98
SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SARI JERUK NIPIS DAN MINYAK ATSIRI KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DALAM MENURUNKAN ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD RSUD KOTA MADIUN Oleh : IVO NARETHA PUTTIE NIM : 201503025 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SARI JERUK NIPIS DAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

MENURUNKAN ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD
RSUD KOTA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
MENURUNKAN ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD
RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
2019
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah SWT,
sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang telah
memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku. Skripsi
ini saya persembahkan untuk :
1. Ibunda tersayang (Ibu Ari Narulita) yang telah menorehkan segala kasih
sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tidak kenal lelah dan batas
waktu, yang selalu mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta
memberikan kasih sayang yang teramat besar, juga selalu mengerti semua
keluh kesahku.
2. Kakak dan Adikku tercinta (Voila Werdha Puttie dan Eva Niroha Puttie)
terima kasih telah turut mendo’akan saya dalam menyusun skripsi ini.
3. Ibu Avicena Sakufa M., S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dewan
penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji
skripsi yang telah dibuat oleh penulis.
4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dosen
pembimbing yang senantiasa membimbing saya untuk menyusun skripsi ini.
5. Bapak Beny Suyanto, S.Pd., M.Si, yang saya cintai, selaku dosen
pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya mengerjakan
skripsi ini sampai selesai.
6. Segenap dosen yang telah mengajarkan saya selama delapan semester di
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas ilmu yang telah diberikan.
7. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat dalam
terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
vi
vii
Agama : Islam
Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun
2. Lulusan SD Negeri 02 Madiun Lor 2008.
3. Lulusan SMP Negeri 12 Madiun Tahun 2011
4. Lulusan SMK Negeri 2 Madiun Tahun 2014
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun
2015-2019
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan Rahmat, Ridho’ dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang memberi dukungan
sebagai penyempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih yang sebesarnya kepada :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Penguji dan Ketua
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang telah memberikan sarana dan prasarana untuk peneliti.
3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak Beny Suyanto, S.Pd., M.Si selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh staf RSUD Kota Madiun yang telah menerima dan membantu saya
dalam melakukan pengumpulan data.
6. Seluruh staf Laboratorium Farmasi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
yang telah membantu saya dalam pembuatan minyak atsiri kulit jeruk nipis.
7. Seluruh staf Laboratorium Kesehatan Daerah Ngawi yang telah membantu
saya dalam pengmpulan data angka kuman.
8. Teman-teman yang telah memberikan mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi pembaca serta perkembangan dunia pendidikan
kesehatan di masa yang akan datang.
Madiun, 22 Agustus 2019
2019
ABSTRAK
KULIT JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) DALAM MENURUNKAN
ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD RSUD KOTA MADIUN
98 halaman + 15 Tabel + 5 gambar + 10 lampiran
Infeksi nosokomial (terdapat di rumah sakit) merupakan fokus penting
pencegahan infeksi di semua negara, namun di negara berkembang infeksi ini
adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah. Citrus Lemon
atau Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) memiliki aktivitas biologis minyak atsiri
yang sering digunakan untuk aroma terapi dan mempunyai khasiat sebagai
antiinfeksi, antibakteri, antiracun, antiseptik, antijamur, insektisida, tonik dan anti
virus. Tujuan dari Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian sari jeruk
nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan
angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian menggunakan
one group pre and posttest desain. Uji yang digunakan uji one way anova.
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji alternatif Kruskal-wallis
didapatkan nilai Sig formula sari jeruk nipis 0,065 dan nilai Sig formula minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,065 (p-value >0,05), sehingga H0 diterima dan Ha ditolak
maka menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari pemberian
formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam menurunkan
angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun. Pada uji Pos Hoc Mann Whitney
didapatkan hasil pada formula 30 ml dan 40 ml sari jeruk nipis dan formula 1 ml
dan 4 ml minyak atsiri kulit jeruk nipis merupakan formula paling efektif dalam
menurunkan angka kuman.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan
dari pemberian formula sari jeruk nipis dengan nilai Sig 0,065 (p-value >0,05)
dalam menurunkan angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun.
Kata Kunci : Angka Kuman, Minyak Atsiri, Sari Jeruk, Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia)
2019
ABSTRACT
EMERGENCY ROOM RSUD MADIUN
Nosocomial infections (in hospitals) are an important focus of infection
prevention in all countries, but in developing countries these infections are the
main causes of preventable illness and death. Citrus aurantifolia has the
biological activity of essential oils which are often used for aromatherapy and has
efficacy as an anti-infective, anti-bacterial, anti-poison, anti-septic, anti-fungal,
insecticidal, tonic and anti-viral properties. The purpose of this study was to
determine the effectiveness of lime essential oils and citrus aurantifolia in
reducing germs on the floor Emergency Room RSUD Madiun.
This type of research is experimental. The research design uses one group
pre and posttest design. Test used is one way ANOVA test.
Based on bivariate analysis using the Kruskal-wallis alternative test, it was
found that the Sig value of lime essential formula 0.046 and Sig value of citrus
aurantifolia formula 0.046 with p-value <0.05 so that Ha is accepted, it means
that there is no significant difference in the administration of lime essential
formula to reducing germs on the floor Emergency Room RSUD Madiun. In the
Post Hoc Mann Whitney test results obtained in the formulas of 30 ml and 40 ml
of lime essential and the formula of 1 ml and 4 ml of citrus aurantifolia are the
most effective formulas in reducing the number of germs.
The conclusion of this study is that there is no significant difference in the
administration of lime essential formula with a Sig value of 0.065 (p-value> 0.05)
in reducing the number of germs on the floor Emergency Room RSUD Madiun.
Keywords : Germ Numbers, Lime Essential Oil, Lime Essential, Lime (Citrus
aurantifolia)
1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun .................. 6
1.4.3 Bagi Peneliti..................................................................... 6
2.2.1 Infeksi Nosokomial .......................................................... 10
2.2.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial...................................... 12
2.3 Konsep Rumah Sakit ................................................................... 13
2.3.1 Definisi Rumah Sakit ....................................................... 13
2.3.2 Jenis Rumah Sakit............................................................ 14
xii
2.4.2 Taksonomi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) .................. 17
2.4.3 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ..................................... 18
2.4.4 Komposisi Kimia Jeruk Nipis .......................................... 19
2.5 Konsep Minyak Atsiri ................................................................. 21
2.2.1 Minyak Atsiri ................................................................... 21
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi ..... 23
2.6 Metodologi Penelitian Eksperimen ............................................. 25
2.6.1 Definisi Penelitian Eksperimen ....................................... 25
2.6.2 Macam-Macam Rancangan Penelitian Eksperimen ........ 25
2.6.3 Rancangan Pra Eksperimen ............................................. 25
2.7 Kerangka Teori ............................................................................ 27
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 28
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 29
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 30
4.4.1 Pembuatan Sari Jeruk Nipis ............................................. 33
4.4.2 Pembuatan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis Metode
Destilasi Sederhana .......................................................... 34
4.4.4 Metode TPC (Total Plate Count) .................................... 36
4.5 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 38
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 38
4.6.1 Variabel Penelitian........................................................... 39
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 40
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 40
4.7.2 Waktu Penelitian .............................................................. 41
4.8.1 Sumber Data .................................................................... 41
4.8.2 Jenis Data ......................................................................... 41
4.8.3 Pengumpulan Data ........................................................... 42
4.8.4 Pengolahan Data .............................................................. 42
4.9.1 Analisis Univariat ............................................................ 43
4.9.2 Analisis Bivariat .............................................................. 43
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun .... 45
5.1.1 Fasilitas Pelayanan........................................................... 47
5.2.2 Uji Normalitas ................................................................. 49
5.2.3 Uji Homogenitas .............................................................. 49
5.3 Pembahasan ................................................................................. 52
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 56
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 58
6.2 Saran ............................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60
Tabel 2.1 Bagian Tanaman yang Dipanen, Cara Pengumpulan dan
Kadar Air yang Diinginkan Setelah Pengeringan .................. 24
Tabel 2.2 Bentuk Rancangan One Group Pretest and Posttest
Design..................................................................................... 26
Posttest Design ....................................................................... 31
Tabel 4.3 Waktu Penelitian .................................................................... 41
Tabel 5.1 Komposisi Formula Sari Jeruk Nipis dan Minyak Atsiri
Kulit Jeruk Nipis .................................................................... 48
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data Sari Jeruk Nipis ..................................... 49
Tabel 5.4 Uji Normalitas Data Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis ........... 49
Tabel 5.5 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Sari Jeruk Nipis ..................... 50
Tabel 5.6 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis ....................................................................................... 50
Tabel 5.7 Hasil Pos Hoc Mann-Whitney Sari Jeruk Nipis ..................... 51
Tabel 5.8 Hasil Pos Hoc Mann-Whitney Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis ....................................................................................... 51
xv
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 28
Gambar 4.1 Replikasi Formula Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
untuk Menurunkan Angka Kuman Pada Lantai ................ 32
Gambar 4.2 Tahapan Penelitian ............................................................ 33
Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 38
xvi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .................................................................... 65
Lampiran 3 Hasil Data Angka Kuman RSUD Kota Madiun Tahun 2018 ...... 66
Lampiran 4 Hasil Uji Laboratorium................................................................ 67
Lampiran 7 Dokumentasi ................................................................................ 74
Lampiran 9 Kartu Bimbingan ......................................................................... 77
Lampiran 10 Lembar Perseyujuan Perbaikan Skripsi ....................................... 78
xvii
UGD : Unit Gawat Darurat
PPI : Pencegahan Pengendalian Infeksi
CFU : Conoly Forming Unit
Cymedia : Genus Cymedia
Fortunella : Genus Fortunella
Poncirus : Jeruk Ponsil
Salmonella : Jenis Bakteri
Shigella : Jenis Bakteri
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) adalah jenis tumbuhan yang masuk ke
dalam suku jeruk-jerukan tersebar di Asia dan Amerika Tengah yang dikenal juga
dengan nama lokal limau asam dari daerah Sunda dan di daerah Jawa sebagai
jeruk pecel. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) biasa digunakan sebagai bumbu
masak atau sebagai bahan campuran sabun cuci. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
juga bisa digunakan sebagai obat diantaranya dapat mengobati penyakit amandel,
influenza, dan disentri (Permana, 2007).
Citrus Lemon atau Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) memiliki aktivitas
biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk aroma terapi dan mempunyai
khasiat sebagai antiinfeksi, antibakteri, antiracun, antiseptik, antijamur,
insektisida, tonik dan anti virus (Agusta, 2000).
Infeksi nosokomial (terdapat di rumah sakit) merupakan fokus penting
pencegahan infeksi di semua negara, namun di negara berkembang infeksi ini
adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah. Kejadian
infeksi nosokomial di negara berkembang jauh lebih tinggi karena kurangnya
pengawasan, praktik pencegahan infeksi yang buruk, dan rumah sakit yang penuh
dan sesak. (Irianto, 2013).
Angka kejadian infeksi nosokomial secara umum di dunia cukup tinggi
yaitu 7,1% per tahun atau dari 190 juta pasien yang dirawat, penelitian WHO
tahun 2010 juga menemukan bahwa prevalensi infeksi nosokomial yang tertinggi
2
terjadi pada ruang ICU, perawatan bedah akut, dan bangsal orthopedi. Tidak
mengherankan apabila kejadian infeksi lebih tinggi di antara pasien yang lebih
rentan karena usia tua, dan beratnya penyakit yang sedang diderita.
Di Indonesia pada tahun 2013 prosentase infeksi nosokomial di provinsi
Jawa Timur menempati urutan ke tiga provinsi di Jawa, yaitu Jawa Barat 2.2%,
Jawa Tengah 0,8%, Jawa Timur 0,5%. Kemudian berdasarkan informasi dari
Dinkes Provinsi Jawa Timur angka insiden infeksi nosokomial di Jawa Timur
mengalami tren naik dari tahun 2011 dengan 306 kejadian, kemudian tahun 2012
dengan angka 400 kejadian dan pada tahun 2013 mencapai 526 kejadian (Dinkes
Jawa Timur 2014). Selanjutnya data yang diperoleh dari ruang Pencegahan
Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Kota Madiun menunjukkan bahwa selama
tahun 2016 terdapat 5 kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) dalam kategori luka
steril terkontaminasi (RSUD Kota Madiun, 2016).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan. Oleh karena itu rumah sakit menjadi salah satu tempat yang
harus mendapat perhatian dan penanganan serius. Syarat lantai dan dinding pada
rumah sakit harus bersih, dengan tingkat kebersihan ruang operasi sebesar 0-5
CFU/cm² dan bebas patogen serta gas gangren, ruang perawatan 5-10 CFU/cm²,
ruang isolasi 0-5 CFU/cm² dan ruang UGD 5-10 CFU/cm² (Kepmenkes, 2004).
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari 2019
didapatkan data sekunder angka kuman periode 2018 pada lantai UGD RSUD
3
Madiun sebesar 104 CFU/cm² (RSUD Kota Madiun, 2018). Berdasarkan data
tersebut angka kuman yang ada pada lantai UGD RSUD Madiun jauh melebihi
nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 5-10 CFU/cm².
Menurut sebuah penelitian Christina (2017) yang dilakukan di
Laboratorium Pasteur dan Ruang Kultur Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma diketahui efektivitas larutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) konsetrasi
10% dapat meminimalisasi kuman patogen Staphylococcus epidermidis sebesar
41,30%, dengan penurunan angka kuman sebesar 14,11 CFU/cm². Larutan jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 20% dengan efektivitas sebesar 52,26%,
dengan penurunan angka kuman 17,89 CFU/cm². Larutan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsentrasi 30% dengan efektivitas sebesar 72,97% dengan angka
kuman 24,67 CFU/cm². Peningkatan konsentrasi larutan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) yang digunakan dalam pengepelan lantai rumah sakit berbanding
lurus dengan peningkatan efektivitas dalam meminimalisasi kuman patogen.
Disarankan peningkatan pembersihan lantai sehingga mencapai standart 5-10
CFU/cm², penggunaan larutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai
disenfektan dirumah sakit perlu dikembangkan.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik menggunakan buah jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) yang diambil sari buah dan kemudian minyak atsiri yang
diambil dari kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia), karena buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) banyak terdapat di daerah Madiun dan harganya yang relatif
terjangkau. Mengingat manfaat dari minyak atsiri jeruk nipis (Citrus aurontifolia)
diantaranya mengandung unsur-unsur senyawa kimia xitrol sebanyak ±7,5% yang
4
antibiotik.
Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Swingle) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis, sedangkan pada penelitian ini jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai penghasil minyak atsiri yang berfungsi sebagai antibakteri.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Efektivitas Pemberian Sari Jeruk Nipis dan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) Dalam Menurunkan Angka Kuman Di Lantai UGD RSUD
Kota Madiun”.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
masalah peneliti yaitu menganalisis secara langsung efektivitas pemberian sari
jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
menurunkan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman di lantai UGD
RSUD Kota Madiun.
1. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD Kota
Madiun menggunakan cairan sari jeruk nipis formula 7,5% dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan formula 0,25%.
2. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD Kota
Madiun menggunakan cairan sari jeruk nipis formula 5,0% dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan formula 0,50%.
3. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD Kota
Madiun menggunakan sari jeruk nipis formula 2,5% dan cairan minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan dosis 0,75%.
4. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD Kota
Madiun menggunakan cairan sari jeruk nipis formula 10% dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan dosis 1%.
5. Menganalisis perbedaan formula cairan sari jeruk nipis dan minyak atsiri
kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman di
lantai UGD RSUD Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapan menjadikan referensi
untuk menggunakan disenfektan alternatif sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman lantai.
6
Menambah bahan perpustakaan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
tentang efektivitas pemberian sari jeruk nipis minyak atsiri kulit jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai sarana menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman.
1.5 Penelitian Terdahulu
minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka
kuman, antara lain:
kesehatan ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti manusia,
hewan dan sebagainya. Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan
tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan
lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang yang tumbuh
dihitung dari hasil perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari
jumlah dalam suspensi tersebut (Nur Amaliyah, 2017).
2.1.2 Morfologi Kuman
Morfologi kuman dapat dibbagi dalam tiga bentuk utama, yaitu : kokus,
batang, dan spiral. (Fak. Kedokteran UI)
1. Kokus : kuman berbentuk bulat yang susunanya terdapat mikrokokus
(tersendiri/ single), Diplokokus (berpasangan), Pneumokokus adalah
diplokokus yang berbentuk biji kopi, Tetrade (tersusun rapi dalam
kelompok 4 sel), Sarsina (kelompok 8 sel yang tersusun rapi dalam bentuk
kubus), Streptokokus (tersusun rapi seperti rantai), Stafilokokus
(bergerombol tak teratur seperti untaian buah anggur).
9
2. Basilus : Kuman berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari 2-10
kali diameter kuman tersebut. Kokobasilus (batang yang sangat pendek
menyerupai kokus), Fusiformis (dengan kedua batang ujung runcing),
Streptobasilus (sel-sel bergandengan membentuk suatu filament)
3. Spiral: Vibio (berbentuk batang bengkok), Spirilum (berbentuk kasar dan
kaku, tidak fleksibel, dan dapat bergerak dengan flagel), Spirokhaeta
(berbentuk spiral halus, elastic dan fleksibel, dapat bergerak dengan aksial
filament), borrelia (berbentuk gelombang), Treponema (berbentuk spriral
halus dan terutur), leptospira (berbentuk spiral dengan kaitan pada satu
atau kedua ujungnya).
2.1.3 Jumlah Kuman
selalu dalam keadaan bersih. Berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan standart
untuk perhitungan angka kuman yang dapat dijadikan parameter kebersihan lantai
dan dinding rumah sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1204Menkes/SK/X/2004 yaitu angka kuman pada lantai dan
dinding rumah sakit yaitu
10
kesehatan yang ditetapkan..
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari 2019
didapatkan data angka kuman periode 2018 pada lantai UGD RSUD Madiun
sebesar 104 CFU/cm² (RSUD Kota Madiun, 2018). Berdasarkan data tersebut
angka kuman yang ada pada lantai UGD RSUD Madiun jauh melebihi nilai baku
mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 5-10 CFU/cm².
2.2 Konsep Penyakit Infeksi
2.2.1 Infeksi Nosokomial
Infeksi yang didapat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial dari bahasa
latin nosokomium yang berati rumah sakit (Joyce James dkk, 2008). Seperti yang
diketahui bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan
menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan.
Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Rumah sakit sebagai
institusi pelayanan medis tidak mungkin lepas dari keberadaan sejumlah mikroba
patogen. Hal ini dikarenakan :
1. Rumah sakit merupakan tempat perawatan segala jenis macam penyakit.
2. Rumah sakit merupakan gudangnya mikroba patogen.
3. Mikroba patogen yang ada umumnya sudah kebal terhadap antibiotik.
Semakin luas jangkauan pelayanan, maka semakin banyak penderita yang
dilayani, serta semakin banyak penderita yang memerlukan rawat inap. Bila
11
sanitasi rumah sakit tidak terjamin dengan baik, maka semakin besar resiko
terjadinya ancaman infeksi nosokomial pada penderita-penderita yang sedang
dalam proses asuhan keperawatan. (Darmadi,2008)
Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/
komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit (Healthcare-
Associated Infections/ HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit
beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired
Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan
atau “HAIs” (Healthcare Associated Infections) dengan pengertian yang lebih
luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat
dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien
namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada
saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. (Permenkes,
2017).
1. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung,
dan droplet. Kontak langsung terjadi apabila sumber infeksi berhubungan
langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan
infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak berlangsung terjadi
apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati).
Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh
infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
12
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman,
dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjam. Adapun
jenis-jenis common vehicle adalah darah, obat-obatan, cairan intravena,
dan lain sebagainya.
Penularan ini terjadi apabila mikroorganisme mempunyai ukuran yang
sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup
jauh, dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang
terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut
penularan secara eksternal apabila terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan
salmonella oleh lalat. Sedangkan penularan secara internal apabila
mikroorganisme masuk kedalam tubuh vector dan dapat terjadi perubahan
secra biologis. (Bea, 2012)
2.2.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial
Berdasarkan epidemioligi infeksi nosokomial upaya penegahan terdiri dari
dasar upaya pencegahan yang berkaitan dengan rumah sakit dan isolasi penderita
isolasi sumber dan isolasi perlindungan (Adisasmito, 2008).
13
memutuskan rantai infeksi melalui pengobatan dan upaya pencegahan lainnya.
Sterilisasi dengan menggunakan antiseptik kulit sebelum melakukan penyuntikan
atau waktu pemasangan kateter, sterilisasi alat-alat bedah dan kedokteran
gigi/bedah dapat dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri dan penggunaan
disenfektan untuk membunuh bakteri patogen lainnya di permukaan benda-benda
untuk mencegah kontaminasi dan mengurangi kontaminasi dan mengurangi resiko
infeksi.
Menurut WHO Rumah Sakit didefinisikan sebagai “Expert Committee On
Organization Of Medical Care: is an intergital part of social and medical
organization, the function of which is to provide for the population complete
health care, both curative an preventive and whose out patient service reach out
the family and this home environment; the hospital is also a center for the training
of health works and for biosocial research” yang berati rumah sakit adalah tempat
komite ahli tentang organisasi perawatan medis: adalah bagian yanag tidak
terpisahkan dari organisasi sosial dan medis, yang fungsinya adalah menyediakan
perawatan kesehatan lengkap, baik kuratif, preventif, dan layanan rawat jalan
untuk keluarga dan lingkungan rumah; rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan kerja kesehatan dan penelitian biososial.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri No.44 Tahun 2009 adalah Rumah
sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatanmerupakan bagian dari
14
sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi
dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakatnya.
Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit di indonesia dibedakan ke dalam
dua jenis menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 yakni:
1. Rumah sakit publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
(termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum yang lain yang bersifat
nirlaba.
b. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi.
c. Rumah sakit milik pemerintah daerah kabupaten atau kota.
d. Rumah sakit milik Tentara Nasional Indonesia (TNI).
e. Rumah sakit milik Kepolisisan Republik Indonesia (POLRI).
f. Rumah sakit milik departemen diluar departemen kesehatan (termasuk
milik badan usaha milik negara seperti pertamina).
2. Rumah sakit private, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Rumah sakit private meliputi:
a. Rumah sakit milik yayasan.
b. Rumah sakit milik perusahaan.
c. Rumah sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar negeri).
d. Rumah sakit milik badan hukum lain.
Sedangkan bedasarkan jenis kelasnya, rumah sakit di Indonesia dibedakan
menjadi 4 kelas menurut Kepmenkes No. 51 Menkes/Per/I/2010 yaitu:
1. Rumah sakit kelas A.
2. Rumah sakit kelas B (pendidikan dan non pendidikan).
3. Rumah sakit kelas C
4. Rumah sakit kelas D
Kelas rumah sakit juga dibedakan bedasarkan jenis pelayanan yang
tersedia. Pada rumah sakit kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas
termasuk pelayanan subsspesialistik. Rumah sakit B mempunyai pelayanan
minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. Rumah sakit kelas C
mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan
dan anak). Dirumah sakit kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar. Namun
saat kini pemerintah suadah berusaha dan telah meningkatkan status semua rumah
sakit kabupaten menjadi rumah sakit kelas C.
2.3.3 Persyaratan Bangunan Rumah Sakit
1. Lantai dan dinding : bersih, lantai tidak licin, bahan kuat kedap air dan
permukaan rata, bagian lantai yang selalu kontak dengan air dibuat miring
kearah saluran pembuangan agar tidak terbentuk genangan air, permukaan
dinding berwarna terang.
16
2. Atap : kuat dan tidak bocor, tidak memungkinkan terjadi genangan air.
3. Langit-langit : tinggi dari lantai minimal 2,5 meter dan bebas dari sarang
laba-laba.
4. Pintu : dapat dibuka, ditutup dan dikunci dengan baik agar dapat mecegah
masuknya binatang pengganggu.
5. Kondisi ruang : tidak pengap, tidak bau, bebas dari kuman pathogen, kadar
gas tidak beracun.
6. Ventilasi : lubang pembuangan dan pemasukan udara paling sedikit 7 fet
dari tinggi lantai, exhaust fans harus ditemptakan paling ujung dari
ruangan, filter udara pada AC harus selalu dibersihkann secara teratur.
(Santoso, 2015)
2.4.1 Jeruk (Citrus sp)
Jeruk dikenal berasal dari Asia Tenggara, yaitu India, China Selatan, dan
beberapa jenis dari Florida, Australia Utara, dan Kaledonia. Jeruk besar dapat
dijumpai di Kalimantan dan Malaysia. Namun, kini tanaman jeruk dapat dijumpai
diseluruh dunia. Jeruk memiliki banyak spesies dari enam genus, yakni Citrus,
Mikro citrus, Fortunella, Poncirus, Cymedia dan Eremocitrus. Genus yang
terkenal adalah Citrus, Fortunella, dan Poncitrus. Namun, yang memiliki nilai
ekonomi tinggi hanyalah Citrus. Spesies jeruk yang terkenal sebagai berikut:
1. Jeruk Keprok (Citrus reticulta), termasuk jeruk siam. Terkenal dengan
jeruk mandarin.
2. Jeruk manis (Citrus sinensis), termasuk jeruk Washington Navel Orange
(WNO) yang disebut orange, jenis jeruk yang termasuk orange adalah
sour orange.
3. Jeruk besar atau jeruk gulung (Citrus grandis atau Citrus maxima) jenis
jeruk yang termasuk jeruk besar adalah Citrus Paradisi yang dikenal
dengan jeruk dewata (grape fruit) atau pamelo.
4. Jeuk nipis (Citrus aurantifolia) yang biasa disebut lemon (lime) tidak
dapat dikupas bisanya untuk dibuat minuman.
5. Jeruk purut (Citrus hystrix) termasuk jeruk sambal juga disebut lemon
tidak dapat dikupas. (Sunarjono, 2010)
2.4.2 Taksonomi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Menurut (Sunarjono, 2010) Taksonomi atau Morfologi Jeruk Nipis adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Klas : Dicotiledonae
Bangsa : Prutales
Family : Rutaceae
Genues : Citrus
18
2.4.3 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Jeruk nipis atau lebih dikenal dengan jeruk pecel jenis jeruk yang buahnya
banyak mengandung air, rasa sangat masam dengan aroma sangat sedap (Kamus
Pertanian Umum, 2013). Jeruk nipis (Citrus aurontifolia) merupakan tanaman
perdu yang memiliki banyak cabang dan ranting. Tinggi tanaman ini berkisar
antara 3-5 meter. Batangnya berkayu keras dan ulet. Batang muda berwarna hijau
dan berangsur menjadi putih kecoklatan hingga coklat setelah menjadi batang tua.
Arah tumbuh batang mengangguk, yaitu tumbuh tegak lurus ke atas kemudian
ujungnya membengkok kembali ke bawah. Tanaman jeruk nipis umumnya sudah
mulai berbunga dan berbuah pada umur 2,5 tahun setelah ditanam. Buah jeruk
nipis berbentuk bulat sampai bulat telur, bewarna hijau saat masih muda dan
kekuningan saat tua. Buah jeruk nipis yang memiliki ukuran lebih kecil dan
sedang biasanya memiliki kulit yang lebih tipis dibanding dengan buah yang
besar. Buah jeruk nipis mengandung biji-biji yang kecil-kecil berbentuk bulat
telur sungsang berwarna putih. Biji jeruk nipis memiliki dua lapisan luar yang
disebut testa dan lapisan kulit yang disebut tegmen (Kholis, 2013).
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu tanaman toga yang
digunakan pada masyarakat, baik untuk bumbu masakan maupun untuk obat-
obatan dan dari bagian perasan air buah jeruk nipisnya memiliki daya anti bakteri.
(Awang, 2014). Air perasan buah jeruk nipis juga dapat menyembuhkan penyakit
batuk. Selain buah, kulit buah jeruk nipis juga mempunyai kegunaan karena dalam
kulit buah jeruk nipis tersebut mengandung minyak atsiri. Kulit terluar buah jeruk
nipis dapat diambil minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan obat dan hampir
19
seluruh industri makanan, minuman, sabun, kosmetik dan parfum menggunakan
sedikit minyak atsiri ini sebagai pengharum dan juga dapat digunakan sebagai
antirematik, antiseptik, antiracun, astringent, antibakteri, diuretik, antipiretik,
antihipertensi, antijamur, insektisida, tonik, antivirus, ekspektoran (Agusta, 2000).
Menurut Rahardjo (2012) aktivitas antibakteri dari buah jeruk nipis
memiliki sejumlah asam organik seperti asam sitrat yang merupakan komponen
utama kemudian asam malat, asam laktat dan asam tartarat yang berfungsi
menghambatan sebagai antibakteri dari asam organik karena penurunan pH
dibawah kisaran pertumbuhan mikroorganisme dan penghambatan metabolisme
oleh molekul asam yang tak terdisosiasi dan didapat dari hasil analisis
menunjukkan bahwa pemberian sari nipis dalam pakan ayam boiler memberikan
pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah baktei E. coli dalam saluran
pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk nipis dengan prosentase hingga
0,6% sangat nyata mampu mempengaruhi perkembangan bakteri E. coli dalam
saluran pencernaan ayam boiler. Hasil tersebut disebabakan adanya senyawa
flavonoid yang terdapat pada tanaman jeruk nipis sehingga mampu menekan
pertumbuhan bakteri E. coli.
Pada umumnya masyarakat sudah mengetahui akan komposisi vitamin C
nya yang cukup besar. Namun ternyata masih banyak lagi komposisi dari buah ini
seperti halnya mineral yang dikandungnya (Anna, 2012). Dalam setiap 100 gram
buah jeruk nipis terkandung vitamin C 27 mg, kalsium 40 mg, fosfor 22 mg,
karbohidrat 12,4 mg, vitamin B 10,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1 mg, kalori
20
37 mg, protein 0,8 mg, air 86 g, dan zat-zat lainnya hingga 100% (Prasetyono,
2012).
nipis sangat beragam, diantaranya vitamin C dan bioflavonoid memiliki manfaat
untuk memperbaiki daya tahan tubuh dan antioksidan. Selain itu vitamin C adalah
salah satu komponen untuk pembentukan kolagen secara alami di dalam tubuh.
Air jeruk nipis juga dapat digunakan obat kumur pada penderita sakit
tenggorokan, dapat mengatasi bau mulut yang tak sedap karena mengandung zat
asam yang dapat mematikan kuman (Awang,2014)
Pada penelitian yang dilakukan Yusdiman (2016) dalam efek pemberian
sari jeruk nipis terhadap bobot akhir ayam boiler dan jumlah bakteri patogen pada
usus dengan pemberian sari jeruk nipis yang didapatkan dengan menggunakan
metode pemerasan yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu pencucian,
pemotongan, dan penyaringan. Setelah memperoleh sari jeruk nipis, maka sari
tersebut dicampur dengan pakan yang telah disusun untuk diberikan pada ayam
boiler dengan prosentase pemberian hingga 0,6 %. Hasil analisis ragam,
menunjukkan bahwa pemberian sari jeruk nipis dalam pakan ayam boiler
memberikan pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap bobot akhir ayam boiler.
Pada hasil analisis ragam pemberian sari jeruk nipis dalam pakan ayam boiler
memberikan pengaruh nyata p(<0,01) terhadap jumlah bakteri salmonella dan
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk nipis dengan
prosentase hingga 0,6% sangat nyata menurunkan jumlah bakteri salmonella dan
21
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler karena disebabkan adanya senyawa
flavonoid yang terdapat pada buah jeruk nipis.
2.5 Konsep Minyak Atsiri
disebabkan karena Indonesia memilikiklim tropis sehingga keanekaragaman
hayatinya sangat tinggi (Munawaroh dan Handayani, 2010).
Minyak atsiri merupakan senyawa organik yang berasal dari tumbuhan dan
bersifat mudah menguap. Kegunaanya sebagai bahan baku untuk industri parfum
atau bahan pewangian, bahan aroma. Minyak atsiri juga digunakan sebagai bahan
baku obat dan aromaterapi. (Syahbana, 2010)
Minyak atsiri atau dikenal sebagai minyak eteris (aestheric oil) merupakan
hasil dari metabolisme sekunder suatu tanaman. Aroma yang dimiliki minyak
atsiri bergantung dari jenis tanaman penghasilnya, selain itu minyak atsiri dari
tanaman yang berbeda juga memiliki kandungan zat yang tidak sama. Minyak
atsiri pada umumnya mengandung beberapa komponen senyawa seperti
Citronelal, Citronelol, Limonen, β-Pinene dan sabinene (Muhtadin dkk, 2013).
Minyak atsiri yang berasal dari tanaman jeruk nipis banyak dimanfaatkan
oleh industri kimia parfum, selain itu juga digunakan sebagai penambah aroma
jeruk pada minuman dan makanan, serta bidang kesehatan digunakan sebagai
antioksidan dan antikanker (Razak dkk, 2013).
Daya antibakteri minyak atsiri jeruk nipis disebabkan oleh adanya
senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Salah
22
satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali
lebih kuat dibandingkan fenol (Endah, 2012)
Menurut penelitian yang dilakukan Diah (2017) minyak atsiri yang
terdapat pada tanaman jeruk nipis merupakan suatu subtansi alami yang dikenal
memiliki efek antibakteri. Komposisi senyawa minyak atsiri dalam jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) adalah limonene (53,92%), α-pinen (0,33), mirsen (1,58%),
β-pinen (0,97%), sabinen (2,06%) dan isokamfen (0,56%) yang termasuk
golongan hidrokarbon monoterpen; geraniol (1,33%), linalol (1,20%), neral
(9,88%), nerol (1,38%), geranial (12,26%), geranil asetat (2,03%), α-terpineol
(0,42%), sitronelol (0,67%), dan neril asetat (4,56%) yang termasuk golongan
hidrokarbon siskuiterpen.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Alfiannur (2017) minyak atsiri kulit
jeruk manis (Citrus sinensi L.) yang diperoleh dengan metode destilasi uap air
memiliki keunggulan yaitu minyak yang dihasilkan lebih murni, sederhana dan
ramah lingkungan karena tidak melibatkan pelarut berbahaya. Adapun randemen
yang dihasilkan adalah sebesar 0,1%. Hasil identifikasi kromatografi Gas-
Sprektoskopi Massa (KG-SM) menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit jeruk
manis (Citrus sinensi L.) memiliki komponen senyawa dl-limonen sebesar
99,78% dan Octamethyl-Cyclotetrasiloxane yang merupaka senyawa hidrokarbon
sebesar 0,22%. Minyak atsiri yang diperoleh dibuat dengan berbagai konsentrasi
(0,25, 2, 10, 100 dan 500 mg/ml. Uji aktivitas antibekateri dilakukan dengan
metode kertas cakram (disc diffusion method) memberikan efek terhadap bakteri
uji berupa zona bening disekitar kertas cakram dengan rata-rata diameter zona
23
hambat yang dihasilkan berturut-turut 2; 6; 7; 7,5; 8,1 dan 10,9 mm untuk
Staphylococcus aureus dan 0; 0; 0; 2,4 dan 2,9 untuk Escherichia coli.
2.5.2 Perkembangan Minyak Atsiri
tahun, jumlah permintaan minyak atsiri di dunia mengalami kenaikan sekitar
10%. Dengan meningkatnya permintaan minyak atsiri ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya informasi mengenai minyak atsiri yang semakin
gencar dan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke penggunaan bahan alami
(back to nature). Potensi bisnis minyak atsiri masih sangat terbuka. Pasalnya,
harga bahan bakunya yang relatif murah dan sementara itu harga jual minyak
atsiri masih sangat tinggi. Pengembangan minyak atsiri di Indonesia berhubungan
erat dengan pengembangan teknologi pengolahan minyak atsiri. Selain itu,
penelitian terus menerus dilakukan untuk memanfaatkan seluruh bagian tanaman
yang mengandung minyal atsiri. Harapannya agar dari satu jenis tanaman dapat
dihasilkan beragam jenis minyak atsiri. (Syahbana, 2010)
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya adalah
karakteristik bagian tanaman yang diekstraksi, pelarut, suhu, tekanan dan waktu.
Sebagai akibat dari kemajuan dalam teknologi dan tekhnik ekstraksi, maka
perkembangan industri di bidang farmasi, bahan tambahan makanan dan pestisida
yang memanfaatkan molekul-molekul bahan aktif dari bahan alami juga semakin
pesat. Efek senyawa bahan aktif yang diperoleh dari suatu proses ekstraksi sangat
tergantung pada sifat atau karakteristik tanaman yang diekstraksi, asal derajat
24
pemerosesan, kadar air, dan ukuran partikel bagian tanaman yang diekstraksi.
Sedangkan kualitas ekstrak bahan aktif dari tanaman sangat tergantung pada
bagian tanaman yang diekstraksi, pelarut, dan tekhnik ekstraksi yang digunakan.
(Cahyo, 2015).
Tabel 2.1 Bagian Tanaman yang Dipanen, Cara Pengumpulan dan Kadar Air
yang Diinginkan Setelah Pengeringan
ukuran panjang dan lebar tertentu ; untuk kulit
batang yang mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol dikupas menggunakan
alat pengupas yang bukan terbuat dari logam
besi.
<10%
dengan panjang tertentu.
kulit dikelupas.
tangan satu persatu.
daun bunga dipetik dengan tangan.
< 5%
mengandung daun muda dan bunga.
< 8%
dengan ukuran tertentu.
tertentu
< 8%
dipetik dengan tangan.
dikumpulkan dan dicuci.
Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikupas dan dicuci. < 8%
Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun
dan akar dengan memotongnya, kemudian
dicuci.
< 8%
25
dengan melakukan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian
yang digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam,
2016). Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan
melakukan uji coba atau intervensi pada subyek penelitian kemudian efek dari
intervensi tersebut diukur dan dianalisi (Dharma, 2011).
2.6.2 Macam-Macam Rancangan Penelitian Eksperimen
Rancangan penelitian eksperimen dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
sebagai berikut :
2.6.3 Rancangan Pra Eksperimen
kontrol (pembanding). Menggunakan rancangan penelitian eksperimen one group
pre and posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan satu
26
(Saryono, 2013). Bentuk Rancangan ini sebagai berikut
Tabel 2.2 Bentuk Rancangan One Group Pretest and Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
Keterangan :
02 : Posttest
teori sebagai berikut :
Sumber Infeksi
3.1 Kerangka Konseptual
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
jeruk nipis dengan formula
suatu penelitian. Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih. Berdasarkan permasalahan, kajian pustaka, dan kerangka
konseptual maka dalam peneliti ini dapat dirumuskan hipotesis alternatif sebagai
berikut :
1. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 7,5% pemberian sari
jeruk nipis dan formula 0,25% minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia).
2. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 5,0 pemberian sari
jeruk nipis dan formula 0,50% minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia).
3. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 2,5% pemberian sari
jeruk nipis dan formula 0,75 minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia).
4. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 10% pemberian sari
jeruk nipis dan formula 1% minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia).
5. Ha : Ada perbedaan formula pemberian sari jeruk nipis dan formula
minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
menurunkan angka kuman.
sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian arau masalah. Desaian penelitian
merupakan prosedur perencanaan dimana peneliti dapat menjawab pertanyaan
penelitian secara valid, objektif, akurat dan hemat ekonomis. Desain penelitian
merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga
memberikan arah bagi peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan atau masalah penelitian (Cholik, 2017).
Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan melakukan uji coba pada subyek penelitian
kemudian efek dari intervensi tersebut diukur dan dianalisis (Dharma, 2011). Pada
penelitian ini menggunakan pra eksperimen yaitu penelitian eksperimen yang
hanya menggunakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok kontrol
(pembanding). Menggunakan rancangan penelitian eksperimen one group pre and
posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok
subjek saja, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian
eksperimen ini dilakukan dengan pemberian minyak atsiri kulit jeruk nipis untuk
menurunkan angka kuman di lantai rumah sakit.
31
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian Eksperimen One Group Pre and Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
Keterangan :
01 = Pengukuran pertama angka kuman lantai
X (0,5) = Pemberian formula sari jeruk nipis 7,5% dan minyak atsiri kulit jeruk
nipis 0,25%
X (1) = Pemberian formula sari jeruk nipis 5,0% dan minyak atsiri kulit jeruk
nipis 0,50%
X (1,5) = Pemberian formula sari jeruk nipis 2,5% dan minyak atsiri kulit jeruk
nipis 0,75%
X (2) = Pemberian formula sari jeruk nipis 10% dan minyak atsiri kulit jeruk
nipis 1%
antara program (intervensi) satu dengan yang lainnya dapat dicapai.
4.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi populasi penelitian
(Cholik, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ruang lantai yang ada
di RSUD Kota Madiun.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi
(Saryono, 2013). Sampel pada penelitian ini adalah lantai ruang UGD RSUD Kota
Madiun.
Replikasi formula minyak atsiri kulit jeruk nipis untuk menurunkan angka
kuman pada lantai rumah sakit adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Replikasi Formula Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis untuk
Menurunkan Angka Kuman Pada Lantai.
Ket : : Pemberian formula
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
a. Air bersih
kulit jeruk
nipis 1%.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
33
1. Bahan : a. Buah nipis segar
2. Alat : a. Juicer
Pengambilan Sampel Angka Kuman Ruang
UGD
Penambahan Formula Sari Jeruk Nipis 7,5%,
5,0% , 2,5% , 10% dan Minyak Atsiri Kulit
Jeruk Nipis 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%
Pemeriksaan Uji Laboratorium Menggunakan
a. Cuci buah jeruk nipis hingga bersih
b. Masukkan buah jeruk nipis ke dalam juicer yang telah dibersihkan
c. Setelah memperoleh sari jeruk nipis masukkan kedalam botol yang
telah dibersihkan
Sederhana
b. Air Aquades
c. Alumunium Foil
d. Erlemayer
3. Cara Pembuatan Minyak Atsiri :
a. Kupas kulit jeruk nipis setipis mungkin agar bagian putih jeruk nipis
tidak ikut terkupas
c. Keringkan dengan menggunakan oven pengering selama 12 jam
d. Timbang kembali kulit jeruk nipis yang sudah kering
35
e. Pasang rangkaian alat destilasi sesuai dengan petunjuk, lalu tutup
lubang yang ada pada rangkaian alat destilasi menggunakan
alumunium foil yang bertujuan untuk menghambat destilasi minyak
atsiri menguap
f. Masukkan kulit jeruk nipis yang sudah dikeringkan ke dalam labu alas
500 ml dengan perbandingan air 330 ml per 396 gr kulit jeruk nipis
kering.
g. Tunggu waktu destilasi selama 7 jam agar mendapatkan hasil minyak
atsiri yang bagus.
c. Minyak atsiri kulit jeruk nipis
d. Sari jeruk nipis
kontaminasi langsung dengan kuman
b. Siapkan media amies yang sudah berisi agar gel, kemudian
aplikasikan pada lantai kotor (sebelum pemberian sari jeruk nipis dan
minyak atsiri kulit jeruk nipis) satu arah)
c. Pengusapan pada lantai dilakukan pada 4 titik, setiap titik dilakukan 4
kali pengulangan secara berturut-turut.
d. Pemberian formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri menggunakan
pipet ukur ke dalam air 100ml, aplikasikan ke titik lantai yang
sebelumnya telah diambil sampel kuman, tunggu sampai kering
e. Ambil media amies yang baru kemudian ambil sampel kuman secara
berurutan
ke Laboratorium Kesehatan Daerah Ngawi.
4.4.4 Metode TPC (Total Plate Count)
Metode TPC atau hitungan cawan adalah tekhnik pengamatan mikroba
yang masih hidup yang dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah mikroba yang
ada dengan cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media agar.
Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba masih hidup dan ditumbuhkan
pada medium agar maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung menggunakan mikroskop. Dalam penelitian ini
uji laboratoriun metode TPC menggunakan jasa dari Laboratorium Kesehatan
Daerah Ngawi.
37
Alat :
a. Cairkan PCA pada pemanas air
b. 1 ml sampel diencerkan dalam 9 ml larutan gram fisiologis sampai
pengenceran yang diperlukan
c. Pipet sebanya 0,1 ml sampel yang telah diencerkan ke PCA yang telah
beku
d. Inkubasi pada suhu 35C dalam incubator dengan posisi terbalik
selama 2-3 hari
e. Hitung koloni yang tumbuh pada permukaan PCA dengan Colony-
counter
f. Tentukan jumlah koloni jasad renik untuk setiap 100 cm² dengan
rumus sebagai berikut :
Luas cawan
(Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Popolasi
Seluruh ruangan yang ada di rumah sakit RSUD Kota Madiun
Sampel
Desain Penelitian
Jenis rancangan pra eksperimen dengan one group pre and posttest design
Pengumpulan Data
Uji Laboratorium
Variabel Bebas :
formula 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%
Variabel Terikat :
4.6.1 Variabel Penelitian
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Menurut Sugiyono (2011) terdapat 2
jenis variabel yaitu :
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel bebas. Dalam penelitian
ini yang menjadi varilabel bebas adalah dosis minyak atsiri kulit jeruk
nipis.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikat adalah efektivitas penurunan angka kuman pada
lantai.
semua istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam,
2013). Adapun definisi operasional penelitian ini akan diuraikan dalam tabel
berikut :
40
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Data
1 Formula 1. Sari jeruk nipis 7,5% (30 ml) dan
minyak atsiri kulit jeruk nipis 0,25%
(1 ml)
minyak atsiri kulit jeruk nipis 0,50%
(2 ml)
minyak atsiri kulit jeruk nipis 0,75%
(3 ml)
minyak atsiri kulit jeruk nipis 1%
(4 ml)
asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup
dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah diinkubasikan
yang sesuai.
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan salah satu rumah sakit yang berada di kota Madiun
yaitu RSUD Kota Madiun Jl. Campursari 12B Sogaten, sedangkan untuk
pemeriksaan Laboratorium dilakukan di kampus STIKES BHM Madiun untuk
pembuatan minyak atsiri kulit jeruk nipis dan untuk angka kuman di
Laboratorium Kesehatan Daerah Ngawi.
Ujian Proposal
Seminar Hasil
berikut :
4.8.2 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil pengukuran terhadap
objek yang diteliti yaitu jumlah angka kuman pada lantai sebelum dan
sesudah dilakukan penurunan angka kuman menggunakan minyak atsiri
kulit jeruk nipis.
2. Data Sekunder
penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan, jurnal dan skripsi yang
42
menggunakan jeruk nipis.
4.8.3 Pengumpulan Data
4.8.4 Pengolahan Data
1. Pemeriksaan data (editing)
perbaikan data. Dalam penelitian ini dilakukan untuk meneliti kelengkapan
data kadar kekeruhan, sampel yang diperoleh dalam setiap kali perlakuan.
2. Masukkan data (entry data)
Memasukkan data yaitu memasukkan data yang telah didapatkan ke
dalam program komputer. Dalam penelitian ini memasukkan nilai kadar
kekeruhan air sumur gali dari hasil pemeriksaan laboratorium kedalam
program komputer.
3. Coding
data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode data
bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter (Notoatmodjo, 2012).
43
tabel.
disajikan dalam bentuk tabel.
4.9 Teknik Analisis Data
karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beda setiap dosis
minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam penurunan angka kuman. Jika data
mempunyai distribusi normal maka mean dapat digunakan sebagai ukuran
pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran dan jika distribusi
data tidak normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran
pemusatan dan minimum maksimum sebagai ukuran penyebaran.
4.9.2 Analisis Bivariat
variabel baik berupa komparatif, asosiatif maupun koleratif (Saryono, 2013). Pada
penelitian ini analisis bivariat menggunakan SPSS dengan uji one way anova.
Data yang digunakan adalah hasil pemeriksaan angka kuman pada lantai di
44
laboratorium. Data dari hasil laboratorium diolah menggunakan spss dengan uji
one way anova dan disajikan dalam bentuk tabel. Uji one way anova adalah salah
satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata data lebih
dari dua kelompok. Syarat uji one way anova adalah sebagai berikut :
1. Sampel berasal dari kelompok tidak berpasangan
2. Varian antar kelompok harus homogen dengan ρ <0,05 jika data tidak
homogen maka dilakukan transform homogeneity of variance test
3. Data masing-masing kelompok berditribusi normal dengan ρ >0,05
Apabila data dari masing-masing kelompok tidak berdistribusi normal
maka menggunakan uji alternatif yaitu uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Mann-
Whitney. Perhitungan dilakukan menggunakan program komputer SPSS sehingga
penarikan dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Jika ρ -value > α 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada efektivitas
pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis untuk menurunkan angka kuman di latai
UGD RSUD Kota Madiun.
2. Jika ρ -value ≤ α 0,05 maka Ha ditolak, artinya ada perbedaan efektivitas
pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis untuk menurunkan angka kuman di latai
UGD RSUD Kota Madiun.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun.
Dimana Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun merupakan Rumah Sakit satu-
satunya milik Pemerintah Kota Madiun yang berlokasi di jalan Campursari 12 B
Madiun dan menempati areal seluas 40.785 m² dengan luas bangunan Rumah
Sakit 10.966,7 m² yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1076 Menkes/SK/VII/2005 tentang Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
No.05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah serta
menjadi Rumah Sakit Kelas C dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 245/MENKES/SK/IV/2009 pada tanggal 2 April tentang
Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun menjadi kelas C
(Master Plan RSUD Kota Madiun, 2016)
Terhitung 1 Januari 2013, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun telah
menjadi BLUD Penuh sejak diterbitkannya Keputusan Walikota Madiun Nomor
445-401.302/256/2012 tanggal 12 Desember 2012 tentang Penerapan Status
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Penuh pada Rumah Sakit Umum Daerah.
Sebagai unsur pendukung atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah dibidang
pelayanan kesehatan perorangan, RSUD Kota Madiun dituntut untuk terus
meningkatkan mutu pelayanan sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
khususnya di Kota Madiun yaitu pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
46
Jawa Timur bagian barat.
Waktu dilaksanakannya penelitian ini pada tanggal 20 - 24 Juli 2019.
Dengan jumlah sampel 20 lantai ruang UGD yang dilakukan dengan teknik pre
and posttest menggunakan formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk
nipis (Citrus aurantifolia). Kemudian formula ini diaplikasikan pada lantai UGD
untuk mengetahui keefektifan sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis
dalam menurunkan angka kuman.
RSUD yang berkualitas dan menjadi pilihan masyarakat Kota Madiun dan
sekitarnya”. Makna visi: sesuai pokok-pokok visi dapat dijelaskan bahwa Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Madiun berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan
bagi Kota Madiun, maka Rumah Sakit harus memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas sesuai standart dan mengutamakan keselamatan pasien serta
dapat memenuhi keinginan serta kebutuhan masyarakat sehingga dipilih oleh
masyarakat Kota Madiun dan sekitarnya. Kondisi tersebut diukur melalui
indikator-indikator kesehatan.
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun, untuk mewujudkan visi
diatas perlu dijabarkan upaya-upaya yang akan dilaksanakan melalui misi. Misi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun tahun 2014-2019 adalah
“Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan”. Maknanya, untuk melaksanakan
pelayanan yang bermutu dibutuhkan sumber daya manusia yang profesional
dalam bidang medis, keperawatan maupun administrasi dalam suasana yang aman
dan nyaman serta kompetitif. Selain itu juga dibutuhkan sarana dan prasarana
47
Rumah Sakit yang memenuhi standart, baik sarana gedung, peralatan kedokteran
dan fasilitas/sarana prasarana penunjang lainnya sesuai kelas Rumah Sakit
sehingga pelayanan minimal berkualitas dan keselamatan pasien dapat terpenuhi.
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pelanggan serta terjangkau
melalui pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dan diharapkan dapat melayani masyarakat
dengan profesional (Master Plan RSUD Kota Madiun, 2018).
5.1.1 Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Pelayanan di RSUD Kota Madiun juga mulai berkembang, di
instalasi rawat jalan yaitu dengan dibukaknya Klinik Jantung dan Klinik
Anesthesi. Untuk Instalasi Rawat Inap juga telah dibuka ruang perawatan baru
yaitu ruang wijaya kusuma, lantai 1 dipergunakan untuk ruang perwatan
ICU/ICCU dan lantai 2 untuk ruang perawatan pasien kelas 1. Sehingga sampai
tahun 2019 pelayanan yang ada di RSUD Kota Madiun adalah sebagai berikut :
1. Instalasi Rawat Jalan (Klinik Umum, Klinik Obgyn, Klinik Bedah, Klinik
Mata, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Anak, Klinik Gigi, Klinik Saraf,
Klinik Kesehatan Jiwa, Klinik THT, Klinik Orthopedi, Klinik Kulit &
Kelamin, Klinik Paru, Klinik Jantung dan Klinik Anesthesi)
2. Instalasi Ruang Rawat Inap (Ruang Mawar/ ruang perawatan penyakti
dalam laki-laki kelas 1, 2 dan 3, Ruang Dahlia /ruang rawat perawatan
penyakit dalam perempuan kelas 1, 2 dan 3, Ruang Melati/ ruang
perawatan anak, Ruang Anggrek/ ruang perawatan bedah laki-laki kelas 1,
2 dan 3, Ruang seruni/ ruang perawatan bedah permpuan kelas 1, 2 dan 3,
Ruang Bougenville/ruang bersalin, Ruang cendana/ruang perawatan VIP,
48
Ruang Perinatlogi/ ruang perawatan bayi sakit, Ruang Nifas/ ruang rawat
gabung ibu dan anak, serta Ruang Wijaya Kusuma/ ruang intensif
ICU/ICCU dan ruang perawatan kelas 1)
3. Instalasi Gawat Darurat (24 jam, 7 hari dalam seminggu)
4. Instalasi penunjang (Instalasi Bedah, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi,
Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Rekam Medis,
Instalasi Penyehatan Lingkungan, Instalasi Hemodialisa, dan Instalasi
Pemulasaran Jenazah)
5.2.1 Besar Sampel (Analisis Univariat)
Tabel 5.1 Komposisi Formula Sari Jeruk Nipis dan Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis
Formul
a
Sari
Jeruk
Nipis
Minyak
1 30 1 90 38 88 43 70 59,75
2 20 2 34 11 79 54 34 44,5
3 10 3 213 39 66 47 73 56,25
4 40 4 53 49 64 77 42 58 Sumber : Data Primer, 2019
Dari tabel 5.1 terdapat 16 sampel angka kuman dan 4 kali replikasi
formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis serta jumlah dan rata-
rata angka kuman sesudah perlakuan.
49
No Angka Kuman Frekuensi Persen (%)
1 Tidak Memenuhi Syarat 16 100,0
Jumlah 16 100,0
sebanyak 16 sampel tidak memenuhi syarat.
5.2.2 Uji Normalitas
Formula Sig
Sumber : Data Primer, 2019
ρ-value pada uji normalitas dapat dilihat pada kolom shapiro-wilk dengan
nilai sig formula sari jeruk nipis yaitu 0,025. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
data berdistribusi tidak normal (ρ >0,05) sehingga harus di uji menggunakan uji
alternatif Kruskal-Wallis dengan post hoc Man-Whitney.
Tabel 5.4 Uji Normalitas Data Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
Formula Sig
Sumber : Data Primer, 2019
ρ-value pada uji normalitas dapat dilihat pada kolom shapiro-wilk dengan
nilai sig formula sari jeruk nipis yaitu 0,025. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
data berdistribusi tidak normal (ρ >0,05) sehingga harus di uji menggunakan uji
alternatif Kruskal-Wallis dengan post hoc Man-Whitney.
5.2.3 Uji Homogenitas
formula. Berdasarkan hasil uji homogenitas dapat diketahui bahwa nilai ρ-value
50
berdistribusi normal (<0,05) uji homogenitas sari jeruk nipis 0,46 dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,46 yang artinya ada variasi antar kelompok.
5.2.4 Hasil Analisis Bivariat
Tabel 5.5 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Sari Jeruk Nipis
Formula Rank Sig
30 ml 4,00
Berdasarkan hasil uji kruskall-wallis sari jeruk nipis didapatkan nilai Sig
sebesar 0,065 artinya nilai tersebut >0,05. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, berati tidak ada perbedaan yang bermakna
atau signifikan antara formula 30ml, 20ml, 10ml dan 40ml dalam menurunkan
angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun.
5.2.4.2 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
Tabel 5.6 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
Formula Rank Sig
1 ml 4,00
Berdasarkan hasil uji kruskall-wallis minyak atsiri kulit jeruk nipis
didapatkan nilai Sig sebesar 0,065 artinya nilai tersebut >0,05. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, berati tidak ada perbedaan
yang bermakna atau signifikan antara formula 1ml, 2ml, 3ml dan 4ml dalam
menurunkan angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun.
51
Formula Rank Sig
Hasil Uji Pos Hoc Man-Whitney sari jeruk nipis menunjukkan bahwa
pada formula 30ml dan 40ml merupakan formula yang paling efektif dalam
penurunan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
5.2.4.4 Hasil Analisis Pos Hoc Mann-Whitney Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis
Tabel 5.8 Pos Hoc Mann-Whitney Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
Formula Rank Sig
Hasil Uji Pos Hoc Man-Whitney sari jeruk nipis menunjukkan bahwa
pada formula 1ml dan 4ml merupakan formula yang paling efektif dalam
penurunan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
5.2.4.5 Prosentase Penurunan Angka Kuman
Tabel 5.9 Prosentase Penurunan Angka Kuman
Formula
Sari
Jeruk
Nipis
(ml)
Minyak
Atsiri
Jeruk
Nipis
(ml)
Angka
Kuman
Sebelum
Perlakuan
Angka
Kuman
Sesudah
Perlakuan
Total
1 (1) 30 1
1 (2) 20 2 88 2 2 0,02 TMS
1 (3) 10 3 43 47 47 0,52 TMS
1 (4) 40 4 70 20 20 0,22 TMS
2 (1) 30 1
2 (2) 20 2 79 -45 -45 -1,32 TMS
2 (3) 10 3 54 -20 20 0,58 TMS
2 (4) 40 4 34 0 0 0 TMS
3 (1) 30 1 213 39 174 174 0,80 TMS
52
4 (1) 30 1
4 (2) 20 2 64 -11 -11 -0,20 TMS
4 (3) 10 3 77 -24 -24 -0,45 TMS
4 (4) 40 4 42 11 11 0,20 TMS
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan hasil ((d-e) x 100%) replikasi formula
tidak memenuhi syarat.
Penelitian ini, menggunakan jeruk nipis yang digunakan sebagai media
untuk menurunkan angka kuman pada lantai. Peneliti memanfaatkan bahan
organik menggunakan jeruk nipis segar sebanyak ±7 kg jeruk nipis untuk
didapatkan minyak atsiri kulit jeruk sebanyak ±10 ml, kulit jeruk nipis kemudian
dikupas dari buahnya untuk bahan dasar pembuatan minyak atsiri kulit jeruk nipis
dan buah jeruk nipis dibuat untuk bahan dasar sari jeruk nipis. Proses pembuatan
minyak atsiri di lakukan di Laboratorium Farmasi Stikes BHM Madiun dengan
teknik destilasi sederhana dengan lama pengeringan 12 jam dan waktu destilasi
selama 7 jam untuk mendapatkan minyak atsiri kulit jeruk nipis murni, rendeem
yang dihasilkan dari proses destilasi sederhana hanya sebanyak ±10 ml minyak
atsiri kulit jeruk nipis seperti penelitian yang dilakukan penelitian yang dilakukan
Alfiannur (2017) minyak atsiri kulit jeruk manis (Citrus sinensi L.) yang diperoleh
dengan metode destilasi uap air memiliki keunggulan yaitu minyak yang
dihasilkan lebih murni dan rendeem yang dihasilkan lebih banyak, sederhana dan
53
pembuatan sari jeruk nipis dilakukan dengan cara sederhana menggunakan juicer
untuk mendapatkan sari jeruk nipis.
5.3.2 Tingkat Keberadaan Kuman Sebelum Perlakuan
Kondisi lantai RSUD Kota Madiun masih sangat tinggi tingkat keberadaan
kuman, tingginya angka kuman pada lantai dapat disebabkan karena kurangnya
penerapan SOP kebersihan dan jumlah pasien yang datang ke ruang UGD.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/2004, baku mutu angka kuman pada lantai UGD adalah 5-10
CFU/cm². Berdasarkan hasil laboratorium angka kuman pada lantai RSUD Kota
Madiun sebesar 90 CFU/cm² pada titik 1, 34 CFU/cm² pada titik 2, 213 CFU/cm²
pada titik ke 3 dan 53² pada titik ke 4. Sehingga angka kuman pada lantai RSUD
Kota Madiun melebihi baku mutu yang ditetapkan.
5.3.3 Tingkat Keberadaan Kuman Sesudah Perlakuan
Pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dengan
formula tertentu dapat menurunkan angka kuman pada lantai, namun karena
kurangnya pemberian formula pada titik tertentu masih belum bisa untuk
menurunkan angka kuman pada lantai, penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yusdiman (2016) Hasil analisis ragam,
menunjukkan bahwa pemberian sari jeruk nipis dalam pakan ayam boiler
memberikan pengaruh tidak nyata (ρ >0,05) terhadap bobot akhir ayam boiler.
Pada hasil analisis ragam pemberian sari jeruk nipis dalam pakan ayam boiler
memberikan pengaruh nyata ρ (<0,01) terhadap jumlah bakteri salmonella dan
54
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk nipis dengan
prosentase hingga 0,6% sangat nyata menurunkan jumlah bakteri salmonella dan
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler karena disebabkan adanya senyawa
flavonoid yang terdapat pada buah jeruk nipis.
Sedangkan hasil penelitian ini dengan pemberian formula sari jeruk nipis
dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dapat menurunkan angka kuman :
Titik 1 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 90 CFU/cm² setelah
pemberian formula didapatkan angka kuman sebesar 38 CFU/cm², 88
CFU/cm², 43 CFU/cm², 70 CFU/cm² mengalami penurunan yang
signifakan.
Titik 2 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 34 CFU/cm² setalah
pemberian formula 1 terdapat angka kuman sebesar 11 CFU/cm²,
formula 2 79 CFU/cm², formula 3 54 CFU/cm², dan formula 4 34
CFU/cm² pemberian formula 2 pada titik 2 mengalami penurunan dan
pada formula 2 dan 3 mengalami peningkatan dan pada pemberian
formula 4 tidak terjadi penurunan ata peningkatan angka kuman.
Titik 3 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 213 CFU/cm²
setalah pemberian formula 1 terdapat angka kuman sebesar 39
CFU/cm², formula 2 66 CFU/cm², formula 3 47 CFU/cm², dan formula
4 47 CFU/cm² pemberian formula pada titik 3 mengalami penurunan
yang signifikan.
Titik 4 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 53 CFU/cm² setalah
pemberian formula 1 terdapat angka kuman sebesar 49 CFU/cm²,
55
formula 2 64 CFU/cm², formula 3 77 CFU/cm², dan formula 4 42
CFU/cm² pemberian formula 4 pada formula 1 dan 4 mengalami
penurunan dan pada formula 2 dan 3 mengalami peningkatan angka
kuman.
Berdasarkan uji normalitas data pada tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan nilai Sig
sebesar 0,025 artinya nilai tersebut >0,05 dengan demikian data berdistribusi tidak
normal dan di uji menggunakan uji akternatif Kruskall-Wallis. Pada uji Kruskal-
Wallis tabel 5.5 dan 5.6 didapatkan nilai Sig sebesar 0,065 (>0,05) yang atinya
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan antara pemberian sari
jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam menurunkan angka kuman di
lantai RSUD Kota Madiun. Pada uji Pos Hoc Mann-Whitney tabel 5.7
menunjukkan bahwa formula 30ml dan 40ml sari jeruk nipis dalam 100 ml air dan
pada tabel 5.8 formula 1 dan 4 air minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam 100ml
merupakan formula yang paling efektif dalam menurunkan angka kuman pada
lantai.
Penelitian sejalan dengan yang dilakukan Alfiannur (2017) Minyak atsiri
yang diperoleh dibuat dengan berbagai konsentrasi (0,25, 2, 10, 100 dan 500
mg/ml. Uji aktivitas antibekateri dilakukan dengan metode kertas cakram (disc
diffusion method) memberikan efek terhadap bakteri uji berupa zona bening
disekitar kertas cakram dengan rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan
berturut-turut 2; 6; 7; 7,5; 8,1 dan 10,9 mm untuk Staphylococcus aureus dan 0; 0;
0; 2,4 dan 2,9 untuk Escherichia coli. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Rahardjo (2012) daya antibekteri dari perasan jeruk nipis mampu memberikan
56
pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah baktei E. coli dalam saluran
pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk nipis dengan prosentase hingga
0,6% sangat nyata mampu mempengaruhi perkembangan bakteri E. coli dalam
saluran pencernaan ayam boiler. Hasil tersebut disebabakan adanya senyawa
flavonoid yang terdapat pada tanaman jeruk nipis sehingga mampu menekan
pertumbuhan bakteri E. coli.
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan pengambilan sampel (swab
lantai) bahwa lantai di RSUD memiliki tingkat kekotoran yang sangat tinggi
mengingat bahwa baku mutu angka kuman pada lantai UGD adalah 5-10
CFU/cm². Tingginya angka kuman pada lantai UGD diapat disebabkan oleh
berbagai faktor misalnya penggunaan dosis disenfektan yang tidak sesuai, cara
pemakaian disenfektan yang tidak baik, dan cara pengepelan lantai yang harusnya
setiap saat belum dilaksanakan secara maksimal oleh petugas. Selain itu tingginya
angka kuman lantai dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya misalnya
banyaknya pasien dan pengunjung ruang UGD dan Detection time atau waktu
deteksi kuman yang bereaksi terhadap formula yang diberikan atau diaplikasikan
pada lantai (±10menit) yang kurang diperhatikan oleh peneliti dapat
memungkinkan waktu tersebut kurang efektif dalam membunuh kuman.
5.4 Keterbatasan Penelitian
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Banyaknya orang yang lalu lalang di ruang UGD pada saat pengambilan
sampel sehingga area yang diambil sampel terkontaminasi bakteri di udara.
57
2. Detection time atau waktu deteksi kuman yang bereaksi terhadap formula
yang diberikan atau diaplikasikan pada lantai (±10menit) yang kurang
diperhatikan oleh peneliti dapat memungkinkan waktu tersebut kurang
efektif dalam membunuh kuman.
3. Pada penelitian ini belum dihitung nilai ekonomis atau biaya operasional
untuk pembuatan minyak atsiri kulit jeruk nipis.
4. Pada penelitian ini belum dilakukan uji ketahanan juicer sari jeruk nipis
5. Pada penelitian ini tidak menggunakan bahan sintetis lainnya sebagai
campuran disenfektan.
58
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis
(citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota
Madiun, sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 7,5% dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,25% dengan nilai Sig 0,065
2. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 5,0% dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,50% dengan nilai Sig 0,065
3. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 2,5 dan minyak atsiri
kulit jeruk nipis 0,75% dengan nilai Sig 0,065
4. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 10% dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis 1% dengan nilai Sig 0,065
5. Hasil angka kuman menunjukkan sebanyak 16 sampel tidak memenuhi
syarat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/2004, baku mutu angka kuman pada lantai UGD
adalah 5-10 CFU/cm².
Mengoptimalkan waktu dan jadwal kebersihan khusunya di ruang UGD,
memperhatikan teknik sterilisasi lantai, serta melakukan pengujian angka kuman
secara berkala.
berhubungan dengan berbagai aneka manfaat tanaman herbal dan angka kuman
serta menambah sarana dan prasarana di laboratorium.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,
diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain mengenai
efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis (citrus
aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman dari segi faktor dan variabel yang
berbeda dan cara pengambilan destilasi dengan metode yang lebih baik agar dapat
mengembangkan penelitian di masa yang akan datang dan pperlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang penggunaan anti bakteri menggunakan bahan lain
dari tanaman jeruk nipis.
Adisasmito, Wiku. 2008. Audit Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropik Indonesia, Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Ahmad, Yusdiman. 2016. Efek Pemberian Sari Jeruk Nipis (Citus Aurantifolia)
Terhadap Bobot Akhir Ayam Boiler dan Jumlah Bakteri Patogen Pada
Usus. Skripsi. Universitas Halu Oleo. Kendari
Alfiannur. 2017. Identifikasi Komponen Penyusun Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Manis (Citrus sinensi L.) Asal Selorejo dan Uji Aktivitas Antibakteri
Menggunakan Metode Kertas Cakram. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang
Awang, M. 2014. Pengaruh Berkumur Larutan Air Perasan Jeruk Nipis (citrus
aurantifolia) Terhadap Akumulasi Plak. Skipsi. Universitas
Mahasaraswasti. Denpasar : Bali.
Cahyo, Andri. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktifdari Tanaman
Obat. Yogyakarta : Plantaxia.
Yogyakarta : Salemba Medika.
Trans Info Media.
Diah, Christina. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia Swingle.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
epidermis. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017.
Endah, F. 2012. Pengaruh pemberian larutan ekstrak jeruk nipis (citru
aurantifolia) terhadap pembentukan plak gigi. Skipsi. Universitas
Diponegoro.
Tangerang : Binarupa Aksara Publisher.
Jakarta : Salemba Medika.
Alfabeta.
Joyce James, Colin Baker, Helen Swain. 2008. Principles Of Science For Nurses.
Indonesian: Erlangga.
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Linkungan
Rumah Sakit .
51/MENKES/SK/11/79/2010 Tentang Penetapan Klas Rumah Sakit Umum
Pemerintah.
Kholis, Nur. 2013. Jeruk-Jeruk Bumbu. Surakarta: Arcita.
Muhtadin, F.A, Ricky, W, Prihatini, P, Mahfud. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri
Dari Kulit Jeruk Segar dan Kering Dengan Menggunakan Metode Steam
Distillation. Jurnal Teknik 1 (2): 2337-3539.
Munawaroh, S dan Handayani, A.P. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut
(Citrus Hystrix DC) Dengan Pelarut Etanol dan N Heksano. Jurnal
Kompetensi Teknik, 2 (1): 2337-3539
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Budi Utama.
Medika.
Salmonella dan Escherichia Coli Pada Dada Karkas Ayam Broiler. Jurnal
Ijas 2 (3) : 91-94.
Razak, A. Djamal, A. Devilla, G. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk
Nipis (Citrus Aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococeus Aurevo Secara In Vitro. (2): 5-8.
62
Rosjidi, Cholik Harun, Laily Isro’in dan Nurul Sri Wahyuni. 2017. Penyusunan
Proposal dan Laporan Penelitian Step by Step. Ponorogo : Unmuh
Ponorogo Press.
Pustaka Baru.
Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soedarto, 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto.
Sugiyono, P.D. 2011. Metodologi penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sunarjono, Hendro. 2010. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Media Pustaka.
Tim Penyusun Kamus Pertanian Umum. 2013. Kamus Pertanian Umum. Jakarta
Timur: Penebar Swadaya.
Sakit.
63
64
65
67
Formula_SNP TMS .167 16 .200* .868 16 .025
Formula_JNP TMS .167 16 .200* .868 16 .025
a. Lilliefors Significance Correction
OUTPUT ANGKA KUMAN (UNIVARIAT)
OUTPUT UJI HOMOGENITAS SARI JERUK NIPIS (BIVARIAT)
Test of Homogeneity of Variances
Angka_Kuman
.911 3 12 .465
(BIVARIAT)
Angka_Kuman
.911 3 12 .465
Ranks
Formul
JERUK NIPIS
Ranks
Formul
Angka_Kuman 30ml 4 3.50 14.00
40ml 4 5.50 22.00
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Formula_SNP
JERUK NIPIS
Angka_Kuman 1ml 4 3.50 14.00
4ml 4 5.50 22.00
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Formula_JNP
Rangkaian Destilasi Air Sederhana Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
Juicer Jeruk Nipis Media Amies
75
76
3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Hipotesis Penelitian
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.9 Teknik Analisis Data
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
5.2 Hasil Penelitian
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lamp.2 Surat Izin Penelitian
Lamp.3 Hasil Data Angka Kuman RSUD Kota Madiun Tahun 2018
Lamp.4 Hasil Uji Laboratorium
Lamp.5 Input Data SPSS
Lamp.7 Dokumentasi
Lamp.9 Kartu Bimbingan