Upload
trinhdieu
View
255
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
YETI SRI EKA ASTUTI
STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTI
TUBERKULOSIS (OAT) KATEGORI 1
TERHADAP PASIEN TUBERKULOSIS PARU
FASE INTENSIF
(Penelitian Dilakukan di RSUD Sidoarjo)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia
kepada hamba-Nya, karena dengan pertolongan-Nya skripsi yang berjudul Studi
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori 1 Terhadap Pasien
Tuberkulosis Paru Fase Intensif (Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
dapat diselesaikan tepat waktu dan dengan sebaik-baiknya.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
orang tua Bapak Supriyadi serta Ibu Sri Heti karena telah senantiasa untuk selalu
mendoakan dan memberi semangat, selalu memberikan kebutuhan yang
diperlukan dan selalu sabar dalam memahami keinginan penulis. Terima kasih
juga kepada:
1. Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep., Sp.Kep., MB. selaku dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak dr. Atok Irawan, Sp.P selaku direktur RSUD Sidoarjo serta staf
RSUD Sidoarjo yang telah membantu kelancaran penelitian skripsi.
3. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si, Apt., Sp.FRS selaku pembimbing I yang
tidak sedikit mengorbankan waktu untuk membimbing, selalu sabar dalam
memberikan pengarahan dan bimbingan hingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, semoga Allah selalu
melimpahkan kesehatan.
4. Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt., MS selaku pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan
memberi semangat, motivasi, serta menginspirasi penulis selama
menempuh pendidikan sampai terselesaikannya tugas akhir ini, semoga
Allah selalu melimpahkan kesehatan.
5. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS dan Ibu Ika Ratna Hidayati
S.Farm., M.Sc., Apt. Selaku penguji I dan II yang telah banyak
v
memberikan masukan dan saran demi terselesaikannya tugas akhir ini
dengan sebaik-baiknya, semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan.
vi
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
KATEGORI 1 TERHADAP PASIEN TUBERKULOSIS PARU
FASE INTENSIF
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUD Sidoarjo)
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri akibat Mycobacterium
tuberkulosis, yang disebarkan melalui jalur udara. Setelah terkontaminasi,
Mycobacterium tuberculosis perlahan masuk ke paru-paru. TB adalah penyebab
kematian kesembilan di dunia. Indonesia sudah menduduki peringkat kedua
angka insidensi tuberkulosis dengan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 351.893
kasus selama 2016. Gejala utama TB paru adalah batuk berdahak selama dua
minggu atau lebih dan gejala tambahan TB paru ialah dahak bercampur dengan
darah, sesak nafas, badan, lemas, malaise, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat dimalam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatannya adalah
kombinasi dari beberapa obat antituberkulosis berikut [isoniazid (H), rifampisin
(R), pirazinamida (Z), Etambutol (E), streptomisin (S)]. Pengobatan tuberkulosis
dibagi menjadi 2 fase yang berlangsung minimal 6 bulan yaitu tahap intensif dan
tahap lanjutan. Pada tahap intensif pengobatan diberikan setiap hari yang
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi tiga kategori yaitu Kategori 1 :
2HRZE/4H3R3, Kategori 2 : 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3, Kategori Anak :
2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR. Kategori 1 merupakan paduan yang
diperuntukkan bagi pasien baru yang didefinisikan sebagai mereka yang tidak
memiliki riwayat pengobatan TB sebelumnya atau yang menerima kurang dari 1
bulan obat anti-TB. kategori 1 juga diberikan untuk pasien baru dengan diagnosa :
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis, Pasien TB paru terdiagnosis klinis,
Pasien TB ekstra paru. Pemberian terapi kategori 1 pada Tahap intensif terdiri dari
HRZE yang diberikan setiap hari selama 2 bulan, yang selanjutnya diteruskan
dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu
selama 4 bulan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan obat anti
tuberkulosis kategori 1 pada penderita tuberkulosis paru fase intensif di Rumah
Sakit Umum Daerah Sidoarjo meliputi dosis, jenis, rute, efek samping dan hal lain
terkait data klinik dan laboratorium pasien.
Penelitian ini dilakukan bersifat observasional dengan metode
retrospektif dimana peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap sampel.
Penelitian dilakukan menggunakan RMK (Rekam Medik Kesehatan) Pasien
tuberkulosis paru fase intensif di Instalasi Rekam Medik RSUD Sidoarjo periode
1 Januari 2017-31 Januari 2017.
vii
Hasil dari penelitian yang dilakukan, diperoleh 103 RMK dan sebanyak 30 RMK
yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Dari 30 RMK yang diperoleh,
diketahui pola penggunaan OAT paling banyak yaitu OAT KDT pada 27 pasien
(90%). Pola penggunaan OAT KDT yang paling banyak digunakan adalah 1x3
Tablet 4KDT pada 17 pasien (53%). Pola penggunaan OAT tanpa kombinasi
dengan antibiotik sebanyak 3 pasien (100%). Penggunaan kombinasi OAT dengan
antibiotik lain sebanyak 38 pasien (100%) dengan kombinasi paling banyak pada
OAT (1x3 Tablet) 4KDT sebanyak 23 pasien (61%) dengan antibiotik yang
banyak digunakan yaitu ampisilin (3x1 g) IV pada 5 pasien (22%). Pola
penggunaan OAT dengan Switch pada 26 pasien dengan persentase tertinggi yaitu
ampisilin (3x1 g) IV menjadi Ampisilin (3x1 g) IV + OAT (1x4 Tablet) 4KDT
dan cefaporazone sulbactam (3x1 g) IV menjadi cefaporazone sulbactam (3x1 g)
IV + OAT (1x3 Tablet) 4KDT masing-masing pada 2 pasien (9%).
viii
ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
KATEGORI 1 TERHADAP PASIEN TUBERKULOSIS PARU
FASE INTENSIF
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo)
Yeti Sri Eka Astuti
*1, Hidajah Rachmawati
1, Didik Hasmono
2
1) Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
2) Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga
Latar belakang : Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri akibat Mycobacterium
tuberkulosis, yang disebarkan melalui jalur udara. Gejala utama TB paru adalah
batuk berdahak selama dua minggu atau lebih. Pengobatan tuberkulosis dibagi
menjadi tiga kategori yaitu kategori 1, kategori 2, kategori anak. Pemberian terapi
kategori 1 pada tahap intensif terdiri dari HRZE yang diberikan setiap hari selama
2 bulan, yang selanjutnya diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR
diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. Tujuan : Untuk mengetahui pola penggunaan obat anti tuberkulosis kategori 1
pada penderita tuberkulosis paru fase intensif di Rumah Sakit Umum Daerah
Sidoarjo meliputi dosis, jenis, rute, efek samping dan hal lain terkait data klinik
dan laboratorium pasien.
Metode : Bersifat observasional dengan metode retrospektif periode 1 Januari
2017-31 Desember 2017.
Hasil dan Kesimpulan : Pola penggunaan OAT paling banyak yaitu OAT KDT
pada 27 pasien (90%). Pola penggunaan OAT KDT yang paling banyak
digunakan adalah 1x3 Tablet 4KDT pada 17 pasien (53%). Pola penggunaan OAT
tanpa kombinasi dengan antibiotik sebanyak 3 pasien (100%). Penggunaan
kombinasi OAT dengan antibiotik lain sebanyak 38 pasien (100%) dengan
kombinasi paling banyak pada OAT (1x3 Tablet) 4KDT sebanyak 23 pasien
(61%) dengan antibiotik yang banyak digunakan yaitu ampisilin (3x1 g) IV pada 5
pasien (22%). Pola penggunaan OAT dengan Switch pada 25 pasien dengan
persentase tertinggi yaitu ampisilin (3x1 g) IV menjadi Ampisilin (3x1 g) IV +
OAT (1x4 Tablet) 4KDT dan cefaporazone sulbactam (3x1 g) IV menjadi
cefaporazone sulbactam (3x1 g) IV + OAT (1x3 Tablet) 4KDT masing-masing
pada 2 pasien (9%).
Kata Kunci : Obat Anti Tuberkulosis (OAT), Kategori 1, Tuberkulosis Paru
ix
ABSTRACT
THE STUDY OF ANTI TUBERCULOSIS CATEGORY 1 IN
PULMONARY TUBERCULOSIS INTENSIVE PHASE
PATIENTS
(The Study in General Hospital of Sidoarjo)
Yeti Sri Eka Astuti*1
, Hidajah Rachmawati1, Didik Hasmono
2
1) Departement of Pharmacy, Faculty of Health Sciences, University of
Muhammadiyah Malang
2) Faculty of Pharmacy, Airlangga University
Background: Pulmonary tuberculosis is a bacterial infection caused by
Mycobacterium tuberculosis, which is spread by airways. The main symptoms of
pulmonary TB are cough with phlegm for two weeks or more. Treatment of
tuberculosis is divided into category 1, category 2, child categories. Medicaton
therapy of category 1 in intensive phase consists of HRZE given every day for 2
months, then continuation phase consist of HR given three times a week for 4
months.
Objective: This Study is to discover the pattern of anti tuberculosis category 1 in
pulmonary tuberculosis intensive phase patients in General Hospital Of Sidoarjo
includes doses, types, routes, side effects and other things related to clinical data
and patients’ laboratory data.
Method: Observational with retrospective method period January 1, 2017 - 31,
December 2017.
Results and Conclusions: The mostly pattern of type anti tuberkulosis use is
FDC anti tuberkulosis drugs in 27 patients (90%). The mostly used pattern of
FDC anti tuberculosis drugs with the dosage (1x3 tablets) 4FDC in 17 patients
(53%). The Pattern of anti tuberculosis drugs without antibiotics combination in 3
patients (100%). Combinations of anti tuberculosis drugs with other antibiotics of
38 patients, the most combination with the dosage (1x3 tablets) 4FDC in 23
patient is ampicillin (3x1g) IV in 5 patient (22%) The usage pattern of anti
tuberculosis drugs using switch in 26 patients is the high percentage is ampicillin
(3x1g) IV to ampicillin (3x1g) IV + (1x3 tablets) of 4FDC and cefaporazone
sulbactam (3x1 g) IV to cefaporazone sulbactam (3x1 g) IV+ (1x3 tablets) of
4FDC each on 2 patients (7%).
Keywords: Anti Tuberculosis Drugs, Category 1, Pulmonary Tuberculosis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PENGUJIAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
RINGKASAN .............................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
2.1. Anatomi Paru ....................................................................................... 6
2.2. Definisi Tuberkulosis ........................................................................... 8
2.3. Epidemiologi Tuberkulosis .................................................................. 9
2.4. Etiologi Tuberkulosis ........................................................................... 13
2.5. Patogenesis Tuberkulosis ..................................................................... 15
2.6. Klasifikasi Tuberkulosis ...................................................................... 17
2.6.1. Definisi Pasien Tuberkulosis ................................................... 17
2.6.2. Berdasarkan Organ Yang Terinfeksi ....................................... 17
2.6.3. Berdasarkan Riwayat Pengobatan ........................................... 18
2.6.4. Berdasarkan Hasil pemeriksaan Dahak .................................... 18
2.6.5. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Kepekaan Obat ..................... 19
Halaman
xi
2.6.6. Status HIV ................................................................................ 19
2.7. Manifestasi Klinis Tuberkulosis .......................................................... 20
2.8. Diagnosis Tuberkulosis ........................................................................ 21
2.8.1. Diagnosis Tuberkulosis Paru ................................................... 21
2.8.2. Diagnosis Tuberkulosis Ekstraparu ......................................... 21
2.8.3. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis ............................................ 21
2.8.4. Pemeriksaan Biakan ................................................................. 22
2.8.5. Pemeriksaan Kepekaaan Obat ................................................. 23
2.8.6. Uji Molekular ........................................................................... 23
2.8.7. Tuberkulin Skin Test (TST) ...................................................... 23
2.9. Faktor Resiko Tuberkulosis .................................................................. 24
2.10. Komplikasi Tuberkulosis ...................................................................... 26
2.11. Terapi Farmakologi Tuberkulosis......................................................... 27
2.11.1. Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama ....................................... 28
2.11.1.1. Rifampisin .................................................................. 30
2.11.1.2. Isoniazid ..................................................................... 32
2.11.1.3. Pirazinamid ................................................................ 34
2.11.1.4. Etambutol ................................................................... 36
2.11.1.5. Streptomisin ............................................................... 37
2.11.1.6. Sediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama
di Indonesia ................................................................ 39
2.11.2. Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua .......................................... 40
2.11.2.1. Etionamid ................................................................... 40
2.11.2.3. Sikloserin ................................................................... 41
2.11.2.4. Kanamisin .................................................................. 43
2.11.2.5. Amikasin .................................................................... 44
2.11.2.7. Levofloksasin ............................................................. 46
2.11.3. Tahap Pemberian Obat Anti Tuberkulosis ................................ 47
2.11.3.1. Tahap Intensif ............................................................ 47
2.11.3.2. Tahap Lanjutan .......................................................... 47
2.11.4. Kategori Pemberian OAT ......................................................... 48
2.11.4.1. Kategori 1 .................................................................. 49
xii
2.11.4.2. Kategori 2 .................................................................. 49
2.11.4.2. Kategori Anak ............................................................ 49
2.11.5. Terapi Penunjang pada Tuberkulosis ........................................ 50
2.11.5.1. Piridoksin (Vitamin B6)............................................. 50
2.11.5.2. Steroid ........................................................................ 50
2.11.5.3. Vitamin D .................................................................. 51
2.11.6. Terapi Kombinasi Dosis Tetap (KDT) di Indonesia ................. 51
2.12. Terapi Non Farmakologi Tuberkulosis ................................................. 53
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ..................................................... 55
3.1. Kerangka Konseptual............................................................................ 55
3.2. Kerangka Operasional ......................................................................... 56
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 57
4.1. Rancangan Penelitian............................................................................ 57
4.2. Populasi dan Sampel ............................................................................. 57
4.3. Bahan Penelitian ................................................................................... 58
4.4. Instrumen Penelitian ............................................................................. 58
4.5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 58
4.6. Definisi Operasional ............................................................................. 58
4.7. Metode Pengumpulan Data................................................................... 59
4.8. Analisis Data ......................................................................................... 59
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 60
5.1. Jumlah Sampel Penelitian ..................................................................... 60
5.2. Karateristik Demografi Pasien ............................................................. 61
5.2.1. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis
Paru Fase Intensif di RSUD Sidoarjo ...................................... 61
5.2.2. Distribusi berdasarkan Usia Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif di RSUD Sidoarjo ....................................................... 61
5.2.3. Distribusi berdasarkan Berat Badan Pasien Tuberkulosis Paru
Fase Intensif di RSUD Sidoarjo .............................................. 62
5.2.4. Distribusi berdasarkan Pembiayaan Pasien Tuberkulosis Paru
Fase Intensif di RSUD Sidoarjo .............................................. 62
5.3. Diagnosis Penyerta Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif di RSUD
xiii
Sidoarjo ................................................................................................. 63
5.4. Jenis OAT Kategori 1 yang diterima Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif di RSUD Sidoarjo .................................................................... 63
5.5. Pola Terapi OAT Kategori 1 pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif di RSUD Sidoarjo .................................................................... 64
5.6. Terapi tunggal OAT Kategori 1 pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif di RSUD Sidoarjo .................................................................. 64
5.7. Terapi Kombinasi OAT Kategori 1 dengan Antibiotik Lain pada
Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif di RSUD Sidoarjo ................. 65
5.8. Pola Switching Rute, Dosis dan Jenis OAT Kategori 1 Tuberkulosis
pada Pasien Paru Fase Intensif di RSUD Sidoarjo ............................... 66
5.9. Distribusi berdasarkan Lama Pemberian Terapi OAT Kategori 1 pada
Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif di RSUD Sidoarjo selama
MRS ..................................................................................................... 69
5.10. Distribusi berdasarkan Lama MRS Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif di RSUD Sidoarjo .................................................................... 69
5.11. Efek Samping terapi OAT pada pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif di RSUD Sidoarjo .................................................................... 70
5.12. Keadaan Klinis Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif di RSUD
Sidoarjo Saat KRS ............................................................................... 70
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 71
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 82
7.1 Kesimpulan .............................................................................................. 82
7.2 Saran ......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83
xiv
DAFTAR TABEL
II.1 Dosis Rekomendasi OAT Lini Pertama Untuk Dewasa ...................... 28
II.2 Efek Samping OAT Lini Pertama ........................................................ 29
II.3 Sediaan OAT Lini Pertama yang Beredar di Indonesia ....................... 39
II.4 Kategori Obat Anti Tuberkulosis ......................................................... 48
II.5 Dosis OAT Kategori 1 ......................................................................... 49
II.6 Dosis OAT Kategori 2 ......................................................................... 49
II.7 Dosis OAT Kategori Anak ................................................................... 50
II.8 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 ................................................... 52
II.9 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 ................................................... 53
V.1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ...... 61
V.2 Distribusi Usia Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ..................... 61
V.3 Distribusi Berat Badan Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ......... 62
V.4 Distribusi Status Pembiayaan Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif ................................................................................................. 62
V.5 Diagnosis Penyerta Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ................ 63
V.6 Jenis OAT Kategori 1 Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif .......... 63
V.7 Pola Terapi OAT Kategori 1 pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif ................................................................................................. 64
V.8 Terapi tunggal OAT pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ... 64
V.9 Terapi Kombinasi OAT Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ....... 65
V.10 Pola Switching Rute, Dosis dan Jenis OAT Tuberkulosis pada Pasien
Paru Fase Intensif ................................................................................ 66
V.11 Distribusi berdasarkan Lama Pemberian Terapi OAT selama MRS
Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ............................................... 69
V.12 Distribusi Lama MRS Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif ........... 69
V.13 Efek Samping terapi OAT pada pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Intensif ................................................................................................. 70
V. 14 Keadaan Klinis Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif Saat KRS ... 70
Halaman Tabel
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Anatomi Paru ......................................................................................... 6
2.2 Lobus Paru ............................................................................................ 7
2.3 Alveoli dan Respirasi Membran ............................................................ 8
2.4 Angka Insidensi TB 2016 ...................................................................... 10
2.5 Angka Insidensi TB 2016 ...................................................................... 10
2.6 Angka Insidensi TB dengan HIV 2016 .................................................. 11
2.7 Angka Insidensi TB dengan HIV-Positif ............................................... 11
2.8 Proporsi Kasus Tuberkulosis Menurut Kelompok Umur ...................... 12
2.9 Kuman dan Struktur Dinding Sel Mycobacterium tuberculosis ............ 14
2.10 Patogenesis Tuberkulosis ....................................................................... 16
2.11 Struktur Kimia Rifampisin ..................................................................... 30
2.12 Struktur Kimia Isoniazid ........................................................................ 32
2.13 Struktur Kimia Pirazinamid ................................................................... 34
2.14 Struktur Kimia Etambutol ...................................................................... 36
2.15 Struktur Kimia Streptomisin .................................................................. 37
2.16 Struktur Kimia Etionamid ...................................................................... 40
2.17 Struktur Kimia Sikloserin ...................................................................... 41
2.18 Struktur Kimia Kanamisin ..................................................................... 43
2.19 Struktur Kimia Amikasin ....................................................................... 44
2.20 Struktur Kimia Levofloksasin ................................................................ 46
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................. 55
3.2 Kerangka Operasional ............................................................................ 56
5.1 Skema Jumlah Sampel yang Memenuhi Kriteria Inklusi ....................... 60
Gambar Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ 91
2. Surat Pernyataan ........................................................................................ 92
3. Surat Keterangan ....................................................................................... 93
4. Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ......................... 95
5. Surat Ethnical Clearance .......................................................................... 97
6. Lembar Pengumpul Data ........................................................................... 98
7. Tabel Induk ................................................................................................ 217
Halaman Lampiran
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BTA Bakteri Tahan Asam
CDC Center for Disease Control and Prevention Core
DM Diabetes Melitus
E Etambutol
FDC Fixed Dose Combination
G2JPP Gula Darah 2 Jam Post Prandial
GDP Gula Darah Puasa
GDS Gula Darah Sewaktu
H Isoniazid
Hb Haemoglobin
Hct Hematokrit
HIV Human Immunodeficiency Virus
IV Intravena
KDT Kombinasi Dosis Tetap
KRS Keluar Rumah Sakit
LED Laju Endap Darah
LPD Lembar Pengumpul Data
MDR-TB Multidrug-Resistant tuberculosis
MRS Masuk Rumah Sakit
MTb Mycobacterium tuberculosis
OAT Obat Anti Tuberkulosis
PO Per Oral
R Rifampisin
RMK Rekam Medik Kesehatan
RR Respiratory Rate
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
S Streptomisin
SC Subcutan
SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT Serum Pyruvic Oxaloacetic Transaminase
xviii
TB Tuberkulosis
TPM Tetes Per Menit
TST Tuberculin Skin Test
WHO World Health Organization
Z Pirazinamid
83
DAFTAR PUSTAKA
Alsultan, A., Peloquin C.A., 2014. Therapeutic Drug Monitoring in the
Treatment of Tuberculosis: An Update. Drugs. Vol. 74 (8). pp. 839–
854
Arbex, M.A.,Varella, M.d.C.L., Siqueira, H.R.d., Mello, M., 2010.
Antituberculosis drugs: Drug interactions, adverse effects, and use in
special situations. Part 1: First-line drugs. J Bras Pneumol. Vol. 36
(5). pp. 626-640.
Astuti, S., 2014. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
upaya pencegahan penyakit Tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa
Jakarta Utara Tahun 2013. Jakarta : Laporan Penelitian Mahasiswa.
Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Bashir, K. M.I., Cho, M.G., 2016. The Effect Of Kanamycin and Tertacycline on
Growth and Photosynthetic Activity of Two Chlorophyte Algae.
BioMed Research International. pp. 8.
Barker, R. D., 2016., Clinical Tuberculosis. Medicine Journal.
Baxter, K., 2008. Stockley’s Drug Interactions : A source book of interactions,
their mechanisms, clinical importance and management. Ed. 8th
Chicago : Pharmaceutical Press.
Braga., J.U., and Trajman, A., 2015. Effectiveness of RHZE-FDC (fixed-dose
combination) compared to RH-FDC + Z for tuberculosis treatment in
Brazil: a cohort study. BMJ infection disease. Vol.15 (81). pp. 161-
168.
Brunton, L.L., Parker, K.L., Blumenthal, D.K., 2010. Goodman and Gilman :
Manual Farmakologi dan Terapi. In: Sukandar, Yulinah (Penerj.).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Center for Disease Control And Prevention Core, 2013. Curriculum on
Tuberculosis : What the Clinician Should Know. Ed. 6th., National
Center for HIV/AIDS, Viral Hepatitis, STD, and TB Prevention
Division of Tuberculosis Elimination
Chambers, H.F., 2012. Senyawa Antimikroba (lanjutan): Aminoglikosida. In: ITB
Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi (Penerj.). Goodman & Gilman :
Dasar Farmakologi Terapi. Ed. 10th. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Chiang, T.T., Tang, H.J., Chiu, C.H., Chen, T.L., Ho, M.W., Lee, C.H., Sheng,
W.H., Yang, Y.S., 2016. Antimicrobial Activities of
Cefoperazone‑sulbactam in Comparison to Cefoperazone against Clinical
84
Organisms from Medical Centers in Taiwan. Journal of Medical
Sciences. Vol. 36(6). Pp. 229‑233.
Daniel, T. M Harrison., 2014. Tuberkulosis. In: Isselbacher, K.J., Braunwald, E.,
Wilson, J.D., Martin, J.B., Fauci, A. S., Kasper, D.L (Eds.) Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 13th., Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC., hal. 799
Departemen of Health Republic of South Afrika, 2014. National Tuberculosis
Management Guidelines 2014. Pretoria : Departemen of Health,
Republic of South Afrika.
Dinas Komunikasi Dan Informatika Provinsi Jawa Timur. 2016. Sebanyak
207.667 pasien TB di jatim berhasil disembuhkan. Diakses dari
http://kominfo .jatimprov.go.id. Pada tanggal 15 juli 2017.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik; Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dotulong, J.F.J., Sapulete M.R., Kandou G.D. 2015. Hubungan Faktor Risiko
Umur, Jenis Kelamin Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit
Tb Paru Di Desa Wori Kecamatan Wori. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik. Vol. III No. 2. pp. 57-65.
Fachri. M., Prasenohadi. 2010. Peranan Bedah Pada Penatalaksanaan
Tuberkuloma Paru. Jurnal Respir Indo. Vol. 30, No. 3. pp. 166-171.
Farida, Y. , Trisna, A., Deasy, N. W., 2017. Studi Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. Journal
of Pharmaceutical Science and Clinical Research. Vol. 2. pp. 44-52.
Fauziah, D. F., Asyar, M. B., Manaf, A., 2016. Insidensi Tuberkulosis Paru pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.; Vol. 5 No. 2.
pp. 349-354.
Gallardo, C.R., Rigau, C.D., Valderrama, R.A., Roqué i, F. M., Parker, L.A.,
Caylà, J., Bonfill C.X,. 2016. Fixed-dose combinations of drugs versus
single-drug formulations for treating pulmonary tuberculosis. Cochrane
Database of Systematic Reviews. No 5.
Garcia-Prats, A.J., Donald, P.R., Hesseling, A.C., Schaaf, H. S., 2013. Second-
Line Antituberculosis Drugs in Children: A Commissioned Review
for the World Health Organization 19th Expert Committee on the
Selection and Use of Essential Medicines. South Africa
Grouzard V, Rigal J, Sutton M., 2016., Clinical Guidelines Diagnosis and
Treatment Manual. Ed 2016th, France: Medicines San Frontieres,
85
Hall, J.E., 2016. Guyton And Hall Textbook Of Medical Physiology. Ed. 13th,
Philadelphia : Elsevier Inc, pp. 497.
Hapsari, P. N. F., Isfandiari, M. A., Hubungan Sosioekonomi Dan Gizi Dengan
Risiko Tuberkulosis Pada Penderita DM Tipe 2. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol. 5. No. 2. pp. 185-194.
Hassanein, E.G., Mohamed, E.E., Baess, A.I., EL-Sayed, E.T., Yossef, A. M.,
2016. The role of supplementary vitamin D in treatment course of
pulmonary tuberculosis. Egyptian Journal of Chest Diseases and
Tuberculosis. Vol. 65. pp. 628-635.
Ho, C.C., and Yu, C.J., 2011. The Safety Of Levofloxacin in Tuberculosis
Treatment Including Drug-Induced Hepatotoxicity. Review Journal.
Horsburgh, C. R., Barry, C.E., Lange, C., 2015. Treatment of Tuberculosis. The
New England Journal of Medicine. Vol. 373 (22). pp. 2149-60
Howard, P.,Twycross, R., Grove, G., Charlesworth, S., Mihalyo, M., Wilcock, A.,
2015. Therapeutic Reviews: Rifampin (INN Rifampicin). Journal of
Pain and Symptom Management. Vol. 50 (6).
Indra Yovi,1 Dewi Anggraini,2 Suci Ammalia. 2017. Hubungan Karakteristik
dan Etiologi Efusi Pleura di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. J Respir
Indo. Vol. 37 No. .2 pp. 135-144.
Kaplow, R., Hardin, S.R., 2007. Critical Care Nursing : Synergy for Optimal
Outcomes. USA : Jones and Bartlett Publishers.
Karalliedde, L.D., Clarke, S.F.J., Gotel, U., Karalliedde, J., 2016. Adverse Drug
Interactions : A Handbook for Prescribers. Ed. 2nd. Boca Raton :
CRC Press.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Pengendalian Lingkungan, 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012. Petunjuk Teknis Tata
Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran : Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI, 2017. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Khariza, H.A., 2015. Program Jaminan Kesehatan Nasional. Studi Deskriptif
tentang Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan
86
Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik,
Vol. 3 No. 1.
Kolyva, A.S., Karakousis, P.C., Old and New TB Drugs: Mechanisms of Action
and Resistance. In: Pere-Joan C (Eds.). Understanding Tuberculosis -
New Approaches to Fighting Against Drug Resistance. InTech.
Kurniawati F, Sulaiman SAS, and Gillani WS. 2012. Adverse Drug Reactions of
Patients Anti-tuberculosis Drugs Among Tuberculosis Patients Treated
in Chest Clinic. International Journal of Pharmacy & Life Sciences.
Vol. 3. No.1. Pp. 1331-1338.
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L., 2009. Drug Information
Handbook : A Compherensive Resource for all Clinicians and
Healthcare Professionals. Ed. 17th. Ohio : Lexi-Comp Inc.
Leading World Experts, 2015. Antimicrobial Drug Summaries. In: Cunha B.A.,
Torres D.C., Hage, J.E., Kubiak D.W., Mickail, N., Gran, A., Raza, M.,
Muñoz-Gomez, S., Cunha, C.B., Rex, J.H., Kaplan, M.H., (Eds.)
Antibiotic Essentials. Ed. 14th India : Jaypee Brothers Medical
Publishers.
Lilly, E., 2011. Drug Facts and Comparisons.Vol. II USA: Wolter Kluwer
Health Inc
Loscalzo, J., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E.,; Hauser,
S.L., Jameson, J.L., 2010. Harrison's Pulmonary and Critical Care
Medicine. Ed. 17th, New York : McGraw-Hill Medical.
Madansein, R., Parida, S., Padayatchi, N., Singh, N., Master, I., Naidu, K.,
Zumla, A., Maeurer, M., 2015. Surgical Treatment of Complications of
Pulmonary Tuberculosis, including Drug-Resistant Tuberculosis.
International Journal of Infectious Diseases. Vol. 32. pp. 61-67.
Mehraban, M.H., Odooli, S., Yousefi, R., Roghanian, R., Motovali-Bashi, M.,
Moosavi-Movahedi, A., Ghasemi, Y., 2016. The interaction of beta-
lactoglobulin with ciprofloxacin and kanamycin; a spectroscopic and
molecular modeling approach. Journal of Biomolecular Structure
and Dynamics.
Naderi, H. R., Sheybani, F., Erfani, S. S., Amiri, B., Nooghabi, M. J., 2017. The
mask of acute bacterial pneumonia may disguise the face of tuberculosis.
Electronic Physician. Vol. 9 No. 3. pp. 3943-3949.
Nahid, P., Dorman, S.E., Alipanah, N.,; Barry, P.M., Brozek, J.L., Cattamanchi,
A., Chaisson, L.H., Chaisson, R.E., Daley, C.L., Grzemska, M.,
Higashi, J.M., Ho, C.S., Hopewell, P.C., Keshavjee, S.A., Lienhardt,
C., Menzies, R., Merrifield, C., Narita, M., O'Brien, R., Peloquin, C.A.,
Raftery, A., Saukkonen, J., Schaaf, H.S., Sotgiu, G., Starke, J.R.,
Migliori, G.B., Vernon, A., 2016. Official American Thoracic
87
Society/Centers for Disease Control and Prevention/Infectious Diseases
Society of America Clinical Practice Guidelines: Treatment of Drug-
Susceptible Tuberculosis. Clinical Infectious Disease. pp. 49
Narasimhan, P., Wood, J., MacIntyre, C.R., Mathai, D., 2013. Risk Factors for
Tuberculosis. Pulmonary Medicine. Vol. 2013 (828939). pp. 1-11
Natalie, J., Kholis. F. N., Ngestiningsih, D., 2016. Jenis – Jenis Efek Samping
Pengobatan OAT dan Art Pada Pasien Dengan Koinfeksi TB/HIV di
Rsup dr. Kariadi. Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol. 5. No. 4. pp.
1134-1145.
Nhamoyebonde, S., Leslie, L., 2014. Biological Differences Between the Sexes
and Susceptibility to Tuberculosis. The Journal of Infectious Diseases.
Vol. 209. pp. 100-106.
Pagliotto, A. D. F., Caleffi-Ferracioli, K. R., Lopes M. A., Baldin, V. P., Leite, C.
Q. F., Pavan, F. R., Scodro, R. B. d. L., Siqueira, V. L., Cardoso, R. F.,
2016 . Anti-Mycobacterium tuberculosis activity of antituberculosis
drugs and amoxicillin/clavulanate combination. Journal of
Microbiology, Immunology and Infection. Vol. 49. pp. 980-983.
Pletz, M. W., Rohde, G. G., Welte, T., Kolditz, M., Ott, S., 2016. Advances in
the prevention, management, and treatment of community-acquired
pneumonia [version 1; referees: 2 approved]. F1000Research. Vol. 5.
pp. 1-11
Pozniak,A., vonReyn, C.F., Baron E.L., Clinical Manifestations and
Complications of Pulmonary Tuberculosis. Diakses melalui
https://www.uptodate.com. Diakses tanggal 8 November 2017.
Prihatni D.,, Parwati I.,, ,Sjahid, I. Rita C., 2005 Efek Hepatotoksik Anti
Tuberkulosis Terhadap Kadar Aspartate Aminotransferase Dan Alanine
Aminotransferase Serum Penderita Tuberkulosis Paru. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol. 12, No. 1,
pp. 1-5.
Pusat Data Dan Informasi Kesehatan Kementrian Republik RI. 2016.
Tuberkulosis: temukan obati sampai sembuh.
Pusat Informasi Obat Nasional, 2015. Monografi Isoniazid. Badan Pengawas
Obat dan Makanan, http://pionas.pom.go.id/monografi/isoniazid.
Diakses tanggal 20 November 2017.
Pusat Informasi Obat Nasional, 2015. Monografi Pirazinamid. Badan Pengawas
Obat dan Makanan, http://pionas.pom.go.id/monografi/ pirazinamid.
Diakses tanggal 20 November 2017.
Pusat Informasi Obat Nasional, 2015. Monografi Rifampisin. Badan Pengawas
Obat dan Makanan, http://pionas.pom.go.id/monografi/rifampisin.
Diakses tanggal 20 November 2017.
88
Rajni and Meena L.S., 2011.Unique Characteristic Features of Mycobacterium
Tuberculosis in Relation to Immune System. American Journal of
Immunology. Vol. 7 (1). pp.1-8.
Rohayu, N., Yusran, S., Ibrahim, K., 2016. Analisis Faktor Risiko Kejadian Tb
Paru Bta Positif Pada Masyarakat Pesisir Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kadatua Kabupaten Buton Selatan Tahun 2016.
Sahasrabudhe, T., 2012. Is Supplementation of Pyridoxine A Necessary Adjunct
with Daily First Line TB Chemotherapy Regimen for Indian Patients?.
Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences. Vol. 3 (4). pp. 1042.
Sampurno O. D., 2015. Tinjauan Farmakogenomik Rifampisin Dalam Pengobatan
Tuberkulosis Paru. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. Vol. 4
(2) . pp. 59-70.
Saskar, S., Ganguly, A.,Sunwoo, H.H., 2016.Current Overview of Anti-
Tuberculosis Drugs: Metabolism and Toxicities. Mycobacterial
Diseases. Vol. 6 (2). pp. 6.
Shero, K.S., Legesse, M., Medhin, G., Belay, M., Bjune, G., Abebe, F., 2014. Re-
Assessing Tuberculin Skin Test (TST) for the Diagnosis of
Tuberculosis (TB) among African Migrants in Western Europe and
USA. Journal of Tuberculosis Research. Vol. 2. pp. 4-15.
Shrivastava, S., 2014. Tuberculosis Control: An Indian Perspective. India :
SM Online Publishers LLC.
Sial, A.A., Jabeen, A., Fayyaz, T.B., Muneer, M., Bushra, R., Bano, N,. Baig,
M.T., 2014. Antituberculotic Chemotherapy-General and Hepatic
Toxicity Revisited. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol.
4 (01). pp. 148-152.
Silva, P. E. A. D., Palomino, J.C., 2011. Molecular basis and mechanisms of drug
resistance in Mycobacterium tuberculosis: classical and new drugs.
Journal Antimicrobial Chemotherapy. Vol. 66. pp. 1417–1430
Singh, S.K., Tiwari, K. K., 2017. Use of Corticosteroids in Tuberculosis. The
Journal of Association of Chest Physicians. Vol. 5 (2). pp. 70-75.
Somasundaram, S., Ram, A., Sankaranarayanan, L., 2014. Isoniazid and
Rifampicin as Therapeutic Regimen in the Current Era: A Review.
Journal of Tuberculosis Research. Vol. 2. pp. 40-51.
Styariyanti, D., 2011, Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. R. Soedjati
Purwodadi Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
89
Sukandar, E.Y., Hartini, S., Hasna., 2012. Evaluasi Penggunaan Obat
Tuberkulosis pada Pasien Rawat Inap di Ruang Perawatan Kelas III di
Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Acta Pharmaceutica Indonesia.
Vol 37. No 4. Pp. 153-158.
Sukartini, T., Sriyono., Sasmita, I.W., 2008. Active Cycle Of Breathing
Menurunkan Keluhan Sesak Nafas Penderita Tuberkulosis Paru. Jurnal
Ners. Vol.3 No. 1. pp. 21-25.
Syarippudin, M., 2013. Efektivitas Kelebihan dan Kekurangan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) Paru-paru : OAT-FDC, OAT Kombipak dan OAT
Terpisah. Farmasains. Volume 2. No. 2. pp. 98-102.
Syaripuddin, M., 2013. Efektivitas, Kelebihan dan Kekurangan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) Paru-Paru : OAT-FDC, OAT-Kombipak dan OAT
Terpisah. Farmasains. Vol. 2. No. 2. pp. 98-102.
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Amikasin.
https://www.drugbank.ca/structures/DB00479/image.png. Diakses
pada tanggal 23 November 2017.
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Etambutol.
https://www.drugbank.ca/structures/DB00330/image.png. Diakses
pada tanggal 23 November 2017.
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Etionamid.
https://www.drugbank.ca/structures/DB00609/image.png. Diakses
pada tanggal 23 November 2017.
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Levofloksasin.
https://www.drugbank.ca/structures/DB01137/image.png. Diakses pada
tanggal 3 Januari 2018
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Pirazinamid.
https://www.drugbank.ca/structures/DB00339/image.png. Diakses
pada tanggal 23 November 2017.
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Sikloserin.
https://www.drugbank.ca/structures/DB00260/image.png. Diakses
pada tanggal 23 November 2017.
The Metabolomics Innovation Centre, 2017. Struktur Kimia Streptomisin.
https://www.drugbank.ca/structures/DB01082/image.png. Diakses
pada tanggal 23 November 2017.
Tombokan, C., Waworuntu, O., Buntuan, V., 2016. Potensi Penyebaran Infeksi
Nosokomial Di Ruangan Instalasi Rawat Inap Khusus Tuberkulosis
(Irina C5) Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-
Biomedik (eBm). Vol. 4, Nomor 1. Pp. 1-8.
90
Vale, N., Gomes, P., Santos, H.A., 2013. Metabolism of the Antituberculosis
Drug Ethionamide. Current Drug Metabolism. Vol. 14 (1). pp. 151-
158.
Vanputte C.L., Regan J. L., And Russo A.F., 2013. Seeley’s Anatomy &
Physiology. Ed. 9th, New York : McGraw-Hill Education, pp. 417 –
420.
Vanputte C.L., Regan J. L., And Russo A.F., 2016. Seeley’s Anatomy &
Physiology. Ed. 10th, New York : McGraw-Hill Education, pp. 819-
821.
World Health Organization, 2013. Definitions and Reporting Framework for
Tuberculosis - Revision 2013. Switzerland : WHO Press.
World Health Organization, 2014. Companion handbook to the WHO
guidelines for the programmatic management of drug-resistant
tuberculosis. Switzerland : WHO Press.
World Health Organization. 2017. Global Tuberculosis Report 2017. Geneva :
WHO Press
Wu, J.T., Chiu, C.T., Wei, Y.F., Lai, Y.F., 2015. Comparison of the safety and
efficacy of a fixed-dose combination regimen and separate formulations
for pulmonary tuberculosis treatment. Clinical Science. Vol. 70 (6).
pp. 429-434.
Xu, J., Jin, H., Zhu, H., Zheng, M., Wang, B., Liu,C., Chen, M., Zhou, L., Zhao,
W., Fu, L., Lu, Y., 2013. Oral Bioavailability of Rifampicin, Isoniazid,
Ethambutol, and Pyrazinamide in a 4-Drug Fixed-Dose Combination
Compared With the Separate Formulations in Healthy Chinese Male
Volunteers. Clinical Therapeutics. Volume 35, Number 2. pp. 1-8
Yanti, Y.E., Nurmainah., Hariyanto I.H., 2016., Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap Balita Penderita Pneumonia Dengan
Pendekatan Metode Gyssens Di Rsud Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
Pontianak. Naskah Publikasi. Universitas Tanjungpura Pontianak.
Zhai, K., Lu, Y., Shi , H.Z., 2016. Tuberculous pleural effusion. Journal of
Thoracic Disease. Vol. 8. No. 7. pp. 486-494.
Zheng, J., Rubin, E.J., Bifani, P., Mathys, V., Lim, V., Au, M., Jang, J., Nam, J.,
Dick, T., Walker, J. R., Pethe, K., Camacho, L.R., 2013. para-
Aminosalicylic Acid Is a Prodrug Targeting Dihydrofolate Reductase in
Mycobacterium tuberculosis. The Journal Of Biological Chemistry.
Vol. 288 (32). pp. 23447-23456
Zumla, A., Nahid, P., Cole, S.T., 2013. Advances in the development of new
tuberculosis drugs and treatment regimens.Vol. 12