112
i ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INDUSTRI TAHU (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten) EMAWATI JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 M/1428 H

(Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menganalisa kelayakan industri tahu

Citation preview

Page 1: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

i

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten)

EMAWATI

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2007 M/1428 H

Page 2: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

ii

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis Oleh : Nama : Emawati NIM : 102092026373 Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus:

Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2007 Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Setyo Adhie, MM Eny Dwiningsih, STP, M.Si

.

Mengetahui, Dekan, Ketua Jurusan, Fakultas Sains dan Teknologi Sosek Pertanian/Agribisnis

DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314

Page 3: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten)”. Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis. Jakarta, Maret 2007

Tim Penguji

Penguji I Penguji II DR. Elphawati, MM Drh. Zulmanery, MMA

Mengetahui,

Dekan, Ketua Jurusan, Fakultas Sains dan Teknologi Sosek Pertanian/Agribisnis DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314

Page 4: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

iv

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Jakarta, Maret 2007 Emawati 102092026373

Page 5: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

v

RINGKASAN

EMAWATI. 102092026373. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten). (Dibawah bimbingan SETYO ADHIE dan ENY DWININGSIH).

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami pertumbuhan (BPS, 2005). Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan (Sarwono dan Saragih, 2004: 2).

Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM DARI WARNET) akhir-akhir ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka usaha tahu tidak lagi menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut justru menjadi tantangan bagi produsen untuk menghasilkan produk tahu yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet sesuai dengan keinginan konsumen.

Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro, dan menganalisis tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.

Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang cukup besar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sedangkan sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder.

Analisis kualitatif meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek dampak lingkungan, sedangkan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis pada aspek finansial seperti cash flow, NPV, IRR, Payback Period (PP), Net B/C Ratio, BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas.

Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya adalah berasal dari modal sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini, penulis menggunakan simulasi dengan menggunakan modal pinjaman sebesar 40 persen.

Hasil kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar 605,670 juta, nilai IRR adalah sebesar 28,52%, Net B/C Ratio sebesar 1,51, payback period-nya 3 tahun 2 bulan 11 hari, ROI untuk tahun 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 sebesar 11,49, sedangkan untuk tahun ke-5 dan 10 sebesar 20,43, dan 30,63, BEP volume produksi 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu Rp 90.288.893,- per bulan dan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per bungkus. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman juga dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar 105,828 juta, nilai IRR sebesar 17,94%, nilai Net B/C Ratio sebesar 1,09, payback period-nya 5 tahun 3 bulan 25 hari, ROI pada tahun ke 1, 2, 3, 4 sebesar 9,53, untuk

Page 6: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

vi

tahun ke-6, 7, 8, 9 sebesar 22,49, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 adalah sebesar 7,73 dan 30,63. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan keemapat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%, sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%, dan sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. Hasil analisis sensitivitas dengan 40% modal pinjaman sensitiv terhadap perubahan penurunan penerimaan sebesar 10%, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal penurunan penerimaannya adalah sebesar 1%. Selain itu, kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% juga menyebabkan usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu bertahan apabila terjadi kenaikkan harga solar sebesar 10%.

Page 7: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial

Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang,

Propinsi Banten)”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita

yang dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang

telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang diridhoi

oleh-NYA.

Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan

keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun dalam tahap

penyelesaiannya. Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

1. Allah SWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah

memberiku segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan

yang membuat sulit menjadi mudah.

2. Ayahanda Musta’in dan Ibunda Su’ud tercinta, yang telah memberikan

segala cinta, do’a, kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil

selama ini sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai.

Adikkku tersayang Achmad Thoriq (Alm) yang telah memberikan

semangat hidup untukqu, sebenarnya aq masih ingin merawatmu (semoga

adinda bahagia dialam sana). Untuk kakakku Achmad Haidar, meskipun

kakak amat keras, tapi aq sangat bersyukur telah diberikan saudara yang

sayang sama aq.

3. Ma2 Yam, yang telah memberikan segala bantuannya selama ema tinggal

dirumah ma2 yam. Ma2 Ming dan Ami Amad yang telah memberikan

pinjaman printernya untuk kelancaran skripsi ini. Untuk semua saudara

Page 8: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

viii

sepupuku yang telah mengisi hari-hariqu sehingga ema tidak kesepian

selama tinggal jauh dari orang tua, meskipun kalian semua bandel ema

tetap sayang sama kalian.

4. Ir. Setyo Adhie, MM sebagai dosen pembimbing I dan Eny Dwiningsih,

STP, M.si sebagai dosen pembimbing II yang telah sabar memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala atas jasa-jasa yang telah bapak

dan ibu berikan kepada penulis.

5. Dr. Elphawati, Ir, MP dan Drh. Zulmanery, MMA selaku dosen penguji

yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini.

6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M,si selaku

Ketua serta Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

8. Seluruh dosen jurusan agribisnis yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu-persatu yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam

proses perkuliahan.

9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, Mba’ Nely, dan seluruh staf akademik yang telah

memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan

Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang

dibutuhkan penulis.

10. Bapak Parkudi Lubis selaku pemilik UD. Tahu Bintaro, bapak Ilham

selaku manajer operasional, mba’ Dani dan mba’ Sri yang telah banyak

menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan

penelitian.

11. Nandang.P yang tak pernah kenal waktu dalam memotivasi serta

menemani penulis ketika menghadapi masalah.

12. Sobat dekatqu yang selalu setia mengisi hari-hariqu dalam perkuliahan;

Lala, Umi, C-nul, Evi “sumpah gw ga pernah nyesel punya temen kalian

b’mpat”, Mauliyah yang telah membantu penulis dalam memback-up data

selama proses penulisan, teman seperjuanganqu Eq dan Lu2e, B-ron yang

Page 9: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

ix

telah berkorban buat gw sampai kakinya kegencet motor “sumpah gw ga

enak bgt sm loe”, dan teman-teman KKN tangkil yang lain; mpo’ iyeh,

Ncex sencex-nceknya, Chilipha, Mpa, Ghulam, Zami, Om Zaky, Arul

SPSS, China lampung (Ano), Dika, Taufik, Dori, Apri, Cemen, Jaink,

Nana, Ray, Cueb, Soy serta teman–teman seperjuangan lain: Yani makasih

atas basecampnya selama ini, Amel, Rani, Lince, Iman, Hoerin, Coky,

Nofarita, Marhona, Linu, Mair.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan

kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi, Akhir kata semoga

penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta

segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, Maret 2007

Emawati

Page 10: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

x

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii RINGKASAN ................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI..................................................................................................... x DAFTAR TABEL........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6 2.1. Landasan Teoritis ...................................................................... 6

2.1.1. Gambaran Umum Tahu.................................................. 6 2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu....................................... 7 2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu ..................................... 9

2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK) ........................ 12 2.1.2.1. Pengertian Usaha Kecil ..................................... 12

2.1.2.2. Karakteristik Usaha Kecil ................................. 13 2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis ................................................ 13

2.1.3.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ................... 13 2.1.3.2. Aspek-aspek dalam Studi kelayakan Bisnis...... 14 2.1.3.3. Analisis Sensitivitas ...........................................20

2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................... 21 2.3. Kerangka Pemikiran................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 26

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 26 3.2. Jenis Dan Sumber Data ........................................................... 26 3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 26 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... 27

3.4.1. Net Present Value (NPV) ............................................. 28 3.4.2. Internal Rate Of Return (IRR) ..................................... 28 3.4.3. Payback Period (PP) .................................................... 29 3.4.4. Net B/C Ratio ............................................................... 30 3.4.5. Break Even Point (BEP)............................................... 31 3.4.6. Return of Invesment (ROI) ........................................... 31 3.4.7. Analisis sensitivitas ...................................................... 31

3.5. Definisi Operasional ............................................................... 33

Page 11: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xi

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 34 4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan................................... 34

4.2. Struktur Organisasi ................................................................. 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 37 5.1. Aspek Pemasaran .................................................................... 37 5.2. Aspek Teknis dan Produksi..................................................... 39 5.3. Aspek Manajemen dan SDM .................................................. 43 5.4. Aspek Hukum ......................................................................... 44 5.5. Aspek Sosial............................................................................ 45 5.6. Aspek Dampak Lingkungan.................................................... 46 5.7. Aspek Finansial....................................................................... 47

5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana .............................. 47 5.7.2. Biaya ............................................................................. 48 5.7.3. Manfaat ......................................................................... 49 5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial .............................. 50 5.7.4.1. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri) .............. 50 5.7.4.2. Simulasi Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman....... 54

5.7.5. Analisis Sensitivitas ..................................................... 56 5.7.5.1. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) ... 58 5.7.5.2. Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) .. 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 75 6.1. Kesimpulan ............................................................................. 75 6.2. Saran........................................................................................ 76 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78

Page 12: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun 1990–2004 ... 2

2. Nilai Gizi Tahu Dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering) ........................... 3

3. Komponen Biaya UD. TB Per Bulan............................................................ 49

4. Pemasukan UD. TB Per Bulan...................................................................... 50

5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri) ......................... 51

6. Break Event Point (BEP) UD. TB................................................................. 52

7. Return On Investment (ROI) UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 53

8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal................................................................. 54

9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. TB (40% Modal Pinjaman) .......... 55

10. Return On Investment (ROI) UD. TB (40% Modal Pinjaman) .................... 56

11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. TB............................................ 57

12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 58

13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 59

14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 60

15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 61

16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 61

17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 62

Page 13: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xiii

18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 63

19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 63

20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 64

21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 65

22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 66

23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................................................................................... 66

24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................................................................................... 67

25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................................................................................... 68

26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 69

27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 70

28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 70

29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 71

30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 72

31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)...................... 73

32. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) .................... 74

Page 14: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 25

2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro ..................................................... 36

3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro ......................................................... 39

4. Sistem Aerodinamis .................................................................................. 47

Page 15: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Pertanyaan...................................................................................... 80

2. Layout Perusahaan .................................................................................... 86

3. Proses Produksi Tahu Line ....................................................................... 87

4. Proses Produksi Tofu Line ........................................................................ 88

5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. TB..................................... 89

6. Volume Penjualan Per Hari Dan Harga Produk Natura Tofu ................... 90

7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006................ 91

8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006 ................................................. 92

9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi Dan Terendah Rupiah Terhadap Dollar............................................................................ 93

10. Perhitungan BEP Per Bulan ...................................................................... 94

11. Perhitungan Kombinator ........................................................................... 95

12. Klasifikasi Biaya Tetap UD. TB ............................................................... 96

13. Klasifikasi Biaya Tidak Tetap UD. TB..................................................... 97

14. Biaya Penyusutan UD. TB ........................................................................ 98

15. Klasifikasi Manfaat UD. TB ..................................................................... 99

16. Rekapitulasi Biaya Dan Manfaat UD. TB (100% Modal Sendiri).......... 100

17. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (100% Modal Sendiri)............................... 100

18. Aliran Kas UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................ 101

19. Aliran Kas UD. TB (10% Modal Pinjaman)........................................... 102

20. Aliran Kas UD. TB (20% Modal Pinjaman)........................................... 103

Page 16: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xvi

21. Aliran Kas UD. TB (30% Modal Pinjaman)........................................... 104

22. Aliran Kas UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................... 105

23. Aliran Kas UD. TB (50% Modal Pinjaman)........................................... 106

24. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 107

25. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (100% Modal Sendiri)....................................................................... 108

26. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 109

27. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 110

28. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 111

29. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ......................... 112

30. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 113

31. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ......................... 114

32. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 115

33. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 116

34. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% UD. TB

(100% Modal Sendiri)............................................................................. 117

35. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 118

Page 17: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xvii

36. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 119

37. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 120

38. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 121

39. Payback Period UD. TB (100% Modal Sendiri)..................................... 122

40. Payback Period Analisis Sensitivitas UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 122

41. Total Biaya Dan Sumber Modal UD. TB ............................................... 127

42. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................. 127

43. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 128

44. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 129

45. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 130

46. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 131

47. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 1% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 132

48. Payback Period UD. TB (40% Modal Pinjaman) ................................... 133

49. Payback Period Analisis Sensitivitas UD. TB (40% Modal Pinjaman) .......................................................................... 133

Page 18: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait satu sama

lain, dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah

hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah.

Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar tehadap roda

perekonomian suatu negara. Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko

(2002: 244), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas,

penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan

berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Sarwono dan

Saragih (2004: v), kontribusi industri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB)

baru mencapai 14%, hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk

meningkatkan usahanya.

Industri kecil yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri) tahan

terhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satu

alternatif dalam membangun kembali perekonomian Indonesia saat ini (Anoraga

dan Sudantoko, 2002: 244). Selain dapat menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat sekitar perusahaan, juga dapat menciptakan nilai tambah bagi produk

pertanian khususnya pangan.

Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalah pabrik

pembuatan tahu, hal ini terjadi karena konsumen tahu sangat luas, mencakup

semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah

Page 19: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xix

dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk

tahu di pasar swalayan.

Menurut Sarwono (2001: 12), sekitar 38 % kedelai di Indonesia

dikonsumsi dalam bentuk tahu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk

Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk

pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami

pertumbuhan (BPS, 2005). Pertumbuhan konsumsi tahu perkapita di Indonesia

dari tahun 1990 sampai dengan 2004, terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun

1990–2004

Tahun Konsumsi

1990 1993 1996 1999 2000 2004

4,42 5,04 5,36 6,08 7,70 6,71

Sumber: BPS, 2005

Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu

adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini

sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan. Menurut

Sarwono dan Saragih (2004: 2), tahu seringkali disebut sebagai daging tidak

bertulang karena kandungan gizinya, terutama mutu proteinnya yang setara

dengan daging hewan.

Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 3), protein tahu lebih tinggi

dibandingkan protein kedelai yaitu tahu mengandung protein 0,49 gram,

sedangkan kedelai mengandung protein 0,39 gram (Tabel 2).

Page 20: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xx

Tabel 2. Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering)

Zat Gizi Tahu Kedelai

Protein (gram) 0,49 0.39 Lemak (gram) 0,27 0.20 Karbohidrat (gram) 0,14 0.36 Serat (gram) 0,00 0.05 Abu (gram) 0,04 0.06 Kalsium (mg) 9,13 2.53 Natrium (mg) 0,38 0.00 Fosfor (mg) 6,56 6.51 Besi (mg) 0,11 0.09 Vitamin B1(mg) 0,001 0.01 (sebagai B kompleks) Vitamin B2 (mg) 0,001 - Vitamin B3 (mg) 0,03 -

Sumber: Sarwono dan Saragih, 2004

Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM) akhir-akhir

ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka usaha tahu tidak lagi

menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut, justru menjadi tantangan bagi

produsen untuk menghasilkan produk tahu yang tanpa bahan pengawet sesuai

dengan keinginan konsumen.

Salah satu industri yang memproduksi tahu tanpa menggunakan bahan

pengawet adalah UD. Tahu Bintaro. Dengan demikian, maka perusahaan seperti

ini patut untuk dikembangkan, mengingat permintaan konsumen akan produk tahu

yang aman bagi kesehatan. Selanjutnya penulis ingin meneliti kelayakan finansial

tahu tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan akses terhadap

sumber-sumber permodalan telah menjadi salah satu karakteristik dari industri

kecil (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 225-226). Lain halnya dengan yang terjadi

Page 21: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxi

pada UD. Tahu Bintaro, perusahaan ini memiliki modal yang cukup kuat dan

tidak perlu membayar angsuran ataupun bunga pinjaman karena modal

keseluruhan berasal dari modal sendiri. Manfaat yang diterima atas biaya yang

dikeluarkan pada perusahaan ini belum mencapai hasil yang maksimal, karena

modal awal yang cukup besar untuk bangunan, serta pembelian mesin dan

peralatan.

Berkaitan dengan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro?

2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap

perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian

adalah:

1. Menganalisis kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro.

2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi pelaku usaha tahu, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi dan

masukan bagi manajemen perusahaan dalam rangka mengambil keputusan

dalam perencanaan dan pengembangan usaha.

Page 22: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxii

2. Bagi investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha tahu.

3. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan

yang berguna tentang kelayakan finansial usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro

dan tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada

manfaat dan biaya.

4. Dari segi ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

dan memperkaya bahan acuan (pustaka) dalam rangka penelitian lanjutan atau

peneliti sejenisnya.

Page 23: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1 Gambaran Umum Tahu

Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu atau teu-hu. Tao atau teu

berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu

dikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd

atau juga tofu (Supriatna, 2005: 6).

Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyarian

kedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono dan Saragih, 2004:

2). Pengertian tahu menurut Adisarwanto (2005: 90), tahu adalah produk

koagulasi protein kedelai.

Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 5-7), tahu diperdagangkan dengan

berbagai variasi bentuk, ukuran, dan nama. Selain tahu putih atau tahu biasa,

dipasar juga dikenal berbagai tahu komersil yang sudah memiliki nama dan berciri

khas diantaranya yaitu:

1. Tahu Sumedang

Tahu Sumedang disebut juga tahu pong alias tahu kulit. Tahu ini

merupakan lembaran-lembaran tahu putih setebal sekitar 3 cm dengan tekstur

lunak dan kenyal.

2. Tahu Cina

Tahu Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal

dibandingkan tahu biasa. Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm.

Page 24: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxiv

3. Tahu Kuning

Tahu kuning mirip tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning

dkarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit.

4. Tahu Sutera

Tahu sutera teksturnya sangat lembut dan lunak, tahu yang berasal dari

Jepang ini biasanya dikonsumsi sebagai makanan penutup (dessert).

2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tahu meliputi

bahan baku utama, dan bahan pembantu. Adapun bahan-bahan yang digunakan

dalam proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut

1. Bahan Baku Pembuatan Tahu

Bahan baku utama tahu adalah kacang kedelai, terutama kedelai kuning.

Persyaratan bahan baku tahu lebih ketat dari pada bahan baku tempe atau kecap,

karena tahu diproduksi melalui proses ekstraksi (penyaringan) protein kedelai

dengan penambahan air. Jadi jumlah dan mutu protein kedelai amat penting

dipertimbangkan saat memilih bahan baku (Sarwono dan Saragih, 2004: 14).

Menurut Adisarwanto (2005: 84-90), kualitas kedelai sebagai bahan baku

tahu tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia secara kontinue. Namun

demikian, kedelai impor lebih disukai karena bentuknya seragam dan tidak

tercampur dengan kotoran, sedangkan biji kedelai lokal mempunyai bentuk,

warna, dan ukuran yang tidak seragam.

Menurut Adisarwanto (2005: 3), bahan baku kedelai yang digunakan

selama ini sebagian besar berasal dari kedelai impor. Hal ini bisa terjadi di

Page 25: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxv

Indonesia karena kurang tersedianya stock kedelai lokal di pasaran, sehingga

kebutuhan bahan baku dipenuhi dari impor.

2. Bahan Pembantu Pembuatan Tahu

Menurut Sarwono dan Saragih (2001: 16-20), dalam proses pembuatan

tahu, digunakan bahan pembantu agar bahan baku (kedelai) dapat diproses lebih

lanjut. Bahan pembantu yang digunakan adalah:

a. Penggumpal yang digunakan untuk mengendapkan protein dan larutan

padat pada sari kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan

yaitu batu tahu atau sioko, biang tahu (Whey), dan Glucono-Delta-Lacton

(GDL). Sedangkan menurut Supriatna (2005: 31-33), bahan penggumpal yang

digunakan untuk pembuatan tahu adalah biang tahu bagi usaha yang sudah

rutin produksinya dan bagi usaha yang baru akan memulai usahanya, bahan

penggumpal yang digunakan adalah asam cuka makanan (asam asetat) pekat.

b. Pewarna

Ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna alami dan pewarna

sintetik. Pewarna alami tahu biasanya menggunakan ekstrak kunyit. Tahu

yang diberi pewarna alami ini cukup mudah dikenali karena pada

permukaannya terdapat sedikit gumpalan-gumpalan dan beraroma khas

kunyit. Apabila menggunakan pewarna sintetik sebaiknya menggunakan

pewarna makanan dan bukan bahan pewarna cat atau kain selain dilarang oleh

pemerintah juga bisa membahayakan kesehatan.

Page 26: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxvi

c. Antibusa

Bahan ini berfungsi untuk mencegah timbulnya busa sewaktu memasak

bubur kedelai. Ada beberapa zat antibusa yang bisa digunakan dalam

pembuatan tahu, antara lain kalsium karbonat, minyak goreng, dan silicone

defoamer. Adanya busa atau gelembung-gelembung udara yang terkait dalam

tahu dapat menurunkan umur simpan tahu.

d. Air

Air sangat berpengaruh pada mutu tahu, oleh karena itu air yang

digunakan harus memenuhi persyaratan untuk industri pangan, seperti tidak

berwarna, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi dan

mangan, serta bebas dari jasad renik patogen.

2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu

1. Proses Pembuatan Tahu Sutera

Tahu sutera atau tahu lunak ini berasal dari Jepang. Disebut tahu sutera

atau tahu lunak karena teksturnya sangat lunak dan lembek, karena dalam

pembuatannya tidak dilakukan pembuangan sebagian air. Adanya air ini

menyebabkan tahu sutera tidak tahan lama. Menurut Sarwono dan Saragih (2004:

43-45), proses pembuatan tahu sutera dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

sebagia berikut:

a. Pembuatan Tahu Sutera Cara I:

Tahapan awal (pembuatan sari kedelai) dalam pembuatan tahu sutera

sama dengan pembuatan sari kedelai pada pembuatan tahu keras. Tahap

selanjutnya berupa tahap penuangan.

Page 27: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxvii

Sari kedelai yang baru disaring dipindahkan dengan penyiduk ke

baki logam antikarat. Dari baki ini, sari kedelai dipindahkan ke baki lain

yang bagian dalamnya telah dibalur dengan larutan asam sulfat. Suhu saat

sari kedelai dipindahkan sekitar 70-80°C. Apabila menginginkan tahu

sutera mempunyai rasa udang, daging sapi, atau telur ayam, sari kedelai

yang telah disaring dapat dicampur dengan perasa tersebut. Sari kedelai

didiamkan selama 10 menit, kemudian tahu dilepaskan dari baki dan

dipotong-potong menjadi 36 potong.

b. Pembuatan Tahu Sutera Cara II:

Proses pengolahan tahu sutera dengan memanfaatkan teknologi baru

dapat memperpanjang daya simpan, adapun cara pembuatannya adalah

sebagai berikut: Sari kedelai yang mengandung padatan 3-4% disterilkan

sampai suhu 130°C selama 2-5 detik dengan sistem UHT (ultra high

temperature), setelah didinginkan sampai suhu 10-15°C, sari kedelai diberi

zat penggumpal GDL (glucono delta-lactone). Zat itu dimasukkan secara

aseptik dalam plastik yang tertutup rapat. Plastik yang berisi sari kedelai

tersebut kemudian dicelupkan dalam air panas bersuhu 95°C selama 30

menit agar terjadi penggumpalan protein. Setelah itu didinginkan dalam air

mengalir.

2. Proses Pembuatan Tahu Putih

Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 32-35), proses pembuatan tahu lokal

yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 28: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxviii

a. Pembuatan Sari Kedelai

Biji kedelai dibersihkan dari kotoran atau benda asing, seperti kerikil,

pasir, dan sisa tanaman. Biji kedelai yang sudah bersih direndam selama 8-12

jam, kemudian ditiriskan dan digiling dengan menggunakan mesin penggiling

sehingga menjadi bubur. Pada saat penggilingan berlangsung, air ditambahkan

sedikit demi sedikit. Kedelai yang telah menjadi bubur ditampung dalam

wadah logam antikarat atau tong kayu, kemudian dimasak dan selama

pemasakan berlangsung air ditambahkan berulang-ulang kali dengan jumlah

kebutuhan air sekitar 10 liter untuk 1 kg kacang kedelai. Proses selanjutnya

adalah penyaringan yang dilakukan untuk memperoleh sari kedelai.

b. Penggumpalan dan Pengendapan

Proses penggumpalan dilakukan dengan cara menambahkan larutan sioko

yang telah diendapkan selama satu malam. Pada saat penambahan sioko,

pengadukan dilakukan dengan cara searah dan dihentikan bila penggumpalan

bubur tahu telah berbentuk.

Bubur tahu kemudian diendapkan hingga turun ke dasar wadah.

Pengendapan ini bertujuan untuk memudahkan pemisahan air tahu (whey)

dengan bubur tahu.

c. Pencetakan dan Pengepresan

Gumpalan bubur tahu dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dialasi

kain, lalu bagian atas juga ditutupi dengan kain serupa dan papan. Dimana

papan selanjutnya diletakkan pemberat berbobot sekitar 30 kg selam 15 menit

Page 29: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxix

atau hingga air tahu menetes habis, kemudian dipotong-potong sesuai dengan

ukuran yang diinginkan.

2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK)

2.1.2.1.Pengertian Usaha Kecil

Menurut UU RI No. 9 tahun 1995 dalam Anoraga dan Sudantoko (2002:

330), pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta

kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Kriteria usaha kecil dalam UU tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1,

yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau,

2. Memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu

milyar rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri Sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha menengah atau usaha besar.

5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang pertama dan kedua,

nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang

diatur dengan peraturan pemerintah (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 331-332).

Page 30: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxx

2.1.2.2.Karakteristik Usaha Kecil

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225–226), secara umum sektor

usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti

kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak

diperbaharui, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.

3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu

menekan biaya mencapai titik efisien jangka panjang.

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta deversifikasi pasar sangat terbatas.

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,

mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan

dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi

standar dan harus transparan.

2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis

2.1.3.1.Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang

tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis di bangun, tetapi juga saat

dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maximal

untuk waktu yang tidak di tentukan (Umar, 2003: 8). Menurut Ibrahim (2003: 1),

yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan

Page 31: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxi

dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu

gagasan usaha atau proyek yang direncanakan.

Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari

keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata

tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7).

2.1.3.2. Aspek-Aspek Dalam Studi Kelayakan Bisnis

1. Aspek Pemasaran

Analisis aspek pemasaran akan dilakukan dengan menggunakan bauran

pemasaran, yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk

mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Menurut Swastha dan Sukotjo

(1995: 193), alat-alat bauran pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 unsur,

yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.

2. Aspek Teknis dan Produksi

Menurut Ibrahim (2003: 118), aspek taknis produksi adalah aspek yang

berhubungan dengan pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik dilihat

dari faktor lokasi, luas produksi, proses produksi, penggunaan teknologi

(mesin/peralatan), maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses

produksi.

3. Aspek Manajemen dan SDM

Menurut Umar (2003: 115), bahwa manajemen dalam pembangunan

proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama

saja dengan manajemen lainnya. Ia berfungsi untuk aktivitas-aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Page 32: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxii

Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan

implementasi bisnis diperkirakan layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediaan

SDM. Kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah

proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya

(Umar, 2003: 157-158).

Perencanaan tenaga kerja merupakan suatu cara untuk menetapkan

keperluan mengenai tenaga kerja suatu periode tertentu. Perencanaan ini

dimaksudkan agar perusahaan dapat terhindar dari kelangkaan SDM pada saat

dibutuhkan maupun kelebihan SDM pada saat kurang dibutuhkan (Umar, 2003:

161-162).

Menurut Umar (2003: 164), aspek SDM mencakup produktivitas dari

suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan

antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yanng

digunakan (input). Produktivitas memiliki 2 dimensi, yaitu:

a. Suatu efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang

maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,

kuantitas, dan waktu.

b. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan

realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

4. Aspek Hukum

Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan,

jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana

Page 33: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxiii

yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan

sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000: 20).

5. Aspek Sosial

Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang sebesar-

besarnya, namun perusahaan tidak dapat hidup sendirian. Perusahaan hidup

bersama-sama dengan komponen lain dalam satu tatanan kehidupan yang

kompleks. Salah satu komponen yang dimaksud adalah lembaga sosial, sehingga

dalam rangka keseimbangan tadi, hendaknya perusahaan memiliki tanggung

jawab sosial.

Bisnis hendaknya memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat diterima

oleh masyarakat, seperti:

a. Membuka lapangan kerja baru

Maksudnya dengan dibukanya proyek bisnis akan menarik masyarakat

sekitar untuk turut membuka lapangan kerja baru.

b. Melaksanakan alih teknologi

Dilakukannya alih teknologi kepada pekerja dengan berbagai cara

pelatihan terprogram dengan baik, maka diharapkan tidak hanya

meningkatkan ‘skill’ pekerja tetapi juga sikap mental tenaga kerja yang

andal semakin kokoh.

c. Meningkatkan mutu hidup

Adanya proyek bisnis turut serta mengurangi angka pengangguran,

sehingga dapat meningkatkan mutu hidup mereka (Umar, 2003: 252-254).

Page 34: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxiv

6. Aspek Dampak Lingkungan

Menurut Soeharto (2002: 97), aspek lingkungan adalah suatu pengkajian

yang dikenal sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang

merupakan suatu mekanisme untuk mencapai kelesatriaan lingkungan, aspek

lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi. AMDAL hasil studi

memengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan

mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup.

Aspek ini harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan

beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan aktifitas yang makin lama

makin mengubah lingkungan (Umar, 2003: 303).

7. Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena

sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil

yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan

manfaat ekonomi (Haming dan Basalamah, 2003: 13).

Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek

bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan

manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan

pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk

membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai

apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2003: 178).

Page 35: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxv

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek tersebut menguntungkan

atau tidak, dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya

yang diperlukan sepanjang umur proyek. Adapun komponen yang diperlukan

dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut:

a. Cash Flow

Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu

periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut

dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-

penggunaannya (Umar, 2003: 179). Berdasarkan jenis transaksinya

menurut Haming dan Basalamah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi

menjadi dua macam, yaitu:

1) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis

transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. In

Flow pada industri kecil tahu terdiri dari penerimaan penjualan,

manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang

paling utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan ini

bersifat rutin.

2) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis

transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas.

Arus kas keluar dalam industri tahu dapat digolongkan menjadi:

a) Pengeluaran investasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan

untuk membiayai kegiatan pembangunan atau pengadaan proyek.

Arus kas ini biasanya disebut dengan arus kas awal.

Page 36: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxvi

b) Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan

untuk membiayai kegiatan operasi proyek sesudah memasuki fase

operasi komersial.

Menurut Umar (2003: 202), pendapatan perusahaan merupakan

penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya

merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan.

b. Kriteria Kelayakan Investasi

1) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara

Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar, 2003: 200).

2) Internal Rate of Return (IRR) adalah merupakan metode yang

digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai

sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau

penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003:

198).

3) Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan berapa

lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali

(Rangkuti, 2004: 214).

4) Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa

manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran

proyek. Menurut Sofyan (2004: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio

yang membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha

Page 37: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxvii

dengan biaya yang di keluarkan untuk merealisasikan rencana

pendirian dan pengoperasian usaha tersebut.

5) Break event point merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha

dimana jumlah manfaat (pendapatan ) sama besarnya dengan

pengeluaran (biaya) dengan kata lain keadaan dimana perusahaan

tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian ( Fatah,

1994: 45).

6) Return Of Investment (ROI) adalah pengukur kemampuan perusahaan

secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi

rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan (Rahardi, 2004: 106).

2.1.3.3.Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung menganalisa

pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung sebagai akibat dari ketidakpastian

proyek. Menurut Fatah (1994: 96), analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji

sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang

dipilih. Unsur-unsur tersebut dapat berupa harga bahan baku, biaya produksi,

menurunnya pangsa pasar dan turunnya harga produk per unit atau terhadap bunga

pinjaman.

Perubahan yang terjadi dalam tingkat penerimaan dan biaya akan

mempengaruhi kondisi usaha tersebut yang dilihat dari nilai Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Net B/C Ratio, Break

Even Value (BEP), serta Return Of Investment (ROI) setelah terjadi perubahan.

Page 38: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxviii

2.2. Penelitian Terdahulu

Dananjoyo, A. (2005), melakukan penelitian di Kota Bogor, Provinsi Jawa

Barat, dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa usaha pengrajin tempe biasa dan tempe Malang di

Kota Bogor layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dengan hasil analisis

kriteria kelayakan berikut: NPV pengrajin tempe biasa positif yaitu sebesar Rp

8.805.006,00 dan NPV pengrajin tempe Malang Rp 7.157.760,00; IRR pengrajin

tempe biasa dan tempe Malang lebih tinggi dari tingkat diskonto 13 persen yaitu

35 persen pada tempe biasa dan untuk tempe Malang 32 persen; Net B/C Ratio

pada tempe biasa dan tempe Malang yaitu 1,59 untuk tempe biasa dan 1,47 untuk

tempe Malang.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa baik tempe biasa maupun

tempe Malang sangat sensitiv terhadap perubahan bahan baku (kedelai) dan

penurunan harga output. Menurut analisis switching value perubahan yang dapat

ditolerir oleh pengrajin tempe biasa untuk perubahan harga bahan baku tidak

boleh naik lebih dari 5,3 persen dan untuk tempe Malang 6,9 persen. Perubahan

harga output yang masih dapat ditoleransi pada pengrajin tempe biasa sebesar 6,3

persen dan pengrajin tempe Malang sebesar 3,4 persen.

Menurut penelitian Suherliyanti, Lely. (2003) yang berjudul “Analisis

Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten Sumedang” menunjukkan

bahwa usaha tahu Sumedang baik pada skala usaha menengah maupun skala

usaha kecil layak untuk diusahakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV, IRR, dan Net

B/C yang diperoleh telah memenuhi syarat kelayakan investasi dengan

Page 39: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xxxix

memperhitungkan pajak penghasilan. Namun jika dibandingkan antara skala

usaha menengah dan kecil, maka manfaat proyek lebih dirasakan oleh pengusaha

pada skala menengah. Hal ini terlihat dari nilai kriteria yang diperoleh lebih baik

pada skala usaha menengah dari pada skala kecil.

Hasil analisis tingkat pengembalian investasi, investasi pada usaha tahu

Sumedang ini relatif cepat. Pengembalian investasi untuk skala usaha menengah

adalah selama 9 bulan lebih singkat dibandingkan pada skala usaha kecil yaitu

selama 1 tahun 4 bulan. Tingkat pengembalian investasi akan berbeda-beda jika

terjadi perubahan input dan output usaha tahu Sumedang ini. Namun demikian

usaha tahu Sumedang ini menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang

cepat.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pengolahan kedelai

menjadi tahu Sumedang ini menunjukkan kepekaan usaha ini terhadap perubahan

yang terjadi pada saat terjadi penurunana harga jual output (tahu) sebesar 17

persen dan peningkatan harga input (kedelai) sebesar 14 persen dengan tingkat

diskonto 15 persen dan 19 persen. Pada skala usaha menengah kepekaan yang

nyata dalam ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi peningkatan harga

input (kedelai) bersamaan dengan penurunan harga jual tahu pada kedua jenis

tingkat diskonto dan masih layak diusahakan pada saat terjadi penurunan harga

jual tahu tanpa adanya peningkatan harga kedelai. Pada skala usaha kecil

ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi penurunan harga output (tahu),

penurunan harga output yang diikuti oleh peningkatan harga kedelai pada kedua

Page 40: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xl

tingkat diskonto yang digunakan. Kondisi tesebut memperlihatkan kepekaan yang

nyata dalam ketidaklayakan usaha tahu Sumedang berdasarkan kriteria kelayakan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial, sehingga

dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Dalam

mengembangkan usaha tahu pada perusahaan ini, maka terlebih dahulu

diidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspek-

aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non finansial yang meliputi:

aspek pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek

hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan, serta aspek finansial. Dalam

penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk

diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanya didukung

oleh aspek non finansial. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow

sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria

kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Untuk

mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period,

kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan

keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian dianalisis dengan BEP. Selain itu,

alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan

operasi perusahaan. Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya

terhadap kelayakan usaha tersebut.

Page 41: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xli

Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada perusahaan tahu

tersebut, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila

usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan,

sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harus mengadakan

perbaikan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi terhadap biaya yang

dikeluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh kerangka

pemikiran seperti yang terdapat pada Bagan 1.

Page 42: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xlii

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis Kelayakan Usaha UD. Tahu Bintaro

Aspek

Pemasaran

Aspek Teknik & Produksi

Aspek Manajemen

& SDM

Aspek

Hukum

Aspek

Sosial

Aspek Dampak

Lingkungan

1. Cash Flow Inflow Outflow

2. Kriteria Kelayakan Investasi: NPV IRR PP Net B/C Ratio BEP ROI

3. Analisis Sensitivitas: Penerimaan Turun 10% Harga Kedelai Naik 12% Harga Solar Naik 10% Biaya Operasional Naik 10%

Interpretasi Hasil Analisis

Efisiensi Biaya Dan Perbaikan Manajemen Dalam Perusahaan

Usaha Ini Dapat Terus Dilaksanakan/Dilanjutkan

Layak Tidak layak

Aspek

Finansial

Page 43: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xliii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro yang

beralamat di JL. Kampung Rawa Barat No. 11, Bintaro Sektor IX. Pemilihan

lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena

perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang

menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang

cukup besar. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan

September sampai bulan Oktober 2006.

4.2. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan

berbagai pihak terkait dalam topik penelitian, sedangkan data skunder diperoleh

dari berbagai literatur.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data dan keterangan yang diperlukan dalam

penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu:

1. Data primer diperoleh dengan cara:

a. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek penelitian

sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan perusahaan.

Page 44: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xliv

b. Wawancara atau interview, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung

dengan wakil Direktur Utama dan karyawan yang memiliki informasi yang

diperlukan.

2. Data sekunder diperoleh dengan cara:

a. Proses membaca

b. Penelitian terdahulu

c. Mempelajari dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku

d. Bahan-bahan kuliah serta sumber-sumber data yang lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data

kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan tahu tersebut yang

disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel,

bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Data kuantitatif dilakukan

untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti NPV, IRR,

Payback Period (PP), Net B/C Ratio, BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas.

Analisis kuantitatif ini disajikan dalam bentuk tabulasi yang mengelompokkan

dan mengklasifikasikan data agar mempermudah dalam melakukan analisis data.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan kalkulator dan komputer program

Microsoft Excel.

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek tersebut

menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara

menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah

Page 45: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xlv

dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya tersebut, maka baru

dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi.

Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.4.1. Net Present Value (NPV)

Menurut Umar (2003: 200), untuk menghitung nilai sekarang perlu

ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan

NPV adalah sebagai berikut:

Dimana:

CFt = Aliran kas pertahun pada periode t

Io = Investasi awal pada tahun 0

K = Suku bunga (discount rate)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu:

Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima

Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima

ataupun ditolak.

Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak.

4.4.2. Internal Rate Of Return (IRR)

Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV1 dan nilai

NPV2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka

n CFt NPV = ∑ - Io t=1 (1 + K)t

Page 46: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xlvi

positif maka discount faktor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan

sebaliknya apabila NPV1 menunjukkan angka negatif maka discount faktor yang

kedua berada di bawah SOCC atau discount faktor.

Menurut Ibrahim (2003: 147), formula untuk IRR dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Dimana:

i1 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu:

IRR > tingkat bunga, maka usulan proyek diterima

IRR < tingkat suku bunga, maka usulan proyek ditolak

4.4.3. Payback Period (PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), metode Payback Period (PP)

merupakan teknik penilain terhadap jangka waktu (periode) pengembalian

investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitunghan

kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan

penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika

investasi 100% menggunakan modal sendiri). Rumus yang digunakan dalam

perhitungan Payback Period adalah sebagai berikut:

NPV1 IRR = i1 + x (i2 – i1) (NPV1 – NPV2)

Page 47: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xlvii

4.4.4. Net B/C Ratio

Untuk menghitung Net B/C yaitu membagi jumlah nilai sekarang aliran

kas manfaat bersih positif dengan jumlah nilai sekaranng aliran kas manfaat bersih

negatif pada tahun-tahun awal proyek (Gittingar, 1986: 401). Secara matematis

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif.

NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif.

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:

Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.

Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga

terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.

Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.

t=n Bt – Ct ∑ t=1 (1 + i)t NPV Positif Net B/C Ratio = = t=n Bt – Ct NPV Negatif - ∑ t=1 (1 + i)t

Payback Period = Investasi = xxx Proceeds tahun 1 = xxx - Sisa = xxx Proceeds tahun 2 = xxx - Sisa = xxx dst

Page 48: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xlviii

4.4.5. Break Even Point (BEP)

BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat diketahui pada

tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan

tidak pula mengalami kerugian (Rahardi dan Hartono, 2003: 70). Secara

matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.4.6. Return of Invesment (ROI)

Untuk mengetahui keuntungan perusahaan melalui metode ROI, maka

dapat dilakukan dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan total

assets, kemudian untuk mendapatkan nilai persentasenya dikalikan 100% (Kasmir

dan Jakfar, 2004: 206). Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:

3.4.7. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil

kegiatan suatu usaha, jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar

Total biaya BEP Produksi = Harga penjualan

Total biaya BEP Harga = Total produksi

Net Profit after Tax ROI = x 100%

Total Assets

Page 49: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xlix

perhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan

harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini

diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang

mengandung banyak ketidakpastian tentang yang terjadi di waktu yang akan

datang.

Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C

Ratio, dan Payback period jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis.

Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian

ini adalah: (1) penurunan penerimaan sebesar 10%, (2) peningkatan harga kedelai

sebesar 12%, (3) peningkatan harga solar sebesar 10%, (4) peningkatan biaya

operasional sebesar 10%. Penggunaan variabel analisis untuk penurunan

penerimaan, kenaikkan harga solar, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10%

didasarkan pada terjadinya laju inflasi nasional periode 2001-2006 (Lampiran 7).

Untuk kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diambil melalui pendekatan

persentase nilai tertinggi dan terendah yang dicapai oleh rupiah terhadap dollar

periode 2001-2006 (Lampiran 8).

Kajian analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah jika keempat variabel

analisis yang digunakan menyatakan layak, maka dari keempat variabel tersebut

dilakukan analisis kombinasi. Apabila ketiga variabel analisisnya menyatakan

tidak layak, maka secara otomatis variabel tersebut tidak dapat dikombinasikan.

Page 50: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

l

3.5. Definisi Operasional

1. Ningari adalah air laut yang diproses dengan cara dipanaskan dan penyulingan

sehingga zat-zat yang terkandung bermacam-macam didalamnya dapat

terpisahkan sehingga menjadi bahan penggumpal susu menjadi tahu.

2. Manfaat adalah segala sesuatu yang menambah pendapatan. Manfaat yang

diperhitungkan yaitu manfaat yang dapat diukur, misalnya hasil dari penjualan

tahu.

3. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan. Arus biaya ada dua

jenis yaitu biaya investasi dan biaya operasional.

4. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.

5. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk berjalannya suatu

usaha. Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya

variabel.

6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada

perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk.

7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan tingkat produksi.

Page 51: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

li

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan

UD. Tahu Bintaro merupakan industri kecil yang bergerak pada usaha

pengolahan kedelai menjadi tahu. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha

pembuatan tahu yang menggunakan peralatan dan mesin modern.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 oleh bapak Parkudi Lubis yang

bertempat tinggal di Jl. Cendrawasih Bintaro sektor I. Latar belakang berdirinya

adalah berawal dari pemilik yang sangat gemar mengkonsumsi tahu, sehingga dari

kegemarannya itu beliau mencoba untuk memproduksi tahu sendiri.

Pertama didirikan berstatus Perseroan Terbatas (PT) dan diberinama PT.

Natura Tofu Indonesia. Pemilihan kata Natura Tofu Indonesia pada nama

perusahaan tersebut berdasarkan pada produk yang dihasilkan yaitu berupa tahu

yang terbuat dari bahan tanpa pengawet yang di produksi oleh perusahaan dalam

negeri (Indonesia).

Pada tanggal 1 september 2005 perusahaan yang berstatus Perseroan

Terbatas (PT) tersebut diganti dengan Usaha Dagang (UD) yang kemudian

diberinama UD. Tahu Bintaro. Pergantian status perusahaan terjadi karena

menurut manager operasional pada perusahaan tersebut, penggunaan kata PT

cakupannya terlalu luas. Pemilihan kata Tahu Bintaro pada nama baru perusahaan

tersebut berdasarkan pada jenis produk yang mereka hasilkan dan nama wilayah

tempat perusahaan tersebut didirikan. Penggunaan nama Natura Tofu sampai

sekarang masih digunakan sebagai merek dagang dari produk yang dihasilkan.

Page 52: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lii

UD. Tahu Bintaro merupakan anak perusahaan dari Cosmo (supermarket

Jepang) yang terletak di Grand Wijaya, Jakarta. Industri ini berlokasi di Jl.

Kampung Rawa Barat No. 11 Bintaro Sektor IX. Pabrik ini terletak di tengah

pemukiman penduduk.

4.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam perusahaan ini, pemilik merangkap sebagai

Direktur Utama yang mempunyai wewenang mengambil keputusan pada saat

rapat. Dirut memiliki seorang wakil yang merangkap sebagai manajer operasional

yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan,

mulai dari pembelanjaan, proses produksi, sampai pemasaran, serta mengelola

karyawan.

Manajer operasional membawahi beberapa bagian, yaitu bagian

administrasi, keuangan, bagian umum, kepala produksi, serta bagian-bagian lain

yang mendukung aktivitas perusahaan. Adapun bagian-bagian dari srtuktur

organisasi dan tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

1. Bagian administrasi, bertugas mencatat pengiriman produk serta persediaan

atau stok produk, bagian ini membawahi bagian distribusi dan keamanan.

Bagian distribusi bertugas sebagai pengantar pesanan, sedangkan bagian

keamanan bertugas menjaga keamanan diwilayah perusahaan, selain itu

bagian keamanan ini tugasnya juga merangkap sebagai pengantar pesanan bila

bagian distribusi sedang tidak berada ditempat.

2. Bagian keuangan tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang

meliputi pengeluaran dan pemasukan. Bagian ini membawahi bagian umum

yang bertugas mencatat jumlah stock bahan baku, bahan pembantu, bahan

Page 53: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

liii

pengemas, bahan bakar. Bagian umum membawahi bagian kebersihan yang

bertanggung jawab atas kebersihan seluruh lingkungan pabrik.

3. Kepala produksi bertugas mencatat proses produksi, dan membawahi

supervisor produksi tahu line dan tofu line yang masing-masing bertugas

sebagai leader yang bertanggung jawab terhadap timnya pada saat proses

produksi berlangsung.

4. Marketing bertanggung jawab atas perencaan strategi pemasaran, yang sampai

sekarang masih di pegang oleh manajer operasional. Bagian ini membawahi

salesman yang bertugas menjual dan menawarkan produk. Adapun bentuk

struktur organisasi pada UD.Tahu Bintaro terdapat pada Bagan 2.

Bagan 2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Manajer Operasional

Keuangan

Bagian umum

Kebersihan

Kepala Produksi

Supervisor Produksi Tahu Line

Pelaksana Produksi Pelaksana Produksi

Administrasi Marketing

Distribusi Keamanan Salesman

Direktur utama

Supervisor Produksi Tofu Line

Page 54: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

liv

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Aspek Pemasaran

Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P,

yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan

perusahaan.

1. Produk

a. Produk utama

Produk utama yang dihasilkan adalah tahu dengan dua jenis

berdasarkan proses produksinya, yaitu tahu lokal dan tofu. Perbedaan antara

kedua jenis produk tersebut selain pada proses produksinya, juga pada

kemasan produknya. Untuk bahan penggumpalnya ada sebagian yang sama

dan ada juga yang tidak misalnya, produk tahu bahan penggumpalnya

memakai ningari dan cioko, sedangkan untuk produk tofu memakai ningari

dan GDL. Adapun jenis produk yang dihasilkan terdapat pada Lampiran 6.

b. Produk sampingan

Produk sampingan yang dihasilkan adalah ampas tahu (limbah padat)

yang dijual ke peternak sebagai makanan ternak. Adapun harga ampas

tahunya adalah sebesar Rp 5000,- per karung dengan volume 8-10 karung

per hari.

2. Harga

Harga produk Natura Tofu berbeda-beda sesuai dengan jenis tahu yang

dihasilkan. Penentuan harga yang diberikan kepada konsumen berdasarkan harga

Page 55: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lv

yang tertera pada brosur promosi (Lampiran 6), akan tetapi untuk pelanggan tetap

dengan pembelian skala besar diberikan diskon sebesar 10 persen. Hal tersebut

dilakukan selain untuk mempertahankan pelanggan juga supaya mark-up harga

yang akan diberikan kepada konsumen akhir tidak terlalu tinggi (melebihi harga

yang tertera pada brosur promosi).

3. Promosi

Promosi yang dilakukan adalah dengan melalui penyebaran brosur di

lingkungan sekitar perusahaan, di pusat perbelanjaan, dan di perumahan.

Penyebaran brosur dilakukan oleh bagian distribusi pada saat pengantaran dan

penjualan produk Natura Tofu di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta

Barat, Tanggerang, dan Depok. Penyebaran brosur juga dilakukan dalam

perusahaan itu sendiri yang langsung diberikan kepada setiap konsumen baru

yang datang langsung ke Perusahaan.

Promosi juga dilakukan melalui kata-kata yang tertera pada kemasan

produk (label), diantaranya: merek dagang yang dipakai yaitu Natura Tofu,

komposisinya terbuat dari cioko, ningari, GDL, dan garam tanpa bahan pengawet.

Adapun biaya yang dikeluarkan untuk promosi adalah sebesar Rp 350.000,- per

tiga bulan dengan penggunaan 5 rim (2500 lembar).

4. Distribusi

Produk yang dihasilkan didistribusikan untuk supermarket seperti Cosmo

yang merupakan induk perusahaan, dan Tip-Top. Selain itu, juga untuk restauran

Jepang seperti Hoka-Hoka Bento dan restauran Jepang lainnya termasuk cabang

dari restauran tersebut, dengan harga diskon sebesar 10%. Biaya untuk

Page 56: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lvi

pendistribusian ditanggung oleh UD. Tahu Bintaro yaitu sebesar Rp 85.000,-

per hari.

Penjualan produk juga dilakukan dengan cara directselling (penjualan

langsung dengan cara menawarkan kepada pelanggan), telemarketing (penjualan

melalui telepon), retailling (penjualan dengan cara eceran), dan canvasing

(penjualan melalui alat peraga). Penjualan melalui telemarketing mempunyai

batas minimum order, yaitu sebesar Rp 15.000,- untuk wilayah Bintaro sektor I

sampai dengan IX dan Rp 35.000,- untuk wilayah diluar komplek Bintaro, selain

itu, perusahaan juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa

adanya batas minimum pembelian dengan harga sesuai brosur. Adapun rantai

distribusinya terdapat pada Bagan 3.

Bagan 3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

5.2. Aspek Teknis dan Produksi

1. Lokasi usaha

Lokasi pabrik cukup strategis karena sarana dan prasarananya menunjang

seperti dekat dengan jalan raya dan perumahan, serta fasilitas umum lainnya,

sehingga memudahkan untuk akses pembelanjaan dan pemasaran.

UD. Tahu Bintaro

Supermarket

Restauran Jepang

Konsumen akhir

Page 57: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lvii

2. Bahan baku

Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku utama berupa kacang kedelai.

Dalam memproduksi tahu, perusahaan menggunakan kacang kedelai impor dari

Amerika, dengan alasan penggunaan kacang kedelai impor lebih berkualitas,

harganya cenderung lebih murah, dan kadar susunya lebih banyak dibandingkan

dengan kacang kedelai lokal.

Pemenuhan kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara membeli kacang

kedelai dari pasar Cileduk dengan harga rata-rata Rp. 4000,- per kg. Dalam jurnal

keuangan harian perusahaan dapat diketahui bahwa biaya pembelian kacang

kedelai, yaitu sebesar 37,2 persen dari total biaya operasional.

Rata-rata penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi adalah

sebesar 200 kg per hari untuk tahu line, sedangkan untuk tofu line sebesar 60 kg

per hari. Jadi dalam satu bulan, perusahaan memerlukan sekitar 6,24 ton kedelai

sebagai bahan baku utama.

Pembuatan tahu juga membutuhkan bahan pembantu berupa antifoam,

bahan penggumpal (ningari, GDL, cioko, dan garam), serta bahan tambahan rasa

(kunyit, telur, kemiri dan bawang putih). Biaya yang dikeluarkan untuk

penggunaan bahan pembantu dalam proses produksi terdapat dalam Lampiran 10.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi untuk tahu line dan

tofu line masing-masing adalah 5 orang, dan satu diantaranya termasuk

supervisor. Supervisor bertanggung jawab penuh terhadap proses produksi yang

dilakukan oleh timnya (pelaksana produksi).

Page 58: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lviii

4. Teknologi

Teknologi yang digunakan pada tahu line masih tergolong semi

tradisional, karena meskipun dalam proses penghancuran kacang sudah

menggunakan mesin penggiling dan juga menggunakan mesin boiller untuk

merebus bubur kacang, pada tahu line ini dalam proses selanjutnya masih

menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses penyaringan yang

masih menggunakan tanggok, kain, dan tahang (digedog), pencetakan yang masih

menggunakan cetakan kayu, kemudian untuk memotong tahu yang telah melalui

tahap pengepresan juga masih menggunakan pisau dapur, sampai pada proses

pengemasannya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia secara

langsung, akan tetapi untuk penyimpanan produk jadinya tahu line menggunakan

chiller.

Lain halnya dengan tofu, pada proses pembuatannya teknologi yang

digunakan pada tofu line ini memiliki tingkat teknologi yang modern. Hal ini

dapat dilihat mulai dari proses pengupasan kedelai yang menggunakan mesin

pengupas kacang, penggilingan kacang yang menggunakan mesin giling,

pemasakan yang menggunakan mesin boiller, proses penyaringan awal yang

menggunakan bantuan mesin penyaring, kemudian untuk produk tofu kotak

pengemasannya menggunakan mesin sill, sedangkan untuk tofu tube proses

pengemasannya menggunakan mesin vakum dan untuk proses pasteurisasi

selanjutnya untuk tofu tube menggunakan mesin water chiller. Untuk

penyimpanan produk jadi tofu line sama dengan tahu line yaitu menggunakan

chiller.

Page 59: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lix

Mesin dan alat-alat penunjang operasional lain yang dibutuhkan untuk

tahu dan tofu line adalah mesin expayer, mesin pompa air, tungku pemasakan, bak

stainless steel, tabung susu, box culler, countainer, kain sutra, tatakan stainless

steel, alat ukur kekentalan susu (atago), dan ember perendaman. Adapun biaya

yang dikeluarkan untuk pembelian mesin dan alat penunjang operasional terdapat

dalam Lampiran 12.

5. Proses produksi

Perbedaan proses produksi yang mendasar antara jenis tahu line dan tofu

line terletak pada aktivitas pengupasan kulit kering kedelai dan proses

pasteurisasi yang dilakukan oleh jenis tofu line. Proses pasteurisasi merupakan

perlakuan kepada produk tofu line dari kondisi suhu tinggi (panas) ke kondisi

suhu rendah (dingin).

Proses produksi kelompok produk tahu line sangat sederhana yaitu terdiri

dari aktivitas pencucian dan perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan,

penggumpalan dan pengendapan, pencetakan, serta tahap terakhir adalah

pengemasan (Lampiran 3). Sedangkan proses produksi kelompok tofu line

dibedakan atas penggunaan kemasan. Untuk kelompok tofu line kemasan kotak

tray, setelah proses penggumpalan dilakukan pencetakan dengan memasukkan

gumpalan tahu dalam kotak tray dan ditaruh pada cetakan loyang stainless yang

kemudian dilakukan pemasakan kedua. Sedangkan pada kelompok tofu line

kemasan tube dilakukan proses vacum pada kemasan tube setelah penggumpalan

dianggap selesai, kemudian dilanjutkan pada pemasakan kedua dan pendinginan

pada water chiller (Lampiran 4).

Page 60: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lx

6. Layout

Tanah seluas 4000 m yang dimiliki dimanfaatkan untuk bangunan pabrik

tahu lokal berukuran 4x6, pabrik tofu berukuran 16x6 yang termasuk didalamnya

adalah gudang bahan pembantu, untuk gudang bahan baku berukuran 8x5 yang

digunakan juga untuk proses pengupasan kedelai, kamar tidur pekerja (mess)

berukuran 8x6, gudang peralatan berukuran 3x3, tempat pengolahan limbah

berukuran 3x3, kantor berukuran 2,5x5, dan untuk pos security berukuran 2x2,

serta pendopo yang merupakan tempat peristirahatan (tempat pribadi) berukuran

20x10. Sisa lahannya dimanfaatkan untuk tanaman organik, kolam ikan, dan

kandang hewan ternak. Adapun layout UD. Tahu Bintaro terdapat dalam

Lampiran 2.

5.3. Aspek Manajemen dan SDM

Sistem manajemennya bersifat open manajemen. Hal ini dapat dilihat

dengan adanya rapat dengan agenda mereview semua pengeluaran dan

pemasukkan yang terjadi dalam perusahaan yang dilaksanakan secara rutin satu

kali dalam seminggu. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.00–16.00 WIB

dengan waktu istirahat 1 jam. Perusahaan memberikan libur kerja pada hari

minggu, dan pada hari raya besar.

Saat ini perusahaan mempekerjakan 21 orang termasuk Direktur Utama,

dalam perusahaan ini manajer operasional memegang kekuasaan penuh untuk

merekrut dan memberhentikan karyawan. Dalam merekrut karyawan perusahaan

mengambil dari berbagai tingkatan yaitu mulai dari SD sampai perguruan tinggi,

Page 61: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxi

akan tetapi perusahaan lebih mengutamakan kemauan dan kemampuan kerja

karyawan dari pada tingkat pendidikan yang dimiliki.

Dari 21 orang pekerja tersebut, terdapat 1 orang yang berpendidikan

terakhir S-2, 2 orang adalah tamatan S-1, 11 orang berpendidikan terakhir

SLTA/sederajat, dan selebihnya adalah tamatan SD dan SLTP. Secara rinci,

tingkat pendidikan pekerja pada UD. Tahu Bintaro terdapat pada Lampiran 5.

Sistem penggajiannya adalah per bulan untuk tenaga kerja tidak langsung,

sedangkan untuk tenaga kerja langsung bagian produksi adalah per minggu. Gaji

terendah yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan standart ketentuan dari

wilayah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar Rp. 800.000,-, sedangkan untuk gaji

direktur utama, manajer operasional, bagian keuangan, dan bagian administrasi,

serta tenaga kerja tidak langsung lainnya terdapat dalam Lampiran. 12.

Insentif diberikan kepada karyawan yang produktifitasnya meningkat

diukur dari loyalitas, kinerja, komitmen, absensi, inisiatif, dan kemauan yang

tinggi untuk bekerja. Insentif diberikan berupa uang dengan jumlah beragam.

Fasilitas yang terdapat perusahaan berupa mess diberikan bagi tenaga kerja

langsung yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi pabrik, selain itu perusahaan

juga memberikan tunjangan kesehatan kepada semua karyawan tanpa terkecuali

dengan cara mengganti biaya pengobatan sebesar 50%, apabila ada keluarga

karyawan yang sedang sakit atau melahirkan.

5.4. Aspek Hukum

Secara hukum, keberadaan UD. Tahu Bintaro telah terdaftar. Hal ini

terbukti dengan adanya surat izin yang dimiliki yaitu domisili usaha dengan

Page 62: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxii

nomor 503/04/Ek.Bang/Ds.Pd.P pada tanggal 11 Agustus 2005 yang dikeluarkan

oleh kepala desa pondok Pucung, Izin Usaha Perdagangan (IUP) dari Departemen

Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) dengan nomor 503.1/0602/30-

03/PK/X/2005 pada tanggal 11 Oktober 2005, Surat Tanda Daftar Perusahaan

(TDP) dengan nomor 30.03.5.52.15181 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Oktober

2005, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan pada tanggal 11

oktober 2005 dengan nomor 08-091-567.1-411.001.

Perusahaan juga memiliki surat izin dari Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM), dan Sertifikat penyuluhan dari Departemen Kesehatan

(Depkes). Adapun biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk membuat perizinan

perusahaan adalah sebesar Rp 20.000.000,-.

5.5. Aspek Sosial

Keberadaan UD. Tahu Bintaro membawa pengaruh positif dan dapat

meningkatkan mutu hidup masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena dalam

penyerapan tenaga kerjanya baik operasional maupun pra operasional perusahaan

melibatkan masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp 1.500.000,- yang

diberikan kepada masyarakat sekitar menjadi rutinitas yang dikeluarkan setiap

tahun oleh perusahaan. Fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat juga dapat

dilihat dari pemberian sumbangan setiap kali ada permohonan bantuan yang

masuk ke perusahaan, misal acara 17 Agustus, acara Maulid Nabi, dan lain-lain

yang bersifat sosial (mengikuti kegiatan dalam masyarakat sekitar).

Page 63: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxiii

5.6. Aspek Dampak Lingkungan

Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan

lingkungan karena limbah padat yang dihasilkan berupa ampas tahu langsung

dijual kepada peternak sebagai pakan ternak dengan harga Rp 5000,- per karung,

sedangkan untuk limbah cair diberikan perlakuan khusus yaitu sistem netralisir

atau yang diberi nama aerodinamis. Pembuangan limbah cair hasil aerodinamis

yang sudah bersih pun tidak dibuang ke dalam sungai daerah setempat, akan tetapi

dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman yang berada disekitar perusahaan.

Perlakuan limbah untuk sistem netralisir ini membutuhkan 3 unit kolam

besar dan 1 unit kolam kecil. Adapun tahapan untuk proses aerodinamis adalah

sebagai berikut:

1. Kolam kecil digunakan untuk menghilangkan benda padat. Kolam ini

dilengkapi dengan saringan kawat. Dari kolam penyaringan, air limbah

disalurkan ke kolam besar pertama.

2. Kolam besar pertama terdiri dari 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan

batu koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai

skat delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama air limbah diberi

bahan penetral terlebih dahulu yaitu kapur, kaporit, dan karbit.

3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai

penyerapan.

4. Kolam besar ketiga digunakan untuk penampungan terakhir. Air limbah

tersebut telah siap digunakan untuk menyiram tanaman. Proses aerodinamis

terdapat pada Bagan 4.

Page 64: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxiv

Keterangan: = ijuk = pasir = batu koral = tutup = saringan kawat

Bagan 4. Sistem Aerodinamis Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Masyarakat setempat tidak merasa terganggu dengan adanya kebisingan

yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang sedang beroperasi, karena penggunaan

mesin-mesin tersebut waktunya masih dalam batas normal untuk melakukan

aktivitas bekerja ditambah lagi suara yang ditimbulkan oleh mesin yang

digunakan juga tidak terlalu bising.

Adapun biaya untuk perlakuan aerodinamis adalah sebesar Rp 5000,- per

hari. Perusahaan juga memberikan retribusi untuk RT sebesar Rp 50.000,- per

bulan.

5.7. Aspek Finansial

5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana

Investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan UD. Tahu Bintaro adalah

sebesar Rp 1.183.068.068 (satu milyar seratus delapan puluh tiga juta enam puluh

Kolam 2

Kolam 3

Kolam

penyaringan

Kolam 1

R. Produksi

mesin mesin

Page 65: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxv

delapan ribu enam puluh delapan rupiah). Digunakan untuk biaya aktiva adalah

sebesar Rp 1.081.455.000, untuk modal kerja selama satu bulan sebesar Rp

81.613.068, dan sisanya sebesar Rp 20.000.000 digunakan untuk biaya perizinan

perusahaan.

Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya

adalah berasal dari modal sendiri (induk perusahaan). Dalam penelitian ini,

digunakan simulasi dengan modal pinjaman sebesar 40%.

5.7.2. Biaya

Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah termasuk biaya tetap, biaya tidak

tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar

Rp 14.600.000 per bulan (Lampiran 12), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya

operasional yaitu sebesar Rp 67.013.068 per bulan. Biaya tidak tetap ini

digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan, batu es, bahan bakar, biaya

listrik, telepon, tenaga kerja langsung, transportasi, promosi, serta biaya lain-lain

(Lampiran 13), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp 8.675.825 per

bulan (Lampiran 14). Adapun biaya UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 3.

Page 66: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxvi

Tabel 3. Komponen Biaya UD. Tahu Bintaro Per Bulan

No Komponen biaya Jumlah (Rp)

1 Biaya gaji tetap 14.600.0002 Biaya tidak tetap a. bahan baku utama 24.960.000 b. bahan penunjang 3.244.092 c. bahan kemasan 8.914.176 d. biaya batu es 4.800.000 e. biaya bahan bakar 10.800.000 f. biaya listrik 3.600.000 g. biaya telepon 384.000 h. biaya tenaga kerja langsung 8.000.000 i. biaya transportasi 2.040.000 j. biaya promosi 100.800 k. biaya lain-lain 170.0003 Biaya penyusutan 8.675.825 Total biaya 90.288.893

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

5.7.3. Manfaat

Manfaat usaha ini diperoleh dari nilai penjualan hasil produksi yang terdiri

dari manfaat utama dan manfaat tambahan. Manfaat utama adalah hasil penjualan

tahu, sedangkan manfaat tambahannya adalah hasil penjualan ampas tahu

(Lampiran 15).

Volume penjualan tahu dan ampas tahu diperkirakan mencapai 90% dari

total penjualan berdasarkan pertimbangan kerusakan dalam proses produksi serta

produk yang kembali (tidak terjual) sebesar 10%. Harga jual diasumsikan 70%

dari harga diskon dan 30% dari harga brosur, karena sebagian besar penjualannya

dilakukan dengan skala besar sehingga harga yang diberikan sebagain besar juga

merupakan harga diskon. Penjualan tahu lokal diasumsikan 24 kali dalam satu

Page 67: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxvii

bulan, sedangkan penjualan tofu tube dan tofu kotak masing-masing 12 kali dalam

satu bulan. Pemasukan UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pemasukan UD. Tahu Bintaro Per Bulan

No Komponen Jumlah (Rp)

1 Manfaat Utama 114.007.6082 Manfaat Tambahan 1.080.000

Total 115.087.608Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pemasukan UD. Tahu Bintaro

per bulan adalah sebesar Rp 115.087.608. Setelah dikurangi pajak dan penyusutan

maka akan didapat keuntungan sebesar Rp 266.026.122 untuk tahun ke

1,2,3,4,6,7,8, dan 9, sedangkan pada tahun ke 5 dan 10 keuntungan yang didapat

adalah sebesar RP 246.622.572, dan Rp 362.412.072 seperti yang terdapat pada

Ikhtisar Rugi/ Laba dalam Lampiran 17. Jika ditinjau dari hasil penjualan pada

perusahaan ini, yaitu sebesar Rp 1.381.051.296 per tahun, maka usaha ini lebih

mendekati pada skala industri kecil mengingat penjualan yang tejadi pada usaha

ini tidak terjual habis (masih tersedia stock).

5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial

5.7.4.1. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri)

Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil

pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah

pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga

investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit

Page 68: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxviii

investasi Bank Umum periode 2001-2006 (Lampiran 7). Adapun hasil

perhitungan kelayakan fianasial UD. Tahu Bintaro adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan dari kriteria kelayakan investasi yang meliputi NPV,

IRR, dan Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat

dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan

kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 16%.

Sedangkan untuk perhitungan Payback Period didasarkan pada data cashflow

sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai hasil untuk menentukan layak

atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan sebagai waktu pengembalian

investasi, adapun hasil analisis terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 605.670.078 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 28,52 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,51 Layak 4 Payback Period 3 thn 2 bln 11 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 5, menyatakan

bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp 605,670 juta yang berarti bahwa usaha

ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 605,670 juta selama 10 tahun

menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 28,52% yang

berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).

Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di

Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi.

Page 69: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxix

Nilai Net B/C Ratio sebesar 1,51 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya yang

dikeluarkan, akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,51 (Lampiran 18).

Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 5, dimana NPV bernilai positif,

Net B/C lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan.

Hasil analisis payback period menunjukkan bahwa untuk mengembalikan

nilai investasi sebesar Rp 1.183.068.068,- memerlukan waktu 3 tahun 2 bulan 11

hari (Lampiran 39).

Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat

(penerimaan penjualan) sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (biaya),

dengan kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan keuntungan dan

juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau

berdasarkan harga jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break

Event Point (BEP) terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Break Event Point (BEP) UD. Tahu Bintaro

No Keterangan Jumlah

1 Total Biaya Produksi (Rp)/bulan 90.288.893 2 Total Produksi (bks)/bulan 31.680 3 BEP Harga jual (Rp)/bks 2.850 4 Harga Jual produk (Rp)/bks 3.992 5 BEP Volume Produksi (bks)/bulan 22.617

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa usaha

ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau penjualan

mencapai 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu

Page 70: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxx

Rp 90.288.893,- per bulan dan dengan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per

bungkus (Lampiran 10).

Metode ROI menunjukkan pengembalian atas modal investasi dimana

besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya modal

investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Return On Investment (ROI) UD. Tahu Bintaro (100% Modal

Sendiri)

Tahun No

Uraian 1,2,3,4,6,7,8,9 5 10

1 Manfaat Bersih (Rp) 266.026.122 246.622.572 362.412.072 2 Investasi (Rp) 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.0683 Reinvestasi (Rp) - 23.955.000 - 4 ROI (%) 22,49 20,43 30,63

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis Return On Investment pada Tabel 7, dapat

diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran

modal investasi sebesar Rp 1000,- akan diperoleh pengembalian suatu investasi

sebesar Rp 1.224,9 pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam, ketujuh,

kedelapan, dan kesembilan. ROI pada tahun kelima menurun menjadi Rp 1.204,3

karena adanya reinvestasi, sedangkan tahun kesepuluh naik menjadi Rp 1.306,3

karena adanya penambahan pada aliran kas manfaat dari nilai sisa, sehingga

mampu mengembalikan investasi lebih besar, dengan demikian perusahaan ini

sehat.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa

penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal

Page 71: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxi

ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaanya mampu

mengembalikan investasi secara cepat.

5.7.4.2. Simulasi Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman

Dalam usaha tahu ini, kiranya dapat dilakukan simulasi penggunaan

modal baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman dari lembaga perbankkan.

Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa persen besarnya pinjaman

maksimal simulasi yang masih layak. Adapun pilihan simulasi pinjaman modal

terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal

Investasi (Kredit) Tingkat Kelayakan Investasi No Proporsi Jumlah (Rp) NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Keterangan

1 10% 118.306.807 480.709.698 25,50 1,41 Layak 2 20% 236.613.614 355.749.315 22,93 1,30 Layak 3 30% 354.920.420 230.788.934 20,36 1,20 Layak 4 40% 473.227.227 105.828.554 17,94 1,09 Layak 5 50% 591.534.034 (19.131.829) 15,61 0,98 Tidak Layak

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa semakin besar proporsi

pinjaman, maka semakin rendah tingkat kelayakan investasinya. Usaha ini masih

layak sampai dengan batas pinjaman modal sebesar 40%. Oleh karena itu, penulis

menggunakan simulasi pinjaman modal sebesar 40% yang merupakan proporsi

investasi yang masih dinyatakan layak (Lampiran 19-23).

Perhitungan modal pinjaman 40% dari investasi sebesar Rp

1.183.068.068,- adalah sebesar Rp 473.227.227,-. Biaya bunga sebesar Rp

75.716.356,- (bunga bank dikalikan dengan pinjaman 40%). Angsuran pokoknya

Page 72: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxii

sebesar 20% yaitu Rp 94.645.445,- per tahun selama 5 tahun, adapun hasil

analisisnya terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. Tahu Bintaro (40% Modal

Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 105.828.554 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 17,94 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,09 Layak 4 Payback Period 5 thn 3 bln 25 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi pada Tabel 9, dapat

diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp 105,828 juta yang

berarti usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp 105,828 juta selama 10

tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 17,94% yang

berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).

Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di

Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi.

Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,09 yang berarti setiap pengeluaran Rp 1,-

akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,09 (Lampiran 22).

Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 9, dimana NPV bernilai positif,

Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga

yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 40%

layak untuk diusahakan.

Page 73: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxiii

Hasil analisis payback period-nya menjelaskan bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasi dalam waktu 5 tahun 3 bulan 25 hari. Sedangkan

untuk hasil perhitungan payback period-nya terdapat pada Lampiran 48.

Hasil analisis Return On Investment (ROI) dengan 40% modal pinjaman

menunjukkan bahwa setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp 1000,- akan

diperoleh pengembalian investasi sebesar Rp 1.095,3 pada tahun pertama, kedua,

ketiga, dan keempat. Untuk tahun keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan

diperoleh pengembalian investasi sebesar Rp 1.077,3 sedangkan pada tahun

kelima dan kesepuluh masing-masing adalah sebesar Rp 1.224,9 dan Rp 1.306,3.

Adapun hasil analisis ROI terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Return On Investment (ROI) UD. Tahu Bintaro (40% Modal

Pinjaman)

Tahun Uraian 1,2,3,4, 5 6,7,8,9 10

Manfaat Bersih 112.700.501 93.296.951 266.026.122 362.412.072 Investasi 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 Reinvestasi - 23.955.000 - - ROI (%) 9,53 7,73 22,49 30,63

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa

penggunaan modal investasi dengan 40% modal pinjaman dalam usaha ini telah

digunakan dengan efisien. Hal ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang hasilnya

lebih besar sampai tahun ke-10.

5.7.5. Analisis Sensitivitas

Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis suatu usaha sangat penting dan

berdampak langsung terhadap biaya khususnya biaya operasional. Untuk

Page 74: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxiv

melakukan analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan bahwa yang berpengaruh

terhadap inflasi pada perusahaan ini adalah penurunan penerimaan, kenaikkan

harga bahan bakar minyak berupa solar, dan kenaikkan biaya operasional yaitu

sebesar 10% yang ditentukan berdasarkan rata-rata laju inflasi nasional periode

2001-2006 (Lampiran 8). Kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diperoleh atas

pertimbangan perhitungan pendekatan nilai tertinggi dan terendah yang dicapai

oleh rupiah terhadap dollar periode 2001-2006 (Lampiran 9). Hal ini

diperhitungkan atas pertimbangan dari distribusi biaya operasional per hari.

Adapun distribusi biaya operasional per hari terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. Tahu Bintaro

No Komponen Biaya Besarnya (%)

1 Kacang kedelai 37,2 2 Bahan penunjang 4,8 3 Kemasan 13,4 4 Batu es 7,1 5 Solar 16,1 6 Listrik 5,4 7 Telepon 0,6 8 Tenaga kerja langsung 11,9 9 Transportasi 3,0 10 Promosi 0,2 11 Lain-lain 0,3 Total 100

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 11, menunjukkan bahwa jumlah biaya

operasional untuk kacang kedelai dan solar memiliki persentase terbesar, maka

dari itu usaha ini sangat bergantung pada pasokan kacang kedelai dan solar. Untuk

kebutuhan skenario analisis sensitivitas pada perubahan biaya operasional

memfokuskan pembahasan pada kenaikkan harga kacang kedelai, harga solar, dan

Page 75: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxv

biaya operasional secara keseluruhan. Persentase untuk biaya kemasan juga

terlihat cukup besar, akan tetapi masih bisa dilakuakan penekanan biaya apabila

terjadi kenaikkan harga dengan cara mengganti kemasan lain (misalnya, kotak

tray diganti dengan plastik).

5.7.5.1. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)

Variabel yang digunakan untuk analisis sensitivitas pada penelitian ini

meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, harga kedelai naik sebesar 12%,

harga solar naik sebesar 10%, dan biaya operasional naik sebesar 10%. Dari

keempat variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 100% modal sendiri,

maka dari itu sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut

dikombinasikan dengan perhitungan kombinator (Lampiran 11). Untuk lebih

jelasnya hasil perhitungan analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada

Tabel 12 sampai dengan 26.

Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada

UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 9.055.918 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 16,19 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,01 Layak 4 Payback Period 4 thn 10 bln 17 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 12, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan Net B/C Rationya adalah labih besar

dari satu. Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% tidak

Page 76: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxvi

berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 24). Akan

tetapi, apabila dilihat dari nilai Net B/C Ratio pada hasil analisis diatas yaitu

sebesar 1,01 dapat diperkirakan bahwa perubahan yang terjadi pada penurunan

penerimaan sebesar 10% akan menyebabkan usaha ini rentan terhadap kelayakan

apabila dibarengi dengan perubahan pada variabel lain. Hal tersebut terlihat dari

minimnya angka yang diperoleh pada hasil analisis bila dibandingkan dengan

standart penilaian kelayakan. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui

bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 10

bulan 17 hari. Untuk hasil perhitungan Payback Period Analisis Sensitivitas

dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 40.

Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada

UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 450.398.910 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 25,27 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,38 Layak 4 Payback Period 3thn 6bln 1hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 13, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio

lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga

kedelai sebesar 12% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.

Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 6 bulan 1 hari. Dari hasil

kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai

Page 77: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxvii

naik sebesar 12% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada

penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada

Lampiran 25.

Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.

Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 549.682.878 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 27,44 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,46 Layak 4 Payback Period 3thn 3bln 18hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 14, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio

lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga

solar sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil

analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan

nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 3 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya,

menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik

dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan

penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada

Lampiran 26.

Page 78: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxviii

Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 258.274.332 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 21,47 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,22 Layak 4 Payback Period 3thn 11bln 20hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 15, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio

lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan biaya

operasional sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha

ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 11 bulan 20 hari. Dari

hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada biaya

operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi

pada penurunan penerimaan 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi

pada harga kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya,

hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 27.

Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga

Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (146.215.250) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 12,77 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,88 Tidak Layak 4 Payback Period 5thn 7bln 18hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Page 79: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxix

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai sebesar 12% berpengaruh terhadap

kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui

bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 7

bulan 18 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 28.

Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga

Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (46.931.282) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 14,90 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,96 Tidak Layak 4 Payback Period 5thn 1bln 19hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 17, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan kenaikkan harga solar sebesar 10% berpengaruh terhadap

kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui

bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 1

bulan 19 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 29.

Page 80: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxx

Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (338.339.828) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 8,16 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,71 Tidak Layak 4 Payback Period 6thn 11bln 6hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 18, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan kenaikkan biaya operasional 10% berpengaruh terhadap

kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui

bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 6 tahun 11

bulan 6 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 30.

Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga

Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 394.411.710 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 24,33 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,33 Layak 4 Payback Period 3thn 7bln 16hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 19, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih

besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).

Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan

Page 81: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxi

kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha

ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 7 bulan 16 hari. Dari hasil

kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai

naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan

dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, biaya

operasional naik 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga

kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil

perhitungan terdapat pada Lampiran 31.

Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya

Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 103.003.164 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 18,18 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,09 Layak 4 Payback Period 4thn 5bln 28hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 20, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih

besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).

Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan biaya

operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.

Hasil analisis payback periodnya menyatakan bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 5 bulan 28 hari. Dari hasil

kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai

Page 82: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxii

naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik

dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%,

dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,

harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, serta harga kedelai naik 12%

yang dibarengi denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil

perhitungan terdapat pada Lampiran 32.

Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya

Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 202.287.132 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 20,26 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,17 Layak 4 Payback Period 4thn 1bln 22hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 21, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih

besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).

Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% yang dibarengi dengan biaya

operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.

Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 1 bulan 22 hari. Dari hasil

kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik

10% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan

dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan harga

kedelai naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10%, serta tidak

lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%, harga solar

Page 83: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxiii

naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi

denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada

Lampiran 33.

Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga

Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (202.202.450) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 11,49 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,83 Tidak Layak 4 Payback Period 5thn 11bln 15hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai 12% dan kenaikkan solar 10%

berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback

period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya

dalam waktu 5 tahun 11 bulan 15 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan

terdapat pada Lampiran 34.

Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga

Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (493.610.996) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 4,11 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,58 Tidak Layak 4 Payback Period 8thn 6bln 8hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Page 84: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxiv

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 23, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan harga kedelai naik 12% dan kenaikkan biaya operasional 10%

berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback

period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya

dalam waktu 8 tahun 6 bulan 8 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan

terdapat pada Lampiran 35.

Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga

Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (394.327.028) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 6,85 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,67 Tidak Layak 4 Payback Period 7thn 5bln 5hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 24, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan harga solar naik 10% dan kenaikkan biaya operasional 10%

berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback

period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya

Page 85: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxv

dalam waktu 7 tahun 5 bulan 5 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan

terdapat pada Lampiran 36.

Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga

Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 47.015.964 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 17,01 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,04 Layak 4 Payback Period 4thn 8bln 18hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 25, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih

besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).

Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan

kenaikkan harga solar 10% dan kenaikkan biaya operasional 10% tidak

berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback

period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya

dalam waktu 4 tahun 8 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan

bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% yang dibarengi

dengan harga solar naik 10% dan biaya operasional naik 10% lebih baik

dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%,

dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,

harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang

dibarengi dengan harga solar naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi

dengan biaya operasional naik 10%, harga solar naik 10% yang dibarengi dengan

Page 86: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxvi

biaya operasional naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada

Lampiran 37.

Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga

Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (549.598.196) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 2,89 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,54 Tidak Layak 4 Payback Period 9thn 1bln 30hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 26, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang

dibarengi dengan harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan kenaikkan

biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari

hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan

mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 9 tahun 1 bulan 30 hari. Untuk

lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 38.

5.7.5.2. Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman)

Hasil perhitungan analisis sensitivitas UD. Tahu Bintaro terhadap

perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya dengan pinjaman 40% terdapat

pada Tabel 27 sampai dengan 30.

Page 87: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxvii

Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (490.785.606) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 6,19 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,59 Tidak Layak 4 Payback Period 8 thn 3 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 27, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10%

berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback

period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya

dalam waktu 8 tahun 3 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada

Lampiran 43. Sedangkan untuk hasil perhitungan Payback Period analisis

sensitivitas dengan 40% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 49.

Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada

UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (49.442.614) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 15,01 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,96 Tidak Layak 4 Payback Period 5 thn 9 bln 29 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 28, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV negatif, Net B/C Ratio

lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku

Page 88: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxviii

(16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% berpengaruh terhadap

kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui

bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 9

bulan 29 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 44.

Tabel 29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.

Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 49.841.354 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 16,87 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,04 Layak 4 Payback Period 5 thn 5 bln 27 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 29, dapat diketahui

bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih

besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).

Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap

kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui

bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 5

bulan 27 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang

terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang

terjadi pada harga kedelai naik 12% dan penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih

jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 45.

Page 89: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

lxxxix

Tabel 30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp (241.567.192) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 11,38 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,80 Tidak Layak 4 Payback Period 6 thn 7 bln 11 hr

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 30, dapat diketahui

bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C

Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang

berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan biaya operasional sebesar 10%

berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback

period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya

dalam waktu 6 tahun 7 bulan 11 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan

terdapat pada Lampiran 46.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan 100% modal

sendiri dan 40% modal pinjaman pada Tabel 12 sampai dengan 30, dapat

ditunjukkan pada tabel ringkasan.

Page 90: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xc

Tabel 31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)

Sumber Komponen Perubahan Keterangan

Tabel 12 a. Penerimaan turun 10% Layak Tabel 13 b. Harga kedelai naik 12% Layak Tabel 14 c. Harga solar naik 10% Layak Tabel 15 d. Biaya operasional naik 10% Layak Tabel 16 a + b Tidak Layak Tabel 17 a + c Tidak Layak Tabel 18 a + d Tidak Layak Tabel 19 b + c Layak Tabel 20 b + d Layak Tabel 21 c + d Layak Tabel 22 a + b + c Tidak Layak Tabel 23 a + b + d Tidak Layak Tabel 24 a + c + d Tidak Layak Tabel 25 b + c + d Layak Tabel 26 a + b + c + d Tidak Layak

Sumber: Tabel 12 sampai dengan 26

Berdasarkan tabel ringkasan, dapat diketahui bahwa keempat variabel

utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga

solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10% pada analisis sensitivitas

dinyatakan layak, sedangkan hasil kombinasi dari variabel utama tersebut, masih

layak apabila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya

operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%, dan

sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan penerimaan 10% akan

mengakibatkan usaha ini tidak layak.

Hasil analisis sensitivitas dengan modal pinjaman sebesar 40%, dapat

diketahui bahwa penurunan penerimaan sebesar 10% menjadikan usaha ini tidak

layak, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal penurunan penerimaannya

adalah sebesar 1% atau dengan kata lain penurunan penerimaan lebih dari 1%

mengakibatkan usaha ini tidak layak. Untuk lebih jelasnya, perhitungan

Page 91: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xci

penurunan penerimaan sebesar 1% terdapat pada Lampiran 47, selain itu,

kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar

10% juga menyebabkan usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu

bertahan apabila terjadi kenaikkan harga solar sebesar 10%.

Tabel 32. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman)

Sumber Komponen Perubahan Kelayakan

Tabel 27 Penerimaan turun 10% Tidak LayakTabel 28 Harga kedelai naik 12% Tidak LayakTabel 29 Harga solar naik 10% Layak Tabel 30 Biaya operasional naik 10% Tidak Layak

Sumber: Tabel 27 sampai dengan 30

Page 92: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xcii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Hasil analisis kelayakan finansial pada UD. Tahu Bintaro dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan

layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,

IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net

B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa

usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 3 tahun 2 bulan

11 hari. Usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume

produksi mencapai 22.617 bungkus per bulan, atau dengan harga jual

sebesar Rp 2.850 per bungkus. Penggunaan modal investasi pada usaha ini

telah efisien, ditunjukkan dengan nilai ROI sebesar 22,49% untuk tahun

ke-1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9, sedangkan tahun ke-5 dan 10 adalah sebesar

20,43% dan 30,63%.

b. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman dinyatakan

layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,

IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net

B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa

usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 5 tahun 3 bulan

25 hari. Nilai ROI sebesar 9,53% pada tahun ke-1, 2, 3, 4, untuk tahun ke-

6, 7, 8, 9 nilainya sebesar 22,49%, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 nilai

Page 93: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xciii

ROI-nya sebesar 7,73% dan 30,63%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah efisien.

2. Hasil analisis sensitivitasnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan

keempat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga

kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%.

Sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai

12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan

penurunan penerimaan sebesar 10%. Sebaliknya bila dibarengi dengan

penurunan penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak.

b. Hasil analisis sensitivitas dengan modal pinjaman sebesar 40% masih

layak pada kenaikkan harga solar sebesar 10%, akan tetapi bila terjadi

penurunan penerimaan sebesar 10%, kenaikkan harga kedelai sebesar

12%, dan kenaikkan biaya operasonal sebesar 10% tidak layak.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan

UD. Tahu Bintaro, penulis memberikan saran seperti berikut ini:

1. Apabila pinjamannya lebih besar dari 40 persen, maka usaha ini tidak layak

untuk dikembangkan.

2. Sebaiknya produk yang dihasilkan langsung habis terjual, karena bila ada

stock maka akan menambah biaya operasional sehingga akan mengurangi

keuntungan.

Page 94: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xciv

3. Pemanfaatan mesin pada proses tofu line belum optimal, sehingga volume

produksinya masih dapat ditingkatkan lagi.

4. Mengingat jenis produk yang dihasilkan bermacam-macam, maka perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek teknik dan produksi khususnya

mengoptimalkan produksi dan pemasaran.

Page 95: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xcv

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. Kedelai. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).

Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada

Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi; 2006.

Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia

Tahun 1990-2004. BPS. Jakarta

. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006. BPS. Jakarta

Dananjoyo, Aryo. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe: Studi Kasus Di

Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2005.

Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona,

1994). Gittinger, J. Price. 1928. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terj. dari

Economic Analysis Of Agriculture oleh Slamet Sutomo dan Komet Mangiri., Ed ke-2 (Jakarta: UI Press, 1986).

Google. Search Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006. Jakarta .Kurs Dollar Periode 2001-2006. Jakarata Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis.

(Jakarta: PPM, 2003). Husnan, S. & Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP.

AMP YKPN, 2000). Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).

Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004) Rahardi, F. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang

Berinvestasi. (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004).

Page 96: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xcvi

Rahardi, F. & Hartono. Agribisnis Peternakan., Ed rev. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2003).

Rangkuti, Freddy. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, Cet-ke 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).

Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana

Bisnis secara Komprehensif., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).

Sarwono. Membuat Tempe dan Oncom. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2001) Sarwono, B. & Yan Pieter Saragih. Membuat Aneka Tahu. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2004). Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2004). Suherliyanti, Lely. Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten

Sumedang [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2003.

Supriatna, Dadang. Membuat Tahu Sumedang. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005). Swastha, Basu & Sukotjo, Ibnu. Pengantar Bisnis Modern. (Yogyakarta: Liberti,

1995).

Page 97: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xcvii

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan

Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: UD. Tahu Bintaro, Tangerang-Banten)

Gambaran Umum Perusahaan

1. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan?

2. Dimana alamat lokasi perusahaan?

3. Bagaimana struktur organisasi dari perusahaan?

Hasil dan Pembahasan

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

a. Apa saja bauran pemasaran yang ada pada perusahaan?

b. Apa produk utama dan produk sampingan yang dihasilkan oleh

perusahaan?

c. Berapa harga tahu yang ditetapkan oleh perusahaan?

d. Bagaimana rantai distribusi tahu pada perusahaan?

e. Bagaimana strategi penjualan terhadap produk yang dihasilkan?

f. Apakah perusahaan menggunakan promosi dalam penjualan tahu?

g. Apa saja promosi yang dilakukan perusahaan?

h. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk promosi?

2. Aspek Manajemen dan SDM

a. Bagaimana sistem manajemen yang ada pada perusahaan?

b. Bagaimana sistem pengelolaan SDM?

c. Bagaimana sistem gaji yang diperoleh karyawan?

d. Berapa gaji yang diperoleh karyawan?

Page 98: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xcviii

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)

e. Apakah ada bonus dan insentif yang diberikan perusahaan kepada

karyawan?

f. Bagaimana sistem pengawasan terhadap pelaksanaan produksi?

g. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan?

h. Berasal dari mana rata-rata karyawan?

i. Berapa jumlah karyawan?

j. Apa rata-rata tingkat pendidikan karyawan pada masing-masing bagian?

3. Aspek Hukum

a. Surat izin apa saja yang dimiliki oleh perusahaan?

b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perizinan?

4. Aspek Sosial

a. Bagaimana pengaruh pendirian perusahaan terhadap sosial masyarakat?

(positif/negatif)

b. Bagaimana fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat?

c. Apakah dalam penyerapan tenaga kerja, perusahaan melibatkan

masyarakat sekitar?

d. Berapa dana yang dikeluarkan untuk sosial bagi masyarakat sekitar?

5. Aspek Lingkungan

a. Apakah perusahaan mencemari lingkungan pabrik?

b. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan?(baik

limbah padat maupun limbah cair)

c. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penanganan limbah dan lingkungan?

Page 99: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

xcix

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)

6. Aspek Teknik dan Teknologi

a. Bagaimana keadaan di lokasi pabrik?

b. Apa jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi?

c. Dari mana bahan baku diperoleh dan dengan harga berapa?

d. Berapa penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi?

e. Apa saja bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi?

f. Bagaimana proses produksi pada perusahaan tersebut?

g. Apa saja jenis produk yang dihasilkan?

h. Berapa rata-rata jumlah hasil produksi per hari?

i. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimilki serta

pemanfaatannya?

7. Aspek Finansial

a. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan perusahaan?

b. Sumber modalnya berasal dari mana?

c. Berapa biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan?

1) Bangunan pabrik

2) Sewa lahan

3) Berapa harga dari masing-masing sarana transportasi?

a) Motor

b) Mobil

4) Berapa biaya yang dikeluarkan untuk Investasi Kantor?

5) Mesin: Berapa harga dari masing-masing mesin?

Page 100: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

c

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)

a) Mesin expayer

b) Mesin chiller

c) Mesin water chiller

d) Mesin giling kacang

e) Mesin boiler

f) Mesin penyaring

g) Mesin sill

h) Mesin pengupas kacang

i) Mesin vakum

j) Mesin jenset

k) Mesin pompa air

6) Peralatan: Berapa harga dari masing-masing peralatan?

a) Pemasakan stainless steel

b) Bak stainless steel

c) Tabung susu

d) Tahang

e) Cetakan

f) Box culler

g) Countainer

h) Tanggok

i) Kain sutra

j) Pisau

Page 101: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

ci

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)

k) Tatakan stainless steel

l) Atago (alat pengukur susu)

m) Ember perendaman

7) Gaji: Berapa gaji karyawan?

a) Direktur utama

b) Manager Operasional

c) Keuangan

d) Administrasi

e) Bagian umum

f) Distribusi

g) Salesmen

h) Keamanan

i) Kebersihan

d. Berapa biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan?

1) Biaya bahan baku berupa kedelai

2) Bahan penunjang

a) cioko

b) GDL

c) Ningari

d) Garam

e) Antibusa

f) Telur

Page 102: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cii

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)

g) Bumbu

3) Biaya kemasan

a) Kotak tray

b) Tube

c) Plastik

d) Kain belacu

4) Biaya bahan bakar (Solar)

5) Batu es

6) Biaya listrik

7) Biaya telepon

8) Biaya tenaga kerja langsung

9) Biaya transportasi

10) Biaya promosi

11) Biaya lain-lain

e. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan?

Page 103: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

ciii

Lampiran 2. Layout Perusahaan

Page 104: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

civ

Lampiran 3. Proses Produksi Tahu Line

Kedelai

Penjemuran

Perendaman (selama 2-3 jam)

Penggilingan

Pemasakan (100°C selama 15 menit)

Penyaringan (digedog)

Pengukuran kadar (4%)

Pencampuran bahan pembantu

Pencetakan (cetakan kayu)

Pengepresan

Pengemasan (plastik, kain belacu)

Penyimpanan di chiller (suhu 4-6°C)

Page 105: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cv

Lampiran 4. Proses Produksi Tofu Line

Kedelai

Penjemuran

Pengupasan (mesin)

Perendaman (2-3 jam)

Penggilingan

Pemasakan (100°C selama 15 menit)

Penyaringan (mesin)

Pengukuran kadar (12%)

Penyaringan (kain sutra)

Pendinginan

Kotak Tube

Penyaringan (kain sutra) Penyaringan (kain sutra)

Pencampuran bhn pembantu Pencampuran bhn pembantu

Pencetakan (kotak tray) Divakum (tube)

Pemasakan (100-105°C) Pemasakan (80°C)

Pengemasan (sill) Water chiller (2 jam)

Pengemasan (1 bungkus 15 tube)

Penyimpanan di chiller (suhu 4-6°C)

Page 106: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cvi

Lampiran 5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. Tahu Bintaro

Nama Jabatan Jumlah Tingkat Pendidikan

Direktur utama 1 S-2 Manajer operasional 1 S-1 Bagian keuangan 1 S-1 Bagian administrasi 1 SLTA Marketing - - Bagian umum 1 SLTA Kepala produksi - - Supervisor 2 SLTA Salesmen 1 SLTA Distribusi 2 SLTA Keamanan 2 SLTA Kebersihan 1 SD Pelaksana produksi 8 70% SD & SLTP, 30% SLTA

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Page 107: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cvii

Lampiran 6. Volume Penjualan Per Hari dan Harga Produk (Brosur) Natura Tofu

No Jenis Tahu Jumlah (kemasan)

Harga (Rp/kemasan)

1 Natura Kinu Tofu Kotak 448 5000 2 Natura Kinu Egg Tofu 200 4000 3 Natura Kinu Tofu Tube 436 3500 4 Natura Tahu Potong 84 3500 5 Natura Tahu Pong 24 3500 6 Natura Tahu Pong Sumedang 24 4500 7 Natura Tahu Kunyit 24 3500 8 Natura Kinu Tofu Kotak Ningari 192 6000 9 Natura Kinu Tofu Tube Ningari 60 4000 10 Natura Tahu Potong Ningari 336 4200 11 Natura Tahu Pong Ningari 84 4200 12 Natura Tahu Kunyit Ningari 24 4200 13 Natura Tahu Kain (China) Ningari 24 4500 14 Natura Momen Tofu Ningari 56 5500

Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Page 108: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cviii

Lampiran 7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006

Tahun Nilai (%)

2001 2002 2003 2004 2005 2006

17,11 18,03 17,04 14,67 13,87 15,50

Rata-rata 16,04% dibulatkan (16%) Sumber: BPS (diolah)

Page 109: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cix

Lampiran 8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006

Tahun Nilai (%)

2001 2002 2003 2004 2005 2006

12,06 11,41 6,25 6,15 8,80 14,55

Rata-rata 9,87 dibulatkan (10%) Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Page 110: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cx

Lampiran 9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi dan Terendah Rupiah Terhadap Dollar Periode 2001-2006

Tahun Nilai tertinggi Nilai terendah

2001 2002 2003 2004 2005 2006

11.675 10.320 8.908 9.415 9.570 9.410

8.865 8.730 8.279 8.441 9.165 8.915

Rata-rata 9.883 8.733 Selisih nilai tertinggi dan

terendah 1.150

Pendekatan (%) 11,5% dibulatkan (12%) Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Page 111: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cxi

Lampiran 10. Perhitungan BEP Per Bulan

A. Total Biaya Produksi = 90.288.893

B. Total Produksi = a). Tofu Kotak (696 x 12) = 8352

b). Tofu Tube (696 x 12) = 8352

c). Tahu (624 x 24) = 14.976 +

Total Produksi Per Bulan = 31.680

C. Harga Jual = a). X harga jual brosur = 4292,85

b). X harga jual diskon = 3863,57

Rumus: X. n1 + X. n2

n1 + n2

= (4292,85 x 30) + (3863,57 x 70)

30 + 70

= 3.992

BEP Produksi = 90.288.893 = 22.617

3.992

BEP Harga = 90.288.893 = 2.850

31.680

Page 112: (Skr) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

cxii

Lampiran 11. Perhitungan Kombinator

Rumus: C (n,r) = n = n!

r r ! x (n – r)!

Kombinasi dari 4 (a,b,c,d) antara lain:

1. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4 1 1! x (4-1)! 1x(3x2x1)

2. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 6

2 2! x (4-2)! 2x1x(2x1)

3. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4 3 3! x (4-3)! 3x2x1x(1)

4. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 1

4 4! x (4-4)! 4x3x2x1x(0)