67
Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentuk perjuangan, satu diantaranya adalah perjuangan tanpa mengangkat senjata yang juga sangat penting kita khidmati. Perjuangan di bidang pendidikan dan pers adalah satu diantaranya. Apa yang telah tokoh-tokoh nasional ini lakukan menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi muda. Agar bangsa kita menjadi semakin maju dan berjaya kedepannya. Hal yang tepat kiranya jika para tokoh bangsa ini dipelajari dan gali kembali kiprahnya. Ada banyak tokoh nasional yang berjuang pada bidang pendidikan dan pers dan turut berpengaruh signifikan dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa. Ide dan perjuangannya begitu monumental dan masih bias kita rasakan hingga saat ini. Para tokoh nasional dengan dedikasi tanpa kenal lelah mengorbankan harta, benda dan pikirannya demi kemerdekaan bangsa dan Negara Indonesia. Melalui buku ini kita diajak untuk kembali mengingat dan meneladani kiprah beberapa tokoh nasional secara khusus yang berasal dari Sumatera Barat dalam ranah perkembangan pendidikan dan pers di Indonesia. Ada 7 tokoh yang dimuat didalam buku ini. Semoga ini bias menjad inspirasi bagi Indonesia dan bahkan juga terdengar gaungnya hingga keluar negeri. Betapa bangganya kita sebagai anak bangsa. Petualang Literasi

Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentuk

perjuangan, satu diantaranya adalah perjuangan tanpa

mengangkat senjata yang juga sangat penting kita

khidmati. Perjuangan di bidang pendidikan dan pers

adalah satu diantaranya. Apa yang telah tokoh-tokoh

nasional ini lakukan menjadi inspirasi dan teladan bagi

generasi muda. Agar bangsa kita menjadi semakin maju

dan berjaya kedepannya. Hal yang tepat kiranya jika

para tokoh bangsa ini dipelajari dan gali kembali

kiprahnya.

Ada banyak tokoh nasional yang berjuang pada bidang

pendidikan dan pers dan turut berpengaruh signifikan

dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa. Ide dan

perjuangannya begitu monumental dan masih bias kita

rasakan hingga saat ini. Para tokoh nasional dengan

dedikasi tanpa kenal lelah mengorbankan harta, benda

dan pikirannya demi kemerdekaan bangsa dan Negara

Indonesia.

Melalui buku ini kita diajak untuk kembali mengingat

dan meneladani kiprah beberapa tokoh nasional secara

khusus yang berasal dari Sumatera Barat dalam ranah

perkembangan pendidikan dan pers di Indonesia. Ada 7

tokoh yang dimuat didalam buku ini. Semoga ini bias

menjad inspirasi bagi Indonesia dan bahkan juga

terdengar gaungnya hingga keluar negeri. Betapa

bangganya kita sebagai anak bangsa.

Petualang Literasi

Page 2: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

7 TOKOH NASIONAL SUMATERA BARAT

DI BIDANG PENDIDIKAN DAN PERS

(Buku Pelajaran Sekolah untuk SMP)

PURWANTO PUTRA

PETUALANG LITERASI

Page 3: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

ii

Tujuh Tokoh Nasional Sumatera Barat

Di Bidang Pendidikan dan Pers (Buku Pelajaran Sekolah untuk SMP)

Penulis: Purwanto Putra

Editor: Renti Oktaria

Desain Sampul dan Tata Letak: Tim Petualang Literasi

Cetakan pertama, Juli 2019

ISBN: 978-623-91274-1-1

Penerbit: Yayasan Petualang Literasi, Depok

Kantor Pusat:

Jln. Cengkeh II Pondok Cina Kota Depok

Redaksi Cabang:

Jln. Nunyai No.59E Rajabasa - Bandarlampung

[email protected]

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak isi buku ini, baik sebagian maupun

seluruhnya, dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari

penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan

penulisan artikel atau karang ilmiah dengan menyertakan

sumber kutipan.

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

Purwanto Putra

Tujuh Tokoh Nasional Sumatera Barat di Bidang

Pendidikan dan Pers / Purwanto Putra; editor, Renti

Oktaria. – Depok: Yayasan Petualang Literasi, 2019.

57 hlm. ; 21 cm.

ISBN 978-623-91274-1-1

1.Pahlawan Sumatera Barat. I. Judul. II. Tim

Petualang Literasi.

920.095 981 3

Page 4: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

iii

PENGANTAR

Bismilahirahmanirahim, Bangga rasanya ketika

mengingat-ingat kemajuan negara kita Indonesia.

Suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang

Maha Esa melalui kerja keras diiringi doa. Saat

membayangkan itu, hal yang seketika terlintas

dipikiran adalah perjuangan para pahlawan

bangsa tanpa kenal lelah untuk mencapai

kemerdekaan Indonesia. Menjadi bangsa yang

besar dan beradab. Para pahlawan bersatu dan

berjuang secara bersama-sama dengan beragam

cara, bersenjata atau tanpa senjata.

Ada berbagai ragam perjuangan, satu di

antaranya adalah perjuangan tanpa senjata yang

sangat penting namun sering terlupakan adalah

perjungan di bidang pendidikan dan pers. Apa

yang mereka telah lakukan menjadai inspirasi

dan panduan untuk kita terapkan. Agar bangsa

kita menjadi semakin maju dan berjaya

kedepannya. Hal yang tepat kiranya jika tokoh-

tokoh dipelajari dan digali kembali kiprah

ketokohannya.

Ada banyak tokoh nasional yang berjuang pada

bidang pendidikan dan pers dan berpengaruh

signifikan signifikan dalam mencerdaskan

bangsa. Ide dan perjuangannya begitu

monumental dan beberapa masih dapat kita

Page 5: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

iv

rasakan sampai saat ini. Para tokoh nasional ini

dengan dedikasi tanpa kenal lelah telah

mengorbankan harta dan bendanya.

Melalui buku ini kita diajak untuk kembali

mengingatkan dan meneladani kiprah beberapa

tokoh nasional asal Sumatera Barat yang telah

berjuang dan mengorbankan dirinya untuk

perkembangan pendidikan dan pers di Indonesia.

Ada 7 tokoh inspirasi yang kiprahnya bukan

hanya di Indonesia dan bahkan juga diakui di luar

negeri. Betapa bangganya kita.

Penulis mengucapkan rasa hormat kepada para

pembaca yang telah berkenan membaca buku ini

dan Yayasan Petualang Literasi yang telah

mengizinkan buku ini terbit. Semoga membawa

manfaat bagi kita semua. Tarimokasih

Depok, Maret 2018

Page 6: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

1

DAFTAR ISI

AGUS SALIM .................................................... 1

Masa Kecil dan Pendidikan .......................... 4

Kiprah ............................................................ 6

Akhir Hayat ................................................. 11

Penghargaan ................................................ 12

BAGINDO AZIZ CHAN ................................... 15

Masa Kecil dan Pendidikan ........................ 16

Kiprah .......................................................... 16

Akhir Hayat ................................................. 20

Penghargaan ................................................ 20

MOHAMMAD YAMIN .................................... 23

Masa Kecil dan Pendidikan ........................ 24

Kiprah .......................................................... 25

Akhir Hayat ................................................. 30

Penghargaan ................................................ 31

RAHMAH EL YUNUSIYYAH ........................ 33

Masa Kecil dan Pendidikan ........................ 34

Kiprah .......................................................... 35

Akhir Hayat ................................................. 35

Penghargaan ................................................ 37

Page 7: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

2

RASUNA SAID................................................. 39

Masa Kecil dan Pendidikan ......................... 40

Kiprah ........................................................... 42

Akhir Hayat .................................................. 44

Penghargaan ................................................ 44

ROHANA KUDUS ........................................... 47

Masa Kecil dan Pendidikan ......................... 48

Kiprah ........................................................... 50

Akhir Hayat .................................................. 53

Penghargaan ................................................ 54

TAN MALAKA ................................................. 55

Masa Kecil dan Pendidikan ......................... 56

Kiprah ........................................................... 56

Akhir Hayat .................................................. 57

Penghargaan ................................................ 59

Daftar Pustaka ................................................. 61

Page 8: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

3

AGUS SALIM

“Sangkaan orang-orang itu sesungguhnya keliru.

Pujian orang bahwa aku luar biasa pandai

adalah berlebihan, karena mungkin mereka tak

pernah melihat aku menekuni pelajaran di

rumah."

“Pelajaran di sekolah saja tidak cukup. Kita harus belajar sendiri untuk menambah

pengetahuan dan pengalaman. Sekolah bukan

satu-satunya tempat pendidikan, tetapi salah

satu tempat pendidikan.”

- Agus Salim -

Page 9: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

4

AGUS SALIM (1884 – 1954)

Masa Kecil dan Pendidikan

K. H. Agus Salim lahir pada tanggal 8

Oktober 1884, di Kota Gadang, Kabupaten Agam

(Bukittinggi), Sumatera Barat. Sebuah wilayah

yang banyak melahirkan tokoh-tokoh intelektual

di Indonesia. Haji Agus Salim lahir dengan nama

Mashudul Haq yang berarti "pembela kebenaran".

Ia merupakan anak keempat Sultan Moehammad

Salim dari Sutan Mohamad Salim dan Siti Zainab.

Ayahnya adalah seorang Hoofdjaksa (Jaksa

Kepala) di Pengadilan Tinggi Riau dan daerah

bawahannya.

Agus Salim bisa belajar di sekolah-sekolah

Belanda, selain karena dia anak yang cerdas juga

karena kedudukan ayahnya. Pendidikan formal

diperolehnya dari ELS dan HBS. Melalui jabatan

ayahnya tersebutlah yang membuat Agus Salim

bisa mendapatkan akses pendidikan ke ELS

(Europeesche Lagere School), walaupun

kebiasaan pada masa itu hanya menerima anak-

anak keturunan Eropa saja. Kemudian, ia juga

berkesempatan melanjutkan ke HBS (Hogere

Burger School), sekolah yang rata-rata muridnya

adalah anak-anak Eropa.

Agus Salim memang adalah anak yang

sangat luar biasa cerdas. Kecerdasan Agus Salim

Page 10: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

5

semasa muda bahkan sudah terkenal di seluruh

Hindia Belanda. Pada usia muda, ia telah

menguasai tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris,

Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman. Pada

1903 ia lulus HBS (Hogere Burger School) atau

sekolah menengah atas 5 tahun di usia 19 tahun

dengan predikat lulusan terbaik HBS se-Hindia

Belanda di tiga kota, yakni Surabaya, Semarang,

dan Jakarta. Sebagai lulusan terbaik, ia

melampaui anak-anak Eropa yang kebanyakan

menjadi siswa di sekolah pemerintah Hindia

Belanda tersebut.

Setelah lulus Agus Salim ingin

melanjutkan sekolah kedokteran di Belanda,

berharap pemerintah Hindia Belanda bersedia

mengabulkan permohonan beasiswanya.

Ternyata permohonan itu ditolak. Dia patah

arang. Tapi, kecerdasannya menarik perhatian

Kartini, anak Bupati Jepara. Kartini mendapat

beasiswa, namun pernikahan dan kepatuhan

pada adat Jawa sehingga tak memungkinkan

seorang puteri bersekolah tinggi. Maka kartini

mencoba mengirim surat kepada Ny. Abendanon,

istri pejabat Hindia Belanda yang menentukan

pemberian beasiswa pemerintah pada Kartini.

Kartini merekomendasikan Agus Salim

untuk menggantikan dirinya berangkat ke

Belanda mengalihkan beasiswa sebesar 4.800

gulden dari pemerintah ke Agus Salim.

Page 11: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

6

Pemerintah akhirnya setuju. Tapi, Agus Salim

menolak. Salim merasa tersinggung dengan sikap

pemerintah yang diskriminatif. Ia tidak mau

menerima karena berprinsip beasiswa itu bukan

sebagai penghargaan atas kecerdasan dan jerih

payahnya tetapi pemberian karena usul orang

lain. Sehingga ia tetap menolak.

“Kalau pemerintah mengirim saya karena anjuran Kartini bukan karena kemauan

pemerintah sendiri, lebih baik tidak!” tegas Agus Salim. Keputusan yang diambil oleh Agus Salim

juga berdasarkan pertimbangan yang diberikan

Dr. Snouck Hurgronje, -seorang penasehat

pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk

urusan pribumi. Ia menyarankan kepada Agus

Salim agar tidak perlu menerima tawaran dari

Kartini tersebut dan memberi tawaran alternative

kepada Agus Salim untuk bekerja di konsulat

Hindia Belanda di Jeddah, Arab Saudi.

Kiprah

Setelah menghadapi situasi tersebut, Agus

Salim memilih berangkat ke Jedah, Arab Saudi,

untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat

Belanda. Ia berada di kota tersebut antara 1906-

1911. Memperdalam ilmu agama Islam pada

Syech Ahmad Khatib, imam Masjidil Haram yang

sekaligus merupakan pamannya, serta

mempelajari diplomasi.

Page 12: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

7

Sepulang dari Jedah, pada tahun 1912 Agus

Salim mendirikan sekolah dasar swasta, Hollands

Inlandse School (HIS), di kampung halamannya.

Di sekolah ini berlaku aturan yang istimewa.

Anak-anak yang cerdas namun tidak mampu

dibebaskan dari uang sekolah. Guru-gurunya pun

mengajar dengan sukarela. Ia benar-benar

menerapkan prinsip pengabdian. Para guru

secara sukarela mengajar tanpa imbalan gaji,

hanya diberi pengganti uang lelah.

Kiprah Agus Salim pada masa pergerakan

nasional memang lebih banyak dalam bidang

politik dan diplomasi. Namun, ia juga pernah

mengabdikan hidupnya di bidang pendidikan

dengan mendirikan sekolah sekaligus sebagai

guru di sekolah tersebut.

Agus Salim tertarik membuka sekolah

formal tidak lain karena ia ingin agar anak-anak

Indonesia memiliki jiwa kebangsaan yang kuat.

Agus Salim sangat berharap, para anak didiknya

akan menjadi pemimpin bangsa ini suatu saat

nanti.

Meskipun pernah menjadi siswa terpintar

di HBS se Hindia Belanda, khusus untuk anak-

anaknya Agus Salim tidak ingin anak-anaknya

menimba ilmu di sekolah buatan pemerintah

kolonial. Karena Agus Salim menganggap

pendidikan kolonial sebagai “jalan berlumpur”

Page 13: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

8

sehingga ia tidak mau anak-anaknya ikut

tercebur di dalamnya.

Semasa hidupnya ia dan keluarganya hidup

berpindah-pindah rumah kontrakan saat di

Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Di rumah

yang sederhana dia menjadi pendidik bagi anak-

anaknya secara mandiri. Anak-anaknya dididik

secara langsung oleh Agus Salim,

Agus Salim memiliki 8 anak, dari seluruh

anaknya hanya yang bungsu Abdur Rachman

Ciddiq yang sempat bersekolah secara formal, itu

pun setelah berakhirnya era kolonial Belanda di

Indonesia. Anak-anak Agus Salim lainnya dididik

sendiri di rumah. Dengan demikian, rasanya

kemungkinan Agus Salim lah yang pertama

menerapkan konsep home schoolling (sekolah

rumah) di Indonesia.

Agus Salim tidak memasukan anak-

anaknya ke pendidikan formal. Alasannya,

karena selama hidupnya Agus Salim merasa

mendapatkan pelajaran kehidupan sesungguhnya

adalah saat berada luar sekolah. Pepatah Minang

yang ia amalkan, Alam takambang jadi Guru -

belajar dari alam. Ia pernah menyatakan. ”Saya telah melalui jalan berlumpur akibat pendidikan

kolonial,” sebagai bentuk protes dan

penolakannya terhadap pendidikan formal

Page 14: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

9

kolonial. Ia ingin sekolah yang mandiri sesuai

kebutuhan masyarakat pribumi.

Agus Salim menyadari bahwa pola berpikir

seseorang akan sangat dipengaruhi oleh latar

belakang hidup di lingkungannya. Secara sosial-

intelektual karena ia adalah anak dari pejabat

pemerintah yang juga berasal dari kalangan

bangsawan dan agama.

Maka, sejak kecil ia hidup di lingkungan

yang penuh dengan nuansa-nuansa keagamaan.

Bahkan, setelah menyelesaikan studi sekolah

pertengahannya di Jakarta, sembari bekerja

untuk konsulat Belanda di Jeddah (1906-1909). Di

sana ia juga mempelajari kembali lebih mendalam

tentang Islam.

Secara terbuka ia memberikan pengakuan

yang kemungkinan sekaligus adalah

kekhawatirannya terhadap generasi muda

penerus bangsa. Ia menyatakan bahwa,

“meskipun saya terlahir dalam sebuah keluarga Muslim yang taat dan mendapatkan pendidikan

agama sejak dari masa kanak-kanak, namun

setelah masuk sekolah Belanda saya mulai

merasa kehilangan iman.”

Pernah suatu ketika Jef Last, seorang

wartawan yang juga mantan aktivis sosialis

Belanda teman Agus Salim di Amsterdam pada

tahun 1930 bertanya yang pertamakali bertemu

Page 15: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

10

dengan, “Bagaimana mungkin Islam –putra

keenam Agus Salim, Islam Basari Salim, begitu

fasih berbahasa Inggris kalau dia tidak pernah

disekolahkan?”

Pertanyaan tersebut segera dijawab Agus

Salim, dengan perumpamaan, “Apakah Anda pernah mendengar tentang sebuah sekolah di

mana kuda diajari meringkik? Kuda-kuda tua

meringkik sebelum kami, dan anak-anak kuda

ikut meringkik. Begitu pun saya meringkik dalam

bahasa Inggris dan Islam pun ikut meringkik,

juga dalam bahasa Inggris.” Artinya ia menerapkan pendidikan bahas Inggris dalam

interaksi kesehariaan bersama anak-anaknya.

Agus Salim menerapkan metode belajar

yang menyenangkan pada anak-anaknya. Proses

pembelajaran tidak harus berlangsung di dalam

ruangan kelas seperti halnya di sekolah formal,

namun Agus Salim sering membawa anak-

anaknya untuk belajar di luar rumah, atau di

mana saja.

Dalam hal pelajaran berhitung, membaca

dan menulis diberikan dalam pola bermain

sehingga anak-anak Agus Salim pun dengan

relatif cepat mampu menyerap materi yang

disampaikan. Untuk pelajaran budi pekerti,

sejarah, dan materi ilmu sosial lainnya, Agus

Salim lebih sering memberikan melalui cerita dan

Page 16: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

11

diskusi, layaknya interaksi antara ayah dan anak

dalam keluarga.

Selain itu, untuk melatih daya kritis anak,

ia memberikan ruang kepada anak-anaknya

untuk bertanya serta mengkritik. Agus Salim

tidak ingin anak-anaknya hanya sekadar pasif

mendengarkan tanpa adanya respon balik.

Hal paling utama dalam konsep

pembelajaran yang diterapkan Agus Salim kepada

anak-anaknya adalah membaca. Agus Salim

menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan

dalam keluarga. Ia memiliki perpustakaan

pribadi di rumahnya, berbagai buku tersedia

termasuk buku-buku berbahasa asing. Sesuatu

yang belum lumrah bagi orang-orang pada masa

tersebut. Pemikirannya memang sungguh

visioner.

Mungkin atas dasar inilah, untuk

memajukan pendidikan anak bangsa pada masa

itu. Menjadi salah satu pendorong Agus Salim

juga turut mendirikan sekolah dan memeberikan

sumbangsih pemikiran dan tenaganya untuk

mengajar di samping kesibukan utamanya di

bidang politik.

Akhir Hayat

Begitulah, cara mendidik yang tertanam

dan melekat pada diri Agus Salim. Beliau adalah

orang yang pintar dari sisi akademis dan

Page 17: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

12

penganut Islam yang taat, namun ia juga seorang

moderat yang tidak melihat segala sesuatu dari

sudut yang sempit.

Setelah menjalani kehidupannya yang

penuh prestasi dan teladan. Agus Salim

menghembuskan napas terakhirnya pada 4

November 1954 di Jakarta. Meninggal pada usia

70 tahun di RSU Jakarta. Jasad beliau

dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Kalibata, Jakarta.

Jenazah Agus Salim adalah yang pertama

dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

(TMPN) Nasional Kalibata Jakarta. TMPN mulai

dibangun tahun 1953 dan diresmikan

penggunaannya pada 10 November 1954.

Penghargaan

Perjuangan Agus salim dalam meraih

kemakmuran bagi rakyat Indonesia patut kita

apresiasi bersama sebagai rasa syukur kita

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Semasa hidupnya, Agus Salim tak pernah

di beri tanda jasa. Secara Anumerta kemudian ia

menerima penghargaan dari pemerintah, yaitu

Bintang Mahaputera Tingkat I pada tanggal 17

Agustus 1960 dan penghargaan Satyalencana

Peringatan Perjuangan Kemerdekaan pada 20

Mei 1961.

Page 18: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

13

Selanjutnya, ia dianugerahi Gelar

Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Presiden

Soekarno. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai

salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada

tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor

657 tahun 1961.

Kemudian, nama Agus Salim juga

diabadikan sebagai nama stadion sepak bola -

Stadion Agus Salim. Sebuah stadion sepak bola di

Kota Padang, Sumatera Barat, yang merupakan

markas klub sepak bola Semen Padang dan PSP

Padang. Stadion ini dinamakan sesuai nama

beliau untuk menghormati jasa-jasa Haji Agus

Salim.

Page 19: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

14

Page 20: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

15

BAGINDO AZIZ CHAN

“Tidak merdeka, tanpa mereka.”

“Entahlah kalau mayat saya sudah membujur, barulah Padang akan saya tinggalkan.”

- Bagindo Aziz Chan -

Page 21: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

16

BAGINDO AZIZ CHAN (1910 – 1974)

Masa Kecil dan Pendidikan

Bagindo Aziz Chan, dilahirkan pada 30

September 1910, di Kampung Along Laweh, Koto

Padang Sumatera Barat. Ia lahir sebagai anak

keempat dari enam bersaudara, buah pernikahan,

dari ayahnya Bagindo Montok dengan ibunya,

Djamilah.

Bagindo Aziz Chan mengenyam pendidikan

HIS di Padang, MULO di Surabaya, dan AMS di

Batavia. Tamat dari AMS, lalu sempat dua tahun

duduk di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS).

Ketika resmi menikah, sesuai dengan adat

yang berlaku di daerah Pariaman, maka Aziz

Chan memperoleh gelar 'Bagindo'.

Kiprah

Bagindo Aziz Chan merupakan Wali Kota

Padang, namun sebelum itu ia sempat membuka

praktik pengacara dan aktif di beberapa

organisasi, di antaranya sebagai pengurus Jong

Islamieten Bond pimpinan Agus Salim. Kemudian

ia kembali ke kampung halamannya pada tahun

1935, Di kampung halaman Aziz Chan memulai

Page 22: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

17

pengabdiannya sebagai guru di beberapa sekolah

di Padang dan berkali-kali pindah mengajar ke

luar kota. Iapun sempat aktif di Persatuan

Muslim Indonesia (PERMI) hingga organisasi

tersebut dibubarkan Pemerintah Kolonial

Belanda pada tahun 1937.

Ia terus melakukan perlawanan dalam

masa bergerak tersebut. Salah satunya dengan

menerbitkan surat kabar perjuangan yang

bernama Republik Indonesia Jaya.

Setelah 2 tahun kemerdekaan Indonesia, di

tahun 1947 usaha yang dilakukan untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia

semakin berat. Menghadapi kedatangan kembali

Belanda yang membonceng pasukan Sekutu

untuk menggelar operasi militer yang dikenal

dengan Agresi Militer Belanda.

Hal tersebut sebenarnya melanggar isi

Perjanjian Linggarjati untuk melakukan gencatan

senjata. Belanda mulai dengan menyerang Pulau

Jawa dan Sumatera pada 21 Juli 1947. Satu di

antaranya adalah Kota Padang, yang memiliki

posisi strategis dan tentunya akan

menguntungkan pihak Belanda jika berhasil

menguasainya.

Keadan dimasa itu, setelah Pemerintah

Belanda meluaskan kekuasaan di Kota Padang

dan sekitarnya, TRI (Tentara Republik Indonesia)

Page 23: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

18

mundur ke daerah pedalaman, namun tempat-

tempat penting masih dalam kekuasaan Republik

Indonesia.

Maka dicari siapa yang akan diangkat

menjadi wali kota Padang, karena markas tentara

dan Pemerintah Republik telah dipindahkan ke

Bukittinggi, ketika itu hampir tidak seorang pun

ada yang berani karena jabatan walikota pada

masa itu penuh dengan risiko. Akhirnya dari

rapat tersebut disepakatilah memilih Bagindo

Aziz sebagai walikota, dengan mengucap

Basmallah Aziz Chan, bersedia menerima jabatan

tersebut.

Penunjukkannya saat itu sempat

menimbulkan pertanyaan, lebih kepada usianya

yang masih sangat muda yakni 36 tahun.

Beberapa pihak menilai Bagindo Aziz Chan belum

terlalu berpengalaman dan terlalu beresiko

menempatkannya dalam posisi Wali Kota Padang.

Namun Presiden Soekarno percaya kalau Bagindo

Aziz Chan ini sudah cukup mumpuni untuk

memimpin Kota Padang yang saat itu berada di

tengah tekanan Sekutu dan Belanda yang

membonceng atas nama NICA.

Pada 15 Agustus 1946, Bagindo Aziz Chan

dilantik sebagai wali kota Padang, menggantikan

Mr Abubakar Jaar yang pindah tugas menjadi

residen di Sumatera Utara. Masa awal

Page 24: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

19

jabatannya, Bagindo Aziz Chan sebagai

perwakilan pihak Republik Indonesia bersama

Gubernur Muda Dr M Djamil dan Kepala Polisi

Sumatera Barat Azhari mencoba berunding

dengan pihak Sekutu yang diwakili Brigadir

Thomson, Mayor Fisher, dan Kapten Gilman.

Untuk membicarakan masalah keamanan dan

keselamatan warga kota sehubungan keberadaan

pasukan Sekutu. Kesepakatan yang diambil pihak

Sekutu berjanji bekerja sama dan menjaga

keamanan Kota Padang.

Di balik itu untuk melanggengkan kembali

kekuasaanya, pihak Belanda berusaha untuk

membujuk sang wali kota agar mau bekerja sama.

Namun secara tegas Bagindo Aziz Chan

menyatakan, ia tidak akan pernah melepaskan

Kota Padang yang sedang dipimpinnya.

Dampaknya, Aziz Chan menjadi sasaran tentara

Belanda sebagai musuh nomor satu yang harus

segera disingkirkan.

Bagindo Aziz Chan merupakan orang yang

memegang teguh prinsip dan bertekad

menegakkan pemerintahan, meski dalam

keadaan sesulit apa pun. Kegigihannya dalam

mengemban tanggung jawab wali kota tergambar

dalam pernyataanya, "Entahlah kalau mayat saya

sudah membujur, barulah Padang akan saya

tinggalkan."

Page 25: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

20

Akhir Hayat

Sebagai upaya untuk menyingkirkan

Bagindo Aziz Chan, sebuah skenario disusun oleh

Belanda. Aziz Chan diminta datang untuk

menenangkan situasi setelah terjadinnya insiden

yang yang berlangsung di Simpang Lapai Padang

pada 19 Juli 1947. Insiden tersebut melibatkan

seorang tentara Belanda bernama van Erp.

Strategi tersebut ternyata berhasil mehilangkan

Bagindo Aziz Chan.

Beliau wafat akibat pukulan benda keras

pada kepala kanan bagian belakang. Sementara,

untuk mengelabui penyebab kematiannya,

ditemukan tiga bekas tembakan di badannya yang

dilakukan Belanda untuk menutupi kematiannya.

Bagindo Aziz Chan dimakamkan di Taman

Makam Pahlawan Bahagia Bukittinggi, Sumatera

Barat.

Penghargaan

Dalam rangka mengenang perjuangan dan

jasa-jasa Bagindo Aziz Chan, sebagai pengingat

dan pelajaran bagi generasi muda, beberapa

penghargaan diberikan kepada sang Bagindo

Selain diabadikan menjadi nama jalan di

Bukittinggi dan Padang, dibangun juga tugu Tinju

atau Monumen Bagindo Aziz Chan di Kota

Padang. Tugu berbentuk kepalan tangan atau

Page 26: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

21

yang lebih dikenal dengan Tugu Simpang Tinju

untuk mengenang jasa sang walikota.

Karena jasa-jasanya yang begitu besar bagi

negara, Bagindo Aziz Chan pada 9 November

2005, menerima Bintang Maha Putera

Adipradana. Kemudian, dianugerahi Gelar

Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 November

2005 oleh pemerintah RI. Berdasarkan SK

Presiden Republik Indonesia No.082/TK/Tahun

2005.

Sosok pemimpin muda yang revolusioner,

sikap pemberani, konsisten dalam bertindak,

berpendirian teguh, dan tidak pernah gentar

menghadapi musuh menjadikan Bagindo Aziz

Chan sebagai tokoh yang patut diteladani.

Perjuangan dan pengorbanannya akan selalu

menjadi inspirasi dan semangat juang bangsa ini.

Page 27: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

22

Page 28: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

23

MOHAMMAD YAMIN

“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong

kosong, tetapi benar-benar didukung oleh

kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah

bangsa kita sendiri.”

- Mohammad Yamin -

Page 29: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

24

MOHAMMAD YAMIN (1903 – 1962)

Masa Kecil dan Pendidikan

Mr. Mohammad Yamin lahir pada 24

Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera

Barat. Mohammad Yamin merupakan anak dari

pasangan, ayahnya bernama Tuanku Oesman

Gelar Baginda Khatib dan Ibunya bernama Siti

Saadah.

Dalam riwayat pendidikanya Mr.

Muhammad Yamin selalu berpindah-pindah

sekolah karena pembelajaran, menurutnya apa

yang ia dapatkan di sekolah tidak ada yang sesuai

dengan kebutuhan dan kepribadianya.

Menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-

Inlandsche School (HIS) Palembang. Hingga pada

akhirnya ia memutuskan untuk menetap dan

menyelesaikan sekolahnya di AMS (Algemene

Middelbare School) yaitu sebuah Sekolah Tinggi

Hukum di Yogyakarta pada tahun 1927.

Menurutnya sekolah ini adalah yang paling

sesuai dengan kebutuhannya, karena di sekolah

ini ia dapat mempelajari apa yang menjadi

minatnya, seperti budaya, bahasa, dan sejarah.

Saat di AMS di Yamin mulai belajar tentang

Page 30: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

25

purbakala dan berbagai bahasa mulai dari bahasa

Yunani, bahasa Latin dan bahasa Kaei.

Setelah lulus dari AMS, Yamin berniat

melanjutkan pendidikannya ke Leiden, Belanda

namun niat tersebut ia urungkan karena sang

ayah meninggal dunia. Akhirnya Yamin

melanjutkan pendidikannya di Rechtshoogeschool

te Batavia yaitu Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta

(sekarang Fakultas Hukum Universitas

Indonesia), pada tahun 1932 ia mendapatkan

gelar Meester in de Rechten atau Sarjana Hukum-

nya.

Pada tahun 1937, Mohammad Yamin

menikah dengan Siti Sundari yaitu seorang putri

bangsawan dari Kadilangu, Demak, Jawa Tengah

dan dari perkawinan tersebut mereka dikaruniai

seorang putra bernama Dang Rahadian

Sinayangsih Yamin.

Kiprah

Sebagai seorang pemuda yang

menyaksikan bangsanya berada di bawah

kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda. Saat

itu usianya 25 tahun. Muhammad Yamin telah

berhasil mencetuskan sumpah atau ikrar pemuda

yang diucapkan di malam penutupan Kongres

Pemuda II pada tahun 1928.

Page 31: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

26

Muhammad Yamin lahir pada era ketika

Indonesia hanya punya dua pilihan: bersatu padu

atau bercerai berai. Maka dari itu, Muhammad

Yamin merupakan sosok yang sangat

memperhatikan pendidikan masyarakat di

Indonesia.

Dalam urusan pendidikan, beberapa di

antara usulan Muhammad Yamin yang diuraikan

dari pemikiran-pemikiran besarnya. Hal pertama

adalah mengenai garis-garis besar pendidikan

dan pengajaran. Ia berpendapat bahwa

pendidikan harus didasarkan pada pengajaran

yang bersendikan agama. Oleh karena itu

pendidikan dan pengajaran nasional harus

berbasis pada agama dan kebudayaan bangsa

serta menuju keselamatan dan kebahagiaan

Indonesia.

Pendidikan perlu diarahkan untuk

mendukung adanya kebudayaan bangsa.

Sehingga pendirian lembaga pendidikan harus

dibuka dengan seluas-luasnya dengan melibatkan

masyarakat untuk mendirikan sekolah partikelir.

Kepada masyarakat yang tidak mampu harus

dibebaskan dari membayar.

Pemikiran kedua tentang tingkatan

sekolah, menurutnya susunan sekolah harus

diatur dari tingkatan sekolah rakyat sampai

tingkatan sekolah menengah tinggi, dan diadakan

Page 32: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

27

sekolah pengetahuan umum dan khusus. Selain

itu, untuk mendapatkan tenaga-tenaga yang

memilik kompetensi perlu didirikan sekolah

kepandaian antara lain, sekolah pertanian,

pertukangan, teknik, musik, kesehatan,

perikanan, dan yang tidak kalah pentingya adalah

bahwa untuk perluasan pendidikan didirikan

sekolah-sekolah untuk mendidik guru, baik untuk

guru biasa, pendidikan secara kilat, dan juga

pendidikan tinggi atau universitas.

Pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo,

Muhammad Yamin diangkat sebagai Menteri

Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan. Selama

menjadi Menteri Pengajaran Pendidikan dan

Kebudayaan (PP dan K), Muhammad Yamin telah

menetapkan dasar-dasar pengembangan

pendidikan yang berpengaruh sangat signifikan.

Pada masanya UU No.1 Tahun 1954 yang

menetapkan bahwa UU No.4 tahun 1950 RI

dahulu telah berlaku di seluruh Indonesia, hal ini

untuk keseragaman dilapangan pendidikan,

pengajaran dan kebudayaan.

Di samping itu dalam rangka

mengembangkan pendidikan yang lebih maju dan

berkualitas, kementrian PP dan K yaitu

Muhammad Yamin menetapkan rencana 10

tahunan (1950-1960) yang bertujuan untuk

menyiapkan pondasi bagi pembangunan yang

dinamakan “kewajiban belajar”. Untuk

Page 33: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

28

mempertahankan mutu pendidikan di perguruan

tinggi maka para pengajar pada sekolah lanjutan

bagian atas harus mendapatkan pendidikan

yangbersifat universiter. Maka dari itu,

kementrian PP dan K telah menyiapkan pendirian

Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG)

Mr. Muhammad Yamin adalah Menteri

Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan

K) Republik Indonesia 1953-1955 dan juga

menjabat sebagai Ketua Jurusan Sejarah budaya

Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) dan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-

Universitas Padjajaran (FKIP-UNPAD) Bandung

tahun 1954-1962. Kemudian FKIP memisahkan

diri dengan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (IKIP) Bandung pada tahun 1963 dan

kemudian menjadi Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) pada tahun 1999.

Bagi kebanyakan orang pada masa awal

kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1950-an,

mendirikan lembaga pendidikan guru setingkat

universites bukan sesuatu yang mudah dan

sangat berat, tapi pandangan tersebut tidak

berlaku bagi sosok Muhammad Yamin.

Kesempatan saat menjadi menteri PP dan K

digunakan dengan sangat baik yaitu untuk

memulai tonggak sejarah dalam dunia pendidikan

guru.

Page 34: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

29

Sebuah gagasan yang diwujudkan setelah

sembilan tahun Indonesia menyatakan menjadi

negara yangmerdeka. Sebelum ini pemerintah

Hindia Belanda tidak suka dengan pendidikan

guru, karena hal ini akan mencerdaskan

kehidupan orang-orang koloni HIndia Belanda.

Hingga pada akhir tahun 1940-an, belum

terpikirkan untuk mendirikan pendidikan guru

tingkat universitas. Mulalui Muhammad Yamin,

PTPG pun hadir ditengah kebutuhan bangsa

Indonesia yang mendesak akan pendidikan tinggi

bagi para guru.

Menurut Muhammad Yamin guru sangat

berperan dalam membantu perkembangan anak

didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara

optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-

potensi yang dimiliki oleh anak didik tidak akan

mencapai perkembangan yang optimal tanpa

bantuan guru untuk mentumbuh

kembangkannya.

Mohammad Yamin pernah menduduki

bebarapa jabatan sebagai menteri, diantaranya

Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri

Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-

1960)

Page 35: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

30

Akhir Hayat

Mr. Moh. Yamin sempat sakit parah dan

dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat,

RSPAD Jakarta. Hingga akhirnya

menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal

17 Oktober 1962, di umur 69 tahun. Sebelum

meninggal beliau sempat menitipkan pesan

kepada Chaerul Saleh yang disampainkannya ke

Buya Hamka, bahwa jika wafat ia ingin

dimakamkan di kampung halamannya yang telah

lama tidak dikunjungi.

Dari pesan yang disampaikan, ia sangat

khawatir jika masyarakat Talawi tidak berkenan

menerima jenazahnya. Karena ketika terjadi

pergolakan di Sumatara Barat, Muhammad

Yamin turut mengutuk aksi pemisahan dari

wilayah dari NKRI. Sehingga, ia mengharapkan

buya Hamka bisa menemaninya sampai ke dekat

liang lahatnya. Buya Hamka dan Menteri Chairul

Saleh lalu datang ke rumah sakit dan

mendampingi beliau menjelang akhir hayatnya.

Awalnya pemerintah telah mempersiapkan

acara pemakaman kenegaraan di TMP Kalibata,

Jakarta. Namun, karena wasiat terakhir beliau

yang ingin dimakamkan di kampung halaman

Talawi, Sawahlunto. Maka Presiden Soekarno

memerintahkan Gubernur Sumatera Barat ketika

itu Drs. Harun Zen untuk mempersiapkan

upacara kenegaraan. Buya Hamka turut

Page 36: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

31

mendampingi dan Menteri Chaerul Saleh menjadi

inspektur upacaranya.

Penghargaan

Mr. Muhammad Yamin karena jasa-

jasanya dianugerahi berbagai penghargaan di

antaranya Gelar Pahlawan Nasional pada tahun

1973 sesuai dengan SK Presiden RI No.

088/TK/1973. Kedua, Gelar Bintang Maha Putra

RI. Ketiga, Gelar Tanda Penghargaan dari Corps

Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gadjah

Mada dan Pancadarma Corps. Keempat, Gelar

Tanda Penghargaan Panglima Kostrad atas

jasanya menciptakan Petaka Komando Strategi

Angkatan Darat.

Selain gelar, ia juga banyak menciptakan

karya-karya, beberapa diantara karya-karyanya

yang terkenal yaitu Gadjah Mada.

Page 37: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

32

Page 38: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

33

RAHMAH EL YUNUSIYYAH

“Kalau saya tidak mulai dari sekarang, maka

kaum saya akan tetap terbelakang. Saya harus

mulai, dan saya yakin akan banyak pengorbanan

dituntut dari diri saya”

- Rahmah El Yunusiyyah -

Page 39: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

34

RAHMAH EL YUNUSIYYAH (1900 – 1969)

Masa Kecil dan Pendidikan

Rahmah El Yunusiyah dilahirkan pada

tanggal 20 Desember 1900 atau 1 Rajab 1318H, di

Bukit Surungan, Padang Panjang, Sumatera

Barat. Sebagai saksi bahwa dari sanalah calon

Mujahidah lahir dan tumbuh. Merupakan anak

bungsu dari lima bersaudara yang terlahir dari

seorang Ayah yang bekerja sebagai Hakim dan

ahli Ilmu Falak (astronomi) bernama Muhammad

Yunus bin Imanuddin dengan seorang ibu

bernama Rafi’ah.

Masa kecil Rahmah diisi dengan

pendidikan, ia mendapat pendidikan formal

sekolah dasar dalam kurun waktu tiga tahun di

tanah kelahirannya, Padang Panjang. Ketika ia

berusia 15 tahun, ia mendapatkan pendidikan

bahasa Arab dan Latin dari Diniyah School (1915)

dan melalui dua orang kakaknya, Zaenuddin

Labay dan Muhammad Rasyid. Hampir setiap

sore, saat Rahmah sudah remaja secara rutin

mengaji pada Haji Abdul Karim Amrullah yang

merupakan ayah dari Haji Abdul Malik Karim

Amrullah atau HAMKA di surau Jembatan Besi,

Padang Panjang.

Ketika memasuki usia 23 tahun, Rahmah

nampak begitu istimewa untuk ukuran

Page 40: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

35

kebanyakan perempuan seusianya. Keinginan

besarnya untuk memajukan keilmuan kaumnya

dan mengeluarkan kaumnya dari kebodohan

begitu besar. Menurut Rahmah, perempuan

memiliki peran yang penting dalam kehidupan,

utamanya dalam rumah tangga. Karena rumah

tangga adalah bagian dari tiang masyarakat dan

masyarakat adalah tiang negara. Tentulah ia

tidak mau, kaumnya yang mempunyai peran

penting dalam tiang negara dan pendidikan anak-

anaknya tertinggal dari laki-laki.

Kiprah

Ia merasa risau saat melihat perempuan-

perempuan di daerahnya belum mendapatkan

pendidikan yang sama seperti yang didapatkan

laki-laki, khususnya pada pendidikan agama.

Padahal Islam sendiri tidak pernah membatasi

perempuan untuk menuntut ilmu. Ia gelisah, saat

para perempuan masih terbelenggu oleh

kebodohan dan ia mencarikan jalan keluar

melalui pendidikan. Rahmah sadar bahwa hanya

melalui pendidikan, cara untuk keluar dari

ketertinggalan dan secara bersama-sama

mencapai kemajuan.

Akhir Hayat

Pada 1961, Rahmah El Yunusiyyah

kembali memimpin perguruannya setelah tiga

Page 41: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

36

tahun ditinggalkannya pasca-pergolakan PRRI.

Pada 1964, Rahmah mengidap sakit tumor

payudara dan menjalani operasi di RS Pirngadi,

Medan. Pada Desember 1967, setelah pulih dari

sakit Rahmah berkunjung ke Jakarta untuk

terakhir dalam rangka pembentukan Dewan

Kurator Perguruan Tinggi Diniyah Putri.

Pada Juli 1968, kondisi fisik yang semakin

lemah, masih sempat berangkat menuju Kelantan

ditemani keponakannya Isnaniah Saleh. Rahmah

El Yunusiyyah menemui alumni Diniyah Putri di

beberapa negara bagian Malaysia. Mereka

menyinggahi Penang, Perak, Kuala Terengganu,

dan Kuala Lumpur. Namun, dalam kunjungannya

yang ketiga dan terakhir ke Malaysia itu, ia tidak

dapat bicara banyak karena kesehatannya yang

menurun.

Rahmah El Yunusiyyah meninggal

mendadak dalam usia 71 tahun dalam keadaan

berwudu hendak salat Magrib pada 26 Februari

1969 di Padangpanjang, Sumatera Barat.

Jenazahnya dimakamkan di pekuburan keluarga

yang terletak di samping rumahnya. Setelah

Rahmah El Yunusiyyah wafat, kepimpinan

Diniyah Putri dilanjutkan oleh Isnaniah Saleh

sampai 1990. Saat ini, Diniyah Putri dipimpin

oleh Fauziah Fauzan sejak September 2006 dan

telah memiliki jenjang pendidikan mulai dari TK

hingga perguruan tinggi.

Page 42: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

37

Penghargaan

Mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari

Al Azhar University Tahun 1957. Merupakan

gelar yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi

kepada yang memenuhi syarat tanpa orang

tersebut perlu mengikuti dan lulus dari

universitas bila seseorang telah dianggap berjasa

luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat

manusia. Gelar yang diperoleh Rahmah El

Yunusiyyah merupakan syaikkah yaitu satu-

satunya gelar yang pernah diberikan oleh Al

Azhar untuk perempuan.

Rahmah El Yunusiyyah dianugerahi gelar

Bintang Mahaputera Adiparna. Merupakan

penghargaan tertinggi Negara yang diakui secara

nasional dan internasional diberikan kepada

seseorang yang telah berjasa luar biasa dalam

bidang pendidikan, ekonomi, politik, ilmu

pengetahuan dan teknologi termasuk perjuangan

bangsa. Penghargaan tersebut diserahkan pada

13 Agustus 2013 oleh Presiden Republik Indonesia

ketika itu Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di

Istana Negara dan diterima oleh ahli waris

sekaligus Pimpinan Diniyyah Puteri.

Page 43: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

38

Page 44: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

39

RASUNA SAID

Bahwa seorang pelajar setidaknya perlu

dilengkapi dengan berbagai macam kepandaian

untuk mereka yang akan berkecimpung dalam

pergerakan.

- Rasuna Said -

Page 45: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

40

RASUNA SAID (1910-1965)

Masa Kecil dan Pendidikan

Rasuna Said, dilahirkan pada tanggal 14

September 1910, di desa Panyinggahan Maninjau.

Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia lahir dari

ayahnya Muhammad Said atau yang kerap disapa

Haji Said saat masih muda merupakan seorang

aktivis pergerakan dan pengusaha di Sumatera

Barat. Lahir dan tumbuh dilingkungan keluarga

yang cukup terpandang. Karena kesibukan

ayahnya, sejak kecil Rasuna dibesarkan di

keluarga pamannya (kakak Haji Said).

Berasal dari keluarga terpandang pada

masa itu, menjadikan kebutuhan pendidikannya

terpenuhi dengan baik. Sekolah pertama Rasuna

Said ialah Sekolah Desa yang berada di dekat

tepian Danau Maninjau. Ayahnya mulai

memasukkan ke sekolah tersebut pada tahun

1916. Setelah lima tahun ia menamatkan sekolah

dasar kemudian melanjutkan sekolah ke

Pesantren Ar-Rasyidiyah dibawah pimpinan

Syekh Abdul Rasyid. Ia menjadi santri perempuan

satu-satunya, karena pada masa itu mayoritas

pendidikan pesantren adalah untuk anak laki-

laki. Pada tahun 1923 ia malanjutkan ke Sekolah

Diniyah di Padang Panjang milik Rahmah El

Yunusiyyah. Namun pada 28 Juni 1926 terjadi

Page 46: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

41

gempa disertai letusan Gunung Marapi yang

sangat dahsyat di Padang Panjang. Akhirnya para

siswa mesti kembali ke kampung halamannya.

Rasuna Said sempat juga mengikuti

sekolah yang dipimpin Haji Abdul Majid, namun

hanya sebentar. Setelah itu ia meneruskan

pendidikannya di Sekolah Putri (Meisjesschool)

untuk memperoleh keahlian memasak, menjahit,

dan urusan rumah tangga. Riwayat pendidikan

Rasuna memang cukup panjang dan kaya akan

pengalamanan, untuk kategori wanita

dimasanya.

Pada tahun 1930 Rasuna Said masuk ke

sekolah Sumatra Thawalib. Sekolah pimpinan

Haji Udin Rahmani, yang dirintis dari Surau

Djembatan Besi. Kepribadian seorang pejuang

diperoleh dari sekolah ini. Melalui latihan pidato

dan debat yang wajib diikuti siswa setiap pekan.

Rasuna Said memang terkenal dangan

kecerdasan dan kepandaiannya, teman-temannya

mengakui ia sebagai sebagai orator ulung. Bahkan

jika umumnya pendidikan di Sekolah Thawalib

empat tahun, namun Rasuna Said

menyelesaikannya hanya dalam kurun waktu dua

tahun. Pendidikan terakhirnya diselesaikan di

Islamic College Padang, pada usia 23 tahun.

Selama di sinilah ia aktif dalam kegiatan

kepenulisan dan jurnalistik.

Page 47: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

42

Secara penampilan, Rasuna berpenampilan

sangat sederhana, sebagaimana wanita Minang

pada masa itu dengan memakai baju kurung,

disertai kain batik panjang, serta kerudung yang

disematkan dengan peniti dengan rapi.

Kiprah

Kepedulian Rasuna Said pada bidang

pendidikan sudah mulai tertanam saat dirinya

menjadi murid di Sekolah Diniyah Padang

Panjang. Sekolah tersebut memiliki budaya

dimana setiap murid yang belajar harus

mengajarkan ilmunya pada murid-murid di

tingkat bawahnya. Ketika, ia berada di kelas lima

dan enam, maka ia mendapat tugas untuk

mengajar di kelas adik tingkatnya.

Rasuna Said kemudian menjadi pengajar di

Sekolah Diniyah Putri. Ia juga turut memberikan

pendidikan politik bagi murid-muridnya sebagai

upaya untuk membebaskan bangsa dari

penjajahan. Namun Rahmah El Yunusiyah cemas

pada perilaku murid-muridnya pasca mendapat

pelajaran politik. Kemudian beberapa tokoh yang

disegani berdiskusi dan memutuskan agar

Rasuna Said di pindahkan dari Diniyah Putri.

Perjuangan Rasuna Said di bidang

pendidikan tidak sepenuhnya berhenti di Diniyah,

Setelah itu dirinya memberikan Kursus

Pemberantasan Buta Huruf dengan nama

Page 48: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

43

Sekolah Menyesal, lalu membuka Sekolah

Thawalib kelas Rendah di Padang dan mengajar

di Sekolah Thawalib Puteri, serta memimpin

Kursus Putri dan Kursus Normal di Bukittinggi.

Dalam bidang jurnalistik Rasuna juga

memperlihatkan ketertarikan yang tinggi. Ketika

masih di Islamic College. Ia sempat terpilih

sebagai pimpinan redaksi majalah

“Raya”.Kemudian karir jurnalistiknya semakin terasah ketika Rasuna Said memutuskan untuk

hijrah ke Medan. Ia menuangkan bakat

jurnalistiknya dengan menerbitkan sekaligus

sebagai pimpinan redaksi sebuah majalah

bernama Menara Poetri. Majalah ini berdiri pada

tahun 1937 dengan fokus bahasan tentang

keputrian dan keislaman.

Selain perjuangan di bidang pendidikan

dan jurnalistik, ia juga aktif di bidang politik. Ia

juga pernah bergabung dalam organisasi Sarekat

Rakyat dan Persatuan Muslimin Indonesia

(Permi) sebagai sekretaris cabang Maninjau.

Bahkan karena pidatonya yang tidak

menyenangkan Hindia Belanda di masa itu,

mengakibatkan dirinya dipenjara selama satu

tahun dua bulan di penjara Semarang, Jawa

Tengah.

Pada masa pendudukan Jepang

berpartisipasi dalam Pemuda Nippon Raya,

Page 49: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

44

Giyûgun, dan Komite Nasional Indonesia. Setelah

masa kemerdekaan, ia aktif di parlemen sebagai

wakilrakyat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

dan Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Sekaligus dalam organisasi Persatuan Wanita

Republik Indonesia (PERWARI) sebagai pimpinan

cabang Jakarta

Akhir Hayat

Rasuna Said telah berhasil menjalani hidup

dalam tiga jaman, ia merasakan kehidupan dari

masa kolonial Belanda, Jepang, sampai revolusi

kemerdekaan. Ia terus aktif dalam keanggotaan

Dewan Pertimbangan Agung, menghadiri dan

mengisi kegiatan-kegiatan pertemuan. Ketika

Rasuna Said memasuki usia 55 tahun, tanpa

disadari dirinya mengidap penyakit kanker

payudara. Hingga akhirnya menghembuskan

nafas terakhirnya pada hari Selasa, 2 November

1965 di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di

Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Rasuna Said, selama perjalanan hidupnya,

telah banyak memberikan kontribusi bagi

Indonesia, yang patut menjadi teladan bagi kita

generasi muda, generasi penerus.

Penghargaan

Penghargaan yang diterima Rasuna Said

diantaranya sebuah tanda Kehormatan

Page 50: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

45

Satyalancana Peringatan Perjuangan

Kemerdekaan dan Satyalancana Perintis.

Pergerakan Kemerdekaan. Pengusulan

gelar pahlawan akhirnya disahkan pada tanggal

13 Desember 1974 berdasarkan Surat Keputusan

Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974 sebagai

pahlawan pergerakan nasional. Kemudian Nama

Rasuna Said juga turut diabadikan sebagai

namasebuah jalan protokol. Papan nama jalan

tersebut tertulis H.R. Rasuna Said di kawasan

Kuningan, Jakarta Selatan. Patung berbentuk

wajah Rasuna Said pun dibangun di Pasar

Festival.

Page 51: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

46

Page 52: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

47

ROHANA KUDUS

“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat

wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah

wanita dengan segala kemampuan dan

kewajibannya. Yang harus berubah adalah

wanita harus mendapat pendidikan dan

perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat

jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi

pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya

hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu

pengetahuan”.

- Rohana Kudus -

Page 53: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

48

ROHANA KUDUS (1884 – 1972)

Masa Kecil dan Pendidikan

Rohana Kudus dilahirkan pada tanggal 20

Desember 1884, di Koto Gadang, Kabupaten

Agam, Sumatera Barat. Rohana memiliki nama

asli Siti Rohana. Ia lahir dari ibunya yang

bernama Kiam dan ayahnya bernama Rasjad

Maharaja Soetan. Rohana Kudus adalah kakak

tiri dari Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Republik

Indonesia yang pertama dan juga Mak Tuo (Bibi)

dari sastrawan terkenal Chairil Anwar, Pelopor

Angkatan 45. Sekaligus sepupu H. Agus Salim.

Rohana hidup sezaman dengan R.A Kartini,

dimana akses perempuan untuk mendapat

pendidikan yang baik sangat dibatasi.

Rohana tidak pernah mengenyam

pendidikan formal. Kecerdasan Rohana sudah

terlihat menonjol sejak kecil. Meski tidak pernah

mengenyam sekolah formal, keinginan

dansemangat belajarnya sangat tinggi. Ayahnya,

Mohammad Rasjad Maharadja Soetan seorang

pegawai pemerintah Belanda dan juga pencetus

Sekolah Rakyat khusus bagi pribumi di Koto

Gadang. Ketika itu Rohana yang masih kecil

sering dibawakan majalah-majalah berbahasa

Belanda oleh ayahnya. Ia adalah orang yang cepat

mengusai materi-materi seperti membaca,

Page 54: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

49

menulis, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa

Melayu, dan berhitung yang diajarkan oleh

ayahnya.

Rohana juga berkepripadian sangat supel

dan haus akan ilmu pengetahuan. Ketika ayah

Rohana ditugaskan ke Alahan Panjang, mereka

bertetangga dengan pejabat Belanda, yang

merupakan atasan ayahnya. Ia juga sempat

berteman baik dengan istri pejabat Belanda

tersebut. Melalui pertemanan itu Rohana belajar

materi-materi keputrian seperti menyulam,

menjahit, menenun, merajut, memasak.

Kemudian Rohana juga semakin mengasah

kegemarannya dalam belajar, ia semakin banyak

membaca majalah terbitan Belanda yang memuat

berbagai hal tentang politik, gaya hidup, dan

pendidikan di Eropa. Rohana juga sangat teguh

dalam beragama, secara intens ia belajar agama

kepada para alim ulama di surau dan masjid.

Rohana kemudian berkembang menjadi seorang

perempuan yang mempunyai komitmen kuat pada

pendidikan terutama untuk kaum perempuan.

Buah pemikirannnya terhadap emansipasi

bukanlah untuk menuntut persamaan hak antara

perempuan dengan laki-laki. Tetapi lebih kepada

pengukuhan fungsi alamiah perempuan menurut

kodratnya, agar dapat berfungsi sebagaimana

mestinya. Maka secara tegas ia menyatakan

Page 55: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

50

bahwa perempuan memerlukan pendidikan,

perempuan juga butuh ilmu pengetahuan dan

keterampilan.

Kiprah

Pada tahun 1908, di usia 24 tahun Rohana

menikah dengan Abdul Kudus yang berprofesi

sebagai notaris. Dari nama suaminya inilah

Rohana mendapatkan nama belakang Kudus. Ia

mendapat dukungan yang sangat besar dari

suami dalam perjuangannya untuk merubah

nasib perempuan terutama dalam hal pendidikan.

Rohana merupakan penggagas berdirinya

Sekolah Kerajinan Amal Setia di tahun 1911

ketika berusia 27 tahun. Sebuah prestasi yang

sungguh luar biasa. Ketika itu Rohana

mengundang 60 tokoh masyarakat Koto gadang,

menjelaskan cita-citanya untuk mendirikan

sekolah khusus perempuan. Para tokoh

masyarakat sangat mengagumi visi dan misinya

dan menyetujui berdirinya sekolah tersebut.

Materi pelajarannya meliputi tulis-menulis, budi

pekerti, dan ketrampilan lainnya.

Ia juga memiliki kemampuan

kewirausahaan yang sangat baik. Ia menjadikan

sekolahnya berbasis industri rumah tangga serta

koperasi simpan pinjam dan jual beli yang

anggotanya semua perempuan. Dengan turut

memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropa

Page 56: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

51

yang memang memenuhi syarat ekspor. Banyak

petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan

dan kiprah Rohana. Bahkan banyak petinggi

Belanda yang kagum atas kemampuan dan

pencapaian Rohana.

Keberhasilannya di sekolah kerajinan Amai

Setia tidak lama. Pada 22 Oktober 1916 seorang

muridnya menjatuhkannya dari jabatan Direktris

dan Peningmeester karena tuduhan

penyelewengan penggunaan keuangan. Beberapa

kali ia harus menjalani persidangan di

Bukittinggi didampingi suami dan dengan

dukungan seluruh keluarga. Akhirnya tuduhan

tersebut tidak terbukti, jabatan di sekolah Amai

Setia kembali diserahkan padanya, namun secara

halus ditolaknya karena dia berniat pindah ke

Bukittinggi.

Setelah dari Sekolah Kerajinan Amai Setia,

perjuangan Rohana berlanjut lagi. Rohana ingin

mewujudkan kesenangan dan cita-citanya yang

lain yaitu Mendirikan surat kabar khusus

perempuan. Atas dasar kegemarannya dalam

membaca buku, menjadikan ia sangat tertarik

dengan dunia jurnalistik. Rohana juga sering

mengirimkan artikel yang mencerminkan

gagasan-gagasannya.

Tulisannya dikagumi banyak orang.

Bahkan tidak tergambar sama sekali kalau

Page 57: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

52

Rohana bukan seorang yang berpendidikan tinggi.

Dari kesenangan membaca dan menulis inilah

yang mengantarkan Rohana menjadi jurnalis

perempuan pertama di Indonesia. Hingga pada

akhirnya berhasil mewujudkan impiannya,

mendirikan surat kabarnya sendiri Sunting

Melayu pada tanggal 10 Juli 1912. Hidup di

zaman ketika akses perempuan untuk mendapat

pendidikan sangat dibatasi. Rohana Kudus

banyak mengungkapkan ide-ide perjuangannya

lewat surat kabar Sunting Melayu yang

dipimpinnya.

Sunting Melayu menjadi surat kabar

perempuan pertama di negeri ini, yang didirikan

dengan pengorbanan dan perjuangan yang penuh

dedikasi oleh Rohana Kudus. Disebut sebagi surat

kabar perempuan karena pemimpin redaksi,

redaktur, penulis, yang semuanya adalah

perempuan. Surat Kabar ini, terbit melalui

kerjasama antara Rohana dengan Dt. St.

Maharaja pimpinan surat kabar Utusan Melayu.

Melalui korepondensi surat menyurat, ia

bernegosiasi untuk meminta agar surat kabar

Utusan Melayu menyediakan ruang-rubrik yang

membahas masalah perempuan. Sekaligus

mengajak untuk menerbitkan sebuah surat kabar

khusus perempuan. Dt. St. Maharaja menyambut

dengan sanngat antusias dan mendatangi Rohana

ke Koto Gadang. Di sinilah mereka

Page 58: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

53

bersepakatuntuk mendirikan surat kabar

perempuan Sunting Melayu yang dipmpin

langsung oleh Rohana Kudus.

Bersama Sunting Melayu ini, perjuangan

Rohana sebagai perempuan yang peduli terhadap

kaumnya lebih terlihat lagi. Tulisan-tulisannya

sangat tajam, cerdas, dan mencerminkan cita-

citanya untuk memajukan kaum perempuan

Indonesia. Rohana berusaha merubah pandangan

masyarakat umum dalam melihat perempuan

sebagai makhluk kelas dua.

Akhir Hayat

Rohana telah banyak berjuang dan

melakukan tindakan-tindakan besar, yang sangat

layak untuk menjadi teladan generasi muda. Ia

telah berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya.

Setelah berjuang sepanjang hidupnya, Rohana

wafat, di Jakarta pada 17 Agustus 1972, di usia

88 tahun dan bertepatan dengan hari Ulang

Tahun Republik Indonesia yang ke 27 tahun.

Kini ia dikenal sebagai pejuang media

perempuan pertama Indonesia. Namanya tetap

besar walaupun tidak banyak tertulis di buku-

buku pelajaran Sejarah.

Page 59: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

54

Penghargaan

Penghargaan yang diterima Rohana Kudus

diantaranya penghargaan sebagai Wartawati

Pertama Indonesia. Penghargaan ini diberikan

oleh pemerintah Sumatera Barat pada tanggal 17

Agustus 1974. Kemudian sebagai pengghargaan

sebagai Perintis Pers Indonesia. Diberikan oleh

Menteri Penerangan Harmoko dalam rangka

memperingati Hari Pers Nasional pada tanggal 9

Februari 1987.

Penghargaan lainnya adalah, Bintang Jasa

Utama. Penghargaan dari pemerintah Republik

Indonesia pada yang diberikan pada tahun 2008.

Page 60: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

55

TAN MALAKA

Berpikir Besar Kemudian Bertindak

“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta

memperhalus perasaan”

Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah

dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan

pintar untuk melebur dengan masyarakat yang

bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-

cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan

itu tidak diberikan sama sekali.

- Tan Malaka -

Page 61: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

56

TAN MALAKA (1897-1949)

Masa Kecil dan Pendidikan

Tan Malaka lahir di Nagari Pandam

Gadang, Suliki Sumatera Barat, pada 2 Juni 1897.

Tan Malaka dilahirkan dalam sebuah keluarga

pemeluk Islam yang taat, Ayahnya HM. Rasyad

dan Ibunya, Rangkayo Sinah. Bernama asli Sutan

Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tan Malaka

merupakan nama semi bangsawan yang

didapatkan dari garis keturunan ibu.

Ia didaftarkan ke sekolah Kweekschool

pada tahun 1908, merupakan sosok cerdas. Tahun

1913, setelah lulus dari sekolah tersebut, Tan

Malaka menerima gelar datuk yang diberikan

pada sebuah upacara tradisional.

Setelah tamat sekolah, ia melanjutkan

pendidikannya di Harleem, Belanda pada 1913.

Kiprah

Enam tahun setelah di Belanda, pada 1919

Tan Malaka kembali ke Indonesia untuk menjadi

guru bagi anak-anak kaum buruh perkebunan di

Sumatera. Tahun 1921, ia mulai dekat dengan

kehidupan politik. sejak saat itu ia terlibat aktif

Page 62: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

57

dalam aksi-aksi mogok maupun perlawanan

buruh di beberapa tempat. Akibatnya ia sempat

dibuang ke Kupang tahun 1922. Selain itu, ia juga

sempat meloloskan diri ke Filipina dan Singapura.

Tan Malaka memiliki gagasan penting

dalam perjuangannya yaitu dengan pemikirannya

merdeka 100 persen. Tan Malaka adalah orang

yang sangat cerdas, terbukti bahwa ia menguasai

enam bahasa. Kepeduliaanya terhadap

pendidikan juga sangat besar, hal itu terlihat dari

pengabdiannya sebagai guru tanpa pamrih dan

sekaligus produktif dalam menghasilkan karya-

karya. Tan Malaka berjuang dan menyuarakan

pikirannya melalui berbagai buku, antara lain

Materialisme, Dialektika, dan Logika

(Madilog;1943), Menuju Republik Indonesia (Naar

de Republiek Indonesia; 1952), dan Geriliya,

Politik, dan Ekonomi (Gerpolek; 1948)

Semangat dan nilai-nilai perjuangan Tan

Malaka harus dipelajari pelajar-pelajar di

sekolah, agar sosoknya sebagai pahlawan asal

Sumatera Barat yang tangguh dan konsisiten

dalam menentang kolonialisme dapat menjadi

inspirasi bagi anak-anak muda penerus bangsa.

Akhir Hayat

Perjalan hidup Tan Malaka mungkin tidak

terlalu terkenal bila dibandingkan tokoh seperti

Soekarno dan Mohammad Hatta. Namun, kisah-

Page 63: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

58

kisahnya ditulis dengan sangat menarik dan rinci,

oleh sejarawan Belanda, Harry Poeze dalam lima

jilid buku berjudul, "Tan Malaka, Gerakan Kiri,

dan Revolusi Indonesia.

Rahasia kematian Tan Malaka, tersimpan

tanpa diketahui selama bertahun-tahun dan baru

terungkap pada 1990 dari hasil penelitian

sejarawan, Harry Poeze ketika meneliti jejak Tan

Malaka di daerah Kediri, Jawa Timur. Sangat

tragis, ketika mengetahui bahwa Tan Malaka

meninggal karena ditembak oleh Soekotjo di dekat

Sungai Brantas, Desa Selopanggung, sekitar

Lereng Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur, pada

21 Februari 1949. Keadaan politik nasional ketika

itu memang sedang tidak kondusif, sehingga hal

itu terjadi.

Setelah menemukan makam, yang diduga

di dalamnya terkubur jasad Tan Malaka, maka

pada 12 November 2009 telah dilakukan

penggalian dan penelitian asam inti gen (DNA)

jenazahnya oleh tim forensik untuk memastikan

bahwa yang terkubur itu benar seorang Tan

malaka.

Dan pada tanggal 21 Februari 2017,

jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan

dari Kediri ke Sumatera Barat.

Page 64: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

59

Penghargaan

Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan

Nasional pada tanggal 28 Maret 1963

berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53 yang

saat itu ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Salah satu buku Tan Malaka, karya yang

berjudul Dari Penjara ke Penjara yang ditulis

tahun 1984 mendapat penghargaan dari majalah

Tempo sebagai salah satu buku yang paling

berpengaruh dan berperan dalam membangun

gagasan kebangsaan.

Page 65: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

60

Page 66: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

61

Daftar Pustaka

Hasjmy, A. (1985). Semangat Merdeka, 70 Tahun

Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: Bulan

Bintang.

Hazil Tanzil (1984) Seratus Tahun Haji Agus

Salim. Jakarta: Sinar Harapan.

Jahroni, Jajang. (2002), Haji Rangkayo Rasuna

Said: Pejuang Politik dan Penulis

Pergerakan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kamajaya. (1982). Sembilan Srikandi Pahlawan

Nasional. Yogyakarta: U.P. Indonesia.

Noer, Deliar. (1980). Gerakan Moderen Islam di

Indonesia 1900-1942. (Jakarta: LP3ES.

S Nasution. (2001). Sejarah Pendidiakan

Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhartono. (1994). Sejarah Pergerakan Nasional:

dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-

1945 Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Budilaksono, Imam. (2014). Kisah di Balik

Tewasnya Tan Malaka. Jakarta: Antara

News.

Page 67: Sejarah kita telah mencatat berbagai ragam bentukgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/03/7-Tokoh-Nasiona… · Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

62

Panitia Buku Peringatan, 1996. 100 Tahun Haji

Agus Salim. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, h. 37.

Floriberta Aning, 2005. 100 Tokoh yang

Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi,

h. 24.