Upload
hadiyana-arief-hafiz
View
72
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pbl sek 3
Citation preview
Nama : Hadiyana Arief HafizNPM : 1102009125
1. Memahami dan menjelaskan Histologi Kulit.
Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,yang terdiri atas lapisan:
1.Epitel yang disebut epidermis2.Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dandermis berasal dari mesoderm.Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasankulit-mukosa(mucocutaneusjunction).Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dananus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.
Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi : glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.
Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur – alur halus yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.
Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan – tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis.
Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat dibawahkulit.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah 1-2 mm.Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi :
-KulitTebal-KulitTipis
Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit tebal belum tentu lebih tebal dari kulit tipis.
KULIT TEBALKulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis.Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera untuk menembus epidermis
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit
untuk sintesa melanin.
Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Struktur histologisPada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
1. Stratum basaleLapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.
2. Stratum spinosumLapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosumLapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir – butir.Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidumTampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum CorneumPada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilareMerupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulareLapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.
KULIT TIPISMenutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa perbedaan :1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.3. Tidak terdapat stratum lucidium.4. Stratum corneum sangat tipis.5. Papila corii tidak teratur susunannya.6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau HypodermisMerupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.
Nutrisi Kulit Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.
Sistem pigmentasi atau melanositWarna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karotenb. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobinc. Coklat sampai hitam karena melanin.
Hanya melanin yang dibentuk di kulit.Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi yang dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-epidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar di antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi.Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada genital,mulut,dan sebagainya.Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada dermis.
Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam perangsangan sel limfosit T.
Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.
Hubungan antara Epidermis dan DermisEpidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
1. Adanya papila corii2. Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis3. Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal
epidermis.
Apendiks Kulit
Glandula Sudorifera
bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus ekskretorius.- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomery
Glandula Sebacea
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.
Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di
dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.
Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alurkuku adalah akar kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.
Macam–macam KeratinDi dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak
dan keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai dari stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan. Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen. Keratin keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.
Regenerasi KulitDalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis
dan subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda, semakin bagus regenerasinya.
2. Memahami dan menjelaskan fungsi Kulit.
1. SEBAGAI PROTEKSI.
Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.) Melindungi dari trauma yang terus menerus. Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh. Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak. Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2. PENGONTROL/PENGATUR SUHU.
Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
3 proses hilangnya panas dari tubuh:
Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah. Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang
bersentuhan dengan tubuh. Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang
ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
3. SENSIBILITAS
mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
4. KESEIMBANGAN AIR
Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
5. PRODUKSI VITAMIN.
Kulit yang terpejan sinar Uvakan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.
3. Memahami dan Menjelaskan Kusta/Lepra/Morbus Hansen
a. Definisi Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae.
b. Epidemiologi
Distribusi penyakit kusta dunia pada tahun 2003.
Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar.
Pada 1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.
Sebagaimana yang dlaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan diterbitkan di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun 2006 adalah 219.826 kasus.Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adlaah 296.499 kasus. Alasan jumlah penemuan tahunan lebih tinggi dari prevalensi akhir tahun dijelaskan dengan adanya fakta bahwa proporsi kasus baru yang terapinya selesai pada tahun yang sama sehingga tidak lagi dimasukkan ke prevalensi terdaftar. Penemuan secara globa terhadap kasus baru menunjukkan penurunan. Prevalensi di Indonesia: 1,57 per 10.000 penduduk. Indonesia: urutan ke-3 dunia setelah India dan Myanmar.
c. Etiologi
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.
d. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 :
No. Kelainan kulit & hasil pemeriksaan
Pause Basiler Multiple Basiler
1. Bercak (makula)
jumlah
ukuran
distribusi
konsistensi
batas
kehilangan rasa pada bercak
kehilangan berkemampuan berkeringat,berbulu rontok pada bercak
1-5
Kecil dan besar
Unilateral/bilateralAs
Kering dan kasar
Tegas
Selalu ada dan jelas
Bercak tidak berkeringat, ada bulu rontok pada bercak
Banyak
Kecil-kecil
Bilateral, simetris
Halus, berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas, jika ada terjadi pada yang sudah lanjut
Bercak masih berkeringat, bulu tidak rontok
2. Infiltrat
kulit
membrana mukosa tersumbat perdarahan dihidung
Tidak ada
Tidak pernah ada
Ada,kadang-kadang tidak ada
Ada,kadang-kadang tidak ada
3. Ciri hidung ”central healing” penyembuhan ditengah
a. punched out lession
b. medarosis
c. ginecomastia
d. hidung pelana
e. suara sengau4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada5. Penebalan saraf
tepiLebih sering terjadi dini, asimetris
Terjadi pada yang lanjut biasanya lebih dari 1 dan simetris
6. Deformitas cacat Biasanya asimetris terjadi dini
Terjadi pada stadium lanjut
7. Apusan BTA negatif BTA positif
Untuk para petugas kesehatan di lapangan, bentuk klinis penyakit kusta cukup
dibedakan atas dua jenis yaitu:
1. Kusta bentuk kering (tipe tuberkuloid)
· Merupakan bentuk yang tidak menular
· Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar uang logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi, punggung, pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, perasaan kulit hilang sama sekali, kadang-kadang tepinya meninggi
· Pada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi pada, sering gejala kulit tak begitu menonjol tetapi gangguan saraf lebih jelas
· Komplikasi saraf serta kecacatan relatif lebih sering terjadi dan timbul lebih awal dari pada bentuk basah
· Pemeriksaan bakteriologis sering kali negatif, berarti tidak ditemukan adanya kuman penyebab
· Bentuk ini merupakan yang paling banyak didapatkan di indonesia dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya terhadap kuman kusta cukup tinggi
2. Kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)
· Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik di selaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain
· Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta
· Kelainan kulit bisa berupa bercak kamarahan, bisa kecil-kecil dan tersebar diseluruh badan ataupun sebagai penebalan kulit yang luas (infiltrat) yang tampak mengkilap dan berminyak. Bila juga sebagai benjolan-benjolan merah sebesar biji jagung yang sebesar di badan, muka dan daun telinga
· Sering disertai rontoknya alis mata, menebalnya cuping telinga dan kadang-kadang terjadi hidung pelana karena rusaknya tulang rawan hidung
· Kecacatan pada bentuk ini umumnya terjadi pada fase lanjut dari perjalanan penyakit· Pada bentuk yang parah bisa terjadi ”muka singa” (facies leonina)
Diantara kedua bentuk klinis ini, didapatkan bentuk pertengahan atau perbatasan (tipe borderline) yang gejala-gejalanya merupakan peralihan antara keduanya. Bentuk ini dalam pengobatannya dimasukkan jenis kusta basah.
Non-infeksi
Sembuh
95%
70%
30%
e. PatogenesisSebenarnya M. leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah, sebab
penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh respons imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.
Bila basil M. leprae masuk ke dalam tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan orang tersebut. Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem imunitas selular (SIS) penderita.
Kontak
Infeksi
Subklinis
Indeterminate (I)
Determinate
I TT Ti BT BB BL Li LL
f. Gejala Klinis
Menurut WHO pada tahun 1981, kusta dibagi menjadi multibasilar dan pausibasilar. Yang termasuk dalam multibasilar adalah tipe LL, BL, dan BB, sedangkan pausibasilar adalah tipe I, TT, BT dengan IB kurang dari 2+.
Gambaran klinis, bakteriologik, dan imunologik kusta multibasilar (MB)
SIFAT LEPROMATOSA(LL)
BORDERLINE LEPROMATOSA (BL)
MIDBORDERLINE(BB)
Lesi- Bentuk Makula
Infiltrat difusMakulaPlakat
PlakatDome-shaped
PapulNodus
Papul (kubah)Punched-out
- Jumlah Tak terhitung, praktisTidak ada kulit sehat
Sukar dihitung, masih ada kulit sehat
Dapat dihitung, kulit sehat
- Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris- Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak
berkilat- Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas- Anestesia Biasanya tak jelas Tak jelas Lebih jelas
BTA- Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak- Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
Tes lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
Gambaran klinis, bakteriologik, dan imunologik kusta pausibasilar (PB
SIFAT TUBERKULOID(TT)
BORDERLINE TUBERCULOID (BT)
INDETERMINATE (I)
Lesi- Bentuk Makula saja; makula
dibatasi infiltratMakula dibatasi infiltrat;Infiltrat saja
Hanya infiltrat
- Jumlah Satu, dapat beberapa
Beberapa atau satu dengan satelit
Satu atau beberapa
- Distribusi Asimetris Masih asimetris Variasi- Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak berkilat- Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau
dapat tidak jelas- Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai
tidak jelasBTA
- Lesi kulit Hampir selalu negatif
Negatif atau hanya 1+
Biasanya negatif
Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah atau negatif
g. Diagnosis
Penyakit kusta disebut juga dengan the greatest immitator karena memberikan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (cardinal sign), yaitu:
1. Bercak kulit yang mati rasaPemeriksaan harus di seluruh tubuh untuk menemukan ditempat tubuh yang lain,
maka akan didapatkan bercak hipopigmentasi atau eritematus, mendatar (makula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepiDapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai dengan atau tanpa gangguan
fungsi saraf yang terkena, yaitu:a. Gangguan fungsi sensoris: hipostesi atau anestesib. Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisisc. Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut yang
terganggu.
3. Ditemukan kuman tahan asamBahan pemeriksaan adalah hapusan kulit, cuping telinga, dan lesi kulit pada bagian
yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu
tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat mengatakan tersangka kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.
no Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan
Pause basiler Multiple basiler
1 Bercak ( macula )- Jumlah- Ukuran- Distribusi
- Konsistensi- Batas- Kehilangan rasa pada
bercak- Kehilangan
berkemampuan keringat , berbulu rontok pada bercak
- 1 -5- Kecil dan besar- Unilateral/bilateral
asimetris- Kering / kasar- Tegas- Selalu ada dan jelas
- Bercak tidak berkeringat dan ada bulu rontok pada bercak
- Banyak >5- Kecil – kecli- Bilateral /
simetris- Halus , berkilat- Biasanya tidak
jelas , jika ada terjadi pada yg sudah lanjut
- Bercak masih berkeringat bulu tidak rontok
2 Infiltrate- Kulit- Membrane mukosa
tersumbat perdarahn dihidung
- Tidak ada- Tidak pernah ada
- Ada , kdg tdk ada- Ada , kdg tdk ada
3 Cirri hidung “ central healing “ penyembuhan ditengah
a. Punched out lesion
b. Medarosisc. Ginecomastiad. Hidung pelanae. Suara sengau
4 Nodulus Tidak ada Kadang kadang ada5 Penebalan saraf tepi Lebih sering terjadi dini ,
asimetrisTerjadi pada usia lanjut , biasanya lebih dr 1 simetris
6 Deformitas ccat Biasanya asimetris terjadi dini
Terjadi pada stadium lanjut.
h. Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
Dermatofitosis
Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita. Umumnya dermatofitosis pada manusia disebabkan oleh jamur genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidemophyton. Jamur ini dapat menyebabkan kelainan pada kulit, kuku dan rambut. Namun untuk diagnosis pembanding dari lesi kulit karena lepra lebih mengarah ke tinea korporis. Kelainan kulit yang dapat dilihat dari klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi lesi. Daerah tengahnya cendrung lebih tenang. Gambaran kelainan pada dermatofitosis ini mirip dengan lesi kulit yang terjadi pada leprae terutama dalam bentuk TT. Untuk membedakannya kerokan dapat dilakukan baik dengan KOH atau pewarnaa Ziel-Neelsen. Cara yang paling mudah yaitu dengan menguji keadaan saraf sensoris pada kulit. Pemeriksaan dengan Woods light juga dapat digunaka untuk membedakan tinea korporis yang disebabkan oleh M. canis yang memberikan warna bewarna hijau-kuning.
Tinea versikolor
Tinea verikolor merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur. Merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif berupa bercak skuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.
Kelainan pada pitiriasis versikolor juga dapat berupa lesi yang bewarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Lesi pada leprae kadang bisa sangat mirip dengan kelainan pitiriasis versikolor. Tapi pada pitiriasis versikolor akan memberikan flouresensi bila diberikan cahaya dengan wood’s light yaitu akan bewarna hijau-kebiruan. Tes sensibilitas saraf sensoris juga dapat dilakukan untuk mebedakannya, kerokan juga bisa.
Pitriasis rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badang, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Gejala konstitusi umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan adanya lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri dari eritema dan skuama halus dipinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi berikutnya timbul 4 – 10 hari setelah lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesinya mirip dengan lesi pada kusta.
Pitriasis alba
Pitiriasi alba merupaja bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skauma halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. Terjadinya diduga karena infeksi dari Streptococcus, tetapi belum dapat dibuktikan. Pitiriasis alba memiliki lesi yang berbentuk bulat, oval atau plakat yang tak teratur. Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus. Setelah eritema hilang lesi dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus.
Dermatitis seboroika
Dermatitis seboroika dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian verteks dan frontal.
Psoriasis
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis dan kasar dan bewarna putih mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi.
i. Pemeriksaan
Pemeriksaan Pasien
- Anamnesisa. Keluhan pasienb. Riwayat kontakc. Latar belakang keluarga / misalnya keadaan social ekonomi
- Inspeksia. Dengen penerangan yang baik , perhatikan lesi kulit
- Palpasia. Kelainan kulit : nodus , infiltrate , jaringan parut , ulkusb. Kelainan saraf
Inspeksi pasien dapat dilakukan dengan penerangan yang baik, lesi kulit juga harus diperhatikan dan juga dilihat kerusakan kulit. Palpasi dan pemeriksaan dengan menggunakan alat – alat sederhana yaitu jarum untuk rasa nyeri, kapas untuk rasa raba, tabung reaksi masing – masing dengan air panas dan es, pensil tinta Gunawan (tanda Gunawan) untuk melihat ada tidaknya dehidrasi di daerah lesi yang dapat jelas dan dapat pula tidak dan sebagainya. Cara menggoresnya mulai dari tengah lesi, yang kadang – kadang dapat membantu, tetapi bagi penderita yang memiliki kulit berambut sedikit, sangat sukar untuk menentukannya.
Pemeriksaan Saraf Tepi
Untuk saraf perifer, perlu diperhatikan pembesaran, konsistensi dan nyeri atau tidak. Hanya beberapa saraf yang diperiksa yaitu N.fasialis, N.aurikularis magnus, N.radialis, N. Ulnaris, N. Medianus, N. Poplitea lateralis, N. Tibialis posterior. Pada pemeriksaan saraf tepi dapat dibandingkan saraf bagian kiri dan kanan, adanya pembesaran atau tidak, pembesaran reguler/irreguler, perabaan keras/kenyal, dan yang terakhir dapat dicari adanya nyeri atau tidak (Daili, 21:2003). Pada tipe lepromatous biasanya kelainan sarafnya billateral dan menyeluruh sedangkan tipe tuberkoloid terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.
Untuk mendapat kesan saraf mana yang mulai menebal atau sudah menebal dan saraf mana yang masih normal, diperlukan pengalaman yang banyak (Daili, 21:2003).
Cara pemeriksaan saraf tepi
N. Aurukularis magnusPasien disuruh menoleh ke samping semaksimal mungkin, maka saraf yang terlibat
akan terdorong oleh otot di bawahnya sehingga acapkali sudah bisa terlihat bila saraf membesar. Dua jari pemeriksa diletakkan di atas persilangan jalannya saraf tersebut dengan arah otot. Bila ada penebalan, maka pada perabaan secara seksama akan menemukan jaringan seperti kabel atau kawat. Jangan lupa membandingkan antara yang kiri dan yang kanan (Daili, 21:2003).
N. UlnarisTangan yang diperiksa harus santai, sedikit fleksi dan sebaiknya diletakkan di atas
satu tangan pemeriksa. Tangan pemeriksa yang lain meraba lekukan di bawah siku (sulkus nervi ulnaris) dan merasakan, apakah ada penebalan atau tidak. Perlu
dibandingkan antara yang kanan dan yang kiri untuk melihat adanya perbeedaan atau tidak (Daili, 22:2003)
N. Paroneus lateralis
Pasien duduk dengan kedua kaki menggantung, diraba di sebelah lateral dari capitulum fibulae, biasanya sedikit ke posterior (Daili, 22:2003).
Tes Fungsi Saraf
d. Tes Sensoris
Gunakan kapas, jarum, serta tabung reaksi berisi air hangat dan dingin. Rasa RabaSepotong kapas yang dilancipkan ujungnya digunakan untuk memeriksa perasaan
rangsang raba dengan menyinggungkannya pada kulit. Pasien yang diperiksa harus duduk pada waktu dilakukan pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa bilamana merasa disinggung bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disinggung dengan jari telunjuknya dan dikerjakan dengan mata terbuka. Bilamana hal ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya, kalau perlu matanya ditutup dengan sepotong kain. Selain diperiksa pada lesi di kulit sebaiknya juga diperiksa pada kulit yang sehat. Bercak pada kulit harus diperiksa pada bagian tengahnya (Daili, 22:2003).
Rasa NyeriDiperiksa dengan memakai jarum. Petugas menusuk kulit dengan ujung jarum yang
tajam dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan pasien harus mengatakan tusukan mana yang tajam dan mana yang tumpul (Daili, 22:2003).
Rasa SuhuDilakukan dengan menggunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air panas
(sebaiknya 400C), yang lainnya air dingin (sebaiknya sekitar 200C). Mata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai. Sebelumnya dilakukan kontrol pada kulit yang sehat. Bila pada daerah tersebut pasien salah menyebutkan sensasi suhu, maka dapat disebutkan sensasi suhu di daerah tersebut terganggu (Daili, 22:2003).
b. Tes OtonomBerdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada penyakit kusta,
pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan tes anhidrosis. Tes dengan pensil tintaPensil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus sampai ke
daerah kulit normal. Tes pilokarpinDaerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan pilokarpin subkutan.
Setelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat, sedangkan daerah lesi tetap kering.
c. Tes Motoris (Voluntary muscle test)Cara memeriksa:
Mula-mula periksa gerakan dari motorik yang akan diperiksa: Periksa fungsi saraf ulnaris dengan merapatkan jari kelingking pasien. Peganglah
jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis pasien, lalu mintalah pasien untuk merapatkan jari kelingkingnya. Jika pasien dapat merapatkan jari kelingkingnya, taruhlah kertas diantara jari kelingking dan jari manis, mintalah pasien untuk menahan kertas tersebut. Bila pasien mampu menahan coba tarik kertas tersebut perlahan untuk mengetahui ketahanan ototnya.
Periksa fungsi saraf medianus dengan meluruskan ibu jari ke atas. Minta pasien mengangkat ibu jarinya ke atas. Perhatikan ibu jari apakah benar-benar bergerak ke atas dan jempolnya lurus. Jika pasien dapat melakukannya, kemudian tekan atau dorong ibu jari pada bagian telapaknya.
Periksa fungsi saraf radialis dengan meminta pasien untuk menggerakkna pergelangan tangan ke belakang. Uji kekuatan otot dengan mencoba menahan gerakan tersebut.
Periksa fungsi saraf eroneus communis dengan meminta pasien melakukan gerakan fleksi pada pergelangan kaki dan minta juga pasien untuk melakukan gerakan ke lateral, lalu nilai kekuatan ototnya dengan mencoba untuk menahan gerakan tersebut.
Pemeriksaan Bakterioskopis
Pemeriksaaan bakterioskopik, sediaan dari kerokan jaringan kulit atau usapan mukosa hidung yang diwarnai denganpewarnaan BTA ZIEHL NEELSON. Pertama – tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh basil setelah terlebih dahulu menentukan jumlah tepat yang diambil. Untuk riset dapat diperiksa 10 tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal 4 – 6 tempat yaitu kedua cuping telinga bagian bawah dan 2 -4lesi lain yang paling aktif berarti yang paling eritematosa dan paling infiltratif. Pemilihan cuping telinga tanpa mengiraukan ada atau tidaknya lesi di tempat tersebut oleh karena pengalaman, pada cuping telinga didapati banyak M.leprae.
Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan indeks bakteri ( I.B) dengan nilai 0 sampai 6+ menurut Ridley. 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang (LP).
1 + Bila 1 – 10 BTA dalam 100 LP2+Bila 1 – 10 BTA dalam 10 LP3+Bila 1 – 10 BTA rata – rata dalam 1 LP4+Bila 11 – 100 BTA rata – rata dalam 1 LP5+Bila 101 – 1000BTA rata – rata dalam 1 LP6+Bila> 1000 BTA rata – rata dalam 1 LPIndeks morfologi adalah persentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid
dan non solid.IM= Jumlah solidx 100 %Jumlah solid + Non solidSyarat perhitungan IM adalah jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA, I.B 1+ tidak
perlu dibuat IM karedna untuk mendapatkan 100 BTA harus mencari dalam 1.000 sampai 10.000lapangan, mulai I.B 3+ maksimum harus dicari 100 lapangan.
Pemeriksaan Histopatologis
Pemeriksaan histopatologi, gambaran histopatologi tipe tuberkoloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan non solid. Tipe lepromatosa terdpat kelim sunyi subepidermal ( subepidermal clear zone ) yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik. Bisa dijumpai sel virchow dengan banyak basil. Pada tipe borderline terdapat campuran unsur – unsur tersebut.Sel virchow adalah histiosit yang dijadikan M.leprae sebagai tempat berkembangbiak dan sebagai alat pengangkut penyebarluasan.
Pemeriksaan Serologis
Kegagalan pembiakan dan isolasi kuman mengakibatkan diagnosis serologis merupakan alternatif yang paling diharapkan. Pemeriksaan serologik, didasarkan terbentuk antibodi pada tubuh seseorang yang terinfeksi oleh M.leprae. Pemeriksaan serologik adalah MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), uji ELISA dan ML dipstick.
Pemeriksaan Lepromin
Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi tidak untuk diagnosis. Tes ini berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita terhadap M.leprae. O,1 ml lepromin dipersiapkan dari ekstrak basil organisme, disuntikkan intradermal. Kemudian dibaca setelah 48 jam/ 2hari ( reaksi Fernandez) atau 3 – 4 minggu ( reaksi Mitsuda). Reaksi Fernandez positif bila terdapat indurasi dan eritemayang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap M. Leprae yaitu respon imun tipe lambat ini seperti mantoux test ( PPD) pada tuberkolosis.
Reaksi Mitsuda bernilai :0Papul berdiameter 3 mm atau kurang+ 1 Papul berdiameter 4 – 6 mm+ 2Papul berdiameter 7 – 10 mm+ 3 papul berdiameter lebih dari 10 mm atau papul dengan ulserasi
j. KomplikasiLepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan, trauma, dan infeksi kronik
sekunder, yang dapat menyebabkan hilangnya jari jemari ataupun ektremitas bagian distal dan juga sering terjadi kebutaan. Fenomena Lucio yang ditandai dengan atritis yang terbatas pada pasien Lepromatosus difus, infiltratif, dan non noduler. Kasus klinik yang berat lainnya adalah Vaskulitis Nekroticus yang dapat meningkatkan mortalitas. Amiloidos Sekunder merupakan penyulit pada penyakit Leprosa berat.
k. Pencegahan o Kusta adalah penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi kecacatan serta kerusakan
syaraf yang ditimbulkan bersifat permanen. Maka tindakan pencegahan terhadap kerusakan lebih lanjut serta tindakan rehabilitas sangat perlu dilaksanakan bagi penderita kusta.
o Banyak tindakan yang dapat dilakukan pada penderita kusta contohnya memberitahukan bagi penderita untuk lebih memperhatikan bagian-bagian tubuh
kehilangan sensasi rasa sehingga luka yang berlanjut pada pembusukkan serta kematian jaringan dapat dihindari.
o Cara lainnya dengan memberikan sepatu khusus yang lebih melindungi kaki penderita dari luka atau dengan alat bantu, tindakan fisioterapi serta bedah bagi penderita yang telah mengalami kecacatan.
o Tindakan pencegahan juga dapat dilaksanakan bagi orang-orang yang berkontak langsung dengan penderita dengan melakukan tes berkala terhadap kusta. Bagi orang yang tinggal erat dengan penderita. Dapat diberikan obat kusta (dapson )sebagai tindakan pencegahan
o Menciptakan lingkungan sanitasi yang bersih. Daya tahan tubuh seseorang harus baik. Selain itu, lebih baik segera memeriksakan diri jika ada bercak putih seperti panu yang mati rasa, agar pengobatannya dapat dilakukan lebih dini.
l. Prognosis
Dengan adanya obat-obat kombinasi,pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih singkat,serta prognosis menjadi lebih baik.jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik,prognosis menjadi kurang baik.
m. Penatalaksanaan
Tujuan Pengobatan
Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita tipe Pausebasiler yang berobat lebih dini dan teratur akan mempercepat sembuh tanpa menimbulkan kecacatan. Akan tetapi pada penderita yang sudah mengalami kecacatan hanya dapat mencegah cacat yang lebih lanjut.
Memutuskan mata rantai penularan dari penderita terutama tipe yang menular kepada orang lain. Pengobatan kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit menjadi berkurang dan akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman maka sumber penularan dari penderita tipe Multibasiler ke orang lain dapat terputus.
Obat-obatan Yang Digunakan
Menurut World Healty Organisation (WHO) pada tahun 1998 menambahkan 3 (tiga) obat antibiotika lain untuk pengobatan alternatif yaitu : ofloksasin, minosiklin dan klarifomisin, sedangkan obat anti kusta yang banyak dipakai saat ini adalah DDS (Diamino Diphenyl Suffone), clofazimine dan rifampizine.
1) DDS (Diamino Diphenyl Suffone)
Bentuk obat berupa tablet warna putih dengan takaran 50 mg/tab dan 100 mg/tab, sifat bakteriostatik yaitu menghalangi atau menghambat pertumbuhan kuman Mycobacterium Leprae Dosis : untuk dewasa 100 mg/ hari dan untuk anak-anak 1-2 mg/kg BB / hari. Efek samping jarang terjadi, tetapi biasa yang timbul adalah : anemia
hemolitik, anoreksia, nausea, vertigo, penglihatan kabur, sulit tidur hepatitis, alergi terhadap obat DDS (Diamino Diphenl Suffone) sendiri dan Psychosis.
2) Clofazimine atau Lamprene
Berbentuk kapsul warna coklat dengan takaran 50 mg/kapsul dan 100 mg/kapsul, sifat bakteriostatiknya menghambat pertumbuhan kuman Mycobacterium Leprae dan anti reaksi (menekan reaksi). Dosis yang digunakan ialah 50 mg/hari atau selang sehari, atau 3 x 100 mg setiap minggu.
Efek samping obat ini adalah warna kulit dapat kecoklatan sampai kehitam-hitaman tetapi dapat hilang bila pemberian obat distop, gangguan pencernaan dapat berupa diare dan nyeri pada lambung.
3) Rifampizin
Berbentuk kapsul atau kaplet dengan takaran 150 mg, 300 mg, 450 mg dan 600 mg, sifatnya mematikan kuman Mycobacterium Leprae (bakteriosid). Rifampizin merupakan obat kombinasi dengan DDS (Duamino Diphenyl Suffone) dengan dosis 10 mg / Kg BB, diberikan setiap hari atau setiap bulan. Rifampizin tidak boleh diberikan secara monotheraphy karena dapat memperbesar terjadinya resistensi, efek sampingnya yaitu kerusakan pada hati dan ginjal.
4) Prednison
Obat ini digunakan untuk penanganan timbulnya reaksi.
5) Sulfas Ferrosus
Obat tambahan untuk penderita kusta yang mengalami anemia berat.
6) Vitamin A
Obat ini digunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik (Ichthiosis)
Obat alternatif lain yaitu :
a. Ofloksasin
Ofloksasin merupakan turunan florokuinolon yang paling aktif terhadap mycobacterium leprae, efek samping terjadi mual, muntah dan gangguan saluran pernafasan lain.
b. Minosiklin
Termasuk dalam kelompok tetrasiklin, efek bakteriosidalnya lebih tinggi daripada klaritomisin tetapi lebih rendah dari rifampisin
c. Klaritomisin
Merupakan kelompok antibiotika mikrolid dan mempunyai aktifitas bakteriosidalnya terhadap Mycobacterium pada tikus dan manusia
Rigimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO regimen tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penderita Pausi Basiler (PB)
a. Penderita Pausi Lesi I diberikan dosis tunggal ROM (Rifampisin Ofloxacin Minocycli)
Obat ditelan di depan petugas.
Anak kurang 5 (lima) tahun tidak diberikan ROM.
Ibu hamil tidak diberikan ROM.
Pemberian pengobatan sekali saja dan langsung dinyatakan RFT. Dalam program ROM tidak dipergunakan, penderita PB lesi satu diobati dengan regimen PB selama 6 (enam) bulan.
Dewasa 50-70 kg: 600 mg; 400 mg; 100 mg
Anak 5-14 tahun: 300 mg; 200mg; 50 mg
b. Penderita PB lesi 2-5
Dewasa, pengobatan bulanan : hari pertama (dosis yang diminum di depan petugas).
2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg).
1 tablet dapsone atau DDS 100 mg.
Pengobatan harian : hari ke 2- 28 : 1 tablet dapsone atau DDS 100 mg, 1 blister untuk 1 bulan.
Lama pengobatan : 6 blister diminum selama 6-9 bulan.
2) Penderita Multi Basiler (MB)
a. Dewasa, pengobatan bulan : hari pertama (dosis yang diminum di depan petugas).
kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg).
3 tablet lampren @ 100 mg (300 mg).
1 tablet dapsone atau DDS 100 mg
b. Pengobatan harian : hari ke 2 – 28
1 tablet lamprene 50 mg.
1 tablet dapsone atau DDS 100 mg.
1 blister untuk 1 bulan.
4. Memahami dan Menjelaskan menjaga Kulit dan menutup aurat menurut ajaran agama islam.
Aurat di ambil dari perkataan arab aurah yang berarti keaiban.Kata aurat mempunyai dua arti yaitu,pertama ; berarti bagian tubuh manusia yang
malu bila di lihat orang lain.kedua ; berarti kelemahan,tidak ada kemampuan bertahan atau membela diri bila di serang.
Sabda rasulullah kepada kakek bahz bin hakim yang artinya ;“Jagalah auratmu kecuali kepada istrimu dan hambamu,aku berkata (bagaimana)
kalau kaum itu,sebagainya bercampur dengan sebagian yang lain,nabi menjawab : kalau engkau mampu seseorangpun tidak melihatnya,maka janganlah kamu sekali-kali memperlihatkannya,aku bertanya ; bagaimana kalau dari kami sendirian?,nabi menjawab ; maka alla lebih berhak (kamu) malu kepadanya”.(HR.al-khamsah)
Batas aurat wanitaKaum wanita memiliki daya tarik yang sangat kuat,setiap jengkal dari anggota
tubuhny,mulai dari rambut hingga ujung kakinya,memiliki daya tarik bagi kaum pria.itulah sebabnya kaumwanita diperintahkan untuk menutup seluruh tubuhnya,kecuali wajah dan telapak tangan
Seperti di terangkan dalam surah an-nur yang artinya ;“Dan janganlah mereka (kaum mukminat) menampakkan perhiasannya melainkan
yang biasa Nampak darinya,dan hendaklah mereka menutup dada-dada mereka”.(An-nur : 31)