SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SARI JERUK NIPIS DAN …
98
SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SARI JERUK NIPIS DAN MINYAK ATSIRI KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DALAM MENURUNKAN ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD RSUD KOTA MADIUN Oleh : IVO NARETHA PUTTIE NIM : 201503025 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019
SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SARI JERUK NIPIS DAN …
MENURUNKAN ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD
RSUD KOTA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
MENURUNKAN ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD
RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
2019
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi
Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah
SWT,
sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya
yang telah
memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap
langkahku. Skripsi
ini saya persembahkan untuk :
1. Ibunda tersayang (Ibu Ari Narulita) yang telah menorehkan segala
kasih
sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tidak kenal lelah dan
batas
waktu, yang selalu mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal
serta
memberikan kasih sayang yang teramat besar, juga selalu mengerti
semua
keluh kesahku.
2. Kakak dan Adikku tercinta (Voila Werdha Puttie dan Eva Niroha
Puttie)
terima kasih telah turut mendo’akan saya dalam menyusun skripsi
ini.
3. Ibu Avicena Sakufa M., S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku
dewan
penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
menguji
skripsi yang telah dibuat oleh penulis.
4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku
dosen
pembimbing yang senantiasa membimbing saya untuk menyusun skripsi
ini.
5. Bapak Beny Suyanto, S.Pd., M.Si, yang saya cintai, selaku
dosen
pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya
mengerjakan
skripsi ini sampai selesai.
6. Segenap dosen yang telah mengajarkan saya selama delapan
semester di
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terima
kasih atas ilmu yang telah diberikan.
7. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat
dalam
terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini,
yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
vi
vii
Agama : Islam
Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun
2. Lulusan SD Negeri 02 Madiun Lor 2008.
3. Lulusan SMP Negeri 12 Madiun Tahun 2011
4. Lulusan SMK Negeri 2 Madiun Tahun 2014
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun
2015-2019
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas
segala limpahan Rahmat, Ridho’ dan Hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang memberi
dukungan
sebagai penyempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih yang sebesarnya kepada :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES
Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Penguji dan
Ketua
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun
yang telah memberikan sarana dan prasarana untuk peneliti.
3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing I yang
telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak Beny Suyanto, S.Pd., M.Si selaku Pembimbing II yang
telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh staf RSUD Kota Madiun yang telah menerima dan membantu
saya
dalam melakukan pengumpulan data.
6. Seluruh staf Laboratorium Farmasi Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun
yang telah membantu saya dalam pembuatan minyak atsiri kulit jeruk
nipis.
7. Seluruh staf Laboratorium Kesehatan Daerah Ngawi yang telah
membantu
saya dalam pengmpulan data angka kuman.
8. Teman-teman yang telah memberikan mendukung dan membantu
dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna
dan
memberikan manfaat bagi pembaca serta perkembangan dunia
pendidikan
kesehatan di masa yang akan datang.
Madiun, 22 Agustus 2019
2019
ABSTRAK
KULIT JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) DALAM MENURUNKAN
ANGKA KUMAN DI LANTAI UGD RSUD KOTA MADIUN
98 halaman + 15 Tabel + 5 gambar + 10 lampiran
Infeksi nosokomial (terdapat di rumah sakit) merupakan fokus
penting
pencegahan infeksi di semua negara, namun di negara berkembang
infeksi ini
adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah.
Citrus Lemon
atau Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) memiliki aktivitas biologis
minyak atsiri
yang sering digunakan untuk aroma terapi dan mempunyai khasiat
sebagai
antiinfeksi, antibakteri, antiracun, antiseptik, antijamur,
insektisida, tonik dan anti
virus. Tujuan dari Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas
pemberian sari jeruk
nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
dalam menurunkan
angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian
menggunakan
one group pre and posttest desain. Uji yang digunakan uji one way
anova.
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji alternatif
Kruskal-wallis
didapatkan nilai Sig formula sari jeruk nipis 0,065 dan nilai Sig
formula minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,065 (p-value >0,05), sehingga H0
diterima dan Ha ditolak
maka menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari
pemberian
formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam
menurunkan
angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun. Pada uji Pos Hoc Mann
Whitney
didapatkan hasil pada formula 30 ml dan 40 ml sari jeruk nipis dan
formula 1 ml
dan 4 ml minyak atsiri kulit jeruk nipis merupakan formula paling
efektif dalam
menurunkan angka kuman.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang
signifikan
dari pemberian formula sari jeruk nipis dengan nilai Sig 0,065
(p-value >0,05)
dalam menurunkan angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun.
Kata Kunci : Angka Kuman, Minyak Atsiri, Sari Jeruk, Jeruk Nipis
(Citrus
aurantifolia)
2019
ABSTRACT
EMERGENCY ROOM RSUD MADIUN
Nosocomial infections (in hospitals) are an important focus of
infection
prevention in all countries, but in developing countries these
infections are the
main causes of preventable illness and death. Citrus aurantifolia
has the
biological activity of essential oils which are often used for
aromatherapy and has
efficacy as an anti-infective, anti-bacterial, anti-poison,
anti-septic, anti-fungal,
insecticidal, tonic and anti-viral properties. The purpose of this
study was to
determine the effectiveness of lime essential oils and citrus
aurantifolia in
reducing germs on the floor Emergency Room RSUD Madiun.
This type of research is experimental. The research design uses one
group
pre and posttest design. Test used is one way ANOVA test.
Based on bivariate analysis using the Kruskal-wallis alternative
test, it was
found that the Sig value of lime essential formula 0.046 and Sig
value of citrus
aurantifolia formula 0.046 with p-value <0.05 so that Ha is
accepted, it means
that there is no significant difference in the administration of
lime essential
formula to reducing germs on the floor Emergency Room RSUD Madiun.
In the
Post Hoc Mann Whitney test results obtained in the formulas of 30
ml and 40 ml
of lime essential and the formula of 1 ml and 4 ml of citrus
aurantifolia are the
most effective formulas in reducing the number of germs.
The conclusion of this study is that there is no significant
difference in the
administration of lime essential formula with a Sig value of 0.065
(p-value> 0.05)
in reducing the number of germs on the floor Emergency Room RSUD
Madiun.
Keywords : Germ Numbers, Lime Essential Oil, Lime Essential, Lime
(Citrus
aurantifolia)
1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ..................
6
1.4.3 Bagi
Peneliti.....................................................................
6
2.2.1 Infeksi Nosokomial
.......................................................... 10
2.2.3 Pencegahan Infeksi
Nosokomial...................................... 12
2.3 Konsep Rumah Sakit
...................................................................
13
2.3.1 Definisi Rumah Sakit
....................................................... 13
2.3.2 Jenis Rumah
Sakit............................................................
14
xii
2.4.2 Taksonomi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
.................. 17
2.4.3 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
..................................... 18
2.4.4 Komposisi Kimia Jeruk Nipis
.......................................... 19
2.5 Konsep Minyak Atsiri
.................................................................
21
2.2.1 Minyak Atsiri
...................................................................
21
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi .....
23
2.6 Metodologi Penelitian Eksperimen
............................................. 25
2.6.1 Definisi Penelitian Eksperimen
....................................... 25
2.6.2 Macam-Macam Rancangan Penelitian Eksperimen ........ 25
2.6.3 Rancangan Pra Eksperimen
............................................. 25
2.7 Kerangka Teori
............................................................................
27
3.1 Kerangka Konseptual
..................................................................
28
3.2 Hipotesis Penelitian
.....................................................................
29
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
.........................................................................
30
4.4.1 Pembuatan Sari Jeruk Nipis
............................................. 33
4.4.2 Pembuatan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis Metode
Destilasi Sederhana
.......................................................... 34
4.4.4 Metode TPC (Total Plate Count)
.................................... 36
4.5 Kerangka Kerja Penelitian
...........................................................
38
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
............... 38
4.6.1 Variabel
Penelitian...........................................................
39
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
....................................................... 40
4.7.1 Lokasi Penelitian
.............................................................
40
4.7.2 Waktu Penelitian
..............................................................
41
4.8.1 Sumber Data
....................................................................
41
4.8.2 Jenis Data
.........................................................................
41
4.8.3 Pengumpulan Data
...........................................................
42
4.8.4 Pengolahan Data
..............................................................
42
4.9.1 Analisis Univariat
............................................................
43
4.9.2 Analisis Bivariat
..............................................................
43
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun .... 45
5.1.1 Fasilitas
Pelayanan...........................................................
47
5.2.2 Uji Normalitas
.................................................................
49
5.2.3 Uji Homogenitas
..............................................................
49
5.3 Pembahasan
.................................................................................
52
5.4 Keterbatasan Penelitian
...............................................................
56
6.1 Kesimpulan
..................................................................................
58
6.2 Saran
............................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................................
60
Tabel 2.1 Bagian Tanaman yang Dipanen, Cara Pengumpulan dan
Kadar Air yang Diinginkan Setelah Pengeringan ..................
24
Tabel 2.2 Bentuk Rancangan One Group Pretest and Posttest
Design.....................................................................................
26
Posttest Design
.......................................................................
31
Tabel 4.3 Waktu Penelitian
....................................................................
41
Tabel 5.1 Komposisi Formula Sari Jeruk Nipis dan Minyak
Atsiri
Kulit Jeruk Nipis
....................................................................
48
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data Sari Jeruk Nipis
..................................... 49
Tabel 5.4 Uji Normalitas Data Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
........... 49
Tabel 5.5 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Sari Jeruk Nipis
..................... 50
Tabel 5.6 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Minyak Atsiri Kulit
Jeruk
Nipis
.......................................................................................
50
Tabel 5.7 Hasil Pos Hoc Mann-Whitney Sari Jeruk Nipis
..................... 51
Tabel 5.8 Hasil Pos Hoc Mann-Whitney Minyak Atsiri Kulit
Jeruk
Nipis
.......................................................................................
51
xv
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
..............................................................
28
Gambar 4.1 Replikasi Formula Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
untuk Menurunkan Angka Kuman Pada Lantai ................ 32
Gambar 4.2 Tahapan Penelitian
............................................................
33
Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian
................................................. 38
xvi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
....................................................................
65
Lampiran 3 Hasil Data Angka Kuman RSUD Kota Madiun Tahun 2018
...... 66
Lampiran 4 Hasil Uji
Laboratorium................................................................
67
Lampiran 7 Dokumentasi
................................................................................
74
Lampiran 9 Kartu Bimbingan
.........................................................................
77
Lampiran 10 Lembar Perseyujuan Perbaikan Skripsi
....................................... 78
xvii
UGD : Unit Gawat Darurat
PPI : Pencegahan Pengendalian Infeksi
CFU : Conoly Forming Unit
Cymedia : Genus Cymedia
Fortunella : Genus Fortunella
Poncirus : Jeruk Ponsil
Salmonella : Jenis Bakteri
Shigella : Jenis Bakteri
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) adalah jenis tumbuhan yang masuk
ke
dalam suku jeruk-jerukan tersebar di Asia dan Amerika Tengah yang
dikenal juga
dengan nama lokal limau asam dari daerah Sunda dan di daerah Jawa
sebagai
jeruk pecel. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) biasa digunakan
sebagai bumbu
masak atau sebagai bahan campuran sabun cuci. Jeruk nipis (Citrus
aurantifolia)
juga bisa digunakan sebagai obat diantaranya dapat mengobati
penyakit amandel,
influenza, dan disentri (Permana, 2007).
Citrus Lemon atau Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) memiliki
aktivitas
biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk aroma terapi dan
mempunyai
khasiat sebagai antiinfeksi, antibakteri, antiracun, antiseptik,
antijamur,
insektisida, tonik dan anti virus (Agusta, 2000).
Infeksi nosokomial (terdapat di rumah sakit) merupakan fokus
penting
pencegahan infeksi di semua negara, namun di negara berkembang
infeksi ini
adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah.
Kejadian
infeksi nosokomial di negara berkembang jauh lebih tinggi karena
kurangnya
pengawasan, praktik pencegahan infeksi yang buruk, dan rumah sakit
yang penuh
dan sesak. (Irianto, 2013).
Angka kejadian infeksi nosokomial secara umum di dunia cukup
tinggi
yaitu 7,1% per tahun atau dari 190 juta pasien yang dirawat,
penelitian WHO
tahun 2010 juga menemukan bahwa prevalensi infeksi nosokomial yang
tertinggi
2
terjadi pada ruang ICU, perawatan bedah akut, dan bangsal
orthopedi. Tidak
mengherankan apabila kejadian infeksi lebih tinggi di antara pasien
yang lebih
rentan karena usia tua, dan beratnya penyakit yang sedang
diderita.
Di Indonesia pada tahun 2013 prosentase infeksi nosokomial di
provinsi
Jawa Timur menempati urutan ke tiga provinsi di Jawa, yaitu Jawa
Barat 2.2%,
Jawa Tengah 0,8%, Jawa Timur 0,5%. Kemudian berdasarkan informasi
dari
Dinkes Provinsi Jawa Timur angka insiden infeksi nosokomial di Jawa
Timur
mengalami tren naik dari tahun 2011 dengan 306 kejadian, kemudian
tahun 2012
dengan angka 400 kejadian dan pada tahun 2013 mencapai 526 kejadian
(Dinkes
Jawa Timur 2014). Selanjutnya data yang diperoleh dari ruang
Pencegahan
Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Kota Madiun menunjukkan bahwa
selama
tahun 2016 terdapat 5 kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) dalam
kategori luka
steril terkontaminasi (RSUD Kota Madiun, 2016).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi
tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan
gangguan kesehatan. Oleh karena itu rumah sakit menjadi salah satu
tempat yang
harus mendapat perhatian dan penanganan serius. Syarat lantai dan
dinding pada
rumah sakit harus bersih, dengan tingkat kebersihan ruang operasi
sebesar 0-5
CFU/cm² dan bebas patogen serta gas gangren, ruang perawatan 5-10
CFU/cm²,
ruang isolasi 0-5 CFU/cm² dan ruang UGD 5-10 CFU/cm² (Kepmenkes,
2004).
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari
2019
didapatkan data sekunder angka kuman periode 2018 pada lantai UGD
RSUD
3
Madiun sebesar 104 CFU/cm² (RSUD Kota Madiun, 2018). Berdasarkan
data
tersebut angka kuman yang ada pada lantai UGD RSUD Madiun jauh
melebihi
nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 5-10 CFU/cm².
Menurut sebuah penelitian Christina (2017) yang dilakukan di
Laboratorium Pasteur dan Ruang Kultur Pendidikan Biologi
Universitas Sanata
Dharma diketahui efektivitas larutan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) konsetrasi
10% dapat meminimalisasi kuman patogen Staphylococcus epidermidis
sebesar
41,30%, dengan penurunan angka kuman sebesar 14,11 CFU/cm². Larutan
jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) konsentrasi 20% dengan efektivitas
sebesar 52,26%,
dengan penurunan angka kuman 17,89 CFU/cm². Larutan jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia) konsentrasi 30% dengan efektivitas sebesar 72,97%
dengan angka
kuman 24,67 CFU/cm². Peningkatan konsentrasi larutan jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia) yang digunakan dalam pengepelan lantai rumah sakit
berbanding
lurus dengan peningkatan efektivitas dalam meminimalisasi kuman
patogen.
Disarankan peningkatan pembersihan lantai sehingga mencapai
standart 5-10
CFU/cm², penggunaan larutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
sebagai
disenfektan dirumah sakit perlu dikembangkan.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik menggunakan buah jeruk
nipis
(Citrus aurantifolia) yang diambil sari buah dan kemudian minyak
atsiri yang
diambil dari kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia), karena buah
jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) banyak terdapat di daerah Madiun dan harganya yang
relatif
terjangkau. Mengingat manfaat dari minyak atsiri jeruk nipis
(Citrus aurontifolia)
diantaranya mengandung unsur-unsur senyawa kimia xitrol sebanyak
±7,5% yang
4
antibiotik.
Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Swingle) terhadap pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus epidermidis, sedangkan pada penelitian ini jeruk
nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai penghasil minyak atsiri yang berfungsi
sebagai antibakteri.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang
“Efektivitas Pemberian Sari Jeruk Nipis dan Minyak Atsiri Kulit
Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) Dalam Menurunkan Angka Kuman Di Lantai UGD
RSUD
Kota Madiun”.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan
masalah peneliti yaitu menganalisis secara langsung efektivitas
pemberian sari
jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam
menurunkan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri
kulit
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman di
lantai UGD
RSUD Kota Madiun.
1. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD
Kota
Madiun menggunakan cairan sari jeruk nipis formula 7,5% dan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan formula
0,25%.
2. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD
Kota
Madiun menggunakan cairan sari jeruk nipis formula 5,0% dan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan formula
0,50%.
3. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD
Kota
Madiun menggunakan sari jeruk nipis formula 2,5% dan cairan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan dosis
0,75%.
4. Mengidentifikasi penurunan angka kuman pada lantai UGD RSUD
Kota
Madiun menggunakan cairan sari jeruk nipis formula 10% dan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan dosis
1%.
5. Menganalisis perbedaan formula cairan sari jeruk nipis dan
minyak atsiri
kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka
kuman di
lantai UGD RSUD Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapan menjadikan
referensi
untuk menggunakan disenfektan alternatif sari jeruk nipis dan
minyak atsiri kulit
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman
lantai.
6
Menambah bahan perpustakaan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
tentang efektivitas pemberian sari jeruk nipis minyak atsiri kulit
jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai sarana menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
tentang
efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman.
1.5 Penelitian Terdahulu
minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
menurunkan angka
kuman, antara lain:
kesehatan ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti
manusia,
hewan dan sebagainya. Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri
yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam
suspensi akan
tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan
dan
lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang
yang tumbuh
dihitung dari hasil perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau
dugaan dari
jumlah dalam suspensi tersebut (Nur Amaliyah, 2017).
2.1.2 Morfologi Kuman
Morfologi kuman dapat dibbagi dalam tiga bentuk utama, yaitu :
kokus,
batang, dan spiral. (Fak. Kedokteran UI)
1. Kokus : kuman berbentuk bulat yang susunanya terdapat
mikrokokus
(tersendiri/ single), Diplokokus (berpasangan), Pneumokokus
adalah
diplokokus yang berbentuk biji kopi, Tetrade (tersusun rapi
dalam
kelompok 4 sel), Sarsina (kelompok 8 sel yang tersusun rapi dalam
bentuk
kubus), Streptokokus (tersusun rapi seperti rantai),
Stafilokokus
(bergerombol tak teratur seperti untaian buah anggur).
9
2. Basilus : Kuman berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari
2-10
kali diameter kuman tersebut. Kokobasilus (batang yang sangat
pendek
menyerupai kokus), Fusiformis (dengan kedua batang ujung
runcing),
Streptobasilus (sel-sel bergandengan membentuk suatu
filament)
3. Spiral: Vibio (berbentuk batang bengkok), Spirilum (berbentuk
kasar dan
kaku, tidak fleksibel, dan dapat bergerak dengan flagel),
Spirokhaeta
(berbentuk spiral halus, elastic dan fleksibel, dapat bergerak
dengan aksial
filament), borrelia (berbentuk gelombang), Treponema (berbentuk
spriral
halus dan terutur), leptospira (berbentuk spiral dengan kaitan pada
satu
atau kedua ujungnya).
2.1.3 Jumlah Kuman
selalu dalam keadaan bersih. Berdasarkan hal tersebut telah
ditetapkan standart
untuk perhitungan angka kuman yang dapat dijadikan parameter
kebersihan lantai
dan dinding rumah sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia No.1204Menkes/SK/X/2004 yaitu angka kuman pada lantai
dan
dinding rumah sakit yaitu
10
kesehatan yang ditetapkan..
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari
2019
didapatkan data angka kuman periode 2018 pada lantai UGD RSUD
Madiun
sebesar 104 CFU/cm² (RSUD Kota Madiun, 2018). Berdasarkan data
tersebut
angka kuman yang ada pada lantai UGD RSUD Madiun jauh melebihi
nilai baku
mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 5-10 CFU/cm².
2.2 Konsep Penyakit Infeksi
2.2.1 Infeksi Nosokomial
Infeksi yang didapat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial dari
bahasa
latin nosokomium yang berati rumah sakit (Joyce James dkk, 2008).
Seperti yang
diketahui bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di
rumah sakit dan
menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan.
Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen
yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Rumah sakit
sebagai
institusi pelayanan medis tidak mungkin lepas dari keberadaan
sejumlah mikroba
patogen. Hal ini dikarenakan :
1. Rumah sakit merupakan tempat perawatan segala jenis macam
penyakit.
2. Rumah sakit merupakan gudangnya mikroba patogen.
3. Mikroba patogen yang ada umumnya sudah kebal terhadap
antibiotik.
Semakin luas jangkauan pelayanan, maka semakin banyak penderita
yang
dilayani, serta semakin banyak penderita yang memerlukan rawat
inap. Bila
11
sanitasi rumah sakit tidak terjamin dengan baik, maka semakin besar
resiko
terjadinya ancaman infeksi nosokomial pada penderita-penderita yang
sedang
dalam proses asuhan keperawatan. (Darmadi,2008)
Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/
komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit
(Healthcare-
Associated Infections/ HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di
rumah sakit
beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial
(Hospital Acquired
Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait
Layanan Kesehatan
atau “HAIs” (Healthcare Associated Infections) dengan pengertian
yang lebih
luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit,
tetapi juga dapat
dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi
kepada pasien
namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang
tertular pada
saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
(Permenkes,
2017).
1. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak
langsung,
dan droplet. Kontak langsung terjadi apabila sumber infeksi
berhubungan
langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada
penularan
infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak
berlangsung terjadi
apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda
mati).
Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi
oleh
infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme.
12
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh
kuman,
dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjam.
Adapun
jenis-jenis common vehicle adalah darah, obat-obatan, cairan
intravena,
dan lain sebagainya.
Penularan ini terjadi apabila mikroorganisme mempunyai ukuran
yang
sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang
cukup
jauh, dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme
yang
terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus)
dan
tuberculosis.
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.
Disebut
penularan secara eksternal apabila terjadi pemindahan secara
mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella
dan
salmonella oleh lalat. Sedangkan penularan secara internal
apabila
mikroorganisme masuk kedalam tubuh vector dan dapat terjadi
perubahan
secra biologis. (Bea, 2012)
2.2.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial
Berdasarkan epidemioligi infeksi nosokomial upaya penegahan terdiri
dari
dasar upaya pencegahan yang berkaitan dengan rumah sakit dan
isolasi penderita
isolasi sumber dan isolasi perlindungan (Adisasmito, 2008).
13
memutuskan rantai infeksi melalui pengobatan dan upaya pencegahan
lainnya.
Sterilisasi dengan menggunakan antiseptik kulit sebelum melakukan
penyuntikan
atau waktu pemasangan kateter, sterilisasi alat-alat bedah dan
kedokteran
gigi/bedah dapat dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri dan
penggunaan
disenfektan untuk membunuh bakteri patogen lainnya di permukaan
benda-benda
untuk mencegah kontaminasi dan mengurangi kontaminasi dan
mengurangi resiko
infeksi.
Menurut WHO Rumah Sakit didefinisikan sebagai “Expert Committee
On
Organization Of Medical Care: is an intergital part of social and
medical
organization, the function of which is to provide for the
population complete
health care, both curative an preventive and whose out patient
service reach out
the family and this home environment; the hospital is also a center
for the training
of health works and for biosocial research” yang berati rumah sakit
adalah tempat
komite ahli tentang organisasi perawatan medis: adalah bagian yanag
tidak
terpisahkan dari organisasi sosial dan medis, yang fungsinya adalah
menyediakan
perawatan kesehatan lengkap, baik kuratif, preventif, dan layanan
rawat jalan
untuk keluarga dan lingkungan rumah; rumah sakit juga merupakan
pusat
pelatihan kerja kesehatan dan penelitian biososial.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri No.44 Tahun 2009 adalah
Rumah
sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatanmerupakan
bagian dari
14
sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan
fungsi
dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya
merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf
kesejahteraan
masyarakatnya.
Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit di indonesia dibedakan ke
dalam
dua jenis menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 yakni:
1. Rumah sakit publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh
pemerintah
(termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum yang lain yang
bersifat
nirlaba.
b. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi.
c. Rumah sakit milik pemerintah daerah kabupaten atau kota.
d. Rumah sakit milik Tentara Nasional Indonesia (TNI).
e. Rumah sakit milik Kepolisisan Republik Indonesia (POLRI).
f. Rumah sakit milik departemen diluar departemen kesehatan
(termasuk
milik badan usaha milik negara seperti pertamina).
2. Rumah sakit private, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan
hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Rumah sakit private meliputi:
a. Rumah sakit milik yayasan.
b. Rumah sakit milik perusahaan.
c. Rumah sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar
negeri).
d. Rumah sakit milik badan hukum lain.
Sedangkan bedasarkan jenis kelasnya, rumah sakit di Indonesia
dibedakan
menjadi 4 kelas menurut Kepmenkes No. 51 Menkes/Per/I/2010
yaitu:
1. Rumah sakit kelas A.
2. Rumah sakit kelas B (pendidikan dan non pendidikan).
3. Rumah sakit kelas C
4. Rumah sakit kelas D
Kelas rumah sakit juga dibedakan bedasarkan jenis pelayanan
yang
tersedia. Pada rumah sakit kelas A tersedia pelayanan spesialistik
yang luas
termasuk pelayanan subsspesialistik. Rumah sakit B mempunyai
pelayanan
minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. Rumah
sakit kelas C
mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam,
kebidanan
dan anak). Dirumah sakit kelas D hanya terdapat pelayanan medis
dasar. Namun
saat kini pemerintah suadah berusaha dan telah meningkatkan status
semua rumah
sakit kabupaten menjadi rumah sakit kelas C.
2.3.3 Persyaratan Bangunan Rumah Sakit
1. Lantai dan dinding : bersih, lantai tidak licin, bahan kuat
kedap air dan
permukaan rata, bagian lantai yang selalu kontak dengan air dibuat
miring
kearah saluran pembuangan agar tidak terbentuk genangan air,
permukaan
dinding berwarna terang.
16
2. Atap : kuat dan tidak bocor, tidak memungkinkan terjadi genangan
air.
3. Langit-langit : tinggi dari lantai minimal 2,5 meter dan bebas
dari sarang
laba-laba.
4. Pintu : dapat dibuka, ditutup dan dikunci dengan baik agar dapat
mecegah
masuknya binatang pengganggu.
5. Kondisi ruang : tidak pengap, tidak bau, bebas dari kuman
pathogen, kadar
gas tidak beracun.
6. Ventilasi : lubang pembuangan dan pemasukan udara paling sedikit
7 fet
dari tinggi lantai, exhaust fans harus ditemptakan paling ujung
dari
ruangan, filter udara pada AC harus selalu dibersihkann secara
teratur.
(Santoso, 2015)
2.4.1 Jeruk (Citrus sp)
Jeruk dikenal berasal dari Asia Tenggara, yaitu India, China
Selatan, dan
beberapa jenis dari Florida, Australia Utara, dan Kaledonia. Jeruk
besar dapat
dijumpai di Kalimantan dan Malaysia. Namun, kini tanaman jeruk
dapat dijumpai
diseluruh dunia. Jeruk memiliki banyak spesies dari enam genus,
yakni Citrus,
Mikro citrus, Fortunella, Poncirus, Cymedia dan Eremocitrus. Genus
yang
terkenal adalah Citrus, Fortunella, dan Poncitrus. Namun, yang
memiliki nilai
ekonomi tinggi hanyalah Citrus. Spesies jeruk yang terkenal sebagai
berikut:
1. Jeruk Keprok (Citrus reticulta), termasuk jeruk siam. Terkenal
dengan
jeruk mandarin.
2. Jeruk manis (Citrus sinensis), termasuk jeruk Washington Navel
Orange
(WNO) yang disebut orange, jenis jeruk yang termasuk orange
adalah
sour orange.
3. Jeruk besar atau jeruk gulung (Citrus grandis atau Citrus
maxima) jenis
jeruk yang termasuk jeruk besar adalah Citrus Paradisi yang
dikenal
dengan jeruk dewata (grape fruit) atau pamelo.
4. Jeuk nipis (Citrus aurantifolia) yang biasa disebut lemon (lime)
tidak
dapat dikupas bisanya untuk dibuat minuman.
5. Jeruk purut (Citrus hystrix) termasuk jeruk sambal juga disebut
lemon
tidak dapat dikupas. (Sunarjono, 2010)
2.4.2 Taksonomi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Menurut (Sunarjono, 2010) Taksonomi atau Morfologi Jeruk Nipis
adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Klas : Dicotiledonae
Bangsa : Prutales
Family : Rutaceae
Genues : Citrus
18
2.4.3 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Jeruk nipis atau lebih dikenal dengan jeruk pecel jenis jeruk yang
buahnya
banyak mengandung air, rasa sangat masam dengan aroma sangat sedap
(Kamus
Pertanian Umum, 2013). Jeruk nipis (Citrus aurontifolia) merupakan
tanaman
perdu yang memiliki banyak cabang dan ranting. Tinggi tanaman ini
berkisar
antara 3-5 meter. Batangnya berkayu keras dan ulet. Batang muda
berwarna hijau
dan berangsur menjadi putih kecoklatan hingga coklat setelah
menjadi batang tua.
Arah tumbuh batang mengangguk, yaitu tumbuh tegak lurus ke atas
kemudian
ujungnya membengkok kembali ke bawah. Tanaman jeruk nipis umumnya
sudah
mulai berbunga dan berbuah pada umur 2,5 tahun setelah ditanam.
Buah jeruk
nipis berbentuk bulat sampai bulat telur, bewarna hijau saat masih
muda dan
kekuningan saat tua. Buah jeruk nipis yang memiliki ukuran lebih
kecil dan
sedang biasanya memiliki kulit yang lebih tipis dibanding dengan
buah yang
besar. Buah jeruk nipis mengandung biji-biji yang kecil-kecil
berbentuk bulat
telur sungsang berwarna putih. Biji jeruk nipis memiliki dua
lapisan luar yang
disebut testa dan lapisan kulit yang disebut tegmen (Kholis,
2013).
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu tanaman toga
yang
digunakan pada masyarakat, baik untuk bumbu masakan maupun untuk
obat-
obatan dan dari bagian perasan air buah jeruk nipisnya memiliki
daya anti bakteri.
(Awang, 2014). Air perasan buah jeruk nipis juga dapat menyembuhkan
penyakit
batuk. Selain buah, kulit buah jeruk nipis juga mempunyai kegunaan
karena dalam
kulit buah jeruk nipis tersebut mengandung minyak atsiri. Kulit
terluar buah jeruk
nipis dapat diambil minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan obat
dan hampir
19
seluruh industri makanan, minuman, sabun, kosmetik dan parfum
menggunakan
sedikit minyak atsiri ini sebagai pengharum dan juga dapat
digunakan sebagai
antirematik, antiseptik, antiracun, astringent, antibakteri,
diuretik, antipiretik,
antihipertensi, antijamur, insektisida, tonik, antivirus,
ekspektoran (Agusta, 2000).
Menurut Rahardjo (2012) aktivitas antibakteri dari buah jeruk
nipis
memiliki sejumlah asam organik seperti asam sitrat yang merupakan
komponen
utama kemudian asam malat, asam laktat dan asam tartarat yang
berfungsi
menghambatan sebagai antibakteri dari asam organik karena penurunan
pH
dibawah kisaran pertumbuhan mikroorganisme dan penghambatan
metabolisme
oleh molekul asam yang tak terdisosiasi dan didapat dari hasil
analisis
menunjukkan bahwa pemberian sari nipis dalam pakan ayam boiler
memberikan
pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah baktei E.
coli dalam saluran
pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk nipis dengan
prosentase hingga
0,6% sangat nyata mampu mempengaruhi perkembangan bakteri E. coli
dalam
saluran pencernaan ayam boiler. Hasil tersebut disebabakan adanya
senyawa
flavonoid yang terdapat pada tanaman jeruk nipis sehingga mampu
menekan
pertumbuhan bakteri E. coli.
Pada umumnya masyarakat sudah mengetahui akan komposisi vitamin
C
nya yang cukup besar. Namun ternyata masih banyak lagi komposisi
dari buah ini
seperti halnya mineral yang dikandungnya (Anna, 2012). Dalam setiap
100 gram
buah jeruk nipis terkandung vitamin C 27 mg, kalsium 40 mg, fosfor
22 mg,
karbohidrat 12,4 mg, vitamin B 10,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1
mg, kalori
20
37 mg, protein 0,8 mg, air 86 g, dan zat-zat lainnya hingga 100%
(Prasetyono,
2012).
nipis sangat beragam, diantaranya vitamin C dan bioflavonoid
memiliki manfaat
untuk memperbaiki daya tahan tubuh dan antioksidan. Selain itu
vitamin C adalah
salah satu komponen untuk pembentukan kolagen secara alami di dalam
tubuh.
Air jeruk nipis juga dapat digunakan obat kumur pada penderita
sakit
tenggorokan, dapat mengatasi bau mulut yang tak sedap karena
mengandung zat
asam yang dapat mematikan kuman (Awang,2014)
Pada penelitian yang dilakukan Yusdiman (2016) dalam efek
pemberian
sari jeruk nipis terhadap bobot akhir ayam boiler dan jumlah
bakteri patogen pada
usus dengan pemberian sari jeruk nipis yang didapatkan dengan
menggunakan
metode pemerasan yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu
pencucian,
pemotongan, dan penyaringan. Setelah memperoleh sari jeruk nipis,
maka sari
tersebut dicampur dengan pakan yang telah disusun untuk diberikan
pada ayam
boiler dengan prosentase pemberian hingga 0,6 %. Hasil analisis
ragam,
menunjukkan bahwa pemberian sari jeruk nipis dalam pakan ayam
boiler
memberikan pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap bobot akhir
ayam boiler.
Pada hasil analisis ragam pemberian sari jeruk nipis dalam pakan
ayam boiler
memberikan pengaruh nyata p(<0,01) terhadap jumlah bakteri
salmonella dan
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk
nipis dengan
prosentase hingga 0,6% sangat nyata menurunkan jumlah bakteri
salmonella dan
21
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler karena disebabkan
adanya senyawa
flavonoid yang terdapat pada buah jeruk nipis.
2.5 Konsep Minyak Atsiri
disebabkan karena Indonesia memilikiklim tropis sehingga
keanekaragaman
hayatinya sangat tinggi (Munawaroh dan Handayani, 2010).
Minyak atsiri merupakan senyawa organik yang berasal dari tumbuhan
dan
bersifat mudah menguap. Kegunaanya sebagai bahan baku untuk
industri parfum
atau bahan pewangian, bahan aroma. Minyak atsiri juga digunakan
sebagai bahan
baku obat dan aromaterapi. (Syahbana, 2010)
Minyak atsiri atau dikenal sebagai minyak eteris (aestheric oil)
merupakan
hasil dari metabolisme sekunder suatu tanaman. Aroma yang dimiliki
minyak
atsiri bergantung dari jenis tanaman penghasilnya, selain itu
minyak atsiri dari
tanaman yang berbeda juga memiliki kandungan zat yang tidak sama.
Minyak
atsiri pada umumnya mengandung beberapa komponen senyawa
seperti
Citronelal, Citronelol, Limonen, β-Pinene dan sabinene (Muhtadin
dkk, 2013).
Minyak atsiri yang berasal dari tanaman jeruk nipis banyak
dimanfaatkan
oleh industri kimia parfum, selain itu juga digunakan sebagai
penambah aroma
jeruk pada minuman dan makanan, serta bidang kesehatan digunakan
sebagai
antioksidan dan antikanker (Razak dkk, 2013).
Daya antibakteri minyak atsiri jeruk nipis disebabkan oleh
adanya
senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel
bakteri. Salah
22
satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya
bakterisida lima kali
lebih kuat dibandingkan fenol (Endah, 2012)
Menurut penelitian yang dilakukan Diah (2017) minyak atsiri
yang
terdapat pada tanaman jeruk nipis merupakan suatu subtansi alami
yang dikenal
memiliki efek antibakteri. Komposisi senyawa minyak atsiri dalam
jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) adalah limonene (53,92%), α-pinen (0,33),
mirsen (1,58%),
β-pinen (0,97%), sabinen (2,06%) dan isokamfen (0,56%) yang
termasuk
golongan hidrokarbon monoterpen; geraniol (1,33%), linalol (1,20%),
neral
(9,88%), nerol (1,38%), geranial (12,26%), geranil asetat (2,03%),
α-terpineol
(0,42%), sitronelol (0,67%), dan neril asetat (4,56%) yang termasuk
golongan
hidrokarbon siskuiterpen.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Alfiannur (2017) minyak atsiri
kulit
jeruk manis (Citrus sinensi L.) yang diperoleh dengan metode
destilasi uap air
memiliki keunggulan yaitu minyak yang dihasilkan lebih murni,
sederhana dan
ramah lingkungan karena tidak melibatkan pelarut berbahaya. Adapun
randemen
yang dihasilkan adalah sebesar 0,1%. Hasil identifikasi
kromatografi Gas-
Sprektoskopi Massa (KG-SM) menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit
jeruk
manis (Citrus sinensi L.) memiliki komponen senyawa dl-limonen
sebesar
99,78% dan Octamethyl-Cyclotetrasiloxane yang merupaka senyawa
hidrokarbon
sebesar 0,22%. Minyak atsiri yang diperoleh dibuat dengan berbagai
konsentrasi
(0,25, 2, 10, 100 dan 500 mg/ml. Uji aktivitas antibekateri
dilakukan dengan
metode kertas cakram (disc diffusion method) memberikan efek
terhadap bakteri
uji berupa zona bening disekitar kertas cakram dengan rata-rata
diameter zona
23
hambat yang dihasilkan berturut-turut 2; 6; 7; 7,5; 8,1 dan 10,9 mm
untuk
Staphylococcus aureus dan 0; 0; 0; 2,4 dan 2,9 untuk Escherichia
coli.
2.5.2 Perkembangan Minyak Atsiri
tahun, jumlah permintaan minyak atsiri di dunia mengalami kenaikan
sekitar
10%. Dengan meningkatnya permintaan minyak atsiri ini dipengaruhi
oleh
beberapa faktor, diantaranya informasi mengenai minyak atsiri yang
semakin
gencar dan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke penggunaan
bahan alami
(back to nature). Potensi bisnis minyak atsiri masih sangat
terbuka. Pasalnya,
harga bahan bakunya yang relatif murah dan sementara itu harga jual
minyak
atsiri masih sangat tinggi. Pengembangan minyak atsiri di Indonesia
berhubungan
erat dengan pengembangan teknologi pengolahan minyak atsiri. Selain
itu,
penelitian terus menerus dilakukan untuk memanfaatkan seluruh
bagian tanaman
yang mengandung minyal atsiri. Harapannya agar dari satu jenis
tanaman dapat
dihasilkan beragam jenis minyak atsiri. (Syahbana, 2010)
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya
adalah
karakteristik bagian tanaman yang diekstraksi, pelarut, suhu,
tekanan dan waktu.
Sebagai akibat dari kemajuan dalam teknologi dan tekhnik ekstraksi,
maka
perkembangan industri di bidang farmasi, bahan tambahan makanan dan
pestisida
yang memanfaatkan molekul-molekul bahan aktif dari bahan alami juga
semakin
pesat. Efek senyawa bahan aktif yang diperoleh dari suatu proses
ekstraksi sangat
tergantung pada sifat atau karakteristik tanaman yang diekstraksi,
asal derajat
24
pemerosesan, kadar air, dan ukuran partikel bagian tanaman yang
diekstraksi.
Sedangkan kualitas ekstrak bahan aktif dari tanaman sangat
tergantung pada
bagian tanaman yang diekstraksi, pelarut, dan tekhnik ekstraksi
yang digunakan.
(Cahyo, 2015).
Tabel 2.1 Bagian Tanaman yang Dipanen, Cara Pengumpulan dan Kadar
Air
yang Diinginkan Setelah Pengeringan
ukuran panjang dan lebar tertentu ; untuk kulit
batang yang mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol dikupas menggunakan
alat pengupas yang bukan terbuat dari logam
besi.
<10%
dengan panjang tertentu.
kulit dikelupas.
tangan satu persatu.
daun bunga dipetik dengan tangan.
< 5%
mengandung daun muda dan bunga.
< 8%
dengan ukuran tertentu.
tertentu
< 8%
dipetik dengan tangan.
dikumpulkan dan dicuci.
Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikupas dan dicuci. <
8%
Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun
dan akar dengan memotongnya, kemudian
dicuci.
< 8%
25
dengan melakukan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan
tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian eksperimental adalah suatu
rancangan penelitian
yang digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya
keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas
(Nursalam,
2016). Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan
dengan
melakukan uji coba atau intervensi pada subyek penelitian kemudian
efek dari
intervensi tersebut diukur dan dianalisi (Dharma, 2011).
2.6.2 Macam-Macam Rancangan Penelitian Eksperimen
Rancangan penelitian eksperimen dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu
sebagai berikut :
2.6.3 Rancangan Pra Eksperimen
kontrol (pembanding). Menggunakan rancangan penelitian eksperimen
one group
pre and posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan
satu
26
(Saryono, 2013). Bentuk Rancangan ini sebagai berikut
Tabel 2.2 Bentuk Rancangan One Group Pretest and Posttest
Design
Pretest Perlakuan Posttest
Keterangan :
02 : Posttest
teori sebagai berikut :
Sumber Infeksi
3.1 Kerangka Konseptual
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
jeruk nipis dengan formula
suatu penelitian. Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang
hubungan antara dua
variabel atau lebih. Berdasarkan permasalahan, kajian pustaka, dan
kerangka
konseptual maka dalam peneliti ini dapat dirumuskan hipotesis
alternatif sebagai
berikut :
1. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 7,5% pemberian
sari
jeruk nipis dan formula 0,25% minyak atsiri kulit jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia).
2. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 5,0 pemberian
sari
jeruk nipis dan formula 0,50% minyak atsiri kulit jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia).
3. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 2,5% pemberian
sari
jeruk nipis dan formula 0,75 minyak atsiri kulit jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia).
4. Ha : Ada penurunan angka kuman dengan formula 10% pemberian
sari
jeruk nipis dan formula 1% minyak atsiri kulit jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia).
5. Ha : Ada perbedaan formula pemberian sari jeruk nipis dan
formula
minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
menurunkan angka kuman.
sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian arau masalah. Desaian
penelitian
merupakan prosedur perencanaan dimana peneliti dapat menjawab
pertanyaan
penelitian secara valid, objektif, akurat dan hemat ekonomis.
Desain penelitian
merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa
sehingga
memberikan arah bagi peneliti untuk dapat memperoleh jawaban
terhadap
pertanyaan atau masalah penelitian (Cholik, 2017).
Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu
suatu
penelitian yang dilakukan dengan melakukan uji coba pada subyek
penelitian
kemudian efek dari intervensi tersebut diukur dan dianalisis
(Dharma, 2011). Pada
penelitian ini menggunakan pra eksperimen yaitu penelitian
eksperimen yang
hanya menggunakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok
kontrol
(pembanding). Menggunakan rancangan penelitian eksperimen one group
pre and
posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan satu
kelompok
subjek saja, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.
Penelitian
eksperimen ini dilakukan dengan pemberian minyak atsiri kulit jeruk
nipis untuk
menurunkan angka kuman di lantai rumah sakit.
31
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian Eksperimen One Group Pre and
Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
Keterangan :
01 = Pengukuran pertama angka kuman lantai
X (0,5) = Pemberian formula sari jeruk nipis 7,5% dan minyak atsiri
kulit jeruk
nipis 0,25%
X (1) = Pemberian formula sari jeruk nipis 5,0% dan minyak atsiri
kulit jeruk
nipis 0,50%
X (1,5) = Pemberian formula sari jeruk nipis 2,5% dan minyak atsiri
kulit jeruk
nipis 0,75%
X (2) = Pemberian formula sari jeruk nipis 10% dan minyak atsiri
kulit jeruk
nipis 1%
antara program (intervensi) satu dengan yang lainnya dapat
dicapai.
4.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi populasi
penelitian
(Cholik, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ruang
lantai yang ada
di RSUD Kota Madiun.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu
populasi
(Saryono, 2013). Sampel pada penelitian ini adalah lantai ruang UGD
RSUD Kota
Madiun.
Replikasi formula minyak atsiri kulit jeruk nipis untuk menurunkan
angka
kuman pada lantai rumah sakit adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Replikasi Formula Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
untuk
Menurunkan Angka Kuman Pada Lantai.
Ket : : Pemberian formula
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
a. Air bersih
kulit jeruk
nipis 1%.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
33
1. Bahan : a. Buah nipis segar
2. Alat : a. Juicer
Pengambilan Sampel Angka Kuman Ruang
UGD
Penambahan Formula Sari Jeruk Nipis 7,5%,
5,0% , 2,5% , 10% dan Minyak Atsiri Kulit
Jeruk Nipis 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%
Pemeriksaan Uji Laboratorium Menggunakan
a. Cuci buah jeruk nipis hingga bersih
b. Masukkan buah jeruk nipis ke dalam juicer yang telah
dibersihkan
c. Setelah memperoleh sari jeruk nipis masukkan kedalam botol
yang
telah dibersihkan
Sederhana
b. Air Aquades
c. Alumunium Foil
d. Erlemayer
3. Cara Pembuatan Minyak Atsiri :
a. Kupas kulit jeruk nipis setipis mungkin agar bagian putih jeruk
nipis
tidak ikut terkupas
c. Keringkan dengan menggunakan oven pengering selama 12 jam
d. Timbang kembali kulit jeruk nipis yang sudah kering
35
e. Pasang rangkaian alat destilasi sesuai dengan petunjuk, lalu
tutup
lubang yang ada pada rangkaian alat destilasi menggunakan
alumunium foil yang bertujuan untuk menghambat destilasi
minyak
atsiri menguap
f. Masukkan kulit jeruk nipis yang sudah dikeringkan ke dalam labu
alas
500 ml dengan perbandingan air 330 ml per 396 gr kulit jeruk
nipis
kering.
g. Tunggu waktu destilasi selama 7 jam agar mendapatkan hasil
minyak
atsiri yang bagus.
c. Minyak atsiri kulit jeruk nipis
d. Sari jeruk nipis
kontaminasi langsung dengan kuman
b. Siapkan media amies yang sudah berisi agar gel, kemudian
aplikasikan pada lantai kotor (sebelum pemberian sari jeruk nipis
dan
minyak atsiri kulit jeruk nipis) satu arah)
c. Pengusapan pada lantai dilakukan pada 4 titik, setiap titik
dilakukan 4
kali pengulangan secara berturut-turut.
d. Pemberian formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri
menggunakan
pipet ukur ke dalam air 100ml, aplikasikan ke titik lantai
yang
sebelumnya telah diambil sampel kuman, tunggu sampai kering
e. Ambil media amies yang baru kemudian ambil sampel kuman
secara
berurutan
ke Laboratorium Kesehatan Daerah Ngawi.
4.4.4 Metode TPC (Total Plate Count)
Metode TPC atau hitungan cawan adalah tekhnik pengamatan
mikroba
yang masih hidup yang dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah mikroba
yang
ada dengan cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada
media agar.
Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba masih hidup dan
ditumbuhkan
pada medium agar maka sel tersebut akan berkembang biak dan
membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung menggunakan mikroskop. Dalam
penelitian ini
uji laboratoriun metode TPC menggunakan jasa dari Laboratorium
Kesehatan
Daerah Ngawi.
37
Alat :
a. Cairkan PCA pada pemanas air
b. 1 ml sampel diencerkan dalam 9 ml larutan gram fisiologis
sampai
pengenceran yang diperlukan
c. Pipet sebanya 0,1 ml sampel yang telah diencerkan ke PCA yang
telah
beku
d. Inkubasi pada suhu 35C dalam incubator dengan posisi
terbalik
selama 2-3 hari
e. Hitung koloni yang tumbuh pada permukaan PCA dengan
Colony-
counter
f. Tentukan jumlah koloni jasad renik untuk setiap 100 cm²
dengan
rumus sebagai berikut :
Luas cawan
(Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja dari penelitian ini adalah
sebagai
berikut :
Popolasi
Seluruh ruangan yang ada di rumah sakit RSUD Kota Madiun
Sampel
Desain Penelitian
Jenis rancangan pra eksperimen dengan one group pre and posttest
design
Pengumpulan Data
Uji Laboratorium
Variabel Bebas :
formula 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%
Variabel Terikat :
4.6.1 Variabel Penelitian
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan
yang dimiliki
oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Menurut Sugiyono (2011)
terdapat 2
jenis variabel yaitu :
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel bebas. Dalam
penelitian
ini yang menjadi varilabel bebas adalah dosis minyak atsiri kulit
jeruk
nipis.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini
yang
menjadi variabel terikat adalah efektivitas penurunan angka kuman
pada
lantai.
semua istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal,
sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian
(Nursalam,
2013). Adapun definisi operasional penelitian ini akan diuraikan
dalam tabel
berikut :
40
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Data
1 Formula 1. Sari jeruk nipis 7,5% (30 ml) dan
minyak atsiri kulit jeruk nipis 0,25%
(1 ml)
minyak atsiri kulit jeruk nipis 0,50%
(2 ml)
minyak atsiri kulit jeruk nipis 0,75%
(3 ml)
minyak atsiri kulit jeruk nipis 1%
(4 ml)
asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup
dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah diinkubasikan
yang sesuai.
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan salah satu rumah sakit yang berada di kota
Madiun
yaitu RSUD Kota Madiun Jl. Campursari 12B Sogaten, sedangkan
untuk
pemeriksaan Laboratorium dilakukan di kampus STIKES BHM Madiun
untuk
pembuatan minyak atsiri kulit jeruk nipis dan untuk angka kuman
di
Laboratorium Kesehatan Daerah Ngawi.
Ujian Proposal
Seminar Hasil
berikut :
4.8.2 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil pengukuran
terhadap
objek yang diteliti yaitu jumlah angka kuman pada lantai sebelum
dan
sesudah dilakukan penurunan angka kuman menggunakan minyak
atsiri
kulit jeruk nipis.
2. Data Sekunder
penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan, jurnal dan
skripsi yang
42
menggunakan jeruk nipis.
4.8.3 Pengumpulan Data
4.8.4 Pengolahan Data
1. Pemeriksaan data (editing)
perbaikan data. Dalam penelitian ini dilakukan untuk meneliti
kelengkapan
data kadar kekeruhan, sampel yang diperoleh dalam setiap kali
perlakuan.
2. Masukkan data (entry data)
Memasukkan data yaitu memasukkan data yang telah didapatkan
ke
dalam program komputer. Dalam penelitian ini memasukkan nilai
kadar
kekeruhan air sumur gali dari hasil pemeriksaan laboratorium
kedalam
program komputer.
3. Coding
data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode
data
bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter (Notoatmodjo,
2012).
43
tabel.
disajikan dalam bentuk tabel.
4.9 Teknik Analisis Data
karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Analisis univariat
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beda
setiap dosis
minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam penurunan angka kuman. Jika
data
mempunyai distribusi normal maka mean dapat digunakan sebagai
ukuran
pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran dan
jika distribusi
data tidak normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai
ukuran
pemusatan dan minimum maksimum sebagai ukuran penyebaran.
4.9.2 Analisis Bivariat
variabel baik berupa komparatif, asosiatif maupun koleratif
(Saryono, 2013). Pada
penelitian ini analisis bivariat menggunakan SPSS dengan uji one
way anova.
Data yang digunakan adalah hasil pemeriksaan angka kuman pada
lantai di
44
laboratorium. Data dari hasil laboratorium diolah menggunakan spss
dengan uji
one way anova dan disajikan dalam bentuk tabel. Uji one way anova
adalah salah
satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan
rata-rata data lebih
dari dua kelompok. Syarat uji one way anova adalah sebagai berikut
:
1. Sampel berasal dari kelompok tidak berpasangan
2. Varian antar kelompok harus homogen dengan ρ <0,05 jika data
tidak
homogen maka dilakukan transform homogeneity of variance test
3. Data masing-masing kelompok berditribusi normal dengan ρ
>0,05
Apabila data dari masing-masing kelompok tidak berdistribusi
normal
maka menggunakan uji alternatif yaitu uji Kruskal-Wallis dengan
post hoc Mann-
Whitney. Perhitungan dilakukan menggunakan program komputer SPSS
sehingga
penarikan dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Jika ρ -value > α 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada
efektivitas
pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis untuk menurunkan angka kuman di latai
UGD RSUD Kota Madiun.
2. Jika ρ -value ≤ α 0,05 maka Ha ditolak, artinya ada perbedaan
efektivitas
pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis untuk menurunkan angka kuman di latai
UGD RSUD Kota Madiun.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Madiun.
Dimana Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun merupakan Rumah Sakit
satu-
satunya milik Pemerintah Kota Madiun yang berlokasi di jalan
Campursari 12 B
Madiun dan menempati areal seluas 40.785 m² dengan luas bangunan
Rumah
Sakit 10.966,7 m² yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.
1076 Menkes/SK/VII/2005 tentang Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Madiun
No.05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
serta
menjadi Rumah Sakit Kelas C dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 245/MENKES/SK/IV/2009 pada tanggal 2 April
tentang
Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun menjadi kelas
C
(Master Plan RSUD Kota Madiun, 2016)
Terhitung 1 Januari 2013, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
telah
menjadi BLUD Penuh sejak diterbitkannya Keputusan Walikota Madiun
Nomor
445-401.302/256/2012 tanggal 12 Desember 2012 tentang Penerapan
Status
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Penuh pada Rumah Sakit Umum
Daerah.
Sebagai unsur pendukung atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dibidang
pelayanan kesehatan perorangan, RSUD Kota Madiun dituntut untuk
terus
meningkatkan mutu pelayanan sehingga bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat
khususnya di Kota Madiun yaitu pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan
46
Jawa Timur bagian barat.
Waktu dilaksanakannya penelitian ini pada tanggal 20 - 24 Juli
2019.
Dengan jumlah sampel 20 lantai ruang UGD yang dilakukan dengan
teknik pre
and posttest menggunakan formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri
kulit jeruk
nipis (Citrus aurantifolia). Kemudian formula ini diaplikasikan
pada lantai UGD
untuk mengetahui keefektifan sari jeruk nipis dan minyak atsiri
kulit jeruk nipis
dalam menurunkan angka kuman.
RSUD yang berkualitas dan menjadi pilihan masyarakat Kota Madiun
dan
sekitarnya”. Makna visi: sesuai pokok-pokok visi dapat dijelaskan
bahwa Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Madiun berupaya untuk mewujudkan
kesejahteraan
bagi Kota Madiun, maka Rumah Sakit harus memberikan pelayanan
kesehatan
yang berkualitas sesuai standart dan mengutamakan keselamatan
pasien serta
dapat memenuhi keinginan serta kebutuhan masyarakat sehingga
dipilih oleh
masyarakat Kota Madiun dan sekitarnya. Kondisi tersebut diukur
melalui
indikator-indikator kesehatan.
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun, untuk mewujudkan
visi
diatas perlu dijabarkan upaya-upaya yang akan dilaksanakan melalui
misi. Misi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun tahun 2014-2019 adalah
“Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan”. Maknanya, untuk
melaksanakan
pelayanan yang bermutu dibutuhkan sumber daya manusia yang
profesional
dalam bidang medis, keperawatan maupun administrasi dalam suasana
yang aman
dan nyaman serta kompetitif. Selain itu juga dibutuhkan sarana dan
prasarana
47
Rumah Sakit yang memenuhi standart, baik sarana gedung, peralatan
kedokteran
dan fasilitas/sarana prasarana penunjang lainnya sesuai kelas Rumah
Sakit
sehingga pelayanan minimal berkualitas dan keselamatan pasien dapat
terpenuhi.
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pelanggan serta
terjangkau
melalui pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajat
kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dan diharapkan dapat melayani
masyarakat
dengan profesional (Master Plan RSUD Kota Madiun, 2018).
5.1.1 Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Pelayanan di RSUD Kota Madiun juga mulai berkembang,
di
instalasi rawat jalan yaitu dengan dibukaknya Klinik Jantung dan
Klinik
Anesthesi. Untuk Instalasi Rawat Inap juga telah dibuka ruang
perawatan baru
yaitu ruang wijaya kusuma, lantai 1 dipergunakan untuk ruang
perwatan
ICU/ICCU dan lantai 2 untuk ruang perawatan pasien kelas 1.
Sehingga sampai
tahun 2019 pelayanan yang ada di RSUD Kota Madiun adalah sebagai
berikut :
1. Instalasi Rawat Jalan (Klinik Umum, Klinik Obgyn, Klinik Bedah,
Klinik
Mata, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Anak, Klinik Gigi, Klinik
Saraf,
Klinik Kesehatan Jiwa, Klinik THT, Klinik Orthopedi, Klinik Kulit
&
Kelamin, Klinik Paru, Klinik Jantung dan Klinik Anesthesi)
2. Instalasi Ruang Rawat Inap (Ruang Mawar/ ruang perawatan
penyakti
dalam laki-laki kelas 1, 2 dan 3, Ruang Dahlia /ruang rawat
perawatan
penyakit dalam perempuan kelas 1, 2 dan 3, Ruang Melati/
ruang
perawatan anak, Ruang Anggrek/ ruang perawatan bedah laki-laki
kelas 1,
2 dan 3, Ruang seruni/ ruang perawatan bedah permpuan kelas 1, 2
dan 3,
Ruang Bougenville/ruang bersalin, Ruang cendana/ruang perawatan
VIP,
48
Ruang Perinatlogi/ ruang perawatan bayi sakit, Ruang Nifas/ ruang
rawat
gabung ibu dan anak, serta Ruang Wijaya Kusuma/ ruang
intensif
ICU/ICCU dan ruang perawatan kelas 1)
3. Instalasi Gawat Darurat (24 jam, 7 hari dalam seminggu)
4. Instalasi penunjang (Instalasi Bedah, Instalasi Farmasi,
Instalasi Gizi,
Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Rekam
Medis,
Instalasi Penyehatan Lingkungan, Instalasi Hemodialisa, dan
Instalasi
Pemulasaran Jenazah)
5.2.1 Besar Sampel (Analisis Univariat)
Tabel 5.1 Komposisi Formula Sari Jeruk Nipis dan Minyak Atsiri
Kulit Jeruk
Nipis
Formul
a
Sari
Jeruk
Nipis
Minyak
1 30 1 90 38 88 43 70 59,75
2 20 2 34 11 79 54 34 44,5
3 10 3 213 39 66 47 73 56,25
4 40 4 53 49 64 77 42 58 Sumber : Data Primer, 2019
Dari tabel 5.1 terdapat 16 sampel angka kuman dan 4 kali
replikasi
formula sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis serta
jumlah dan rata-
rata angka kuman sesudah perlakuan.
49
No Angka Kuman Frekuensi Persen (%)
1 Tidak Memenuhi Syarat 16 100,0
Jumlah 16 100,0
sebanyak 16 sampel tidak memenuhi syarat.
5.2.2 Uji Normalitas
Formula Sig
Sumber : Data Primer, 2019
ρ-value pada uji normalitas dapat dilihat pada kolom shapiro-wilk
dengan
nilai sig formula sari jeruk nipis yaitu 0,025. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
data berdistribusi tidak normal (ρ >0,05) sehingga harus di uji
menggunakan uji
alternatif Kruskal-Wallis dengan post hoc Man-Whitney.
Tabel 5.4 Uji Normalitas Data Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis
Formula Sig
Sumber : Data Primer, 2019
ρ-value pada uji normalitas dapat dilihat pada kolom shapiro-wilk
dengan
nilai sig formula sari jeruk nipis yaitu 0,025. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa
data berdistribusi tidak normal (ρ >0,05) sehingga harus di uji
menggunakan uji
alternatif Kruskal-Wallis dengan post hoc Man-Whitney.
5.2.3 Uji Homogenitas
formula. Berdasarkan hasil uji homogenitas dapat diketahui bahwa
nilai ρ-value
50
berdistribusi normal (<0,05) uji homogenitas sari jeruk nipis
0,46 dan minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,46 yang artinya ada variasi antar
kelompok.
5.2.4 Hasil Analisis Bivariat
Tabel 5.5 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Sari Jeruk Nipis
Formula Rank Sig
30 ml 4,00
Berdasarkan hasil uji kruskall-wallis sari jeruk nipis didapatkan
nilai Sig
sebesar 0,065 artinya nilai tersebut >0,05. Dengan demikian,
dapat diketahui
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, berati tidak ada perbedaan yang
bermakna
atau signifikan antara formula 30ml, 20ml, 10ml dan 40ml dalam
menurunkan
angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun.
5.2.4.2 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis
Tabel 5.6 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis
Formula Rank Sig
1 ml 4,00
Berdasarkan hasil uji kruskall-wallis minyak atsiri kulit jeruk
nipis
didapatkan nilai Sig sebesar 0,065 artinya nilai tersebut >0,05.
Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, berati tidak ada
perbedaan
yang bermakna atau signifikan antara formula 1ml, 2ml, 3ml dan 4ml
dalam
menurunkan angka kuman di lantai RSUD Kota Madiun.
51
Formula Rank Sig
Hasil Uji Pos Hoc Man-Whitney sari jeruk nipis menunjukkan
bahwa
pada formula 30ml dan 40ml merupakan formula yang paling efektif
dalam
penurunan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
5.2.4.4 Hasil Analisis Pos Hoc Mann-Whitney Minyak Atsiri Kulit
Jeruk
Nipis
Tabel 5.8 Pos Hoc Mann-Whitney Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis
Formula Rank Sig
Hasil Uji Pos Hoc Man-Whitney sari jeruk nipis menunjukkan
bahwa
pada formula 1ml dan 4ml merupakan formula yang paling efektif
dalam
penurunan angka kuman di lantai UGD RSUD Kota Madiun.
5.2.4.5 Prosentase Penurunan Angka Kuman
Tabel 5.9 Prosentase Penurunan Angka Kuman
Formula
Sari
Jeruk
Nipis
(ml)
Minyak
Atsiri
Jeruk
Nipis
(ml)
Angka
Kuman
Sebelum
Perlakuan
Angka
Kuman
Sesudah
Perlakuan
Total
1 (1) 30 1
1 (2) 20 2 88 2 2 0,02 TMS
1 (3) 10 3 43 47 47 0,52 TMS
1 (4) 40 4 70 20 20 0,22 TMS
2 (1) 30 1
2 (2) 20 2 79 -45 -45 -1,32 TMS
2 (3) 10 3 54 -20 20 0,58 TMS
2 (4) 40 4 34 0 0 0 TMS
3 (1) 30 1 213 39 174 174 0,80 TMS
52
4 (1) 30 1
4 (2) 20 2 64 -11 -11 -0,20 TMS
4 (3) 10 3 77 -24 -24 -0,45 TMS
4 (4) 40 4 42 11 11 0,20 TMS
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan hasil ((d-e) x 100%) replikasi
formula
tidak memenuhi syarat.
Penelitian ini, menggunakan jeruk nipis yang digunakan sebagai
media
untuk menurunkan angka kuman pada lantai. Peneliti memanfaatkan
bahan
organik menggunakan jeruk nipis segar sebanyak ±7 kg jeruk nipis
untuk
didapatkan minyak atsiri kulit jeruk sebanyak ±10 ml, kulit jeruk
nipis kemudian
dikupas dari buahnya untuk bahan dasar pembuatan minyak atsiri
kulit jeruk nipis
dan buah jeruk nipis dibuat untuk bahan dasar sari jeruk nipis.
Proses pembuatan
minyak atsiri di lakukan di Laboratorium Farmasi Stikes BHM Madiun
dengan
teknik destilasi sederhana dengan lama pengeringan 12 jam dan waktu
destilasi
selama 7 jam untuk mendapatkan minyak atsiri kulit jeruk nipis
murni, rendeem
yang dihasilkan dari proses destilasi sederhana hanya sebanyak ±10
ml minyak
atsiri kulit jeruk nipis seperti penelitian yang dilakukan
penelitian yang dilakukan
Alfiannur (2017) minyak atsiri kulit jeruk manis (Citrus sinensi
L.) yang diperoleh
dengan metode destilasi uap air memiliki keunggulan yaitu minyak
yang
dihasilkan lebih murni dan rendeem yang dihasilkan lebih banyak,
sederhana dan
53
pembuatan sari jeruk nipis dilakukan dengan cara sederhana
menggunakan juicer
untuk mendapatkan sari jeruk nipis.
5.3.2 Tingkat Keberadaan Kuman Sebelum Perlakuan
Kondisi lantai RSUD Kota Madiun masih sangat tinggi tingkat
keberadaan
kuman, tingginya angka kuman pada lantai dapat disebabkan karena
kurangnya
penerapan SOP kebersihan dan jumlah pasien yang datang ke ruang
UGD.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/2004, baku mutu angka kuman pada lantai UGD adalah
5-10
CFU/cm². Berdasarkan hasil laboratorium angka kuman pada lantai
RSUD Kota
Madiun sebesar 90 CFU/cm² pada titik 1, 34 CFU/cm² pada titik 2,
213 CFU/cm²
pada titik ke 3 dan 53² pada titik ke 4. Sehingga angka kuman pada
lantai RSUD
Kota Madiun melebihi baku mutu yang ditetapkan.
5.3.3 Tingkat Keberadaan Kuman Sesudah Perlakuan
Pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis
dengan
formula tertentu dapat menurunkan angka kuman pada lantai, namun
karena
kurangnya pemberian formula pada titik tertentu masih belum bisa
untuk
menurunkan angka kuman pada lantai, penelitian ini juga sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yusdiman (2016) Hasil analisis
ragam,
menunjukkan bahwa pemberian sari jeruk nipis dalam pakan ayam
boiler
memberikan pengaruh tidak nyata (ρ >0,05) terhadap bobot akhir
ayam boiler.
Pada hasil analisis ragam pemberian sari jeruk nipis dalam pakan
ayam boiler
memberikan pengaruh nyata ρ (<0,01) terhadap jumlah bakteri
salmonella dan
54
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk
nipis dengan
prosentase hingga 0,6% sangat nyata menurunkan jumlah bakteri
salmonella dan
E.coli dalam saluran pencernaan ayam boiler karena disebabkan
adanya senyawa
flavonoid yang terdapat pada buah jeruk nipis.
Sedangkan hasil penelitian ini dengan pemberian formula sari jeruk
nipis
dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dapat menurunkan angka kuman
:
Titik 1 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 90 CFU/cm²
setelah
pemberian formula didapatkan angka kuman sebesar 38 CFU/cm²,
88
CFU/cm², 43 CFU/cm², 70 CFU/cm² mengalami penurunan yang
signifakan.
Titik 2 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 34 CFU/cm²
setalah
pemberian formula 1 terdapat angka kuman sebesar 11 CFU/cm²,
formula 2 79 CFU/cm², formula 3 54 CFU/cm², dan formula 4 34
CFU/cm² pemberian formula 2 pada titik 2 mengalami penurunan
dan
pada formula 2 dan 3 mengalami peningkatan dan pada pemberian
formula 4 tidak terjadi penurunan ata peningkatan angka
kuman.
Titik 3 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 213
CFU/cm²
setalah pemberian formula 1 terdapat angka kuman sebesar 39
CFU/cm², formula 2 66 CFU/cm², formula 3 47 CFU/cm², dan
formula
4 47 CFU/cm² pemberian formula pada titik 3 mengalami
penurunan
yang signifikan.
Titik 4 : Sebelum pemberian formula terdapat angka kuman 53 CFU/cm²
setalah
pemberian formula 1 terdapat angka kuman sebesar 49 CFU/cm²,
55
formula 2 64 CFU/cm², formula 3 77 CFU/cm², dan formula 4 42
CFU/cm² pemberian formula 4 pada formula 1 dan 4 mengalami
penurunan dan pada formula 2 dan 3 mengalami peningkatan
angka
kuman.
Berdasarkan uji normalitas data pada tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan
nilai Sig
sebesar 0,025 artinya nilai tersebut >0,05 dengan demikian data
berdistribusi tidak
normal dan di uji menggunakan uji akternatif Kruskall-Wallis. Pada
uji Kruskal-
Wallis tabel 5.5 dan 5.6 didapatkan nilai Sig sebesar 0,065
(>0,05) yang atinya
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan antara
pemberian sari
jeruk nipis dan minyak atsiri kulit jeruk nipis dalam menurunkan
angka kuman di
lantai RSUD Kota Madiun. Pada uji Pos Hoc Mann-Whitney tabel
5.7
menunjukkan bahwa formula 30ml dan 40ml sari jeruk nipis dalam 100
ml air dan
pada tabel 5.8 formula 1 dan 4 air minyak atsiri kulit jeruk nipis
dalam 100ml
merupakan formula yang paling efektif dalam menurunkan angka kuman
pada
lantai.
Penelitian sejalan dengan yang dilakukan Alfiannur (2017) Minyak
atsiri
yang diperoleh dibuat dengan berbagai konsentrasi (0,25, 2, 10, 100
dan 500
mg/ml. Uji aktivitas antibekateri dilakukan dengan metode kertas
cakram (disc
diffusion method) memberikan efek terhadap bakteri uji berupa zona
bening
disekitar kertas cakram dengan rata-rata diameter zona hambat yang
dihasilkan
berturut-turut 2; 6; 7; 7,5; 8,1 dan 10,9 mm untuk Staphylococcus
aureus dan 0; 0;
0; 2,4 dan 2,9 untuk Escherichia coli. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh
Rahardjo (2012) daya antibekteri dari perasan jeruk nipis mampu
memberikan
56
pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah baktei E.
coli dalam saluran
pencernaan ayam boiler. Pemberian sari jeruk nipis dengan
prosentase hingga
0,6% sangat nyata mampu mempengaruhi perkembangan bakteri E. coli
dalam
saluran pencernaan ayam boiler. Hasil tersebut disebabakan adanya
senyawa
flavonoid yang terdapat pada tanaman jeruk nipis sehingga mampu
menekan
pertumbuhan bakteri E. coli.
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan pengambilan sampel
(swab
lantai) bahwa lantai di RSUD memiliki tingkat kekotoran yang sangat
tinggi
mengingat bahwa baku mutu angka kuman pada lantai UGD adalah
5-10
CFU/cm². Tingginya angka kuman pada lantai UGD diapat disebabkan
oleh
berbagai faktor misalnya penggunaan dosis disenfektan yang tidak
sesuai, cara
pemakaian disenfektan yang tidak baik, dan cara pengepelan lantai
yang harusnya
setiap saat belum dilaksanakan secara maksimal oleh petugas. Selain
itu tingginya
angka kuman lantai dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
lainnya misalnya
banyaknya pasien dan pengunjung ruang UGD dan Detection time atau
waktu
deteksi kuman yang bereaksi terhadap formula yang diberikan atau
diaplikasikan
pada lantai (±10menit) yang kurang diperhatikan oleh peneliti
dapat
memungkinkan waktu tersebut kurang efektif dalam membunuh
kuman.
5.4 Keterbatasan Penelitian
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Banyaknya orang yang lalu lalang di ruang UGD pada saat
pengambilan
sampel sehingga area yang diambil sampel terkontaminasi bakteri di
udara.
57
2. Detection time atau waktu deteksi kuman yang bereaksi terhadap
formula
yang diberikan atau diaplikasikan pada lantai (±10menit) yang
kurang
diperhatikan oleh peneliti dapat memungkinkan waktu tersebut
kurang
efektif dalam membunuh kuman.
3. Pada penelitian ini belum dihitung nilai ekonomis atau biaya
operasional
untuk pembuatan minyak atsiri kulit jeruk nipis.
4. Pada penelitian ini belum dilakukan uji ketahanan juicer sari
jeruk nipis
5. Pada penelitian ini tidak menggunakan bahan sintetis lainnya
sebagai
campuran disenfektan.
58
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian
tentang efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri
kulit jeruk nipis
(citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman di lantai UGD
RSUD Kota
Madiun, sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD
Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 7,5% dan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,25% dengan nilai Sig 0,065
2. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD
Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 5,0% dan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis 0,50% dengan nilai Sig 0,065
3. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD
Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 2,5 dan minyak
atsiri
kulit jeruk nipis 0,75% dengan nilai Sig 0,065
4. Tidak ada perbedaan penurunan angka kuman pada lantai RSUD
Kota
Madiun dengan memberikan formula sari jeruk nipis 10% dan
minyak
atsiri kulit jeruk nipis 1% dengan nilai Sig 0,065
5. Hasil angka kuman menunjukkan sebanyak 16 sampel tidak
memenuhi
syarat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/2004, baku mutu angka kuman pada lantai UGD
adalah 5-10 CFU/cm².
Mengoptimalkan waktu dan jadwal kebersihan khusunya di ruang
UGD,
memperhatikan teknik sterilisasi lantai, serta melakukan pengujian
angka kuman
secara berkala.
berhubungan dengan berbagai aneka manfaat tanaman herbal dan angka
kuman
serta menambah sarana dan prasarana di laboratorium.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan
peneliti,
diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain
mengenai
efektivitas pemberian sari jeruk nipis dan minyak atsiri kulit
jeruk nipis (citrus
aurantifolia) dalam menurunkan angka kuman dari segi faktor dan
variabel yang
berbeda dan cara pengambilan destilasi dengan metode yang lebih
baik agar dapat
mengembangkan penelitian di masa yang akan datang dan pperlu
dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang penggunaan anti bakteri menggunakan
bahan lain
dari tanaman jeruk nipis.
Adisasmito, Wiku. 2008. Audit Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta :
Raja Grafindo
Persada.
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropik Indonesia, Institut
Teknologi
Bandung : Bandung.
Ahmad, Yusdiman. 2016. Efek Pemberian Sari Jeruk Nipis (Citus
Aurantifolia)
Terhadap Bobot Akhir Ayam Boiler dan Jumlah Bakteri Patogen
Pada
Usus. Skripsi. Universitas Halu Oleo. Kendari
Alfiannur. 2017. Identifikasi Komponen Penyusun Minyak Atsiri Kulit
Jeruk
Manis (Citrus sinensi L.) Asal Selorejo dan Uji Aktivitas
Antibakteri
Menggunakan Metode Kertas Cakram. Skripsi. Universitas Islam
Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang
Awang, M. 2014. Pengaruh Berkumur Larutan Air Perasan Jeruk Nipis
(citrus
aurantifolia) Terhadap Akumulasi Plak. Skipsi. Universitas
Mahasaraswasti. Denpasar : Bali.
Cahyo, Andri. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktifdari
Tanaman
Obat. Yogyakarta : Plantaxia.
Yogyakarta : Salemba Medika.
Trans Info Media.
Diah, Christina. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk
Nipis (Citrus
aurantifolia Swingle.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus
epidermis. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017.
Endah, F. 2012. Pengaruh pemberian larutan ekstrak jeruk nipis
(citru
aurantifolia) terhadap pembentukan plak gigi. Skipsi.
Universitas
Diponegoro.
Tangerang : Binarupa Aksara Publisher.
Jakarta : Salemba Medika.
Alfabeta.
Joyce James, Colin Baker, Helen Swain. 2008. Principles Of Science
For Nurses.
Indonesian: Erlangga.
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Linkungan
Rumah Sakit .
51/MENKES/SK/11/79/2010 Tentang Penetapan Klas Rumah Sakit
Umum
Pemerintah.
Kholis, Nur. 2013. Jeruk-Jeruk Bumbu. Surakarta: Arcita.
Muhtadin, F.A, Ricky, W, Prihatini, P, Mahfud. 2013. Pengambilan
Minyak Atsiri
Dari Kulit Jeruk Segar dan Kering Dengan Menggunakan Metode
Steam
Distillation. Jurnal Teknik 1 (2): 2337-3539.
Munawaroh, S dan Handayani, A.P. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk
Purut
(Citrus Hystrix DC) Dengan Pelarut Etanol dan N Heksano.
Jurnal
Kompetensi Teknik, 2 (1): 2337-3539
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka
Cipta.
Budi Utama.
Medika.
Salmonella dan Escherichia Coli Pada Dada Karkas Ayam Broiler.
Jurnal
Ijas 2 (3) : 91-94.
Razak, A. Djamal, A. Devilla, G. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan
Buah Jeruk
Nipis (Citrus Aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococeus Aurevo Secara In Vitro. (2): 5-8.
62
Rosjidi, Cholik Harun, Laily Isro’in dan Nurul Sri Wahyuni. 2017.
Penyusunan
Proposal dan Laporan Penelitian Step by Step. Ponorogo :
Unmuh
Ponorogo Press.
Pustaka Baru.
Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soedarto, 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Sagung
Seto.
Sugiyono, P.D. 2011. Metodologi penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sunarjono, Hendro. 2010. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta :
Penebar
Swadaya.
Media Pustaka.
Tim Penyusun Kamus Pertanian Umum. 2013. Kamus Pertanian Umum.
Jakarta
Timur: Penebar Swadaya.
Sakit.
63
64
65
67
Formula_SNP TMS .167 16 .200* .868 16 .025
Formula_JNP TMS .167 16 .200* .868 16 .025
a. Lilliefors Significance Correction
OUTPUT ANGKA KUMAN (UNIVARIAT)
OUTPUT UJI HOMOGENITAS SARI JERUK NIPIS (BIVARIAT)
Test of Homogeneity of Variances
Angka_Kuman
.911 3 12 .465
(BIVARIAT)
Angka_Kuman
.911 3 12 .465
Ranks
Formul
JERUK NIPIS
Ranks
Formul
Angka_Kuman 30ml 4 3.50 14.00
40ml 4 5.50 22.00
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Formula_SNP
JERUK NIPIS
Angka_Kuman 1ml 4 3.50 14.00
4ml 4 5.50 22.00
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Formula_JNP
Rangkaian Destilasi Air Sederhana Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis
Juicer Jeruk Nipis Media Amies
75
76
3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Hipotesis Penelitian
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.9 Teknik Analisis Data
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
5.2 Hasil Penelitian
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lamp.2 Surat Izin Penelitian
Lamp.3 Hasil Data Angka Kuman RSUD Kota Madiun Tahun 2018
Lamp.4 Hasil Uji Laboratorium
Lamp.5 Input Data SPSS
Lamp.7 Dokumentasi
Lamp.9 Kartu Bimbingan