Upload
rizki-armelizha
View
266
Download
24
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
1/245
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
2/245
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mita Widyawati
NIM : 083711013
Jurusan/Program Studi : Tadris Kimia
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 31 Mei 2012
Saya yang menyatakan,
Mita Widyawati
NIM: 083711013
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
3/245
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
4/245
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
5/245
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
6/245
ABSTRAK
Judul : Implementasi Experiental Learning untuk Meningkatkan Motivasidan Penguasaan Konsep Kimia pada Materi Asam Basa PesertaDidik Kelas XI IPA MAN Bojonegoro
Penulis : Mita WidyawatiNIM : 083711013
Skripsi ini membahas implementasi experiental learning dalammeningkatkan motivasi dan penguasaan konsep kimia peserta didik pada materiasam basa kelas XI IPA di MAN 2 Bojonegoro. Penelitian ini merupakan jenispenelitian tindakan kelas yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1)Apakah penerapan e xperiental learning dapat meningkatkan motivasi pesertadidik pada materi asam basa kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro? (2) Apakahpenerapan e xperiental learning dapat meningkatkan penguasaan konsep kimiapada peserta didik materi asam basa kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro? Penelitianini dilaksanakan sebanyak dua siklus dan melibatkan 44 orang peserta didik kelasXI IPA 2 MAN 2 Bojonegoro tahun ajaran 2011/2012. Data penelitiandikumpulkan dengan tes penguasaan konsep, pedoman observasi dan angketmotivasi peserta didik. Data yang diperoleh dianalisis secara analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata hasiltes penguasaan konsep peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan rata-ratates penguasaan konsep pada aspek kognitif dari 51,36 pada pra siklus menjadi76,95 pada siklus I. Sedangkan pada siklus II rata-rata penguasaan konsep kimiapeserta didik sebesar 83,13 meningkat menjadi 86,52 pada saat posttest.. Padaaspek afektif terdapat peningkatan dari 58,41 dengan kategori cukup pada siklus Imenjadi 70,06 pada siklus II dengan kategori baik. Pada aspek psikomotorikditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata dari 58,02 pada siklus I menjadi65,93 pada siklus II dengan kategori cukup.
Berdasarkan data angket motivasi peserta didik menunjukkan bahwamotivasi peserta didik selalu mengalami peningkatan tiap siklusnya. Presentasepada kategori attention meningkat dari 65,28% pada siklus I menjadi 75,79%pada siklus II. Pada kategori relevantion meningkat dari 65,91% pada siklus Imenjadi 72,35% pada siklus II, untuk kategori confidence meningkat dari 54,89%pada siklus I menjadi 70,91% pada siklus II dan pada kategori satisfaction terjadipeningkatan dari 70,00% pada siklus I menjadi 79,03% pada siklus II. Pada siklus
I jumlah skor yang diperoleh peserta didik 4217 dengan rata-rata 63,89.Sedangkan jumlah skor angket motivasi peserta didik pada siklus II sebesar 49,28dengan rata-rata 74,67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaranexperiental learning dapat meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep kimiapeserta didik pada materi asam basa kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
7/245
KATA PENGANTAR
É Ο ó¡ Î 0«! $#Ç ≈ u Η ÷ q § 9 $#É ΟŠ Ï m§ 9 $#Puji syukur Alhamdulillah atas segala nikmat, rahmat dan hidayah Allah
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Implementasi
Experiental Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Penguasaan Konsep
Kimia pada Materi Asam Basa Peserta Didik Kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro ”,
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
yang telah meluruskan umat manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT,
beserta keluarga, sahabat dan para pengikut Rasulullah, semoga kita sebagai
umatnya dapat meneladani dan melanjutkan perjuangan beliau.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan izin penelitian dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Atik Rahmawati, S.Pd.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan
Kimia IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan arahan, motivasidan bantuannya dalam menyusun skripsi ini.
3. Ismail, M.Ag, dan Ratih Rizqi Nirwana, S.Si. M.Pd selaku dosen pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, khususnya segenap dosen Kimia yang selalu memberikan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama menimba ilmu di IAIN WalisongoSemarang.
5. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan baik di Institut maupun di Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan pelayanan
kepustakaan yang diperlukan penulis untuk menyusun skripsi ini.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
8/245
6. H. Mokh. Mas Ulin, Mpd,I selaku Kepala Sekolah MAN 2 Bojonegoro dan
seluruh guru, karyawan beserta stafnya, yang telah memberikan izin dan
membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Maskur, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Kimia MAN 2 Bojonegoro, terima
kasih atas bantuan, arahan dan bimbingannya selama melaksanakan penelitian.
8. Ummi Prehati dan Abi Syafi’i yang senantiasa membasahi bibirnya dengan
untaian doa untukku, mendidik, bekerja keras untuk pendidikanku. Semoga
Allah membalas surga untukmu
9. Keluarga besar Matsair, kakakku Hanik Budiarti, Mas Suharno, Adek
Zumrotun Nisa dalam memberikan do’a dan semangat baik moral, material
maupun spiritual.
10. Para musyrifah dan teman-teman Uyyunul Ummah yang selalu memberikan
motivasi dan dukungannya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
membutuhkan penyempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun. Semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, 31 Mei 2012
Penulis,
Mita WidyawatiNIM. 083711013
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
9/245
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................;;;;;.............................. 1
B. Rumusan Masalah .................................;;;;;......................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................;;;;;................... 5
D. Manfaat Penelitian ...........................................;;;;;.............. 6
BAB II : LANDASAN TEORI ............................................................... 7
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 7B. Kerangka Teoritik ................................................................ 8
C. Hipotesis Tindakan ............................................................... 31
BAB III : METODE PENELITIAN ......................................................... 32
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 32
C.
Variabel Penelitian ............................................................... 33D. Subyek Penelitian ................................................................. 33
E. Rancangan Penelitian ........................................................... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................ 38
H. Indikator Pencapaian ............................................................ 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 42
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
10/245
A. Hasil Penelitian ................................................................... 42
B. Pembahasan ......................................................................... 51
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 61
BAB V : PENUTUP ................................................................................ 62
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
B. Saran .................................................................................... 63
C. Penutup ............................................................................... 63
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
11/245
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Experiental Learning Cycle, 19
Gambar 2.2 Contoh Asam Basa Menurut Bronsted Lowry, 23
Gambar 2.3 Contoh Asam Basa Lewis, 24
Gambar 2.4 Kertas Lakmus Merah dan Biru, 26
Gambar 2.5 Perubahan Warna Kertas Lakmus dalam Larutan Asam dan
Basa,26
Gambar 2.6 Macam-Macam Indikator Alami, 26
Gambar 2.7 Indikator Universal dalam Bentuk Kertas dan Larutan, 28
Gambar 2.8 pH meter, 29
Gambar 2.9 Daerah pH dan Perubahan Warna untuk Beberapa Indikator pH, 29
Gambar 2.10 Skala pH yang Menunjukkan Tingkat Keasaman dan Kebasaan, 30
Gambar 4.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas, 43
Gambar 4.2 Grafik Penguasaan Konsep Kimia Peserta Didik, 57
Gambar 4.3 Perbandingan Ketuntasan Belajar Peserta Didik, 58
Gambar 4.4 Perbandingan Presentase Tiap Indikator Angket Motivasi PesertaDidik Siklus I dan Siklus II, 59
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
12/245
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Experiental Learning dengan Pembelajaran
Tradisional,17
Tabel 2.2 Kemampuan Peserta Didik dalam Proses Belajar Experiental
Learning Theory, 21
Tabel 2.3 Contoh Senyawa Asam Basa Menurut Arrhenius dan Reaksi
Ionisasinya, 22
Tabel 2.4 Beberapa Larutan Indikator Asam Basa, 27
Tabel 3.1 Skala Penilaian Angket Motivasi Peserta Didik, 40Tabel 4.1 Uraian Pokok Materi Tiap Pertemuan, 44
Tabel 4.2 Data Hasil Tes Penguasaan Konsep Peserta Didik ( Pretest ), 45
Tabel 4.3 Data hasil Tes Penguasaan Konsep Kimia Peserta Didik Siklus I,
45
Tabel 4.4 Data hasil Tes Penguasaan Konsep Kimia Peserta Didik Siklus II,
46
Tabel 4.5 Data Hasil Tes Penguasaan Konsep Peserta Didik ( Posttest ), 46Tabel 4.6 Presentase Ketuntasan Penguasaan Konsep Kimia Peserta Didik
Sebelum dan Setelah diterapkan Experiental Learning, 47
Tabel 4.7 Persentase Tiap Indikator Angket Motivasi Peserta Didik Siklus I,
48
Tabel 4.8 Persentase Tiap Indikator Angket Motivasi Peserta Didik Siklus II,
49
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Aspek Afektif dan Psikomotorik Siklus I, 50
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Aspek Afektif dan Psikomotorik Siklus II, 50
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
13/245
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Subyek Penelitian
Lampiran 2 Daftar Nama Kelompok Peserta Didik Siklus I
Lampiran 3 Daftar Nama Kelompok Peserta Didik Siklus II
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 6 Soal-Soal Pretest (Tes Awal)
Lampiran 7 Kunci Jawaban Pretest (Tes Awal)
Lampiran 8 Soal-Soal Posttest (Tes Akhir)Lampiran 9 Kunci Jawaban Posttest (Tes Akhir)
Lampiran 10 Daftar Nilai Pretest (Tes Awal) Peserta Didik
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Pretest Peserta Didik
Lampiran 12 Daftar Nilai Posttest (Tes Akhir) Peserta Didik
Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Posttest Peserta Didik
Lampiran 14 Lembar Kegiatan Peserta Didik Siklus I
Lampiran 15 Kunci Lembar Kegiatan Peserta Didik Siklus ILampiran 16 Lembar Kegiatan Peserta Didik Siklus II
Lampiran 17 Kunci Lembar Kegiatan Peserta Didik Siklus II
Lampiran 18 Kisi-Kisi Soal Instrumen Siklus I
Lampiran 19 Instrumen Tes Siklus I
Lampiran 20 Kunci Jawaban Instrumen Siklus I
Lampiran 21 Kriteria Penskoran Instrumen Siklus I
Lampiran 22 Kisi-Kisi Soal Instrumen Siklus II
Lampiran 23 Instrumen Tes Siklus II
Lampiran 24 Kunci Jawaban Instrumen Siklus II
Lampiran 25 Kriteria Penskoran Instrumen Siklus II
Lampiran 26 Rekapitulasi Hasil Tes Penguasaan Konsep Peserta Didik Siklus I
Lampiran 27 Rekapitulasi Hasil Tes Penguasaan Konsep Peserta Didik Siklus II
Lampiran 28 Kriteria Penilaian Aspek Afektif Peserta Didik
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
14/245
Lampiran 29 Kriteria Penilaian Aspek Psikomotorik Peserta Didik
Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Afektif dan Psikomotorik Observer 1
Siklus I
Lampiran 31 Lembar Observasi Aktivitas Afektif dan Psikomotorik Observer 1
Siklus II
Lampiran 32 Lembar Observasi Aktivitas Afektif dan Psikomotorik Observer 2
Siklus I
Lampiran 33 Lembar Observasi Aktivitas Afektif dan Psikomotorik Observer 2
Siklus II
Lampiran 34 Rekapitulasi Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Afektif Peserta
Didik
Lampiran 35 Rekapitulasi Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Psikomotorik
Peserta Didik
Lampiran 36 Data Hasil Tes Penguasaan Konsep Kimia Peserta Didik Sebelum
dan Sesudah diterapkan Pembelajaran Experiental
Lampiran 37 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Peserta Didik
Lampiran 38 Angket Tanggapan Peserta Didik
Lampiran 39 Perhitungan Angket Tanggapan Peserta Didik Siklus ILampiran 40 Perhitungan Angket Tanggapan Peserta Didik Siklus II
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
15/245
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan objek luas yang mencakup seluruh
pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup (long life
education), yang dialami oleh semua orang tanpa mengenal batas usia. Dari
konsep pendidikan seumur hidup ini dirumuskan asas bahwa proses pendidikan
berlangsung secara kontinu dari bayi sampai meninggal dunia. Sebagaimana
dalam konsep Islam yang menganjurkan umatnya untuk belajar mulai dari buaian
sampai ke liang lahat.
Menurut John Dewey “Education is a continued process of experiencing
of revising or reorganizing experiences. He interprets education as follows; since
life mean growth, a living creature lives as trully and positively at on stage as at
another; with the same intrinsic fullness and the same absolute claims. Hance
education means the enterprile of suplying the conditions which insure growth, or
edequacy of life prespective of age. The process of education is a continues
process of adjustment, having as its aim at every stage an added capacity
growth”. Pendidikan adalah suatu proses pengalaman yang terus-menerus,
termasuk perbaikan dan pengayaan penyusunan kembali pengalaman. Dewey
menafsirkan kehidupan sebagai pola proses pertumbuhan, sehingga pendidikan
membantu pertumbuhan atau kehidupan yang tepat tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pendidikan adalah suatu proses penyesuaian yang terus menerus pada
setiap fase yang dapat menambah kecakapan didalam pertumbuhan seseorang. 1
John Dewey dalam konsepsi tentang pendidikan menekankan pada
perbuatan dan pengalaman. Learning by doing, experiencing and under going.
Hal ini berarti bahwa kegiatan proses pendidikan akan berjalan baik dalam
1A. Muri Yusuf , Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 23-24.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
16/245
2
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan jika peserta didik sebagai
subjek berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu dalam
melaksanakan tugasnya secara operasional, pendidik harus mengoptimalkan
perannya sebagai pengarah, penggerak, informator, organisator, motivator,
sekaligus bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. 2
Proses pembelajaran di sekolah tidak akan terlepas dari peranan guru
sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Seorang guru dituntut untuk
menampilkan keahliannya dalam menyampaikan pelajaran dengan efektif dan
efisien di depan kelas. Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru
selayaknya memandang peserta didiknya sebagai manusia yang memiliki potensi
dalam dirinya yang dapat dikembangkan. Sehingga proses belajar mengajar tidak
hanya berfungsi sebagai proses pentransferan pengalaman guru terhadap peserta
didiknya, akan tetapi merupakan proses bagi peserta didik untuk menggali dan
menemukan sesuatu sebagai pengalaman baru baginya. Dengan kata lain, proses
belajar mengajar lebih memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih
aktif dalam belajar. Hal ini karena tujuan akhir dari proses belajar dan mengajar
adalah peserta didik memiliki keterampilan transfer of learning , sehingga
diharapkan mereka dapat mentransfer pengetahuan yang mereka dapatkan kesituasi nyata dalam kegiatan sehari-hari. 3
Keterampilan transfer of learning sangat penting dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran. Pasalnya, dengan keterampilan ini individu mampu
mengontrol pengetahuan yang diperoleh untuk diaplikasikan dalam masalah baru
dan situasi nyata yang sedang dihadapinya. Belajar bukanlah sekedar
pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi
dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada.Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketiga elemen tersebut merupakan sebuah sistem dalam proses belajar yang saling
2Sardiman, A.M ., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press,2010), hlm. 161.
3Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran , (Jogjakarta : Ar-RuzzMedia, 2010), hal 164.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
17/245
3
berkaitan satu sama lain, teratur, dan sederhana. Mengubah salah satu dari ketiga
elemen tersebut menyebabkan hasil belajar tidak efektif. Oleh karena itu, dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, guru harus memberikan ruang bagi peserta didik
untuk berkreatifitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran.
Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam
setiap pembelajaran, sebagian besar guru masih kurang memperhatikan
keterlibatan peserta didik. Hal ini terlihat pada proses belajar mengajar yang
masih menggunakan informasi verbal dengan metode ceramah di depan kelas.
Peserta didik hanya mencatat teori-teori yang diajarkan tanpa dikaitkan dengan
pengalaman yang dialaminya sehari-hari. Cara penyampaian materi yang terlalu
cepat pun terkadang membuat peserta didik tidak dapat memahami konsep yang
sedang dipelajarinya. Pola kegiatan belajar mengajar yang bersifat konvensional
inilah yang menjadikan pembelajaran kimia kurang menarik bagi peserta didik.
Tidak dapat dipastikan peserta didik yang diam dan duduk rapi selalu
memperhatikan penjelasan dari guru. Bisa saja mereka diam karena takut ditanya
dan ditunjuk untuk mengerjakan soal atau diam karena bingung dengan materi
yang disampaikan dan tidak berani untuk mengungkapkan pertanyaannya. Hal
inilah yang dialami oleh peserta didik kelas XI IPA yang terdapat di MAN 2Bojonegoro, khususnya kelas XI IPA 2. Terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapi peserta didik di kelas tersebut diantaranya: pemahaman peserta didik
terhadap konsep pembelajaran kimia masih lamban, daya serap terhadap materi
yang dipelajari masih kurang. Melalui informasi dari Bapak Maskur S.Pd selaku
guru Kimia kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro, diketahui banyak peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep asam basa apalagi dalam
perhitungan penentuan pH larutan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajarpeserta didik yang cukup rendah, sehingga setiap kali diadakan ulangan, sebagian
besar peserta didik melakukan remidial. Selain itu terdapat anggapan sulit dari
peserta didik terhadap pelajaran kimia itu sendiri, rumus-rumus yang terlalu
banyak menjadikan peserta didik kurang tepat mengaplikasikannya dalam soal.
Peserta didik juga tidak pernah dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi langsung
dengan objek konkrit seperti dalam kegiatan praktikum. Sehingga kurang
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
18/245
4
memahami materi yang diajarkan. Peserta didik cenderung pasif di dalam kelas
dan hanya beberapa saja yang cukup aktif. Hal ini mengakibatkan motivasi dalam
belajar kimia pun berkurang.
Untuk menimbulkan motivasi peserta didik, konsep kimia harus diajarkan
melalui berbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang dapat mencapai
tujuan pembelajaran kimia, yaitu peserta didik mampu memahami konsep-konsep
kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pengetahuan (aspek kognitif), keterampilan (aspek
psikomotorik), dan sikap nilai (aspek afektif) peserta didik diharapkan dapat
berkembang dengan baik dan seimbang.
Dalam pembelajaran kimia, sering ditemukan adanya kesalahan-kesalahan
pada suatu konsep. Padahal tujuan pembelajaran IPA adalah penguasaan konsep.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah tidak cukup hanya mengetengahkan
fakta-fakta atau konsep saja, tatapi dibutuhkan pengalaman-pengalaman kepada
peserta didik dalam memahami bagaimana fakta atau konsep tersebut diperoleh.
Kemampuan memahami konsep kimia merupakan salah satu kemampuan yang
penting dan harus dimiliki peserta didik, karena pemahaman konsep dalam kimia
merupakan hal yang paling dasar dalam memahami kimia.Sehubungan dengan fakta-fakta diatas, maka dipandang perlu untuk
menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam
pembelajarannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan model experiental learning Kolb . Model ini terdiri dari empat
tahapan: pertama, tahap pengalaman konkrit ( concrete experience ), tahap kedua
pengamatan reflektif ( reflective observation ), ketiga, konsepsi abstrak ( abstract
conceptualization ) dan diselesaikan melalui percobaan aktif ( activeexperimentation) .
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan tentunya dibutuhkan
pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Pengalaman ini dapat membantu peserta didik dalam
mengkonstruksi sendiri pengetahuan tentang konsep. Sehingga model ini cocok
diterapkan pada materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
19/245
5
konsep yang terdapat dalam materi ajar kimia di SMA/MA yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari adalah konsep asam basa, sehingga banyak
pengalaman yang didapatkan oleh peserta didik sebelum pembelajaran
dilaksanakan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik
mengadakan penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI EXPERIENTAL
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PENGUASAAN
KONSEP KIMIA PADA MATERI ASAM BASA PESERTA DIDIK KELAS
XI IPA MAN 2 BOJONEGORO” .
B. Rumusan MasalahDari pernyataan dalam latar belakang masalah diatas, maka diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan e xperiental learning dapat meningkatkan motivasi peserta
didik pada materi asam basa kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro?
2. Apakah penerapan e xperiental learning dapat meningkatkan penguasaan
konsep kimia pada peserta didik materi asam basa kelas XI IPA MAN 2
Bojonegoro?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah dengan diterapkannya experiental learning dapat
meningkatan motivasi peserta didik pada materi asam basa kelas XI IPA
MAN 2 Bojonegoro
2. Untuk meningkatkan penguasaan konsep kimia pada peserta didik dalammemahami materi asam basa melalui e xperiental learning.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
20/245
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai praktik pembelajaran
experiental secara riil di sekolah.
2. Bagi Peserta didik
Membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran kimia dengan
mudah dan memberi motivasi dalam belajar sehingga lebih menyenangkan
karena peserta didik terlibat langsung didalamnya.
3. Bagi Guru
Memberi gambaran bagi guru bidang studi kimia mengenai model experiental
learning dalam meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep kimia pada
peserta didik.
4. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran yang lebih efektif.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
21/245
7
BAB II
IMPLEMENTASI EXPERIENTAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KIMIA
PESERTA DIDIK PADA MATERI ASAM BASA
A. Kajian Pustaka
Dalam hal ini penulis mengambil berbagai sumber sebagai rujukan
perbandingan diantaranya yaitu:
1. Skripsi: Andi Rahman, NIM 0605670, jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul:
“Penerapan Model Pembelajaran Experiental Learning dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Deduktif Siswa SMA (Suatu Penelitian
Experimen Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandung)’’.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
yang terdiri dari beberapa tahap : tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan
refleksi. Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran experiental learning pada pokok bahasan Logika Matematikadapat meningkatkan kemampuan penalaran deduktif siswa.
2. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, oleh I.R.S Munif dan Mosik, Vol. 4 No.1
2009, Jurusan Fisika FMIPA UNNES yang berjudul:
“Penerapan Metode Experiental Learning pada Pembelajaran IPA untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
empat siklus. Teknik pengumpulan datanya berupa tes, angket dan lembarobservasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode experiental
learning dalam proses pembelajaran sains IPA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SD. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata
dan ketuntasan belajar siswa tiap siklusnya, yaitu 6,43 pada siklus I, 6,10 pada
siklus II, 6,83 pada siklus III dan peningkatan sebesar 7,30 pada siklus IV.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
22/245
8
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada
penelitian ini materi dalam konsep kimia yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari dirancang untuk meningkatan motivasi dan keaktifan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dengan motivasi yang tinggi peserta didik
akan mudah memahami konsep yang diajarkan secara lebih mendalam dan
mampu menghubungkan konsep tersebut dengan pengalaman yang dialaminya
sehari-hari. Terkadang prestasi belajar yang baik tidak menjamin peserta didik
mampu memahami konsep dan aplikasinya dalam kehidupan. Untuk itu indikator
penguasaan konsep ini dihubungkan dengan kemampuan berpikir dalam domain
kognitif Bloom yang terdiri dari enam dimensi proses kognitif. Keenam dimensi
tersebut adalah C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasikan, C4
menganalisis, C5 mengevaluasi dan C6 mencipta. Melalui experiental learning
inilah peserta didik memiliki kesempatan melakukan pengamatan dari
pengalaman yang dihasilkannya dan menghubungkan dengan konsep yang sudah
ada sehingga memudahkan peserta didik dalam mengabstraksi konsep tersebut
menuju pemahaman konsep yang lebih bermakna.
B. Kerangka Teoritik1. Hakikat belajar dan pembelajaran kimia
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan perilaku
individu berdasarkan praktik atau pengalaman baru, perubahan perilaku yang
terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang
dapat terjadi dengan sendirinya, namun yang dimaksud perubahan perilaku disini
adalah perubahan yang dilakukan secara sadar melalui reaksi dari situasi yang
dihadapi.4
Menurut Habermas, proses belajar akan terjadi apabila terjadi interaksiantara individu dengan lingkungannya. Seorang tokoh Humanis, Kolb
mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi dan pengalaman. Pengetahuan ini merupakan hasil perpaduan antara
4 Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru) , (Ciputat: Gaung Persada Indah,2009), hlm. 103.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
23/245
9
memahami dan mentransformasi pengalaman. 5 Definisi lain dikemukakan oleh
James O. Wittaker, belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan dan pengalaman 6. Dengan demikian belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sesesorang yang
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat
tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak
didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila
hanya fisik anak saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan basar tujuan pembelajaran tidak tercapai. 7
Dalam pandangan humanistik, tujuan pembelajaran dianggap berhasil jika
peserta didik mampu memahami diri dan lingkungannya. Peserta didik dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun dirinya mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. 8 Peserta didik berperan sebagai pelaku
utama (student centered) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Dengan peran tersebut, diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan diatas, belajar (learning)merupakan proses perbaikan individu berdasarkan pelatihan dan pengalaman baru
yang dilakukan secara sadar dan terus menerus (continous improvement). Menurut
UNESCO terdapat empat pilar belajar, yaitu: 9
5 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-RuzzMedia Group, 2010), hlm. 165.
6 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm 104.7 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),
hlm.38.8 Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajawali Press, 2009), hlm. 57.9 Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press,
2009), hlm. 104-105.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
24/245
10
a. Learning to know , belajar untuk mengetahui
Belajar mengetahui berhubungan dengan perolehan, penguasaan, dan
pemanfaatan pengetahuan. Dengan learning to know , kemampuan menangkap
peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah diharapkan bisa berkembang
tidak hanya melalui logika empirisme semata, tetapi juga transendental yaitu
kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai spiritual.
b. Learning to do , belajar untuk aktif
Prinsip belajar learning to do adalah “live long educational” kegiatan belajar
sepanjang hidup. Peserta didik akan terus belajar bagaimana memperbaiki dan
menumbuhkembangkan kerja dan mengembangkan teori atau konsep
intelektualitasnya.
c. Learning to be, belajar untuk menjadi
Manusia dan seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan
seimbang, baik aspek spiritual, emosi, sosial, fisik maupun moral. 10 Untuk itu
yang dimakhsud kegiatan belajar disini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan agar dapat berkembang secara menyeluruh dan utuh serta
menjadi menusia yang unggul.
d. Learning to live together, belajar untuk bersama-samaPilar ini menuntut seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi
educated person yang bermanfaat baik bagi diri, masyarakat maupun seluruh
umat manusia. 11
Istilah belajar berhubungan erat dengan pembelajaran. Pembelajaran
merupakan proses untuk menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa. 12
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam
diri peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA, Ilmu PengetahuanAlam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara
10 Nana Syaodih Sukmadinata , Landasan Psikologi Proses Pendidikan , (Bandung: RemajaRosdakarya, 2009), hlm. 203.
11 Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan , (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.78.
12 Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM,(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 144.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
25/245
11
sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Collete dan Chiappetta (1994)
dalam Pujianto & Purwaningsih (2009) menyatakan bahwa pada hakekatnya IPA
(Sains) merupakan pengumpulan pengetahuan (a body of knowledge) , cara atau
jalan berfikir (a way of thinking), dan cara untuk penyelidikan (a way to
investigating) .13 Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Di dalam Alqur’an banyak terdapat ayat yang memerintahkan manusia
untuk selalu belajar dengan melakukan observasi (pengamatan) terhadap berbagai
objek, pengalaman praktis dalam kehidupan dan interaksi dengan alam sekitarnya
serta memikirkan ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta, diantaranya dalamAlqur’an surat Al-Ghasyiyah [88] : 17-20 sebagai berikut:
Ÿξ s ùr &t βρã Ýà Ψ t ƒ’ n < Î)È≅ Î/M} $#y # ø‹ Ÿ2ô M s ) Î= ä z∩⊇∠∪ ’ n < Î)u ρÏ™ !$ u Κ ¡¡ 9 $#y # ø‹ Ÿ2ô M y è Ïùâ ‘∩⊇∇∪ ’ n < Î)u ρÉΑ$ t 6 Åg ø : $#y # ø‹ x . ô M t 6 ÅÁ çΡ∩⊇®∪ ’ n < Î)u ρÇ Úö ‘F{ $#y # ø‹ x .
ô M y s ÏÜ ß™∩⊄⊃∪
13 Sri Wahyuni, “Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa MelaluiPembelajaran IPA Berbasis Problem Based Learning ”, Makalah Program Studi PendidikanKimia PMIPA FKIP-UT , dalam http://www.pdf-archive.com/ /40-sri-wahyuni.pdf, diakses 05Desember 2011.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
26/245
12
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?(17),dan langit, bagaimana ia ditinggikan?(18), dan gunung-gunung bagaimana iaditegakkan?(19), dan bumi bagaimana ia dihamparkan?(20), Q.S. al-Ghasyiyah/88:17-20) 14
Berdasarkan ayat di atas, terdapat tuntutan untuk melakukan pengamatan
dan pemahaman terhadap hal-hal yang terdapat di lingkungan sekitar. lingkungan
merupakan sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dan
motivator dalam meningkatkan pemahaman peserta didik. IPA mempelajari
sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Kimia merupakan ilmu yang
termasuk rumpun IPA, oleh karena itu kimia mempunyai karakteristik IPA.
Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan
selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran
kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran.
2. Pengertian Motivasi dan Penguasaan Konsep
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi belajar adalah keseluruhan dan daya penggerak dalam diri peserta didik
yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran. 15
14 Fadhil Abdurrahman bilfadhli, dkk, Alqur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. SyamilCipta Madya, 2005), hlm. 592.
15 Sardiman, Interaksi Motivasi dan Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010),hlm. 102.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
27/245
13
Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno diklasifikasikan sebagai
berikut: 16
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik belajar lebih baik
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan, dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar. 17 Seseorang yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki tingkat penguasaan konsep
yang cukup baik. Hal ini disebabkan motivasi ibarat bahan bakar yang dapat
menggerakkan mesin. Motivasi yang baik dan memadai dapat mendorong peserta
didik menjadi lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan prestasi belajar di kelas.
Banyak strategi yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajarpeserta didik seperti yang dinyatakan oleh Aan Baidillah Halian berupa strategi
pengelolaan motivasi yang disebut ARCS, strategi ini dikembangkan oleh Keller
(1983) yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence
(keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan).
a. Attention (perhatian) artinya peserta didik yang mau belajar harus memiliki
atensi atau perhatian pada materi yang akan dipelajari. Perhatian peserta didik
dapat bangkit antara lain karena dorongan ingin tahu. Oleh sebab itu, rasaingin tahu peserta didik perlu dirangsang melalui cara-cara baru dan unik.
16 Agus Suprijono , Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010),hlm. 163.
17 Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kela IV SDN Tarumanegara,Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya), Jurnal Penelitian Pendidikan, (Vol. 12, No. 1, April2011), hlm. 92.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
28/245
14
Seperti metode diskusi, bermain peran, simulasi, demonstrasi, dan sebagainya.
Bisa juga dengan media film, tape, video, tranparansi, dan lainya.
b. Relevance (kegunaan) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila peserta didik
merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memunyai manfaat langsung secara
pribadi. Strategi untuk menunjukkan relevansi di antaranya; memberikan
contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta
didik atau profesi tertentu; menyampaikan kepada peserta didik apa yang
dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran;
menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan; atau sikap serta nilai yang
akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam
kehidupan.
c. Confidence (kepercayaan diri) artinya belajar secara aktif, perlu dihilangkan
kekhawatiran dan rasa ketidakmampuan dalam diri peserta didik. Peserta didik
perlu percaya bahwa ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari sesuatu.
Strateginya antara lain: menyusun pembelajaran ke bagian-bagian yang lebih
kecil sehingga peserta didik tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak
konsep baru sekaligus.
d. Satisfaction (kepuasan) artinya bahwa motivasi belajar baru mampumenghasilkan rasa puas untuk mendorong tumbuhnya keinginan untuk tetap
belajar. Dengan demikian, peserta didik akan termotivasi mencapai tujuan
yang serupa. Demi meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, guru
dapat memberikan reinforcement (penguatan) berupa pujian, pemberian,
kesempatan, atau bahkan pemberian hadiah. 18
Dengan menerapkan dan mengembangkan motivasi belajar model ARCS
tersebut diharapkan guru mampu menyusun rencana pembelajaran yang dapatmenumbuhkan, mengembangkan serta menjaga motivasi peserta didik. Pada
akhirnya dapat mencapai hasil yang optimal, efektif sesuai dengan apa yang telah
di tetapkan. Pada hakikatnya motivasi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
18 Aan Baidillah Halian, Menerapkan Strategi ARCS untuk Motivasi Belajar Siswa , dalamhttp://udugudug.wordpress.com, diakses 21 Maret 2012
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
29/245
15
a. Mendorong manusia untuk berbuat, dalam hal ini sebagai motor penggerak
dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan masalahnya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 19
Disamping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik
sehingga membantu memudahkan peserta didik dalam menguasai materi atau
memahami konsep yang sedang dipelajarinya.
Penguasaan adalah pemahaman dan kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan dan kepandaian untuk memecahkan masalah atau persoalan. 20
Konsep adalah satuan arti yang mewakili objek yang mempunyai ciri-ciri
umum 21. Sedangkan menurut Sagala, konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehinggamelahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Hal serupa
diungkapkan oleh Dahar, yang menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi
yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,
hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. 22 Untuk mempelajari
konsep, peserta didik harus mengalami berbagai situasi tetentu yaitu dengan
Sardiman, Interaksi Motivasi dan Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010),hlm. 85.
20 Arif Widayat, Analisis Tingkat Penguasaan Konsep Besaran dan Satuan MahasiswaProgram Studi Pendidikan Fisika FMIPA UNNES Semester 1 Tahun Akademik 2005/2006 ,(Semarang: UNNES, 2006), hlm. 11.
21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar , (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 30.22 I Wayan Wirya , dkk, Studi Penguasaan Konsep Larutan Penyangga Menggunakan
Pendekatan Konstruktivisme dengan Metode Bervariasi Siswa SMAN 1 Natar Tahun Pelajaran2006/2007, Laporan Penelitian , (Lampung: Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Lampung, 2007)
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
30/245
16
mengalaminya sendiri sehingga peserta didik dapat menguasai konsep tersebut. 23
Jadi penguasaan konsep merupakan kemampuan peserta didik dalam memahami
konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran, kemampuan dalam memahami
makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun dalam penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Penguasaan konsep dalam pembelajaran dapat diketahui melalui hasil
belajar yang diperoleh peserta didik. Menurut Bloom, secara garis besar hasil
belajar terbagi kedalam tiga ranah yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.
Adapun ranah kognitif menurut Bloom terbagi menjadi 6 jenjang yaitu C1
mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasikan, C4 menganalisis, C5
mengevaluasi dan C6 mencipta. 24 Oleh karena itu berdasarkan penjelasan tersebut
maka penguasaan konsep peserta didik dapat dinilai dengan melihat hasil belajar
pada ranah kognitif.
3. Pembelajaran Experiental Learning
a. Pengertian Pembelajaran Experiental Learning
Experiental learning theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model
pembelajaran experiental learning dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal
1980-an. Metode ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistikdalam proses belajar. Dalam experiental learning , pengalaman mempunyai peran
sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teori-
teori lainnya. Istilah “ experiental” disini untuk membedakan antara teori belajar
kognitif yang cenderung menekankan kondisi lebih daripada afektif, dan teori
belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses
belajar.
Teori ini mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuandiciptakan melalui transformasi pengalaman ( experience ). Pengetahuan
merupakan hasil dari memahami dan mentransformasi pengalaman. Tujuan dari
23 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: RinekaCipta, 2006), hlm. 16.
24 Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi , (Jakarta:Pakar Raya, 2004), hlm. 59-60.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
31/245
17
model ini adalah untuk mempengaruhi peserta didik dengan tiga cara, yaitu
mengubah struktur kognitif peserta didik, mengubah sikap peserta didik, dan
memperluas keterampilan-keterampilan peserta didik yang ada.
Experiental learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri
peserta didik untuk berhasil dalam belajarnya. Motivasi ini didasarkan pada tujuan
yang ingin dicapai dan metode belajar yang dipilih. Keinginan untuk berhasil
tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab peserta didik terhadap perilaku
belajarnya dan mereka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut. Model
experiental learning memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengalami keberhasilan dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk
memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-
keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka
membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda
dengan pendekatan belajar tradisional dimana peserta didik menjadi pendengar
pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta
didik. 25 Perbedaan ini ditunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini;
Tabel 2.1. Perbedaan Experiental Learning dengan PembelajaranTradisional
Experiental learning Pembelajaran tradisional
Aktif Pasif
Partisipatif, berbagai arah Otokratis, satu arah
Dinamis, belajar dengan melakukan Terstruktur, belajar dengan mendengar
Bersifat terbuka Cakupan terbatas dengan sesuatu yang
baku
Mendorong untuk menemukan sesuatu Terfokus pada tujuan belajar yangkhusus
Bersandar pada penemuan individu Bersandar pada keahlian mengajar
25 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-RuzzMedia Group, 2010), hlm. 164-166.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
32/245
18
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas, e xperiential learning tidak hanya
memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja, namun juga memberikan
pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-
penugasan nyata. Selanjutnya, model ini akan mengakomodasi dan memberikan
proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang
seharusnya dilakukan. Dalam hal ini experiental learning menggunakan
katalisator untuk membantu peserta didik mengembangkan kapasitas dan
kemampuannya dalam proses pembelajaran. 26
b. Kelebihan dan Kekurangan Experiental Learning
Apabila experiential learning dilakukan dengan baik dan benar, maka ada
beberapa keuntungan yang akan didapat, antara lain:
1) Meningkatkan semangat dan gairah pembelajar,
2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif,
3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
4) Mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,
5) Menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,
6) Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan
7) Memperkuat kesadaran diri.Adapun kelemahan dari experiential learning ini adalah alokasi waktu
untuk pembelajaran yang membutuhkan waktu relatif lama 27
c. Tahapan Pembelajaran Experiental Learning
Pembelajaran e xperiental learning Kolb berlangsung melalui 4 tahap:
1) Individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit.
2) Ia mengembangkan observasinya dan memikirkan atau merefleksikannya
3) Dari itu dibentuknya generalisasi dan abstraksi.
26 Andi Rahman, Penerapan Learning Cycle sebagai Upaya Meningkatkan KeterampilanGenerik Sains Inferensia Logika Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar, Skripsi (Bandung: Pendidikan Matematika Fakultas FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2010),hlm. 24.
27 I.R.S. Munif, “Penerapan Metode Experiental Learning Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Fisika, (vol. V, Juli/2009),hlm. 80.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
33/245
19
4) Implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikannya sebagai
pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru. 28
Keempat tahap tersebut oleh David Kolb digambarkan dalam bentuk lingkaran
seperti pada Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1. Experiental Learning Cycle
Dari Gambar 2.1 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Tahap pengalaman konkrit (concrete)
Pada tahap ini peserta didik belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari
suatu peristiwa. Peserta didik hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa
adanya dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana dan
mengapa peristiwa itu terjadi. Inilah yang terjadi pada tahap pertama prosesbelajar.
b) Tahap pengamatan aktif dan reflektif (observation and reflection)
Pada tahap ini belajar harus memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik
melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal ini
dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dalam
dunia sekitarnya. Peserta didik melakukan refleksi dengan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi.
c) Tahap konseptualisasi (forming abstract concept)
Setelah peserta didik diberi kebebasan melakukan pengamatan, selanjutnya
diberi kebebasan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil
pengamatannya. Artinya peserta didik berupaya membuat abstraksi,
28 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran , (Jakarta: PT BumiAksara, 2010), hlm. 15.
Testing in newsituations 4
Observation andreflection 2
Concrete
Forming abstractconce ts 3
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
34/245
20
mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu
yang menjadi objek perhatiannya.
d) Tahap eksperimentasi aktif (testing in new situations)
Tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar harus bersifat
produk yang nyata. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Belajar
harus memberikan ruang kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-
teori serta konsep-konsep di lapangan. 29
Berdasarkan keempat tahapan diatas, agar proses belajar mengajar berjalan
efektif, peserta didik harus memiliki 4 kemampuan yaitu concrete experience
abilities (pengalaman langsung yang konkrit), reflective observation abilities
(pengamatan aktif dan reflektif), abstract conceptualization abilities
(konseptualisasi abstrak), active experimentation abilities (eksperimen aktif), 30
seperti yang diuraikan pada Tabel 2.2.
Berdasarkan Tabel 2.2 di bawah ini, dalam proses belajar menurut Kolb
terdapat dua aspek atau dimensi yakni pengalaman langsung yang konkrit pada
satu pihak dan konseptualisasi abstrak pada pihak lain. Dimensi kedua adalah
eksperimentasi aktif dan observasi reflektif. Individu selalu mencari kemampuanbelajar tertentu dalam situasi tertentu. Jadi individu dapat beralih dari pelaku (AE)
menjadi pengamat (RO), dan dari keterlibatan langsung (CE) menjadi analisis
abstrak (AC). 31
29 M. Saechan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group,2008), hlm. 82-84.
30 David A. Kolb, Experiental Learning: Experience as the Source of Learning and Development, (Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1984), hlm. 30.
31 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2000), hlm. 112.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
35/245
21
Tabel 2.2. Kemampuan Peserta Didik dalam Proses Belajar E xperiental Learning Theory
Kemampuan Uraian Pengutamaan
Concrete Experience Peserta didik melibatkan diri Feeling
(CE) sepenuhnya dalam pengalaman (perasaan)
baru
Reflection Observation Peserta didik mengobservasi dan Watching
(RO) merefleksi atau memikirkan (mengamati)
pengalamannya dari berbagai segi
Abstract Conceptualization Peserta didik menciptakan konsep-
(AC) konsep yang mengintegrasikan Thinking
observasinya menjadi teori yang (berpikir)
sehat
Active Experimentation Peserta didik menggunakan teori Doing
(AE) untuk memecahkan masalah-masalah (Berbuat)
dan me ngambil keputusan
4. Kajian Materi Asam Basa
a. Konsep asam basa
1) Teori Asam Basa Arhenius
Tahun 1884, ilmuwan Swedia bernama Svante Arrhenius
mengemukakan pengertian asam basa berdasarkan reaksi ionisasi.
Menurut Arrhenius asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam air
melepaskan ion H +. Dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion
H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan dengan H xZ dan didalam air
mengalami ionisasi sebagai berikut:
HxZ(aq) → x H + (aq) + Z -(aq)
Jumlah ion H + yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut
valensi asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah
melepaskan ion H + disebut ion sisa asam.
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam air dapat
menghasilkan ion OH - . Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH -. Basa
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
36/245
22
Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai
M(OH) x dan dalam air mengion sebagai berikut:
M(OH) x → M x+(aq) + x OH -(aq)
Jumlah ion OH - yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul basa disebut
valensi basa. Contoh asam basa Arrhenius dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel. 2.3. Contoh Senyawa Asam Basa Menurut Arrhenius dan ReaksiIonisasinya
Senyawa Contoh Reaksi Ionisasi
Asam HCl HCl (aq) → H+
(aq) + Cl-(aq)
CH 3COOH CH 3COOH (aq) → CH 3COO-(aq) + H
+(aq)
H2SO 4 H2SO 4(aq) → 2H +(aq) + SO 42-(aq)
H2CO 3 H 2CO 3(aq) → 2H +(aq) + CO 32-(aq)
Basa NaOH NaOH (aq) → Na +(aq) + OH -(aq)
KOH KOH (aq) → K+(aq) + OH -(aq)
Al(OH) 3 Al(OH) 3(aq) → Al 3+(aq) + 3OH -(aq)
Berdasarkan jumlah ion H + (untuk asam) atau ion OH - (untuk basa)
yang dihasilkan dari reaksi ionisasi, senyawa asam basa dapatdikelompokkan menjadi beberapa macam yaitu:
a) Asam monobasis (berbasa satu), yaitu asam yang dalam larutan air
menghasilkan satu ion hidrogen (H +), contoh:
HCl (aq) → H+(aq) + Cl -(aq)
Asam Klorida ion hidrogen ion klorida
CH 3COOH (aq) → CH 3COO -(aq) + H +(aq)
Asam asetat ion asetat ion hidrogenb) Asam polibasis (berbasa banyak), yaitu asam yang dalam larutan air
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen (H +), contoh:
H2SO 4(aq) → 2H +(aq) + SO 42-(aq)
Asam Sulfat ion hidrogen ion sulfat
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
37/245
2)
3)
32 Cr33 Ja
hlm. 440.34 O
Asam pol
Sebagai co
Reaksi ion
Reaksi ion
Berdasark
dengan la
reaksi netr
Teori Asa
Tahun 19
oleh Joha
adalah don
atau pener
Gambar 2.
A
Gam
Dari Gam
akan mem
Sedangkan
proton pa
disebut ko
Teori Asa
Kimiawan
sebagai b
elektron.
ys Fajar Parta
es E Brady,
toby, dkk, P
ibasis dap
ntoh untuk
isasi 1 H
isasi 2 H
n konsep
utan basa
lisasi. Con
Basa Bro
3, sebuah
nes Bronst
or proton
ima proton.
di bawah
sam
bar 2.2. Co
ar 2.2 diat
entuk spes
asam konj
a basa Br
sep pasan
Basa Le
Amerika
rikut: asa
edangkan
na, dkk, Kimi
Kimia Unive
insip-Prinsip
at mengal
H2CO 3 da
CO 3(aq) ↔
O3-(aq) ↔
sam basa
menghasilk
toh: HCl (
sted-Lowr
efinisi asa
ed dan Th
tau penyu33 Asam b
ini.
basa
ntoh asam
as, suatu a
i yang dise
ugasi (H 3
onsted dal
an asam b
is
ilbert N.
adalah
basa adal
a Dasar 2 , (
rsitas Asas d
Kimia Mode
mi beber
at dituliska
H+(aq) + C
+(aq) + CO
rrhenius, l
an garam
q) + NaOH (
y
m basa ya
omas Low
bang prot
sa Bronste
sam konju
asa menur
am (HCl)
but basa k+) dihasilk
m hal ini
sa konjuga
ewis meru
zat yang
ah zat ya
ogyakarta: JI
n Struktur , (
n Jilid 1 , (Ja
pa kali r
n sebagai b
32-
(aq)
3-(aq)
arutan asa
an air. R
aq) → NaCl
g lebih lu
y. Menuru
n dan bas
d-Lowry d
gasi bas
t Bronsted
etelah mel
njugasi da
n dari pen
H2O, sehi
t.34
muskan de
dapat me
g dapat
CA, 2003), h
Jakarta: Bina
arta: Erlangg
eaksi ioni
erikut:
dapat be
aksi ini di
(g) + H 2O (l)
s diperken
t teori ini,
adalah ak
icontohkan
a konjugasi
Lowry
epas satu
ri asam itu
ambahan s
gga kons
finisi asam
erima sep
enyumba
lm. 10-11.
rupa Aksara,
a, 2005), hlm
23
asi. 32
eaksi
sebut
alkan
asam
eptor
pada
roton
(Cl -).
buah
p ini
basa
asang
gkan
1999),
. 293.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
38/245
b. Si
1)
2)
3)
1)
2)
3)
c. K
1)
35 Kr
sepasang e
Gambar 2.
B
Pada Gam
molekul N
bersama d
at-sifat asa
Senyawa aJika suatu
jenis asa
bersifat ko
Dapat men
Jika dilaru
dan ion sis
Senyawa b
Dapat men
Jika dilaru
dan ion ne
Pada umu
kecuali be
NH 4OH, B
kuatan asa
Kekuatan
Tetapan io
Konstanta
ionisasi as
istian H. Sugi
lektron. 35
di bawah
sa Asa
Gambar 2
ar 2.3 diat
H3 memili
ngan ion
m basa
sam memilairan me
maupun
rosif.
gubah war
tkan dala
a asamnya
asa memili
gubah war
tkan dalam
atif berup
nya basa
erapa bas
a(OH) 2, da
m basa
sam dan b
nisasi asam
H
kesetimb
m dan dari
yarto, Kimia
ontoh asa
ini:
.3. Contoh
as, ion H +
i pasanga+ tersebut,
ki beberappunyai kad
konsentr
a kertas la
air akan
anion).
i beberap
a kertas la
air akan te
ion Hidro
merupaka
yang mud
Sr(OH) 2.
sa dinyata
(K a)
(aq) ↔ H+
ngan unt
persamaan
Anorganik I,
basa lewi
Asam
asam basa
apat terika
elektron
aitu denga
a sifat sebaar asam ya
sinya me
mus biru
erurai me
sifat seba
mus mera
rurai menj
sida (OH -)
senyawa
ah larut dal
an oleh tet
(aq) + A -(aq)
k ionisasi
diatas ditu
(Yogyakarta:
s digamba
Basa
ewis
t pada mol
ebas yang
n ikatan ko
ai berikut:ng cukup ti
yebabkan
enjadi me
jadi ion H
ai berikut:
menjadi b
di ion posi
.
yang sukar
am air, yai
apan keseti
asam di
lis sebagai
JICA, 2004),
kan seperti
kul NH 3 k
dapat digu
valen koor
nggi baik k
cairan te
ah.
idrogen (k
iru.
tif berupa l
larut dala
tu KOH, N
mbanganny
sebut kon
hlm. 101.
24
pada
arena
akan
inat.
arena
sebut
tion)
ogam
m air
aOH,
a.
tanta
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
39/245
25
K a =
2) Tetapan ionisasi basa ( K b)
B(aq) + H 2O (l) ↔
BH+
(aq) + OH-
(aq) Konstanta kesetimbangan untuk ionisasi basa disebut konstanta ionisasi
basa dan dari persamaan diatas ditulis sebagai
K b =
Senyawa asam basa dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatannya
menjadi asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah. Asam kuat
adalah asam yang pada dasarnya mengalami ionisasi sempurna dalam air.
Contoh HNO 3, H 2SO 4. Asam lemah sebaliknya, hanya terionisasi sebagian
dalam air. Contoh H 2CO 3, CH 3COOH. Basa kuat adalah basa yang
terionisasi sempurna dalam air seperti NaOH, Ca(OH) 2. Sedangkan basa
lemah adalah basa yang terionisasi sebagian dalam air seperti NH 3.36
d. Identifikasi asam basa
Senyawa asam dan basa dapat diidentifikasi secara aman dengan
menggunakan indikator. Indikator adalah zat warna yang warnanya
berbeda jika berada dalam kondisi asam dan basa. Indikator yang biasadigunakan adalah kertas lakmus, larutan indikator asam basa dan indikator
alami.
1) Mengidentifikasi asam basa dengan kertas lakmus
Lakmus dapat berbentuk larutan dan kertas. Ada dua jenis kertas
lakmus, yaitu:
a) Kertas lakmus biru. Didalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa,warnanya tetap biru.
b) Kertas lakmus merah. Didalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan asam atau netral
36 Fessenden & Fessenden, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1 , (Jakarta: Erlangga, 2005),hlm. 28.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
40/245
26
warnanya tetap merah. Bentuk kertas lakmus ditunjukkan pada
Gambar 2.4 di bawah ini
Gambar 2.4. Kertas lakmus merah dan biru
Sedangkan perubahan yang terjadi apabila kertas lakmus dicelupkan
kedalam larutan yang bersifat asam atau basa ditunjukkan pada Gambar
2.5 di bawah ini:
larutan basa larutan asam
Gambar 2.5. Perubahan warna kertas lakmus dalam larutan asam dan basa
2) Mengidentifikasi asam basa dengan indikator alami
Banyak zat warna alami yang ditemukan pada buah-buahan, sayur-
sayuran dan bunga bertindak sebagai indikator pH dengan mengalamiperubahan warna seiring terjadinya perubahan keasaman. Contohnya
adalah sianidin, yang memberikan warna merah pada bunga ganja dan
warna biru pada bunga jagung. 37 Selain itu berbagai tumbuhan yang
dapat menjadi indikator asam basa antara lain mahkota bunga mawar,
bunga hydrangea, kol merah, bunga sepatu, kol ungu, kunyit, dan lain-
lain seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6 di bawah ini
Gambar 2.6. Macam-Macam Indikator Alami
37 Oxtoby, dkk, Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1 , (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 305.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
41/245
27
Dari Gambar 2.6 diatas, agar dapat digunakan sebagai indikator, maka
bahan-bahan tersebut harus dibuat dalam bentuk larutan dengan cara
mengekstraknya. Kemudian kedalam larutan indikator alami tersebut
diteteskan larutan asam basa
3) Mengidentifikasi asam basa dengan indikator asam basa
Indikator asam basa yaitu zat warna larut yang perubahan warnanya
tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Beberapa larutan indikator
asam basa serta perubahan warnanya dapat dilihat pada Tabel 2.4 di
bawah ini:
Tabel 2.4. Beberapa Larutan Indikator Asam Basa
Indikator asam basa Warna yang dihasilkan dalam
Larutan asam larutan basa
Fenolftalein Bening Merah muda
Metil Oranye Merah Kuning
Bromtimol biru Kuning Biru
Metil Ungu Ungu Hijau
Bromokresol Ungu Kuning Ungu
Fenol Merah Kuning MerahTimolftalein Bening Biru
e. Konsep pH dan Pengukurannya
pH is used to describe the negative logarithm from concentration of
hydrogen ions . pH menyatakan derajat logaritma negatif dari konsentrasi
ion Hidrogen (dalam per mol liter). 38
pH = - log [H 3O+
]Pada dasarnya pH hanyalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion
Hidrogen, maka larutan asam dan basa pada 25 0C dapat diidentifikasi
berdasarkan nilai pHnya, sebagai berikut: 39
38 David S. Hage and James D. Carr, Analytical Chemistry and Quantitative Analysis ,(U.S.A: Pearson Prentice Hall, 2011), hlm. 173.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
42/245
28
Larutan asam [H +] > 1,0 x 10 -7 M , pH < 7,00
Larutan basa [H +] < 1,0 x 10 -7 M , pH > 7,00
Larutan netral [H +] = 1,0 x 10 -7 M , pH = 7,00
Skala pOH yang analog dengan skala pH dapat dibuat dengan
menggunakan logaritma negatif dari konsentrasi ion hidroksida
pOH = - log [OH -]
Konstanta kesetimbangan K w dinamakan konstanta hasil kali ion, yakni
hasil kali antara konsentrasi molar ion H + dan ion OH - pada suhu tertentu.
Konsentrasi ion H + dan OH - dalam larutan selalu berada dalam
kesetimbangan dengan molekul air. H 2O (l) ↔ H+
(aq) + OH-(aq)
Kw = [H +] [OH -]
Untuk air murni, nilai K w adalah 1,0 x 10 -14 sehingga diperoleh :
-( log [H +] + log [OH -]) = -log (1,0 x 10 -14)
-( log [H +] - log [OH -]) = 14,00
Dari definisi pH dan pOH diperoleh:
pH + pOH = 14,00
Untuk menentukan pH dari suatu larutan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:1) Menggunakan indikator universal
Indikator universal terdiri dari dua jenis yaitu dalam bentuk larutan dan
dalam bentuk kertas. Seperti digambarkan pada Gambar 2.7 berikut ini:
Gambar 2.7. Indikator Universal dalam bentuk kertas dan larutan
2) Menggunakan pH-meter
pH-meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang tinggi, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.9 dibawah ini:
39 Raymond Chang, Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid 2 , (Jakarta: Erlangga, 2010),hlm.99.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
43/245
29
Gambar 2.8. pH Meter
3) Menggunakan indikator asam basa
Gambar 2.9. Daerah pH dan perubahan warna untuk beberapa indikator pH
Berdasarkan Gambar 2.8 diatas, indikator asam basa mempunyai trayek
perubahan warna yang berbeda-beda, maka berdasarkan uji larutan
dengan beberapa indikator diperoleh daerah pH larutan.
f. Perhitungan pH larutan
1) pH asam kuat dengan basa kuat
Asam kuat dan basa kuat mengalami ionisasi sempurna sehingga derajat
ionisasinya 1 atau mendekati 1. Dengan demikian konsentrasi H+
danOH - dapat dihitung dengan rumus:
[H+] = konsentrasi asam (M) x valensi asam
[OH -] = konsentrasi asam (M) x valensi asam
2) pH asam lemah dengan basa lemah
Asam lemah mengalami ionisasi tidak sempurna sehingga pH larutan
tidak dapat ditentukan dengan hanya mengetahui konsentrasi asam saja
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
44/245
30
tetapi harus diketahui derajat ionisasi ( α ) atau harga tetapan
kesetimbangan ion dari asam ( K a)
[H+] = α x M pH = -log [H +]
[H+] = Basa lemah juga mengalami mengalami ionisasi tidak sempurna
sehingga pH larutan tidak dapat ditentukan dengan hanya mengetahui
konsentrasi asam saja tetapi harus diketahui derajat ionisasi ( ) atau
harga tetapan kesetimbangan ion dari asam ( K b)
[OH-] = x M pOH = - log [OH -]
[OH -] = pH = 14 - pOHg. Hubungan pH dan pOH dengan kekuatan asam basa
Ada dua macam indikator yaitu indikator penunjuk asam dan penunjuk
basa, seperti yang digambarkan pada Gambar 2.10 berikut ini:
Gambar 2.10. Skala pH yang menunjukkan tingkat keasaman dan
kebasaan
Dari Gambar 2.10 diatas, hubungan antara pH dan pOH dengan kekuatan
asam basa dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Semakin kecil nilai pH, konsentrasi H + semakin besar dan larutan
semakin asam, begitupun sebaliknya
b) Semakin kecil nilai pOH, konsentrasi OH - semakin besar dan larutan
semakin basa, begitupun sebaliknya
5. Experiental Learning dalam Pembelajaran Kimia Materi Asam BasaPada tahap awal, penerapan pembelajaran experiental learning dalam
pembelajaran kimia materi asam basa adalah sebagai berikut: Concrete
Experience (CE) atau pengalaman konkrit, pada tahap ini peserta didik
dilibatkan sepenuhnya pada pengalaman baru, guru menggambarkan tentang
sebuah materi yang memiliki sifat asam dan basa. Kemudian peserta didik
diminta untuk mencari dan menemukan benda atau bahan apa saja yang
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
45/245
31
memiliki sifat asam dan basa yang terdapat di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan rumah mereka. Tahap selanjutnya Reflection Observation (RO)
atau pengalaman reflektif yakni kemampuan pengembangan berpikir peserta
didik. Pada tahap ini peserta didik menanyakan hal-hal yang terkait dengan
asam basa. Dari benda atau bahan yang sudah ditemukan tadi, peserta didik
mulai mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan mencari penyebab
timbulnya sifat asam basa pada benda tersebut dan mendiskusikannya.
Tahap ketiga yaitu Abstract Conceptualization (AC) atau
konseptualisasi abstrak. Setelah merefleksikan pengalaman, peserta didik
menemukan pemahaman dari pengalamannya sehingga menemukan konsep
baru yang terkait dengan materi yang dibahas. Tahap terakhir, Active
Experimentation (AE) atau percobaan aktif. Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan untuk membuktikan suatu senyawa apakah bersifat
asam atau basa dengan menggunakan beberapa indikator.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:“Terdapat peningkatan motivasi dan penguasaan konsep kimia materi asam basa
pada peserta didik kelas XI IPA MAN 2 Bojonegoro dengan diterapkannya
experiental learning ”
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
46/245
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action
research ) dengan model experiental learning Kolb . Ebbut (1985) menjelaskan
bahwa PTK merupakan studi sistematis yang dilakukan dalam upaya
memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan
praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. 40 Mills (2011) mendefinisikan
penelitian tindakan sebagai penelitian sistematis apa saja yang dilaksanakan oleh
guru, penyelenggara pendidikan, guru konseling/penasihat pendidikan atau
lainnya yang menaruh minat dan berkepentingan dalam proses atau lingkungan
belajar mengajar dengan tujuan mengumpulkan informasi seputar cara kerja
sekolah, cara mengajar guru, dan cara belajar siswa. 41 Penelitian ini terdiri atas
empat tahapan kegiatan yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan
Evaluasi, dan (4) Refleksi yang berulang secara siklis.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk mendapatkan data tentang implementasi experiental learning dalam
meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep kimia peserta didik pada materi
asam basa, maka penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Bojonegoro yang terletak
di Jl. Wolter Monginsidi No. 158 Bojonegoro pada tanggal 19 Maret s/d 14 April
2012.
40 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia,2008), hlm. 25.
41 Craign A. , Action Research Mengembangkan Sekolah Memberdayakan Guru,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 5.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
47/245
33
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Sering pula variabel penelitian dinyatakan sebagai faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. 42 Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas yaitu variabel yang memberikan
pengaruh. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan
pembelajaran experiental learning. Sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang
mendapatkan pengaruh, yaitu berupa peningkatan motivasi dan penguasaan
konsep kimia peserta didik pada materi asam basa.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 yang berjumlah 44
peserta didik yang terdiri dari 9 putra dan 35 putri.
E. Rancangan Penelitian
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada materi pokok asam basa
dengan langkah-langkah model pembelajaran berbasis experiental learning initerdiri dari empat tahapan tiap siklusnya yang terdiri dari tahap perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi yang berulang secara siklis. Apabila pada siklus I
masih banyak kekurangan dan belum mendapatkan hasil yang maksimal, maka
disempurnakan di siklus berikutnya. Adapun rancangan pelaksanaan masing-
masing siklus ialah sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini, peneliti merencanakan tindakan sebelum siklus I dansiklus II, diantaranya:
1) Menentukan kompetensi dasar dan indikator dari setiap materi yang akan
diajarkan
42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2006), hlm. 118.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
48/245
34
2) Membuat skenario pembelajaran setiap sub pokok bahasan berupa
Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) termasuk lembar kegiatan
peserta didik
3) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar ketika diterapkan model pembelajaran experiental learning
4) Membuat kuesioner/angket tanggapan peserta didik
5) Menyiapkan sumber belajar.
6) Menyiapkan format evaluasi.
b. Siklus I
1) Perencanaan
a) Menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP, lembar kegiatan pesertadidik dan soal tes akhir siklus 1
b) Menyusun skenario tindakan
c) Menyusun format atau lembar observasi
2) Tindakan
a) Guru dan peserta didik membuat kesepakatan kontrak belajar sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai.
b) Guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tiapsiklus untuk materi pembelajaran asam basa.
c) Guru merumuskan tujuan belajar yang akan dicapai.
d) Peserta didik mendapatkan penjelasan singkat tentang materi asam basa.
e) Peserta didik dibagi untuk membentuk kelompok.
f) Pada tahap awal, Concrete Experience (CE), masing-masing kelompok
mendapatkan tugas dari guru untuk melakukan aktivitas konkrit dengan
cara mengamati dan mencari bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungansekolah yang mengandung sifat asam atau basa.
g) Peserta didik melakukan Reflective Observation (RO). Pada tahap ini
peserta didik mengamati dan mencatat hasil dari pengalaman yang
diperolehnya, mengkomunikasikan kembali dan belajar dari pengalaman
tersebut.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
49/245
35
h) Pada tahap Abstract Conceptualization (AC) peserta didik mulai mencari
alasan, hubungan timbal balik dari pengalaman yang diperolehnya.
Selanjutnya mengkonseptualisasi suatu teori atau model dari pengalaman
yang diperoleh dan mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya.
Pada fase ini dapat ditentukan apakah terjadi pemahaman baru atau proses
belajar pada diri peserta didik atau tidak.
i) Tahap terakhir, Active Experimentation (AE), pada tahap ini peserta didik
melakukan eksperimen untuk membuktikan sifat asam basa dari suatu
bahan dengan menggunakan kertas lakmus
j) Peserta didik mendapatkan permasalahan kontekstual terkait materi asam
basa untuk didiskusikan oleh masing-masing kelompok.
k) Peserta didik mendiskusikan permasalahan yang diberikan guru dan
mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing.
l) Guru dan peserta didik menarik kesimpulan.
m) Tes akhir siklus 1 untuk mempertajam konsep.
3) Pengamatan observasi
Dengan menggunakan lembar observasi guru mengamati aspek afektif dan
psikomotorik peserta didik.4) Refleksi
Dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada siklus I. Dalam
tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan
selama proses pembelajaran pada siklus 1 berlangsung dan diadakan ulangan
harian yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep kimia
materi asam basa. Bila ternyata pada siklus ini seluruh peserta didik belum
mencapai standar ketuntasan minimal, maka langsung dilanjutkan siklus II.c. Siklus II
1) Perencanaan
a) Menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP, lembar kegiatan siswa
dan soal tes akhir siklus II
b) Menyusun skenario tindakan
c) Menyusun format atau lembar observasi
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
50/245
36
2) Tindakan
a) Guru memberi salam, menanyakan kabar peserta didik dan mengajukan
pertanyaan untuk mereview materi sebelumnya.
b) Sebelum dimulai peserta didik membentuk kelompok.
c) Peserta didik mendapatkan penjelasan tentang konsep pH dan cara
pengukurannya
d) Guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e) Pada tahap awal, Concrete Experience (CE), peserta didik mendapatkan
gambaran konsep pH dalam kehidupan sehari-hari
f) Peserta didik melakukan pengamatan cara menentukan pH dengan
menggunakan indikator universal ( reflection observation ).
g) Peserta didik memecahkan masalah dalam menentukan pH suatu larutan
(abstract conceptualization )
h) Peserta didik mendiskusikan dengan masing-masing kelompoknya.
i) Tahap terakhir, active experimentation , peserta didik mulai melakukan
percobaan dalam menentukan pH suatu larutan dengan menggunakan
indikator universal dan menentukan sifat masing-masing larutan tersebut.
j) Peserta didik dibimbing guru dalam melakukan praktikum untukmengidentifikasi sifat suatu zat dan menentukan nilai pHnya.
k) Guru dan peserta didik memberikan kesimpulan.
l) Peserta didik membuat laporan.
m) Tes akhir siklus II.
3) Pengamatan observasi
Dengan menggunakan lembar observasi guru mengamati aspek afektif dan
psikomotorik peserta didik.4) Refleksi
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil
pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dan
diadakan ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui tingkat
penguasaan konsep kimia materi asam basa. Apabila dalam siklus II ini
indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan siklus berikutnya.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
51/245
37
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan. 43 Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta
besarnya kemampuan objek yang diteliti. 44 Dalam penelitian ini, tes
digunakan untuk mengukur penguasaan konsep peserta didik terhadap
konsep yang diajarkan dalam bentuk pilihan ganda dan essay. Untuk
mengukur penguasaan konsep peserta didik sebelum mendapat perlakuan
pembelajaran experiental Kolb , dilakukan pretest . Sedangkan untuk
mengukur penguasaan konsep peserta didik setelah mendapat perlakuan
pembelajaran experiental Kolb , diadakan postest . Soal pretest maupun
posttest terdiri dari 30 soal pilihan ganda. Setiap akhir siklus peserta didik
mendapatkan tes penguasaan konsep yang terdiri dari 10 soal berbentuk
essay.
b. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepadaresponden untuk dijawab. 45Angket yang digunakan adalah angket skala
Likert dengan memilih 5 jawaban yaitu Sangat Setuju Sekali (SSS),
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Angket ini berisi tentang tanggapan peserta didik terhadap
pembelajaran kimia dengan model experiental learning , motivasi belajar
peserta didik, respon peserta didik terhadap tes penguasaan konsep kimia
materi asam basa dan soal-soal yang digunakan dalam penelitian.
43 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: BumiAksara, 2002), hlm. 53.
44 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT AsdiMahasatya, 2006), hlm. 223.
45 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2009), hlm. 142.
8/19/2019 skripsi asam basa.pdf
52/245
38
c. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang
diselidiki (observasi langsung). 46Metode observasi digunakan untuk
mengetahui tahap-tahap kegiatan/aktivitas peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Bentuknya berupa lembar observasi kemampuan afektif
dan psikomotorik yang sudah dirinci menampilkan aspek-aspek dari
proses yang harus diamati
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan
menggunakan daftar nilai kognitif peserta didik. Selanjutnya, data yang diperoleh
pada tiap siklus dianalisis secara deskriptif dengan menghitung percentages
correction . Menurut Sugiyono, deskriptif analitis adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 47
a. Analisis data hasil Tes
Untuk mengetahui keberhasilan dari penguasaan konsep digunakan rumus 48
Tingkat penguasaan =
x 100%
46 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm.158.
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: BumiAksara, 2008), hlm. 158.
48 I.G.A. K Wardani, dkk, Peneli