151
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 1 - 143 inir

Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019 ...seminar.b4t.go.id/assets/file/Prosiding-SemNas-TBBT-2019...Seminar Nasional ini diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober 2019

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 1 - 143

    inir

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 2 - 143

    El Royale Hotel, Bandung

    23 Oktober 2019

  • Copyright© 2019

    Kementerian Perindustrian, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

    Prosiding Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik “REKAYASA MATERIAL DAN

    DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN INDUSTRI 4.0” di Bandung pada

    tanggal 23 Oktober 2019

    Penerbit : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

    Jalan Sangkuriang No. 14, Bandung 40135

    Telp/Fax : 022-2504088 / 2502027

    www.b4t.go.id

    Terbit 27 Desember 2019

    iv+143 halaman

    ISBN 978-623-92491-0-6

    http://www.b4t.go.id/

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal i

    PROSIDING

    SEMINAR NASIONAL

    TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK

    “REKAYASA MATERIAL DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM MENGHADAPI

    TANTANGAN INDUSTRI 4.0”

    DEWAN PENGARAH, MITRA BESTARI, DEWAN PENYUNTING DAN KOMITE

    DEWAN PENGARAH

    Ir. Budi Susanto, MT. (Ketua)

    Ir. Dudung (Anggota)

    Ir. Kosasih (Anggota)

    Elis Sofianti, S.Si., MT. (Anggota)

    Ni Made Parmiasih, ST., MT. (Anggota)

    Azis Yunianto, SE., M.SE. (Anggota)

    MITRA BESTARI

    Afriyanti Sumboja, Ph.D (ITB)

    Ir. Edi Leksono, M.Eng, Ph.D (ITB)

    Giva Andriana Mutiara, ST., MT. (Universitas Telkom)

    DEWAN PENYUNTING

    Ir. Wieke Pratiwi, MS. (Ketua)

    Mas’ud Adhi Saputra, ST., MT. (Sekretaris)

    Surasno, SE. (Anggota)

    Susanto Sigit Rahardi, S.Si., MT. (Anggota)

    Revantino, ST., MT. (Anggota)

    KOMITE

    Dr. Sih Wuri Andayani (Ketua)

    Teguh Iryanto, ST. (Sekretaris)

    Alfiz Muhammad Qizwini, ST (Sekretaris)

    Galih Ginanjar, S.Si., MT. (Anggota)

    Rian Trijayana, S.Kom (Anggota)

    Toni Agung Priambodo, ST. (Anggota)

    Dadang Supriatna, SE. (Anggota)

    Drs. Tatto Bustomi, MT. (Anggota)

    Ir. Budi Tjahjohartoto (Anggota)

    Gaos Abdul Karim, S.Si., M.Si. (Anggota)

    Jumail Soba, ST., MT. (Anggota)

    Najmuddin Yahya, ST. (Anggota)

    Devic Octora, ST. (Anggota)

    Bayu Sentany, ST. (Anggota)

    Ari Kristiyanto, ST. (Anggota)

    DITERBITKAN OLEH :

    BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK

    KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

    Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung

    Telp/Fax : 022-2504088 / 2502027

    Website : www.b4t.go.id / Email : [email protected]

    ISBN 978-623-92491-0-6

    http://www.b4t.go.id/mailto:[email protected]

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terselenggaranya Seminar Nasional Teknologi

    Bahan dan Barang Teknik dengan tema “Rekayasa Material Fungsional dan Diversifikasi Energi dalam

    Menghadapi Tantangan Industri 4.0”. Seminar Nasional ini diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober

    2019 di El Royale Hotel, Bandung oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Kementerian

    Perindustrian RI, sebagai media komunikasi para Peneliti/Perekayasa, Akademisi, Praktisi, dan Pelaku

    Bisnis untuk peningkatan inovasi dan teknologi sehingga mampu bersaing di era Industri 4.0. Berbagai

    hasil litbangyasa dan kajian dalam bidang rekayasa material fungsional, diversifikasi energi, dan

    teknologi industri 4.0 disajikan dalam Seminar ini.

    Ucapan terima kasih pada berbagai pihak yang telah mendukung dalam penyelenggaraan seminar

    nasional :

    1. Bapak Dr. Ir. Ngakan Timur Antara (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,

    Kementerian Perindustrian RI) sebagai keynote speaker utama.

    2. Ibu Prof. Dr. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng (Deputi Bidang Teknologi Informasi,

    Elektronik, dan Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi RI) sebagai keynote

    speaker kedua.

    3. Bapak Fadli Hamsani (Praktisi Industri Internet of Things, Schneider Indonesia) sebagai

    keynote speaker ketiga.

    4. Bapak Prof. Dr. Shahidan Radiman (Universiti Kebangsaan Malaysia) sebagai Plenary

    speaker.

    5. Bapak Joko Siswoyo (PT. Quantel Chroma Indonesia) sebagai plenary speaker, dan

    6. Pemakalah dan peserta.

    Seminar Nasional ini dilengkapi dengan buku panduan, yang berisi susunan acara seminar dan

    abstrak dari para pemakalah oral maupun poster.

    Selamat mengikuti seminar, semoga partisipasi para peserta dapat meningkatkan pengetahuan

    bersama dan meningkatkan semangat kemajuan teknologi demi kemajuan Industri dalam negeri

    Indonesia.

    Bandung, 27 Desember 2019

    Kepala Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,

    Budi Susanto

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal iii

    DAFTAR ISI DEWAN PENGARAH, MITRA BESTARI, DEWAN PENYUNTING DAN KOMITE ................ i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

    PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT TERMOELEKTRIK

    PADUAN 80Cu20Zn

    Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto .............................................................. 1

    PENGARUH PENAMBAHAN BUSA POLIURETAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN

    DAN SIFAT SERAP SUARA KOMPOSIT SANDWICH TENUNAN 3 DIMENSI

    Hermawan Judawisastra, Chairani Tiara Sayyu, Dodi Ihsan Taufiq ........................................................ 8

    ANALISIS PENGARUH ALUMINIUM DAN KUNINGAN DALAM PENDINGINAN SABUK

    METAL PADA PROSES PERBAIKAN SIDE SEAM TABUNG

    Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan....................................................................... 14

    ANALISA KEGAGALAN GERBONG DATAR KERETA API BEBAN 54 TON

    Surasno, Asep lukman, Singgih, Ari Konosri .......................................................................................... 21

    PENERAPAN TEKNOLOGI ENERGY MANAGEMENT SYSTEM – KYUDENKO PADA

    SISTEM PLTS TERHUBUNG JALA-JALA DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

    Kholid Akhmad, Riza, Nur Aryanto Aryono, Hamzah Hilal .................................................................... 31

    KINERJA SUB-SISTEM BATERAI PADA SISTEM PLTS TERHUBUNG JALA-JALA

    YANG DILENGKAPI TEKNOLOGI EMS-KYUDENKO

    Wulan Erna Komariah, Kholid Akhmad, Riza ........................................................................................ 39

    PENGARUH WAKTU DAN DAYA PENGELASAN ULTRASONIK UNTUK APLIKASI

    SAMBUNGAN KATODA ALUMINIUM DAN TAB ALUMINIUM BATERAI ION LITIUM

    B4T 5000 mAh

    Najmuddin Yahya .................................................................................................................................. 44

    ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM MIKROGRID CERDAS BERBASIS

    ENERGI TERBARUKAN UNTUK PABRIK ES NELAYAN DI KARIMUNJAWA

    Harry Setyo Wibowo, Mukhlis Ali ......................................................................................................... 51

    KONSEP STANDAR NASIONAL INDONESIA PRODUK ELEKTRONIKA BANK DAYA

    Susanto Sigit Rahardi, Deni Cahyadi, Daniel Fajar P ............................................................................. 56

    STUDI PERBANDINGAN MATERIAL UNTUK SISTEM PERPIPAAN PEMBANGKIT

    LISTRIK TENAGA PANAS BUMI MELALUI ANALISA TEGANGAN DENGAN

    MEMPERGUNAKAN PERANGKAT LUNAK DAN MENGACU PADA ASME B31.1

    Nur Ihsan Alfat, Bambang Widyanto, Ekha Pandji Syuryana ................................................................ 64

    MESIN GAMBAR LASER BERBIAYA RENDAH UNTUK MENDUKUNG PRODUKSI

    INDUSTRI KREATIF DESAIN DAN KERAJINAN

    Rini Handayani, Tedi Gunawan, Marlindia Ike Sari, Faizal Gifari .......................................................... 71

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal iv

    FITUR SCADA PADA SISTEM PV-GRID DENGAN TEKNOLOGI EMS-KYUDENKO DI

    BILACENGE-SUMBA

    Eka Nurdiana, Kholid Akhmad, Hamzah Hilal, Nur Aryanto Aryono ..................................................... 77

    PENGARUH SMART FACTORY DALAM MENDUKUNG SMART MANUFACTURING

    SISTEM ERA INDUSTRI 4.0

    Akim Windaru, Kholid Akhmad, Nur Aryanto Aryono .......................................................................... 83

    SMART ALARM PADA SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN GPS DAN ARDUINO MEGA

    2560 R3

    Aldy Rachmat Surya, Endro Ariyanto, Sidik Prabowo, Mas’ud Adhi Saputra,. ..................................... 88

    STUDI PEMETAAN RISIKO (KOROSI) PADA PIPA PENYALUR GAS MENGGUNAKAN

    ANALISIS BOWTIE DENGAN MEMODIFIKASI METODE MUHLBAUER

    Ekha Panji Syuryana, Muchamad Luthfi Ali, Bambang Widyanto ......................................................... 94

    INOVASI JIG UJI KEBOCORAN KOMPONEN PIPA CAIRAN PENDINGIN PADA MESIN

    OTOMOTIF 1500cc

    Ramelan, Djoko W Karmiadji .............................................................................................................. 100

    PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE UNTUK PROSES PERMESINAN BLOK SILINDER

    MESIN DIESEL

    Tatang Hermawan, Djoko W Karmiadji ............................................................................................... 106

    ANALISIS SENSITIVITAS KOMPOSISI BIJIH POLYPROPILENE DAN DAUR ULANG

    HASIL PROSES CETAK PLASTIK TERHADAP KEKUATAN TARIK

    Moh. Hartono, Samsul Hadi, Wirawan , Agus Sujatmiko, Irma Calista .............................................. 112

    PENGEMBANGAN MOLD UNTUK PEMBUATAN GREEN-PART MATERIAL 17-4PH PADA

    PROSES METAL INJECTION MOLDING

    Haruman Wiranegara, Luky Krisnadi, Sina Jamilah ............................................................................. 119

    POTENSI OCTANE BOOSTER BERBASIS SEL DARAH MERAH DARI LIMBAH DARAH

    SAPI

    Iman Pangestu, Fachrurrazie, Armi Wulanawati, Anggi Suprabawati ................................................ 125

    SINTESIS DAN KARAKTERISASI BIOSORBEN DAUN RAMBUTAN BINJAI (Nephelium

    lappaceum)

    Dhiya Salsabila, Herawati2, dan Sutanto1 ............................................................................................ 130

    PROSPEK PENGEMBANGAN SEL SURYA LAPISAN TIPIS BERBASIS CZTS DI

    INDONESIA

    Devic Oktora........................................................................................................................................ 134

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 1 - 143

    PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT

    TERMOELEKTRIK PADUAN 80CU20ZN

    THE EFFECT OF SINTERING TEMPERATURE ON TERMOELECTRIC

    PROPERTIES IN 80CU20ZN ALLOY

    Sri Mulyati Latifah1, a, M. Bayu Feby Anggoro1, b, Dedi 2, c, Kusharjanto1, d

    1 Teknik Metalurgi, Fakultas Teknologi Manufaktur Universitas Jenderal Achmad Yani

    Jl. Gatot Subroto PO Box 807 (PT PINDAD), Telp 022-7320920 Bandung 40285 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi

    Jl. Sangkuriang, Komplek LIPI, Gd 20, Cisitu Dago Kecamatan Coblong Bandung 40135 a [email protected]

    b [email protected] c [email protected]

    d [email protected]

    ABSTRAK

    Kebutuhan akan energi menjadi masalah besar bagi manusia karena permintaan energi yang terus

    tumbuh, sehingga diperlukan sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Termoelektrik menawarkan

    energi berkelanjutan dengan cara mengubah energi panas yang terbuang menjadi energi listrik. Material

    80Cu20Zn dibuat melalui proses metalurgi serbuk dengan tahapan milling, kompaksi dan sintering, dengan

    berat sampel 1,5 gram yang dibentuk menjadi pellet tablet. Selanjutnya dilakukan proses sintering dengan

    memvariasikan temperatur sebesar 650˚C, 750˚C dan 850˚C dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

    temperatur sintering terhadap sifat termoelektrik dan mekanik. Hasil karakterisasi menunjukkan nilai densitas

    Archimedes tertinggi diperoleh pada temperatur sintering 650˚C yaitu 7,331 g/cm3 dengan nilai kekerasan

    sebesar 93,25 HVN. Hasil pengukuran sifat Termoelektrik (LSR-4) pada temperatur pengujian 114,4˚C

    diperoleh nilai koefisien Seebeck sebesar -3,043 μV/K dan Power Factor sebesar 114,5 W/mK2. Dengan

    meningkatnya nilai koefisien Seebeck dan Power Factor, maka sifat mekanik juga meningkat dikarenakan nilai

    densitasnya yang tinggi.

    Kata kunci : 80Cu20Zn, Termoelektrik, Metalurgi Serbuk, Sintering dan Kekerasan

    ABSTRACT

    Energy requirement is the big problem for humans, especially because the high demand of energy that

    make sustainable source of energy is needed. Thermoelectric offers sustainable energy by converting the loss of

    heat energy into electricity. The 80Cu20Zn material was made through a powder metallurgical process with

    stages of milling, compacting and sintering, with a weight of 1.5 grams of sample formed into pellet tablets. The

    sintering process was then carried out by varying the temperature of 650˚C, 750C and 850˚C, to determine the

    effect of sintering temperature on thermoelectric and mechanical properties. The characterization showed that

    the highest Archimedes density value was obtained at the sintering temperature of 650˚C which was 7.331

    g/cm3 followed by hardness value of 93.25 HVN. Thermoelectric properties (LSR-4) at measurement at the

    temperature of 114.4˚C resulted for the Seebeck coefficient of -3.043 μV/K and Power Factor 114.5 W/mK2.

    The increase of Seebeck and Power Factor value will escalate, the mechanical properties due to the high

    density value.

    Key words: Thermoelectric, 80Cu20Zn, Powder Metallurgy, Sinteringand Hardness

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat Termoelektrik Paduan 80Cu20Zn

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 2 - 143

    1. PENDAHULUAN

    Konsumsi energi di Indonesia

    meningkat dengan rata-rata 3% per tahun

    dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 4,7% per

    tahun pada rentang 2011-2030 [1]. Energi

    Termoelektrik adalah metode yang

    mengkonversi energi panas yang tersedia

    secara bebas dan mengubahnya menjadi

    energi mekanik atau listrik [2]. Teknologi

    Termoelektrik (TE) adalah perangkat

    pembangkit listrik yang dirancang untuk

    mengubah panas menjadi energi listrik

    (Generator Termoelektrik) [3].

    Berdasarkan penelitian sebelumnya

    material yang digunakan untuk bahan

    termoelektrik adalah berbasis Cu dengan

    paduan Cu2ZnSnSe4 yang mempunyai nilat

    ZT sebesar 0,95 pada temperatur 850K [4].

    Pemilihan material untuk termoelektrik paduan

    80Cu20Zn ini berkaitan erat dengan potensi

    kebutuhan material alternatif yang dapat

    memenuhi persyaratan sebagai material

    termoelektrik dan memiliki kekuatan yang

    unggul serta biaya prosesnya yang relatif

    murah. Generator termoelektrik adalah suatu

    pembangkit listrik yang didasarkan pada efek

    Seebeck. Efek ini yang terjadi pada rangkaian

    logam tembaga dan besi yang diletakkan pada

    jarum kompas, yang mana saat sisi logam

    tersebut dipanaskan maka akan menyebabkan

    jarum kompas bergerak. Fenomena ini

    kemudian dikenal dengan efek Seebeck [2].

    Saat diberikan suhu yang berbeda pada

    sambungan, maka akan terjadi perbedaan

    tegangan [5]. Efek Seebeck dapat ditentukan

    dengan formula (1.1):

    𝛼=− = (1.1)

    dengan 𝛼: Koefisien Seebeck, ΔV: Perbedaan Tegangan (Volt), ΔT: Perbedaan Suhu (K).

    Power factor merupakan sifat elektrik

    untuk menentukan kegunaan bahan dalam

    generator thermoelectric atau pendingin

    thermoelectric. Power factor dihitung dengan

    konduktivitas listrik, koefisien seebeck dan

    koefisien konduktivitas listrik dibawah

    perbedaan suhu yang diberikan [6]. Formula

    untuk Power Factor ditunjukkan pada (1.2):

    𝑃𝐹=𝜎𝛼2 (1.2)

    dengan PF: Power factor, σ: Konduktifitas

    listrik, α: koefisien Seebeck bahan (V/K).

    Tahapan proses metalurgi serbuk

    dimulai dari persiapan material, mixing,

    kompaksi dan sintering dapat ditunjukkan

    pada Gambar 1.1.

    Gambar 1.1 Tahapan proses Metalurgi Serbuk

    [7].

    Penelitian ini mempunyai tujuan untuk

    mengetahui pengaruh variasi temperatur

    sintering terhadap sifat Termoelektrik, sifat

    mekanik dan struktur mikro paduan

    80Cu20Zn. Dengan ruang lingkup penelitian

    yaitu memvariasikan temperatur sintering

    yaitu 650˚C, 750˚C dan 850˚C, serta waktu

    proses sintering dengan penahanan waktu

    (holding time) selama 5 jam.

    2. BAHAN DAN METODE

    Proses pembuatan bahan

    Thermoelektrik dilakukan dengan metode

    metalurgi serbuk konvensional. Bahan yang

    digunakan adalah Cu 80%, Zn 20% pro

    analize dari Merck. Bahan tersebut dibuat 3

    sampel dengan masing-masing berat total

    1,5gram berbentuk pellet tablet. Proses mixing

    kemudian dilakukan menggunakan alat milling

    selama 30 menit. Setelah proses mixing, proses

    kompaksi basah (pemadatan serbuk

    menggunakan temperatur kamar) dilakukan

    dengan parameter kompaksi yaitu tekanan

    kompaksi maksimum 203,8 kg/cm2, tekanan

    yang digunakan 60 kg/cm2, waktu penahanan

    10 detik, dengan menggunakan diameter dies

    11 mm.

    Selanjutnya dilakukan proses sintering

    dengan variasi temperatur yaitu 650˚C, 750˚C

    dan 850˚C selama 5 jam, diawali dengan pre-

    heat pada temperatur 400˚C dengan penahanan

    selama 1 jam. Jenis tungku yang digunakan

    untuk proses sintering adalah Muflle Yamato

    FD41.

    Pada Gambar 2.1. ditunjukkan diagram

    fasa biner CuZn dalam ASM Metal Hanbook

    Vol. 3 digunakan untuk menentukan

    temperatur sintering sebesar 2/3 dari

    temperatur melting (1010˚C), dengan

    komposisi 80Cu20Zn berada pada temperatur

    673,3˚C [8], dan berkisar antara 0,7-0,85 Tm [

    9,11].

  • Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 3 - 143

    Gambar 2.1 Diagram Fasa Biner Cu-Zn dengan

    Variasi Temperatur Sintering 650˚C, 750˚C dan

    850˚C [10,12].

    Karakterisasi sampel hasil proses

    dilakukan menggunakan beberapa pengujian

    yaitu : 1) Pengujian densitas secara dimensi

    menggunakan rumus densitas dan Archimides

    (menggunakan perbandingan berat kering dan

    berat basah saat di dalam air). 2) Pengujian

    thermoelektrik menggunakan alat uji LSR-4

    dengan kapasitas temperatur sampai 800˚C,

    pengukuran range Seebeck dari 1 sampai

    2500μV/K, pengukuran range Electric

    Resistivity dari 0,01 sampai 2.105 S/cm

    dengan material Elektroda yang digunakan

    Nikel/Platinum. 3) Pemeriksaan Metalografi

    mengggunakan alat Mikroskop Optik untuk

    mengidentifikasi fasa-fasa yang terbentuk.

    Preparasi sampel menggunakan standar ASTM

    E3-01 dan E7-03, etsa menggunakan standar

    ASTM E407-99. Larutan etsa yang digunakan

    adalah HCl 10 ml dan Aquades 100 ml. Untuk

    dapat mengetahui morfologi permukaan

    dengan lebih jelas, dilakukan pemeriksaan

    dengan menggunakan SEM/EDS dengan

    pembesaran 500x sampai 1000x. Sedangkan

    EDS dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur

    yg terkandung dalam bahan 80Cu20Zn.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengujian kekerasan

    menggunakan metoda micro Hardness Vickers

    dengan beban indentor 50 gram dilakukan

    pada 10 titik pengujian pada variasi temperatur

    sintering yaitu 650˚C, 750˚C dan 850˚C.

    Gambar 3.1 Kurva nilai kekerasan rata-rata

    dan penurunan kekerasan.

    Gambar 3.1 menunjukkan hasil

    pengujian kekerasan, nilai tertinggi adalah

    sebesar 93,26 HVN yang diperoleh pada

    temperatur sintering 650˚C dan nilai kekerasan

    menjadi turun pada temperatur sintering750C

    yaitu sebesar 72,60 HVN, dan pada temperatur

    sintering 850˚C dengan nilai kekerasan 38,70

    HVN. Persen penurunan kekerasan dari

    temperatur 650˚C ke 750˚C sebesar 22,15%

    dan dari 750˚C ke 850˚C adalah sebesar

    58,5%.

    Gambar 3.2 Nilai densitas dan nilai

    kekerasan berbanding lurus dan berpengaruh

    pada kenaikan

    Dari Gambar 3.2. hasil pengujian

    densitas secara perhitungan dimensi dan

    Archimedes diperoleh bahwa nilai densitas

    Archimedes tertinggi adalah pada temperatur

    sintering 650˚C dengan nilai 7,331 g/cm3.

    Semakin tinggi temperatur sintering, nilai

    densitas semakin menurun. Temperatur

    750˚C dengan nilai densitas sebesar 7,286

    g/cm3dan temperatur 850˚C dengan nilai 7,111

    g/cm3. Hal ini dapat terjadi karena Zn

    memiliki titik cair yang rendah (420˚C)

    sehinga pada temperatur tinggi Zn mudah

  • Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat Termoelektrik Paduan 80Cu20Zn

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 4 - 143

    menguap. Terjadinya penguapan

    mengakibatkan adanya pertumbuhan porositas

    antar partikel pada permukaan sampel.

    Sehingga tingginya temperatur sintering

    menyebabkan pertumbuhan porositas menjadi

    semakin besar pula.

    Dari hubungan tersebut dapat terlihat

    bahwa semakin tinggi temperatur sintering

    akan membuat nilai kekerasan menjadi

    semakin turun. Hal ini disebabkan karena

    semakin kecil nilai densitas akan menurunkan

    kepadatan, sehingga butir-butir menjadi

    semakin kasar dan akan menurunkan nilai

    kekerasannya.

    Gambar 3.3 adalah hasil pengujian

    termoelektrik dengan pemanasan yang

    berbeda-beda menghasilkan α: nilai koefisien

    Seebeck bahan (V/K), ρ: Resistivitas listrik

    bahan (ohm.m), dan PF: Power Factor.

    Hubungan antara nilai koefisien Seebeck, nilai

    Resitivitas Listrik dan nilai Power Factor

    terhadap variasi temperatur sintering 650˚C,

    750˚C dan 850˚C.

    (a)

    (

    b)

    (c)

    Gambar 3.3 Hubungan Temperatur sintering

    terhadap: (a) Nilai koefisien Seebek (b) Nilai

    resitivitas listrik (c) Nilai Power Factor.

    Dari Gambar 3.3(a). pada variasi

    temperatur sintering 650˚C didapat nilai

    koefisien Seebeck sebesar -3,043 µV/K pada

    pemanasan 114,4˚C. Nilai minus tersebut

    menunjukkan material tipe-n atau

    semikonduktor yang terbilang memiliki jumlah

    muatan electron yang banyak. Pada vasiasi

    temperatur sintering 750˚C nilai koefisien

    Seebeeck menurun drastis sebesar -0,484

    µV/K. Fenomena ini berbanding jauh pada

    variasi temperatur sintering 850˚C dengan

    nilai koefisien Seebeck sebesar -2,157 µV/K

    yang mana nilai tersebut tidak jauh berbeda

    dengan variasi temperatur sintering 650˚C.

    Dari Gambar. 3.3 (b) dan (c) pengujian

    termoelektrik mendapatkan nilai resitivitas

    listrik dan Power Factor dengan pemanasan

    114,4˚C pada variasi temperatur sintering

    650˚C masing-masing adalah 0,0885

    µOhm.m, dan 0,1145 mW/mK2. Sedangkan

    nilai resitivitas listrik dan Power Factor

    terendah diperoleh pada temperatur sintering

    850˚C yaitu sebesar 0,0507 µOhm.m dan

    0,0921 mW/mK2 .

    Jadi, semakin tinggi temperatur

    sintering akan membuat nilai koefisien

    Seebeeck menjadi semakin menurun. Hal ini

    dikarenakan prinsip koefisien Seebeck yang

    disambungkan pada kedua ujung material akan

    memberikan transfer electron dari dua

    temperatur yang berbeda (Thot ke Tcol)

    dengan potensial tegangan yang berbeda.

    Sehinggga material dengan nilai densitas

    paling tinggi yang memiliki porositas rendah,

    akan menghasilkan nilai koefisien Seebeck

    yang lebih tinggi, dikarenakan hambatan

    transfer electron semakin kecil. Gambar 3.4

  • Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 5 - 143

    menunjukkan kurva perbandingan yang

    diambil dari nilai koefisen Seebeck yang

    tertinggi terhadap nilai densitas Archimedes.

    Gambar 3.4 Korelasi hubungan nilai densitas

    Arhimides dengan nilai seebeck.

    Power Factor adalah energi listrik yang

    dihasilkan dari temperatur yang ditentukan.

    Sehingga semakin tinggi nilai koefisien

    Seebeck maka, semakin tinggi juga nilai

    Power Factor. Hal ini dikarenakan Power

    Factor dihasilkan dari nilai konduktivitas

    listrik (σ) dan koefisien Seebeck (α). Gambar

    3.5 menunjukkan perbandingan korelasi antara

    nilai Seebeck dan Power Factor.

    Gambar 3.5 Korelasi perbandingan antara

    nilai Seebeck dan Power Factor

    Gambar 3.6 menunjukkan data

    perbandingan antara nilai Power Factor pada

    pemanasan 27˚C, 77˚C dan 127˚C dengan

    referensi material Cu2xSe (1,75

  • Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat Termoelektrik Paduan 80Cu20Zn

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 6 - 143

    (c)

    Gambar 3.7 Perbedaan Hasil Metalografi

    variasi Temperatur sintering perbesaran 500x

    Temperatur (a) 650˚C (b) 750˚C (c) 850˚C.

    Nilai porositas pada temperatur sintering

    650˚C adalah sebesar 6,056%, dimana nilai itu

    lebih kecil dibandingkan variasi temperatur

    sintering 750˚C yang mencapai 15,361 % dan

    850˚C sebesar 22,303 %. Nilai porositas yang

    tinggi menunjukkan laju dari kepadatan butir

    relatif terhadap porositas yang terjadi pada

    tahapan akhir proses sintering. Porositas

    diakibatkan oleh penyusutan dan gas yang

    terjebak karena menguapnya serbuk pemadu

    (Zn). Porositas juga akan mempengaruhi sifat

    mekanik dan termoelektriknya. Struktur yang

    berpori akan menurunkan kekuatan dan

    kekerasan pada sampel. Jika dibandingkan

    struktur yang padat memiliki batas butir

    halus/kecil dan meluas ke seluruh permukaan

    sampel akan menghasilkan sifat mekanik dan

    termoelektrik yang semakin baik. Struktur yang

    padat dapat menghasilkan hambatan transfer

    electron semakin kecil dan hasil kekerasan

    yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan

    struktur berpori yang memiliki batas butir

    besar.

    Terbentuknya fasa hasil metalografi

    dapat diidentifikasi secara visual dan dapat

    dibuktikan dengan menggunakan diagram fasa

    biner Cu-Zn. Gambar 2.1 memperlihatkan fasa-

    fasa yang terbentuk pada setiap temperatur dan

    komposisi. ASM Handbook Vol.3 menjelaskan

    diagram fasa Biner Cu-Zn, dengan komposisi

    0-38% Zn didapatkan fasa α-Cu dan komposisi

    38-56% Zn didapatkan fasa β. Pada fasa α-Cu

    memiliki struktur FCC dan di fasa β memiliki

    struktur BCC. Paduan 80Cu20Zn pada

    temperatur sintering 650˚C, 750˚C dan 850˚C

    dengan komposisi 20% Zn didapatkan fasa α-

    Cu dengan struktur kristal FCC.

    Gambar 3.8 memperlihatkan perbedaan

    struktur mikro hasil dari mikroskop optik dan

    SEM pada temperatur sintering 650˚C. Hasil

    SEM memperlihatkan terbentuknya fasa α-Cu

    dengan matrik Cu berwarna kehitaman dan Zn

    berwarna putih. Fasa α-Cu terjadi dikarenakan

    sifat Zn yang terlarut kedalam matrik Cu

    dengan komposisi Zn lebih rendah dari Cu dan

    terlihat adanya porositas.

    Gambar 3.8 Perbedaan hasil Mikroskop optik

    dan SEM temperatur sintering 650˚C

    pembesaran 500x (a) Mikroskop Optik (b)

    SEM

    Gambar 3.9 hasil pengujian EDS

    menunjukkan prosentase unsur-unsur Cu dan

    Zn yang terdapat pada paduan 80Cu20Zn

    dengan kandungan 82,56 % Cu dan 17,44%

    Zn. Dibandingkan dengan target nilai tersebut

    masuk dalam standar dengan margin error

    kurang dari 5%.

    Gambar 3.9 Hasil pengujian EDS paduan

    80Cu20Zn temperatur sintering 650˚C.

    3. KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Temperatur 650˚C menghasilkan nilai

    tertinggi untuk koefisien Seebeck -3,043 μV/K,

    Resistivitas listrik 0,0885 μOhm.m dan Power

    Factor 0,1145 mW/mK2 dengan nilai densitas

    7,331 g/cm3 dan kekerasan 93,28 HVN.

    Struktur mikro yang terbentuk yaitu fasa α-Cu

    dengan kerapatan dan bentuk butir yang padat

    serta halus dibandingkan dengan temperatur

    sintering 750˚C dan 850˚C. Bentuk Butir yang

    Z

    n

    Porosit

    as Porositas

    as

    C

    u b a

  • Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 7 - 143

    halus akan menghasilkan sifat mekanik dan

    termoelektrik yang semakin baik, karena

    struktur yang padat dapat mengahasilkan

    hambatan transfer electron menjadi semakin

    kecil dan hasil kekerasanya menjadi tinggi.

    Saran

    Untuk meningkatkan nilai koefisien

    Seebeck, Power Factor perlu dilakukan

    penelitian lanjutan dengan memvariasikan

    tekanan kompaksi dan waktu milling.

    5. UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih

    kepada PPET-LIPI Bandung, Jurusan Teknik

    Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur –

    UNJANI.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] A. Dharma, "Outlook Energi Indonesia". 2013.

    [2] N. Aimable, “For Waste Heat Recovery In Local Process Industry”, 2017.

    [3] D. Beretta, “Materials Science & Engineering R Thermoelectrics”, From

    History, A Window To The Future,”

    No. July, 2018.

    [4] P. Qiu, X. Shi, an L. Chen, “Cu-Based

    Thermoelectric Materials,” Vol. 3, 85–

    97, 2016.

    [5] M. Ilham, S. Eka, M. Putra, Dan P. S. Fisika, “Termoelektrik,” No. 1,1–5,

    2013.

    [6] R

    . A. Kishore, S. Priya, “A Review On

    Low-Grade Thermal Energy Harvesting:

    Materials, Methods And Devices,”

    Materials (Basel)., Vol. 11, No. 8, 2018.

    [7] T. Tsutsui, “Recent Technology Of Powder Metallurgy And Applications,”

    Hitachi Chem. Tech. Rep. No.54, No. 54,

    12–20, 2012.

    [8] R. Mcgrath, “International Journal Of Powder Metallurgy - Focus Issue:

    Precious Metals,” Platin. Met. Rev., Vol.

    54, No. 2, 122–124, 2010.

    [9] H. Danninger, R. De Oro Calderon, And C. Gierl-Mayer, “Powder Metallurgy

    And Sintered Materials,” Ullmann’s

    Encycl. Ind. Chem.,1–57, 2017.

    [10] A.P Miodownik, The Cu–Zn (Copper and Zinc) System. In Phase Diagrams Of

    Binary Copper Alloys, Vol. 2, 1987.

    [11] German, M. Randall, “Powder Metallurgy Science” 2nd edition, The

    Pennsylvania State University, MPIF,

    Princenton New Jersey USA, 1994

    [12] ASM International, Materials Park, OH, “Binary Alloy phase Diagram, 2nd

    edition, Vol 2 T.B. Massalski, Edition-

    in-Chief, 1990.

    [13] ASM International Handbook Committee, “The Materials Information

    Company”, Technology Vol. 2, Hal.

    3470, 2001.

    [14] J. Yu, K. Zhao, P. Qiu, X. Shi, Dan L. Chen, “Thermoelectric Properties Of

    Copper-Deficient Cu2-Xse (0.05 ≤ X ≤

    0.25) Binary Compounds,” Ceram.Int.,

    Vol. 43, No. 14, 11142–11148, 2017

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 8 - 143

    PENGARUH PENAMBAHAN BUSA POLIURETAN TERHADAP

    KEKUATAN TEKAN DAN SIFAT SERAP SUARA KOMPOSIT

    SANDWICH TENUNAN 3 DIMENSI

    EFFECT OF POLYURETHANE FOAM ADDITION TO FLAT WISE

    COMPRESSION STRENGTH AND NOISE REDUCTION COEFFICIENT ON 3

    DIMENSIONAL WOVEN SANDWICH COMPOSITE

    Hermawan Judawisastra1*, Chairani Tiara Sayyu1, Dodi Ihsan Taufiq1 1Program Studi Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung,

    Jalan Ganesha No. 10, Bandung, 40132,

    *E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Material sandwich memiliki sifat bending spesifik yang tinggi, namun memiliki ketahanan delaminasi yang

    rendah. Komposit sandwich tenunan 3 dimensi (3D) memiliki kulit yang terintegrasi dengan inti sehingga ketahanan

    delaminasi meningkat dan menghasilkan rongga yang saling terkoneksi. Sandwich ini memiliki kekuatan tekan sisi

    kulitnya yang relatif rendah. Busa poliuretan memiliki struktur berpori namun memiliki densitas yang lebih tinggi

    daripada inti komposit sandwich tenunan 3D. Saat ini komposit sandwich tenunan 3D telah dibuat dan memiliki

    potensi untuk diaplikasikan sebagai pelapis lantai dan panel kereta api ringan di Indonesia. Dalam aplikasi ini,

    dibutuhkan kekuatan tekan inti dan sifat serap suara yang baik. Pada penelitian ini, dikaji pengaruh penambahan

    busa poliuretan terhadap perubahan kekuatan tekan dan serap suara komposit sandwich tenunan 3D serat gelas -

    poliester. Komposit sandwich tenunan 3D serat gelas – poliester dibuat dengan metode laminasi. Busa poliuretan

    dengan komposisi poliol:isosianat sebesar 50:50 berat diinjeksikan kedalam inti komposit sandwich. Kekuatan tekan

    diperoleh dari pengujian tekan dan sifat serap suara diperoleh dari pengujian tabung impedansi. Penambahan busa

    poliuretan kedalam inti komposit sandwich tenunan 3D berhasil meningkatkan densitas inti komposit sebesar 16%,

    meningkatkan kekuatan tekan inti sebesar 80% dan meningkatkan nilai koefisien serap suara rata-rata NRC sebesar

    60%.

    Kata kunci: Sandwich, komposit, tenunan, kekuatan tekan, sifat serap suara

    ABSTRACT

    Sandwich materials have high specific bending properties but low delamination strength. 3D woven

    sandwich composite has a skin that integrated with its core which result in high delamination strength and

    interconnected pore. This composite has a low flatwise compressive strength. Polyurethane foam is common to be

    used as core in sandwich materials. 3D woven sandwich composite has been used as floor panel cover on train,

    which needs a good flatwise compressive strength and sound absorption properties. In this study, the effect of

    polyurethane foam injection to flatwise compressive strength and sound absorption properties of 3D woven

    sandwich glass fiber – polyester composite were examined. 3D woven sandwich composite was made with

    lamination method. Polyurethane foam with a ratio of 50:50 by weight polyol to isocyanate was injected into

    composite’s core. Flatwise compressive strength was obtained by compression test and sound absorption properties

    was obtained by impedance tube test. The injection of polyurethane foam to 3D woven sandwich composite

    succeeded in increasing core’s density by 16%, increasing flatwise compressive strength by 80%, and increasing

    noise reduction coefficient NRC by 60%.

    Keywords: Sandwich, composites, woven, compression strength, sound absorption

    1. PENDAHULUAN Material sandwich umum diaplikasikan

    pada konstruksi yang terkena beban bending

    seperti panel pada kereta, lambung kapal dan

    spoiler pada truk [1]. Salah satu kelemahan

    material sandwich adalah mudah mengalami

  • Pengaruh Penambahan Busa Poliuretan terhadap Kekuatan Tekan dan Sifat Serap Suara Komposit

    Sandwich Tenunan 3 Dimensi

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 9 - 143

    delaminasi [2]. Material sandwich tenunan 3

    dimensi (3D) telah dikembangkan dan dapat

    meningkatkan ketahanan delaminasi material

    sandwich karena lapisan kulit pada material

    sandwich tenunan 3D yang terintegrasi dengan

    lapisan inti dan membentuk rongga pada inti

    yang saling terkoneksi [3][4], lihat Gambar 1.

    Komposit sandwich tenunan 3D memiliki

    kelemahan yaitu sifat geser inti dan sifat tekan

    sisi kulit yang relatif lebih rendah dibandingkan

    jenis material sandwich lainnya [5]. Busa

    poliuretan sudah umum digunakan dalam

    konstruksi sandwich [6] dan memiliki potensi

    untuk meningkatkan kekuatan tekan komposit

    sandwich tenunan 3D melalui injeksi busa

    kedalam inti komposit sandwich. Hal tersebut

    dikarenakan busa poliuretan memiliki densitas

    yang lebih tinggi dibandingkan inti komposit

    sandwich tenunan 3D. Peningkatan densitas inti

    pada komposit sandwich terbukti dapat

    meningkatkan sifat tekan sisi kulit komposit

    sandwich [6]. Selain itu, busa poliuretan juga

    memiliki struktur berpori sehingga dapat

    menyerap gelombang suara yang datang [7].

    Busa poliuretan dapat dimasukkan ke dalam inti

    komposit sandwich tenunan 3D karena adanya

    inti berongga yang saling terkoneksi.

    Gambar 1 Tenunan 3 Dimensi Serat Gelas

    Dengan Lapisan Kulit yang Terintegrasi dengan

    Lapisan Inti

    Gambar 2 Komposit Sandwich Tenunan 3D

    untuk Prototipe Pelapis Lantai Kereta Api Ringan

    [8]

    Saat ini komposit sandwich tenunan 3D

    telah dibuat dan memiliki potensi untuk

    diaplikasikan sebagai pelapis lantai dan panel

    kereta api ringan di Indonesia [8, 9]. Prototipe

    lantai komposit sandwich telah dibuat dan dapat

    dilihat pada Gambar 2 [8]. Dalam aplikasi ini,

    dibutuhkan kekuatan tekan inti dan sifat serap

    suara yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah

    meningkatkan kekuatan tekan dan sifat serap

    suara dari komposit sandwich tenunan 3D

    melalui penambahan busa poliuretan.

    2. BAHAN DAN METODE

    Bahan

    Komposit yang digunakan dibuat dari

    sandwich tenunan serat gelas 3D dengan tinggi

    kolom 6 mm yang berasal China Behai

    Fiberglass dan resin poliester dari PD Marcus

    Bandung. Busa poliuretan yang digunakan

    menggunakan isosianat jenis MDI dan polyol

    jenis JKR-7631L yang berasal dari PT Justus

    Kimia Raya Bandung.

    Metode Pembuatan Sampel

    Komposit sandwich tenunan 3D serat

    gelas – poliester dimanufaktur dengan metode

    laminasi dengan rasio berat serat terhadap resin

    1:1.5. Busa poliuretan dengan rasio isosianat

    terhadap poliol 50:50 berat diinjeksikan kedalam

    inti komposit sandwich dari satu sisi terbuka di

    arah pakan (lihat Gambar 1), ketiga sisi lain

    komposit sandwich dibuat tertutup. Komposit

    sandwich tanpa penambahan busa poliuretan

    diberi kode UF dan komposit sandwich dengan

    penambahan busa poliuretan diberi kode F.

    Karakterisasi Sampel

    Beberapa pengujian dilakukan pada

    sampel komposit sandwich yang telah dibuat:

    a. Evaluasi konstruksi inti komposit sandwich

    tenunan 3D tanpa atau dengan penambahan busa

    poliuretan dengan mikroskop stereo. Pemeriksaan

    mikroskop stereo dilakukan di laboratorium

    teknik material ITB. Uji mikroskopstereo

    dilakukan pada arah pakan dan arah lusi

    komposit sandwich.

    b. Evaluasi struktur dan jenis sel busa poliuretan

    melalui pemeriksaan dengan Scanning

    Microscope Electron (SEM). Pemeriksaan SEM

    dilakukan di Politeknik Manufaktur Bandung. Uji

    SEM dilakukan pada spesimen busa poliuretan

    yang telah dilapisi oleh Au dan diuji pada voltase

    5 kV.

    c. Uji densitas, dilakukan untuk mendapatkan

    densitas sandwich dan densitas inti dari komposit

    sandwich tenunan 3D tanpa atau dengan

    penambahan busa poliuretan. Densitas total

    komposit sandwich didapatkan dengan

    menggunakan persamaan 1. Densitas inti

  • Hermawan Judawisastra, Chairani Tiara Sayyu, Dodi Ihsan Taufiq

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 10 - 143

    komposit didapatkan setelah mengetahui densitas

    total komposit sandwich dan densitas kulit

    komposit sandwich, dengan menggunakan

    persamaan 2. m = ρ V Persamaan 1

    Dimana,

    m = massa spesimen (gram)

    V = volume spesimen (mm3)

    = densitas spesimen (gram/mm3)

    Persamaan 2

    Dimana,

    i = densitas inti komposit sandwich (gram/mm3)

    s = densitas komposit sandwich (gram/mm3)

    k = densitas kulit komposit sandwich

    (gram/mm3)

    d. Uji tekan, dilakukan untuk mendapatkan

    kekuatan tekan sisi kulit dari komposit sandwich

    tenunan 3D, lihat Gambar 3. Uji tekan dilakukan

    dengan mesin Tarno Grouchy di laboratorium

    metalurgi dan Teknik material ITB. Uji tekan

    dilakukan berdasarkan standar ASTM C365 [10]

    dengan ukuran spesimen 50 mm x 50 mm.

    Kekuatan tekan diperoleh dari persamaan 3.

    c = Fmax/A Persamaan 3

    Dimana,

    c = kekuatan tekan inti komposit (MPa)

    Fmax = gaya maksimum di puncak pertama pada

    kurva hasil uji tekan (N)

    A = luas penampang inti komposit (mm2)

    Gambar 3 Uji tekan sisi kulit komposit

    sandwich tenunan 3D

    e. Uji serap suara, dilakukan untuk mendapatkan

    kemampuan serap suara atau koefisien serap

    suara dari komposit sandwich tenunan 3D tanpa

    atau dengan penambahan busa poliuretan. Uji

    serap suara dilakukan dengan menggunakan

    tabung impedansi di laboratorium teknik fisika

    ITB dengan standar ISO 10534-2 [11]. Uji serap

    suara dilakukan pada frekuensi 80 Hz hingga

    6300 Hz. Koefisien penyerapan suara rata-rata,

    noise reduction coefficient (NRC) dihitung

    dengan menggunakan persamaan 4 [7].

    Persamaan 4

    Dimana, 𝛼250 = koefisien serap suara pada frekuensi 250 Hz

    𝛼500 = koefisien serap suara pada frekuensi 500 Hz

    𝛼1000 = koefisien serap suara pada frekuensi 1000 Hz

    𝛼2000 = koefisien serap suara pada frekuensi 2000 Hz

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Pemeriksaan Konstruksi Inti Sandwich

    dan Busa Poliuretan

    Hasil pemeriksaan konstruksi inti

    sandwich dapat dilihat pada Gambar 5. Evaluasi

    pada konstruksi inti sandwich, pada arah pakan

    dan lusi, sebelum dan sesudah injeksi busa

    memperlihatkan bahwa penambahan busa

    poliuretan berhasil dilakukan pada inti komposit

    sandwich tenunan 3D.

    Gambar 5 Konstruksi inti komposit sandwich

    tenunan 3D tanpa (UF) dan dengan (F) busa

    poliuretan

    Hasil pemeriksaan struktur busa poliuretan,

    seperti terlihat pada Gambar 6, memperlihatkan

    struktur busa poliuretan dengan sel tertutup

    dengan ukuran pori sekitar 0,5 sampai dengan 1

    mm.

  • Pengaruh Penambahan Busa Poliuretan terhadap Kekuatan Tekan dan Sifat Serap Suara Komposit

    Sandwich Tenunan 3 Dimensi

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 11 - 143

    Gambar 6 Struktur busa poliuretan

    Hasil Uji Densitas

    Densitas sandwich dan inti komposit

    sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan

    penambahan busa poliuretan dapat dilihat pada

    Gambar 7. Densitas inti komposit sandwich yang

    lebih rendah dibandingkan densitas komposit

    sandwich sesuai dengan konsep material

    sandwich dimana inti harus memiliki densitas

    yang sangat rendah. Gambar 7 memperlihatkan

    bahwa penambahan busa poliuretan

    meningkatkan densitas komposit sandwich

    tenunan 3D dari 0.388 g/cm3 jadi 0.432 g/cm3

    atau sebesar 11%. Densitas inti komposit

    sandwich tenunan 3D meningkat sebesar 16%,

    dari semula 0.267 g/cm3 menjadi 0.311 g/cm3.

    Peningkatan densitas komposit sandwich dan

    densitas inti komposit sandwich terjadi karena

    rongga inti sandwich berhasil diisi oleh busa

    poliuretan sesuai dengan hasil pemeriksaan

    konstruksi inti pada Gambar 5.

    Gambar 7 Densitas Sandwich dan Inti Komposit

    Sandwich Tenunan 3D Tanpa (UF) dan Dengan

    (F) Penambahan Busa Poliuretan

    Hasil Uji Tekan

    Dari pengujian tekan, diperoleh kurva

    tegangan regangan untuk sampel komposit

    sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan

    penambahan busa poliuretan, lihat Gambar 8.

    Kedua kurva memiliki pola yang serupa.

    Kenaikan tegangan dan regangan terjadi sampai

    mencapai tegangan maksimum yang merupakan

    kekuatan tekan dari komposit sandwich. Setelah

    mencapai kekuatan tekan, tegangan mengalami

    penurunan akibat buckling yang terjadi pada

    kolom di dalam inti komposit sandwich [9]. Saat

    regangan semakin besar, kembali terjadi

    kenaikan tegangan kembali akibat fenomena

    densifikasi pada inti komposit sandwich [9].

    Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa, pada

    regangan yang sama, komposit sandwich dengan

    busa poliuretan memiliki tegangan serta kekuatan

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit

    sandwich tanpa busa. Namun komposit sandwich

    dengan busa poliuretan terlihat lebih getas

    dibandingkan dengan komposit sandwich tanpa

    busa. Kedua hal ini berkaitan dengan

    meningkatnya ketahanan buckling kolom kolom

    pada inti komposit sandwich tenunan 3D akibat

    penambahan busa poliuretan.

    Gambar 8 Kurva Tegangan Regangan Hasil Uji

    Tekan Sempel Komposit Sandwich Tanpa (UF)

    dan Dengan (F) Busa Poliuretan

    Gambar 9 Kekuatan Tekan Sisi Kulit Komposit

    Sandwich Tenunan 3D Tanpa (UF) dan Dengan

    (F) Busa Poliuretan

    Gambar 9 menunjukkan kekuatan tekan

    sisi kulit sampel komposit sandwich tenunan 3D

  • Hermawan Judawisastra, Chairani Tiara Sayyu, Dodi Ihsan Taufiq

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 12 - 143

    tanpa dan dengan busa poliuretan. Dapat dilihat

    bahwa penambahan busa poliuretan berhasil

    meningkatkan kekuatan tekan sisi kulit dari

    komposit sandwich tenunan 3D sebesar 80% dari

    semula 1.32 MPa menjadi 2.37 MPa. Hal tersebut

    dikarenakan penambahan busa poliuretan

    mengisi ruang kosong pada bagian inti komposit

    sandwich tenunan 3D, seperti yang terlihat dari

    hasil pemeriksaan konstruksi inti sandwich pada

    Gambar 5 dan hasil pengujian densitas pada

    Gambar 7. Penambahan busa poliuretan pada inti

    berongga komposit sandwich akan meningkatkan

    penampang inti, menurunkan tegangan yang

    terjadi pada inti, dan meningkatkan ketahanan

    terhadap buckling pada inti.

    Hasil Uji Serap Suara

    Grafik hasil uji serap suara pada

    komposit sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan

    penambahan busa poliuretan pada seluruh

    frekuensi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar

    10 memperlihatkan bahwa seiring dengan

    meningkatnya frekuensi gelombang bunyi, sifat

    serap suara komposit sandwich tenunan 3D

    cenderung meningkat. Hal tersebut dikarenakan

    semakin tinggi frekuensi, maka panjang

    gelombang bunyi semakin pendek, sehingga

    semakin mudah gelombang bunyi yang diserap

    oleh material [12]. Namun pada frekuensi

    tertentu, koefisien serap suara komposit sandwich

    mengalami penurunan akibat dari coincidence

    effects yang ditentukan oleh sifat damping

    material [13]. Dari Gambar 10, dapat dilihat

    bahwa komposit sandwich tanpa busa (UF)

    memiliki coincidence effect yang sangat

    signifikan, terutama pada frekuensi sekitar 2000

    Hz. Hal ini dapat disebabkan karena komposit

    sandwich tanpa busa memiliki sifat damping

    yang cenderung lebih rendah dibandingkan

    dengan komposit sandwich dengan busa[14].

    Gambar 10 Hasil Uji Serap Suara Komposit

    Sandwich Tenunan 3D

    Nilai koefisien serap suara rata-rata, NRC

    (Noise Reduction Coefficient) pada komposit

    sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan busa

    poliuretan dapat dilihat pada Gambar 11.

    Penambahan busa poliuretan berhasil

    meningkatkan nilai NRC sebesar 60%, dari NRC

    0,09 menjadiNRC 0,22. Peningkatan nilai NRC

    pada komposit sandwich tenunan 3D dengan

    penambahan busa poliuretan terjadi karena busa

    poliuretan, walaupun memiliki jenis sel tertutup,

    tetap menyerap lebih banyak gelombang bunyi

    yang melewati inti komposit dibandingkan

    komposit sandwich tenunan 3D tanpa

    penambahan busa poliuretan. Pada komposit

    sandwich dengan inti busa, gelombang bunyi

    sulit masuk ke dalam busa poliuretan karena busa

    memiliki pori tertutup. Akibatnya, gelombang

    bunyi diserap dengan mekanisme seperti panel

    penyerap, yaitu ketika gelombang bunyi datang

    pada spesimen, spesimen akan bergetar dan

    mengubah energi bunyi menjadi energi getar.

    Spesimen yang bergetar akan memindahkan

    energi getar ke lapisan udara yang terdapat pada

    inti komposit sandwich, dimana pada inti

    komposit sandwich masih terdapat rongga udara

    yang terdapat pada busa poliuretan. Energi getar

    berpindah ke lapisan udara dan terjadi efek

    peredam suara [13]. Pada komposit sandwich

    tanpa busa, sebagian besar gelombang bunyi

    cenderung diteruskan seperti layaknya pada

    medium udara akibat ruang berongga pada inti

    komposit sandwich yang sangat besar, sehingga

    menghasilkan efek peredaman suara yang rendah.

    Sifat serap suara kedua komposit sandwich

    tenunan 3D ini masih berada pada kategori sangat

    rendah berdasarkan standar ISO-11654-1997

    (sangat rendah: NRC 0,15 – 0,25) [15]. Namun

    bila dibandingkan dengan panel komposit lain,

    komposit sandwich tenunan 3D dengan tambahan

    busa poliuretan memiliki nilai NRC sebesar 0,22

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit

    sandwich honeycomb dengan NRC=0,20 [16],

    panel komposit UD glass fiber-epoxy dengan

    NRC=0,08-0,10 [17], dan UD flax-epoxy dengan

    NRC=0,10-0,11 [17].

  • Pengaruh Penambahan Busa Poliuretan terhadap Kekuatan Tekan dan Sifat Serap Suara Komposit

    Sandwich Tenunan 3 Dimensi

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 13 - 143

    Gambar 11 Koefisien Penyerapan Bunyi Rata-

    Rata NRC pada Komposit sandwich tenunan 3D

    tanpa (UF) dan dengan (F) busa poliuretan (PUR)

    4. KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Komposit sandwich tenunan 3 dimensi

    tebal 6 mm dengan penambahan busa poliuretan

    telah dibuat dengan peningkatan densitas inti

    sandwich sebesar 16% dan berhasil

    meningkatkan kekuatan tekan sisi kulit sebesar

    80% serta meningkatkan nilai koefisien

    penyerapan suara rata-rata NRC sebesar 60%.

    5. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung oleh Program

    Insentif yang Dimanfaatkan Industri dari

    Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan

    Tinggi, Tahun 2018

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Judawisastra H., Ivens J., dan Verpoest I.

    “The Fatigue behavior and damage development

    of 3D woven sandwich composite”. Composite

    Structures vol 43, pp. 35-45, 1998.

    [2] Daniel I.M., Abot J.L., dan Wang K. A.,

    “Testing and Analysis of Composite Sandwich

    Beams”, Northwestern University. 2004.

    [3] Kim J.S. dan Chung S.K., “A study on the

    low-velocity impact response of laminates for

    composite railway bodyshells”, Composite

    Structures vol 4, 2005.

    [4] Si C., Long H.R., Liu Y.H., dan Hu F.C.,

    “Mechanical Properties of 3D-Structure

    Composites Based on Warp-Knitted Spacer

    Fabrics”, Autex Research Journal vol 15, pp. 2

    2015.

    [5] Van V. dan William A., “Composite Panels

    Based on Woven Sandwich-Fabric Preforms”,

    Composites Part A vol 31, pp. 671-680, 2000

    [6] Huseyin E.Y., Bulent M.I., dan Tuba A.,

    “Tensile and Compressive Performances of Foam

    Core Sandwich Composites with Various Core

    Modification”, Journal of Sandwich Structures

    and Materials vol 0, pp. 1-17,2016.

    [7] Yoshua W., et al., “Influences of the Ratio of

    Polyol and MDI on the Acoustic Parameters of

    Polyurethane”, IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng.

    362, 2018.

    [8] Judawisastra, H., Pengembangan Material

    Ringan Berbasis Komposit Sandwich sebagai

    Pelapis Lantai Kereta LRT PT INKA.

    Kementrian Riset: Teknologi dan Pendidikan

    Tinggi. 2018.

    [9] Judawisastra, H., et al. (2019). “Pengaruh

    Kadar Resin Terhadap Sifat Fisik dan Kekuatan

    Tekan Inti Komposit Sandwich Tenunan 3D

    Serat Gelas – Poliester”. Jurnal Metalurgi Dan

    Material Indonesia, 2(1), 22-27, 2019.

    [10] Standard Test Method for Flatwise

    Compressive Properties of Sandwich Intis.

    ASTM International 365-2016.

    [11] Acoustics – Determination of Sound

    Absorption Coefficient and Impedance in

    Impedance Tubes. BS EN ISO 10534-2001. [12] Seddeq H.S., “Factors Influencing Acoustic

    Performance of Sound Absorptive Materials”,

    2009.

    [13] Koizumi T., Tsujiuchi N., Adachi, A., “The

    Development of Sound Absorbing Materials

    Using Natural Bamboo Fibers”, Japan: Doshisha

    University. 2002.

    [14] Lorna J.G dan Michael F.A., Cellular

    Solids: Structures and Properties, Cambridge

    University Press, 1999.

    [15] Acoustic-Sound Absorbers for Use in

    Buildings-Rating of Sound Absorption, BS EN

    ISO 11654-1997.

    [16] Tom B., Honeycomb Tehcnology –

    Materials, Design, Manufacturing, Appliactions,

    and Testing, Dublin, Netherlands: Springer,

    1997.

    [17] Heow P.L., Benson M.N., Abhisek R., dan

    Le Q.N.T. “An Investigation of the Absorption

    Properties of Flax/Epoxy Composites Compared

    to Glass/Epoxy Composites”, Journal of Natural

    Fibers, 2016.

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 14 - 143

    ANALISIS PENGARUH ALUMINIUM DAN KUNINGAN

    DALAM PENDINGINAN SABUK METAL

    PADA PROSES PERBAIKAN SIDE SEAM TABUNG

    ANALYSIS OF ALUMINUM AND BRASS EFFECTS

    IN METAL BELT COOLING

    ON THE SIDE SEAM TUBES REPAIR PROCESS

    Moh. Hartono1, Gumono1, Nurchajat1, Kukuh M. Ridwan1

    1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang, Hp : 085233165999 1 [email protected]

    ABSTRAK

    Artikel ini dimaksudkan untuk membahas mekanisme pendinginan pada proses penyambungan side seam

    dalam pembuatan tabung berbahan ABL (Aluminium Barrier Laminate) dengan bantuan bantalan pendingin

    menggunakan material aluminium dan kuningan yang ditempatkan pada dua tempat yang berbeda. Sebelum

    dilakukan penelitian ini, masih terjadi kecacatan produk pada kompresi side seam dalam pembuatan tabung yaitu

    masih dibawah 6%, padahal seharusnya standar kompresi side seam mencapai 6 – 20%. Penelitian ini melakukan

    eksperimen di pabrik pembuat tabung guna menurunkan tingkat cacat produk yang terjadi, berdasarkan hasil studi

    literatur tentang teknologi bahan sebelumnya. Metode analisis menggunakan pendekatan Statistical Process Control

    (SPC) dengan mengkombinasikan Diagram Ishikawa, Desain Eksperimen (DOE) dan Analisis Capabilitas (Cp).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa material bantalan pendingin berbahan aluminium dan kuningan sangat

    signifikan dalam mempengaruhi turunnya temperatur pada sabuk metal sehingga dapat meningkatkan kompresi side

    seam sesuai standar yang diinginkan yaitu pada tingkat 9% dengan nilai = 0,05. Penelitian ini telah berhasil

    membantu industri pembuat tabung untuk menurunkan produk cacatnya dan diharapkan dapat dikembangkan untuk

    penelitian material lainnya.

    Kata kunci : aluminium, kuningan, side seam, Statistical Process Control

    ABSTRACT

    This article is intended to discuss the cooling mechanism in the side seam joining process in the manufacture

    of tubes made from ABL (Aluminum Barrier Laminate) with the help of cooling pads using aluminum and brass

    material which are placed in two different places. Before the research is done, product defects in the side seam

    compression still occur in the manufacture of tubes that are still below 6%, whereas the standard side seam

    compression should reach 6-20%. This research is conducting experiments in a tube manufacturing plant to reduce

    the level of product defects that occur, based on the results of literature studies on previous material technology.

    The analytical method uses the Statistical Process Control (SPC) approach by combining Ishikawa Diagrams,

    Experimental Design (DOE) and Capability Analysis (Cp). The results showed that the cooling pads material made

    of aluminum and brass was very significant for influencing the temperature drop in the metal belt so that it could

    increase the side seam compression according to the desired standard at 9% with a value of = 0.05. This research has succeeded in helping the tube making industry to reduce its defective products and is expected to be developed

    for other material research.

    Keywords : aluminum, brass, side seam, Statistical Process Control

    1. PENDAHULUAN

    Di era Industri 4.0 ini, persaingan kualitas

    menjadi salah satu faktor penting yang

    diperhatikan oleh konsumen, sehingga kualitas

    produk perlu ditangani mulai dari pengendalian

    bahan baku, pengendalian kualitas proses

    produksi hingga produk siap untuk

    dipasarkan.[1]

    Kemasan produk merupakan salah satu

    hal yang diperhatikan konsumen dalam memilih

    suatu produk. Salah satu kemasan produk yang

    sering ditemui di pasaran adalah dalam bentuk

    tabung misalnya tabung pasta gigi. Pada

    kemasan tabung selalu terdapat area

  • Analisis Pengaruh Aluminium dan Kuningan Dalam Pendinginan Sabuk Metal Pada Proses Perbaikan

    Side Seam Tabung

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 15 - 143

    penyambungan untuk membentuk body tube.

    Area penyambungan dua sisi web sehingga

    membentuk body tube berupa tabung laminate

    disebut sebagai Side seam. Beberapa indikator

    kualitas side seam diukur berdasarkan tampilan

    yang halus, nilai kompresi dan kekuatan

    sambungan. Menurut Departemen Quality

    Control PT. ABC, hambatan yang sering

    dihadapi dalam proses pembentukan side seam

    ini adalah sulitnya pencapaian standart kompresi

    yaitu sebesar 6%-20%.

    Dari data yang ada, pencapaian side seam

    masih dibawah LSL yang ditentukan yaitu 6%.

    Menurut hasil pengamatan yang dilakukan

    bersama enginer yang ada di PT. ABC,

    masalahnya adalah masih rendahnya pencapaian

    kompresi side seam yang disebabkan terjadinya

    over heating pada proses pembuatan tabung.

    Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan pada

    proses pembentukan tabung tersebut agar tidak

    terjadi over heating dan bertujuan untuk

    kestabilan dan pencapaian kualitas side seam

    yang sesuai standart.[2].

    Salah satu upaya yang bisa dilakukan

    adalah dengan memasang bantalan pendingin

    (cooling pad). Pemasangan bantalan pendingin

    ini bertujuan untuk mencegah terjadinya over

    heat pada metalic belt, sehingga diharapkan

    dapat membantu pencapaian dan kestabilan side

    seam. Material yang diuji cobakan pada

    pembuatan bantalan pendingin ini menggunakan

    aluminium dan kuningan.

    Aluminium adalah logam ringan

    yang cukup penting peranannya dalam

    kehidupan manusia dan paling banyak

    digunakan setelah baja. Di dalam dunia usaha

    logam, ada dua logam ringan yang digunakan

    secara tersendiri: aluminium dan

    magnesium. Aluminium merupakan unsur

    yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi,

    karena sifatnya itu maka di alam tidak

    ditemukan aluminiun dalam bentuk unsur,

    melainkan senyawa oksida. Umumnya dalam

    bentuk oksida aluminat atau silikat. Logam

    Aluminium ditemukan pada tahun 1827 oleh

    seorang kimiawan Jerman Friedrich Wohler.[3]

    Kuningan adalah logam campuran dari

    tembaga dan seng. Tembaga merupakan

    komponen utama dari kuningan, dan kuningan

    biasanya diklasifikasikan sebagai paduan

    tembaga. Warna kuningan bervariasi dari

    coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya

    kuning keperakan tergantung pada jumlah

    kadar seng. Seng lebih banyak mempengaruhi

    warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat

    dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak

    sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan

    sangat mudah di bentuk, dan merupakan

    konduktor panas yang baik, serta umumnya

    tahan terhadap korosi dari air garam. Karena

    sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan

    digunakan untuk membuat pipa, tabung,

    sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal

    laut, dan casing cartridge untuk senjata

    api.[4].

    Body Making merupakan proses

    pembuatan tabung laminasi, dengan lembaran

    web dibentuk menjadi tabung laminasi (laminate

    tube). Laminate tube adalah cara pengemasan

    menggunakan tabung laminasi dengan cara

    menyambungkan dua sisi web (lembaran ABL)

    menjadi satu yang akan membentuk body tube

    yang kemudian di gabungkan dengan bagian

    shoulder dan terakhir penggabungan dengan

    tutup sehingga menjadi laminate tube. Bahan

    ABL(Aluminium Barrier Laminate) merupakan

    laminasi yang mengandung dua jenis bahan

    yaitu alumunium foil dan plastik tahan panas

    bahan seperti polietilen (PE) yang dibentuk

    menjadi tabung kontinyu. Proses pembuatannya

    dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu body,

    shooulder/pundak, nossel/mulut.

    Gambar 1. Penampang bahan ABL* dan

    produk Laminated Tube**

    (sumber: [5]* dan [6]**)

    Spesifikasi dari side seam di ukur ber-

    dasarkan perbandingan jumlah dua tebal web

    dengan tebal akhir setelah penyambungan dalam

    skala persentase. Nilai ini dijadikan sebagai

    indikator kualitas side seam baik dalam hal

    kekuatan atau kualitas secara visual.

    Gambar 2. Sambungan Side seam (sumber: [5])

  • Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 16 - 143

    Rumus side seam sebagai berikut:

    2. BAHAN DAN METODE

    Pembuatan Bantalan pendingin Aluminium dan

    Kuningan

    Gambar 3. Desain Cooling pad [7]

    Alat ini menggunakan material yang

    mampu menghambat panas karena dialiri fluida

    didalamnya untuk membantu menurunkan suhu

    metalic belt saat bekerja lebih cepat[8]. Dari

    hasil studi literatur, material yang cocok

    digunakan adalah aluminium dan kuningan.

    .

    Gambar 4. Rancangan bantalan pendingin

    bawah dan atas

    Penelitian ini bertujuan untuk membantu

    permasalahan yang ada di industri kemasan

    produk. Metode Penelitian dilaksanakan dengan

    cara mendesain dan membuat alat bantu berupa

    tambahan bantalan pendingin yang berbahan

    aluminium dan kuningan. Alat tersebut

    selanjutnya diuji dengan melakukan eksperimen

    untuk melihat dampaknya terhadap hasil

    kemasan produk. Apabila terjadi penurunan

    prosentase cacat sehingga memenuhi standar

    kompresi side seam antara 6-20%, maka dapat

    dikatakan penelitian ini berhasil. Desain

    Eksperimen menggunakan Eksperimen Faktorial

    dengan 2 faktor, 3 level dan 10 replikasi.

    Pengolahan data dibantu dengan menggunakan

    perangkat lunak statistik untuk DOE (Design Of

    Experiment).

    Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan

    dalam periode 7 bulan, yaitu mulai bulan

    November 2018 hingga Mei 2019. Tempat

    pelaksanaan penelitian dibagi dua tempat yakni

    di BLK Singosari untuk pelaksanaan pembuatan

    alat dan di perusahaan PT.Beets yang bertempat

    di kawasan Ngoro Industri Park. Lokasi tersebut

    dipilih dengan alasan cukup tersedia peralatan

    yang diperlukan dalam proses penelitian.

    Proses pengambilan data yang dilakukan

    berupa pengukuran compression side seam

    dalam satuan (%). Pengambilan data dilakukan

    dari awal mesin beroperasi sampai 10 jam mesin

    beroperasi. Durasi tersebut dibagi menjadi 5

    periode dimana setiap satu periode yaitu 2 jam

    mesin beropersi serta dalam satu periode

    dilakukan pengambilan data sebanyak sepuluh

    produk.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

    penambahan cooling pad pada siklus body

    making dengan bahan Alumunium atau

    Kuningan. Variabel-variabel lain yang

    mempengaruhi pencapaian kompresi side seam

    seperti: Tigh Nes (ketebalan laminate), Heat

    (pemanasan), Pressure(penekanan) dan Lebar

    Over Lab. dimasukan dalam variabel kontrol

    dengan disetting default tanpa harus merubah

    nominal. Variabel terikat pada penelitian ini

    adalah pencapaian kapabilitas kerapatan atau

    Compression side seam dari hasil produksi.

    Diagram Blok Alur Kerja

    Gambar 5. Sebelum dipasang bantalan

    pendingin[5]

    Gambar 6. Setelah dipasang bantalan pendingin

    Pada gambar diatas modifikasi dari proses

    body making, telah ditambahkan dua bantalan

  • Analisis Pengaruh Aluminium dan Kuningan Dalam Pendinginan Sabuk Metal Pada Proses Perbaikan

    Side Seam Tabung

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 17 - 143

    pendingin yaitu pada bagian bawah dengan

    bahan tembaga dan bantalan pendingin pada

    bagian atas yang divariasikan dengan dua jenis

    material yaitu dengan material kuningan [9] dan

    material aluminium [3] dengan diameter aliran 8

    mm serta dengan panjang aliran 50 mm yang

    bersentuhan langsung dengan metalic belt.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Parameter setting pada saat pengambilan

    data adalah temperatur sebesar 77ᵒC, pressure

    0,2 bar dan speed 128 tube/menit atau 22,96 m

    laminate/menit.

    Tabel 1. Contoh sebagian Data hasil pengujian

    NO Periode

    Hasil Uji (%)

    Tanpa

    Cooling

    Tembaga-

    Kuningan

    Tembaga-

    Alumunium

    I II I II I II

    1

    I

    (06.00-08.00 WIB)

    4 4 7,6 9,2 13,2 12,3

    2 5 2 9,4 9,5 14,5 10,5

    3 5 4 8,0 9,5 17,7 8,0

    4 6 3 8,4 9,3 15,5 7,5

    5 6 5 6,0 9,9 16,8 9,4

    6 4 6 6,9 8,0 14,8 9,5

    7 5 5 7,3 6,4 13,9 9,0

    8 7 3 4,2 6,4 13,6 9,0

    9 6 5 9,8 9,6 14,6 8,2

    10 8 4 6,4 10,8 13,8 7,6

    Gambar 7. Mengukur Side Seam

    Tabel 2. Analisis pada varian Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

    Model 14 2058.5 147.037 30.75 0.000

    Linear 6 1696.1 282.691 59.13 0.000

    MATERIAL 2 1586.4 793.176 165.90 0.000

    PERIODE 4 109.8 27.448 5.74 0.000

    2-Way Interactions 8 362.4 45.296 9.47 0.000

    MATERIAL*PERIODE 8 362.4 45.296 9.47 0.000

    Error 285 1362.6 4.781

    Total 299 3421.1

    Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 2.18659 60.17% 58.21% 55.87%

    Berdasarkan Tabel 2, jenis material dan

    periode waktu berpengaruh signifikan terhadap

    pencapaian compression side seam dengan taraf

    signifikan =5%. Hal ini dapat dilihat dari nilai

    P-value yang nilainya 0,000 < 0,05. Disamping

    itu interaksi dari kedua faktor tersebut juga

    berpengaruh signifikan terhadap pencapaian

    compression side seam. Hasil dari analisis

    statistik ini sesuai dengan analisis sebab akibat

    atau fishbone diagram sebagai berikut:

    Gambar 8. Fishbone diagram untuk perbaikan

    compression Side Seam

    Tampak dari gambar fishbone tersebut,

    salah satu faktor penyebab belum tercapainya

    compression side seam sesuai standar

    perusahaan adalah pada mesin yang terdiri

    Tooling, heating, pressing dan cooling.

    Heating merupakan proses pemanasan

    plastik atau logam yang bertujuan untuk

    melelehkan material, yang mana dalam proses

    heating ini digunakan metode pemanasan

    induksi. Pemanas induksi menyebabkan

    timbulnya panas pada bahan logam ataupun

    plastik yang terkena induksi medan magnet, hal

    ini disebabkan karena pada logam atau plastik

    timbul arus Eddy atau arus pusar yang arahnya

    melingkar melingkupi medan magnet akibat dari

    induksi magnet yang menimbulkan fluks

    magnetik yang menembus logam, sehingga

    menyebabkan panas pada logam[10].

    Gambar 9. Komponen pada induktor welding [5]

    Induksi magnet adalah kuat medan

    magnet akibat adanya arus listrik yang mengalir

    dalam konduktor. Pemanasan Induksi

  • Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 18 - 143

    merupakan proses pemanasan nonkontak yang

    menggunakan listrik frekuensi tinggi untuk

    menghasilkan panas yang konduktif secara

    elektrik. Karena non-kontak, proses pemanasan

    tidak mencemari bahan yang sedang dipanaskan.

    Hal ini efisien karena panas yang sebenarnya

    dihasilkan di dalam benda kerja.

    Gambar 10. Penampang pada Proses Heating

    [5]

    Penekanan(pressing) berfungsi untuk

    menyatukan bahan setelah melewati proses

    pemanasan (heating). Penekanan ini berlangsung

    secara berjalan dimana kontak penekan ini

    terletak pada metallic belt yang berputar serta

    ditekan oleh roll yang berputar. Metallic belt

    pada mesin Body Making berfungsi sebagai

    landasan penekanan agar material dapat

    tersambung setelah material melewati proses

    heating. Sabuk ini sama dengan heat seeling

    namun pada metallic belt saat penekanan suhu

    ruang, dan metallic belt diputar oleh roll agar

    melindungi roll penekanan dari kontak langsung

    dengan material. Selain itu putaran roll juga

    membantu metallic belt membuang panas

    setelah melakukan penekanan. Roll pada mesin

    laminate tube merupakan bulatan - bulatan

    logam yang berputar dimana fungsi dari roll ini

    sebagai penekan metallic belt. Jumlah roll

    adalah tiga buah dengan penekanan yang terjadi

    secara bertahap dari roll pertama hingga ketiga

    dengan sistem pneumatik.

    Gambar 11. Welding Safe (sumber: [5])

    Cooling berfungsi menjaga web, agar

    setelah melewati proses heating dan pressing

    bahan tidak mengalami kerusakan pada proses

    selanjutnya. Pendinginan merupakan tahap akhir

    dimana proses ini dilakukan melalui bagian

    dalam tube yang berjalan. Pada bagian dalam

    tube terdapat poros dengan rongga ditengah

    poros yang selalu dialiri fluida air sebagai

    pendingin dari bagian luar poros yang

    bersentuhan dengan bagian dalam tube.

    Untuk lebih memperkuat analisis pada

    proses pendinginan bantalan pendingin ini,

    disajikan grafik berikut:

    Gambar 12. Efek Faktor Material dan Periode

    Waktu Pendinginan pada Perbaikan Side Seam

    Pada Gambar 12, tampak bahwa terdapat

    pengaruh yang signifikan antara perlakuan tanpa

    bantalan pendingin (1) dan menggunakan

    bantalan pendingin kuningan (2) ataupun

    aluminium(3) terhadap rata-rata side seam yang

    dicapai.

    Gambar 13. Efek Faktor Material dan Periode

    Waktu Pendinginan pada Perbaikan Side Seam

    Pada pengaruh waktu periode

    pendinginan, tampak bahwa pada periode siang

    (10.00 – 14.00 WIB) pengaruh pendinginan

    mengalami penurunan dalam pencapaian

    compression side seam. Hal ini cukup logis

    karena suhu ruangan juga mempengaruhi

    terhadap pencapaian side seam, apalagi tempat

    penelitian berada pada dataran rendah.

  • Analisis Pengaruh Aluminium dan Kuningan Dalam Pendinginan Sabuk Metal Pada Proses Perbaikan

    Side Seam Tabung

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 19 - 143

    Gambar 14. Efek Interaksi Faktor Material dan

    Periode Waktu Pendinginan pada Perbaikan Side

    Seam

    Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa

    interaksi material dan periode waktu

    pendinginan juga berpengaruh signifikan

    terhadap pencapaian compression side seam.

    Capabilitas Process

    Gambar 15. Kemampuan proses tanpa bantalan

    pendingin

    Berdasarkan grafik pada Gambar 15,

    tampak bahwa nilai Cpk adalah sebesar -0,71

    yang artinya kapabilitas pencapaian side seam

    belum memenuhi standar yaitu masih dibawah

    6%.

    Gambar 16. Kemampuan proses dengan

    Cooling pad material Kuningan

    Berdasarkan grafik pada Gambar 16,

    tampak bahwa nilai Cpk adalah sebesar 0,75

    yang artinya kapabilitas pencapaian side seam

    telah memenuhi standar yaitu diatas 6%.

    Gambar 17. Kemampuan proses dengan

    Cooling pad material Aluminium

    Berdasarkan grafik pada Gambar 17, tampak

    bahwa nilai Cpk adalah sebesar 0,73 yang

    artinya kapabilitas pencapaian side seam telah

    memenuhi standar yaitu diatas 6%.

    4. KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Untuk meningkatkan kualitas tabung pasta

    gigi khususnya pada pencapaian compression

    side seam perlu dilakukan penambahan proses

    pendinginan berupa bantalan pendingin guna

    mendinginkan metalic belt. Tambahan bantalan

    pendingin ini dapat menggunakan material

    berbahan kuningan atau aluminium. Proses

    pendinginan tersebut dapat meningkatkan

    performansi pencapaian compression side seam

    dari sebelumnya dibawah 6% dibawah LSL

    meningkat menjadi diatas LSL sebesar 10%

    didalam rentang LSL dan USL.

    Saran

    Perlu dilakukan penelitian untuk material

    bantalan pendingin yang lain agar dapat

    meningkatkan mutu produk pasta gigi baik

    dalam hal side seam atau bidang kajian lainnya.

    5. UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terima kasih kami sampaikan

    kepada Politeknik Negeri Malang dan PT Beets,

    Ngoro, Mojokerto atas berbagai fasilitas yang

    diberikan selama melakukan penelitian ini.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Hariastuti, N. L. (2015). “Analisis

    Pengendalian Mutu Produk Guna

    Meminimalisasi Cacat Produk”. Prosiding

    Industrial Engineering National Conference

    (IENACO), ISSN 2337-4349, hal 268-275,

    Surakarta

    https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10664https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10664https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10664

  • Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 20 - 143

    [2] Prieteedjo, A. (2015). “Studi Deskriptif

    Tentang Atribut Produk Dan Tingkatan

    Produk Pada Desain Kemasan Pasta Gigi”.

    Jurnal Dimensi , Vol 12, No 2 (2015), hal

    193-210, p-ISSN:2527-5666; e-ISSN :

    2549-7782, Universitas Trisakti, Jakarta.

    [3] Ihsan, E. Eldina, Candra, G., Firdaus,

    Nandi, Sari, S. Delvita, Putra, Ananda,

    2016, “Aluminium”, Jurnal Aluminium,

    Published 20 Desember 2016, Universitas

    Negeri Padang, Padang.

    [4] Surdia , T. & Chijiwa., 1996. Teknik

    Pengecoran Logam, Edisi ke-2, Cetakan

    ke-7, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

    [5] Anonymus, 2018, Operation Manual Book

    Saesa 150, PT Beets, Ngoro Mojokerto

    [6] https://www.indiamart.com/proddetail/

    plastic-lami-tube-10803032112.html

    [7] https://patents.google.com/patent/

    US5211792. (n.d.).

    [8] Jenvrizen D., Aziz. A., Mainil. R.I.(2015).

    Pengaruh Laju Aliran Air Sistem

    Avaporative Cooling Terhadap Temperatur

    Sistem Mesin Pengkondisian Udara. Jom

    FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober, Universitas Riau,Riau.

    [9] CAHYONO, I. (2018). “Analisis Hasil

    Pengecoran Kuningan (CuZn) Dengan

    Variasi Media Pendingin (Air Sumur, Oli

    SAE 40 Dan Udara) Menggunakan Cetakan

    Pasir CO2”, Skripsi, Universitas

    Muhammadiyah Surakarta Surakarta:.

    [10] Alem, Rio Dery, Enny (2015). Inverter

    Frekuensi Tinggi Sebagai Pemanas

    Piringan Logam Dengan Metode Induksi

    Pada Aplikasi Pemanas Roti, Jurnal

    Metana, Vol. 11 No. 01, JULI 2015, Hal.

    45 – 50, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

    Teknik, UNDIP, Semarang.

    https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/dimensi/issue/view/32http://u.lipi.go.id/1462164698http://u.lipi.go.id/1488246310http://u.lipi.go.id/1488246310https://www.indiamart.com/proddetail/https://patents.google.com/patent/

  • Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 21 - 143

    ANALISA KEGAGALAN GERBONG DATAR KERETA API

    BEBAN 54 TON

    Surasno1)*, Asep lukman1), Singgih2), Ari Konosri2)

    Balai Besar Bahan dan Barang Teknik1)

    PT KERETA API 2)

    E-mail: [email protected]*

    Abstrak

    Analisa kegagalan dilakukan pada gerbong datar kereta api beban 54 ton terjadi retakan-retakan pada

    sambungan las gerbong yang digunakan untuk angkutan batubara di wilayah Sumatera Selatan. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya retakan pada gerbong datar 54 ton dan saran

    pencegahannya. Kegiatan penelitian meliputi pemeriksaan di lapangan, pengujian di laboratorium dan selanjutnya

    dilakukan analisa terhadap permasalahan retakan pada gerbong datar ini. Pemeriksaan di lapangan dengan pengujian

    visual dan magnetic partikel test ditemukan banyak retakan di daerah sambungan las bertakik pelat bagian dasar

    gerbong. Hal itu, merupakan lokasi tegangan fatique maksimum dan menjadi penyebab terjadi retakan-retakan.

    Sedangkan analisa di laboratorium pada beberapa contoh bahan patahan yang terdapat retakan pada sambungan las

    gerbong datar tipe GD BM 54 ton. Berdasarkan pengamatan fraktografi macrostructur dan SEM, ditemukan indikasi

    pola retakan akibat beban dinamik yang dimulai dari titik awal di Heat Affected Zone (HAZ) dan menjalar menuju

    ke logam induknya. Selain itu, pengamatan macrostructur di daerah lasan terdapat cacat porositas dan cacat

    incomplete fusion, hal ini dapat mendukung terjadinya retakan. Pengamatan microstructure di HAZ ditemukan fasa

    ferrite dan pearlite dengan grain size yang lebih halus dari logam induk. Hal ini, memberikan indikasi kecenderung

    lebih keras dari logam induknya. Beberapa upaya pencegahan retakan-retakan pada gerbong datar ini yaitu setiap

    sambungan las bertakik yang terletak pada beban dinamik maksimum harus dihindari, menyiapkan welding

    procedure specification (WPS), pemeriksaan NDT pada sambungan las dengan magnetic partikle inspection test

    atau ultrasonik test sebelum gerbong dioperasikan, tindakan perbaikan harus dilakukan dengan prosedur

    berkualifikasi.

    Kata kunci: Analisa kegagalan, gerbong datar, retakan sambungan las, beban dinamik, tegangan fatigue maksimum

    Abstract

    Failure analysis was carried out on the 54 ton railroad flat carriage with cracks in the carriage welding joint

    used for coal transportation in the South Sumatra region. The purpose of this study was to determine the cause of

    cracks in 54 ton flat carriages and advice on prevention. Research activities include fieldwork, laboratory testing and

    subsequent analysis of the crack problem in this flat car. Field inspection by visual testing and magnetic particle test

    found many cracks in the welded area of the notched plate at the bottom of the carriage. That, is the location of

    maximum fatigue stress and is the cause of cracks. While the analysis in the laboratory on some examples of

    fracture materials that have cracks in the joints welding carriages type GD BM 54 tons. Based on observations of

    macro-structural fractography and SEM, indications of crack patterns due to dynamic loads were found starting at

    the starting point in the Heat Affected Zone (HAZ) and spreading towards the parent metal. In addition,

    observations of macrostructure in the weld area have porosity and incomplete fusion defects, there are can support

    the occurrence of cracks. Microstructure observations at HAZ found ferrite and pearlite phases with finer grain sizes

    than the parent metal. There are, gives an indication of a tendency to be harder than the parent material. Some

    efforts to prevent cracks in these flat carriages are that each notched weld joint located at the maximum dynamic

    load must be avoided, prepare welding procedure specifications (WPS), NDT checks on welding joints with

    magnetic or ultrasonic particle test before the carriage is operated, corrective action must performed with qualified

    procedures.

    Keywords: failure analysis, flat carriages, welded joint cracks, dynamic loads, maximum fatigue stress

  • Analisa Kegagalan Gerbong Datar Kereta Api Beban 54 Ton

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 22 - 143

    1. PENDAHULUAN

    Angkutan batu bara menggunakan gerbong

    datar kereta api merupakan angkutan paling

    ekonomis, dimana setiap gerbong mampu

    mengangkut hingga kapasitas 54 ton. Hingga saat

    ini, angkutan jenis ini masih dipertahankan untuk

    tetap beroperasi oleh PT Kereta Api di lintasan

    Sumatra selatan.

    Telah terjadi kerusakan pada gerbong datar

    tipe GD BM 54 ton berupa retakan-retakan di

    sambungan-sambungan las pelat bagian datar,

    lihat Gambar 1. Oleh karena itu, perlu dilakukan

    penelitian analisa kegagalan dengan tujuan untuk

    mengetahui penyebab utama terjadinya retakan-

    retakan pada gerbong datar 54 ton serta saran-

    saran penanggulangannya untuk dapat dijadikan

    sebagai masukan di perusahan.[1]

    Analisa kegagalan adalah suatu kerusakan

    kontruksi sebelum umur pakai yang diharapkan.

    Hal ini akan terjadi pada kontruksi yang

    menggunakan bahan tidak sesuai standar,

    pengoperasian peralatan tidak sesuai prosedur

    kerja atau beroperasi melebihi kapasitas,

    kesalahan desain kontruksi peralatan, serta

    kerusakan oleh lingkungan seperti korosi. [2]

    Gerbong datar ini digunakan untuk

    angkutan batubara dan merupakan kereta api batu

    bara terpanjang di Divre 3 Sumatra Selatan.

    Selain itu, gerbong ini juga merupakan rangkaian

    kereta api terpanjang di Indonesia dengan jumlah

    gerbong antara 40 hingga 60 gerbong yang

    ditarik oleh lokomotif CC204 atau CC 206 untuk

    melayani angkutan batu bara dari tambang PT.

    Bara Alam Utama (BAU) dan PT.Bara Multi

    Sugih Sentosa (PT.BMSS) di Stasiun Sukacinta,

    PT.BA di Stasiun Tanjung Enim Baru, PT GGB

    dan PT.GPE di Stasiun Banjarsari, hingga ke

    Stasiun Kertapati atau Stasiun Simpang –

    Palembang (sumber PT Kereta Api).

    Kapasitas beban gerbong maksium adalah

    54 ton dan beban kosong 15 ton, dioperasikan

    pada laju kecepatan maksimum 80 km/jam.

    Gerbong ini dirancang dari bahan baja karbon

    rendah dengan teknologi proses Gas Metal Arc

    Welding (GMAW) [3]. Spesifikasi dimensi pada

    gerbong ini yaitu memiliki panjang gandar ujung

    gerbong 12.495 mm, lebar gerbong 2.438 mm,

    lebar sepur 1.067 mm, tinggi lantai dari atas 935

    mm, dan jarak antar Bogie 8.685 mm.

    Keterangan Bogie yang digunakan memiliki jenis

    barber-three Piece, sistem pengereman UIC 544-

    1, Air Brake, Alat perangkai Automatic Coupler,

    AAR No. 10A, dan Twist lock Rectratable type-

    12 buah (sumber PT Kereta Api).[1]

    Gambar 1. Gerbong dasar

    2. BAHAN DAN METODA

    Penelitian Analisa Kegagalan dilakukan

    pada gerbong datar dengan kode GD 5415271

    sebagai verifikasi material. Bentuk gerbong datar

    kereta seperti pada Gambar 2. Dibuat dari bahan

    pelat baja karbon rendah,.

    Metoda penelitian dilakukan dengan

    pengamatan visual di lokasi keberadaan gerbong

    datar (station kereta api di lapangan), pengujian

    laboratorium komposisi kimia, uji kekerasan, uji

    tarik, metalografi (fraktrografi, macrostructure,

    dan microstructure) [4] dan analisa tegangan.

    Pengamatan visual di lapangan dilakukan

    pada gerbong datar untuk mengamati posisi dan

    lokasi terjadinya retakan-retakan, selanjutnya

    pemeriksaan NDT menggunakan Magnetic

    Particle Inspection. Pemeriksaan di lapangan

    pada seluruh gerbong datar, diamati pada bagian-

    bagian sambungan las, terutama di daerah

    sambungan las bertakik.

    Gambar 2. Sketsa gerbong datar. *) sumber PT Kereta Api

  • Surasno, Asep lukman, Singgih, Ari Konosri

    Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 23 - 143

    R1 R

    2

    R3

    R

    4

    Base Plate

    Pengujian NDT (Magnetic Particle

    inspection) bertujuan untuk mengamati bagian

    retakan-retakan yang tersembunyi atau

    memperjelas bagian retakan yang terjadi.

    Pemeriksaan dilakukan pada seluruh gerbong

    yang tersedia di lokasi yang diperkirakan terdapat

    retakan. Sebagian material yang retak diberi

    tanda dan dipotong untuk dianalisa di

    laboratorium, diantaranya yaitu material

    sambungan las gerbong datar tanda nomor

    GD5415271.

    Pemeriksaan komposisi kimia dilakukan

    dengan metode Optical Emission Spectroscopy

    pada satu sampel material pelat bertujuan untuk

    merujuk kesesuaian spesifikasi bahan,

    perhitungan komposisi kimia terhadap Carbon

    Eqiuvalen, dan Sensitivity of Welding Crack

    (SOWC).

    Dari hasil pemeriksaan komposisi kimia

    material dapat diketahui sifat mampu las dan

    sensitivitas terhadap crack. Persamaan Carbon

    Eqiuvalen (standar JIS).

    CE = % C +(% Mn/6)+ (Si/ 24)+ (Ni/40) +( Cr/5)

    + (Mo/4)+(V/14).

    Persamaan karbon ekivalen (standar IIW)

    CE = % C +(% Mn/6)+ (Cu + Ni)/15 +( Cr +

    Mo+V)/5

    Sensitivity of Welding Crack (SOWC)

    SOWC = C+ Si/30 + Mn/20 + Cu/20 + Ni/60 +

    Cr/20 + Mo/15 + V/10+5B

    Persamaan karbon eqivalen dan sensitivita