Upload
trankhuong
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Lampiran I: Sinopsis cerbung Mulih Ndesa
SINOPSIS CERBUNG MULIH NDESA
Di Klaten hiduplah gadis yang bernama Sekarwangi, ia adalah gadis yang
banyak disenangi pemuda di desanya. Ia sangat cantik dan baik hati, tetapi usai lulus
SMA tidak dapat melanjutkan kuliah karena terbentur masalah biasa. Ia hanya tinggal
bersama ibu dan adik laki-lakinya. Ayahnya sudah meninggal ketika ia masih SMP.
Sekarwangi mempunyai cita-cita ingin mendirikan rumah makan di desanya, berkad
niat yang kuat ia memutuskan merantau ke Jakarta bersama Marsanti temanya satu
desa. Sekarwangi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Pak Pratama,
pekerjaannya hanya urusan memasak, berbelanja, dan menyiapakan makanan.
Hari demi hari Sekarwangi jalani dengan penuh syukur karena bisa diterima
bekerja dan ia bertekad upahnya akan ia tabung untuk modal usahanya kelak.
Damarjati, anak dari majikannya sangat menyukai kinerja Sekarwangi. Selain ia rajin
dan cekatan, ia juga cantik dan baik. Damarjati mulai mendekati Sekarwangi ia
penasaran kenapa wanita secantik sekarwangi hanya terima benerja sebagai
pembantu, Sekarwangipun bercerita bahwa niatnya bekerja sebagai pembantu
hanyalah untuk mencari modal, apabila modalnya sudah cukup ia akan mendirikan
rumah makan di desanya. Damarjati mencoba menawarkan modal kepadanya, tetapi
Sekarwangi menolak karena ia ingin mendapatkan hasil dari keringatnya sendiri.
Sejak kejadian itu Damarjati mulai suka dengan Sekarwangi.
Di sisi lain, Marsanti masih bingung mencari pekerjaan, hingga bertemu
dengan Marta kenalannya. Marta menawarkan pekerjaan pada Marsanti untuk bekerja
merawat Pak Jolang, seorang duda tua yang bekerja sebagai pegawai dan sangat kaya.
Bekerjaan Marsanti hanya merawat dan menemani Pak Jolang. Marsanti dibelikan
rumah dan sepeda motor. Hari demi hari Marsanti jalani dengan senang karena
pekerjaannya hanya mrawat dan menemani Pak Jolang jalan-jalan. Mereka pun
semakin dekat, Pak Jolang merasa bahwamia menyukai Marsanti. Ia meminta
Marsanti untuk tidur dengannya, awalnya Marsanti menolak tetapi karena godaan
setan Marsanti menyetujui. Setelah kejadian itu Marsanti dan Pak Jolang semakin
dekat dan mengulang kejadian itu terus menerus. Semenjak itu Marsanti menjadi
wanita simpanan Pak jolang. Ia mendapatka harta dan uang dari Pak Jolang sangat
banyak, ia pun menjadi kaya raya.
Hari senin subuh keluarga Pak Pratama menuju ke bogor untuk menghadiri
wisuda Damarjati, sedangkan Sekarwangi dan pembantu yang lain menunggu di vila
Bogor. Sekarwangi disuruh untu menyiapkan parsel buah untuk dibagikan ke
tetangga dan memasak untuk makan siang. Semua rombongan sudah sampai vila,
kemudian makan siang dan sholat Dzuhur berjamaah di imami oleh Damarjati.
Selesai solat semua isi rumah beristirat karena nanti sore akan perjalanan pulang ke
Jakarta. Tetapi Sekarwangi masihmembereskan barang-barang yang akan dibawa
pulang yang dibantu oleh Damarjati. Setelah selesai Damarjati dan Sekarwangi
istirahat sambil minum teh. Sekarwangi mengetahui bahwa Marsanti bekerja sebagai
wanita simpanan, ia mengetahui hal tersebut dari Damarjati. Sekarwaangi dan
Damarjati mengobrol banyak dan mereka semakin dekat.
Mulai sejak dari Bogor Bu Rusti, Ibu Damarjati merasa bahwa anaknya
semakin dekat dengan Sekarwangi, tidak seperti biasanya. Bu Rusti pun menanyai
Damarjati dan melarang Damarjati untuk dekat-dekat dengan Sekarwangi, karena ia
hanya pembantu di rumahnya. Sedangkan Damarjati merupakan anak orang kaya.
Maka tidak pantas kalau Damarjati menyukai Sekarwangi. Suatu hari Bu Rusti
ditelfon Pak Bashir, teman kerja Pak Pratama yang ingin menjodohkan kedua anak
mereka. Tetapi perjodohan tersebut tidak berhasil karena ternyata Sofi merupakan
gadis yang tidak baik, ia suka berbelanja da menghabiskan uang. Maka dari itu
rencana perjodohan itu batal.
Setelah rencana perjodohan itu batal Damarjati mulai dekat kembali dengan
Sekarwangi, Bu Rusti yang mula nya melarang sekarang pasrah karena Pak Pratama
sendiri tidak melarang Damarjati dekat dengan Sekarwangi. Damarjati sangat senang
karena hubunganya dengan Sekarwangi di setujui oleh kedua orang tuanya. Damarjati
menemui Sekarwangi dan mengungkapkan perasaanya, mula nya Sekar menolak,
tetapi karena usaha keras dari Damar jati akhirnya ia yakin dan mau menerima cinta
Damarjati. Sekarwangi menasehati Damarjati kalau bisa jangan bekerja menjadi
pegawai agar terhindar dari korupsi.
Damarjati bercerita dengan ibunya kalau Sekarwangi memintanya untuk tidak
menjadi pegawai agar terhindar dari pegawai. Hal tersebut membuat marah Bu Rusti
karena selama ini by Rusti tahu bahwa Pak Pratama melakukan tidak korupsi dan Bu
Rusti ikut menikmatinya, Bu Rusti sangat marah. Ketika di rumah tidak ada orang, ia
memanggil Sekarwangi, ia memarahi dan menghina Sekarwangi. Ia tidak suka kalau
Sekarwangi memberi nasehat kepada Damarjati. Di samping itu Bu Rusti takut kalau
Sekarwangi melaporkan polisi atas tindakan korupsi Pak Pratama. Sekarwangi di
pecat dan di usir dari rumah.
Setelah di usir Sekarwangi pergi ke rumah Marsanti, ia menceritakan
semuanya pada Marsanti. Ia ingin kembali ke desa. Karena modal yang selama ini ia
kumpulkan sudah cukup, ia inin membuka rumah makan di desanya. Tetapi sebelum
pulang ia mencarikan pengganti pembantu di rumah Bu Rusti, yaitu Tuminah. Ketika
akan pulang Damarjati datang ke rumah Marsanti dan bertemu Sekarwangi. Marsanti
bercerita pada Damarjati tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian Damarjati
dan Sekarwangi mengucap janji akan bertemu setelah empat tahun lagi. Sekarwangi
akan menunggu Damarjati di desanya. Sekarwangipun pulang kembali ke desanya
Setibanya di desa, Sekarwangi mulai menata tempat yang akan digunakan
untuk rumah makan. Pada hari minggu, ia menggundang semua tetangga, teman-
temanya, dan teman-teman orang tuanya pada pembukaan rumah makannya yang ia
beri nama rumah makan Mawar. Sejak hari pertama buka rumah makan Mawar
sangat ramai dan terkenal di mana-mana. Usaha Sekarwangi tidak sia-sia. Ia berhasil
mempunya rumah makan dan dapat mempekerjakan beberapa tetangganya. Di sisi lai
ia merasa sedih karena sudah hampir empat tahun ia belum juga bertemu dengan
Damarjati.
Di Jakarta, Pak Pratama tertangkap polisi dan masuk penjara. Damarjati
memutuskan untuk ikut kakeknya di desa. Ia mulai memelihara ikan guramai begitu
juga Pak Jolang. Semua harta yang dimuliki dirampas oleh negara termasuk milik
Marsanti. Sekarang ia tidak mempunyai apa-apa. Dan memutuskan kembali ke desa
karena ibunya sakit keras, di sisi lain Marta juga kembali ke desa. Suatu hari Marsanti
dipertemukan dengan Marta. Ketika di desa meraka bertaubat dan memutuskan
menikah dan hidup bersama. Tidak disengaja Marsanti dan Marta bertemu dengan
Damarjati, Marsanti menanyakan kabarnya dengan Damarjati. Tetapi Damarjati
bingung karena selama ini ia telah mencari Sekarwangi kemana-mana tetapi tidak
bisa bertemu. No. Telfon dan alamat yang diberikan dulu ternyata tidak benar.
Marsanti memberitahukan pada Sekarwangi bahwa ia baru saja bertemu
dengan Damarjati. Ia meminta Sekarwangi untuk menemui Damarjati dan meminta
maaf karena selama ini membuat Damarjati susah mencarinya. Genap empat tahun
akhirnya Sekarwangi dan Damarjati bertemu bertemu. Mereka menyambung kisah
kasih yang dulu pernah terjalin. Berkat usaha dan perjuangan mereka sudah sama-
sama sukses. Damarjati menjadi pengusaha ikan guramai dan Sekarwangi menjadi
pengusaha rumah makan.
Lampiran II: Tinjauan Pengarang
TINJAUAN PENGARANG
1. Riwayat Hidup pengarang
Nama lengkap Suryadi WS adalah Drs. H. Suryadi Warnasukardja. Beliau
lahir di klaten pada tanggal 01 September 1940. Nama ayahnya adalah Sukardi
Warnasukardja dan ibunya bernama Suriyem. Ia merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Suryadi WS bertempat tinggal di Desa Mireng RT 09 RW 03 Trucuk,
Klaten Jawa Tengah. Suryadi WS Mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri
Sabrang Lor, Trucuk lulus tahun 1953. Melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1
Klaten dan lulus pada tahun 1956. Kemudian menempuh pendidikan di SMA Negeri
1 Surakarta lulus tahun 1959. Kemudian melanjutkan di Akademi Penilik Kesehatan
(Sanitasi) Surabaya (sekarang menjadi STIKES Surabaya), lulus tahun 1964 dan
melanjutkan di Course of Training Method and Teaching Techniques di Manila,
Filipina dan memperoleh gelar Master of Science (M. Sc) tahun 1965.
Riwayat pekerjaan Suryadi dimulai ketika beliau menjadi pegawai di
Departemen Kesehatan Jakarta tahun 1965-1966. Setelah itu menjadi guru
SPG/SMEA Klaten tahun 1967-2000. Riwayat organisasinya, beliau berkecimpung
dalam Muhammadiyah, sebagai Ketua Cabang Trucuk tahun 1967-1971 dan Ikatan
Haji.
2. Kedudukan dalam Keluarga
Istri Bapak Suryadi WS bernama Mulyati (Hj. Mulyati). Mereka menikah
pada tanggal 25 Maret 1968. Ibu Mulyati berprofesi sebagai guru SD Sabrang Lor,
Trucuk, Klaten. Dari hasil pernikahannya dikaruniai empat orang anak. Anak yang
pertama bernama Bambang Wiyono, S.T menggeluti dunia wiraswasta. Anak yang
kedua bernama Danang Ciptadi, S.T menggeluti dunia usaha pula. Anak ketiga
adalah dr. Niken Ciptarini lulusan Fakultas Kedokteran Universita Muhammadiyah
Surakarta dan bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas. Anak keempat bernama
Wara Surastri lulusan bahasa inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Widya Dharma Klaten. Bapak Suryadi dan istri adalah orang tua
yang berhasil karena telah mengantar anak-anaknya pada jenjang pendidikan
perguruan tinggi dan mampu mandiri serta membuka usaha sesuai dengan minat
masing-masing.
Suryadi WS selalu memberikan dan menunjukkan sikap yang baik dan yang
buruk, benar dan salah kepada anak-anaknya. Kesederhanaan yang beliau ajarkan
terlihat pada diri anak-anaknya yang lebih suka hidup sederhana. Sekalipun demikian,
beliau bukanlah sosok yang otoriter. Beliau memberi kebebasan dalam memilih dan
mengambil keputusan kepada anak-anaknya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia
keluarga mempunyai andil yang cukup besar dan perjalanan hidupnya, baik sebagai
manusia personal maupun seorang seniman. Tentunya banyak pula kejadian-kejadian
dan pengalaman hidup yang beliau alami dalam keluarga terbawa dalam karya-
karyanya.
3. Kiprah dalam Dunia Seni dan Sastra
Suryadi WS mulai menulis sejak duduk di bangku SMA, banyak karyanya
berupa cerpen yang berjudul Randha Telu dan Wadule Saba Bengi berhasil dimuat
dalam majalah kekasihku (1958). Keseriusan beliau dalam dunia sastra dan budaya
baru dimulai tahun 1972. Beliau mulai menulis di majalah bahasa Jawa seperti Jaya
Baya dan Panjebar Semangat serta majalah Adil dan Suara Muhammadiyah untuk
makalah berbahasa Indonesia. Tulisan beliau mulai mendapat perhatian di era 1970-
an, karena mengikuti sayembara dan berhasil menyabet penghargaan. Karya-karya
beliau yang mendapat penghargaan antara lain:
1. Bengi Iki Ana Pesta, juara III Lomba Menulis Cerpen berbahasa Jawa
tahun 1971.
2. Selamat Belajar Putra Desa, juara I dalam Lomba Menulis Cerita
berbahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta tahun 1978. Cerita tersebut kemudian diterbitkan oleh Balai
Pustaka tahun 1996.
3. Penganten, juara I (novel terbaik) berbahasa Jawa dalam lomba
mengarang Novel yang diselenggarakan oleh Pengembangan Kebudayaan
Jawa Tengah(PKJT). Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh
Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah(PKJT) tahun 1979/1980.
4. Menuju Pembentukan Wayang Nusantara, juara I dalam Sayembara
Menulis Karya Nonfiksi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta tahun 1980. Karya tersebut diterbitkan oleh Tiga Serangkai Solo
tahun 1981.
5. Omah Warisan, juara III dalam Lomba Penulisan Drama berbahasa Jawa
oleh pengembangan Kebudyaan Jawa Tengah (PKJT) tahun 1980.
6. Serigala, juara harapan dalam Lomba Penulisan Novel berbahasa
Indonesia oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun 1980.
7. Anak Lanang, juara II dalam Lomba Seleksi Cerpen oleh penerbit Jaya
Baya, Surabaya tahun 1982. Cerpen ini juga meraih juara III dalam seleksi
cerpen oleh Proyeksi Javanologi Yogyakarta tahun 1983.
8. Nalika Takbir Kumandhang ing Langit, juara I Lomba Penulisan Cerpen
oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur tahun 1990.
9. Pusaka, juara I dalam Lomba Penulisan Novel oleh Sanggar Triwida,
Jawa Timur tahun 1990. Novel tersebut kemudian diterbiitkan oleh Sinar
Wijaya, Surabaya tahun 1993.
10. Bayi, juara III dalam Lomba Penulisan Cerpen oleh Proyeksi Javanologi
Yogyakarta tahun 1983.
Karya-karya yang beliau ciptakan beragam bentuknya, baik novel, cerbung,
cerpen, tembang jawa, artikel dan mimbar agama. Tidak terhitung jumlahnya tetapi
karena keterbatasan dalam inventarisasi serta dokumentasi, maka banyak karya-karya
yang tidak terekam dalam ingatan. Hal ini disebabkan oleh tersebarnya karya-karya
tersebut dalam banyak majalah. Berikut karya-karya beliau yang berhasil
diinventarisasi.
a. Karya dalam bentuk Novel
1. Penganten tahun 1980
2. Pusaka tahun 1988
3. Sintru Oh Sintru tahun 1993
b. Karya dalam bentuk cerpen/cerkak
1. Randha Telu, majalah Kekasihku tahun 1958
2. Wadule Saba Bengi, majalah Kekasihku tahun 1958
3. Bengi Iki Ana Pesta tahun 1971
4. Anak Lanang, majalah Jaya baya tahun 1982
5. Bayi, tahun 1983
6. Laire Jabang Bayi, Majalah Jaya Baya tahun 1982
7. Gombalasari, tahun 1983
8. Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, tahun 1983
9. Ramalane Sang Pujangga, tahun 1990
10. Yayasan Pamekaran Kere-kere(yamapake) tahun 2001
c. Karya dalam bentuk cerbung
1. Pusaka, diterbitkan oleh Jaya baya tahun 1988
2. Kinosek ing Lindhu, diterbitkan oleh Jaya Baya tahun 2009.
3. Sing Kendhang lan sing Ngadhang, diterbitkan oleh Panjebar
Semangat tahun 2009.
4. Mulih Ndesa, diterbitkan oleh Panjebar Semangat tahun 2015
d. Karya dalam bentuk naskah drama
1. Omah Warisan tahun 1980
e. Karya dalam bentuk artikel
1. Rekadaya Lestari Mekarake Sastra Jawa, Jaya Baya tahun 2000
f. Karya berbahasa Indonesia
1. Cerita remaja Selamat Belajar Putra Desa tahun 1978.
2. Karya nonfiksi Menuju Pembentukan Wayang Nusantara tahun 1980.
3. Novel Serigala tahun 1980.
Karya-karya yang telah diciptakan bapak Suryadi WS menempatkan beliau
menjadi salah satu bagian dalam jajaran pengarang sastra Jawa yang masih aktif dan
produktif. Dalam menulis karya-karyanya, beliau tidak sembarangan atau asal-asalan.
Ketika menulis, hasil tulisannya tidak langsung jadi, tetapi melalui proses perbaikan.
Hal ini disebabkan karena terkadang masih timbul rasa tidak puas dari dalam diri
beliau. Bagi beliau, menulis adalah eskpresi gejolak jiwanya, untuk itu dalam menulis
diperlukan perenungan, penghayatan dan pencurahan hati pada tokoh-tokoh dalam
cerita fiksinya. Dalam mencari ide cerita, Suryadi WS terkadang melakukan
pengembaraan dalam usahanya mencariilham cerita, selain dari pengalaman dan
kehidupan sehari-hari.
Lampiran III: Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA
1. Bagaimanakah latar belakang kepengarangan bapak yang meliputi sejak
kapan bapak mulai mengarang, bentuk tulisan apa saja yang pernah dimuat?
Jawaban:
Saya mulai mengarang pada tahun 1958 ketika kelas dua di SMA Negeri 1
dijurusan pasti alam Solo. Bentuknya cerita pendek dimuat di majalah
kekasihku di Surabaya. Sejak itu saya giat berlatih, tetapi belum saya kirim
karena saya belum merasa layak. Tahun 1971 ketika majalah Darmakanda
Surakarta mengadakan sayembara mengarang cerita pendek baru saya kirim
langsung dapat juara. Mulai dari situ saya mulai menulis di majalah-majalah.
Selama saya mampu dan bisa saya akan tetap menulis.
2. Bagaimana pendapat bapak tentang kondisi dunia sastra Jawa saat ini?
Jawaban:
Sekarang mulai terlihat bangkit, banyak sastrawan muda yang muncul
walaupun bahasanya kurang baik tetapi tidak apa-apa. Sekarang mulai timbul
akan kesadaran kepribadian bangsa contohnya mentri pendidikan Anis
Baswedan setiap hari selasa mewajibkan semua pegawai kementrian
memakai pakaian daerah. Beberapa kantor di hari-hari tertentu mewajibkan
menggunakan bahasa Jawa. Maka dari itu saya yakin pamor bahasa Jawa
mulai bangkit kembali. Ditambah bahasa jawa menjadi pelajaran muatan lokal
dan diwajibkan serta sekarang banyak guru-guru bahasa Jawa. Insyaallah
nanti bahasa Jawa bangkit lagi, itu menurut saya..
3. Apakah alasan bapak lebih senang memilih mengarang menggunakan media
bahasa Jawa?
Jawaban:
Saya jadi pengarang karena hobi, jadi karena senang. Bahasa Jawa saya
pernah jadi juara nasional tiga kali. Ketika menulis rasaku senang di bahasa
Jawa. Saya menulis karena hobi, manut kesenangan jadi ya nulis Jawa.
Sekarang kalo dibayangkan lima tahun yang lalu saya nulis cerkak dapat upah
tiga ratus ribu, sedangkan nulis cerkak hanya tujuh puluh ribu. Tetapi kenapa
saya lebih suka menulis bahasa Jawa? Ya karena cinta, cinta dengan bahasa
Jawa.
4. Apa yang melatarbelakangi penciptaan cerbung Mulih Ndesa? Apakah ada
keterkaitan dengan kehidupan bapak?
Jawaban:
Dari pengalaman pribadi, dari lingkungan sekitar termasuk perkembangan
jaman sekarang. Dilatarbelakangi gejala sekitar yang saya lihat.
5. Mengapa diberi judul Mulih Ndesa, apakah ada maksud tersendiri?
Jawaban:
Itu saya beri judul Mulih ndesa atau bali Ndesa karena tokoh-tokohnya yang
dulunya di Jakarta kembali ke desa semua. Ada yang pulang ke desa karena
mewujudkan cita-cita contohnya Sekarwangi membuka rumah makan di desa.
Damarjati pulang ke desa untuk mengembangkan perikanan. Sebaliknya
bapaknya, pak Pratama bersama istrinya balik ke desa karena di pecat jadi
pegawai dan masuk penjara. Terus si Marta sama Marsanti pulang ke desa
karena sadar perbuatan yang dilakukan mereka di Jakarta itu tidak benar.
Semua pulang ke desa maka dari itu saya beri judul Mulih Ndesa itu tepat
banget.
6. Kapan cerbung Mulih Ndesa ditulis?
Jawaban:
Saya menulisnya cepat sekali. Ini saya catat dibuku harian. Mulih Ndesa itu
judul yang asli adalah bali ndesa tetapi dari majalah Panjebar Semangat
diganti Mulih Ndesa tapi ya tidak apa-apa. Saya mulai menulis itu hari Sabtu
Wage, 10 Januari selesai selama empat minggu yaitu Sabtu Pahing, 7
Februari. Diketik oleh sekretarisku Sabtu Wage, 14 Februari terus saya kirim
ke majalah Panjebar Semangat hari Jumat Wage, 6 Maret. Kemudian Sabtu
Wage, 4 Juli sudah di muat dan selesai Sabtu Wage lagi tanggal 26
Desember.jatuh hari Sabtu Wage semua. Saya tidak menduga.
7. Apakah tema dari cerbung mulih ndesa ini, mengapa bapak mengangkat tema
tersebut?
Jawaban:
Temanya perjuangan peningkatan kehidupan, saya sekarang petani melihat
kondisi pertanian sekarang sangat memprihatinkan. Banyak mengeluarkan
biaya tetapi dapat hasil yang sedikit. Dan itu perlu untuk ditingkatkan. Kalau
perlu ya pertenakan, perikanan yaa ditingkatkan. Lha ini juga saya
laksanakan, saya mencoba berternak ayam dan ikan guramai untuk saya coba
dan membeti contoh masyarakat.
8. Bagaimana kondisi sosial masyarakat yang dicerminkan dalam cerbung mulih
ndesa?
Jawaban:
Kondisi sosial masyarakat termasuk sedang-sedang saja. Tidak mewah tapi ya
kecukupan. Tetapi itu saya anggap masih kurang seharusnya bisa lebih dari itu
caranya yaa itu pertanian harus lebih ditingkatkan. Masyarakat yang mampu
menerima kemajuan tehnologi tetapi tetap menjunjung tinggi budaya.
9. Bagaimana sikap dan pandangan bapak terhadap kehidupan wanita dan
perjuangan Sekarwangi sebagai tokoh utama dalam cerbung mulih ndesa?
Jawaban:
Yaa.. jadi perjuangan hidup kalau mau sukses itu harus dilandasi dengan
kebaikan, itu falsafah hidup saya. Jadi kebahagian sejati itu hanya tumbuh dari
kebajikan. Sekarwangi perilakunya baik kan? Ada banyak godaan dia tidak
tergoda, terima menjadi pembantu. Dimarahi dan dihina oleh majikannya dia
tetap diam, tidak dendam dan malah memaafkan, dia pandai berhemat dan
jujur, semuanya kebaikan. Dan itu semuanya sesuai dengan falsafah hidup
saya. Jadi kebahagiaan sejati hanya bisa tercapai dengan kebajikan atau
kebaikan. Dan itu menjiwai hidup saya sekeluarga.
10. Pesan atau amanat apa yang ingin bapak sampaikan kepada pembaca dan
masyarakat lewat cerbung mulih ndesa ini?
Jawaban:
Iya, yang petama jangan korupsi. Yang kedua masyarakat khususnya
masyarakat desa harus ditingkatkan. Cara kerjanya ditingkatkan, cara
berpikirnya harus ditingkatkan.
Lampiran IV: Foto Penulis dengan pengarang Cerbung Mulih Ndesa
FOTO PENULIS DENGAN PENGARANG
Gambar 1. Foto Penulis dengan Pengarang Cerbung Mulih Ndesa, Bapak Suryadi
WS.
Gambar 2. Foto penulis wawancara dengan pengarang