84
1 SISTEM REPRODUKSI dr. Simon Marpaung, M.Kes Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan

Sistem Reporudksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dokumen

Citation preview

Page 1: Sistem Reporudksi

1

SISTEM REPRODUKSI

dr. Simon Marpaung, M.Kes

Departemen Fisiologi

Fakultas Kedokteran

Universitas HKBP Nommensen

Medan

Page 2: Sistem Reporudksi

2

FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA

Suhu di dalam skrotum rata-rata adalah

beberapa derajat Celcius lebih rendah

daripada suhu tubuh (inti) normal. Penurunan

testis ke lingkungan yang lebih dingin ini

sangat penting karena spermatogenesis

adalah proses yang peka suhu dan tidak

Letak testis di dalam skrotum menghasilkan lingkungan yang lebih dingin yang penting untuk spermatogenesis.

Page 3: Sistem Reporudksi

3

dapat berlangsung pada suhu tubuh normal.

Dengan demikian, seorang kriptorkid tidak

dapat menghasilkan sperma hidup.

Page 4: Sistem Reporudksi

4

Sel Leydig testis mengeluarkan testosteron yang menyebabkan maskulinisasi.Testis melaksanakan 2 fungsi, yaitu

menghasilkan sperma dan mengeluarkan

testosteron. Sekitar 80% massa testis terdiri

dari tubulus seminiferosa yang berkelak-

kelok, yang di dalamnya berlangsung

spermatogenesis. Sel-sel endokrin yang

mengeluarkan testosteron – sel Leydig atau

sel interstisium – terletak di jaringan ikat

Page 5: Sistem Reporudksi

5

(jaringan interstisium) antara tubulus-tubulus

seminiferosa.

Sel-sel Leydig mengandung enzim-enzim

dengan konsentrasi tinggi yang diperlukan

untuk mengarahkan kolesterol mengikuti jalur

yang menghasilkan testosteron. Setelah

dihasilkan, sebagian testosteron disekresikan

ke dalam darah untuk diangkut, terutama

dengan terikat ke protein plasma, ke jaringan

sasaran. Sebagian testosteron yang baru

diproduksi mengalir ke lumen tubulus

Page 6: Sistem Reporudksi

6

seminiferosa, tempat hormon ini memainkan

peranan penting dalam spermatogenesis.

Efek testosteron dapat dibagi menjadi 5

kelompok, yaitu :

1. Efek pada sistem reproduksi sebelum lahir.

2. Efek pada jaringan spesifik-seks setelah lahir.

3. Efek lain yang terkait dengan reproduksi.

4. Efek pada karakteristik seks sekunder.

5. Efek yang tidak berkaitan dengan reproduksi.

Page 7: Sistem Reporudksi

7

Spermatogenesis menghasilkan sperma yang bergerak, sangat spesifik, dan dalam jumlah besar.Di dalam tubulus ini terdapat 2 jenis sel

penting yaitu :

1. Sel germinativum, yang sebagian besar berada dalam berbagai tahap perkembangan sperma.

2. Sel Sertoli, yang sangat penting dalam menunjang spermatogenesis.

Spermatogenesis adalah suatu proses

kompleks berikut : sel germinativum

Page 8: Sistem Reporudksi

8

primordial yang relatif tidak berdiferensiasi,

spermatogonia (yang masing-masing

mengandung komplemen diploid 46

kromosom), berpoliferasi dan diubah menjadi

spermatozoa (sperma).

Spermatogenesis memerlukan waktu 64 hari.

Setiap hari beberapa ratus juta sperma

mencapai kematangan.

Spermatogenesis mencakup 3 tahapan utama,

yaitu proliferasi mitotik ; meiosis ; dan

pengemasan.

Page 9: Sistem Reporudksi

9

Spermatogonia yang terletak di lapisan paling

luar tubulus secara terus menerus membelah

dengan cara mitosis. Pada manusia, sel anak

yang menghasilkan sperma membelah diri

secara mitosis 2 kali untuk membentuk 4

spermatosit primer yang identik.

Proliferasi Mitotik

Page 10: Sistem Reporudksi

10

Selama meiosis, setiap spermatosit primer

(dengan 46 kromosom ganda) membentuk 2

spermatosit sekunder (masing-masing

dengan 23 kromosom ganda) selama

pembelahan meiosis pertama, yang akhirnya

menghasilkan 4 spermatid (masing-masing

dengan 23 kromosom tunggal) sebagai hasil

pembelahan meiosis kedua.

Meiosis

Page 11: Sistem Reporudksi

11

Pembentukan spermatozoa yang dapat

bergerak dan bersifat sangat spesifik dari

spermatid memerlukan remodeling ekstensif,

atau pengemasan (packing), unsur-unsur sel,

suatu proses yang dikenal sebagai

spermiogenesis. Spermatozoa memiliki 4

bagian, yaitu kepala, akrosom, bagian tengah,

dan ekor. Kepala terutama terdiri dari nukleus,

yang mengandung informasi genetik sperma.

Akrosom, suatu vesikel berisi enzim di ujung

Pengemasan

Page 12: Sistem Reporudksi

12

kepala, digunakan sebagai “bor enzimatik”

untuk menembus ovum. Pergerakan ekor,

yang terjadi akibat pergeseran relatif

mikrotubulus-mikrotubulus konstituennya,

dijalankan oleh energi yang dihasilkan oleh

mitokondria yang terkonsentrasi di bagian

tengah sperma.

Page 13: Sistem Reporudksi

13

Selama masa perkembangannya, sel sperma berhubungan erat dengan sel Sertoli.Sel-sel Sertoli melaksanakan fungsi-fungsi

berikut yang esensial untuk spermatogenesis:

1. Taut erat antara sel-sel Sertoli yang berdekatan membentuk sawar darah-testis. Karena sawar ini mencegah bahan-bahan yang terdapat di dalam darah masuk ke dalam lumen tubulus. Sawar darah-testis juga mencegah sel-sel penghasil antibodi di cairan ekstrasel mencapai tubulus

Page 14: Sistem Reporudksi

14

penghasil sperma, sehingga mencegah pembentukan antibodi terhadap spermatozoa yang telah berdiferensiasi lebih lanjut.

2. Karena sel-sel sperma yang sedang berkembang tidak memiliki akses langsung ke nutrien-nutrien di dalam darah, sel-sel Sartolilah yang memberi makan sperma.

3. Sel-sel Sertoli memiliki fungsi fagositik penting.

4. Sel-sel Sertoli mengeluarkan cairan tubulus seminiferosa ke dalam lumen, yang “menggelontor” sperma dari tubulus ke

Page 15: Sistem Reporudksi

15

dalam epididimis untuk disimpan dan diolah lebih lanjut.

5. Suatu komponen penting sekresi Sertoli adalah protein pengikat androgen (androgen-binding protein). Protein ini mengikat androgen (yaitu testosteron), sehingga kadar hormon ini di dalam lumen tubulus seminiferosa tetap tinggi. Konsentrasi testosteron lokal yang tinggi ini penting untuk mempertahankan produksi sperma.

6. Sel-sel Sertoli adalah tempat kerja testosteron dan follicle-stimulating

Page 16: Sistem Reporudksi

16

hormone (FSH) untuk mengontrol spermatogenesis. Sel-sel Sertoli itu sendiri mengeluarkan hormon lain, yakitu inhibin, yang bekerja dengan mekanisme umpan-balik negatif untuk mengatur sekresi FSH.

Page 17: Sistem Reporudksi

17

Testis dikontrol oleh 2 hormon gonadotropik

yang disekresikan oleh hipofisis anterior,

luteinizing hormone (LH) dan follicle-

stimulating hormone (FSH). Kedua hormon ini

bekerja pada komponen-komponen testis

yang berbeda. Luteinizing hormone bekerja

pada sel Leydig untuk mengatur sekresi

Kedua hormon gonadotropik hipofisis anterior, LH dan FSH, mengontrol sekresi testosteron dan spermatogenesis.

Page 18: Sistem Reporudksi

18

testosteron. Follicle-stimulating hormone

bekerja pada tubulus seminiferosa, terutama

di sel Sertoli, untuk meningkatkan

spermatogenesis. Sinyal inhibitorik testis

yang secara spesifik ditujukan untuk

mengontrol sekresi FSH adalah hormon

peptida inhibin, yang disekresikan sel Sertoli.

Baik testosteron maupun FSH berperan

penting dalam mengontrol spermatogenesis,

yang masing-masing melaksanakan efeknya

dengan mempengaruhi sel Sertoli.

Page 19: Sistem Reporudksi

19

Kelenjar seks tambahan menghasilkan sebagian besar cairan semen.Sekresi kelenjar seks tambahan sangat

membantu proses pembuahan.Vesikula seminalis :

1. Menghasilkan fruktosa, yang berfungsi sebagai sumber energi utama untuk sperma yang dikeluarkan.

2. Mengeluarkan prostaglandin yang diperkirakan merangsang kontraksi otot polos di saluran reproduksi pria dan wanita

Page 20: Sistem Reporudksi

20

sehingga sperma lebih mudah dipindahkan dari tempat penyimpanan di pria ke tempat pembuahan di oviduktus wanita.

3. Membentuk lebih dari separuh semen.

4. Mengeluarkan fibrinogen, suatu prekursor fibrin, yang membentuk jaringan bekuan.

Kelenjar prostat :

1. Mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa.

Page 21: Sistem Reporudksi

21

2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin.

Selama perangsangan seksual, kelenjar bulbouretra mengeluarkan zat mirip mukus yang menghasilkan lubrikasi untuk hubungan kelamin.

Page 22: Sistem Reporudksi

22

Prostaglandin adalah zat perantara kimiawi yang banyak ditemukan dan bekerja lokal.Pembentukan dan kerja prostaglandin tidak

terbatas di sistem reproduksi. Prostaglandin

(dan turunan asam arakidonat lain yang

terkait erat yang untuk kemudahan sering

dimasukkan dalam kategori prostaglandin,

yaitu prostasiklin, tromboksan, dan

leukotrien) merupakan salah satu senyawa

yang paling aktif secara biologis.

Page 23: Sistem Reporudksi

23

FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

Ovarium, sebagai organ reproduksi primer

wanita, melakukan tugas ganda, yaitu

menghasilkan ovum (oogenesis) dan

mengeluarkan hormon-hormon seks wanita,

estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini

bekerja bersama untuk mendorong fertilisasi

ovum dan untuk mempersiapkan sistem

reproduksi wanita untuk kehamilan. Estrogen

Siklus kompleks menandai fisiologi reproduksi wanita.

Page 24: Sistem Reporudksi

24

pada wanita bertanggung jawab untuk

berbagai fungsi yang serupa dengan yang

dilakukan oleh testosteron pada pria,

misalnya pematangan dan pemeliharaan

seluruh sistem reproduksi wanita serta

pembentukan karakteristik seks sekunder

wanita. Estrogen penting untuk pematangan

dan pengeluaran ovum, pembentukan

berbagai karakteristik fisik yang menarik

perhatian pria secara seksual, dan

mengangkut sperma dari vagina ke tempat

Page 25: Sistem Reporudksi

25

fertilisasi di oviduktus. Selain itu, estrogen

ikut berperan dalam perkembangan payudara

sebagai antisipasi laktasi. Steroid ovarium

lain, progesteron, penting untuk

mempersiapkan lingkungan yang sesuai

untuk merawat mudigah/janin yang sedang

tumbuh dan berperan dalam kemampuan

payudara menghasilkan susu.

Potensi reproduksi wanita berhenti pada usia

pertengahan saat tercapainya menopause.

Page 26: Sistem Reporudksi

26

Oogonium (setara dengan spermatogonium),

membelah diri secara mitosis untuk

menghasilkan sekitar 6 – 7 juta oogonia pada

bulan kelima masa gestasi, saat proliferasi

mitotik berhenti. Sel-sel yang terbentuk, yang

Pembelahan kromosom pada oogenesis setara dengan pada spermatogenesis, tetapi pada gametogenesis terdapat perbedaan seksual kuantitatif dan kualitatif yang cukup bermakna.

Page 27: Sistem Reporudksi

27

dikenal sebagai oosit primer, mengandung 46

kromosom replikasi, yang berkumpul dalam

pasangan-pasangan homolog tetapi belum

memisah. Sebelum lahir, setiap oosit primer

dikelilingi oleh sebuah lapisan sel granulosa

untuk membentuk folikel primer. Oosit yang

tidak membentuk folikel akan berdegenerasi,

dan saat lahir hanya sekitar 2 juta folikel

primer yang tersisa, masing-masing berisi 1

oosit primer yang mampu menghasilkan

sebuah ovum. Dari folikel-folikel ini, hanya

Page 28: Sistem Reporudksi

28

sekitar 400 akan matang dan mengeluarkan

ovum. Dari pubertas sampai menopause,

sebagian dari kumpulan folikel mulai

berkembang menjadi folikel sekunder (atau

antrum) secara siklis. Sesaat sebelum ovulasi,

oosit primer yang nukleusnya berada dalam

henti meiosis selama bertahun-tahun,

menyelesaikan pembelahan meiosisnya yang

pertama. Pembelahan ini menghasilkan 2 sel

anak, masing-masing menerima 1 set yang

terdiri dari 23 kromosom ganda. Hampir

Page 29: Sistem Reporudksi

29

semua sitoplasma berada bersama salah satu

sel anak yang sekarang disebut sebagai oosit

sekunder dan ditakdirkan menjadi ovum.

Kromosom di sel anak lainnya dengan sedikit

bagian sitoplasma membentuk badan polar

pertama. Dengan cara ini, calon ovum

kehilangan separuh dari kromosomnya untuk

membentuk sebuah gamet haploid, tetapi

mempertahankan semua sitoplasmanya yang

kaya nutrien.

Page 30: Sistem Reporudksi

30

Selama pembelahan ini, separuh set

kromosom bersama sedikit sitoplasma

disingkirkan sebagai badan polar kedua.

Separuh set kromosom lainnya, yaitu 23

kromosom tanpa pasangan, tertinggal dalam

apa yang sekarang disebut sebagai ovum

matang. Keduapuluhtiga kromosom maternal

ini menyatu dengan 23 kromosom paternal

dari sperma yang masuk untuk

menyelesaikan fertilisasi.

Page 31: Sistem Reporudksi

31

Siklus ovarium terdiri dari fase folikel dan luteal yang berselang-seling.Setelah awitan pubertas, ovarium secara

terus

menerus berada dalam 2 fase secara

bergantian, yaitu :

1. Fase folikel, yang didominasi oleh adanya folikel matang.

2. Fase luteal, yang ditandai oleh adanya korpus luteum.

Siklus ovarium rata-rata berlangsung selama

28 hari. Folikel bekerja pada separuh

Page 32: Sistem Reporudksi

32

pertama siklus untuk menghasilkan sebuah

telur matang yang siap berovulasi di

pertengahan siklus. Korpus luteum

mengambil alih peran pada paruh kedua

siklus untuk mempersiapkan saluran

reproduksi wanita untuk kehamilan apabila

terjadi pembuahan terhadap telur yang

dikeluarkan.

Pertama, selapis sel-sel granulosa di folikel

primer berpoliferasi untuk membentuk

beberapa lapisan mengelilingi oosit. Sel-sel

Page 33: Sistem Reporudksi

33

granulosa ini mengeluarkan bahan kental

mirip gel yang membungkus oosit dan

memisahkannya dari sel-sel granulosa di

sekitarnya. Membran penghalang ini dikenal

sebagai zona pelusida. Pada saat yang sama,

sel-sel jaringan ikat khusus di ovarium di tepi

folikel yang sedang tumbuh berpoliferasi dan

berdiferensiasi untuk membentuk suatu

lapisan luar, yaitu sel-sel teka. Sel teka dan

granulosa, yang secara kolektif disebut sel

folikel berfungsi sebagai satu kesatuan untuk

Page 34: Sistem Reporudksi

34

mensekresikan estrogen. Dari 3 estrogen

yang penting secara fisiologis – estradiol,

estron, dan estriol – estradiol adalah estrogen

utama dari ovarium.

Stadium perkembangan folikel ini ditandai

oleh pembentukan antrum yang berisi cairan

di bagian tengah sel-sel granulosa.

Pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh

proliferasi terus-menerus sel-sel granulosa

dan teka, tetapi sebagian besar disebabkan

oleh ekspansi antrum yang drastis. Salah satu

Page 35: Sistem Reporudksi

35

folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada

folikel-folikel lain, berkembang menjadi folikel

matang (praovulasi, tersier, atau de Graaf)

dalam waktu sekitar 14 hari setelah permulaan

perkembangan folikel. Folikel matang yang

sangat berkembang tersebut menonjol dari

permukaan ovarium, membentuk suatu

daerah tipis yang pecah untuk mengeluarkan

oosit pada saat ovulasi. Sel-sel folikel tua ini

kemudian mengalami transformasi struktural

drastis untuk membentuk korpus luteum,

Page 36: Sistem Reporudksi

36

dalam suatu proses yang disebut sebagai

luteinisasi. Perubahan-perubahan ini sesuai

dengan fungsi korpus luteum, yaitu

mengeluarkan progesteron dalam jumlah

besar bersama dengan estrogen dalam jumlah

yang lebih sedikit ke dalam darah. Jika ovum

yang dilepaskan tidak dibuahi dan tidak

tertanam, korpus luteum berdegenerasi dalam

14 hari setelah pembentukannya. Sel-sel

luteal berdegenerasi dan difagositosis,

pembuluh darah berkurang, dan jaringan ikat

Page 37: Sistem Reporudksi

37

dengan cepat terisi oleh massa jaringan

fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans

(“badan putih”).

Apabila terjadi pembuahan dan implantasi,

korpus luteum terus tumbuh serta

menghasilkan progesteron dan estrogen

dalam jumlah yang semakin meningkat.

Struktur ovarium yang sekarang disebut

korpus luteum kehamilan ini menetap sampai

akhir kehamilan.

Page 38: Sistem Reporudksi

38

Estrogen yang disekresikan, selain bekerja

pada jaringan spesifik seks, seperti uterus,

juga menghambat hipotalamus dan hipofisis

anterior melalui mekanisme umpan balik

negatif.

Siklus ovarium diatur oleh interaksi kompleks berbagai hormon dari hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium.

Page 39: Sistem Reporudksi

39

Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron

dalam sirkulasi (plasma) yang terjadi selama

siklus ovarium menyebabkan perubahan-

perubahan mencolok di uterus. Hal ini

menyebabkan timbulnya daur haid atau siklus

uterus (siklus menstruasi). Namun, selama

siklus tersebut terjadi perubahan-perubahan

Perubahan di uterus yang terjadi selama daur haid mencerminkan perubahan hormon selama siklus ovarium.

Page 40: Sistem Reporudksi

40

yang kurang nyata, ketika uterus dipersiapkan

untuk menerima implantasi ovum yang

dibuahi dan kemudian lapisannya dilepaskan

jika tidak terjadi pembuahan (haid). Uterus

terdiri dari 2 lapisan, yaitu :

1. Miometrium, lapisan otot polos di sebelah luar.

2. Endometrium, lapisan bagian dalam yang mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar.

Estrogen merangsang pertumbuhan

miometrium dan endometrium. Hormon ini

Page 41: Sistem Reporudksi

41

juga meningkatkan sintesis reseptor

progesteron di endometrium. Di bawah

pengaruh progesteron, jaringan ikat

endometrium menjadi longgar dan edematosa

akibat penimbunan elektrolit dan air, yang

mempermudah implantasi ovum yang dibuahi.

Progesteron juga mempersiapkan

endometrium untuk menampung mudigah

yang baru berkembang dengan merangsang

kelenjar-kelenjar endometrium agar

mengeluarkan dan menyimpan glikogen

Page 42: Sistem Reporudksi

42

dalam jumlah besar dan dengan

menyebabkan pertumbuhan besar-besaran

pembuluh darah endometrium. Progesteron

juga menurunkan kontraktilitas uterus agar

lingkungan di uterus tenang dan kondusif

untuk implantasi dan pertumbuhan mudigah.

Daur haid terdiri dari tiga fase, yaitu :

1. Fase menstruasi (haid).

2. Fase proliferasi.

3. Fase sekresi atau progestasional.

Page 43: Sistem Reporudksi

43

Fase menstruasi adalah fase yang paling jelas

karena ditandai oleh pengeluaran darah dan

debris endometrium dari vagina. Penurunan

kadar hormon-hormon ovarium itu juga

merangsang pengeluaran prostaglandin

uterus yang menyebabkan vasokonstriksi

pembuluh-pembuluh endometrium, sehingga

aliran darah ke endometrium terganggu.

Penurunan penyaluran O2 yang terjadi

menyebabkan kematian endometrium,

termasuk pembuluh-pembuluh darahnya.

Page 44: Sistem Reporudksi

44

Perdarahan yang timbul melalui disintegrasi

pembuluh darah itu membilas jaringan

endometrium yang mati ke dalam lumen

uterus. Prostaglandin uterus juga

merangsang kontraksi ritmik ringan

miometrium. Kontraksi-kontraksi itu

membantu mengeluarkan darah dan debris

endometrium dari rongga uterus melalui

vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus

yang kuat akibat pembentukan prostaglandin

yang berlebihan merupakan penyebab kejang

Page 45: Sistem Reporudksi

45

haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian

wanita.

Setelah 5 – 7 hari di bawah pengaruh FSH dan

LH, folikel-folikel yang baru berkembang

mengeluarkan cukup banyak estrogen untuk

mendorong pemulihan dan pertumbuhan

endometrium.

Dengan demikian, haid berhenti dan fase

proliferatif siklus uterus dimulai bersamaan

dengan bagian terakhir fase folikel ovarium

pada saat endometrium mulai memperbaiki

Page 46: Sistem Reporudksi

46

dirinya dan mengalami proliferasi di bawah

pengaruh estrogen yang berasal dari folikel-

folikel baru yang sedang tumbuh. Kadar

estrogen puncak memicu lonjakan LH yang

menyebabkan ovulasi.

Setelah ovulasi, pada saat sebuah korpus

luteum terbentuk, uterus memasuki fase

sekretorik atau progestasional, yang

bersamaan waktunya dengan fase luteal

ovarium. Korpus luteum mengeluarkan

sejumlah besar progesteron dan estrogen.

Page 47: Sistem Reporudksi

47

Progesteron bekerja pada endometrium tebal

yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk

mengubahnya menjadi jaringan yang kaya

pembuluh dan glikogen. Periode ini disebut

fase sekretorik, karena kelenjar-kelenjar

endometrium secara aktif mengeluarkan

glikogen, atau fase progestasional (“sebelum

kehamilan”).

Page 48: Sistem Reporudksi

48

Penghentian daur haid seorang wanita pada

usia sekitar 45 – 55 tahun disebabkan oleh

terbatasnya pasokan folikel ovarium yang

terdapat saat lahir. Setelah reservoir ini habis,

siklus ovarium, dan tentu saja daur haid,

terhenti.

Menopause didahului oleh suatu periode

kegagalan ovarium progresif yang ditandai

oleh semakin seringnya daur yang tidak

teratur, penurunan kadar estrogen, serta

Perubahan Menopause

Page 49: Sistem Reporudksi

49

sejumlah perubahan fisik dan emosi.

Keseluruhan periode transisi dari kematangan

seksual sampai pada penghentian

kemampuan reproduksi dikenal sebagai

klimakterium. Tidak adanya estrogen ovarium

merupakan penyebab timbulnya perubahan-

perubahan pascamenopause, misalnya

kekeringan vagina, yang dapat menimbulkan

rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan

kelamin, dan atrofi gradual organ-organ

Genitalia. Namun, wanita pascamenopause

Page 50: Sistem Reporudksi

50

tetap memiliki dorongan seks karena

androgen adrenal mereka. Masih tidak jelas

apakah gejala-gejala emosional yang

berkaitan dengan penurunan fungsi ovarium,

misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan

oleh penurunan estrogen atau merupakan

reaksi psikologis terhadap dampak

menopause.

Page 51: Sistem Reporudksi

51

Pembuahan, penyatuan gamet pria dan

wanita, dalam keadaan normal terjadi di

ampula, sepertiga atas oviduktus.

Oviduktus adalah temapt pembuahan.

Page 52: Sistem Reporudksi

52

Ekor sperma digunakan untuk bermanuver

untuk penetrasi akhir ke ovum. Untuk

membuahi sebuah ovum, sebuah sperma

mula-mula harus melewati korona radiata dan

zona pelusida yang mengelilingi ovum

tersebut. Enzim-enzim akrosom, yang

terpajan saat membran akrosom rusak saat

sperma berkontak dengan korona radiata,

memungkinkan sperma membuat terowongan

menembus sawar-sawar protektif tersebut.

Pembuahan

Page 53: Sistem Reporudksi

53

Sperma hanya mampu menembus zona

pelusida setelah berikatan dengan reseptor

spesifik di permukaan lapisan ini. Sperma

pertama yang mencapai ovum itu sendiri

berfusi dengan membran plasma ovum

(sebenarnya suatu oosit sekunder), memicu

suatu perubahan kimiawi di membran yang

mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak

lagi dapat ditembus oleh sperma lain.

Fenomena ini dikenal sebagai block to

polispermy (“banyak sperma”).

Page 54: Sistem Reporudksi

54

Kepala sperma yang berfusi secara bertahap

tertarik ke dalam sitoplasma ovum oleh suatu

kerucut tumbuh yang menelannya. Dalam

proses ini, ekor sperma sering lenyap, tetapi

kepala sperma yang membawa informasi

genetik yang krusial. Penetrasi sperma ke

dalam sitoplasma memicu pembelahan

meiosis akhir oosit sekunder. Dalam 1 jam,

nukleus sperma dan ovum menyatu. Selain

menyumbang separuh dari kromosom ke

ovum yang dibuahi, yang sekarang disebut

Page 55: Sistem Reporudksi

55

zigot, sperma pemenang ini juga

mengaktifkan enzim-enzim ovum yang

esensial untuk program pengembangan

embrionik dini.

Page 56: Sistem Reporudksi

56

Blastokista tertanam di endometrium melalui kerja enzim-enzim trofoblastiknya.Selama 3 – 4 hari setelah pembuahan, zigot

tetap berada di dalam ampula. Zigot dengan

cepat mengalami sejumlah pembelahan sel

mitosis untuk membentuk bola padat sel-sel

yang disebut morula. Sementara itu, kadar

progesteron yang meningkat dari korpus

luteum yang baru terbentuk setelah ovulasi

merangsang pengeluaran glikogen dari

Page 57: Sistem Reporudksi

57

endometrium ke dalam lumen saluran

reproduksi untuk dipakai oleh mudigah dini

sebagai sumber energi. Sekitar 3 – 4 hari

setelah ovulasi, jumlah progesteron yang

dihasilkan sudah cukup untuk menyebabkan

oviduktus melemas, sehingga morula dapat

dengan cepat didorong ke dalam uterus oleh

kontraksi peristaltik dan gerakan silia

oviduktus.

Sewaktu turun ke uterus, morula terapung

bebas di dalam rongga uterus selama 3 – 4

Page 58: Sistem Reporudksi

58

hari. Morula tersebut hidup dari sekresi

endometrium dan terus membelah diri.

Selama 6 – 7 hari pertama setelah ovulasi,

sewaktu mudigah yang berkembang

berpindah dari oviduktus dan mengapung ke

dalam lumen uterus, endometrium secara

simultan dipersiapkan untuk implantasi di

bawah pengaruh progesteron fase luteal.

Selama waktu ini, uterus berada dalam fase

sekretorik atau progestasional, menimbun

glikogen dan mengandung banyak pembuluh

Page 59: Sistem Reporudksi

59

darah.

Dalam keadaan normal, pada saat

endometrium siap diimplantasikan (sekitar

seminggu setelah ovulasi), morula telah turun

ke uterus dan terus berproliferasi dan

berdiferensiasi menjadi blastokista yang

mampu melakukan implantasi. Blastokista

adalah 1 lapis sel-sel berbentuk bola (sferis)

yang mengelilingi suatu rongga berisi cairan

dengan massa padat sel-sel berkelompok di

satu sisi. Massa padat ini, yang disebut

Page 60: Sistem Reporudksi

60

massa sel dalam (inner cell mass), akan

menjadi janin itu sendiri. Lapisan tipis paling

luar, yaitu trofoblas, bertanggung jawab

menyelesaikan implantasi, dan setelah itu

berkembang menjadi bagian janin dari

plasenta. Rongga berisi cairan, blastokel,

akan menjadi kantung amnion, yang

mengelilingi dan menjadi bantalan bagi janin

selama kehamilan. Implantasi dimulai ketika

sel-sel trofoblastik yang melapisi massa sel

dalam mengeluarkan enzim-enzim proteolitik

Page 61: Sistem Reporudksi

61

sewaktu berkontak dengan endometrium.

Enzim-enzim ini mencerna jalan di antara sel-

sel endometrium, sehingga genjel-genjel sel-

sel trofoblas yang berbentuk seperti jari dapat

menembus ke kedalaman endometrium,

tempat sel-sel tersebut terus mencerna sel

uterus. Melalui efek kanibalnya, trofoblas

melaksanakan fungsi ganda, yaitu :

1. Menyelesaikan implantasi sewaktu membuat lubang di endometrium untuk blastokista.

Page 62: Sistem Reporudksi

62

2. Menyediakan bahan bakar metabolik serta bahan-bahan dasar untuk mudigah yang sedang berkembang karena sel-sel trofoblastik menguraikan jaringan endometrium yang kaya akan gizi.

Sebagai respons terhadap zat perantara

kimiawi yang dikeluarkan oleh blastokista,

sel-sel endometrium mengeluarkan

prostaglandin, yang bekerja secara lokal

untuk meningkatkan vaskularisasi,

menyebabkan edema, dan meningkatkan

simpanan zat gizi. Jaringan endometrium

Page 63: Sistem Reporudksi

63

yang mengalami modifikasi tersebut disebut

desidua. Ke dalam jaringan desidua yang

super kaya inilah blastokista tertanam.

Page 64: Sistem Reporudksi

64

Untuk mempertahankan mudigah/janin yang

sedang tumbuh selama hidup di uterus,

terbentuk plasenta suatu organ khusus untuk

pertukaran antara darah ibu dan janin.

Plasenta berasal dari jaringan trofoblastik dan

desidua. Pada hari ke-12, mudigah sudah

terbenam seluruhnya di desidua. Saat ini

lapisan trofoblastik sudah mencapai

ketebalan 2 lapisan dan disebut korion.

Plasenta adalah organ pertukaran antara darah ibu dan janin.

Page 65: Sistem Reporudksi

65

Karena terus mengeluarkan enzim dan

meluas, korion membentuk suatu jaringan

rongga-rongga yang meluas di dalam

desidua. Dinding kapiler-kapiler desidua

mengalami erosi akibat ekspansi korion

sehingga rongga-rongga tersebut terisi oleh

darah ibu, yang tidak dapat membeku karena

adanya antikoagulan yang dihasilkan oleh

korion. Mudigah yang berkembang dengan

segera mengirim kapiler ke tonjolan-tonjolan

korion untuk membentuk vilus plasenta.

Page 66: Sistem Reporudksi

66

Perubahan selama akhir gestasi sebagai persiapan untuk

persalinanPersalinan (partus, pelahiran) memerlukan

1. Dilatasi kanalis servikalis (pembukaan)

2. Kontraksi miometrium uterus yang cukup kuat

Page 67: Sistem Reporudksi

67

Selama dua trimester pertama gestasi, uterus relatif tetap tenang, karena efek inhibitorik progesteron kadar tinggi pada otot miometrium. Selama trimester terakhir, uterus menjadi semakin peka rangsang sehingga kontraksi ringan (kontraksi Braxton-Hicks) dapat dialami dengan kekuatan dan frekuensi yang bertambah. Kadang kontraksi ini menjadi cukup teratur sehingga disangka sebagai awitan persalinan, suatu fenomena yang dinamai “persalinan palsu”

Page 68: Sistem Reporudksi

68

Seiring dengan mendekatnya persalinan, serviks mulai melunak (matang) akibat disosiasi serat jaringan ikatnya yang kuat (kolagen). Perlunakan serviks ini terutama disebabkan oleh relaksin, suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh korpus luteum kehamilan dan plasenta. Relaksin juga melemaskan jalan lahir dengan melonggarkan jaringan ikat antara tulang tulang panggul. Janin bergeser kebawah dan dalam keadaan normal terorientasi sedemikian sehingga kepala berkontak dengan serviks sebagai persiapan untuk keluar melalui jalan lahir

Page 69: Sistem Reporudksi

69

Peran Ekstrogen Kadar Tinggi

• Selama awal gestasi, kadar estrogen ibu relatif rendah, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan, sekresi estrogen plasenta terus meningkat.

• Pada hari hari tepat menjelang persalinan, terjadi lonjakan kadar estrogen yang menyebabkan perubahan pada uterus dan serviks untuk mempersiapkan kedua struktur ini untuk persalinan dan pelahiran.

Page 70: Sistem Reporudksi

70

Pertama, estrogen kadar tinggi mendorong sintesis konekson didalam sel sel otot polos uterus sehingga mereka mampu berkontraksi secara terkoordinasi. Secara bersamaan, estrogen kadar tinggi secara drastis dan progresif meningkatkan konsentrasi reseptor oksitosin di miometrium. Bersama sama, perubahan perubahan miometrium ini menyebabkan responsivitas uterus terhadap oksitosin meningkat yang akhirnya memicu persalinan.

Page 71: Sistem Reporudksi

71

Selain mempersiapkan uterus untuk persalinan, estrogen kadar tinggi juga mendorong pembentukan prostaglandin lokal yang berperan dalam pematangan serviks dengan merangsang enzim enzim serviks yang secara lokal menguraikan serat kolagen. Selain itu, berbagai prostaglandin itu sendiri meningkatkan responsivitas uterus terhadap oksitosin.

Page 72: Sistem Reporudksi

72

PERAN OKSITOSIN

• Oksitosin adalah suatu hormon peptida yang diproduksi oleh hipotalamus, disimpan di hipofisis posterior, dan dibebaskan kedalam darah dari hipofisis posterior pada stimulasi saraf oleh hipotalamus.

• Oksitosin, suatu perangsang otot uterus yang kuat, berperan kunci dalam kemajuan persalinan.

Page 73: Sistem Reporudksi

73

Responsivitas uterus terhadap oksitosin pada aterm adalah 100 kali dibandingkan wanita yang tidak hamil (karena meningkatnya konsentrasi reseptor oksitosin miometrium). Persalinan dimulai ketika konsentrasi reseptor oksitosin mencapai suatu ambang kritis yang memungkinkan awitan kontraksi kuat terkoordinasi sebagai respons terhadap kadar oksitosin darah yang biasa.

Page 74: Sistem Reporudksi

74

Tahap Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 3 tahap

1. Dilatasi serviks

2. Pelahiran bayi

3. Pelahiran plasenta

Pada permulaan persalinan atau suatu waktu pada tahap pertama, membran yang membungkus kantung amnion/kantung air pecah. Cairan amnion (air ketuban) yang keluar dari vagina membantu melumasi jalan lahir.

Page 75: Sistem Reporudksi

75

Tahap pertama

• Selama tahap pertama, serviks dipaksa melebar untuk mengakomodasi garis tengah kepala bayi, biasanya hingga maksimal 10 cm. Tahap ini adalah yang paling lama, berlangsung dari beberapa jam sampai 24 jam pada kehamilan pertama.

Page 76: Sistem Reporudksi

76

Tahap kedua

• Tahap kedua persalinan, pengeluaran bayi yang sebenarnya, dimulai setelah dilatasi (pembukaan) serviks lengkap. Ketika bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina, reseptor reseptor regang divagina mengaktifkan suatu refleks saraf yang memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan kontraksi uterus.

Page 77: Sistem Reporudksi

77

Tahap 2 biasanya jauh lebih singkat daripada tahap pertama dan berlangsung 30 sampai 90 menit. Bayi masih melekat ke plasenta oleh tali pusat saat lahir. Tali pusat ini diikat dan dipotong, dengan puntung akan menciut dalam beberapa hari untuk membentuk umbilikus (pusar).

Page 78: Sistem Reporudksi

78

Tahap ketiga

• Segera setalah bayi lahir, terjadi rangkaian kontraksi uterus kedua yang memisahkan plasenta dari miometrium dan mengeluarkannya melalui vagina. Pelahiran plasenta, atau afterbirth, merupakan tahap ketiga persalinan, biasanya merupakan tahap paling singkat yaitu selesai dalam 15 sampai 30 menit setelah bayi lahir.

Page 79: Sistem Reporudksi

79

Involusi Uterus• Setelah pelahiran, uterus menciut ke

ukuran pragestasinya, suatu proses yang dikenal sebagai involusi, yang berlangsung empat sampai enam minggu.

Page 80: Sistem Reporudksi

80

Selama involusi, jaringan endometrium yang tertinggal dan tidak dikeluarkan bersama plasenta secara bertahap mengalami disintegrasi dan terlepas, menghasilkan duh vagina yang disebuh lokia dan terus keluar selama 3-6 minggu setelah persalinan. Involusi terutama disebabkan oleh penurunan tajam estrogen dan progesteron darah saat plasenta sebagai sumber steroid ini keluar ketika persalinan.

Page 81: Sistem Reporudksi

81

Laktasi memerlukan masukan sinyal berbagai hormon

• Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi sejak konsepsi, semasa gestasi, hingga tahap awal kehidupan di luar rahim.

• Selama gestasi kelenjar mamaria, atau payudara dipersiapkan untuk laktasi (pembentukan susu)

Page 82: Sistem Reporudksi

82

Persiapan Payudara Untuk Laktasi

• Dibawah pengaruh lingkungan hormonal yang terdapat selama kehamilan, kelenjar mamaria mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan susu.

• Payudara yang mampu menghasilkan susu memiliki anyaman duktus yang semakin kecil yang bercabang dari putting payudara dan berakhir di lobulus.

Page 83: Sistem Reporudksi

83

• Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar mirip kantung yang dilapisi oleh epitel dan menghasilkan susu serta dinamai alveolus.

• Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lume alveolus, lalu dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan payudara.

• Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan ekstensif duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus.

Page 84: Sistem Reporudksi

84

• Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar ekstrogen) dan human chorionic somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang memiliki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi sintesis enzim enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi susu.