم مزجت دمعا حرى من مقلة بدم

أم هبت الريح من تلقاء كاظمة و أو مض الربق يف الظلماء من إضم

مهتلفما لعينيك إم قلت اكففا و ما لقلبك إن قلت استفق يهم

حممد سيد الكونني و الثقاليني و الفريقني من عرب و من عجم

Al-Bushiri

*Makam Imam Bushiri

Page 22: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201521

Ingin tahu sekilas tentang Al-Bushiri dan bagaimana bisa Ia men-garang qasidah yang sangat indah dan cantik juga menarik makna juga gaya bahasanya (uslub)? Jangan berhenti sampai di sini yaa... Adalah Al-Bushiri –nama leng-kapnya Syarafuddin Abu Abdillah Mu-hammad bin Zaid Al-Bushiri-. Lahir di kota Dallas, Maroko pada tahun 610 H (1213 M). Ia keturunan Berber/Bar-bar Maroko. Ia besar di kota Bushir, Mesir. Sejak kecil Ayahandanyalah yang mengajarinya mengaji Al-Qur’an juga beberapa ilmu keagamaan lainnya. Juga kepada beberapa sumber ilmu yang ada pada zamannya, ia meng-gali beberapa ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Kemudian ia pindah ke Kairo untuk memperdalam ilmu agama dan kesusasteraan Arab-nya. Di sinilah ia menjadi seorang sas-trawan dan penyair yang sangat ter-kenal dan ulung. Bahkan kemahiran dan kepandaiannya di bidang sastra syair melebihi para penyair pada za-mannya. Juga beberapa karya kaligrafi miliknya amat sangat terkenal akan keindahannya. Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa pada awal mula-nya ia adalah seorang yang bekerja se-bagai penyalin naskah-naskah. Beliau adalah salah satu dari banyak murid dari seorang sufi Imam As-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas Al-Mursi (di-makamkan di kota Alexandria Mesir)

Yang merupakan salah satu nggota tarekat Syadziliyah. Dalam bidang fiqh Al-Bushiri menganut madzhab Syafi’i, yang merupakan madzhab fiqh ma-yoritas di Mesir. Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekua-saan Dinasti Ayyubiyah ke tangan Dinasti Mamalik Bahriyah. Pergola-kan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pe-merintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Maka dengan munculnya qasidah burdah itu merupakan reak-si ter hadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mere-ka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yang berfungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, Al Quran dan Hadis. Sedikit kisah khusus alasan di-karangnya qasidah ini adalah ketika Al-Bushiri menderita sakit lumpuh bertahun-tahun akibat terkena angin merah. Berbagai usaha dilakukan dan tak sedikit pula dokter dihadirkan, tetapi penyakitnya itu tak kunjung sembuh. Dalam hatinya ia berbisik, barangkali dengan menyampaikan sanjungan kepada Rasulullah SAW Allah akan mengabulkan harapannya. Maka Al-Bushiri pun menyusun qa-sidah yang sangat indah dan menarik ini. Konon ketika telah selesai me-nyusun sya’irnya, ia bermimpi ber-

Page 23: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 22

jumpa dengan Rasulullah SAW. Be-liau mengusapkan tangannya dan menyelimuti badan Al-Bushiri dengan baju bulu yang biasa dipakainya. Ke-tika bangun dari tidurnya, dengan izin Allah ternyata ia telah sembuh dari sakit yang dideritanya bertahun-ta-hun lamanya. Oleh sebab itu qasidah ini diberi nama qasidah Al Burdah. Qasidah ini tersusun atas 160 bait (sajak) yang berisi panduan men-genai kehidupan Nabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap Al-Qur’an serta jihad dan tawasul. Pada bagian awal qasidah ini Al-Bushiri berkata kepada seseorang yang tak lain adalah dirinya sendiri. Ini ditimbulkan oleh perasaan yang teramat dalam yang tak seorangpun mengetahuinya. Digambarkannya Ra-sulullah SAW sebagai kekasih yang tak sekejap pun hilang dari mata batin nya. Kesufiannya dibuktikan dengan ter-tulis namanya dalam buku karangan Sayyid Mahmud Faidh Al-Manufi yang

berjudul Jawharat al-Awliya’ bahwa-sanya ia adalah sosok Sufi yang tetap konsisten sampai akhir hayatnya, seo-rang sufi besar yang tercermin dalam kezuhudannya dan ketekunannya da-lam beribadah. Beliau wafat pada tahun 695 H (1296 M) dan dimakamkan di kota Alexandria, Mesir. Sekitar 5 jam per-jalanan menggunakan transportasi darat dari Ibu Kota Mesir, Kairo. Sam-pai saat ini pusaranya masih sering diziarahi oleh banyak peziarah yang datang dari kota Alexandria itu sendi-ri bahkan banyak dari peziarah yang berasal dari luar Mesir hanya untuk menziarahi pusarannya. Seperti hal-nya peziarah dari Maroko, Indonesia, Malaysia, India bahkan negara-negara Eropa lainnya. Makamnya berdekatan dengan makam gurunya, Abdul Abbas al-Mursi, hanya sekitar 200 meter. Semoga Allah merahmati Al-Bushiri dan menerangi pusarannya dengan sinar kasih sayang Allah SWT. Amin. Wallahu A’lam.

*Mahasiswi S1 Jurusan DirosatIslamiyyah, Univ. Mohammed Voleh: Wardatun Hamra*

Page 24: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201523

Puisi

Kau membuatku sedikit lebih gilaKau paksa aku mengorbankan beberapa rasa rindu mereka kepadaku hanya untuk membelai senyummu.

Ah, tak sebanding dengan ucapan pertamamu Hanya sepatah kata Kau akhiri kalimatmu dengan menyuruhku menahan rasa rindu.

Percayakah kau, Aku pernah diberitahu bahwa jarak antara kebohongan dan kejujuranmirip antara jarak guntur dan hujan. Pernahkah kau tahu,Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa

Cintaku lebih besar dari bilangan avogadroWalau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku

M. Fitrohuddin A.

SEDIKIT

GILAlebih

Page 25: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 24

Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan gaya.

Namun, aku akan menungguSeberapa lamapun itu. Karna, cintaku bukanlah besi yang dapat mudah berkarat terkena air hujan.

Asaku untukmu bukanlah program yang rentan akan terinfeksi virus-virus. Tetapi cintaku adalah energi. Yang tidak dapat dimusnahkan oleh apapun.

Maka dari itulah,Sampai bumi berhenti berputar, Sampai matahari berhenti bersinar. Biarkanlah aku tetap menjadi bulan yang selalu mengorbit hatimu…

Kenitra, 27 Agustus 2014

Page 26: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201525

Hot Topic

MengamatiPerburuan

Tahun Baru:

INDONESIA&

MAROKO

Kusnadi El-Ghezwa*Ketua PCINU Maroko

Page 27: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 26

Sang waktu terus berjalan dan berubah dan tidak ada sesuatu

yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.

Perubahan itu terjadi de ngan sendirinya karena dimakan usia se-perti umur suatu benda yang lama kelamaan terus berubah tanpa harus ada campurtangan manusia. Namun perubahan perilaku manusia memer-lukan ikhtiar yang diawali niat, ter-masuk di dalam memaknai pergantian tahun baru. Momentum pergantian tahun, umumnya dirayakan dengan meriah termasuk di Indonesia. Penuh sorak- sorai dan gemuruh tiupan terompet yang ber aneka ragam bunyinya. Mengamati pergantian Tahun Baru di Maroko ternyata jauh berbe-da dengan perayaan Tahun Baru di Indonesia pada umumnya. Jika per-ayaan Tahun Baru di Indonesia iden-tik de ngan pesta kembang api, tiup te-rompet dan adanya panggung hiburan yang diadakan di tiap-tiap kota besar. Maka, lain halnya dengan perayaan Tahun Baru di Maroko. Semenjak

kaki saya menginjakan bumi Magh-riby (2010) hingga saat ini (2015), di Maroko tidak ada perayaan akhir tahun di ruang publik, tidak ada tiup terompet, tidak ada pembakaran uang lewat kembang api. Padahal tidak ada fatwa sebelumnya yang mengharam-kan perayaan Tahun Baru, atau pole-mik perihal ucapan selamat Natal dan Tahun Baru.

Menjelang detik-detik pergantian Tahun Baru hanya terlihat satu kali kembang api

menyala di angkasa.

“ Biasanya menjelang detik-detik pergantian Tahun Baru hanya terli-hat satu kali kembang api menyala di angkasa. Kalaupun lebih dari satu, itu-pun tidak terkesan meriah seperti di Indonesia pada umumnya. Jalan-jalan besar juga berjalan normal seperti biasanya dan hanya terlihat sebagi-an para pemuda yang berkerumun di tempat-tempat tertentu seperti pan-tai, café dan alun-alun.

Page 28: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201527

Menurut salah satu warga se-tempat menuturkan bahwa, itu semua karena warga Maroko yang mayoritas penduduknya beragama Islam, jadi acara pergantian Tahun Baru Mase-hi tidak diperingati secara resmi oleh warga Maroko, kecuali pergantian Tahun Baru Islam. Banyak dari war-ga Maroko yang mengadakan acara- acara tertentu untuk menyambut Ta-hun Baru Islam. Lain halnya ketika me nyambut tahun baru Masehi, keba-nyakan warga Maroko lebih memilih untuk berdiam diri di rumah nya ma-sing-masing, dengan menyiapkan ber-bagai macam hidangan khas Maroko dan kue khas Maroko, yang kemudian dinikmati bersama keluarga dan kera-bat mereka. Hal Ini tentunya berbeda de-ngan perayaan tahun baru Masehi di Indonesia pada umumnya, di mana banyak remaja berpasang-pasangan memenuhi jalang raya menggunakan motor, atau pergi ke tempat-tempat sepi yang -tentu saja- berdampak pada perbuatan maksiat. Gemerlap lampu tersebar di berbagai sudut kota. In-dahnya pancaran kembang api di ang-kasa mewarnai kegelapan langit pada detik-detik pergantian tahun. Dan dari berbagai macam persiapan dan renca-na yang telah mereka lakukan, tidak-lah banyak manfaat yang bisa diambil dari perayaan tahun baru tersebut. Dari hasil pesta perayaan ta-hun baru itu, yang tampak hanyalah sampah- sampah yang berserakan di

jalan-jalan dan macetnya lalu lintas yang tak terkendalikan selang be-berapa jam kemudian. Bukankah ini menunjukkan bahwa peristiwa per-gantian tahun baru hanya merupakan fenomena se saat yang memberikan kenikmatan dalam hitungan menit. Itulah sebabnya, orang secara tidak sadar telah menghamburkan sekian banyak uang untuk menikmati perpin-dahan tahun tersebut. Bukan Tahun Barunya yang penting, tetapi bagaima-na setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki ta-hun baru.

Menyikapi Huru-Hara Tahun Baru Di balik perayaan malam pergan-tian tahun baru yang cukup meriah dari tahun ke tahun, sebenarnya ada makna yang bisa diambil dari pergan-tian tahun itu. Makna yang terkan dung adalah, kita harus introspeksi diri kita di tahun sebe lumnya dan menentukan visi dan misi yang akan dicapai pada tahun yang baru ini. Pasti kita masih ingat kejadian- kejadian atau peristi-wa yang kita alami di tahun sebelum-nya, dari mulai peristiwa atau kejadian yang menyenangkan, menyedihkan,

Dari hasil pesta perayaan

tahun baru itu, yang tampak

hanyalah sampah- sampah

yang berserakan di jalan-jalan.

Page 29: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 28

menjengkelkan atau bahkan yang memalukan sekalipun. Hal-hal itulah yang dapat kita jadikan sebagai pela-jaran di tahun-tahun berikutnya agar kita bisa menjadi seseorang yang le-bih dewasa, karena pengalaman atau setiap peristiwa yang kita alami setiap hari merupakan pelajaran kehidupan yang sangat berharga. Tahun Baru berarti memiliki cara pandang yang baru dan suci dalam upaya dan usaha memperoleh sesua-tu yang baru. Tahun Baru juga berar-ti me ngasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih jen-jang karier yang baru. Jangan sampai seperti se orang pembelah kayu yang terus mene rus menyia-nyiakan waktu dan tenaga nya untuk membelah kayu dengan kapak tumpul, karena tidak punya cukup waktu untuk berhenti dan mengasah kapak itu. Sebagai manusia yang memiliki akal sehat, tentunya kita harus bisa me rubah cara berpikir dan berperi-lakunya yang keliru dengan cara mele-jitkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal dalam bing-kai keimanan dan ketaqwaan, mene-barkan ke baikan dan mencegah dari

perbuatan yang mungkar yang me-rugikan manusia lainnya. Kita akan di-anggap kelompok orang yang beriman jika dalam setiap gerak kita dan aksi kita selalu bertaburan kebaikan dan sepi dari kemungkaran. Kesadaran untuk menjadi muk-min secara hakiki akan mengantarkan kita kepada pola pikir dan aksi yang positif, mendorong kita untuk me-lakukan kerja besar dan menghindar-kan kita dari perbuatan/pekerjaan yang sia-sia. Oleh karena itu, kita harus mulai dari diri kita (ibda’ binafsik) selanjut-nya kesadaran individu harus berme-tamorfosis menjadi kesadaran kolek-tif, menjadi kesadaran umat, sehingga kita mampu menempatkan diri pada tempat yang seharusnya. Kita harus menjadi umat yang mulia dan bukan menjadi hina. Dari sinilah kita bisa menemukan jati diri yang sesungguh-nya tentang makna kehidupan dan arti hidup sehingga hidup ini dapat memberi manfaat bagi semua di da-lam menyikapi pergantian tahun baru.

Selamat tahun baru dengan cara pandang baru!

Page 30: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201529

Kaleidoskop

FE

BR

UA

RI

MA

RE

TJA

NU

AR

I 7-9 JanuariSerangan di KantorMajalah Charlie Hebdo

18 JanuariEksekusi enam terpidanamati kasus NARKOBA

19 JanuariBob Sadino meninggaldalam usia 76 tahun

6 FebruariDjudjuk Srimulat meninggaldalam usia 67 tahun

11 FebruariTiga mahasiswa Muslimtewas ditembak di AS

18 FebruariDemi stabilitas, Jokowibatal lantik Budi Gunawan

17 MaretKPK tahan bupati Lombok Barat di Rutan Guntur

24 MaretPesawat Germanwings jatuhtak ada yang selamat

27 MaretOlga Syahputra meninggaldalam usia 32 tahun

Page 31: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 30

ME

IA

PR

ILJU

NI

3 AprilMpok Nori meninggaldalam usia 84 tahun

19 AprilKonfrensi Asia Afrika (KAA) ke-60

25 AprilGempa Nepal, 1000 oranglebih tewas

3 MeiPacquiao Vs Mayweather dimenangkan Mayweather

15 MeiDidi Petet meninggaldalam usia 58 tahun

25 MeiPembekuan PSSIdicabut oleh Menpora

3 JuniSepp Blatter mundur darijabatan Presiden Fifa

10 JuniJasad Angelina korban kekerasan anak ditemukan

5 JuniPersipura bubar setelahrapat 3 hari 3 malam

Potret 2015

Page 32: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201531

AG

UST

US

SEP

TE

MB

ER

JULI

5 JuliTaklukan ArgentinaCile juara Copa America

14 JuliOC Kaligis resmi menjaditersangka suap PTUN Medan

29 JuliIriana Jokowi diabadikanuntuk nama anggrek di Singapura

7 AgustusHaedar Nashir terpilih sebagai Ketum Muhammadiyah

12 AgustusReshuffle Kabinet Kerja11 Menteri diganti

14 AgustusLedakan dahsyat TianjinTiongkok, 50 orang tewas

12 SeptemberInsiden Crene terjatuh di Masjidil Haram Mekah

17 SeptemberGempa 8,3 SR di Cile1 juta orang dievakuasi

23 SeptemberAdnan Buyung meninggaldalam usia 81 tahun

Page 33: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 32

NO

VE

MB

ER

OK

TO

BE

RD

ESE

MB

ER

13 OktoberGereja dibakar di AcehSingkil 1 tewas tertembak

26 OktoberLewis Hamilton berhasilmerebut Juara Dunia F1

31 OktoberPak Raden meninggaldalam usia 83 tahun

1 NovemberPesawat Rusia jatuh di Mesir diduga 224 orang tewas

8 NovemberJorge Lorenzo merebutJuara Dunia Moto GP 2015

14 NovemberPenembakan di Parissedikitnya 18 orang tewas

ON GOING

Page 34: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201533

Tentang Perubahan Bulan desember tahun terasa begitu unik atau boleh kita menga-takannya istimewa dimana terjadi dua peringatan besar yang hanya selisih satu hari: 24 Desember diperingati sebagai Maulid Nabi Muhammad SAW dan 25 Desember diperingati sebagai Hari Natal. Di linimasa media sosial di Indonesia, debat tahunan perihal ucapan natal oleh orang muslim kali ini lebih ‘dengan’ bersandingnya pe-ringatan besar lain. Beberapa wak-tu sebelu Maulid Nabi, umat Islam merayakan tahun baru Hijriyah dan sebentar lagi akan menyambut tahun baru Masehi 2016 yang mana orang-orang punya capaian-capaian tertentu yang akan dituju pada tahun baru juga berusaha mencapai apa yang belum dicapai pada tahun sebelumnya. Kita menyebutnya resolusi. Hijrah, secara etimologis seperti yang diungkapkan Fairuzabadi dalam Al-Qamus adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dan pemaknaan sederhana terhadap perpindahan ini adalah dimaksudkan untuk perpinda-han yaitu perubahan yang lebih baik. Nabi Muhammad SAW hij rah dari Mek kah ke Madinah untuk memben-tuk suatu peradaban masya rakat yang

lebih baik daripada ketika di Mekkah. Bila di Mekkah umat Islam dibekali akidah, maka di Madinah Nabi menga-jarkan hal-hal yang sifat nya furu’iyyah dan cakupannya luas sekali. Tentu kita tahu firman Allah yang mengatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah nasibnya sendiri. Hijrah, ketika hanya dimaknai sebuah per-pindahan dari tahun yang lama ke ta-hun yang baru, justru menghilangkan esensi dari hijrah itu sendiri. Pun jika kita hanya mengharap-harap semua target-target kita tercapai tanpa per-nah mempersiapkan apapun, tanpa mempelajari apapun. Sederhana-nya, pemaknaan hijrah yang dinamis diawali dengan refleksi diri terhadap perjalanan kehidupan kita sebelum-nya dengan pembelajaran-pembelaja-ran sebagai bekal untuk menyambut ‘migrasi kehidupan’. Kita perlu mene-gaskan bahwa pemaknaan hijrah yang dinamis itu adalah upaya-upaya nya-ta yang tidak jauh dari makna seder-hananya. Barangkali berubah ke le-bih baik saja belum cukup, kita bisa mengu bah dengan bagaimana cara, fungsi dan manfaat dari perubahan ke lebih baik tersebut bisa benar-benar kita rasakan manfaatnya bagi kita dan

*sambungan dari halaman 10

Page 35: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 34

banyak orang. Tentu, melakukan transforma-si tidak dengan tangan kosong dan se sumbar kalimat-kalimat harapan yang menggunung. Harus ada yang direnungi dan dipelajari untuk men-capainya. Terlebih untuk sesuatu yang baru dengan melihat bahwa manusia adalah ‘baru’, dan Tuhan adalah Yang Maha Terdahulu sekaligus Maha Pem-baharu, maka kita minta ditemani untuk mencapai kebaruan-kebaruan kita.Penutup: Kita Selalu Berjalan Ke-padaNya Tidak akan ada harapan tanpa ada perjuangan, dan perjuangan un-tuk mencapai tujuan seringkali tidak mudah. Dan karena dia adalah per-juangan, maka membutuhkan usaha keras mengerahkan segala daya dan upaya. Sejatinya manusia sedang ber-juang untuk kembali kepada Tuhan, tujuan dari segala tujuan. Dalam ba-hasa Arab, mujahadah berasal dari kata Jahdu yang artinya kesulitan, dan Juhdu yang berarti potensi. Maka perjuangan (mujahadah) adalah men-dayagunakan segenap potensi dengan sekuat tenaga untuk mencapai tujuan-nya.

Untuk mampu mencapai ‘hij-rah’, juga ‘hajru’ (kebaikan), dibutuh-kan perjuangan yang keras. Tidak kah kita sadari bahwa sebenarnya kita tiap waktunya mengulang-ulang usa-ha kita mencapai tujuan kita? Kita merasa kekurangan serta lemah, lalu berupaya memperbaikinya, kemudi-an berusaha melakukan sesuatu dan memetik hasilnya juga menerima hasilnya. Lalu kita beralih ke penca-paian lain dengan proses yang kurang lebih sama. Momentum hijrah adalah momentum pengulangan perjuangan kita. Kita diingatkan bahwa ada saat-nya kita harus mengidentifikasi diri, menelaah jiwa untuk bisa memper-baikinya dan mampu berhijrah lagi. Dan proses sirkulasi itu akan bertemu puncak tujuan kita yang sebenarnya yaitu Allah. Seperti kata Al-Jili, kita akan kembali ke kemuliaan yang seja-ti yang menciptakan kita yaitu cahaya Ilahi. Dan kita memohon agar didalam perjalanan menuju Allah, kita ‘dite-mani’ oleh Allah. Dan hijrah kita, se-jatinya adalah melakukan perjalanan di atas lintasan menuju kepada Nya. Bukankah tujuan hijrah itu kepada Allah dan Rasulullah? Tergantung niat kita.

Kita Sedang Berjalan di atas Lintasan

Page 36: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201535

Tahukah Kamu?

Zaitun (Olea europaea) adalah pohon kecil tahunan dan hijau abadi, yang buah mudanya dapat dimakan mentah ataupun sesudah diawet-kan sebagai penyegar. Buahnya yang tua diperas dan minyaknya diekstrak menjadi minyak zaitun yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan. Zaitun adalah anggota suku Oleaceae. Zaitun mulai berbuah saat beru-mur lima tahun dan usianya dapat mencapai ribuan tahun, sehingga yang tadinya perdu telah menjadi pohon besar. Pohon zaitun yang berumur ribuan tahun di antaranya pernah ditemukan di Palestina yang bertahan hidup hingga 2000 tahun. Zaitun dipanen pada waktu masih hijau sampai sudah berwar-na ungu. Buah zaitun hitam dalam kaleng mungkin mengandung bahan ki mia (biasanya fero sulfat) yang men-jadikannya berwarna hitam secara

buatan. Biji Olea europaea biasanya dalam bahasa Inggris di Amerika dise-but pit atau rock, sedangkan di Inggris sebagai stone, semuanya bermakna “batu”. Selain disantap segar, buah yang merupakan ‘hadiah dari para dewa’ asal Yunani ini banyak dimanfaatkan untuk membuat acar dan minyak se-hat berharga premium. Pertama kali dibudidayakan se-cara komersial di Athena, Yunani, se-kitar 7.000 tahun lalu ini kemudian menyebar ke wilayah Mediterania lain, seperti Italia, Prancis, Spanyol, dan Maroko. Lewat jalur perdagangan, po-hon zaitun juga ditanam secara besar- besaran di Afrika dan Timur Tengah. Diperkirakan ada sekitar 700 varietas pohon zaitun (Olea euro-pea) yang tersebar di dunia. Masing- masing memiliki ciri khas buah yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter tanah tempat pohon tersebut tumbuh

ZAITUNoleh: Azhari Mulyana

Page 37: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 36

dan nutrisi yang diberikan. Buah zaitun mentah berwarna hijau terang. Cita rasanya asam dan terkadang agak getir. Makin matang, warna buah zaitun akan menjadi me-rah, ungu, hingga kehitaman. Di negara-negara Eropa dan Timur Tengah, buah zaitun sering di-gunakan dalam campuran salad, pasta atau topping pizza. Bahkan ada yang mengolahnya menjadi acar tau pick-le. Acar ini dibuat dengan proses yang cukup lama. Sebelumnya buah ini dibersih-kan dulu, agar kandungan oleuro-pein yang menimbulkan rasa getir dan pahit bisa berkurang. Setelah itu dimasukan dalam larutan garam be-serta bumbu lainnya dan disimpan se-lama sekitar satu bulan. Proses yang dinamakan fermentasi ini menjadikan cita rasa buah tersebut jadi lebih ma-nis. Acar yang telah jadi ini lalu digu-nakan sebagai campuran topping piz-za atau roti. Agar punya tampilan yang lebih menarik, ada yang membuang biji nya lebih dulu sebelum diolah. Lubang bekas biji ini kemudian diisi dengan paprika, kulit buah lemon atau cabai. Bahkan ada pula yang menyantapnya dengan keju segar dan anggur. Sementara itu untuk minyak nya, dibuat dengan cara diekstrak dan ter-diri atas tiga macam, yaitu ekstra vir-gin, virgin serta normal. Minya eks tra virgin merupakan minyak yang rasa-nya paling baik dan punya tingkat

keasaman rendah. Sedangkan virgin rasanya juga baik tapi tingkat keasaman lebih ting-gi. Lalu minyak normal merupakan campuran dari minyak zaitun hasil sulingan dengan minyak ekstra vir-gin atau virgin. Ketiga jenis minyak ini bisa dicampurkan dalam olahan masakan atau dijadikan alat masker. Diantara manfaat yang terkan-dung pada buah zaitun :1. Mencegah obesitas Zaitun adalah salah satu buah yang bisa dimanfaat untuk meng-ontrol berat badan dan membantu menurunkan berat badan. Zaitun kaya akan lemak tak jenuh yang bisa meng-hilangkan lemak serta menurun-kan sensitivitas insulin. Zaitun juga meng andung banyak serotonin. Sero-tonin telah diketahui bisa membuat kita merasa lebih cepat kenyang da-lam waktu yang lama. Serotonin juga bisa menurunkan tingkat kalori yang dikonsumsi dalam sehari hingga 200 kalori.

2. Menurunkan risiko kanker Zaitun hitam kaya akan vitamin E yang penting untuk menjaga kese-hatan sel. Vitamin E akan menetralkan radikal bebas yang bisa menyebabkan kerusakan sel dan mencegah terben-tuknya sel kanker. Kanker usus ada-lah salah satu jenis kanker yang bisa dicegah dengan mengonsumsi zaitun hitam.

Page 38: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201537

3. Meningkatkan zat besi dalam tu-buh Zaitun hitam juga kaya akan zat besi. Mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh dengan mengonsumsi zaitun akan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan le bih efisien. Selain itu, dengan zat besi yang cukup, aliran oksigen dalam darah akan menjadi lebih efektif. Kekura-ngan zat besi bisa merusak jaringan.

4. Menyehatkan jantung Zaitun mengandung lemak sehat yang bisa menetralkan radikal bebas dan membersihkan tumpukan lemak pada pembuluh darah arteri. Zaitun juga meningkatkan jumlah kolesterol baik dalam tubuh dan bisa menurun-kan risiko penyakit jantung.

5. Meredakan nyeri Zaitun dikenal dengan kandu-ngan antioksidan dan zat anti pera-dangannya yang bekerja seperti ibu-

profen alami. Minyak zaitun bisa memberikan efek anti peradangan yang bisa meredakan rasa nyeri.

6. Kesehatan mata Zaitun mengandung 10 persen vitamin A yang direkomendasikan untuk dikonsumsi sehari-hari. Kare-na itu, zaitun juga sangat baik untuk menjaga kesehatan mata. Zaitun akan membantu kemampuan mata mem-bedakan terang dan gelap. Vitamin A dalam zaitun juga menurunkan risiko katarak, degenerasi makula, glauko-ma, dan penyakit yang berkaitan de-ngan kemampuan penglihatan. Itulah manfaat kesehatan dari buah zaitun. Baik zaitun hijau atau hitam mengandung banyak nutrisi yang bisa membantu mencegah bebe-rapa jenis penyakit dan memberikan manfaat yang banyak untuk kese-hatan. Jangan ragu lagi untuk menam-bahkan zaitun maupun mi nyak zaitun dalam masakan Anda. (red.)

Page 39: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII |DESEMBER 2015 38

Life Style

2 lemon1 sendok makan minyak zaitun1 bawang besar, dibelah dua, diiris tipis2 siung bawang putih, memarkan iris tipis1 sendok makan potongan paprika2 sendok teh bubuk jintan1 sendok teh bubuk kayu manis1 sendok teh bubuk jahe2 cangkir kaldu ayam1 ekor ayam, potong menjadi 8 bagian1/2 gelas zaitun hijau

Bahan:

Ayam ala Maroko

oleh: Nadia Neli AmaliaMahasiswi S1 JurusanDirosat IslamiyyahTa’lim al Atiq Imam Nafie

Zaitun

Lemon

bersambung selanjutnya...

Page 40: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201539

1. Potong 1 lemon ke dalam 8 bagian. Peras jus dari lemon yang ke dua untuk 2 sendok makan.

2. Panaskan minyak dalam wajan besar di atas api sedang-tinggi. Tambahkan bawang dan taburi dengan garam dan merica; tumis sampai berwarna cokelat keemasan, sekitar 8 menit.

3. Tambahkan berikutnya 5 bahan; bawang putih, paprika, bubuk jintan, bubuk kayu manis, bubuk jahe. aduk 1 menit.

4. Tambahkan kaldu; didihkan.

5. Taburi ayam dengan garam dan merica; masukkan ke wajan.

6. Tambahkan irisan lemon. kecilkan api sambil didihkan sampai ayam matang, balik sesekali, 25 sampai 30 menit. tiriskan ayam di piring.

7. Tambahkan zaitun dan 2 sendok makan jus lemon ke wajan. Bumbui dengan garam dan merica. Tuang di atas ayam.

Cara Membuat

Selamat Menikmati...

Page 41: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 40

Potret

Celah Karaouineby: G. Ahmad

Page 42: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

Saat apel Newton jatuh, disi-tu terselip takdir, dan takdir memba-wa Isaac Newton ke rumus gaya tarik bumi. Lalu lagi, saat gereja menja-tuhkan hukuman tahanan rumah ter-hadap Galileo Galilei karena menen-tang rumusan Aris toteles tentang bumi sebagai sentral semesta, takdir lagi-lagi berkata demikian. Lalu takdir menyeret Galileo Galilei ke lubang ke-matian di masanya, dan menyeretnya lagi ke deretan ilmuwan paling ber-pengaruh setelahnya. Setelah manusia bisa melihat, bumi bundar, dan bumi mengelilingi matahari yang mereka li-hat saban hari. Keyakinan Aristoteles dan pengikutnya tentang bumi pun runtuh. Takdir sudah diatur sedemiki-an rupa tentang bolak-baliknya keyak-inan ini. Terkadang takdir di ucap sebagai sejarah, dipanggil de ngan sebutan ke nyataan, kejadian, peris-tiwa dan lain sebagainya itu, takdir selalu hadir dengan berbagai nama, berbagai bentuk, dima napun berada dan kapanpun adanya Sabtu, 19 Desember 2015. Di-antara sekian takdir yang ada, tercatat nama Eko Prasetyo dan Slamet, mung-kin ditulis “THE END” atau “FINISH”, lengkap dengan catatan kaki dibawah-nya “meninggal karena ego dan ke-

TAKDIROleh : Agus G.

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201541

Pojok

Page 43: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

senangan”. Sementara ribuan, hmm, ratusan ribu, entah berapa, yang jelas, keluarga mereka mendoakan takdir yang lain, “Semoga tenang disisiNya”. Dalam catatan lengkapnya, disebutkan tangan-tangan siapa yang memukuli, kaki-kaki siapa yang menendang, be-rapa jumlah batu yang dilempar, be-rapa umpatan cuk yang meluncur ke-luar, sampai pada apa yang diucapkan Sam Eko dan Slamet sebelum nafas-nya ditahan utusan Tuhan di tengah jalan. Ha nya saja, berita-berita yang sampai pada para pembaca tak sem-pat menulis detail lengkapnya, tak sampai merinci kejadian sebenarnya, karena keterbatasan waktu dan saksi mata. Mungkin, jika takdir berada di tangan manusia, referensi nya sudah bocor kepada para wartawan dengan harga selangit. Tapi sekali lagi, takdir masih menjadi misteri. Mungkin Sam Eko mendoakan kemenangan Arema di akhir hayatnya, mungkin kalimat Tau-hid yang ia lafalkan, mungkin, siapa tahu? Lalu setelah membaca ini, apa-kah takdir yang anda salahkan? Manusia menyebutnya takdir. Takdir terus bersembunyi sampai waktu nya. Manusia berteriak “itu takdir!” baru setelah ia datang. Lalu pertanyaannya, siapa yang tahu tak-dir seperti apa yang ditulis Tuhan? Wartawan terdiam, ka lau mereka sampai tahu, bisa gawat ja dinya du-nia pergaiban. Kenyataan bahwa ma-nusia hidup dengan ketidaktahuan ini, disitu Tuhan memberikan kebebasan.

Katakanlah takdir bukan misteri, si-lakan manusia menyalahkan nya. Tapi manusia selalu berkata takdir ketika ia tidak tahu apa-apa. Selama takdir masih menjadi urusan pribadi Tu-han, manusia sepantasnya bertang-gungjawab atas “takdir” yang mereka rekayasa sendiri. Mengambinghitam-kan takdir, me ngusung nama Tuhan, di te ngah kerusakan yang kita per-buat, apa namanya jika bukan ali-bi dan alasan? Takdir layaknya mata dadu, kita mene bak angka yang kelu-ar, dan kemung kinannya antara benar atau salah. Diantara benar-salah ini kita diberi kebebasan untuk memilih, akan melempar dadu atau tidak? Dan mereka yang ada di meja judi harus siap untung dan rugi. Bermain takdir, sama halnya bermain judi. Dan sebuah kasus pembunuhan, adalah “takdir” yang telah direncanakan. Pembunuh bisa memilih korban, tapi korban tak pernah memilih di bunuh oleh siapa. Lantas, takdir salah apa? Ketika membicarakan takdir, kita membicarakan sesuatu yang tak akan kembali lagi. Sama halnya Sam Eko Prasetyo dan Slamet yang tak kan pernah kembali pulang ke rumahnya, meninggalkan keluarga mereka sela-manya. Mungkin akan lebih baik jika redaksi takdir ditulis begini, “rombo-ngan supor ter Arema Malang seba-nyak 34 orang menumpang bus pari-wisata perjalanan dari Malang menuju Sleman Yogyakarta untuk mendukung timnya berlaga. Kebetulan rombongan

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 42

Page 44: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 201543

matinya rasa kemanusiaan dan rasa iba, atas takdir yang harus ditang gung mereka berdua. Dan pemakaman bu-kan lagi hanya untuk mengasihani mereka yang mati, pun juga ritual un-tuk orang-orang yang ditinggalkan.

Roda takdir ini terus berputar, ber-nama: kebencian. Lalu, mau sampai kapan? (red.)

suporter Surabaya juga melintas de-ngan menumpang empat truk. Mereka membawa buah- buahan dan makanan lain sebagai muatan truk, lalu dibagi-kan kepada suporter Arema yang ber-papasan di tengah jalan. Kedua rom-bongan bertegur salam, tersenyum ramah, lalu meneruskan perjalanan-nya masing-masing”. Seandainya be-gitu. Ah, manusia memang hanya bisa ber andai-andai, dan bertanya- tanya, takdir seperti apa yang akan da-tang? Lalu ketika takdir datang, sibuk menyesalinya. Apa gunanya menyesa-li takdir? Lalu manusia diberikan rasa kemanusiaan untuk apa? Bukankah untuk menyesali perbuatannya? Jika masih tidak menyesal juga, lebih baik bertanya kepada diri sendiri, apakah saya manusia? Yang lucu dari takdir ini, ketika Sam Eko dan Slamet harus meregang nyawa hanya karena sepak bola? Jika dulu mereka tahu takdir menjadi suporter sampai harus mati, mung-kin mereka lebih memilih untuk me-nonton pertandingan bola hanya dari layar kaca di rumah. Padahal, dulu takdir pernah bercerita, rakyat Indo-nesia gotong- royong bertempur me-lawan penjajah, takdir mencatat hari pahlawan di tempat yang heroik dan tanggal yang sakral itu, kisahnya di-gaung-gaungkan dan diagung-agung-kan sampai di buku-buku sejarah. Lantas sekarang? Takdir bercerita pemakaman Sam Eko, dihadiri para pelayat yang ikut berduka cita atas

Page 45: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VII | DESEMBER 2015 44

KELUARGA BESAR

PPI MAROKO & PCINU MAROKO

mengucapkan

“Selamat Hari Maulid NabiMUHAMMAD SAW

12 Robi’ul Awwal 1437 H(24 Desember 2015)”

Semoga kita semua mendapat Syafa’at beliau

di akhirat kelak. Amin.

Kepuasan Anda Tujuan KamiCP: +212 630325257

Page 46: SAYYIDUL AYYAM EDISI VII | DESEMBER 2015

website: www.ppimaroko.com

visit us: