SCI

  • Upload
    amc

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1. PengertianCidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervikalis, vertebralis, dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas 1(Sjamsuhidayat, 2005).

Spinal cord injury (SCI) adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang seringkali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Efek dari spinal cord injury tergantung pada jenis luka dan tingkat dari cedera. Akibat yang ditimbulkan karena cedera SCI bervariasi, dan yang terparah bisa sampai mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih 2(Fransisca, 2008).

Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada medula spinalis 3(Brunner & Suddart, 2001)2. KlasifikasiCidera medulla spinalsi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi cedera, antara lain:

A. Cidera Servikal

1. Lesi C1 C4

Pada lesi C1 C4, otot trapezius, sternomastoideus dan otot plasma masih berfungsi. Otot diafragma dan interkostal mengalami paralisis dan tidak ada gerakan involunter (baik secara fisik maupun fungsional). Dibawah transeksi spinal tersebut, kehilangan sensori pada tingkat C1 C3 meliputi oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah.

Pasien pada qudriplegia C1, C2, dan C3 membutuhkan perhatian penuh karena ketergantungan pada/terhadap ventilator mekanis. Pasien ini juga ketergantungan semua kebutuhan sehari-harinya. Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator mekanis tetapi dapat dilepas. Jadi penggunaannya secara intermitten saja.

2. Lesi C5

Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma rusak sekunder terhadap pascatrauma akut. Paralisis intertinal dan dilatasi lambungdapat disertai dengan depresi pernafsan. Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas seperti mandi, menyisir rambut, mencukur teapi pasien mempunyai koodinasi tangan dan mulut yang baik.

3. Lesi C6

Pada lesi segmen C6, distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Biasanyaakan terjadi gangguan pada otot bisep, triep, deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan. Umumnya pasien masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri, bahkan masih dapat memakai dan melepaskan baju.

4. Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Fleksi jari tangan biasanya berlebihan ketika kerja refleks kembali. Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa perawatandan perhatian khusus. Pemindahan mandiri, seperti berpakaian dan melepas pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah, makan, mandi, pekerjaan rumah yang ringan dan memasak.

5. Lesi C8

Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan control vasomotor. Hipotensi postural dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara bertahap dari berbaring ke posisi duduk. Jari tangan pasien biasanya mencengkram.Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri, mandiri dalam berpakaian, melepaskan pakaian, mengemudikan mobil, merawatrumah, dan perawatan diri.

B. Cidera Thorakal

1. Lesi T1 T5

Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengandiafragmatik. Fungsi inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks. Hipotensi postural biasanya muncul.Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici, interoseus, dan ototlumrikal tangan, seperti kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu.

2. Lesi T6 T12

Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen.Dari tingkat T6 ke bawah, segmen-segmen individual berfungsi, dan pada tingkat 12, semua refleks abdominal ada. Ada paralisis spastik pada tubuh bagian bawah. Pasien dengan lesi pada tingkat torakalharus befungsi secara mandiri.

Batas atas kehilangan sensori pada lesi thorakal adalah:

1. T2

: Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas.

2. T3

: Aksilla.

3. T5

: Putting susu.

4. T6

: Prosesus xifoid.

5. T7, T8: Margin kostal bawah.

6. T10

: Umbilikus.

7. T12

: Lipat paha

C. Cidera Lumbal

Kehilangan sensori lesi pada lumbal, antara lain:

1. Lesi L1

Semua area ekstrimitas bawah, menyebar ke lipat paha& bagian belakang dari bokong.

2. Lesi L2

Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha

3. Lesi L3

Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel.

4. Lesi L4

Sama dengan L3, kecuali aspek anterior paha.

5. Lesi L5

Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel

D. Cidera Sakral

Pada lesi yang mengenai S1-S5, mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari telapak kaki. Dari S3-S5, tidak terdapat paralisisdari otot kaki. Kehilangan sensasi meliputi area sadel, skrotum, danglans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior paha.

Klasifikasi berdasarkan keparahan:

1. Klasifikasi Frankel:

Grade A : motoris (-), sensoris (-)

Grade B : motoris (-), sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+)

Grade D : motoris (+) dengan ROM 4, sensoris (+)

Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+)

2. Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A : motoris (-), sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B : hanya sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan kekuatan otot < 3

Grade D : Motoris (+) dengan kekuatan otot > 3

Grade E : motoris dan sensoris normal3. EtiologiMenurut Jones & Fix (2009) dan Brunner &Suddart (2001) ada beberapa penyebab dari spinal cord injury (SCI), antara lain:

1. Trauma tumpul

2. Trauma tusuk

3. Spondilitis ankilosa

4. Artritis reumatoid

5. Abses spinal dan tumor, khususnya limfoma dan mieloma multipel.

6. Kecelakaan lalu lintas/jalan raya.

7. Injuri atau jatuh dari ketinggian.4. Tanda dan gejalaMenurut Jones & Fix (2009) ada beberapa tanda nda gejala dari SCI, antara lain:

1. Pada awalnya syok spinal: paralisis flaksid dengan penurunan atau tidak adanya aktivitas refleks.

2. Hilangnya fungsi motorik sebagia/parsial di bawah level SCI (termasuk pergerakan volunter & pergerakan melawan gravitasi atau tahanan).

3. Kehilangan fungsi sensori sebagian atau total di bawah level SCI (termasuk sentuhan, suhu, nyeri, propriosepsi (misalnya; posisi)).

4. Pada awalnya peningkatan HR bradikardia; pada awalnya peningkatan TD penurunan TD.

5. Nyeri akut di punggul atau leher, dapat menjalar di sepanjang saraf.

6. Refleks tendon dalam dan aktivitas refleks perianal abnormal.

7. Hilangnya keringat dan vagomotor.

8. Hilangnya refleks-refleks sensorik, motorik dan tendon dalam di bawah level cedera.

9. Retensi sekresi paru, menurun kapasitas vital, peningkatan PaCO2, penurunan O2 gagal nafas dan edema pulmonal.

10. Inkontenensia kemih dan usus dengan retensi urin dan distensi kandung kemih.

11. Ileus paralitik yang menyebabkan konstipasi dan/atau impaksi usus besar.

12. Hilangnya kontrol suhu hipertermia.

13. Berkeringat di atas level lesi.

14. Priapismus pada pria.DAFTAR PUTSAKA

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

2. Batticaca Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

3. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

4. Jones J, & Fix.B, (2009), Peraawatan Kritis, Seri Panduan Klinis, Jakarta, Erlangga.