16
Skistosomiasis By: Namiroh Dima A 1310211054

Skistosomiasis Nami

Embed Size (px)

DESCRIPTION

llllllllllllllllllll

Citation preview

Page 1: Skistosomiasis Nami

SkistosomiasisBy: Namiroh Dima A

1310211054

Page 2: Skistosomiasis Nami

Definisi

Schistosomiasis atau Bilharziasis adalah penyakit infeksi parasit kronis yang

disebabkan oleh cacing darah (Trematoda) dari genus Schistosoma.

Page 3: Skistosomiasis Nami

Epidemiologi Di seluruh dunia: > 200 juta orang menderita

Schistosomiasis, 20 juta diantaranya menderita sakit berat, dan 120 juta menunjukkan tanda-tanda klinis. Serta menjadi ancaman bagi 500-600 juta orang di 74 negara berkembang.

2011: ada 243 juta orang memerlukan pengobatan untuk schistosomiasis, dengan jumlah orang yang dilaporkan telah dirawat untuk schistosomiasis pada tahun 2011 adalah 28,1 juta. Secara global, ditemukan 200.000 kematian yang dikaitkan dengan schistosomiasis per tahun. Variasi dalam perkiraan prevalensi tergantung pada karakter fokus dari epidemiologi. (WHO)

Schitosomiasis tersebar di negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin dan Timur Tengah.

Di Asia: tersebar di 7 negara, antara lain Jepang, Cina, Philipina, Indonesia, Malaysia, Kamboja, Laos dan Thailand.

Page 4: Skistosomiasis Nami

Di Indonesia: baru ditemukan di lembah Lindu (Kec. Kulawi, Kab. Donggala) dan lembah Napu- Besoa (Kec. Lore Utara, Kab. Poso) yang terletak di Sulawesi Tengah. Prevalensi Schistosomiasis di lembah Lindu pada tahun 2003 (0.64%) dan tahun 2004 (0,17%) memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Sementara di lembah Napu pada tahun 2003 (0.70%) dan tahun 2004 (1,71%) memperlihatkan kecenderungan yang meningkat.

Hospes perantara (keong air) banyak di daerah pertanian petani >>

Kelompok umur 5-50 tahun

Page 5: Skistosomiasis Nami

Spesies/kriteria

Schistosoma japonicum

Schistosoma mansoni

Schistosoma haemotobium

Hospes manusia, anjing, kucing, rusa, tikus sawah, sapi, dllPerantara: Oncomelania

Definitif: manusiaReservoar: kera baboon afrikaPerantara: Bulinus

Definitif: manusiaReservoar: kera baboon dan kera lainnyaPerantara: Biomphalaria

Distribusi Geografik

RRC, Jepang, Vietnam, Filipina, Taiwan, Muang thai, Vietnam, Malaysia, Indonesia

Afrika, negara Arab (Mesir), Amerika Selatan & Tengah

Afrika, Spanyol, Arab (Timur Tengah, Lembah Nil), tidak ada di indonesia

Morfologi Jantan: 1,5 cm/ 15 mmBetina: 1,9 cm/ 19 mm

Jantan: 1,0 cm/ 10 mmBetina: 1,4 cm/ 14 mm

Jantan: 1,3 cm/ 13 mmBetina: 2,0 cm/ 20 mm

Gejala klinis Stadium I: gatal, urtikaria, demam, hepatomegali, eosinofiliaStadium II: sindrom disentriStadium III: sirosis hati, splenomegali, lemah, gejala saraf, paru, dll

Sama, tapi lebih ringan

Hematuria, disuria (bila ada sistitis), sindrom disentri ( bila ada kelainan rektum)

Tempat hidup

Vena mesenteika superiorTelur: dinding usus halus, hati, paru, otak

Vena, kolon, rektumTelur: hati, paru, otak

Vena panggul, terutama vena kandung kemihTelur: urin, alat kelamin, rektum

Page 6: Skistosomiasis Nami

Gambar

Telur: › tidak memiliki operkulum› memiliki duri› Ukuran: 95 – 135 mikron x 50-

60 mikron

Page 7: Skistosomiasis Nami

TelurFeses/urin masuk ke dalam airMenetas dalam

air

LARVA MIRASIDIUM

Berenang aktif mencari hospes

perantara (KEONG AIR)

Masuk tubuh keong

SPOROKISTA I

SPOROKISTA II

SERKARIA (bentuk infektif)

Keluar dari keongMenembus kulit

manusiaSERKARIA

SKISTOSOMULAKapiler darah

jantung kanan

Paru

Jantung kiri

Peredaran darah Sistemik

Cabang vena porta

Masuk ke Hati

CACING DEWASA

Hidup &berkopulasi

Cacing betina bertelur

Page 8: Skistosomiasis Nami
Page 9: Skistosomiasis Nami
Page 10: Skistosomiasis Nami

Patologi dan Gejala klinis

1. Masa Tunas Biologik (dari awal infeksi sampai jadi cacing dewasa)

a. Gejala kulit & alergi: eritema, papul, gatal, panas (hilang 2-3 hari), edema angioneurotik, urtikaria, demam

b. Gejala Paru: batuk, Asma (riwayat asma)c. Gejala Toksemia: mgg ke 2-8 lemah, malaise, tidak nafsu

makan, sakit kepala, nyeri tubuh, diare, kadang ada sakit perut & tenesmus

2. Stadium Akut: Sejak betina bertelur demam, malaise, BB menurun, sindrom disentri (berat), diare (ringan), hepato &splenomegali (setelah 6- 8 blm infeksi)

3. Stadium menahun: penyembuhan fibrosis sirosis hati

Page 11: Skistosomiasis Nami

Diagnosis

Terdapat telur di Feses, urin, jaringan biopsi

Peningkatan Eosinofil Rontgen: widespread pulmonary

nodules in pulmonary schistosomiasis.

Page 12: Skistosomiasis Nami
Page 13: Skistosomiasis Nami

Pengobatan

Niridazol › Dosis: 25 mg/kgbb/hari selama 10 hari› S. Haemotobium & S.mansoni >> S. Japonicum› Mekanisme:

Diserap cacing betina : degenerasi ovarium & merusak kelenjar vitelina

Diserap cacing jantan: ggn spermatogenesis› ES: mula, muntah, tidak nafsu makan, diare,

anxietas, sakit kepala, psikosis, pusing. ES paling ringan: infeksi S. Haemotobium ES paling berat: S. Japonicum

Page 14: Skistosomiasis Nami

Praziquantel› Efektif untuk ketiga spesies› Dosis: 35 mg/kgbb, 2 x sehari› ES: mual, muntah, nyeri epigastrium, sakit

kepala, pusing, demam, sindrom disentri

Page 15: Skistosomiasis Nami

Pencegahan

mengenakan pakaian yang tepat saat bekerja di lapangan dan menghindari air yang terkontaminasi.

Program pengendalian dengan membasmi siput, atau pengobatan massal, dapat mengendalikan penyakit ini jika tersedia sumber daya yang mencukupi, seperti yang telah dilakukan di Cina dan Jepang.

Strategi pemberantasan schistosomiasis di Indonesia, yaknia. meningkatkan pemberantasan penyakit untuk mencegah

kemungkinan penyebaran ke daerah lain

b. metode intervensi, suatu kombinasi pengobatan penderita, pemberantasan keong, perbaikan sanitasi lingkungan, dan agroengineering yaitu mengeringkan daerah-daerah rawa yang merupakan fokus keong

c. mengadakan kerja sama lintas sektoral.

Page 16: Skistosomiasis Nami

Thanks

Parasitologi UI