Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 1 - 143
inir
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 2 - 143
El Royale Hotel, Bandung
23 Oktober 2019
Copyright© 2019
Kementerian Perindustrian, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik “REKAYASA MATERIAL DAN
DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN INDUSTRI 4.0” di Bandung pada
tanggal 23 Oktober 2019
Penerbit : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Jalan Sangkuriang No. 14, Bandung 40135
Telp/Fax : 022-2504088 / 2502027
www.b4t.go.id
Terbit 27 Desember 2019
iv+143 halaman
ISBN 978-623-92491-0-6
http://www.b4t.go.id/
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI BAHAN DAN BARANG TEKNIK
“REKAYASA MATERIAL DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN INDUSTRI 4.0”
DEWAN PENGARAH, MITRA BESTARI, DEWAN PENYUNTING DAN KOMITE
DEWAN PENGARAH
Ir. Budi Susanto, MT. (Ketua)
Ir. Dudung (Anggota)
Ir. Kosasih (Anggota)
Elis Sofianti, S.Si., MT. (Anggota)
Ni Made Parmiasih, ST., MT. (Anggota)
Azis Yunianto, SE., M.SE. (Anggota)
MITRA BESTARI
Afriyanti Sumboja, Ph.D (ITB)
Ir. Edi Leksono, M.Eng, Ph.D (ITB)
Giva Andriana Mutiara, ST., MT. (Universitas Telkom)
DEWAN PENYUNTING
Ir. Wieke Pratiwi, MS. (Ketua)
Mas’ud Adhi Saputra, ST., MT. (Sekretaris)
Surasno, SE. (Anggota)
Susanto Sigit Rahardi, S.Si., MT. (Anggota)
Revantino, ST., MT. (Anggota)
KOMITE
Dr. Sih Wuri Andayani (Ketua)
Teguh Iryanto, ST. (Sekretaris)
Alfiz Muhammad Qizwini, ST (Sekretaris)
Galih Ginanjar, S.Si., MT. (Anggota)
Rian Trijayana, S.Kom (Anggota)
Toni Agung Priambodo, ST. (Anggota)
Dadang Supriatna, SE. (Anggota)
Drs. Tatto Bustomi, MT. (Anggota)
Ir. Budi Tjahjohartoto (Anggota)
Gaos Abdul Karim, S.Si., M.Si. (Anggota)
Jumail Soba, ST., MT. (Anggota)
Najmuddin Yahya, ST. (Anggota)
Devic Octora, ST. (Anggota)
Bayu Sentany, ST. (Anggota)
Ari Kristiyanto, ST. (Anggota)
DITERBITKAN OLEH :
BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung
Telp/Fax : 022-2504088 / 2502027
Website : www.b4t.go.id / Email : [email protected]
ISBN 978-623-92491-0-6
http://www.b4t.go.id/mailto:[email protected]
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terselenggaranya Seminar Nasional Teknologi
Bahan dan Barang Teknik dengan tema “Rekayasa Material Fungsional dan Diversifikasi Energi dalam
Menghadapi Tantangan Industri 4.0”. Seminar Nasional ini diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober
2019 di El Royale Hotel, Bandung oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, Kementerian
Perindustrian RI, sebagai media komunikasi para Peneliti/Perekayasa, Akademisi, Praktisi, dan Pelaku
Bisnis untuk peningkatan inovasi dan teknologi sehingga mampu bersaing di era Industri 4.0. Berbagai
hasil litbangyasa dan kajian dalam bidang rekayasa material fungsional, diversifikasi energi, dan
teknologi industri 4.0 disajikan dalam Seminar ini.
Ucapan terima kasih pada berbagai pihak yang telah mendukung dalam penyelenggaraan seminar
nasional :
1. Bapak Dr. Ir. Ngakan Timur Antara (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Kementerian Perindustrian RI) sebagai keynote speaker utama.
2. Ibu Prof. Dr. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng (Deputi Bidang Teknologi Informasi,
Elektronik, dan Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi RI) sebagai keynote
speaker kedua.
3. Bapak Fadli Hamsani (Praktisi Industri Internet of Things, Schneider Indonesia) sebagai
keynote speaker ketiga.
4. Bapak Prof. Dr. Shahidan Radiman (Universiti Kebangsaan Malaysia) sebagai Plenary
speaker.
5. Bapak Joko Siswoyo (PT. Quantel Chroma Indonesia) sebagai plenary speaker, dan
6. Pemakalah dan peserta.
Seminar Nasional ini dilengkapi dengan buku panduan, yang berisi susunan acara seminar dan
abstrak dari para pemakalah oral maupun poster.
Selamat mengikuti seminar, semoga partisipasi para peserta dapat meningkatkan pengetahuan
bersama dan meningkatkan semangat kemajuan teknologi demi kemajuan Industri dalam negeri
Indonesia.
Bandung, 27 Desember 2019
Kepala Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,
Budi Susanto
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal iii
DAFTAR ISI DEWAN PENGARAH, MITRA BESTARI, DEWAN PENYUNTING DAN KOMITE ................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT TERMOELEKTRIK
PADUAN 80Cu20Zn
Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto .............................................................. 1
PENGARUH PENAMBAHAN BUSA POLIURETAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN
DAN SIFAT SERAP SUARA KOMPOSIT SANDWICH TENUNAN 3 DIMENSI
Hermawan Judawisastra, Chairani Tiara Sayyu, Dodi Ihsan Taufiq ........................................................ 8
ANALISIS PENGARUH ALUMINIUM DAN KUNINGAN DALAM PENDINGINAN SABUK
METAL PADA PROSES PERBAIKAN SIDE SEAM TABUNG
Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan....................................................................... 14
ANALISA KEGAGALAN GERBONG DATAR KERETA API BEBAN 54 TON
Surasno, Asep lukman, Singgih, Ari Konosri .......................................................................................... 21
PENERAPAN TEKNOLOGI ENERGY MANAGEMENT SYSTEM – KYUDENKO PADA
SISTEM PLTS TERHUBUNG JALA-JALA DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
Kholid Akhmad, Riza, Nur Aryanto Aryono, Hamzah Hilal .................................................................... 31
KINERJA SUB-SISTEM BATERAI PADA SISTEM PLTS TERHUBUNG JALA-JALA
YANG DILENGKAPI TEKNOLOGI EMS-KYUDENKO
Wulan Erna Komariah, Kholid Akhmad, Riza ........................................................................................ 39
PENGARUH WAKTU DAN DAYA PENGELASAN ULTRASONIK UNTUK APLIKASI
SAMBUNGAN KATODA ALUMINIUM DAN TAB ALUMINIUM BATERAI ION LITIUM
B4T 5000 mAh
Najmuddin Yahya .................................................................................................................................. 44
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM MIKROGRID CERDAS BERBASIS
ENERGI TERBARUKAN UNTUK PABRIK ES NELAYAN DI KARIMUNJAWA
Harry Setyo Wibowo, Mukhlis Ali ......................................................................................................... 51
KONSEP STANDAR NASIONAL INDONESIA PRODUK ELEKTRONIKA BANK DAYA
Susanto Sigit Rahardi, Deni Cahyadi, Daniel Fajar P ............................................................................. 56
STUDI PERBANDINGAN MATERIAL UNTUK SISTEM PERPIPAAN PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA PANAS BUMI MELALUI ANALISA TEGANGAN DENGAN
MEMPERGUNAKAN PERANGKAT LUNAK DAN MENGACU PADA ASME B31.1
Nur Ihsan Alfat, Bambang Widyanto, Ekha Pandji Syuryana ................................................................ 64
MESIN GAMBAR LASER BERBIAYA RENDAH UNTUK MENDUKUNG PRODUKSI
INDUSTRI KREATIF DESAIN DAN KERAJINAN
Rini Handayani, Tedi Gunawan, Marlindia Ike Sari, Faizal Gifari .......................................................... 71
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal iv
FITUR SCADA PADA SISTEM PV-GRID DENGAN TEKNOLOGI EMS-KYUDENKO DI
BILACENGE-SUMBA
Eka Nurdiana, Kholid Akhmad, Hamzah Hilal, Nur Aryanto Aryono ..................................................... 77
PENGARUH SMART FACTORY DALAM MENDUKUNG SMART MANUFACTURING
SISTEM ERA INDUSTRI 4.0
Akim Windaru, Kholid Akhmad, Nur Aryanto Aryono .......................................................................... 83
SMART ALARM PADA SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN GPS DAN ARDUINO MEGA
2560 R3
Aldy Rachmat Surya, Endro Ariyanto, Sidik Prabowo, Mas’ud Adhi Saputra,. ..................................... 88
STUDI PEMETAAN RISIKO (KOROSI) PADA PIPA PENYALUR GAS MENGGUNAKAN
ANALISIS BOWTIE DENGAN MEMODIFIKASI METODE MUHLBAUER
Ekha Panji Syuryana, Muchamad Luthfi Ali, Bambang Widyanto ......................................................... 94
INOVASI JIG UJI KEBOCORAN KOMPONEN PIPA CAIRAN PENDINGIN PADA MESIN
OTOMOTIF 1500cc
Ramelan, Djoko W Karmiadji .............................................................................................................. 100
PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE UNTUK PROSES PERMESINAN BLOK SILINDER
MESIN DIESEL
Tatang Hermawan, Djoko W Karmiadji ............................................................................................... 106
ANALISIS SENSITIVITAS KOMPOSISI BIJIH POLYPROPILENE DAN DAUR ULANG
HASIL PROSES CETAK PLASTIK TERHADAP KEKUATAN TARIK
Moh. Hartono, Samsul Hadi, Wirawan , Agus Sujatmiko, Irma Calista .............................................. 112
PENGEMBANGAN MOLD UNTUK PEMBUATAN GREEN-PART MATERIAL 17-4PH PADA
PROSES METAL INJECTION MOLDING
Haruman Wiranegara, Luky Krisnadi, Sina Jamilah ............................................................................. 119
POTENSI OCTANE BOOSTER BERBASIS SEL DARAH MERAH DARI LIMBAH DARAH
SAPI
Iman Pangestu, Fachrurrazie, Armi Wulanawati, Anggi Suprabawati ................................................ 125
SINTESIS DAN KARAKTERISASI BIOSORBEN DAUN RAMBUTAN BINJAI (Nephelium
lappaceum)
Dhiya Salsabila, Herawati2, dan Sutanto1 ............................................................................................ 130
PROSPEK PENGEMBANGAN SEL SURYA LAPISAN TIPIS BERBASIS CZTS DI
INDONESIA
Devic Oktora........................................................................................................................................ 134
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 1 - 143
PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT
TERMOELEKTRIK PADUAN 80CU20ZN
THE EFFECT OF SINTERING TEMPERATURE ON TERMOELECTRIC
PROPERTIES IN 80CU20ZN ALLOY
Sri Mulyati Latifah1, a, M. Bayu Feby Anggoro1, b, Dedi 2, c, Kusharjanto1, d
1 Teknik Metalurgi, Fakultas Teknologi Manufaktur Universitas Jenderal Achmad Yani
Jl. Gatot Subroto PO Box 807 (PT PINDAD), Telp 022-7320920 Bandung 40285 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi
Jl. Sangkuriang, Komplek LIPI, Gd 20, Cisitu Dago Kecamatan Coblong Bandung 40135 a [email protected]
b [email protected] c [email protected]
ABSTRAK
Kebutuhan akan energi menjadi masalah besar bagi manusia karena permintaan energi yang terus
tumbuh, sehingga diperlukan sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Termoelektrik menawarkan
energi berkelanjutan dengan cara mengubah energi panas yang terbuang menjadi energi listrik. Material
80Cu20Zn dibuat melalui proses metalurgi serbuk dengan tahapan milling, kompaksi dan sintering, dengan
berat sampel 1,5 gram yang dibentuk menjadi pellet tablet. Selanjutnya dilakukan proses sintering dengan
memvariasikan temperatur sebesar 650˚C, 750˚C dan 850˚C dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
temperatur sintering terhadap sifat termoelektrik dan mekanik. Hasil karakterisasi menunjukkan nilai densitas
Archimedes tertinggi diperoleh pada temperatur sintering 650˚C yaitu 7,331 g/cm3 dengan nilai kekerasan
sebesar 93,25 HVN. Hasil pengukuran sifat Termoelektrik (LSR-4) pada temperatur pengujian 114,4˚C
diperoleh nilai koefisien Seebeck sebesar -3,043 μV/K dan Power Factor sebesar 114,5 W/mK2. Dengan
meningkatnya nilai koefisien Seebeck dan Power Factor, maka sifat mekanik juga meningkat dikarenakan nilai
densitasnya yang tinggi.
Kata kunci : 80Cu20Zn, Termoelektrik, Metalurgi Serbuk, Sintering dan Kekerasan
ABSTRACT
Energy requirement is the big problem for humans, especially because the high demand of energy that
make sustainable source of energy is needed. Thermoelectric offers sustainable energy by converting the loss of
heat energy into electricity. The 80Cu20Zn material was made through a powder metallurgical process with
stages of milling, compacting and sintering, with a weight of 1.5 grams of sample formed into pellet tablets. The
sintering process was then carried out by varying the temperature of 650˚C, 750C and 850˚C, to determine the
effect of sintering temperature on thermoelectric and mechanical properties. The characterization showed that
the highest Archimedes density value was obtained at the sintering temperature of 650˚C which was 7.331
g/cm3 followed by hardness value of 93.25 HVN. Thermoelectric properties (LSR-4) at measurement at the
temperature of 114.4˚C resulted for the Seebeck coefficient of -3.043 μV/K and Power Factor 114.5 W/mK2.
The increase of Seebeck and Power Factor value will escalate, the mechanical properties due to the high
density value.
Key words: Thermoelectric, 80Cu20Zn, Powder Metallurgy, Sinteringand Hardness
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat Termoelektrik Paduan 80Cu20Zn
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 2 - 143
1. PENDAHULUAN
Konsumsi energi di Indonesia
meningkat dengan rata-rata 3% per tahun
dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 4,7% per
tahun pada rentang 2011-2030 [1]. Energi
Termoelektrik adalah metode yang
mengkonversi energi panas yang tersedia
secara bebas dan mengubahnya menjadi
energi mekanik atau listrik [2]. Teknologi
Termoelektrik (TE) adalah perangkat
pembangkit listrik yang dirancang untuk
mengubah panas menjadi energi listrik
(Generator Termoelektrik) [3].
Berdasarkan penelitian sebelumnya
material yang digunakan untuk bahan
termoelektrik adalah berbasis Cu dengan
paduan Cu2ZnSnSe4 yang mempunyai nilat
ZT sebesar 0,95 pada temperatur 850K [4].
Pemilihan material untuk termoelektrik paduan
80Cu20Zn ini berkaitan erat dengan potensi
kebutuhan material alternatif yang dapat
memenuhi persyaratan sebagai material
termoelektrik dan memiliki kekuatan yang
unggul serta biaya prosesnya yang relatif
murah. Generator termoelektrik adalah suatu
pembangkit listrik yang didasarkan pada efek
Seebeck. Efek ini yang terjadi pada rangkaian
logam tembaga dan besi yang diletakkan pada
jarum kompas, yang mana saat sisi logam
tersebut dipanaskan maka akan menyebabkan
jarum kompas bergerak. Fenomena ini
kemudian dikenal dengan efek Seebeck [2].
Saat diberikan suhu yang berbeda pada
sambungan, maka akan terjadi perbedaan
tegangan [5]. Efek Seebeck dapat ditentukan
dengan formula (1.1):
𝛼=− = (1.1)
dengan 𝛼: Koefisien Seebeck, ΔV: Perbedaan Tegangan (Volt), ΔT: Perbedaan Suhu (K).
Power factor merupakan sifat elektrik
untuk menentukan kegunaan bahan dalam
generator thermoelectric atau pendingin
thermoelectric. Power factor dihitung dengan
konduktivitas listrik, koefisien seebeck dan
koefisien konduktivitas listrik dibawah
perbedaan suhu yang diberikan [6]. Formula
untuk Power Factor ditunjukkan pada (1.2):
𝑃𝐹=𝜎𝛼2 (1.2)
dengan PF: Power factor, σ: Konduktifitas
listrik, α: koefisien Seebeck bahan (V/K).
Tahapan proses metalurgi serbuk
dimulai dari persiapan material, mixing,
kompaksi dan sintering dapat ditunjukkan
pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Tahapan proses Metalurgi Serbuk
[7].
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi temperatur
sintering terhadap sifat Termoelektrik, sifat
mekanik dan struktur mikro paduan
80Cu20Zn. Dengan ruang lingkup penelitian
yaitu memvariasikan temperatur sintering
yaitu 650˚C, 750˚C dan 850˚C, serta waktu
proses sintering dengan penahanan waktu
(holding time) selama 5 jam.
2. BAHAN DAN METODE
Proses pembuatan bahan
Thermoelektrik dilakukan dengan metode
metalurgi serbuk konvensional. Bahan yang
digunakan adalah Cu 80%, Zn 20% pro
analize dari Merck. Bahan tersebut dibuat 3
sampel dengan masing-masing berat total
1,5gram berbentuk pellet tablet. Proses mixing
kemudian dilakukan menggunakan alat milling
selama 30 menit. Setelah proses mixing, proses
kompaksi basah (pemadatan serbuk
menggunakan temperatur kamar) dilakukan
dengan parameter kompaksi yaitu tekanan
kompaksi maksimum 203,8 kg/cm2, tekanan
yang digunakan 60 kg/cm2, waktu penahanan
10 detik, dengan menggunakan diameter dies
11 mm.
Selanjutnya dilakukan proses sintering
dengan variasi temperatur yaitu 650˚C, 750˚C
dan 850˚C selama 5 jam, diawali dengan pre-
heat pada temperatur 400˚C dengan penahanan
selama 1 jam. Jenis tungku yang digunakan
untuk proses sintering adalah Muflle Yamato
FD41.
Pada Gambar 2.1. ditunjukkan diagram
fasa biner CuZn dalam ASM Metal Hanbook
Vol. 3 digunakan untuk menentukan
temperatur sintering sebesar 2/3 dari
temperatur melting (1010˚C), dengan
komposisi 80Cu20Zn berada pada temperatur
673,3˚C [8], dan berkisar antara 0,7-0,85 Tm [
9,11].
Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 3 - 143
Gambar 2.1 Diagram Fasa Biner Cu-Zn dengan
Variasi Temperatur Sintering 650˚C, 750˚C dan
850˚C [10,12].
Karakterisasi sampel hasil proses
dilakukan menggunakan beberapa pengujian
yaitu : 1) Pengujian densitas secara dimensi
menggunakan rumus densitas dan Archimides
(menggunakan perbandingan berat kering dan
berat basah saat di dalam air). 2) Pengujian
thermoelektrik menggunakan alat uji LSR-4
dengan kapasitas temperatur sampai 800˚C,
pengukuran range Seebeck dari 1 sampai
2500μV/K, pengukuran range Electric
Resistivity dari 0,01 sampai 2.105 S/cm
dengan material Elektroda yang digunakan
Nikel/Platinum. 3) Pemeriksaan Metalografi
mengggunakan alat Mikroskop Optik untuk
mengidentifikasi fasa-fasa yang terbentuk.
Preparasi sampel menggunakan standar ASTM
E3-01 dan E7-03, etsa menggunakan standar
ASTM E407-99. Larutan etsa yang digunakan
adalah HCl 10 ml dan Aquades 100 ml. Untuk
dapat mengetahui morfologi permukaan
dengan lebih jelas, dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan SEM/EDS dengan
pembesaran 500x sampai 1000x. Sedangkan
EDS dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur
yg terkandung dalam bahan 80Cu20Zn.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian kekerasan
menggunakan metoda micro Hardness Vickers
dengan beban indentor 50 gram dilakukan
pada 10 titik pengujian pada variasi temperatur
sintering yaitu 650˚C, 750˚C dan 850˚C.
Gambar 3.1 Kurva nilai kekerasan rata-rata
dan penurunan kekerasan.
Gambar 3.1 menunjukkan hasil
pengujian kekerasan, nilai tertinggi adalah
sebesar 93,26 HVN yang diperoleh pada
temperatur sintering 650˚C dan nilai kekerasan
menjadi turun pada temperatur sintering750C
yaitu sebesar 72,60 HVN, dan pada temperatur
sintering 850˚C dengan nilai kekerasan 38,70
HVN. Persen penurunan kekerasan dari
temperatur 650˚C ke 750˚C sebesar 22,15%
dan dari 750˚C ke 850˚C adalah sebesar
58,5%.
Gambar 3.2 Nilai densitas dan nilai
kekerasan berbanding lurus dan berpengaruh
pada kenaikan
Dari Gambar 3.2. hasil pengujian
densitas secara perhitungan dimensi dan
Archimedes diperoleh bahwa nilai densitas
Archimedes tertinggi adalah pada temperatur
sintering 650˚C dengan nilai 7,331 g/cm3.
Semakin tinggi temperatur sintering, nilai
densitas semakin menurun. Temperatur
750˚C dengan nilai densitas sebesar 7,286
g/cm3dan temperatur 850˚C dengan nilai 7,111
g/cm3. Hal ini dapat terjadi karena Zn
memiliki titik cair yang rendah (420˚C)
sehinga pada temperatur tinggi Zn mudah
Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat Termoelektrik Paduan 80Cu20Zn
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 4 - 143
menguap. Terjadinya penguapan
mengakibatkan adanya pertumbuhan porositas
antar partikel pada permukaan sampel.
Sehingga tingginya temperatur sintering
menyebabkan pertumbuhan porositas menjadi
semakin besar pula.
Dari hubungan tersebut dapat terlihat
bahwa semakin tinggi temperatur sintering
akan membuat nilai kekerasan menjadi
semakin turun. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil nilai densitas akan menurunkan
kepadatan, sehingga butir-butir menjadi
semakin kasar dan akan menurunkan nilai
kekerasannya.
Gambar 3.3 adalah hasil pengujian
termoelektrik dengan pemanasan yang
berbeda-beda menghasilkan α: nilai koefisien
Seebeck bahan (V/K), ρ: Resistivitas listrik
bahan (ohm.m), dan PF: Power Factor.
Hubungan antara nilai koefisien Seebeck, nilai
Resitivitas Listrik dan nilai Power Factor
terhadap variasi temperatur sintering 650˚C,
750˚C dan 850˚C.
(a)
(
b)
(c)
Gambar 3.3 Hubungan Temperatur sintering
terhadap: (a) Nilai koefisien Seebek (b) Nilai
resitivitas listrik (c) Nilai Power Factor.
Dari Gambar 3.3(a). pada variasi
temperatur sintering 650˚C didapat nilai
koefisien Seebeck sebesar -3,043 µV/K pada
pemanasan 114,4˚C. Nilai minus tersebut
menunjukkan material tipe-n atau
semikonduktor yang terbilang memiliki jumlah
muatan electron yang banyak. Pada vasiasi
temperatur sintering 750˚C nilai koefisien
Seebeeck menurun drastis sebesar -0,484
µV/K. Fenomena ini berbanding jauh pada
variasi temperatur sintering 850˚C dengan
nilai koefisien Seebeck sebesar -2,157 µV/K
yang mana nilai tersebut tidak jauh berbeda
dengan variasi temperatur sintering 650˚C.
Dari Gambar. 3.3 (b) dan (c) pengujian
termoelektrik mendapatkan nilai resitivitas
listrik dan Power Factor dengan pemanasan
114,4˚C pada variasi temperatur sintering
650˚C masing-masing adalah 0,0885
µOhm.m, dan 0,1145 mW/mK2. Sedangkan
nilai resitivitas listrik dan Power Factor
terendah diperoleh pada temperatur sintering
850˚C yaitu sebesar 0,0507 µOhm.m dan
0,0921 mW/mK2 .
Jadi, semakin tinggi temperatur
sintering akan membuat nilai koefisien
Seebeeck menjadi semakin menurun. Hal ini
dikarenakan prinsip koefisien Seebeck yang
disambungkan pada kedua ujung material akan
memberikan transfer electron dari dua
temperatur yang berbeda (Thot ke Tcol)
dengan potensial tegangan yang berbeda.
Sehinggga material dengan nilai densitas
paling tinggi yang memiliki porositas rendah,
akan menghasilkan nilai koefisien Seebeck
yang lebih tinggi, dikarenakan hambatan
transfer electron semakin kecil. Gambar 3.4
Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 5 - 143
menunjukkan kurva perbandingan yang
diambil dari nilai koefisen Seebeck yang
tertinggi terhadap nilai densitas Archimedes.
Gambar 3.4 Korelasi hubungan nilai densitas
Arhimides dengan nilai seebeck.
Power Factor adalah energi listrik yang
dihasilkan dari temperatur yang ditentukan.
Sehingga semakin tinggi nilai koefisien
Seebeck maka, semakin tinggi juga nilai
Power Factor. Hal ini dikarenakan Power
Factor dihasilkan dari nilai konduktivitas
listrik (σ) dan koefisien Seebeck (α). Gambar
3.5 menunjukkan perbandingan korelasi antara
nilai Seebeck dan Power Factor.
Gambar 3.5 Korelasi perbandingan antara
nilai Seebeck dan Power Factor
Gambar 3.6 menunjukkan data
perbandingan antara nilai Power Factor pada
pemanasan 27˚C, 77˚C dan 127˚C dengan
referensi material Cu2xSe (1,75
Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat Termoelektrik Paduan 80Cu20Zn
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 6 - 143
(c)
Gambar 3.7 Perbedaan Hasil Metalografi
variasi Temperatur sintering perbesaran 500x
Temperatur (a) 650˚C (b) 750˚C (c) 850˚C.
Nilai porositas pada temperatur sintering
650˚C adalah sebesar 6,056%, dimana nilai itu
lebih kecil dibandingkan variasi temperatur
sintering 750˚C yang mencapai 15,361 % dan
850˚C sebesar 22,303 %. Nilai porositas yang
tinggi menunjukkan laju dari kepadatan butir
relatif terhadap porositas yang terjadi pada
tahapan akhir proses sintering. Porositas
diakibatkan oleh penyusutan dan gas yang
terjebak karena menguapnya serbuk pemadu
(Zn). Porositas juga akan mempengaruhi sifat
mekanik dan termoelektriknya. Struktur yang
berpori akan menurunkan kekuatan dan
kekerasan pada sampel. Jika dibandingkan
struktur yang padat memiliki batas butir
halus/kecil dan meluas ke seluruh permukaan
sampel akan menghasilkan sifat mekanik dan
termoelektrik yang semakin baik. Struktur yang
padat dapat menghasilkan hambatan transfer
electron semakin kecil dan hasil kekerasan
yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan
struktur berpori yang memiliki batas butir
besar.
Terbentuknya fasa hasil metalografi
dapat diidentifikasi secara visual dan dapat
dibuktikan dengan menggunakan diagram fasa
biner Cu-Zn. Gambar 2.1 memperlihatkan fasa-
fasa yang terbentuk pada setiap temperatur dan
komposisi. ASM Handbook Vol.3 menjelaskan
diagram fasa Biner Cu-Zn, dengan komposisi
0-38% Zn didapatkan fasa α-Cu dan komposisi
38-56% Zn didapatkan fasa β. Pada fasa α-Cu
memiliki struktur FCC dan di fasa β memiliki
struktur BCC. Paduan 80Cu20Zn pada
temperatur sintering 650˚C, 750˚C dan 850˚C
dengan komposisi 20% Zn didapatkan fasa α-
Cu dengan struktur kristal FCC.
Gambar 3.8 memperlihatkan perbedaan
struktur mikro hasil dari mikroskop optik dan
SEM pada temperatur sintering 650˚C. Hasil
SEM memperlihatkan terbentuknya fasa α-Cu
dengan matrik Cu berwarna kehitaman dan Zn
berwarna putih. Fasa α-Cu terjadi dikarenakan
sifat Zn yang terlarut kedalam matrik Cu
dengan komposisi Zn lebih rendah dari Cu dan
terlihat adanya porositas.
Gambar 3.8 Perbedaan hasil Mikroskop optik
dan SEM temperatur sintering 650˚C
pembesaran 500x (a) Mikroskop Optik (b)
SEM
Gambar 3.9 hasil pengujian EDS
menunjukkan prosentase unsur-unsur Cu dan
Zn yang terdapat pada paduan 80Cu20Zn
dengan kandungan 82,56 % Cu dan 17,44%
Zn. Dibandingkan dengan target nilai tersebut
masuk dalam standar dengan margin error
kurang dari 5%.
Gambar 3.9 Hasil pengujian EDS paduan
80Cu20Zn temperatur sintering 650˚C.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Temperatur 650˚C menghasilkan nilai
tertinggi untuk koefisien Seebeck -3,043 μV/K,
Resistivitas listrik 0,0885 μOhm.m dan Power
Factor 0,1145 mW/mK2 dengan nilai densitas
7,331 g/cm3 dan kekerasan 93,28 HVN.
Struktur mikro yang terbentuk yaitu fasa α-Cu
dengan kerapatan dan bentuk butir yang padat
serta halus dibandingkan dengan temperatur
sintering 750˚C dan 850˚C. Bentuk Butir yang
Z
n
Porosit
as Porositas
as
C
u b a
Sri Mulyati Latifah, M. Bayu Feby Anggoro, Dedi, Kusharjanto
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 7 - 143
halus akan menghasilkan sifat mekanik dan
termoelektrik yang semakin baik, karena
struktur yang padat dapat mengahasilkan
hambatan transfer electron menjadi semakin
kecil dan hasil kekerasanya menjadi tinggi.
Saran
Untuk meningkatkan nilai koefisien
Seebeck, Power Factor perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan memvariasikan
tekanan kompaksi dan waktu milling.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada PPET-LIPI Bandung, Jurusan Teknik
Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur –
UNJANI.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Dharma, "Outlook Energi Indonesia". 2013.
[2] N. Aimable, “For Waste Heat Recovery In Local Process Industry”, 2017.
[3] D. Beretta, “Materials Science & Engineering R Thermoelectrics”, From
History, A Window To The Future,”
No. July, 2018.
[4] P. Qiu, X. Shi, an L. Chen, “Cu-Based
Thermoelectric Materials,” Vol. 3, 85–
97, 2016.
[5] M. Ilham, S. Eka, M. Putra, Dan P. S. Fisika, “Termoelektrik,” No. 1,1–5,
2013.
[6] R
. A. Kishore, S. Priya, “A Review On
Low-Grade Thermal Energy Harvesting:
Materials, Methods And Devices,”
Materials (Basel)., Vol. 11, No. 8, 2018.
[7] T. Tsutsui, “Recent Technology Of Powder Metallurgy And Applications,”
Hitachi Chem. Tech. Rep. No.54, No. 54,
12–20, 2012.
[8] R. Mcgrath, “International Journal Of Powder Metallurgy - Focus Issue:
Precious Metals,” Platin. Met. Rev., Vol.
54, No. 2, 122–124, 2010.
[9] H. Danninger, R. De Oro Calderon, And C. Gierl-Mayer, “Powder Metallurgy
And Sintered Materials,” Ullmann’s
Encycl. Ind. Chem.,1–57, 2017.
[10] A.P Miodownik, The Cu–Zn (Copper and Zinc) System. In Phase Diagrams Of
Binary Copper Alloys, Vol. 2, 1987.
[11] German, M. Randall, “Powder Metallurgy Science” 2nd edition, The
Pennsylvania State University, MPIF,
Princenton New Jersey USA, 1994
[12] ASM International, Materials Park, OH, “Binary Alloy phase Diagram, 2nd
edition, Vol 2 T.B. Massalski, Edition-
in-Chief, 1990.
[13] ASM International Handbook Committee, “The Materials Information
Company”, Technology Vol. 2, Hal.
3470, 2001.
[14] J. Yu, K. Zhao, P. Qiu, X. Shi, Dan L. Chen, “Thermoelectric Properties Of
Copper-Deficient Cu2-Xse (0.05 ≤ X ≤
0.25) Binary Compounds,” Ceram.Int.,
Vol. 43, No. 14, 11142–11148, 2017
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 8 - 143
PENGARUH PENAMBAHAN BUSA POLIURETAN TERHADAP
KEKUATAN TEKAN DAN SIFAT SERAP SUARA KOMPOSIT
SANDWICH TENUNAN 3 DIMENSI
EFFECT OF POLYURETHANE FOAM ADDITION TO FLAT WISE
COMPRESSION STRENGTH AND NOISE REDUCTION COEFFICIENT ON 3
DIMENSIONAL WOVEN SANDWICH COMPOSITE
Hermawan Judawisastra1*, Chairani Tiara Sayyu1, Dodi Ihsan Taufiq1 1Program Studi Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung,
Jalan Ganesha No. 10, Bandung, 40132,
*E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Material sandwich memiliki sifat bending spesifik yang tinggi, namun memiliki ketahanan delaminasi yang
rendah. Komposit sandwich tenunan 3 dimensi (3D) memiliki kulit yang terintegrasi dengan inti sehingga ketahanan
delaminasi meningkat dan menghasilkan rongga yang saling terkoneksi. Sandwich ini memiliki kekuatan tekan sisi
kulitnya yang relatif rendah. Busa poliuretan memiliki struktur berpori namun memiliki densitas yang lebih tinggi
daripada inti komposit sandwich tenunan 3D. Saat ini komposit sandwich tenunan 3D telah dibuat dan memiliki
potensi untuk diaplikasikan sebagai pelapis lantai dan panel kereta api ringan di Indonesia. Dalam aplikasi ini,
dibutuhkan kekuatan tekan inti dan sifat serap suara yang baik. Pada penelitian ini, dikaji pengaruh penambahan
busa poliuretan terhadap perubahan kekuatan tekan dan serap suara komposit sandwich tenunan 3D serat gelas -
poliester. Komposit sandwich tenunan 3D serat gelas – poliester dibuat dengan metode laminasi. Busa poliuretan
dengan komposisi poliol:isosianat sebesar 50:50 berat diinjeksikan kedalam inti komposit sandwich. Kekuatan tekan
diperoleh dari pengujian tekan dan sifat serap suara diperoleh dari pengujian tabung impedansi. Penambahan busa
poliuretan kedalam inti komposit sandwich tenunan 3D berhasil meningkatkan densitas inti komposit sebesar 16%,
meningkatkan kekuatan tekan inti sebesar 80% dan meningkatkan nilai koefisien serap suara rata-rata NRC sebesar
60%.
Kata kunci: Sandwich, komposit, tenunan, kekuatan tekan, sifat serap suara
ABSTRACT
Sandwich materials have high specific bending properties but low delamination strength. 3D woven
sandwich composite has a skin that integrated with its core which result in high delamination strength and
interconnected pore. This composite has a low flatwise compressive strength. Polyurethane foam is common to be
used as core in sandwich materials. 3D woven sandwich composite has been used as floor panel cover on train,
which needs a good flatwise compressive strength and sound absorption properties. In this study, the effect of
polyurethane foam injection to flatwise compressive strength and sound absorption properties of 3D woven
sandwich glass fiber – polyester composite were examined. 3D woven sandwich composite was made with
lamination method. Polyurethane foam with a ratio of 50:50 by weight polyol to isocyanate was injected into
composite’s core. Flatwise compressive strength was obtained by compression test and sound absorption properties
was obtained by impedance tube test. The injection of polyurethane foam to 3D woven sandwich composite
succeeded in increasing core’s density by 16%, increasing flatwise compressive strength by 80%, and increasing
noise reduction coefficient NRC by 60%.
Keywords: Sandwich, composites, woven, compression strength, sound absorption
1. PENDAHULUAN Material sandwich umum diaplikasikan
pada konstruksi yang terkena beban bending
seperti panel pada kereta, lambung kapal dan
spoiler pada truk [1]. Salah satu kelemahan
material sandwich adalah mudah mengalami
Pengaruh Penambahan Busa Poliuretan terhadap Kekuatan Tekan dan Sifat Serap Suara Komposit
Sandwich Tenunan 3 Dimensi
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 9 - 143
delaminasi [2]. Material sandwich tenunan 3
dimensi (3D) telah dikembangkan dan dapat
meningkatkan ketahanan delaminasi material
sandwich karena lapisan kulit pada material
sandwich tenunan 3D yang terintegrasi dengan
lapisan inti dan membentuk rongga pada inti
yang saling terkoneksi [3][4], lihat Gambar 1.
Komposit sandwich tenunan 3D memiliki
kelemahan yaitu sifat geser inti dan sifat tekan
sisi kulit yang relatif lebih rendah dibandingkan
jenis material sandwich lainnya [5]. Busa
poliuretan sudah umum digunakan dalam
konstruksi sandwich [6] dan memiliki potensi
untuk meningkatkan kekuatan tekan komposit
sandwich tenunan 3D melalui injeksi busa
kedalam inti komposit sandwich. Hal tersebut
dikarenakan busa poliuretan memiliki densitas
yang lebih tinggi dibandingkan inti komposit
sandwich tenunan 3D. Peningkatan densitas inti
pada komposit sandwich terbukti dapat
meningkatkan sifat tekan sisi kulit komposit
sandwich [6]. Selain itu, busa poliuretan juga
memiliki struktur berpori sehingga dapat
menyerap gelombang suara yang datang [7].
Busa poliuretan dapat dimasukkan ke dalam inti
komposit sandwich tenunan 3D karena adanya
inti berongga yang saling terkoneksi.
Gambar 1 Tenunan 3 Dimensi Serat Gelas
Dengan Lapisan Kulit yang Terintegrasi dengan
Lapisan Inti
Gambar 2 Komposit Sandwich Tenunan 3D
untuk Prototipe Pelapis Lantai Kereta Api Ringan
[8]
Saat ini komposit sandwich tenunan 3D
telah dibuat dan memiliki potensi untuk
diaplikasikan sebagai pelapis lantai dan panel
kereta api ringan di Indonesia [8, 9]. Prototipe
lantai komposit sandwich telah dibuat dan dapat
dilihat pada Gambar 2 [8]. Dalam aplikasi ini,
dibutuhkan kekuatan tekan inti dan sifat serap
suara yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan kekuatan tekan dan sifat serap
suara dari komposit sandwich tenunan 3D
melalui penambahan busa poliuretan.
2. BAHAN DAN METODE
Bahan
Komposit yang digunakan dibuat dari
sandwich tenunan serat gelas 3D dengan tinggi
kolom 6 mm yang berasal China Behai
Fiberglass dan resin poliester dari PD Marcus
Bandung. Busa poliuretan yang digunakan
menggunakan isosianat jenis MDI dan polyol
jenis JKR-7631L yang berasal dari PT Justus
Kimia Raya Bandung.
Metode Pembuatan Sampel
Komposit sandwich tenunan 3D serat
gelas – poliester dimanufaktur dengan metode
laminasi dengan rasio berat serat terhadap resin
1:1.5. Busa poliuretan dengan rasio isosianat
terhadap poliol 50:50 berat diinjeksikan kedalam
inti komposit sandwich dari satu sisi terbuka di
arah pakan (lihat Gambar 1), ketiga sisi lain
komposit sandwich dibuat tertutup. Komposit
sandwich tanpa penambahan busa poliuretan
diberi kode UF dan komposit sandwich dengan
penambahan busa poliuretan diberi kode F.
Karakterisasi Sampel
Beberapa pengujian dilakukan pada
sampel komposit sandwich yang telah dibuat:
a. Evaluasi konstruksi inti komposit sandwich
tenunan 3D tanpa atau dengan penambahan busa
poliuretan dengan mikroskop stereo. Pemeriksaan
mikroskop stereo dilakukan di laboratorium
teknik material ITB. Uji mikroskopstereo
dilakukan pada arah pakan dan arah lusi
komposit sandwich.
b. Evaluasi struktur dan jenis sel busa poliuretan
melalui pemeriksaan dengan Scanning
Microscope Electron (SEM). Pemeriksaan SEM
dilakukan di Politeknik Manufaktur Bandung. Uji
SEM dilakukan pada spesimen busa poliuretan
yang telah dilapisi oleh Au dan diuji pada voltase
5 kV.
c. Uji densitas, dilakukan untuk mendapatkan
densitas sandwich dan densitas inti dari komposit
sandwich tenunan 3D tanpa atau dengan
penambahan busa poliuretan. Densitas total
komposit sandwich didapatkan dengan
menggunakan persamaan 1. Densitas inti
Hermawan Judawisastra, Chairani Tiara Sayyu, Dodi Ihsan Taufiq
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 10 - 143
komposit didapatkan setelah mengetahui densitas
total komposit sandwich dan densitas kulit
komposit sandwich, dengan menggunakan
persamaan 2. m = ρ V Persamaan 1
Dimana,
m = massa spesimen (gram)
V = volume spesimen (mm3)
= densitas spesimen (gram/mm3)
Persamaan 2
Dimana,
i = densitas inti komposit sandwich (gram/mm3)
s = densitas komposit sandwich (gram/mm3)
k = densitas kulit komposit sandwich
(gram/mm3)
d. Uji tekan, dilakukan untuk mendapatkan
kekuatan tekan sisi kulit dari komposit sandwich
tenunan 3D, lihat Gambar 3. Uji tekan dilakukan
dengan mesin Tarno Grouchy di laboratorium
metalurgi dan Teknik material ITB. Uji tekan
dilakukan berdasarkan standar ASTM C365 [10]
dengan ukuran spesimen 50 mm x 50 mm.
Kekuatan tekan diperoleh dari persamaan 3.
c = Fmax/A Persamaan 3
Dimana,
c = kekuatan tekan inti komposit (MPa)
Fmax = gaya maksimum di puncak pertama pada
kurva hasil uji tekan (N)
A = luas penampang inti komposit (mm2)
Gambar 3 Uji tekan sisi kulit komposit
sandwich tenunan 3D
e. Uji serap suara, dilakukan untuk mendapatkan
kemampuan serap suara atau koefisien serap
suara dari komposit sandwich tenunan 3D tanpa
atau dengan penambahan busa poliuretan. Uji
serap suara dilakukan dengan menggunakan
tabung impedansi di laboratorium teknik fisika
ITB dengan standar ISO 10534-2 [11]. Uji serap
suara dilakukan pada frekuensi 80 Hz hingga
6300 Hz. Koefisien penyerapan suara rata-rata,
noise reduction coefficient (NRC) dihitung
dengan menggunakan persamaan 4 [7].
Persamaan 4
Dimana, 𝛼250 = koefisien serap suara pada frekuensi 250 Hz
𝛼500 = koefisien serap suara pada frekuensi 500 Hz
𝛼1000 = koefisien serap suara pada frekuensi 1000 Hz
𝛼2000 = koefisien serap suara pada frekuensi 2000 Hz
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Konstruksi Inti Sandwich
dan Busa Poliuretan
Hasil pemeriksaan konstruksi inti
sandwich dapat dilihat pada Gambar 5. Evaluasi
pada konstruksi inti sandwich, pada arah pakan
dan lusi, sebelum dan sesudah injeksi busa
memperlihatkan bahwa penambahan busa
poliuretan berhasil dilakukan pada inti komposit
sandwich tenunan 3D.
Gambar 5 Konstruksi inti komposit sandwich
tenunan 3D tanpa (UF) dan dengan (F) busa
poliuretan
Hasil pemeriksaan struktur busa poliuretan,
seperti terlihat pada Gambar 6, memperlihatkan
struktur busa poliuretan dengan sel tertutup
dengan ukuran pori sekitar 0,5 sampai dengan 1
mm.
Pengaruh Penambahan Busa Poliuretan terhadap Kekuatan Tekan dan Sifat Serap Suara Komposit
Sandwich Tenunan 3 Dimensi
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 11 - 143
Gambar 6 Struktur busa poliuretan
Hasil Uji Densitas
Densitas sandwich dan inti komposit
sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan
penambahan busa poliuretan dapat dilihat pada
Gambar 7. Densitas inti komposit sandwich yang
lebih rendah dibandingkan densitas komposit
sandwich sesuai dengan konsep material
sandwich dimana inti harus memiliki densitas
yang sangat rendah. Gambar 7 memperlihatkan
bahwa penambahan busa poliuretan
meningkatkan densitas komposit sandwich
tenunan 3D dari 0.388 g/cm3 jadi 0.432 g/cm3
atau sebesar 11%. Densitas inti komposit
sandwich tenunan 3D meningkat sebesar 16%,
dari semula 0.267 g/cm3 menjadi 0.311 g/cm3.
Peningkatan densitas komposit sandwich dan
densitas inti komposit sandwich terjadi karena
rongga inti sandwich berhasil diisi oleh busa
poliuretan sesuai dengan hasil pemeriksaan
konstruksi inti pada Gambar 5.
Gambar 7 Densitas Sandwich dan Inti Komposit
Sandwich Tenunan 3D Tanpa (UF) dan Dengan
(F) Penambahan Busa Poliuretan
Hasil Uji Tekan
Dari pengujian tekan, diperoleh kurva
tegangan regangan untuk sampel komposit
sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan
penambahan busa poliuretan, lihat Gambar 8.
Kedua kurva memiliki pola yang serupa.
Kenaikan tegangan dan regangan terjadi sampai
mencapai tegangan maksimum yang merupakan
kekuatan tekan dari komposit sandwich. Setelah
mencapai kekuatan tekan, tegangan mengalami
penurunan akibat buckling yang terjadi pada
kolom di dalam inti komposit sandwich [9]. Saat
regangan semakin besar, kembali terjadi
kenaikan tegangan kembali akibat fenomena
densifikasi pada inti komposit sandwich [9].
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa, pada
regangan yang sama, komposit sandwich dengan
busa poliuretan memiliki tegangan serta kekuatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit
sandwich tanpa busa. Namun komposit sandwich
dengan busa poliuretan terlihat lebih getas
dibandingkan dengan komposit sandwich tanpa
busa. Kedua hal ini berkaitan dengan
meningkatnya ketahanan buckling kolom kolom
pada inti komposit sandwich tenunan 3D akibat
penambahan busa poliuretan.
Gambar 8 Kurva Tegangan Regangan Hasil Uji
Tekan Sempel Komposit Sandwich Tanpa (UF)
dan Dengan (F) Busa Poliuretan
Gambar 9 Kekuatan Tekan Sisi Kulit Komposit
Sandwich Tenunan 3D Tanpa (UF) dan Dengan
(F) Busa Poliuretan
Gambar 9 menunjukkan kekuatan tekan
sisi kulit sampel komposit sandwich tenunan 3D
Hermawan Judawisastra, Chairani Tiara Sayyu, Dodi Ihsan Taufiq
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 12 - 143
tanpa dan dengan busa poliuretan. Dapat dilihat
bahwa penambahan busa poliuretan berhasil
meningkatkan kekuatan tekan sisi kulit dari
komposit sandwich tenunan 3D sebesar 80% dari
semula 1.32 MPa menjadi 2.37 MPa. Hal tersebut
dikarenakan penambahan busa poliuretan
mengisi ruang kosong pada bagian inti komposit
sandwich tenunan 3D, seperti yang terlihat dari
hasil pemeriksaan konstruksi inti sandwich pada
Gambar 5 dan hasil pengujian densitas pada
Gambar 7. Penambahan busa poliuretan pada inti
berongga komposit sandwich akan meningkatkan
penampang inti, menurunkan tegangan yang
terjadi pada inti, dan meningkatkan ketahanan
terhadap buckling pada inti.
Hasil Uji Serap Suara
Grafik hasil uji serap suara pada
komposit sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan
penambahan busa poliuretan pada seluruh
frekuensi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar
10 memperlihatkan bahwa seiring dengan
meningkatnya frekuensi gelombang bunyi, sifat
serap suara komposit sandwich tenunan 3D
cenderung meningkat. Hal tersebut dikarenakan
semakin tinggi frekuensi, maka panjang
gelombang bunyi semakin pendek, sehingga
semakin mudah gelombang bunyi yang diserap
oleh material [12]. Namun pada frekuensi
tertentu, koefisien serap suara komposit sandwich
mengalami penurunan akibat dari coincidence
effects yang ditentukan oleh sifat damping
material [13]. Dari Gambar 10, dapat dilihat
bahwa komposit sandwich tanpa busa (UF)
memiliki coincidence effect yang sangat
signifikan, terutama pada frekuensi sekitar 2000
Hz. Hal ini dapat disebabkan karena komposit
sandwich tanpa busa memiliki sifat damping
yang cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan komposit sandwich dengan busa[14].
Gambar 10 Hasil Uji Serap Suara Komposit
Sandwich Tenunan 3D
Nilai koefisien serap suara rata-rata, NRC
(Noise Reduction Coefficient) pada komposit
sandwich tenunan 3D tanpa dan dengan busa
poliuretan dapat dilihat pada Gambar 11.
Penambahan busa poliuretan berhasil
meningkatkan nilai NRC sebesar 60%, dari NRC
0,09 menjadiNRC 0,22. Peningkatan nilai NRC
pada komposit sandwich tenunan 3D dengan
penambahan busa poliuretan terjadi karena busa
poliuretan, walaupun memiliki jenis sel tertutup,
tetap menyerap lebih banyak gelombang bunyi
yang melewati inti komposit dibandingkan
komposit sandwich tenunan 3D tanpa
penambahan busa poliuretan. Pada komposit
sandwich dengan inti busa, gelombang bunyi
sulit masuk ke dalam busa poliuretan karena busa
memiliki pori tertutup. Akibatnya, gelombang
bunyi diserap dengan mekanisme seperti panel
penyerap, yaitu ketika gelombang bunyi datang
pada spesimen, spesimen akan bergetar dan
mengubah energi bunyi menjadi energi getar.
Spesimen yang bergetar akan memindahkan
energi getar ke lapisan udara yang terdapat pada
inti komposit sandwich, dimana pada inti
komposit sandwich masih terdapat rongga udara
yang terdapat pada busa poliuretan. Energi getar
berpindah ke lapisan udara dan terjadi efek
peredam suara [13]. Pada komposit sandwich
tanpa busa, sebagian besar gelombang bunyi
cenderung diteruskan seperti layaknya pada
medium udara akibat ruang berongga pada inti
komposit sandwich yang sangat besar, sehingga
menghasilkan efek peredaman suara yang rendah.
Sifat serap suara kedua komposit sandwich
tenunan 3D ini masih berada pada kategori sangat
rendah berdasarkan standar ISO-11654-1997
(sangat rendah: NRC 0,15 – 0,25) [15]. Namun
bila dibandingkan dengan panel komposit lain,
komposit sandwich tenunan 3D dengan tambahan
busa poliuretan memiliki nilai NRC sebesar 0,22
yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit
sandwich honeycomb dengan NRC=0,20 [16],
panel komposit UD glass fiber-epoxy dengan
NRC=0,08-0,10 [17], dan UD flax-epoxy dengan
NRC=0,10-0,11 [17].
Pengaruh Penambahan Busa Poliuretan terhadap Kekuatan Tekan dan Sifat Serap Suara Komposit
Sandwich Tenunan 3 Dimensi
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 13 - 143
Gambar 11 Koefisien Penyerapan Bunyi Rata-
Rata NRC pada Komposit sandwich tenunan 3D
tanpa (UF) dan dengan (F) busa poliuretan (PUR)
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Komposit sandwich tenunan 3 dimensi
tebal 6 mm dengan penambahan busa poliuretan
telah dibuat dengan peningkatan densitas inti
sandwich sebesar 16% dan berhasil
meningkatkan kekuatan tekan sisi kulit sebesar
80% serta meningkatkan nilai koefisien
penyerapan suara rata-rata NRC sebesar 60%.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didukung oleh Program
Insentif yang Dimanfaatkan Industri dari
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, Tahun 2018
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Judawisastra H., Ivens J., dan Verpoest I.
“The Fatigue behavior and damage development
of 3D woven sandwich composite”. Composite
Structures vol 43, pp. 35-45, 1998.
[2] Daniel I.M., Abot J.L., dan Wang K. A.,
“Testing and Analysis of Composite Sandwich
Beams”, Northwestern University. 2004.
[3] Kim J.S. dan Chung S.K., “A study on the
low-velocity impact response of laminates for
composite railway bodyshells”, Composite
Structures vol 4, 2005.
[4] Si C., Long H.R., Liu Y.H., dan Hu F.C.,
“Mechanical Properties of 3D-Structure
Composites Based on Warp-Knitted Spacer
Fabrics”, Autex Research Journal vol 15, pp. 2
2015.
[5] Van V. dan William A., “Composite Panels
Based on Woven Sandwich-Fabric Preforms”,
Composites Part A vol 31, pp. 671-680, 2000
[6] Huseyin E.Y., Bulent M.I., dan Tuba A.,
“Tensile and Compressive Performances of Foam
Core Sandwich Composites with Various Core
Modification”, Journal of Sandwich Structures
and Materials vol 0, pp. 1-17,2016.
[7] Yoshua W., et al., “Influences of the Ratio of
Polyol and MDI on the Acoustic Parameters of
Polyurethane”, IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng.
362, 2018.
[8] Judawisastra, H., Pengembangan Material
Ringan Berbasis Komposit Sandwich sebagai
Pelapis Lantai Kereta LRT PT INKA.
Kementrian Riset: Teknologi dan Pendidikan
Tinggi. 2018.
[9] Judawisastra, H., et al. (2019). “Pengaruh
Kadar Resin Terhadap Sifat Fisik dan Kekuatan
Tekan Inti Komposit Sandwich Tenunan 3D
Serat Gelas – Poliester”. Jurnal Metalurgi Dan
Material Indonesia, 2(1), 22-27, 2019.
[10] Standard Test Method for Flatwise
Compressive Properties of Sandwich Intis.
ASTM International 365-2016.
[11] Acoustics – Determination of Sound
Absorption Coefficient and Impedance in
Impedance Tubes. BS EN ISO 10534-2001. [12] Seddeq H.S., “Factors Influencing Acoustic
Performance of Sound Absorptive Materials”,
2009.
[13] Koizumi T., Tsujiuchi N., Adachi, A., “The
Development of Sound Absorbing Materials
Using Natural Bamboo Fibers”, Japan: Doshisha
University. 2002.
[14] Lorna J.G dan Michael F.A., Cellular
Solids: Structures and Properties, Cambridge
University Press, 1999.
[15] Acoustic-Sound Absorbers for Use in
Buildings-Rating of Sound Absorption, BS EN
ISO 11654-1997.
[16] Tom B., Honeycomb Tehcnology –
Materials, Design, Manufacturing, Appliactions,
and Testing, Dublin, Netherlands: Springer,
1997.
[17] Heow P.L., Benson M.N., Abhisek R., dan
Le Q.N.T. “An Investigation of the Absorption
Properties of Flax/Epoxy Composites Compared
to Glass/Epoxy Composites”, Journal of Natural
Fibers, 2016.
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 14 - 143
ANALISIS PENGARUH ALUMINIUM DAN KUNINGAN
DALAM PENDINGINAN SABUK METAL
PADA PROSES PERBAIKAN SIDE SEAM TABUNG
ANALYSIS OF ALUMINUM AND BRASS EFFECTS
IN METAL BELT COOLING
ON THE SIDE SEAM TUBES REPAIR PROCESS
Moh. Hartono1, Gumono1, Nurchajat1, Kukuh M. Ridwan1
1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang, Hp : 085233165999 1 [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini dimaksudkan untuk membahas mekanisme pendinginan pada proses penyambungan side seam
dalam pembuatan tabung berbahan ABL (Aluminium Barrier Laminate) dengan bantuan bantalan pendingin
menggunakan material aluminium dan kuningan yang ditempatkan pada dua tempat yang berbeda. Sebelum
dilakukan penelitian ini, masih terjadi kecacatan produk pada kompresi side seam dalam pembuatan tabung yaitu
masih dibawah 6%, padahal seharusnya standar kompresi side seam mencapai 6 – 20%. Penelitian ini melakukan
eksperimen di pabrik pembuat tabung guna menurunkan tingkat cacat produk yang terjadi, berdasarkan hasil studi
literatur tentang teknologi bahan sebelumnya. Metode analisis menggunakan pendekatan Statistical Process Control
(SPC) dengan mengkombinasikan Diagram Ishikawa, Desain Eksperimen (DOE) dan Analisis Capabilitas (Cp).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa material bantalan pendingin berbahan aluminium dan kuningan sangat
signifikan dalam mempengaruhi turunnya temperatur pada sabuk metal sehingga dapat meningkatkan kompresi side
seam sesuai standar yang diinginkan yaitu pada tingkat 9% dengan nilai = 0,05. Penelitian ini telah berhasil
membantu industri pembuat tabung untuk menurunkan produk cacatnya dan diharapkan dapat dikembangkan untuk
penelitian material lainnya.
Kata kunci : aluminium, kuningan, side seam, Statistical Process Control
ABSTRACT
This article is intended to discuss the cooling mechanism in the side seam joining process in the manufacture
of tubes made from ABL (Aluminum Barrier Laminate) with the help of cooling pads using aluminum and brass
material which are placed in two different places. Before the research is done, product defects in the side seam
compression still occur in the manufacture of tubes that are still below 6%, whereas the standard side seam
compression should reach 6-20%. This research is conducting experiments in a tube manufacturing plant to reduce
the level of product defects that occur, based on the results of literature studies on previous material technology.
The analytical method uses the Statistical Process Control (SPC) approach by combining Ishikawa Diagrams,
Experimental Design (DOE) and Capability Analysis (Cp). The results showed that the cooling pads material made
of aluminum and brass was very significant for influencing the temperature drop in the metal belt so that it could
increase the side seam compression according to the desired standard at 9% with a value of = 0.05. This research has succeeded in helping the tube making industry to reduce its defective products and is expected to be developed
for other material research.
Keywords : aluminum, brass, side seam, Statistical Process Control
1. PENDAHULUAN
Di era Industri 4.0 ini, persaingan kualitas
menjadi salah satu faktor penting yang
diperhatikan oleh konsumen, sehingga kualitas
produk perlu ditangani mulai dari pengendalian
bahan baku, pengendalian kualitas proses
produksi hingga produk siap untuk
dipasarkan.[1]
Kemasan produk merupakan salah satu
hal yang diperhatikan konsumen dalam memilih
suatu produk. Salah satu kemasan produk yang
sering ditemui di pasaran adalah dalam bentuk
tabung misalnya tabung pasta gigi. Pada
kemasan tabung selalu terdapat area
Analisis Pengaruh Aluminium dan Kuningan Dalam Pendinginan Sabuk Metal Pada Proses Perbaikan
Side Seam Tabung
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 15 - 143
penyambungan untuk membentuk body tube.
Area penyambungan dua sisi web sehingga
membentuk body tube berupa tabung laminate
disebut sebagai Side seam. Beberapa indikator
kualitas side seam diukur berdasarkan tampilan
yang halus, nilai kompresi dan kekuatan
sambungan. Menurut Departemen Quality
Control PT. ABC, hambatan yang sering
dihadapi dalam proses pembentukan side seam
ini adalah sulitnya pencapaian standart kompresi
yaitu sebesar 6%-20%.
Dari data yang ada, pencapaian side seam
masih dibawah LSL yang ditentukan yaitu 6%.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan
bersama enginer yang ada di PT. ABC,
masalahnya adalah masih rendahnya pencapaian
kompresi side seam yang disebabkan terjadinya
over heating pada proses pembuatan tabung.
Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan pada
proses pembentukan tabung tersebut agar tidak
terjadi over heating dan bertujuan untuk
kestabilan dan pencapaian kualitas side seam
yang sesuai standart.[2].
Salah satu upaya yang bisa dilakukan
adalah dengan memasang bantalan pendingin
(cooling pad). Pemasangan bantalan pendingin
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya over
heat pada metalic belt, sehingga diharapkan
dapat membantu pencapaian dan kestabilan side
seam. Material yang diuji cobakan pada
pembuatan bantalan pendingin ini menggunakan
aluminium dan kuningan.
Aluminium adalah logam ringan
yang cukup penting peranannya dalam
kehidupan manusia dan paling banyak
digunakan setelah baja. Di dalam dunia usaha
logam, ada dua logam ringan yang digunakan
secara tersendiri: aluminium dan
magnesium. Aluminium merupakan unsur
yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi,
karena sifatnya itu maka di alam tidak
ditemukan aluminiun dalam bentuk unsur,
melainkan senyawa oksida. Umumnya dalam
bentuk oksida aluminat atau silikat. Logam
Aluminium ditemukan pada tahun 1827 oleh
seorang kimiawan Jerman Friedrich Wohler.[3]
Kuningan adalah logam campuran dari
tembaga dan seng. Tembaga merupakan
komponen utama dari kuningan, dan kuningan
biasanya diklasifikasikan sebagai paduan
tembaga. Warna kuningan bervariasi dari
coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya
kuning keperakan tergantung pada jumlah
kadar seng. Seng lebih banyak mempengaruhi
warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat
dan lebih keras daripada tembaga, tetapi tidak
sekuat atau sekeras seperti baja. Kuningan
sangat mudah di bentuk, dan merupakan
konduktor panas yang baik, serta umumnya
tahan terhadap korosi dari air garam. Karena
sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan
digunakan untuk membuat pipa, tabung,
sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal
laut, dan casing cartridge untuk senjata
api.[4].
Body Making merupakan proses
pembuatan tabung laminasi, dengan lembaran
web dibentuk menjadi tabung laminasi (laminate
tube). Laminate tube adalah cara pengemasan
menggunakan tabung laminasi dengan cara
menyambungkan dua sisi web (lembaran ABL)
menjadi satu yang akan membentuk body tube
yang kemudian di gabungkan dengan bagian
shoulder dan terakhir penggabungan dengan
tutup sehingga menjadi laminate tube. Bahan
ABL(Aluminium Barrier Laminate) merupakan
laminasi yang mengandung dua jenis bahan
yaitu alumunium foil dan plastik tahan panas
bahan seperti polietilen (PE) yang dibentuk
menjadi tabung kontinyu. Proses pembuatannya
dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu body,
shooulder/pundak, nossel/mulut.
Gambar 1. Penampang bahan ABL* dan
produk Laminated Tube**
(sumber: [5]* dan [6]**)
Spesifikasi dari side seam di ukur ber-
dasarkan perbandingan jumlah dua tebal web
dengan tebal akhir setelah penyambungan dalam
skala persentase. Nilai ini dijadikan sebagai
indikator kualitas side seam baik dalam hal
kekuatan atau kualitas secara visual.
Gambar 2. Sambungan Side seam (sumber: [5])
Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 16 - 143
Rumus side seam sebagai berikut:
2. BAHAN DAN METODE
Pembuatan Bantalan pendingin Aluminium dan
Kuningan
Gambar 3. Desain Cooling pad [7]
Alat ini menggunakan material yang
mampu menghambat panas karena dialiri fluida
didalamnya untuk membantu menurunkan suhu
metalic belt saat bekerja lebih cepat[8]. Dari
hasil studi literatur, material yang cocok
digunakan adalah aluminium dan kuningan.
.
Gambar 4. Rancangan bantalan pendingin
bawah dan atas
Penelitian ini bertujuan untuk membantu
permasalahan yang ada di industri kemasan
produk. Metode Penelitian dilaksanakan dengan
cara mendesain dan membuat alat bantu berupa
tambahan bantalan pendingin yang berbahan
aluminium dan kuningan. Alat tersebut
selanjutnya diuji dengan melakukan eksperimen
untuk melihat dampaknya terhadap hasil
kemasan produk. Apabila terjadi penurunan
prosentase cacat sehingga memenuhi standar
kompresi side seam antara 6-20%, maka dapat
dikatakan penelitian ini berhasil. Desain
Eksperimen menggunakan Eksperimen Faktorial
dengan 2 faktor, 3 level dan 10 replikasi.
Pengolahan data dibantu dengan menggunakan
perangkat lunak statistik untuk DOE (Design Of
Experiment).
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan
dalam periode 7 bulan, yaitu mulai bulan
November 2018 hingga Mei 2019. Tempat
pelaksanaan penelitian dibagi dua tempat yakni
di BLK Singosari untuk pelaksanaan pembuatan
alat dan di perusahaan PT.Beets yang bertempat
di kawasan Ngoro Industri Park. Lokasi tersebut
dipilih dengan alasan cukup tersedia peralatan
yang diperlukan dalam proses penelitian.
Proses pengambilan data yang dilakukan
berupa pengukuran compression side seam
dalam satuan (%). Pengambilan data dilakukan
dari awal mesin beroperasi sampai 10 jam mesin
beroperasi. Durasi tersebut dibagi menjadi 5
periode dimana setiap satu periode yaitu 2 jam
mesin beropersi serta dalam satu periode
dilakukan pengambilan data sebanyak sepuluh
produk.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penambahan cooling pad pada siklus body
making dengan bahan Alumunium atau
Kuningan. Variabel-variabel lain yang
mempengaruhi pencapaian kompresi side seam
seperti: Tigh Nes (ketebalan laminate), Heat
(pemanasan), Pressure(penekanan) dan Lebar
Over Lab. dimasukan dalam variabel kontrol
dengan disetting default tanpa harus merubah
nominal. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah pencapaian kapabilitas kerapatan atau
Compression side seam dari hasil produksi.
Diagram Blok Alur Kerja
Gambar 5. Sebelum dipasang bantalan
pendingin[5]
Gambar 6. Setelah dipasang bantalan pendingin
Pada gambar diatas modifikasi dari proses
body making, telah ditambahkan dua bantalan
Analisis Pengaruh Aluminium dan Kuningan Dalam Pendinginan Sabuk Metal Pada Proses Perbaikan
Side Seam Tabung
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 17 - 143
pendingin yaitu pada bagian bawah dengan
bahan tembaga dan bantalan pendingin pada
bagian atas yang divariasikan dengan dua jenis
material yaitu dengan material kuningan [9] dan
material aluminium [3] dengan diameter aliran 8
mm serta dengan panjang aliran 50 mm yang
bersentuhan langsung dengan metalic belt.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter setting pada saat pengambilan
data adalah temperatur sebesar 77ᵒC, pressure
0,2 bar dan speed 128 tube/menit atau 22,96 m
laminate/menit.
Tabel 1. Contoh sebagian Data hasil pengujian
NO Periode
Hasil Uji (%)
Tanpa
Cooling
Tembaga-
Kuningan
Tembaga-
Alumunium
I II I II I II
1
I
(06.00-08.00 WIB)
4 4 7,6 9,2 13,2 12,3
2 5 2 9,4 9,5 14,5 10,5
3 5 4 8,0 9,5 17,7 8,0
4 6 3 8,4 9,3 15,5 7,5
5 6 5 6,0 9,9 16,8 9,4
6 4 6 6,9 8,0 14,8 9,5
7 5 5 7,3 6,4 13,9 9,0
8 7 3 4,2 6,4 13,6 9,0
9 6 5 9,8 9,6 14,6 8,2
10 8 4 6,4 10,8 13,8 7,6
Gambar 7. Mengukur Side Seam
Tabel 2. Analisis pada varian Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Model 14 2058.5 147.037 30.75 0.000
Linear 6 1696.1 282.691 59.13 0.000
MATERIAL 2 1586.4 793.176 165.90 0.000
PERIODE 4 109.8 27.448 5.74 0.000
2-Way Interactions 8 362.4 45.296 9.47 0.000
MATERIAL*PERIODE 8 362.4 45.296 9.47 0.000
Error 285 1362.6 4.781
Total 299 3421.1
Model Summary S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred) 2.18659 60.17% 58.21% 55.87%
Berdasarkan Tabel 2, jenis material dan
periode waktu berpengaruh signifikan terhadap
pencapaian compression side seam dengan taraf
signifikan =5%. Hal ini dapat dilihat dari nilai
P-value yang nilainya 0,000 < 0,05. Disamping
itu interaksi dari kedua faktor tersebut juga
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian
compression side seam. Hasil dari analisis
statistik ini sesuai dengan analisis sebab akibat
atau fishbone diagram sebagai berikut:
Gambar 8. Fishbone diagram untuk perbaikan
compression Side Seam
Tampak dari gambar fishbone tersebut,
salah satu faktor penyebab belum tercapainya
compression side seam sesuai standar
perusahaan adalah pada mesin yang terdiri
Tooling, heating, pressing dan cooling.
Heating merupakan proses pemanasan
plastik atau logam yang bertujuan untuk
melelehkan material, yang mana dalam proses
heating ini digunakan metode pemanasan
induksi. Pemanas induksi menyebabkan
timbulnya panas pada bahan logam ataupun
plastik yang terkena induksi medan magnet, hal
ini disebabkan karena pada logam atau plastik
timbul arus Eddy atau arus pusar yang arahnya
melingkar melingkupi medan magnet akibat dari
induksi magnet yang menimbulkan fluks
magnetik yang menembus logam, sehingga
menyebabkan panas pada logam[10].
Gambar 9. Komponen pada induktor welding [5]
Induksi magnet adalah kuat medan
magnet akibat adanya arus listrik yang mengalir
dalam konduktor. Pemanasan Induksi
Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 18 - 143
merupakan proses pemanasan nonkontak yang
menggunakan listrik frekuensi tinggi untuk
menghasilkan panas yang konduktif secara
elektrik. Karena non-kontak, proses pemanasan
tidak mencemari bahan yang sedang dipanaskan.
Hal ini efisien karena panas yang sebenarnya
dihasilkan di dalam benda kerja.
Gambar 10. Penampang pada Proses Heating
[5]
Penekanan(pressing) berfungsi untuk
menyatukan bahan setelah melewati proses
pemanasan (heating). Penekanan ini berlangsung
secara berjalan dimana kontak penekan ini
terletak pada metallic belt yang berputar serta
ditekan oleh roll yang berputar. Metallic belt
pada mesin Body Making berfungsi sebagai
landasan penekanan agar material dapat
tersambung setelah material melewati proses
heating. Sabuk ini sama dengan heat seeling
namun pada metallic belt saat penekanan suhu
ruang, dan metallic belt diputar oleh roll agar
melindungi roll penekanan dari kontak langsung
dengan material. Selain itu putaran roll juga
membantu metallic belt membuang panas
setelah melakukan penekanan. Roll pada mesin
laminate tube merupakan bulatan - bulatan
logam yang berputar dimana fungsi dari roll ini
sebagai penekan metallic belt. Jumlah roll
adalah tiga buah dengan penekanan yang terjadi
secara bertahap dari roll pertama hingga ketiga
dengan sistem pneumatik.
Gambar 11. Welding Safe (sumber: [5])
Cooling berfungsi menjaga web, agar
setelah melewati proses heating dan pressing
bahan tidak mengalami kerusakan pada proses
selanjutnya. Pendinginan merupakan tahap akhir
dimana proses ini dilakukan melalui bagian
dalam tube yang berjalan. Pada bagian dalam
tube terdapat poros dengan rongga ditengah
poros yang selalu dialiri fluida air sebagai
pendingin dari bagian luar poros yang
bersentuhan dengan bagian dalam tube.
Untuk lebih memperkuat analisis pada
proses pendinginan bantalan pendingin ini,
disajikan grafik berikut:
Gambar 12. Efek Faktor Material dan Periode
Waktu Pendinginan pada Perbaikan Side Seam
Pada Gambar 12, tampak bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara perlakuan tanpa
bantalan pendingin (1) dan menggunakan
bantalan pendingin kuningan (2) ataupun
aluminium(3) terhadap rata-rata side seam yang
dicapai.
Gambar 13. Efek Faktor Material dan Periode
Waktu Pendinginan pada Perbaikan Side Seam
Pada pengaruh waktu periode
pendinginan, tampak bahwa pada periode siang
(10.00 – 14.00 WIB) pengaruh pendinginan
mengalami penurunan dalam pencapaian
compression side seam. Hal ini cukup logis
karena suhu ruangan juga mempengaruhi
terhadap pencapaian side seam, apalagi tempat
penelitian berada pada dataran rendah.
Analisis Pengaruh Aluminium dan Kuningan Dalam Pendinginan Sabuk Metal Pada Proses Perbaikan
Side Seam Tabung
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 19 - 143
Gambar 14. Efek Interaksi Faktor Material dan
Periode Waktu Pendinginan pada Perbaikan Side
Seam
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa
interaksi material dan periode waktu
pendinginan juga berpengaruh signifikan
terhadap pencapaian compression side seam.
Capabilitas Process
Gambar 15. Kemampuan proses tanpa bantalan
pendingin
Berdasarkan grafik pada Gambar 15,
tampak bahwa nilai Cpk adalah sebesar -0,71
yang artinya kapabilitas pencapaian side seam
belum memenuhi standar yaitu masih dibawah
6%.
Gambar 16. Kemampuan proses dengan
Cooling pad material Kuningan
Berdasarkan grafik pada Gambar 16,
tampak bahwa nilai Cpk adalah sebesar 0,75
yang artinya kapabilitas pencapaian side seam
telah memenuhi standar yaitu diatas 6%.
Gambar 17. Kemampuan proses dengan
Cooling pad material Aluminium
Berdasarkan grafik pada Gambar 17, tampak
bahwa nilai Cpk adalah sebesar 0,73 yang
artinya kapabilitas pencapaian side seam telah
memenuhi standar yaitu diatas 6%.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Untuk meningkatkan kualitas tabung pasta
gigi khususnya pada pencapaian compression
side seam perlu dilakukan penambahan proses
pendinginan berupa bantalan pendingin guna
mendinginkan metalic belt. Tambahan bantalan
pendingin ini dapat menggunakan material
berbahan kuningan atau aluminium. Proses
pendinginan tersebut dapat meningkatkan
performansi pencapaian compression side seam
dari sebelumnya dibawah 6% dibawah LSL
meningkat menjadi diatas LSL sebesar 10%
didalam rentang LSL dan USL.
Saran
Perlu dilakukan penelitian untuk material
bantalan pendingin yang lain agar dapat
meningkatkan mutu produk pasta gigi baik
dalam hal side seam atau bidang kajian lainnya.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Politeknik Negeri Malang dan PT Beets,
Ngoro, Mojokerto atas berbagai fasilitas yang
diberikan selama melakukan penelitian ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Hariastuti, N. L. (2015). “Analisis
Pengendalian Mutu Produk Guna
Meminimalisasi Cacat Produk”. Prosiding
Industrial Engineering National Conference
(IENACO), ISSN 2337-4349, hal 268-275,
Surakarta
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10664https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10664https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/10664
Moh. Hartono, Gumono, Nurchajat, Kukuh M. Ridwan
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 20 - 143
[2] Prieteedjo, A. (2015). “Studi Deskriptif
Tentang Atribut Produk Dan Tingkatan
Produk Pada Desain Kemasan Pasta Gigi”.
Jurnal Dimensi , Vol 12, No 2 (2015), hal
193-210, p-ISSN:2527-5666; e-ISSN :
2549-7782, Universitas Trisakti, Jakarta.
[3] Ihsan, E. Eldina, Candra, G., Firdaus,
Nandi, Sari, S. Delvita, Putra, Ananda,
2016, “Aluminium”, Jurnal Aluminium,
Published 20 Desember 2016, Universitas
Negeri Padang, Padang.
[4] Surdia , T. & Chijiwa., 1996. Teknik
Pengecoran Logam, Edisi ke-2, Cetakan
ke-7, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
[5] Anonymus, 2018, Operation Manual Book
Saesa 150, PT Beets, Ngoro Mojokerto
[6] https://www.indiamart.com/proddetail/
plastic-lami-tube-10803032112.html
[7] https://patents.google.com/patent/
US5211792. (n.d.).
[8] Jenvrizen D., Aziz. A., Mainil. R.I.(2015).
Pengaruh Laju Aliran Air Sistem
Avaporative Cooling Terhadap Temperatur
Sistem Mesin Pengkondisian Udara. Jom
FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober, Universitas Riau,Riau.
[9] CAHYONO, I. (2018). “Analisis Hasil
Pengecoran Kuningan (CuZn) Dengan
Variasi Media Pendingin (Air Sumur, Oli
SAE 40 Dan Udara) Menggunakan Cetakan
Pasir CO2”, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta Surakarta:.
[10] Alem, Rio Dery, Enny (2015). Inverter
Frekuensi Tinggi Sebagai Pemanas
Piringan Logam Dengan Metode Induksi
Pada Aplikasi Pemanas Roti, Jurnal
Metana, Vol. 11 No. 01, JULI 2015, Hal.
45 – 50, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, UNDIP, Semarang.
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/dimensi/issue/view/32http://u.lipi.go.id/1462164698http://u.lipi.go.id/1488246310http://u.lipi.go.id/1488246310https://www.indiamart.com/proddetail/https://patents.google.com/patent/
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 21 - 143
ANALISA KEGAGALAN GERBONG DATAR KERETA API
BEBAN 54 TON
Surasno1)*, Asep lukman1), Singgih2), Ari Konosri2)
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik1)
PT KERETA API 2)
E-mail: [email protected]*
Abstrak
Analisa kegagalan dilakukan pada gerbong datar kereta api beban 54 ton terjadi retakan-retakan pada
sambungan las gerbong yang digunakan untuk angkutan batubara di wilayah Sumatera Selatan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya retakan pada gerbong datar 54 ton dan saran
pencegahannya. Kegiatan penelitian meliputi pemeriksaan di lapangan, pengujian di laboratorium dan selanjutnya
dilakukan analisa terhadap permasalahan retakan pada gerbong datar ini. Pemeriksaan di lapangan dengan pengujian
visual dan magnetic partikel test ditemukan banyak retakan di daerah sambungan las bertakik pelat bagian dasar
gerbong. Hal itu, merupakan lokasi tegangan fatique maksimum dan menjadi penyebab terjadi retakan-retakan.
Sedangkan analisa di laboratorium pada beberapa contoh bahan patahan yang terdapat retakan pada sambungan las
gerbong datar tipe GD BM 54 ton. Berdasarkan pengamatan fraktografi macrostructur dan SEM, ditemukan indikasi
pola retakan akibat beban dinamik yang dimulai dari titik awal di Heat Affected Zone (HAZ) dan menjalar menuju
ke logam induknya. Selain itu, pengamatan macrostructur di daerah lasan terdapat cacat porositas dan cacat
incomplete fusion, hal ini dapat mendukung terjadinya retakan. Pengamatan microstructure di HAZ ditemukan fasa
ferrite dan pearlite dengan grain size yang lebih halus dari logam induk. Hal ini, memberikan indikasi kecenderung
lebih keras dari logam induknya. Beberapa upaya pencegahan retakan-retakan pada gerbong datar ini yaitu setiap
sambungan las bertakik yang terletak pada beban dinamik maksimum harus dihindari, menyiapkan welding
procedure specification (WPS), pemeriksaan NDT pada sambungan las dengan magnetic partikle inspection test
atau ultrasonik test sebelum gerbong dioperasikan, tindakan perbaikan harus dilakukan dengan prosedur
berkualifikasi.
Kata kunci: Analisa kegagalan, gerbong datar, retakan sambungan las, beban dinamik, tegangan fatigue maksimum
Abstract
Failure analysis was carried out on the 54 ton railroad flat carriage with cracks in the carriage welding joint
used for coal transportation in the South Sumatra region. The purpose of this study was to determine the cause of
cracks in 54 ton flat carriages and advice on prevention. Research activities include fieldwork, laboratory testing and
subsequent analysis of the crack problem in this flat car. Field inspection by visual testing and magnetic particle test
found many cracks in the welded area of the notched plate at the bottom of the carriage. That, is the location of
maximum fatigue stress and is the cause of cracks. While the analysis in the laboratory on some examples of
fracture materials that have cracks in the joints welding carriages type GD BM 54 tons. Based on observations of
macro-structural fractography and SEM, indications of crack patterns due to dynamic loads were found starting at
the starting point in the Heat Affected Zone (HAZ) and spreading towards the parent metal. In addition,
observations of macrostructure in the weld area have porosity and incomplete fusion defects, there are can support
the occurrence of cracks. Microstructure observations at HAZ found ferrite and pearlite phases with finer grain sizes
than the parent metal. There are, gives an indication of a tendency to be harder than the parent material. Some
efforts to prevent cracks in these flat carriages are that each notched weld joint located at the maximum dynamic
load must be avoided, prepare welding procedure specifications (WPS), NDT checks on welding joints with
magnetic or ultrasonic particle test before the carriage is operated, corrective action must performed with qualified
procedures.
Keywords: failure analysis, flat carriages, welded joint cracks, dynamic loads, maximum fatigue stress
Analisa Kegagalan Gerbong Datar Kereta Api Beban 54 Ton
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 22 - 143
1. PENDAHULUAN
Angkutan batu bara menggunakan gerbong
datar kereta api merupakan angkutan paling
ekonomis, dimana setiap gerbong mampu
mengangkut hingga kapasitas 54 ton. Hingga saat
ini, angkutan jenis ini masih dipertahankan untuk
tetap beroperasi oleh PT Kereta Api di lintasan
Sumatra selatan.
Telah terjadi kerusakan pada gerbong datar
tipe GD BM 54 ton berupa retakan-retakan di
sambungan-sambungan las pelat bagian datar,
lihat Gambar 1. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian analisa kegagalan dengan tujuan untuk
mengetahui penyebab utama terjadinya retakan-
retakan pada gerbong datar 54 ton serta saran-
saran penanggulangannya untuk dapat dijadikan
sebagai masukan di perusahan.[1]
Analisa kegagalan adalah suatu kerusakan
kontruksi sebelum umur pakai yang diharapkan.
Hal ini akan terjadi pada kontruksi yang
menggunakan bahan tidak sesuai standar,
pengoperasian peralatan tidak sesuai prosedur
kerja atau beroperasi melebihi kapasitas,
kesalahan desain kontruksi peralatan, serta
kerusakan oleh lingkungan seperti korosi. [2]
Gerbong datar ini digunakan untuk
angkutan batubara dan merupakan kereta api batu
bara terpanjang di Divre 3 Sumatra Selatan.
Selain itu, gerbong ini juga merupakan rangkaian
kereta api terpanjang di Indonesia dengan jumlah
gerbong antara 40 hingga 60 gerbong yang
ditarik oleh lokomotif CC204 atau CC 206 untuk
melayani angkutan batu bara dari tambang PT.
Bara Alam Utama (BAU) dan PT.Bara Multi
Sugih Sentosa (PT.BMSS) di Stasiun Sukacinta,
PT.BA di Stasiun Tanjung Enim Baru, PT GGB
dan PT.GPE di Stasiun Banjarsari, hingga ke
Stasiun Kertapati atau Stasiun Simpang –
Palembang (sumber PT Kereta Api).
Kapasitas beban gerbong maksium adalah
54 ton dan beban kosong 15 ton, dioperasikan
pada laju kecepatan maksimum 80 km/jam.
Gerbong ini dirancang dari bahan baja karbon
rendah dengan teknologi proses Gas Metal Arc
Welding (GMAW) [3]. Spesifikasi dimensi pada
gerbong ini yaitu memiliki panjang gandar ujung
gerbong 12.495 mm, lebar gerbong 2.438 mm,
lebar sepur 1.067 mm, tinggi lantai dari atas 935
mm, dan jarak antar Bogie 8.685 mm.
Keterangan Bogie yang digunakan memiliki jenis
barber-three Piece, sistem pengereman UIC 544-
1, Air Brake, Alat perangkai Automatic Coupler,
AAR No. 10A, dan Twist lock Rectratable type-
12 buah (sumber PT Kereta Api).[1]
Gambar 1. Gerbong dasar
2. BAHAN DAN METODA
Penelitian Analisa Kegagalan dilakukan
pada gerbong datar dengan kode GD 5415271
sebagai verifikasi material. Bentuk gerbong datar
kereta seperti pada Gambar 2. Dibuat dari bahan
pelat baja karbon rendah,.
Metoda penelitian dilakukan dengan
pengamatan visual di lokasi keberadaan gerbong
datar (station kereta api di lapangan), pengujian
laboratorium komposisi kimia, uji kekerasan, uji
tarik, metalografi (fraktrografi, macrostructure,
dan microstructure) [4] dan analisa tegangan.
Pengamatan visual di lapangan dilakukan
pada gerbong datar untuk mengamati posisi dan
lokasi terjadinya retakan-retakan, selanjutnya
pemeriksaan NDT menggunakan Magnetic
Particle Inspection. Pemeriksaan di lapangan
pada seluruh gerbong datar, diamati pada bagian-
bagian sambungan las, terutama di daerah
sambungan las bertakik.
Gambar 2. Sketsa gerbong datar. *) sumber PT Kereta Api
Surasno, Asep lukman, Singgih, Ari Konosri
Seminar Nasional Teknologi Bahan dan Barang Teknik 2019: hal 23 - 143
R1 R
2
R3
R
4
Base Plate
Pengujian NDT (Magnetic Particle
inspection) bertujuan untuk mengamati bagian
retakan-retakan yang tersembunyi atau
memperjelas bagian retakan yang terjadi.
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh gerbong
yang tersedia di lokasi yang diperkirakan terdapat
retakan. Sebagian material yang retak diberi
tanda dan dipotong untuk dianalisa di
laboratorium, diantaranya yaitu material
sambungan las gerbong datar tanda nomor
GD5415271.
Pemeriksaan komposisi kimia dilakukan
dengan metode Optical Emission Spectroscopy
pada satu sampel material pelat bertujuan untuk
merujuk kesesuaian spesifikasi bahan,
perhitungan komposisi kimia terhadap Carbon
Eqiuvalen, dan Sensitivity of Welding Crack
(SOWC).
Dari hasil pemeriksaan komposisi kimia
material dapat diketahui sifat mampu las dan
sensitivitas terhadap crack. Persamaan Carbon
Eqiuvalen (standar JIS).
CE = % C +(% Mn/6)+ (Si/ 24)+ (Ni/40) +( Cr/5)
+ (Mo/4)+(V/14).
Persamaan karbon ekivalen (standar IIW)
CE = % C +(% Mn/6)+ (Cu + Ni)/15 +( Cr +
Mo+V)/5
Sensitivity of Welding Crack (SOWC)
SOWC = C+ Si/30 + Mn/20 + Cu/20 + Ni/60 +
Cr/20 + Mo/15 + V/10+5B
Persamaan karbon eqivalen dan sensitivita