21

Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah
Page 2: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

iv

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA SEMINAR

Pelindung : H. Mochamad Jurianto, S.E., M.M. (Rektor)

Pengarah : I Wajan Dhana Wiardjana, MAP. (Wakil Rektor I)

Hadi Susilo, dr., Sp.M. (Wakil Rektor II)

H. Hindadjit, Drs., M.Si. (Wakil Rektor III)

Steering Committee (SC):

Widyastuti, drg., Sp.Perio.

Weni Endahing Warni, S.Psi., M.Psi., Psi.

Wahyu Sulistyowati, Ir., M.Kes.

Drs. Agus Subiyanto, M. Si.

Organizing Committee (OC):

Ketua : Didik Hardianto, Ir., MT.

Wakil Ketua : Dr. Viv Djanat Prasita, M.App.Sc.

Sekretaris : Is Yuniar, Ir., M.Si

Theresia Widihartanti, S.Pd., M.Pd.

Bendahara : Arif Winarno, S.T., M.T.

Iradiratu Diah P.K., S.T., M.T.

Seksi-Seksi :

Acara : Ir. Rudi Siap Bintoro, M.T.

Ir. Nuhman, M.Kes

Dewi Setyowati, SH., M.H.

Makalah/Ilmiah : Muhammad Taufiqurrohman, ST., MT.

Urip Prayogi, ST., MT

Pubdok : Maxima Ari Saktiono, S.T.

Arif Winarno, ST., MT.

Engki Andri Kisnarti, S.T., M.Si.

Page 3: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

v

Perlengkapan : T.H. Djoko Waluyo, SIP.

Dedy Kristiawan, ST.

Suharyadi, S.Sos.

Konsumsi : Nurul Rosana, S.Pi., MT.

Aniek Sulestiani, Ir., M.Kes.

Wiwik Muharlina

Dana : Wahyu Sulistyowati, Ir., M.Kes.

M. Arief Sofijanto, Ir., M.Si.

Page 4: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

vi

II. TIM REVIEW MAKALAH

A. KELOMPOK SOSIAL EKONOMI BUDAYA

- Sasmito Jati Utomo, S.Sos., M.A.P.

- Dr. Chomariyah, S.H., M.H.

B. KELOMPOK LINGKUNGAN

- Giman, Drs., M.Kes.

- Supriyatno Widagdo, S.T., M.Si.

C. KELOMPOK PERIKANAN

- Dr. Ir. Nuhman, M.Kes.

- Hari Subagyo, Ir., M.Si.

- M. Arief Sofijanto, Ir., M.Si.

D. KELOMPOK TEKNIK

- Bagyo Suwasono, S.T., M.T.

- Dr. Viv Djanat Prasita, App.Sc.

Page 5: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS HANG TUAH ii

H. Mochamad Jurianto, S.E., M.M.

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA SEMINAR iv

DAFTAR ISI v

PEMBICARA KUNCI

1. Pendekatan Keamanan dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Laksamana TNI Dr. Marsetio

Kepala Staf Angkatan Laut

1-9

2. Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan

Sumberdaya Laut

Moch Nurhudah

Kepala Bidang Program, Monitoring dan Evaluasi Pusat Pendidikan Kelautan

dan Perikanan BAPSDMKP-KKP

1-21

MAKALAH UTAMA

1. Teknologi Produksi dan Material Alter-natif dalam Pembangunan

Kapal Pe-nangkap Ikan untuk Memenuhi Kebu-tuhan Kapal Nelayan

Secara Nasional

Dr. Akhmad Basuki Widodo

Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya

1-9

KOMISI: A1 (SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA)

1. Peran Forum Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

Kabupaten Pati Terhadap Eksistensi Hutan Mangrove

Herna Octivia Damayanti

A1-1

2. Pengelolaan UMKM Berbasis SIDA dengan Mempertimbangkan Kearifan Lokal Melalui Pengembangan Kebutuhan Bahan Baku Lokal

sebagai Substitusi Produk Unggulan Mamin Kota Mojokerto

Nengah Dwianita K., Sri Gunani Partiwi, I Ketut Gunarta, Irtanto,

Mokh Wirai

A1-9

3. Pengembangan Model Sistem Dinamik Klaster Industri Perikanan Berkelanjutan pada Klaster Industri Perikanan Muncar

Ratna Purwaningsih

A1-16

Page 6: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

vi

4. Studi Perilaku Ekologis sebagai Modal Sosial pada Masyarakat Pantai Timur Surabaya (Studi Kasus di Kecamatan Mulyorejo)

Bachtiar Susanto, Akhmad Fauzie

A1-29

5. Psikologi Kelautan-Kemaritiman (Strategi Pengembangan dan

Pembelajaran)

Akhmad Fauzie

A1-46

6. Pojok Pintar sebagai Sarana Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Nelayan di Sekolah Dasar Al-Muthmainah Kelurahan Kedungcowek

Kecamatan Bulak Kota Surabaya

Deasy Arieffiani

A1-61

KOMISI: A2 (SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA)

1. Persepsi Pembudidaya Terhadap Pengenalan Teknologi Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Lokal di Kecamatan Paciran, Kabupaten

Lamongan

Istiana, Rismutia Hayu Deswati

A2-1

2. Kajian Ketersediaan Kapal untuk Pelayanan Angkutan

Penyeberangan di Indonesia

Syamsul Asri, Muh. Saleh Pallu, M. Arsyad Thaha, Misliah

A2-14

3. Training Surveyor Biologi dalam Menganalisis Dampak

Pembangunan Terhadap Kelestarian Lingkungan

Aunurohim, Sri Nurhatika Maya S., N D Kuswytasari, Dini Ermavitalini, Nurlita

Abdulgani, Indah Trisnawati, Kristanti Indah P., Tutik Nurhidayati

A2-24

4. Analisis Tingkat Konektivitas Transportasi Laut Antar Pusat-Pusat Pertumbuhan pada Koridor Sulawesi

Chairunnisa Mappangara, Rahardjo Adisasmita, Lawalenna Samang,

Ganding Sitepu

A2-35

5. Profile Mutu dan Analisis Ekonomi Julung Asar Kering di Desa Banggoi Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku

R.B.D. Sormin, M Ch. A. Latumahina, T. H. E. A. Matrutty, H. Nanlohy,

A.M. Tapotubun

A2-47

6. Pengembangan Kelembagaan Pemasaran Perikanan Tangkap untuk

Mendukung Industrialisasi di Kawasan Minapolitan (Studi Kasus di

Desa Weru Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan)

Istiana, Budi Wardono

A2-54

7. Sistem Manajemen Penjadwalan Kapal Tambat untuk Pencapaian

’Zero Waiting Time’ di Dermaga Jamrud Utara dengan Optimasi

Algoritma ’Sequential Searching’

Natalia Damastuti

A2-64

8. Strategi Kemitraan dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha Budidaya Rumput Laut di Pulau Ambon

Raja Bonan Dolok S., Agustina Risambessy, Stenly J. Ferdinandus

A2-73

9. Pra-Perancangan Kapal Ikan sebagai Sarana Pendidikan Pelayaran

Bagi Siswa SMK/Akademi Kelautan dan Perikanan (Studi Kasus

Wilayah Penangkapan Provinsi Jawa Timur)

Ali Munazid, Bagiyo Suwasono

A2-78

Page 7: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

vii

10. Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pelestarian Hutan Mangrove di Pantai Kabupaten Tuban Jawa Timur

Suwarsih

A2-91

11. Minat Menyekolahkan Anak di Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)

Pada Masyarakat Pesisir Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua

Wiwik Sulistiani, Puri Aquarisnawati, Debby Ayu Oktavia

A2-105

12. Pengembangan Kemandirian Mahasiswa Jurusan Elektro untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Ingris dan Jiwa

Kewirausahaan

Theresia Widihartanti

A2-117

KOMISI: B1 (PERIKANAN )

1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio spp. pada Teripang Pasir

(Holothuria scabra Jaeger) di Perairan Lombok

Dien Arista Anggorowati, Hendra Munandar, Raden Irwansyah, Salnida

Yuniarti L.

B1-1

2. Polyphenol Content And Antioxidant Activity Of Five Brown Algae

(Sargassum Sp) Extracts

Muhamad Firdaus

B1-10

3. Performansi Pertumbuhan Ikan Beronang, Siganus Guttatus, Yang

Diberi Pakan Hasil Fermentasi

Usman, Kamaruddin, Asda Laining

B1-11

4. Kelangsungan Hidup Larva Siput Mata Bulan (Turbo chrysostomus) Fase Planktonis Pada Salinitas Dan Padat Tebar yang Berbeda

Lisa Fajar Indriana, Saptono Waspodo, Didi Asmayadi

B1-20

5. Kandungan Nutrisi, Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Larva Udang Vanname (Litopennaeus Vannamei) Dengan Pemberian

Pakan Artemia Sp. Produk Lokal Dan Impor

Vivi Endar Herawati, Johannes Hutabarat

B1-26

6. Pengembangan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei ) Pola Ekstensif Plus Di Lahan Marginal Markus Mangampa, Erfan Andi Hendradjat

B1-41

7. Peningkatan Fekunditas Telur Dan Lemak Gonad Induk Ikan Beronang, Siganus Guttatus Melalui Suplementasi Karotenoid

Dalam Pakan Maturasi

Asda Laining, Usman, Samuel Lante

B1-49

8. Pendederan Ikan Nila Gesit Dengan Pemberian Pakan Alami

Jambret (Mesopodopsis Sp)

Erfan A. Hendrajat, Markus Mangampa

B1-51

9. Beberapa Aspek Biologi Sumberdaya Kerang Simping (Amusium

Pleuronectes) Di Perairan Kabupaten Brebes

Wiwiet Teguh Taufani, Sutrisno Anggoro, Ita Widowati

B1-58

10. Kelulushidupan Cacing Lur (Nereis Sp) pada Padat Tebar Yang Berbeda Dengan Metode Resirkulasi

Ninis Trisyani, Devi Wuwung

B1-73

11. Produksi Pakan Ikan dari Limbah Organik bagi Kelompok Petambak

Tambak Wedi Kenjeran Surabaya Nengah Dwianita Kuswytasari, Muhammad Sjahid A. Fahimah Martak

B1-83

Page 8: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

viii

12. Pengelolaan Perikanan Tangkap Kota Surabaya (Studi Kasus: Keragaman Sediaan Sumberdaya Dan Kepemilikan Alat Tangkap)

Hari Subagio

B1-89

KOMISI: B2 (PERIKANAN)

1. Pemetaan Potensi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berbasis

Kesesuaian dan Daya Dukung Lahan di Pantai Selatan, Sulawesi

Selatan

Abdul Rauf, Rustam, Danial, dan Asmidar

B2-1

2. Peningkatan Induk Jantan Fungsional dan Pemijahan Induk Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus) Hasil Budidaya (F1) yang

Dipelihara Secara Terkontrol

Tony Setia Dharma, Ahmad Muzaki dan Sari Budi Moria

B2-10

3. Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Pembenih Lele dengan

Penerapan Teknologi Bioflocs

Fajar Basuki

B2-17

4. Produksi Benih Ikan Bandeng Chanos-chanos Forskal dengan Ukuran Bak Pemeliharaan yang Berbeda pada Hatchery Skala

Rumah Tangga (HSRT)

Anak Agung Alit, Tony Setiadharma

B2-23

5. Pengaruh Frekuensi Perendaman dalam Larutan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bobot Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Muslimin, Petrus Rani Pong Masak

B2-30

6. Pemanfaatan Saluran Air dan Kolam Tadah Hujan di Rawa Pasang

Surut Untuk Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias Sp)

Mirna Fitrani, Riko Ebidra, Ferdinand H.T

B2-38

7. Eksplorasi Kandungan Gula dan Sulfat pada Beberapa Jenis Alga

Coklat di Perairan Sulawesi Selatan

Nur Rahmawaty Arma

B2-45

8. Kadar Agar Rumput Laut Gracilaria Verrucosa yang Dipupuk

dengan Vermicompost

Andi Rahmad Rahim

B2-53

9. Kajian Pemilihan Trading Tanker untuk Konversi Menjadi Fso di Perairan Laut Jawa

Wahyu Ade S

B2-63

10. Teknologi Penyamakan Kulit Ikan Tuna (Thunus Sp) Menggunakan

Variasi Minyak Sulfonasi (Sulfonated Oil) Terhadap Kualitas Kulit

Tersamaknya (Tuna Leather)

Nurul Hak

B2-74

11. Kandungan Kalsium pada Krupuk yang Telah Diperkaya Bubuk Cangkang Kupang Putih (Corbula faba) dan Kupang Merah

(Musculista senhousia)

Is Yuniar

B2-81

12. Laju Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Berdasarkan Musim Pengamatan di Perairan

Ogotion Parigi Moutong Sulteng

Muslimin, Petrus Rani P_M, Noor Bimo A

B2-82

Page 9: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

ix

13. Kandungan Proksimat Dan Profil Asam Lemak Ikan Lele Dumbo

(Clarias Gariepinus)

Titiek Indhira Agustin

B2-89

KOMISI: C1 (LINGKUNGAN)

1. Analisis Spasial Kesesuaian Lahan Pengembangan Budidaya Ikan

Laut dalam Keramba Jaring Apung di Teluk Kotania, Maluku

I Nyoman Radiarta, Erlania

C1-1

2. Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Tingkat Kecernaan dan

Penyerapan Pakan (Gracillaria Verucossa) Sebagai Energi Pertumbuhan Abalon (Haliotis Squamata)

Wahyu, Sutrisno Anggoro, Jusup Supprijanto

C1-12

3. Kajian Distribusi/Sebaran Fitoplankton dan Zooplankton di Perairan

dan Estuaria Banjir Kanal Barat Kota Semarang Jawa Tengah

Zulfiandi, Muhammad Zainuri, Ita Widowati

C1-24

4. Studi Karakteristik Separasi Aliran 3D Melintasi Bidang Tumpu

Airfoil Asimetri Camber Kuat Airfoil British 9C7/42.5C50 Dengan

Penambahan Forward Facing Step Turbulator (FFST)

Iis Rohmawati, Heru Mirmanto

C1-37

5. Prediksi Ketinggian Gelombang Menggunakan Metode SMB

Wimala L. Dhanistha

C1-48

KOMISI: C2 (LINGKUNGAN)

1. Pemetaan Partisipatif Habitat Bertelur Penyu Untuk Pengembangan

Wisata Di Desa Cipatujah Dan Sindangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya

Donny Juliandri Prihadi, Syawaludin A. Harahap, Noir Purba

C2-1

2. Potensi Tinta Cumi (Loligo sp.) sebagai Immunomodulator Alami

Melalui Uji Peningkatan Aktivitas Makrofag

Muhammad Ali Fikry, Nungke Diah P, Ni Wayan Erly S, Immanuel Sanka,

Rahadyan Aulia, Afra Meylianda, Riswi Haryatfrehni, Nastiti Wijayanti

C2-12

3. Strategi Adaptasi dan Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan

Iklim di Pantai Utara Jawa Tengah

Johannes Hutabarat, Denny Nugroho S. Subandono Diposaptono

C2-18

4. Model Variasi Suhu, Klorofil dan Net Primary Productivity (NPP)

Kaitannya Terhadap Jumlah Tangkapan Lemuru di Perairan Selat

Bali

Wingking Era, Bayu Priyono, Eko Susilo

C2-44

5. Komposisi Klorofil A di Perairan Pesisir Pantai Barat Sulawesi

Selatan Andriani Nasir, Muhammad Lukman, Ambo Tuwo, Hanapi Usman,

Nurfadilah

C2-45

6. Ophiuroids in Kukup and Porok Beach Gunung Kidul Yogyakarta

Indonesia

R. D. Putri, C. Pradhitaningrum, F. Nuraeni, S. C. Dimarti, N. R. A. Shinta,

C. A. Aldiansyach, Muzdalifah, A. Shafly, I.D. Utami

C2-46

Page 10: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

x

7. Biodiversitas Dekapoda (Crustacea) di Pantai Ngandong,

Yogyakarta, Indonesia

Try Laili Wirduna, Rudi Nirwantono, Hanung Charendra, Febriono M, Salsabila Lutfi S, Abdullah Firaswan, Dian Pertiwi S, Yolan Wanda Sari,

Bella Riskaputri

C2-56

8. Keanekaragaman Decapoda (Crustacea) di Pantai Sadranan

Yogyakarta, Indonesia

Maria Ulfah, Nur Faizah, Imron Riyanto, Ilma Fistanisa Zette, Wulandari Puspita, Novita Ella Wahyuni, Immanuel Sanka, Alfian Bani Kusuma,

Swara Yudha Sasmita

C2-62

9. N:P Rasio Air Laut, Tandon dan Tambak Super Intensif, di Desa

Punaga, Takalar

Muh. Choiril Udu

C2-69

10. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Pada Ekosistem Mangrove Di

Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur

Anugrah Aditya Budiarsa

C2-76

11. Distribusi Logam Berat (Cd, Cu, Pb, Zn, Dan Ni) Akibat Aktifitas

Pertambangan Batubara Di Perairan Sekerat Kalimantan Timur

Irwan Ramadhan Ritonga

C2-84

12. Karakteristik Arus Musiman dalam Kaitannya dengan Keragaman

Hasil Tangkapan pada Alat Tangkap Petorosan di Perairan Kenjeran,

Surabaya

Supriyatno Widagdo, Hari Subagio

C2-94

KOMISI: D1 (TEKNIK)

1. Studi Perbandingan Metode Analisa Keandalan: Hurtado & Alvarez’s Method dan Direct Monte Carlo Simulation Berbasis Open Source Software Scilab 5.4.0

Agro Wisudawan, Rudi Waluyo P., Yoyok Setyo H., Daniel M. Rosyid

D1-1

2. Analisa Kekuatan Ultimate Hull Girder FPSO dengan Pendekatan

Metode Elemen Hingga Nonlinear Luh Putri Adnyani, Eko Budi Djatmiko, Handayanu

D1-11

3. Studi Eksperimental Transportasi Sedimen Akibat Gelombang

Irregular M. Yunan Fahmi, Suntoyo , M. Zikra

D1-20

4. Studi Simulasi Numerik Struktur Aliran Sekunder Akibat Variasi Posisi Forward Facing Step Turbulent Generator di Sekitar Bidang

Tumpu pada Bodi Sismetris, Studi Kasus: NACA 0015

Sutrisno, Mirmanto H., Sasongko H

D1-21

5. Studi Numerik Reduksi Energi Loss pada Bidang Tumpu Airfoil

Asimetri British 9c7/22.5c50 dengan Penambahan Forward Facing

Step Turbulator

Ika Nur Jannah, Heru Mirmanto

D1-29

6. Desain Estimator Least Square pada Parameter Model Kapal Perang

Kelas Sigma Extended Skala 3 Meter Secara Realtime

Ridho Akbar, Aulia Siti Aisjah, Aries Sulistyono

D1-39

Page 11: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

xi

7. Analisis Produktivitas Galangan BUMN Swasta Menggunakan

Pendektan New CGT

Mohammad Sholikhan Arif, Djauhar Manfaat

D1-45

8. Karakterisasi Material Komposit Serat Organik Sebagai Bahan

Alternatif Prototipe Kapal Cepat

Nur Yanu Nugroho, Akhmad Basuki W., Tri Agung Kristiyono

D1-49

KOMISI: D2 (TEKNIK)

1. Estimasi Konsumsi Energi dan Emisi dari Aktivitas Pembangkit

Listrik Kapal Saat Sandar di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar

Rukmini, Nadjamuddin Harun, Sakti Adji Adisasmita, Ganding Sitepu

D2-1

2. Analisis Perbandingan Metode Algoritma Semut dan Algoritma Genetik dalam Optimasi Penjadwalan Reparasi Kapal di Galangan

Kapal

Ekky Nur Budiyanto, Djauhar Manfaat

D2-8

3. Karakteristik Mekanik Baja Karbon Rendah pada Konstruksi Badan

Kapal Pasca Terbakar Imam Baihaqi, Djauhar Manfaat, Heri Supomo

D2-18

4. Karakteristik Pasang Surut Dalam Kaitannya Dengan Dinamika Pantai Di Perairan Pantai Timur Surabaya

Supriyatno Widagdo

D2-29

5. Analysis Method Impact Sea-Level Rise and Coastal Vulnerability

Model in Kabupaten Tuban

Marita Ika Joesidawati

D2-39

6. Kombinasi metode Binary Genetic Algorithm (BGA) dan Fuzzy Analitycal Hierarchi Process untuk Optimasi Penentuan Zona di

Wilayah Indonesia Bagian Timur

Pudji Santoso, Ketut Buda Artana, M. Isa Irawan, AA Masroeri, AAB

Dinariyana

D2-48

7. Rancang Bangun Transmisi Jarak Jauh Data Kecepatan dan Arah

Arus Laut Menggunakan Modem GSM

Suryadhi

D2-66

Page 12: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur B1-73

KELULUSHIDUPAN CACING LUR (Nereis sp) PADA PADAT TEBAR YANG BERBEDA DENGAN METODE RESIRKULASI

Ninis Trisyani *) dan Devi Wuwung**)

*) Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Hang Tuah Surabaya. [email protected]

**) Mahasiswa Jurusan Perikanan, Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstrak: Konsep dasar pengembangan cacing laut atau cacing lur dalam kaidah budidaya adalah pemanfaatan ”potensi” cacing lur sebagai pakan alami induk udang

penaeid. Saat ini cacing lur masih diperoleh dengan cara menangkap dari laut pada

wilayah intertidal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelulushidupan cacing lur (Nereis sp) pada padat tebar yang berbeda dengan metode resirkulasi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 perlakuan dan 4 ulangan yaitu padat tebar A : 20 gr/m3, B : 30 gr/m3, dan C : 40 gr/m3. Media yang dugunakan

adalah lumpur yang diperoleh dari tambak di Gresik dicampur dengan pupuk kotoran ayam, dedak dan urea yang difermentasikan selama 3 minggu. Kelulushidupan dan

mekanisme adaptasi diamati selama 3 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada awal penebaran cacing masih harus beradaptasi secara morfologi dan tingkah laku. Cacing berada di permukaan media. dan belum bisa masuk ke media lumpur

karena belum terbentuk liang. Setelah pemeliharaan 2 minggu, pada substrat lumpur terbentuk liang seperti huruf U dan cacing sudah bisa hidup di dasar

maupun di pertengahan media lumpur. Kelulushidupan tertinggi didapatkan pada

perlakuan C, dikarenakan jumlah cacing pada perlakuan ini yang mampu bertahan hidup dan beradaptadi pada media budidaya.

Kata Kunci: cacing lur, media fermentasi, resirkulasi

PENDAHULUAN

Cacing welur atau disebut juga cacing lur merupakan cacing yang termasuk dalam kelas Polychaeta. Menurut Sahri dan Yuwono (2005) salah satu anggota kelas Polychaeta yaitu cacing welur Dendronereis pinnaticirris adalah hewan invertebrata bentik yang banyak hidup di dalam lumpur berpasir di perairan payau di Jawa dan Sumatra.

Wibowo (2010) melaporkan bahwa polychaeta merupakan pakan alami crustacea. Polychaeta yang banyak dijumpai di habitat udang antara lain cacing lur. Selama ini cacing lur diperoleh dari penggalian di habitat alaminya, karena belum adanya budidaya polychaeta di Indonesia. Aktivitas ini selain mengancam keberadaan populasi polychaeta itu sendiri, juga menyebabkan kepunahan dan terganggunya keseimbangan lingkungan. Oleh sebab itu budidaya polychaeta ke depan perlu dikembangkan sebagai kontribusi yang positif bagi upaya konservasi polychaeta dan lingkungan pantai tropis, pemanfaatannya sebagai pakan udang, dan komoditas aquakultur lainnya.

Para petani udang windu yang pengelolaannya menggunakan pola tradisional di daerah Gunung Anyar Surabaya juga telah lama mengenal cacing lur sebagai salah satu pakan alami yang tersedia di tambak. Lahan tambak udang windu yang mengandung cacing laut sangat baik untuk budidaya udang windu (Anonimous, 2006). Banyak masyarakat yang mengumpulkan cacing laut dari alam dan diperjual belikan dalam keadaan hidup sebagai pakan alami ikan hias, pakan untuk induk udang windu maupun cacing laut juga digunakan sebagai umpan untuk memancing.

Page 13: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

B1-74 Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur

Cacing lur dapat menyuburkan tanah karena merupakan organisme pemakan atau perombak bahan organik, hasil dari perombakan bahan organik adalah kotoran atau faeces yang kaya akan unsur hara. Keberadaan cacing lur di dasar tambak sangat dipengaruhi oleh kualitas atau kondisi tanah tambak serta cara pengelolaan tambak. Konsep dasar pengembangan cacing lur dalam kaidah budidaya adalah pemanfaatan ”potensi” cacing lur sebagai pakan alami induk udang penaeid. D. pinnnaticirris dapat dimanfaatkan untuk pakan udang karena mengandung asam amino dan asam lemak tak jenuh yang tinggi, untuk menyempurnakan mutu sel gamet pada induk udang dan meningkatkan mutu larva. Cacing lur sebagai pakan, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk pellet dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan udang dan ikan (Wibowo, 2010). Kandungan asam amino essensial yang terkandung dalam cacing lur dapat meningkatkan pertumbuhan udang penaeid sampai 80 % (Sahri dan Yuwono, 2005).

Beberapa peneliti yang terkait dengan penelitian tentang budidaya cacing lur telah dilakukan antara lain Ariawan (2007) yang mengkaji pertumbuhan cacing lur dengan menggunakan metode air mengalir. Balai Penelitian di Univ. Lampung juga melihat tentang pertumbuhan cacing lur di tambak dengan menggunakan media yang diperkaya bahan organik. Trisyani, N. (2007) juga mengkaji kepadatan cacing lur di pertambakan tradisioanal Gresik dan menemukan kepadatan tertinggi ditemukan pada tambak yang di ”gelontah” yaitu yang mengandalkan pasang surut air laut. Dari hasil-hasil yang terdahulu maka perlu dilakukan uji coba adaptasi cacing lur yang diambil dari alam dan dibudidayakan pada skala laboratorium. dengan menggunakan padat tebar yang berbeda dengan menggunakan sistem resirkulasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelangsungan hidup cacing lur yang ditebar dengan padat tebar yang berbeda dengan menggunakan metode resirkulasi pada skala laboratorium.

METODE PENELITIAN

Organisme uji yang digunakan adalah cacing lur (Nereis sp) yang diperoleh dari penangkapan di perairan laut di daerah Tuban, yang ditempatkan dalam wadah penelitian aquarium dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm dan tinggi 25 cm sebanyak 12 buah. Media yang digunakan meliputi tanah tambak yang difermentasi dengan media organik dan air laut. Tanah tambak diperoleh dari tanah di pertambakan Gresik. Media organik berupa kotoran ayam, dedak dan urea. Tanah difermentasi selama 2 minggu dengan menggunakan media organik. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah padat penebaran awal cacing lur. Variabel terikatnya adalah kelangsungan hidup cacing lur selama masa penelitian.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah : Perlakuan A : Padat tebar cacing lur 20 gr/m3 Perlakuan B : Padat tebar cacing lur 30 gr/m3 Perlakuan C : Padat tebar cacing lur 40 gr/m3 Penentuan padat tebar berdasarkan hasil penelitian Ariawan dkk, (2007) dan (Sahri, A dan E. Yuwono, 2005)

Persiapan media kultur dilakukan dengan menyiapkan fermentasi media. Tanah tambak diberi kotoran ayam dengan dosis 1,5 % (Ariawan, 2007) dan ditambah dedak 3 % dan ditambah urea secukupnya kemudian dibiarkan selama 3 minggu agar kandungan media dasar yang digunakan sama dengan media alami cacing lur.

Page 14: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur B1-75

Persiapan wadah dan media kultur ditata sedemikian rupa menyerupai gundukan sehingga ada bagian tanah yang selalu terendam air dan ada bagian tanah yang selalu diatas air.

Cacing lur yang diperoleh dari hasil tangkapan diperairan laut di daerah Tuban, dibawa dalam wadah terbuka, selanjutnya diadaptasikan dengan cara meletakkan di media lumpur selama 24 jam. Pada pelaksanaan penelitian, pengisian air dilakukan secara perlahan. Ketinggian air 2/3 dari ketinggian tanah, menyesuaikan dengan habitat asli yaitu pada daerah intertidal. Air laut yang digunakan bersalinitas 17 – 19 o/oo. Pemberian pakan berupa pakan buatan merk ”Bintang” ukuran crumble yang diberikan 2 hari sekali (Ariawan, 2007). Pengelolaan air dalam konsep air mengalir adalah resirkulasi air yang menyerupai air pasang surut. Pengamatan kualitas air dilakukan seminggu sekali meliputi suhu, pH, kandungan oksigen terlarut, salinitas dan amoniak Pengamatan kualitas tanah meliputi pH, C organik, dan unsur hara N, P, K, Ca, Mg

Selama masa penelitian dilakukan pula pengamatan adaptasi cacing lur pada media penelitian, meliputi adaptasi tingkah laku dan morfologis.

Analisa data dilakukan dengan cara menghitung kelangsungan hidup menurut Effendi (1991)

SR = Nt / No X 100% Dimana SR = kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah cacing lur pada ahkir penelitian (ekor ) No = jumlah cacing lur pada awal penelitian (ekor)

Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah dengan uji anova, dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh perlakuan yang diujikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan Cacing Lur (Nereis sp) dengan perlakuan padat tebar berdasarkan berat biomassa yaitu perlakuan A (20 gram), B (30 gram) dan C (40 gram). Karena cacing yang digunakan memiliki ukuran yang berbeda maka padat tebar tiap perlakuan dikonversi ke dalam satuan ekor, seperti yang terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Padat tebar awal cacing lur Nereis sp (ekor) dalam penelitian

No Perlakuan Jumlah (ekor)

1 A1 14

2 A2 18

3 A3 12

4 A4 19

5 B1 27

6 B2 24

7 B3 23

8 B4 27

9 C1 34

10 C2 39

Page 15: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

B1-76 Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur

11 C3 34

12 C4 33

Selanjutnya data padat tebar di atas diuji dengan uji homogenitas dengan tujuan untuk melihat kehomogenan data awal, dan hasil uji sebagai berikut.

Tabel 2. Uji homogenitas data awal cacing lur Nereis sp

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.083 2 9 .379

Berdasarkan uji homogenitas di atas dapat dilihat bahwa sebaran data padat tebar ( dalam ekor ) mempunyai nilai signifikansi > 0.05 atau masing-masing data tidak berbeda nyata artinya data ini bersifat homogen antar perlakuan. Berdasarkan pemeliharaan cacing lur Nereis sp selama 3 minggu, diperoleh tingkat kelulushidupan cacing lur Nereis sp sebagai berikut

Tabel 3. Kelulushidupan Cacing Lur Nereis sp selama penelitian (dalam %)

Perlakuan Minggu ke -

0 - 1 1 – 2 2 - 3

A1 28.57 25.00 0

A2 16.67 33.33 0

A3 25.00 0 0

A4 26.32 20.00 0

B1 29.63 25.00 0

B2 37.50 33.33 33.33

B3 43.48 20.00 0

B4 25.93 14.29 0

C1 29.41 30.00 33.33

C2 51.28 20.00 50.00

C3 58.82 40.00 0

C4 60.61 15.00 33.33

Dari tabel diatas terlihat rata-rata kelulushidupan cacing lur pada minggu pertama hingga minggu ketiga untuk perlakuan A (20 gram) berturut-turut adalah 24,14%, 19,58% dan 0%, perlakuan B (30 gram) adalah 34,13%, 23,15% dan 8,33 gram dan perlakuan C (40 gram) adalah 50,03%, 26,25% dan 29,17%. Hasil uji anova menunjukkan bahwa kelulushidupan cacing lur pada perbedaan tebar berat biomassa menunjukkan nilai berbeda nyata pada minggu pertama dimana perlakuan C pada padat tebar 40 gram memberikan nilai kelulushidupan yang tertinggi yang diikuti perlakuan B

Page 16: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur B1-77

dan A (Tabel 4). Pada minggu kedua (Tabel 5) dan minggu ketiga (Tabel 6) kelulushidupan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Berikut ini tabel anova kelulushidupan cacing lur per minggu.

Tabel 4. Uji anova kelulushidupan cacing lur pada minggu pertama

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1363.791 2 681.895 6.949 .015

Within Groups 883.134 9 98.126

Total 2246.925 11

Tabel 5. Uji anova kelulushidupan cacing lur pada minggu kedua

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups

89.063 2 44.532 .344 .718

Within Groups 1166.219 9 129.580

Total 1255.282 11

Tabel 6. Uji anova kelulushidupan cacing lur minggu ketiga

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1805.361 2 902.681 3.774 .065

Within Groups 2152.556 9 239.173

Total 3957.917 11

Hasil Tabel 4, 5 dan 6 menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelulushidupan pada

minggu pertama adalah 0,015 yang berarti berbeda nyata , artinya terdapat perbedaan pengaruh kepadatan cacing lur pada kelulus hidupannya, sedangkan nilai signifikani untuk minggu kedua adalah 0,718 dan minggu ketiga 0,065. Nilai minggu kedua dan ketiga menunjukkan data tidak berbeda nyata yang berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh kepadatan cacing lur pada kelulushidupan.

Kelulushidupan terbaik pada minggu pertama hingga minggu ketiga adalah pada perlakuan C dengan bobot 40 gram diikuti dengan B (30 gram) dan kemudian A (20 gram). Nilai prosentase kelulushidupan antar perlakuan lebih jelas ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Page 17: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

B1-78 Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur

Gambar 1. Prosentase kelululushidupan cacing lur selama penelitian

Pada Gambar 1. di atas, perlakuan A mengalami penurunan kelulushidupan mulai

dari minggu 1-3 berturut-turut 24,14%, 19,58%, dan 0%, perlakuan B mengalami penurunan kelulushidupan mulai dari minggu 1–3 berturut-turut 34,13%, 23,15%, dan 8,33%, sedangkan perlakuan mengalami penurunan kelulushidupan mulai minggu 1–2 berturut-turut 50,03%, 26,25%, dan mengalami kenaikan pada minggu ketiga yaitu 29,17%. Penurunan kelulushidupan pada minggu pertama pada semua perlakuan disebabkan cacing lur pada awal pemeliharaan memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi, karena cacing lur yang digunakan dalam penelitian berasal dari laut, dan ditebar pada media buatan yang telah difermentasikan. Media yang digunakan merupakan campuran dari tanah tambak, yang diambil dari pertambakan yang banyak ditemukan cacing lur di daerah Gresik serta penambahan pupuk kotoran ayam, dedak dan urea, yang kemudian difermentasikan selama tiga minggu. Fungsi fermentasi ini agar menjadikan media ini berunsur hara yang tinggi yang berfungsi sebagai makanan cacing lur selama penelitian. Dari hasil analisa media tanah yang tercantum pada Tabel 7, terlihat bahwa ketersediaan unsur hara relatif tinggi sesuai dengan kebutuhan cacing lur meliputi unsur Nitrogen, P-tersedia, C-organik, Casium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K) dan derajad keasaman (pH)

Untuk menyesuaikan diri hidup di daerah perairan estuarine, cacing lur yang termasuk kelas polychaeta memerlukan penyesuaian morfologi yaitu dengan cara membuat lubang dan penyesuaian osmosis karena hewan ini bertahan dalam kepekaan ion yang luas (Nybakken, 1992). Menurut Anonymous (2010), adaptasi morfologi adalah penyesuaian struktur dan bentuk tubuh untuk bisa bertahan dalam kondisi lingkungan tertentu. Apabila dalam proses adaptasi, spesies tersebut tidak bisa bertahan maka akan terjadi kematian yang menyebabkan kelulushidupan dari suatu spesies semakin menurun. Peristiwa ini terjadi pada penelitian di minggu pertama dan kedua. Perbedaan morfologi cacing untuk adaptasi dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini.

Page 18: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur B1-79

(a)

(b)

Gambar 2. Gambar (a) cacing dari laut dan (b) cacing selama penelitian

Gambar 2 di atas memperlihatkan bahwa ukuran cacing pada gambar (a) lebih

besar daripada gambar (b). Kondisi ini merupakan salah satu bentuk adaptasi morfologi cacing lur terhadap perubahan kondisi lingkungan. Cacing lur masih mampu hidup namun mengalami modifikasi ukuran yang lebih kecil. Sedangkan bentuk adaptasi adaptasi mingguan dapat dilihat pada gambar 3. di bawah ini.

a. Minggu 1

b. Minggu 2

c. Minggu 3

Gambar 3. Perubahan warna cacing selama penelitian

Pada minggu pertama dan awal penebaran, terlihat cacing lur masih banyak

berada dipermukaan, dan sulit untuk masuk ke media tanah. Hal ini disebabkan adanya proses adaptasi cacing lur yang diambil dari pantai ke habitat buatan yaitu media tanah yang terfermentasi. Di alam, cacing lur yang merupakan kelas polychaeta banyak ditemukan di daerah intertidal, yaitu wilayah pantai yang mengalami kondisi pasang surut. Wilayah intertidal terbagi menjadi pantai berbatu, pantai berpasir dan pantai berlumpur. Cacing lur yang termasuk pada kelas polychaeta, merupakan penghuni habitat pasir berlumpur dan termasuk pada jenis penggali pemakan deposit.

Organisme penggali pemakan deposit akan menggali beberapa centimeter teratas dari tanah dasar dan menyebabkan lapisan berpartikel halus menjadi renggang dan tidak stabil, dan lapisan ini akan mudah tersuspensi kembali oleh gerakan air. Menurut Nybakken (1992), Organisme ini akan beradaptasi dengan cara: (a) menggali dan melewati subtrat yang lunak dan menempati saluran yang permanen di dalam substrat, (b) bertahan pada kondisi anaerobik atau harus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke bawah.

Page 19: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

B1-80 Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur

Adaptasi dalam cara makan dilakukan oleh pemakan deposit dengan cara menggali substrat, mencerna dan menyerap bahan organik dan mengeluarkan bahan yang tidak dicerna melaui anus, hal itu dilakukan dengan menggali saluran yang berbentuk U dengan ujung yang satu tegak lurus ke permukaan dan terbuka secara permanen, sedangkan ujung yang lain berisi sedimen yang akan dicerna cacing (Nybakken, 1992).

Dari penjelasan teori diatas, maka bisa diperkirakan bahwa tingginya kematian cacing lur pada media percobaan karena adaptasi fisiologi dan morfologi belum dilakukan secara baik. Pada awal penebaran, cacing lur banyak berada dipermukaan dengan tingkah laku yang gelisah, mereka mencoba menembus permukaan tanah dengan bantuan prostomiumnya untuk menggali lebih dalam. Peneliti mencoba membuatkan beberapa lubang seukuran diameter cacing, tetapi mereka masih sulit untuk mau memasukinya.

Pada minggu kedua dan ketiga, beberapa cacing sudah bisa menggali lubang atau memasuki lubang yang dibuat peneliti. Mereka mulai beradaptasi pada lingkungan buatan dengan cara bertahan pada pertengahan media atau di dasar media. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat jalan dalam bentuk tabung/lorong berbentuk huruf U, dan dengan lincah mereka bisa keluar masuk permukaaan, pertengahan dan dasar media. Dari jumlah awal penebaran terlihat bahwa yang mampu bertahan pada lingkungan buatan adalah pada perlakuan A mulai dari minggu 1-3 berturut-turut 24,14%, 19,58%, dan 0%, perlakuan B mulai dari minggu 1–3 berturut-turut 34,13%, 23,15%, dan 8,33%, sedangkan perlakuan C mulai minggu 1–3 berturut-turut 50,03%, 26,25%, dan mengalami kenaikan pada minggu ketiga yaitu 29,17%. Kenaikan kelangsungan hidup pada minggu ketiga menunjukkan bahwa cacing lur sudah mampu beradaptasi dengan lingkungannya, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya liang dan saluran pada aquarium perlakuan C.

Gambar 4. Rata-rata kelulushidupan ccainglur selama penelitian

Membandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti

yang sama pada wilayah pertambakan di Gresik, dapat diperoleh gambaran, bahwa keberadaan cacing lur yang melimpah di beberapa pertambakan di Gresik karena adanya sistem pengelolaan dengan metode ″penggelontahan″, yang merupakan istilah di daerah pertambakan Gresik yang maksudnya adalah pengelolaan pasca panen pada tambak dengan cara membiarkan air laut keluar masuk ke petakan tambak mengikuti masa pasang surut secara periodik. Dengan membiarkan pintu air terbuka selama

Page 20: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur B1-81

periode pasca panen dan biasanya dilakukan pada tanggal bulan baru hingga menjelang purnama, selama 12 hari, diharapkan akan terjadi penumpukan bahan organik dan telur / larva cacing lur yang dapat masuk melalui saluran air waktu pasang. Hal demikian dilakukan karena secara langsung tambak tersebut di perlakukan seperti zona intertidal yang mana pada daerah tersebut merupakan habitat cacing laut / lur Nereis sp (Nybakken, 1992). Pada saat terjadi pasang air laut masuk kedalam tambak dan terjadi pengendapan partikel halus / telur / larva pada dasar tambak dan bertahan. Dengan didukung kondisi lingkungan dasar tambak yang baik telur / larva cacing lur bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya yang baru dengan meliang sehingga saat terjadi surut larva / telur cacing lur tidak terbawa keluar saat airnya surut dan tetap bertahan didasar tambak.

Keberadaan cacing lur Nereis sp di tambak dapat dicirikan dengan terdapatnya lubang-lubang pada lapisan top soil pada dasar Cacing lur Nereis sp yang terdapat di daerah pertambakan merupakan pakan alami udang windu, adalah organisme laut yang banyak dijumpai di zona intertidal yang telah beruaya pada saat stadia telur, mengikuti arus pasang menuju tambak. Dengan didukung kondisi lingkungan yang baik sesuai pada habitat aslinya telur cacing laut Nereis sp yang masuk ke tambak mengikuti arus pasang akan dapat hidup pada tambak tersebut (Trisyani, 2005).

Hasil analisa kandungan unsur hara pada substrat cacing lur

Media yang digunakan sebagai substrat cacing lur dalam wadah aquarium yang telah difermentasi selama 3 minggu dianalisa dilaboratorium tanah untuk melihat kandungan unsur haranya, dan hasil analisa tercantum pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Hasil analisa media fermentasi cacing lur

Parameter Satuan Sampel Rata-rata

I II III

N total % 0,09 0,1 0,19 0.13

P tersedia ppm 26,55 18,74 22,02 22.4

C organik % 1,07 1,6 1,78 1.48

Ca ppm 4454 1768 3220 3147

Mg ppm 81,6 1485,6 756 774

pH 7.1 7.2 8.0 7.4

Parameter Kualitas Air

Hasil rata-rata pengukuran kualitas air yaitu pH air adalah 7.4, suhu pagi hari 29 0C, siang 30 0C dan sore 31 0C, salinitas 19 o/oo , kandungan oksigen terlarut 9.3 ppm dan kandungan amoniak 0.1 ppm. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa padat penebaran berpengaruh pada tingkat kelulushidupan cacing lur (Nereis sp). Untuk dapat dibudidayakan pada media yang terfermentasi dengan sistem resirkulasi, cacing lur memerlukan adaptasi secara morfologi dan tingkah laku. Adaptasi memerlukan waktu kurang lebih 2 minggu, dan pada minggu ketiga sudah mampu bertahan pada media budidaya.

Media yang difermentasi memberikan kecukupan unsur hara bagi cacing selama masa pemeliharaan dan sistem resirkulasi dapat dilakukan pada kegiatan budidaya

Page 21: Seminar Nasional Kelautan IX - Hang Tuah

Seminar Nasional Kelautan IX “Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut” Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014

B1-82 Ninis Trisyani, Devi Wuwung: Kelulushidupan Caccing Lur

cacing lur dalam mendukung kualitas air yang sesuai kebutuhan cacing lur selama masa pemeliharaan.

Dalam membudidayakan cacing lur pada media budidaya, perlu dilakukan adaptasi terlebih dahulu dalam media yang akan digunakan, agar tingkat kelulushidupan cacing lur dapat dipertahankan. Penelitian lebih lanjut diarahkan pada kemungkinan reproduksi pada media budidaya. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2006. Budidaya Polikrt (Polychaeta). http://mangrove.ac.id diakses

tanggal 24 November 2010 Ariawan, K., A. Erlina dan S. Aprillianti. 2007. Kultur Cacing Lur Skala Model Dengan

Metode Air Mengalir. Laporan Tahunan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.

Asiani, Budiarto, dan Roni Palungkun, 1992. Cacing tanah. Aneka Cara Budidaya, Penanganan lepas panen, Peluang Pemasaran. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Buwono, I.D. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Iintensif. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Buckman, Harry O, Nyle C, Brady, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman Penerbit Bratara Karya Aksara, Jakarta.

Denila, L. 1977. Conditioning of Fishponds. Reading on Aquaculture Practice. SEAFDEC Aquaculture Departement, Iloilo. P 87 – 89

Heilskov, A. C, M. Alperin, and M. Holmer. 2006. Benthic Fauna Bio-irrigation Effects on Nutrient Regeneration In Fish Farm Sediments. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. Volume 339 No 2

Junardi. 2001. Keanekaragaman, Pola Penyebaran dan Ciri-ciri Substrat Polikaeta (Filum : Annelida) di Perairan Pantai Timur Lampung Selatan. Tesis, Program Pasca Sarjana IPB, Bogor

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Terjemahan Gramedia. Jakarta. Sahri, A. dan E. Yuwono. 2005. Keragaman, kepadatan dan bimassa polychaeta pada

tambak dengan tingkat produksi yang berbeda di Pengaradan, Brebes. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan. Fak. Perikanan dan Kelautan. Unsoed. Purwokerto

Siregar, A. S. 2006. Ekologi Cacing lur (Dendronereis : Polychaeta) Di Area Pertambakan.

Sudiro, dkk. 1992. Kajian Pemeliharaan Cacing Laut ( Nereis sp) dengan Pemberian Tanah Tambak Bercampur Humus yang Berbeda. Departemen Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo.

Sugiarti, S. 2005. Buku Avertebrata Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut Pertanian Bogor (LSI – IPB).

Sutedjo, M. M. dan Kartasapoetra, A.G, 1991. Pengantar Ilmu Tanah, Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Trisyani, N. 2007. Kepadatan Cacing Lur di Pertambakan Tradisional, kabupaten Gresik, Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Kelautan III. Univ. Hang Tuah. Surabaya

Wibowo, E.S. 2010. Pertumbuhan, Metabolisme Dan Kandungan Kimia Tubuh Cacing Lur (Dendronereis pinaticirris) Yang Dipelihara Dengan Pakan Dan Substrat Berbeda. Thesis. Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto