Upload
gaya11
View
34
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
d
Citation preview
SKENARIO D BLOK V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Biologi Molekuler, Genetika dan Penunjang Metabolisme Energi adalah blok
kelima pada semester 2 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus yang terakhir sebagai tahap
pembelajaran dalam blok kelima ini. Penulis kali ini memaparkan kasus yang diberikan
mengenai Fisiologi dan Biokimia.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakults Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
1
SKENARIO D BLOK V
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
TUTORIAL SKENARIO D
Tutor : Dr. Yanti Rosita, M.Kes
Moderator : Egyd Tradiga
Sekretaris meja : Adawiyah Simanjuntak
Sekretaris papan : Siti Nurbaya
Hari, Tanggal : Senin, 8 April 2013 dan Rabu, 10 April 2013
Rule tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
2.2 Skenario Kasus
Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan
menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan
minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai
puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl. Setelah beberapa jam di puncak, ia mengeluh
mengalami sesak nafas, sakit kepala, mual, penglihatan kabur dan terasa melayang. Ia
berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan
bertambah berat bila berjalan. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi
maupun gangguan kardiovaskuler. Dr. Boy, dokter tim pendakian, melakuakan
pemeriksaan terhadap Ir. Priyo.
2
SKENARIO D BLOK V
Tanda vital:
Temp : 36,2 ºC, HR: 108 x/mnt, TD: 100/60 mmHg, RR: 36 x/mnt cepat dangkal
EKG portabel: Deskripsi jantung dalam batas normal
Pulse oxymetri : saturasi oksigen: 70%
Dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau paru-paru.
Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian.
2.3 Paparan
2.3.1 Klarifikasi Istilah-Istilah
1. Nazar : Janji pada diri sendiri apabila hendak berbuat sesuatu
dan jika maksud tersebut tercapai.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2. Puncak : Bagian yang terletak paling atas atau di atas sekali.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
3. Sesak Nafas : Keadaan sulit untuk bernafas
(Struktur dan fungsi tubuh manusia untuk paramedis)
4. Pulse oxymetri : Denyutan berirama pada pembuluh nadi yang dapat
diraba dengan jari tangan.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
5. Temperatur : Pernyataan tingkat panas atau dingin dengan
menggunakan skala khusus, pengukuran energi
kinetik rata-rata akibat agitasi termal.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
3
SKENARIO D BLOK V
6. Saturasi O2 : Jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam
darah dinyatakan persentase kapasitas pengikatan
maksimal. (Kamus Saku Kedokteran Dorland)
7. Mual : Sensasi tidak menyenangkan yang samar pada
epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan
untuk muntah. (Kamus Saku Kedokteran Dorland)
8. Sakit kepala : Berasa tidak nyaman di kepala karena menderita
sesuatu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
9. RR : Jumlah pergerakan dinding dada tiap satuan waktu,
menandakan inhalasi dan ekshalasi.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
10. Penglihatan Kabur : Ketakjelasan, berawan atau berkabut ketika melihat
sensasi pada saat benda dilingkungan luar
dipersepsikan dengan bantuan cahaya yang
dipancarkan atau dipantulkan.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
11. TD : Jumlah denyut pada arteri perifer tiap satuan waktu.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
12. Gangguan kardiovaskuler : Defek morfologi yang diakibatkan oleh kerusakan
ekstrinsik atau gangguan pada proses perkembangan
yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh
darah. (Kamus Saku Kedokteran Dorland)
13. Gangguan respirasi : Defek morfologi yang diakibatkan oleh kerusakan
ekstrinsik atau gangguan pada proses perkembangan
yang berhubungan pertukaran oksigen dan
4
SKENARIO D BLOK V
karbondioksida antara atmosfer dan sel tubuh meliputi
ventilasi (inspirasi dan ekspirasi).
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
14. Mengidap : Menderita suatu sakit atau penyakit.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
15. Tanda vital : Denyut nadi, pernafasan dan suhu.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
16. HR : Jumlah darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh
jantung tiap satuan waktu.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Ir. Priyo Yudho Bahtero, 5 thn, menjalankan nazar untuk mendaki dan menginap
di puncak Gunung Semeru. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam
ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl.
2. Setelah beberapa jam dipuncak, ia mengeluh mengalami:
A. Sesak Nafas
B. Sakit kepala
C. Mual
D. Penglihatan kabur
E. Terasa melayang
3. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang
beristirahat dan bertambah berat bila berjalan.
4. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun kardiovaskuler.
5. Tanda vital:
Temp : 36,2 ºC, HR: 108 x/mnt, TD: 100/60 mmHg, RR: 36 x/mnt cepat dangkal
EKG portabel: Deskripsi jantung dalam batas norma
Pulse oxymetri : saturasi oksigen: 70%
5
SKENARIO D BLOK V
6. Dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau
paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian
2.3.3 Analisis Masalah
1. Ir. Priyo Yudho Bahtero, 5 thn, menjalankan nazar untuk mendaki dan
menginap di puncak Gunung Semeru. Setelah menempuh perjalanan mendaki
selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl.
a. Otot apa saja yang berperan ketika saat mendaki?
Jawab:
Pada saat berdiri tulang penyangga tubuh adalah tulang tibia,
Otot-otot yang menggerakkan paha semuanya menempel ke sebagian dari
gelang panggul dan femur (tulang paha). Otot-otot ini meliputi otot-otot
gluteus, iliopsoas, dan sekelompok otot-otot adductor. Kontraksi dari otot-
otot ini menggerakkan sendi panggul. Otot-otot gluteus terletak pada
permukaan belakang dan meliputi gluteus maximus, gluteus medius dan
gluteus minimus. Otot-otot gluteus mengabduksi paha. Gluteus maximus
adalah otot terbesar dalam tubuh dan membentuk bagian pantat, inilah otot
yang anda bertumpu padanya ketika duduk. Sebagai tambahan dari
mengabduksi paha, gluteus maximus juga meluruskan, atau
mengekstensikan, paha pada panggul, ketika anda menaiki tangga. Gluteus
medius terletak sebagian dibelakang dan atas dari gluteus maximus. Kedua
otot gluteus ini biasanya digunakan sebagai tempat injeksi intramuskuler.
Iliopsoas terletak pada permukaan superior dari daerah diantara paha dan
perut.
Kontraksi dari otot ini memfleksikan paha, membuatnya
antagonis terhadap gluteus maximus. Otot-otot adductor terletak pada
permukaan bagian tengah (dalam) dari paha. Otot-otot ini mengadduksi
paha, menekan mereka secara bersama. Inilah otot-otot yang digunakan
oleh penunggang kuda untuk tetapi di atas kuda. Otot-otot adductur
meliputi adductor longus, adductor brevis, adductor magnus, dan adductor
6
SKENARIO D BLOK V
gracilis. Otot-otot yang menggerakkan tungkai terletak di paha, meliputi
kelompok quadriceps femoris, sartorius, dan kelompok otot-otot yang
memfleksikan lutut. Kelompok quadriceps femoris terdiri dari empat otot
yang terletak pada bagian depan dan permukaan lateral dari paha. Keempat
otot tersebut masuk ke dalam tuberositas tibia dengan tendon patella.
Sebagai sebuah kelompok, mereka mengekstensikan, atau meluruskan
tungkai pada lutut. Anda akan menggunakan mereka bila menendang bola.
Otot-otot yang membentuk kelompok ini meliputi vastus lateralis, vastus
intermedius, vastus medialis, dan rectus femoris. Vastus lateralis seringkali
digunakan sebagai tempat injeksi pada anak-anak karena lebih
berkembang dibandingkan dengan otot-otot gluteus. Karena rectus femoris
berasal dari tulang pelvis, otot ini dapat juga memfleksikan paha pada
sendi panggul.
Sartorius adalah otot terpanjang dalam tubuh. Dia otot yang
mirip dengan tali yang terletak pada permukaan depan dari paha. Sartorius
melewati diatas quadriceps pada arah yang oblik dan memungkinkan
tungkai untuk berotasi, sehingga anda dapat duduk dengan menyilangkan
tungkai. Dahulu kala, penjahit biasa duduk dengan tungkai menyilang
ketika mereka bekerja. Kata latin untuk penjahit adalah sartor, jadi otot ini
dinamakan sartorius. Otot-otot yang memfleksikan lutut (hamstrings)
adalah sekelompok otot yang terletak pada permukaan belakang dari paha.
Semua otot-otot meluas dari ischium (tulang pelvis) ke tibia. Mereka
memfleksikan tungkai pada lutut dan oleh karena itu antagonis terhadap
quadriceps femoris. Karena otot-otot ini juga melintasi sendi panggul,
mereka mengekstensikan paha. Tendon yang kuat dari otot ini dapat
dirasakan di belakang lutut. Tendon yang sama ini ditemukan pada
lengkungan punggung. Otot-otot hamstring meliputi biceps femoris,
semimembranosus, dan semitendinosus. Otot-otot yang menggerakkan
kaki terletak pada permukaan depan, samping dan belakang dari tungkai.
Tibialis anterior terletak pada permukaan depan. Dia menyebabkan
dorsofleksi dari kaki. Otot peroneus longus terletak pada permukaan
samping. Dia mengarahkan kaki keluar, mendukung lengkung kaki, dan
membantu fleksi telapak kaki. Gastrocnemius dan soleus adalah otot utama
7
SKENARIO D BLOK V
pada permukaan belakang dari tungkai dan membentuk bagian berdaging
di belakang tungkai. Mereka menempel ke calcaneus (tulang tumit)
melalui tendon calcaneus, atau tendon Achilles. Kontraksi dari otot-otot ini
menyebabkan fleksi dari telapak kaki. Gastrocnemius kadang-kadang
disebut otot jari-jari penari karena dia memungkinkan anda untuk berdiri
di ujung kaki. (Snell, 2006)
b. Bagaimana keadaan udara pada ketinggian 3676 meter?
Jawab:
Tekanan barometer di ketinggian permukaan laut tekanan 760
mmHg, sedangkan pada ketinggian 10.000 kaki diatas permukaan laut
hanya 523 mmHg. Pada skenario kasus ini, ketinggian 3676 meter itu
sama dengan 12.060 kaki yang memiliki tekanan 392,4 mmHg. Dapat
disimpulkan bahwa udara pada ketinggian 3676 meter memiliki
tekanan udara yang rendah. (Guyton, 2007)
c. Perubahan fisiologi apa yang terjadi pada saat mengalami perubahan
ketinggian?
Jawab:
Pada saat terjadi perubahan ketinggian, maka akan terjadi pula
perubahan keadaan lingkungan disekitar. Semakin tinggi dataran, maka
tekanan, suhu, kadar oksigen yang dibutuhkan dalam proses pernafasan
menjadi semakin rendah. Otot-otot pernafasan diatur oleh pusat
pernafasan yang terdiri dari neuron dan reseptor pada pons dan medula
oblongata. Pusat pernafasan merupakan bagian sistem saraf yang
mengatur semua aspek pernafasan. Faktor utama pada pengaturan
pernafasan adalah respons dari pusat kemoreseptor dalam pusat
pernafasan terhadap tekanan parsial (tegangan) karbon dioksida
(PaCO2) dan Ph darah arteri.
Manusia dapat menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk
beradapatasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat terlihat pada dua gen
orang di dataran tinggi yang berbeda dengan gen orang yang tinggal
didataran rendah. Adanya perbedaan ini mengindikasikan bahwa faktor
8
SKENARIO D BLOK V
genetic dipengaruhi faktor geografi. Ketika ketinggian bertambah,
maka manusia akan meningkatkan frekuensi pernapasan dan denyut
jantung. Jumlah hemoglobin dalam darah juga bertambah karena faktor
ketinggian. Tekanan oksigen di udara pada dataran tinggi lebih rendah
disbanding tekanan oksigen di dataran rendah.
Ketika kita berpergian ke daerah tinggi, tubuh kita mulai
membentuk respon fisiologis yang inefesien. Terdapat kenaikan
frekuensi pernapasan dan denyut jantung hingga dua kali lipat
walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat
karena jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak
oksigen. Kemudian tubuh mulai membentuk respon efisien secara
normal yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan kapiler banyak
diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru akan
bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan
karbondioksida. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot yang
memperkuat transfer gas. (Ayu, 2009)
d. Bagaimana Pandangan Islam tentang nazar?
Jawab:
فليطعه ه الل يطيع أن نذر من“Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut.”
(HR. Bukhari no. 6696)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
يعصه فال يعصيه أن نذر ومن ، فليطعه ه الل يطيع أن نذر من“Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut.
Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah
memaksiati-Nya. ” (HR. Bukhari no. 6696)
2. Setelah beberapa jam dipuncak, ia mengeluh mengalami:
A. Sesak nafas
1. Sistem apa yang berhubungan dengan sesak nafas?
Jawab: Sistem yang berhubungan dengan sesak nafas adalah
sistem respirasi dan sistem kardiovaskuler (guyton, 2007)
9
SKENARIO D BLOK V
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan
dengan sesak?
Jawab: Anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan
sesak adalah sebagai berikut:
1. Hidung
2. Pharynx
3. Larynx
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus
8. Paru-paru
Respirasi mencakup dua proses yang berkaitan, yaitu respirasi
eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal atau pernapasan pulmoner
adalah suatu proses yang merujuk pada mekanisme pertukaran gas O2 dan
CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh (Sherwood 2011). Empat
proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner:
1. Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan kapiler darah paru
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan perifer sehingga
oksigen dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara jaringan dan darah melalui
proses difusi menembus kapiler sistemik (Sherwood 2011)
Proses kedua adalah respirasi jaringan atau respirasi internal. Proses ini
merujuk pada proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam
mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida
selagi mengambil energy (ATP) dari molekul nutrien (Sherwood 2011).
10
SKENARIO D BLOK V
3. Apa saja faktor penyebab sesak nafas?
Jawab:
Faktor penyebab sesak nafas adalah sebagai berikut:
1. Kelainan gas-gas pernapasan dalam cairan tubuh, seperti hipoksia.
2. Jumlah kerja yang harus dilakukan oleh pernapasan
3. Keadaan pikiran seseorang seperti stress
(Guyton, 2007)
4. Bagaimana mekanisme dari sesak nafas?
Jawab:
Dyspnea berkaitan dengan ventilasi. Ventilasi dipengaruhi oleh
kebutuhan metabolic dari konsumsi oksigen dan eliminasi karbondioksida.
Frekuensi ventilasi bergantung pada rangsangan pada kemoreseptor yang ada
di badan karotid dan aorta. Selain itu, frekuensi ini juga dipengaruhi oleh
sinyal dari reseptor neural yang ada di parenkim paru, saluran udara besar dan
kecil, otot pernapasan, dan dinding toraks.
Pada dyspnea, terjadi peningkatan usaha otot dalam proses inspirasi
dan ekspirasi. Karena dypsnea bersifat subjektif, maka dypsnea tidak selalu
berkorelasi dengan derajat perubahan secara fisiologis. Beberapa pasien dapat
mengeluhkan ketidakmampuan bernapas yang berat dengan perubahan
fisiologis yang minor, sementara pasien lainnya dapat menyangkal terjadinya
ketidakmampuan bernapas walaupun telah diketahui terdapat deteriorasi
kardiopulmonal.
Defek dasar dari dypsnea adalah ketidakcocokan antara tekanan yang
dihasilkan otot pernafasan dengan volume tidal (perubahan panjang).
Kapanpun perbedaan tersebut muncul, muscle spindle dari otot interkostal
mentransmisikan sinyal yang membawa kondisi bernapas menjadi sesuatu
yang disadari. Reseptor jukstakapiler yang terlokasi di interstitium alveolar
dan disuplai oleh serat saraf vagal tidak termielinisasi akan distimulasi oleh
terhambatnya aktivitas paru. Segala kondisi tersebut akan mengaktivasi refleks
Hering-Breuer dimana usaha inspirasi akan dihentikan sebelum inspirasi
maksimal dicapai dan menyebabkan pernapasan yang cepat dan dangkal.
Reseptor jukstakapiler juga bertanggung jawab terhadap munculnya dyspnea
pada situasi dimana terdapat hambatan pada aktivitas paru. (Pearce, 2012)
11
SKENARIO D BLOK V
B. Sakit Kepala
1. Sistem apa yang berhubungan dengan sakit kepala?
Jawab: Sistem yang berhubungan dengan sakit kepala adalah sistem saraf.
(Guyton, 2007)
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan sakit
kepala?
Jawab:
otak atau sering disebut korteks serebri, yang menjadi pusat
kecerdasan, pusatmotoris volunteer dan sensors, korteks serebri menjadi pusat
kecerdasan karena memiliki area asosiasi yang menjadi pusat interaksi antar
berbagai fungsi fisiologis sistem saraf. Di area asosiasi, terjadi antara berbagai
pusat sensoris untuk selanjutnya berefek kepada pusat motoris. Korteks serebri
menjadi pusat motoris yang hubungan dengan kecerdasan seperti menulis,
melukis, dan berbicara.
Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan diantara
keduanya dihubungkan urat-urat saraf aferen dan eferen. Juga memiliki sifat
seolah-olah sebagai bagian sistem saraf, yang telah bermigrasi dari saraf guna
mencapai kelenjar, pembuluh darah, jantung, paru-paru dan usus. Karena
sistem saraf otonom itu terutama berkenaan dengan pengendalian organ-organ
dalam secara tidak sadar, kadang-kadang disebut juga susunan saraf tak sadar.
Menurut fungsinya, susunan saraf otonom di bagi menjadi dua bagian yaitu
sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis terletak di depan kolumna
vertebra dan berhubungan dengan susunan tulang belakang melalui serabut-
serabut saraf. Sistem parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang terdiri
dari saraf otonom cranial dan saraf otonom sakral. (Pearce, 2012)
12
SKENARIO D BLOK V
3. Apa saja faktor penyebab sakit kepala?
Jawab: Faktor penyebab sakit kepala adalah karena kurangnya oksigen yang
masuk kedalam otak, kemudian adanya kontraksi pada otot-otot kepala dan
saraf serta adanya tekanan pada saraf-saraf yang mengandung serabut-serabut
untuk rasa nyeri di daerah kepala. (Hernanta, 2013)
4. Bagaimana mekanisme dari sakit kepala?
Jawab:
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan –
bangunan di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan –
bangunan ektrakranial yang peka-nyeri ialah otot –otot oksipital, temporal dan
frontal, kulit kepala, arteri- arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak
sendiri tidak peka nyeri terdiri dari meninges , terutama dura basalis, dan
meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri 0 artei besar pada bais
otak. Sebagaian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
(Pearce, 2012)
C. Mual
1. Sistem apa yang berhubungan dengan mual?
Jawab: Sistem yang berhubungan dengan mual adalah sistem digestif.
(Guyton, 2007)
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan mual?
Jawab:
- Mulut : mengecap, mengunyah, membentuk bolus makanan
- Saliva : pelumas, membilas, mencerna
- Oesophagus : transpor
- Liver dan empedu : ekskresi, pencernaan lemak, metabolisme detoksikasi
- Kandung empedu : penyimpanan empedu
- Gaster proksimal : penyimpanan
- Gaster distal : persiapan, pencernaan, penguraian
- Pankreas (eksokrin) : enzim pencernaan (HCO3- sebagai H+)
(Silbernagl, 2006)
13
SKENARIO D BLOK V
Fungsi utama sistem pencernaan makanan adalah memindahkan zat
nutrisi, air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam
untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan
merupakan sumber energi bagi tubuh, seperti ATP yang dibutuhkan sel untuk
melaksanakan berbagai kegiatan di tubuh dan juga berfungsi sebagai bahan
pembangun dan pengganti sel-sel rusak.
Pembuangan sisa sampah tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari
sistem pencernaan yang berlangsung melalui paru-paru, ginjal, defekasi pada
akhir pencernaan, dan keringat melalui kulit. Agar makanan dapat dicerna
secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran pencernaan harus
memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus-menerus.
Untuk itu dibutuhkan :
a. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
b. Sekresi getah pencernaan
c. Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit
d. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang
akan diabsorpsinya
e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormone
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, meliputi proses sebagai
berikut :
a. Ingesti : masuknya makanan ke dalam mulut
b. Pemotongan dan penggilingan : dilakukan secara mekanikal oleh gigi,
kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan
c. Peristalsis : gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan
d. Digesti : hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung
e. Absorpsi : pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan
ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh
14
SKENARIO D BLOK V
f. Egesti (defikasi) : proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri dalam bentuk feses keluar dari saluran pencernaan
(Silbernagl, 2006)
3. Apa saja faktor penyebab mual?
Jawab:
1. Impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal.
2. Impuls yang berasak dari otak bawah yang berhubungan dengan motion
sickness.
3. Impuls dari korteks serebri untuk terjadinya muntah.
(Guyton,2007)
4. Bagaimana mekanisme dari mual?
Jawab:
Perasaan yang sangat tidak enak dibelakang tenggorokkan dan
epigastrium kemudian terjadi perubahan aktivitas saluran cerna seperti
meningkatnya salvias kemudian menurunnya tonus lambung dan peristaltic
lalu meningkatnya tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya
refluks isi duodenum kelambung.
Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai
gangguan gastrointestinal, demikian juga dengan penyakit lain. Beberapa teori
mengenai penyebab mual dan muntah telah berkembang tetapi tidak ada
kesepakatan mengenai penyebab. Mual dan muntah dapat dianggap sebagai
suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium (1) Mual, (2) Retching, (3)
Muntah. Stadium pertama mual dapat dijelaskan perasaan yang sangat tidak
enak dibelakan tenggorokan dna epogastrium, sering menyebabkan muntah.
Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan
mual, seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung, dan
peristaltic. Peningkatkan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan
terjadinya refluks isi duodenum ke lambung. Gejala dan tanda mual seringkali
pucat meningkatnya saliva, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat dan
takikardi. (Price, 2012)
15
SKENARIO D BLOK V
D. Penglihatan kabur dan terasa melayang
1. Sistem apa yang berhubungan dengan sakit kepala dan
terasa melayang?
Jawab: sistem yang berhubungan dengan sakit kepala dan terasa
melayang adalah sistem saraf. (Guyton, 2007)
2. Apa saja faktor penyebab sakit kepala dan terasa melayang?
Jawab: faktor penyebab sakit kepala dan terasa melayang adalah
karena mengalami kekurangan oksigen atau hipoksia. Hal ini terjadi
karena tekanan udara yang sangat rendah. (Hernanta, 2013)
3. Bagaimana mekanisme dari sakit kepala dan terasa melayang?
Jawab:
Penglihatan kabur serta badan terasa melayang berkaitan
dengan sistem saraf pusat yang terganggu pada orang yang terpajan
kadar oksigen rendah di dalam jaringan. Eksitabilitas neuron sangat
bergantung pada penyediaan oksigen yang cukup. Pengurangan
oksigen selama beberapa detik saja dapat menghilangkan eksitabilitas
neuron secara sempurna. Keadaan ini diakibatkan oleh aliran darah
otak terganggu untuk sementara waktu.
(Guyton, 2007)
3. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang
beristirahat dan bertambah berat bila berjalan.
a. Sistem apa yang berhubungan dengan susah tidur?
Jawab: Pada kasus ini sistem yang berhubungan dengan susah tidur
adalah sistem respirasi dan sistem saraf. (Hernanta, 2013)
16
SKENARIO D BLOK V
b. Apa yang menyebabkan Ir. Priyo tidak bisa tidur?
Jawab:
Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper
airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea
tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur,
yangberlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur
patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang
lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam.
Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat
dominan.Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai
denganintermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan
saturasi oksigen.
Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha
pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan
dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada
batang otak atau hiperkapnia. Gangguan saluran nafas (upper airway
obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan
selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan
tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin
berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai
dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur.
Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang
dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat pasien tidak
mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi
lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi
medula, dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali normal
secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea,
pasien sering terbangun berulang kali dimalam hari, yang
kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini sering
ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada pagi hari.
Pada anak-anak sering berhubungan dengan gangguan kongenital
saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar hypertropi. Pada
17
SKENARIO D BLOK V
orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid, atau
bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord
chiari malformation. (http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah.pdf)
c. Bagaimana mekanisme susah tidur?
Jawab:
Siklus tidur-bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan
oleh hubungan timbal balik antara tiga sistem saraf:
1) sistem keterjagaan, yaitu bagian dari reticular activating system
yang berasal dari batang otak
2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang mengandung
neuron tidur yang menginduksi tidur
3) pusat tidur paradoksal dibatang otak yang mengandung neuron tidur
REM, yang menjadi sangat aktif sewaktu tidur REM. Pola antara
ketiga regio saraf ini, yang menghasilkan rangkaian siklis yang dapat
diperkirakan antara keadaan terjaga dan kedua jenis tidur, kini menjadi
bahan penelitian intensif. Para ilmuwan saraf baru-baru ini
mempelajari bahwa neuron yang membuat anda terjaga melepaskan
muatan secara otonom dan terus menerus. Neuron-neuron ini harus
dihambat oleh masukan dari neuron tidur atau oleh masukan
inhibitorik lain.
Siklus normal dapat mudah diinterupsi, dengan sistem yang
membuat kita tetap terjaga lebih mudah mengalahkan sistem tidur
daripada kebalikannya; yaitu lebih mudah terjaga ketika mengantuk
daripada jatuh tertidur ketika terjaga penuh. Sistem keterjagaan dapat
diaktifkan oleh masukan yang turun ke batang otak dari daerah-daerah
otak yang lebih tinggi. Konsentrasi penuh atau keadaan emosi yang
kuat, misalnya rasa cemas atau kegembiraan, dapat mencegah orang
tidur, demikian juga aktivitas motorik, misalnya bangkit dan berjalan-
jalan, dapat membangunkan orang yang mengantuk (Wibowo, 2012)
18
SKENARIO D BLOK V
4. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun
kardiovaskuler
a. Apa makna dari selama ini tidak mengalami gangguan respirasi dan
gangguan kardiovaskuler?
Jawab: Makna dari selama ini tidak mengalami gangguan respirasi dan
gangguan kardiovaskuler dalam skenario kasus ini adalah mengalami
hipoksia, hal tersebut terjadi karena tekanan udara (oksigen) yang
rendah di daerah pegunungan.
5. Tanda vital:
Temp : 36,2 ºC, HR: 108 x/mnt, TD: 100/60 mmHg, RR: 36 x/mnt cepat
dangkal
EKG portabel: Deskripsi jantung dalam batas normal
Pulse oxymetri : saturasi oksigen: 70%
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan tersebut dan mekanisme dari
hasil pemeriksaan?
Jawab:
Temprature: 36,2 ºC, Normal: 36,6 ºC
19
Suhu Kesan Terapi
≤ 37 Normal Tak ada terapi
> 37 Demam
Kompres air hangat
Antipiretik
Koreksi suhu dengan terapi cairan
SKENARIO D BLOK V
HR: 108 x/mnt , Normal HR : 60-100 x/m
Heart rate (HR) yang meningkat (jantung berdebar) juga disebabkan
oleh pemompaan jantung lebih maksimal guna memenuhi kebutuhan
oksigen pada jaringan.
N atau HR Klasifikasi
< 60 Bradikardi
60 ‒ 100 Normal
> 100 Takikardi (jantung berdebar kencang)
RR : 14-18 x/m
RR meningkat karena kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
sehingga kerja dari sistem respirasi menjadi lebih kuat dari biasanya
karena lebih banyakknya kadar karbondioksida dibandingkan dengan
kadar oksigen di dalam tubuh.
20
SKENARIO D BLOK V
TD: 100/60 mmHg, Normal 100-120/ 60-80 mmHg
Tekanan darah Ir. Priyo menurun namun masih dalam batas normal
Respirasi rate: 36 */menit cepat dangkal (terengah-terengah)
dikarenakan saturasi yang sedikit (Cepat tapi dalam)
RR Klasifikasi
< 14 Apnea
14 ‒ 20 Eupnea
> 20 Takipnea (napas cepat)
(Sherwood,2011)
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari EKG portabel?
Jawab: Pada kasus ini, EKG menunjukkan batas normal dan
menunjukan bahwa siklus jantung yang dimiliki Ir. Priyo juga normal.
Hal tersebut dapat dilihat dari gelombang P, QRS, T yang terdapat
pada alat EKG sebagai hasil kontraksi dan relaksasi dari otot jantung.
(Guyton,2007)
21
SKENARIO D BLOK V
c. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pulse oxymetri?
Jawab:
Pulse oxymetri pada kasus ini 70 %, normalnya pada ketinggian
10.000 sampai 20.000 kaki harusnya mencapai 73-90%. Persentase
pulse oxymetri yang berada di bawah batas normal menunjukkan
bahwa oksigen yang dibawa hemoglobin juga rendah.
(guyton, 2007)
6. Dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau
paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian
a. Bagaimana agar seseorang terbiasa dengan ketinggian?
Jawab: Agar seseorang dapat terbiasa dengan ketinggian, maka dalam
pendakian, seseorang harus mendaki secara bertahap dan juga tidak
dalam jangka waktu yang sangat singkat. Seharusnya pendaki
menghabiskan waktu berhari-hari agar tubuh teraklimatisasi dengan
tekanan di daerah pegunungan yang lebih rendah. (Guyton, 2007)
2.3.4 Kesimpulan
Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn mengalami hipoksia karena belum
teraklimatisasi dengan tempat tinggi yang menyebabkan ia mengalami sesak napas,
mual, terasa melayang, penurunan saturasi oksigen dan tekanan darah menurun
(dalam batas normal)
22
SKENARIO D BLOK V
2.3.5 Kerangka Konsep
Neurologi
23
Berada di Tempat Tinggi
Tekanan Parsial Menurun
Belum Teraklimatisasi Hipoksia
SarafRespirasi DarahKardiovaskulerDigestif
SKENARIO D BLOK V
2.3.6 Learning Issue
No Pokok Bahasan What I
Know
What I Don’t
know
What I have to
prove
How I
will learn
1. Sistem
Pernafasan
Definisi Anatomi dan
Fisiologi
Pemahaman
mengenai
anatomi serta
fisiologi dari
sistem
pernafasan
Textbook
2 Sistem
kardiovaskuler
Definisi Anatomi dan
Fisiologi
Pemahaman
mengenai
anatomi serta
fisiologi dari
sistem
kardiovaskuler
Textbook
3 Sistem Digestif Definisi Anatomi dan
Fisiologi
Pemahaman
mengenai
anatomi serta
fisiologi dari
sistem digestif
Textbook
4 Sistem Saraf Definisi Mekanisme
sistem saraf
Pemahaman
mengenai
anatomi serta
Textbook
dan Jurnal
24
Susah Tidur, Penglihatan Kabur, Terasa Melayang
Sesak Napas
Penurunan Saturasi Oksigen
TD Menurun
(batas normal)Mual
SKENARIO D BLOK V
fisiologi dari
sistem saraf
5 Pandangan
Islam
Definisi Pandangan
islam
mengenai
nazar
Pemahaman
dan
penenrapan
pandangan
islam tentang
Nazar
Textbook
dan jurnal
6 Tekanan udara
pada
ketinggian
Definisi Perbedaan
tekanan udara
di daerah
tinggi dan
rendah
Pemahaman
mengenai
perbedaan
tekanan udara
Textbook
dan
journal.
1. Sistem Respirasi
Respirasi mencakup dua proses yang berkaitan, yaitu respirasi eksternal dan respirasi
internal. Respirasi eksternal atau pernapasan pulmoner adalah suatu proses yang merujuk
pada mekanisme pertukaran gas O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh
(Sherwood 2011). Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner (Pearce
2011):
5. Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
6. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan kapiler darah paru
7. Transpor oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan perifer sehingga oksigen dapat
mencapai semua bagian tubuh (Guyton 2007)
8. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara jaringan dan darah melalui proses difusi
menembus kapiler sistemik (Sherwood 2011)
Proses kedua adalah respirasi jaringan atau respirasi internal. Proses ini merujuk pada
proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan
25
SKENARIO D BLOK V
oksigen dan menghasilkan karbondioksida selagi mengambil energy (ATP) dari molekul
nutrien (Sherwood 2011).
A. Mekanika Pernapasan
Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan
rendah (menuruni gradient). Gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer secara bergantian
berbalik arah saat bernafas sehingga memungkinkan udara mengalir masuk dan keluar. Tiga
tekanan penting dalam ventilasi pulmoner (Sherwood 2011)
1. Tekanan atmosfer
2. Tekanan intra-alveolus atau intraparu
3. Tekanan intrapleura (tidak terjadi pertukaran udara di sini karena tidak ada
komununikasi langsung antara rongga pleura dan paru atau atmosfer. Kantung pleura
tertutup tanpa lubang)
Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan, maka tekanan intra-
alveolus harus lebih kecil dari tekanan atmosfer saat inspirasi. Demikian juga tekanan intra-
alveoulus harus lebih besar dari tekanan atmosfer saat ekspirasi. Tekanan intra-alveolus dapat
berubah dengan mengubah volume paru (Hukum Boyle: pada suhu konstan, tekanan yang
ditimbulkan suatu gas akan berbanding terbalik dengan volumenya).
Permulaan Inspirasi
Otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas, tidak ada udara yang megalir dan
tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada pernapasan tenang normal,
kontraksi diafragma (dipersarafi N. Phrenicus) dan musculus intercosta external menarik
permukaan bawah paru ke bawah sehingga rongga thorax membesar (Guyton 2007). Sewaktu
rongga thorax membesar, volume paru akan meningkat sehingga menurunkan tekanan intra-
alveolus karena jumlah molekul udara di dalam paru lebih besar.
Permulaan Ekspirasi
26
SKENARIO D BLOK V
Sebelum akhir inspirasi, volume di dalam paru meningkat sehingga tekanan intra-
alveolus menurun. Terjadi perbedaan tekanan antara intra-alveous terhadap atmosfer
sehingga udara mengalir keluar. Pada akhir inspirasi , diafragma melemas, otot ekspirasi
(musculus intercostal internal) melemas , recoil elastik paru, dinding thorax dan struktur
abdomen menekan paru. Aliran udara yang keluar akan terhenti ketika tekanan intra-alveolus
telah sama dengan tekan atmosfer. (Sherwood 2011)
B. Pertukaran Gas
Udara atmosfer total adalah 760 mmHg di permukaan laut. Tekanan yang ditimbulkan
oleh gas tertentu berbanding lurus dengan persentase gas tersebut dalam campuran udara
total. Komposisi oksigen dalam atmosfer adalah 21% maka tekanan atmosfer oksigen (PO2)
adalah 160 mmHg. Tekanan yang ditimbulkan oleh masing-masing gas dalam suatu
campuran gas di udara dikenal sebagi tekanan parsial (Sherwood 2011). Gas-gas yang larut
dalam cairan darah atau cairan tubuh menimbulkan tekanan parsial. Semakin besar tekanan
parsialm semakin banyak gas terlarut.
Pada saat respirasi, terdapat gradient tekanan parsial antara udara alveolus dan darah
kapiler paru. Sama halnya juga gradien tekanan parsial pada kapiler sistemik dan jaringan
sekitar. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida intrasel sama prinsipnya dengan respirasi
pulmoner, yaitu prinsip menuruni gradien konsentrasi.
Pada alveolus, komposisi udara tidak akan sama dengan atmosfer. Udara yang masuk dari
atmosfer ke saluran napas melalui nasal akan dilembabkan dan dihangatken terlebih dahulu
sehingga udara akan jenuh dengan H2O. Kelembapan ini akan menimbulkan tekanan parsial
gas-gas yang terinspirasi menjadi menurun (Guyton 2009). Dalam udara lembap PH2O = 47
mmHg, sehingga PN2 = 563 mmHg dan PO2 = 150 mmHg (Tekanan udara tersebut harus
sama dengan atmosfer sehinngga PH2O + PN2 + PO2 = 760 mmHg)
Selain itu, yang menyebabkan ketidaksamaan komposisi udara alveolus dan atmoser
adalah PO2 alveolus lebih rendah dari PO2 atmosfer akibat percampuran dengan udara lama
yang tersisa di paru. Kurang dari 15% udara di alveolus adalah udara segar pada akhir
27
SKENARIO D BLOK V
inspirasi. Akibat pelembapan dan pertukaran udara alveolus yang rendah, maka PO2 alveolus
rerata adalah 100 mmHg (Sherwood 2011).
Situasi sama tetapi terbalik akan terjadi pada karbondioksida. Karbondioksida akan terus-
menerus diproduksi oleg jaringan sebagai produk sisa metabolisme dan secara tetap
ditambahkan ke darag di tingkat kapiler sistemik. Di kapiler paru, karbondioksida akan
berdifusi menuruni gradien tekanan parsialnya. Hanya saja, tekanan parsial karbondioksida
lebih kecil, yaitu 40 mmHg.
Saat melewati paru, oksigen akan berdifusi ke dalam darah dan karbondioksida akan
berdifusi keluar darah dan kembali ke paru dengan menuruni gradien tekanan parsial.
C. Transpor Gas
Oksigen diangkut terutama dalam keadaan berikatan dengan hemoglobin ke kapiler
jaringan. Di dalam jaringan, oksigen akan dipakai untuk bereaksi dengan bahan makanan
untuk mendapatkan energy (ATP) dan juga menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida
ini kemudian akan masuk ke kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru.
1. Transpor oksigen dalam darah
Sekitar 97% oksigen diangkut ke jaringan dalam keadaan terikat dengan Hb secara
kimiawi, sisanya diangkut ke jaringan dalam kadaan larut di dalam cairan plasma dan
sel. Hb berikatan dengan oksigen jika PO2 tinggi. Ketika darah melewati kapiler paru
dengan PO2 tinggi (100 mmHg), Hb akan menyerap banyak oksigen. Sewaktu
melewakit kapiler jaringan, PO2 akan menurun (40 mmHg) sehingga Hb akan
membebaskan sejumlah besar oksigen yang kemudian akan kembali berdifusi menuju
paru-paru (Guyton 2009)
2. Transpor karbondioksida dalam darah
Sekitar 70% karbondioksida diangkut dalam ion bikarbonat (HCO3-) sedangkan 23%
terikat bersama Hb dan protein plasma, sisanya 7% larut dalam cairan darah (Guyton
2009)
Transpor dalam bentuk HCO3-
Karbondioksida adalah hasil metabolisme dari pemakaian oksigen yang
direaksikan dengan zat-zat makanan. Energi yang dihasilkan akan disimpan tubuh
28
SKENARIO D BLOK V
sebagai ATP sedangkan karbondioksida akan larut dalam air di sel darah merah
dengan membentuk H2CO3 (asam karbonat). Reaksi ini dikatalis oleh enzim
karbonat anhydrase. Secara parsial asam karbonat ini akan terpecah menjadi ion
hydrogen dan ion karbonat. Ion hydrogen ini akan bereaksi dengan Hb sedangkan
ion karbonat akan berdifusi ke dalam plasma dan ion klorida akan berdifusi ke sel
darah merah untuk menggantikan tempat ion karbonat (chloride shift).
Transpor dalam ikatan Hb dan plasma darah
Beberapa molekul karbondioksida (23%) dapat bereaksi langsung dengan Hb
dengan membentuk senyawa karboaminohemoglobin (HbCO2). Kombinasi ini
adalah reaksi reversibel yang merupakan ikatan longgar yang mudah dibebaskan
ke alveolus ketika PCO2 lebih rendah dari kapiler jaringan.
Pengangkutan oksigen ke jaringan.
Mentransport oksigen melalui 5 tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap I. Oksigen atmosfer masuk ke dalam paru – paru dan pada waktu kita menarik
napas, tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mm Hg. Dalam alveoli, komposisi
udara berbeda dengan komposisi atmosfer. Tekanan parsial O2 dalam alveoli 105 mm
Hg.
2. Tahap II. Darah mengalir dari jantung menyjy paru – paru untuk mengambil oksigen
yang berbeda dalam alveoli.
3. Tahap III. Oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan keseluruh
tubuh. Ada 2 mekanisme peredaran oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut
dalam plasmma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian terkecil oksigen
yang terikat dalam hemoglobin dalam darah.
4. Tahap IV. Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa melalui
cairan interstisial terlebih dahulu.
5. Tahap V. Tekanan parsial oksigen dalam sel kira – kira antara 0 - -20 mm Hg.
Proses transportasi oksigen.
Pencampuran gas dalam hukum dalton. Udara pernapasan bukanlah gas tunggal tetapi
gas campuran antara molekul nitrogen (N2), paling banyak 78,5 % dari total atmosfer molekul
gas ; molekul oksigen 21 % ; molekul air 0,5 % ; dan molekul CO2 0,04 %. Tekanan atmosfer
29
SKENARIO D BLOK V
760 mm Hg merupakan efek perpaduan yang melibatkan setiap tipe molekul. Pada saat
perpaduan ini, konsentrasi tiap gas merupakan total tekanan. Perbandingan ini di kenal
sebagai hukum dalton.
PN2 + PO2 + PH2O + PCO2 = 760 mmHg
Pengaruh kenaikan curah jantung pada sirkulasi paru.
Selama bekerja berat aliran darah melalui paru meningkat sampai 4 kali lipat. Aliran ekstra
ini ditampung melalui 2 cara, yaitu sebagai berikut :
1. Dengan meningkatkan jumlah kapiler yang terbuka sampai 3 kali.
2. Dengan meregangkan semua kapiler dan meningkatkan kecepatan aliran. Kecepatan
aliran pada setiap kapiler lebih dari 2 kali liapt.
Pertukaran cairan kapiler paru.
Dinamika pertukaran cairan melalui kapiler paru secara kualitatif sama dengan dinamika
cairan pada jaringan prifer. Namun secara kuantitatif terdapat perbedaan.
1. tekanan kapiler paru cukup rendah, kurang dari 7 mm Hg, jika dibandingkan dengan
tekanan kapiler fungsional pada jaringan prifer, 17 mm Hg.
2. tekanan cairan interstesial dalam paru sedikit lebih negaif dari pada tekanan cairan
interstesial di jaringan subkutan prifer.
3. kapiler paru lebih mudah dilalui oleh molekul protein sehingga tekanan osmotik
koloid pada cairan intersetial paru kira – kira 14 mm Hg. Yaitu kurang daru separo
tekanan osmotik koloid di jaringan prifer.
4. dinding alveolus sangat tipis dan epitel alveolus yang menutupi permukaan alveolus
sangat lemah sehingga sel – sel setiap tekanan positif dalam ruang interstesial yang
lebih besar dari tekanan atmosfer (lebih dari 0 mmHg) menyebabkan cairan melimpah
dari ruang interstesial ke dalam alveolus.
30
SKENARIO D BLOK V
D. Kontrol Pernapasan
Pola bernapas yang ritmik dihasilkan oleh aktivitas saraf yang siklik ke otot-otot
pernapasan. Kontrol saraf respirasi melibatkan tiga komponen (Sherwood 2011):
1. Faktor yang menghasilkan irama inspirasi atau ekspirasi bergantian
2. Faktor yang mengatur besar ventilasi (Kecepatan dan kedalaman bernapas) untuk
kebutuhan tubuh
3. Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain (untuk bicara atau
maneuver batuk dan bersin)
Modifikasi ini dapat bersifat volunter, misalnya kontrol pernapasan saat berbicara,
atau involunter, misalnya manuver pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.Pusat
kontrol pernapasan yang terletak di batang otak bertanggung jawab untuk menghasilkan pola
bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat pernapasan medulla
(medullary respiratory center), terdiri dari beberapa agregat badan sel saraf di dalam medulla
yang menghasilkan keluaran ke otot pernapasan. Selain itu, terdapat dua pusat pernapasan
lain yang lebih tinggi di batang otak, di pons, yaitu pusat apnustik dan pusat
pneumotaksik. Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan
medula. Bagaimana pastinya berbagai daerah ini berinteraksi untuk menciptakan ritmisitas
bernapas masih belum jelas, tetapi faktor-faktor berikut diduga berperan.
1. Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat medulla
Kita bernapas secara berirama karena kontraksi dan relaksasi berganti-ganti otot-otot
pernapasan, yaitu diafragma dan otot antariga eksternal, yang masing-masing dipersarafi oleh
saraf frenikus dan saraf interkostalis. Badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf-
saraf tersebut terletak di korda spinalis. Impuls yang berasal dari pusat medulla berakhir di
badan sel neuron motorik ini. Pada saat diaktifkan, neuron-neuron motorik ini kemudian
merangsang otot-otot pernapasan, sehingga terjadi inspirasi; sewaktu neuron-neuron ini tidak
aktif, otot-otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Pusat pernapasan medulla terdiri dari
dua kelompok neuron yang dikenal sebagai kelompok pernapasan dorsal dan kelompok
pernapasan ventral.2
Kelompok respirasi dorsal (dorsal respiratory group, DRG) terutama terdiri dari
neuron inspirasi yang serat-serat desendensnya berakhir di neuron motorik yang
mempersarafi otot-otot inspirasi. Saat neuron-neuron inspirasi DRG membentuk potensial
31
SKENARIO D BLOK V
aksi, terjadi inspirasi; ketika mereka berhenti melepaskan muatan, terjadi ekspirasi. Ekspirasi
berakhir saat neuron-neuron inspirasi kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan.
Dengan demikian, DRG pada umumnya dianggap sebagai penentu irama dasar ventilasi.2
DRG memiliki interkoneksi penting dengan kelompok respirasi ventral (ventral
respiratory group, VRG). VRG terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi, yang
keduanya tetap inaktif selama bernapas tenang. Daerah ini diaktifkan oleh DRG sebagai
mekanisme overdrive (penambah kecepatan) selama periode pada saat kebutuhan akan
ventilasi meningkat. Selama bernapas tenang, tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur-jalur
desendens dari neuron ekspirasi. Hanya selama ekspirasi aktif, neuron-neuron ekspirasi
merangsang neuron motorik yang mempersarafi otot ekspirasi. Selain itu, neuron inspirasi
VRG, apabila dirangsang oleh DRG, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan akan
ventilasi meningkat.2
Pengaruh pusat pneumatik dan apnustik
Pusat pneumotaksik mengirim impuls ke DRG yang membantu ‘mematikan’/swith off
neuron inspirasi, sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apnustik mencegah
neuron inspirasi dari proses switch off, sehingga menambah dorongan inspirasi. Pusat
pneumotaksik lebih dominan daripada pusat apnustik.2
Refleks Hering-Breuer
Apabila tidal volume besar (lebih dari 1 liter), misalnya ketika berolahraga, refleks
Hering-Breuer dipicu untuk mencegah pengembangan paru berlebihan. Reseptor regang paru
(pulmonary stretch reflex) yang terletak di dalam lapisan otot polos saluran pernapasan
diaktifkan oleh peregangan paru jika tidal volume besar.
2. Pengatur besarnya ventilasi
Seberapapun banyaknya O2 yang diesktraksi dari darah atau CO2 yang ditambahkan
ke dalamnya di tingkat jaringan, PO2 dan PCO2 darah arteri sistemik yang meninggalkan paru
tetap konstan, yang menunjukkan bahwa kandungan gas darah arteri diatur secara ketat. Gas-
gas darah arteri dipertahankan dalam rentang normal secara eksklusif dengan mengubah-ubah
kekuatan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran
CO2.
Pusat pernapasan medula menerima masukan yang memberi informasi mengenai
kebutuhan tubuh akan pertukaran gas. Kemudian pusat ini berespons dengan mengirim
sinyal-sinyal yang sesuai ke neuron motorik yang mempersarafi otot-otot pernapasan untuk
menyesuaikan kecepatan dan kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
32
SKENARIO D BLOK V
tersebut. Dua sinyal yang paling jelas untuk meningkatkan ventilasi adalah penurunan PO2
arteri dan pengikatan PCO2 arteri. Kedua faktor ini memang mempengaruhi tingkat ventilasi,
tetapi tidak dengan derajat yang sama dan melalui jalur yang sama. Juga terdapat faktor
ketiga, H+, yang berpengaruh besar pada tingkat aktivitas pernapasan.
Traktus respiratorius
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai
konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada
bagian konduksi, udara seakan akan bolak balik diatmosfir dan jalan napas. Oleh karena itu,
bagian ini seakan akan tidak berfungsi, dan disebut “dead space”. akan tetapi, fungsi
tambahan dari konduksi, sperti proteksi dan pengaturan kelembapan udara, justru dilaksanaka
pada bagian ini. Adapun yang termasuk dalam konduksi adalah ronga hidung, rongga mukut,
faring laring, trakea, sinkus bronkus dan bronkiokus nonrespiratorius.
Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang sering disebut
dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
atrium dan sakum alveolaris.
33
SKENARIO D BLOK V
Bila ditinjau dari traktus respiratorisu, maka yang berfungsi sebagai konduksi adalah
trakea, bronkus utama, bronkus labaris, bronkus segmental, bronkus terminalis, bronkiolus,
bronkiolus nonrespiratorius. Sedangkan yang bertindak sebagai bagian respirasi adalah
bronkiolus respirasi, bronkiolus terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.
Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: bronkus utama sebagai percabangan utama, bronkus lobaris sebagai percabangan
kedua, bronkus segmental sebagai perjalanan ketiga, bronkus subsegmental sebagai
percabangan keempat, hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang
berperan sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan yang ketujuh belas sampai
sembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus respiratorius dan percabangan yang
kedua puluh sampai kedua puluh dua yang merupakan percabangan duktus alveolaris dan
sakus alveolaris adalah percabangan terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi.
Dengan demikian, kita temukan bahwa tractus respiratorius terdiri dari 1 trakea, 2
bronkus utama, 7 bronkus lobaris, 9 bronkus segmental, 38 bronkus subsegmental, 1.00
34
SKENARIO D BLOK V
bronkus terminalis, 35.000 bronkiolus terminalis, 630.000 bronkiolus terminalis respiratorius,
dan 17 juta duktus alveolaris dan 300 juta alveoli dengan diameter 0,35-0,30mm.
Rongga Hidung
Rongga hidung terdiri atas:
Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara.
Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena
strukturnya yang berlapis.
Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk
membersihkan jalan napas.
Rongga hidung dimulai dari vestibulum, yakni pada bagian anterior kebagian
posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas dua bagian yakni,
yakni secara longitudinal oleh septum hidung dan secara transversal konka superior, medialis
dan inferior..
Adapun fungsi dari rongga hidung, sebagai bagian dari respirasi, adalah:
Sebagai fungsi preventif, dilaksanakan oleh:
o Bulu hidung sebagai penyaring debu.
o Silia yang tumbuh pada pseudokolumna epithelium. Berdasarkan atas
momentum dari partikel benda asing di udara, maka benda asing itu akan
ditangkapa oleh silia di konka superior, hanya udara yang berpartikel 4-6
mikron saja yang dapat masuk kesaluran yang lebih bawah.
Sebagai fungsi “lubrikasi” (pelicin).
Sesuai dengan fungsi ini, maka jalan napas tidak menjadi kering. Fungsi ini
dilaksanakan oleh kelenjar mkosa dan sel goblet.
Sebagai fungsi pemanas dan pendingin udara.
Fungsi ini dilaksanakan oleh karena kayanya vaskularisasi yang terdapat di dalam
rongga hidung, yang berfungsi sebagai konduksi dari panas, dan oleh karena
adanya perputaran dari udara inspirasi dan ekspirasi.
Sinus
35
SKENARIO D BLOK V
Walaupun sinus tidak termasuk ke dalam sistem saluran pernapasan, tetapi skarena
bermuara dalam rongga hidung, maka sekresinya berpengaruh pula pada jalan pernapasan.
Adapun sinus yang bermuara kedalam rongga hidung ini adalah sinus sfenoidalis, sinus
maksilaris, sinus etmoidalis dan sinus frontalis.
Rongga mulut
Pada bagia atas berbatasan dengan labium, palatum duru dan palatum mole,
sedangkan bagian belakangnya berbatasan dengan orofaring.
Peranannya sebagi pengunyah makanan dikarenakan terdapatnya gigi geligi, berbagai
kelenjar ludah yang mengandung enzim ptialin. Peranannya dalam jalan pernah hanya pada
waktu bersuara dan tersumbatnya rongga hidung.
Faring
Merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut. Terdiri dari
nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), orofaring (bagian yang
berbatasan dengan rongga mulut), hipofaring (bagian yang berbatasan dengan laring), yakni
bagian dimana pemisah antara udara dan makanan terjadi.
Laring
Walaupun fungsi utamanya adalah sebagai alat suara, akan tetapi didalam saluran
pernapasan fungsinya adalah sebagi jalan udara, oleh karena cela suara diantara pita suara
berfungsi sebagai pelindung dari jalan udara.
Bila dilihat secara frontal maupun lateral, pada gambaran laring dapat dilihat adanya
epiglotis, tulang hilod, tulang rawan tirois, tulang aritenoid, dan tulang rawan krikoid. Tulang
rawan krikoid merupakan batas terbawah dari tulang rawan laring, yaitu terletak 2-3 cm
dibawah laring. Dibawah dari tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan trakeotomi yang
bertuuan untuk memperkecil “dead space” dan mempermudah sekresi.
Trakea
Trakea merupakan suatu cincin tulang rawan yang tidak lengkap, dimana pada bagian
belakangnya terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan. Panjang trakea kira-kira 10 cm, tebalnya
36
SKENARIO D BLOK V
4-5 mm, diameternya lebih kurang 2,5 cm dan luas permukaannya lebih kurang 5 cm2.
Lapisan trakea terdiri dari mukosa kelnjar submukosa dan dibawahnya terdapat jaringan otot
yang terletak pada bagian depan yang menghubungkan kedua bagian tulang rawan. Diameter
trakea ini bervariasi pada saat inspirasi dan ekspirasi.
Bronkhi utama (primary bronchi)
Bronkhi merupakan suatu struktur yang terdapat didalam mediastinum. Bronkhi juga
merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus utama kiri dan bronkus utama
kanan. Panjangnya lebih kurang 5 cm, diameternya 11-19 mm, dan luas penampangnya 3,2
cm2. Percabangan dari trakea sebelum masuk mediastinum disebut dengan bifurkasi dan
sudut tajam yang dibentuk oleh percabangan ini yang disebut karina. Karina ini penting di
dalam bronkoskopi, yakni untuk mengintepretasikan bagian dari kelainan di dalam
mediastinum. Karina membentuk sudut 20-30 derajat pada bronkus kiri dan sudut 45-55
derajat pada bronkus kanan.
Bronkus lobaris (Secondary bronchus)
Bronkus lobaris merupakan percabangan dari bronkus utama. Bronkus utama kanan
mempunyai tiga percabangan, yakni superior medialis, dan inferior, sedangkan bronkus
utama kiri bercabang menjadi bronkus labaris superior dan bronkus lobaris inferior. Diameter
dari bronkus lobaris adalah 4,5-11, 5 mm dengan luas penampang 2,7 cm2. Bronkus
segmental merupakan percabangan dari bronkus lobaris.
Alveolus
Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga. Terdapat pada
parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, dimana kedua sisi
merupakan tempat pertukaran udara dengan darah. Membran alveolaris adalah permukaan
tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh
tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon
dioksida dan menyerap oksigen.
37
SKENARIO D BLOK V
2. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler (pada sistem kardio vaskuler, yang bkerja adalah sistem saraf
otonom, bahwa jantung kita memiliki control intinstiksendiri, sehingga secara otomatis
jantung kita dapat mencetuskan rangsangan listrik dan mampu berkontraksi sendiri tanpa
rangsangan dari luar, akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata aktivitas jantung dapat
berubah-ubah tergantung pada tingkat kebutuhan tubuh terhadap sumber energi.
Pada keadaan tertentu sistem saraf kita juga akan mempengaruhi aktivitas jantung.
Sistem saraf yang berpengaruh ke jantung adalah sistem saraf otonom yang mempengaruhi
jantung melalu nerves vagus (nervus X). sistem saraf otonom terbagi menjadi dua sistem
saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis akan merangsang jantung bila tingkat
aktivitas kita meningkat atau saat tubuh sedang stress seperti berolahraga, marah, dan takut.
Sistem saraf simpatis mempengaruhi tubuh dengan mengirim sinyal neurotransmitter
adrenalin. Rangsangan simpatis akan meningkatkan aktivitas jantung.
Pada kasus skenario ini aktivitas jantung untuk melakukan kerjanya meningkat akibat
kurangnya oksigen, jantung meningkatkan aktivitasnya , untuk membantu memenuhi
kebutuhan oksigen, sehingga oksigen bisa disalurkan ke jaringan.
3. Sistem Digestif
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pancreas hati dan empedu.
38
SKENARIO D BLOK V
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan
tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynx. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang, keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium. Tekak terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan hidung
bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut
bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian
39
SKENARIO D BLOK V
ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esophagus.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
40
SKENARIO D BLOK V
• Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
• Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
• Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M
sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
41
SKENARIO D BLOK V
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari
kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
42
SKENARIO D BLOK V
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
• Kolon asendens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendens (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan
karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
43
SKENARIO D BLOK V
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan
caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau
di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
44
SKENARIO D BLOK V
jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
• Pulau pankreas, menghasilkan hormone
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon
ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh
termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan
hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh
darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai
vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana
darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50
ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,
45
SKENARIO D BLOK V
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting,
yaitu:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama Hb yang berasal
dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol
Fungsi utama sistem pencernaan makanan adalah memindahkan zat nutrisi, air, dan
garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel-sel
melalui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh, seperti ATP
yang dibutuhkan sel untuk melaksanakan berbagai kegiatan di tubuh dan juga berfungsi
sebagai bahan pembangun dan pengganti sel-sel rusak.
Pembuangan sisa/sampah tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari sistem pencernaan
yang berlangsung melalui paru-paru, ginjal, defekasi pada akhir pencernaan, dan keringat
melalui kulit. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, maka
saluran pencernaan harus memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus-
menerus.
Untuk itu dibutuhkan :
f. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
g. Sekresi getah pencernaan
h. Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit
i. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang
akan diabsorpsinya
j. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormone
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, meliputi proses sebagai berikut :
g. Ingesti: masuknya makanan ke dalam mulut
h. Pemotongan dan penggilingan dilakukan secara mekanikal oleh gigi, kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan
46
SKENARIO D BLOK V
i. Peristalsis: gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan
j. Digesti: hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung
k. Absorpsi: pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh
l. Egesti (defikasi): proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri
dalam bentuk feses keluar dari saluran pencernaan
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan
Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf
pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis.
Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem
saraf autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon,
metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal
yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah
melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem
saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah
pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria
karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus
serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum
melalui vena jugularis interna.
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya.
Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma
menuju cairan jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+
jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion
K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan
perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma
47
SKENARIO D BLOK V
karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal
sebagai potensial istirahat.(Snell, 2007)
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang
cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran
plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami
depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial
aksi, besarnya sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung
selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera
menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+
mulai mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke
potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf.
Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat
segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode
refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion
Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan
mengurangi eksitasi sel. (Snell, 2007)
5. Pandangan Islam
Para ulama kita sebagai pewaris Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam menerangkan
kepada kita tentang perkara-perkara yang ternyata banyak di antara kita tidak memahaminya.
Terutama dengan digolongkannya nadzar sebagai suatu ibadah sehingga sangat rawan sekali
untuk kita terjerumus kepada kesyirikan kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala.
Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Quran yang mulia :
من نذرتم أو نفقة من أنفقتم ما و
يعلمه الله نذرفإن“Dan apa yang kalian nafkahkan dari sebuah nafkah atau kalian nadzarkan dari sebuah nadzar
maka pasti Allah mengetahui-Nya “. (QS. Al Baqarah : 270)
Asy Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alu Syaikh rohimahullah di dalam “Taisirul Azizil
Hamid Fii Syarhi Kitabit Tauhid” hal. 161, berkata : “Allah Subhaanahu wa ta’ala
48
SKENARIO D BLOK V
memberitahukan bahwa segala apa yang kita nafkahkan dari sebuah nafkah atau kita
nadzarkan dari sebuah nadzar dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya pasti diketahui
dan dibalas oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala . Maka perkara tersebut (nafkah atau nadzar)
adalah sebuah ibadah. Setiap muslim tentu tahu bahwa siapa saja yang menyelewengkan
sesuatu dari bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah, maka orang tersebut telah berbuat
syirik”.
Allah Subhaanahu wa ta’ala juga memuji orang-orang yang berbuat baik tatkala menunaikan
nadzarnya :
مستطيرا ه شر كان يوما ويخافون ذر بالن يوفون“Mereka (orang-orang yang berbuat baik) menunaikan nadzarnya dan takut kepada suatu hari
yang kejelekannya merata.” (QS. Al Insan : 7)
Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah di dalam “Al Qoulul
Mufid” 1/246, berkata : ”Dan pujian Allah kepada mereka karena perkara ini (penunaian
nadzar) mengandung unsur bahwa perkara ini adalah ibadah, sebab seseorang tidaklah dipuji
dan berhak masuk Jannah melainkan dengan sebab suatu perbuatan yang dinamakan ibadah”.
Demikan juga Rosulullah Shallallaahu‘alahi wasallam di dalam banyak haditsnya
memerintahkan beberapa sahabatnya yang telah bernadzar untuk menunaikannya. Tentunya
perintah beliau untuk menunaikan sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu tersebut merupakan
ibadah. Hal ini dapat dilihat dari hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori
dalam Shohihnya, dari Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam, beliau bersabda :
فليطعه الله طيع ي أن نذر منArtinya: “Barang siapa bernadzar untuk mentaati Allah maka taatilah.”
Bahkan Al Imam Al Bukhori rahimahullah menyebutkan bahwa apabila seseorang
tidak menunaikan nadzarnya maka dia telah berdosa. Beliau mengatakan di dalam Shohihnya
: ”Bab Dosa Orang Yang Tidak Menunaikan Nadzar”. Kemudian beliau membawakan hadits
Imron bin Hushoin Radhyiallaahu ‘anhu dari Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam, beliau
bersabda :
49
SKENARIO D BLOK V
يؤتمنون وال ويخونون واليفون ينذرون قوم يجئ ثمArtinya: “Lalu datang suatu kaum yang bernadzar namun tidak menunaikannya, berkhianat
dan tidak bisa dipercaya.”
Nadzar itu ada dua macam, yaitu :
1. Nadzar Mutlaq yaitu nadzar yang tidak disertai timbal balik, misal : “Karena Allah, wajib
bagiku nadzar untuk sholat malam sepuluh rakaat”.
2. Nadzar Muqoyyad yaitu nadzar yang disertai syarat imbal balik, misal : “Kalaulah Allah
menyembuhkan penyakitku, maka aku akan shaum satu hari”.
(http://umrefjournal.um.edu.my/filebank/published_article/2951/209-237%20%20Pooya.pdf)
6. Tekanan Udara pada Ketinggian
Dataran rendah punya tekanan udara lebih tinggi dataran tinggi, tekanan udaranya
lebih rendah, penurunan tekanan berbanding lurus dengan laju penurunan suhu.
(Burnside,1995)
Perbedaanya: Dataran rendah Dataran tinggi
1. Kadar Oksigen Lebih tinggi Lebih rendah
2. Suhu Lebih tinggi Lebih rendah
3. Tekanan parsial gas
Oksigen
Tinggi
Pada permukaan laut tekanan
parsial gas oksigen sebesar
0,2 atm.
Rendah
Pada ketinggian 3 km,
tekanan parsial gas oksigen
sekitar 0,14 atm
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://umrefjournal.um.edu.my/filebank/published_article/223720Pooya.pdf Diunduh tanggal 9 April 2013.
Anonim. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah.pdf. Diunduh tanggal 8 April 2013
50
SKENARIO D BLOK V
Ayu. 2009. Aktivitas Spesifik Literature. http://pdfbase.kq5.org/doc/makalah-anatomi-dan- fisiologi-sistem-pencernaan. Diunduh tanggal 9 April 2013
Burnside, John W. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. Jakarta: EGC
Dorland, W. A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Guyton AC dan Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hernanta, Iyan. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains. Yogyakarta: D-Medika
Irfannudin. 2008. Fisologi untuk paramedis. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang
Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Silbernagl, Stefan dan Florian Lang., 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC
Wibowo, Daniel S.2012. Anatomi Fungsional Elementer. Jakarta: Grasindo
51