87
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Industri broiler di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan yang harus segera diatasi. Masalah pertama adalah rendahnya efisien produksi daging broiler, yang disebabkan oleh tingginya harga pakan broiler. Guna mendukung program pemerintah dalam menyediaan pangan (daging) yang aman (bebas residu antibiotik) dan sehat (rendah kolesterol), maka dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh feed additive (kitosan yang dipadukan dengan kurkumin/ekstrak etanol kunyit) terhadap kinerja ayam broiler. Tuntutan konsumen semakin tinggi yang menghendaki daging broiler yang rendah lemak serta bebas residu. Untuk itu diperlukan feed additive yang mampu menurunkan kadar lemak daging serta mampu menghasilkan daging yang sehat bagi konsumen. Sejak 1

Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Industri broiler di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan yang

harus segera diatasi. Masalah pertama adalah  rendahnya efisien produksi daging

broiler, yang disebabkan oleh tingginya harga pakan broiler. Guna mendukung

program pemerintah dalam menyediaan pangan (daging) yang aman (bebas residu

antibiotik) dan sehat (rendah kolesterol), maka dalam penelitian ini akan diteliti

pengaruh feed additive (kitosan yang dipadukan dengan kurkumin/ekstrak etanol

kunyit) terhadap kinerja ayam broiler. Tuntutan konsumen semakin tinggi yang

menghendaki daging broiler yang rendah lemak serta bebas residu. Untuk itu

diperlukan feed additive yang mampu menurunkan kadar lemak daging serta mampu

menghasilkan daging yang sehat bagi konsumen. Sejak antibiotika dipakai sebagai

feed additive yaitu sebagai growth promotor dalam pakan ternak, telah terjadi

peningkatan pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut dalam

mengkonversi nutrisi dalam pakan secara efektif dan efisien. Fungsi antibiotik dalam

tubuh ternak antara lain membunuh bakteri yang merugikan sehingga ternak menjadi

sehat, meningkatkan penyerapan zat makanan, mempertinggi tingkat komsumsi

makanan dan peningkatan produksi. Namun penggunaan antibiotika pada pakan

ternak dapat menjadi residu pada bahan pangan hasil ternak seperti yang diungkapkan

1

Page 2: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Wiyana (1999) bahwa penggunaan antibiotik oksitetrasiklin dan amoksilin pada

broiler dengan level 50-100 ppm dapat menyebabkan residu pada daging dada (28-63

ppm atau + 50% dari pemberian) dan ekskreta 64,5 ppm (pada lama pemberian 3-6

minggu). Oleh karena itu, perlu adanya upaya mencari bahan alami yang mempunyai

potensi pengganti fungsi antibiotik sekaligus penurunan kolesterol. Salah satu potensi

alam di Indonesia adalah kitosan dari limbah udang/kepiting dan kurkumin yang

merupakan bahan aktif utama dari kunyit. Disamping itu perlu pula diteliti

pengaruhnya terhadap kinerja ayam broiler.

Pemberian dosis 160 ppm kurkumin dapat digunakan sebagai pengganti

antibiotik sintetis (setara virginiamicin 50 ppm) untuk pemacu pertumbuhan babi

(Sinaga, 2010). Al-Sultan (2003) menyatakan bahwa pemberian tepung kunyit 0,5%

dalam ransum ayam broiler menghasilkan pertambahan bobot badan dan konversi

ransum yang baik. Pemberian kurkumin pada tikus selama 10 minggu dengan dosis

400 mg/kg bobot badan per hari lebih efektif dalam menurunkan level total

cholesterol, LDL-C, jumlah F2-isoprostan dan pembentukan foam cell (Fakriah,

2007). Araojo dan Leon (2001) mengatakan bahwa pada tikus yang diberi kurkumin

1-5 g/BB secara oral, kurkumin tersebut diekskresikan dalam feses sebesar 75%.

Salah satu sebab rendahnya bioavailabilitas kurkumin adalah tidak larut air pada asam

atau pH netral, dan ini penyebab sulitnya diabsorpsi (Maiti et al., 2007). Agar

manfaat kurkumin dapat dimaksimalkan maka kurkumin perlu dibuat dalam sediaan

2

Page 3: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

yang mudah larut misalnya ukuran partikelnya diperkecil menjadi nano atau

mikropartikel, dienkapulasi dengan polimer seperti liposom, kitosan dan lain-lain.

Kitosan bersifat mukoadesif sehingga dapat meningkatkan permeabilitas

membran dan meningkatkan absorpsi (Sailaja et al., 2010). Kitosan adalah

biopolymer yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam kitosan memiliki

karakteristik kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan alkali kitosan

akan mengendap (Apsari dan Fitriastuti, 2010).

Dalam penelitian ini dilakukan penggabungan sifat-sifat yang dimiliki oleh

kurkumin/ekstrak kunyit dan kitosan dalam campuran formulasi optimal dalam

sediaan mikropartikel yang diberikan oral, karena sifat kitosan yang terprotonasi

dalam asam di lambung maka untuk mengurangi pelepasan kurkumin, maka

diperlukan Tripolyphosphate (TPP) yang dapat diberikatan silang dengan kitosan

membentuk nanokapsul. Dari latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini diteliti

pengaruh nanopartikel ekstrak kunyit terhadap kinerja ayam broiler.

Hipotesis

Pemberian nanopartikel-ektrak kunyit (Curcuma domestica Vahl) dengan

level tertentu pada ayam broiler akan memperbaiki kosumsi pakan, kenaikan bobot

badan dan koversi pakan.

3

Page 4: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian

nanopartikel ekstrak kunyit dalam ransum terhadap kinerja broiler.

Manfaat

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi peternak dan

industri makanan ternak agar dapat memanfaatkan bahan aktif ekstrak kunyit yang

telah ditingkatkan bioavailabilitasnya dengan cara diformulasikan dengan kitosan-

TPP (Tripolyphosphate) menggunakan teknologi mikroenkapulasi sebagai pengganti

antibiotik sintetis untuk meningkatkan kinerja ayam broiler.

4

Page 5: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Feed Additive

Feed additive atau aditif pakan/imbuhan pakan adalah bahan yang tidak

mengandung nutrien (non nutrient) yang ditambahkan dalam pakan ternak. Beberapa

contoh aditif pakan yang sering digunakan dalam pakan ternak antara lain: antibiotik,

probiotik, fitobiotik, oligosakarida/prebiotik, enzim-enzim, asam-asam organik, zat-

zat warna, hormon (Zuprizal, 2006). Antibiotik biasanya digunakan untuk pengobatan

penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Dalam indistri pakan ternak antibiotik

digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ternak dan menurunkan FCR (feed

convertion ratio) = feed intake per gain atau meningkatkan efisiensi pakan. Adanya

peningkatan performan ayam yang mendapat antibiotik disinyalir adanya efek tidak

langsung dari antibiotik tersebut dalam membunuh bakteri yang menghasilkan toksik

sehingga pertumbuhan ternak tidak terganggu selain itu juga dapat meningkatkan

kapasitas absorpsi nutrien oleh dinding usus akibat menipisnya dinding usus

(Zuprizal, 2006). Penggunaan antibiotik ini ternyata meninggalkan residu dalam hati

(Oramahi, 2005), daging dan ekskreta (Wiyana, 1999).

5

Page 6: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Nasib kurkumin terenkapsulasi kitosan-TPP yang diberikan oral

Formulasi kurkumin berbasis lipid, yang melarutkan campuran kurkumin

dalam misel setelah pencernan lipid, ini menjanjikan kendaraan untuk pengiriman

kurkumin secara oral. Partikel ini memiliki sifat hidrofobik pada interior dan

hidrofilik pada bagian eksterior. Komponen hidrofobik mencengkeram kurkumin,

sedangkan komponen hidrofilik membuat partikel menjadi larut. Dengan langkah ini,

maka partikel ini dengan mudah menembus usus, dan masuk ke pembuluh darah.

Sekali masuk ke darah, polimer mengalami degradrasi perlahan dan kurkumin keluar

(bocor). Kurkumin yang berikatan dengan kitosan nanopartikel yang diberikan oral

pada tikus menunjukan bahwa mereka dapat melintasi barier mukosa dan terdeteksi

dengan mikroskop baik utuh maupun terpisah di dalam darah.

(Akhtar et al., 2011) mengatakan bahwa kurkumin yang dienkapsulasi

dengan kitosan nanopartikel ketika diberikan secara oral dapat meninggkatkan

biovaibalitas dari kurkumin dalam plasma dan sel darah merah. Memperkuat hal ini

(Sailaja et al., 2010) telah melaporkan bahwa kitosan bertindak sebagai sebuah

peningkat permeasi dengan membuka sambungan ketat apitel, perilaku ini didasarkan

pada interaksi kitosan bermuatan positif dan membran sel yang bermuatan negatif

mengakibatkan reorganisasi persimpangan ketat (tight junction) terkait protein.

Kitosan dapat mengakibatkan aktivasi Protein Kinase C tergantung jalur transduksi

sinyal mempengaruhi integritas persimpangan ketat sel epitel (Cacco-2).

6

Page 7: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Kunyit (Curcuma longa linn. Syn. Culcuma domestika Vahl)

Gambar 1. Kunyit (Culcuma domestika Vahl)

Kunyit berasal dari india dan Indo-Malaysia dan kemudian tersebar ke daerah

Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. Di daerah tropis,

tanaman kunyit tumbuh di daerah yang ketinggian 300-1.600 m dpl dengan curah

hujan 2.000-4.000 mm/tahun. Tanaman kunyit dapat tumbuh pada tempat agak

ternaungi, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang besar diperlukan tempat yang

terbuka (Syukur, 2010). Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah

rimpangnya. Rimpang kunyit mengandung beberapa komponen antara lain minyak

folatil, pigmen, zat pahit, resin, protein, selulosa, pentosa, pati dan elemen mineral. Salah

satu komponen kimia dalam kunyit yang berkhasiat sebagai obat adalah kurkuminoid.

Pigmen kurkuminoid merupakan suatu zat yang terdiri dari campuran senyawa - senyawa

kurkumin (yang paling dominan), desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin

(Darwis et al. 1991).

7

Page 8: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Fitokimia Ekstrak Kunyit

Hadad dan Widayanti dalam Supriadi (2001) mengatakan bahwa rimpang

kunyit mengandung 36 senyawa kimia yaitu : Bisacumol, Bisicurone,

Bisdemethoxycurcumin, Bis-(4-hydroxycinnamoyl) methane, 1,7-bis-(4-

hydroxyphenyl-1,4), 6-heptatrien-3-one, Borneol, Cham-pene, Champhor,

Caryophyllene, Cineol, Curcume-ne, Curcumenol, Curmenone, Curcumin,

Curcumonoid, Curdione, Curlo-ne, Curzerenenone, Dehydro-curdoin,

Bidesmethoxycurcumine, Epirocucu-menol,Eugenol, Feruloymethane, Isoboeneol,

Isoprocurcimenol, Linalool, Monodeme, Thoxycurcumine, Oleoresin,

Procurcumenol, Sesquit-erpenes, Terpinene, Turmeronol A, Turmeronol B,

Zedoarondol. Menurut Sirait (2008) minyak astiri kunyit terdiri dari artumeron, α

dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol. Ditambahkan

oleh Naibaho (2008) bahwa komponen terbesar dari minyak atsiri rimpang kunyit

adalah Ar-tumeron (43,06%). Pemberian tepung kunyit dalam ransum akan

menambah nafsu makan ternak sehingga kebutuhan zat makanan akan terpenuhi

(Akhadiarto, 2008).

Kurkumin pada kunyit berkasiat untuk mematikan kuman, bakterisida,

fungisida dan nematisida (Supriadi, 2001). Disamping itu kurkumin juga

menghilangkan rasa kembung karena dinding kantong empedu dirangsang lebih giat

8

Page 9: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

untuk mengeluarkan cairan empedu. Minyak atsiri bermanfaat untuk mengurangi

gerak usus yang kuat sehingga mampu mencagah diare.

Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa kunyit mempunyai aktifitas

sebagai antiinflamasi (anti peradangan). Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu

dapat meningkatkan kerja organ pencernaan unggas untuk meningkatkan pencernaan

bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan protein (Riduwanto, 2010).

Kunyit memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica Vahl

Kurkumin

Kurkumin adalah polyfenol alami yang merupakan bahan metabolit skunder

yang diekstrak dari tanaman genus curcuma. Kurkumin juga merupakan kurkuminoid

yang paling melimpah di kunyit (75% dari total kurkuminoid) sedangkan

demetohoxykurkumin menyediakan 10-20% dan bisdemetohoxykurkumin umumnya

menyediakan <5% (Kertia et al., 2005). Kurkumin memiliki titik didih 176-177o C,

membentuk warna merah kecoklatan dengan garam alkali dan larut dalam ethanol,

9

Page 10: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

alkali, ketone, asam asetat dan kloroform (Chattopadyay et al., 2004). Kurkumin

bertanggung jawab untuk warna kuning dan terdiri dari Kurkumin I (94%), Kurkumin

II (6%) dan Kurkumin III (0,3%). Dalam pH basa kurkumin mengalami reaksi

hidrolisis dan degradasi yang disebabkan oleh adanya gugus metilen aktif (-CH2-)

diantara dua gugus ketone pada senyawa tersebut (Tonnesen and Karlsen, 1985).

Metabolisme Kurkumin

Araojo dan Leon (2001) mengatakan bahwa pada tikus yang diberi kurkumin

1-5 g/kg secara oral, kukumin tersebut diekskresikan dalam feses sebesar 75%.

Selanjutnya dikatakan juga bahwa setelah 30 menit pemberian dapat terdeteksi dari

mikrosom dan sel hati sebesar 5µg/mL. Konsentrasi kurkumin dalam serum

memuncak 1-2 jam (masing-masing 0,5 ; 0,6 dan 1,8µmol/L) setelah dosis oral 4 ; 6

dan 8 g, dan tidak dapat dideteksi pada level <4g/hari. Ada beberapa bukti bahwa

kurkumin oral terakumulasi dalam jaringan pencernaan. Percobaan in-vitro

menunjukan bahwa kurkumin mengalami transformasi selama penyerapan di usus

(Suresh dan Srinivan, 2007).

Kitosan

Kitosan dihasilkan secara komersial melalui deacetylation dari kitin, yang

merupakan elemen exoskeleton dari crustaceans (kepiting/udang) dan serangga serta

dinding sel fungi. Persentase kandungan kitin dari berbagai sumber (Manurung,

2005) sebagai berikut : jamur (5-20%), cumi-cumi/cacing (3-20%), gurita (30%),

10

Page 11: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

kalajengking (30%), laba-laba (38%), kecoa (35%), kumbang (35%), ulat sutra

(44%), umang-umang (69%), udang (70%), kepiting (71%). Perbedaan kitin dan

kitosan adalah pada setiap cincin molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada

atom carbon kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH).

Kitosan adalah polisakarida linear yang sudah di kenal luas sebagai bahan

antibakteri yang lebih kuat dari asam laktat, antiparasit, antacid, penghelat radikal

bebas, pengemulsi, pengental, dan immobilisaisi enzim. Kitosan juga digunakan

sebagai bahan pengawet alami. Kitosan dan kitin dapat dimanfaatkan di berbagai

bidang biokimia, obat-obatan atau farmakologi, pangan dan gizi, pertanian,

mikrobiologi, penanganan air limbah, industry-industri kertas, tekstil membrane atau

film dan kosmetik (Wardaniati, 2009). Dibidang kedokteran, kitosan dan kitin dapat

digunakan sebagai pencegah pertumbuhan Candida albicans dan Streptococcus

aureus. Selain itu, biopolymer tersebut juga berguna sebagai antikoagulan, anti

tumor, anti virus, bahan pembuat lensa kontak, aditif kosmetik, membrane dialysis,

bahan shampoo dan kondisioner rambut, zat hemostatik, penstabil liposom, bahan

ortopedik, pembalut luka dan benang bedah yang mudah diserap, serta mempertinggi

daya kekebalan, anti infeksi (Sugita, 2009).

Pemberian kitosan pada hamster hiperkolesterol dapat menurunkan serum

kolesterol dan menunjukan aktifitas hipokolesterolemik dengan mekanisme

peningkatan ekskresi asam empedu dan total steroid yang memicu total peningkatan

11

Page 12: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

regulasi biosintesis asam empedu (Yao dan Chiang, 2006). Moon et al. (2007)

menambahkan bahwa diet kitosan meningkatkan aktifitas enzim 7α-hydroxylase

(CYP7A1) di hati yang berperan dalam metabolisme kolesterol yaitu konversi

kolesterol menjadi asam empedu. Berdasarkan ikatan polimer yang dimilikinya,

kitosan tersedia dalam berbagai bobot molekul yaitu : kitosan rantai pendek, sedang

dan panjang. Ukuran rantai ini mempengaruhi kelarutan dan viskositas. Kitosan rantai

pendek lebih mudah larut dalam pelarut asam organik seperti asam asetat, asam sitrat

dan asam tartrat (Mao et al., 2001).

Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan

memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan

bakteri dan kapang (Swastawati et al. 2008, Wardaniati, 2009). Kitosan adalah

biopolymer alam dengan adanya amino yang reaktif dan grup hodrosil fungsional. Ia

junga punya sifat biokompatibel seperti meningkatkan permeabilitas membran.

Lebih dari itu mempunyai kemampuan meningkatkan stabilitasnya karena sifat-

sifatnya : daya adesif yang tinggi, harga murah, non toksik, kekuatan mekanikal yang

tinggi, larut air (Yang et al., 2004).

Tripolyphosphate

Tripolyphosphate (TPP) banyak dipakai untuk menguatkan ikatan ionik antara

kitosan dan bahan yang disalut. Partikel-partikel yang dipreparasi menggunakan kros

linking melalui self-assembly dari kitosan atau derivat kitosan dan makromolekul

12

Page 13: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

dengan muatan yang berlawanan atau penambahan anion crosslinker berberat

molekul ringan seperti TPP, sodium sulfat, atau siklodekstrin ke larutan kitosan.

Muatan yang berlawanan dari polielektrolit dapat menstabilkan kompleks

intermolekular. Polielektrolit kompleks dapat digunakan untuk enkapulasi dari

makromolekul (Swatantra et al., 2010).

Contoh penggunaan TPP pada Preparasi Flutamide Nanopartikel menggunakan

teknik Ionic Gelation sebagai berikut:

Flutamide nanoparticles telah dipreparasi menggunakan ionic cross

linking dari larutan kitosan dan Tripolyphosphate (TPP) anions. Kitosan telah

dilarutkan dalam larutan asam asetat (6%w/v) pada berbagai konsentrasi yaitu : 1.0,

2.0, 3.0, 4.0, 5.0 mg/ml dibawah magnetic stirring pada suhu ruang, 5 ml dari 0.25%

w/v larutan TPP diteteskan ke dalam tween 80. Selanjutnya distirring lagi selama 20

menit. Hasil suspensi nanopartikel disentrifugasi pada 12000x g selama 30 menit

menggunakan C24 centrifuge (Nesalin et al., 2009).

Gambaran Umum Broiler

Ayam broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan

yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda

sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging

yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992). Di Indonesia terdapat beberapa strain, salah

13

Page 14: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

satunya adalah Lohman (MB-202) yang pada umur 7 minggu dapat mencapai bobot

badan 2,3 kg dengan konsumsi pakan 4,5 kg. Ayam broiler yang baik adalah ayam

yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada

karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. Ayam broiler akan

tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19 - 210C.

Kinerja Ayam Broiler

1. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi dalam kurun

waktu tertentu. Konsumsi pakan ayam pedaging dipengaruhi oleh faktor besar ukuran

tubuh, keaktifan, temperature, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Menurut

Murtijo (1987) pada tempertur yang dingin konsumsi pakan ayam akan meningkat

sebesar 20-30% dari konsumsi pakan pada temperature biasa. Selain itu konsumsi

pakan dipengaruhi oleh bentuk pakan, pemberian pakan dalam bentuk pellet dapat

meningkatkan konsumsi pakan (Parakkasi, 1990).

Jumlah yang dikonsumsi dipengaruhi oleh kandungan protein dan kalori,

tingkat energi dalm ramsum menentukan banyaknya ransum yang dikonsumsi ternak.

Banyaknya konsumsi pakan bukan jaminan mutlak, tetapi keserasian nutrien dalam

ransum yang sesuai kebutuhan nutrien ayam dan kualitas bahan pakan merupakan

faktor terpenting untuk mencapai puncak produksi (Wahyu, 1997). Perbedaan tingkat

konsumsi pakan ayam broiler jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 1.

14

Page 15: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Tabel 1. Tingkat konsumsi pakan ayam brioiler.

Umur

(minggu)

Konsumsi pakan (gram)

Jantan Betina

1 11,8 11,6

2 26 23

3 47 40

4 62 51

5 77 61

6 100 80

7 115 90

Sumber : Anggrodi (1995)

Fase produksi ayam broiler terbagi menjadi 3 fase pemeliharaan yaitu fase

starter, grower dan finisher. Masing-masing fase, konsumsi pakan dan standar

kebutuhan nutrientnya tidak sama. Ayam broiler menurut NRC (1994) adalah : pada

fase starter umur 0 -3 minggu membutuhkan protein 23% dan energy metabolis 3200

kcal/kg, pada fase grower umur 3-6 minggu membutuhkan protein 20% dan energi

metabolis 3200 kcal/kg dan pada fase finisher umur 6-8 minggu ke atas

membutuhkan protein 18% dan energi metabolis 3200 kcal/kg. Kebutuhan nutrisi

pakan ayam broiler untuk periode starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 2.

15

Page 16: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler pada Periode Starter dan Periode Finisher.

Nutrisi Periode ”Starter” Periode ”Grower”

Protein (%) 23,00% 20,00%

Energi Metabolisme (kkal/ kg) 3200 3200

Kalsium (%) 1,00 0,90

Fosfor (%) 0,45 0,35

Sumber :NRC (1994)

2. Pertambahan bobot badan

Pertambahan bobot badan yang diikuti dengan pertumbuhan ukuran urat

daging, tulang, organ-organ dalam dan bagian tubuh lainnya. Anggorodi (1990)

menyatakan bahwa pertumbuhan dapat terjadi apabila terdapat pertambahan jumlah

dan ukuran sel, sedangkan menurut Soeparno (1992) pertumbuhan adalah perubahan

ukuran yang meliputi perubahan ukuran bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh

termasuk perubahan komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein, dan

abu pada karkas. Pertumbuhan ayam broiler diukur melalui penimbangan bobot

badan secara periodik dalam waktu tertentu. Kecepatan pertumbuhan dapat diketahui

dengan penimbangan bobot badan saat itu dengan bobot badan sebelumnya (Aftahi et

al., 2006). Pertambahn bobot badan adalah bobot badan akhir kurangi bobot badan

awal (Fadilah, 2005). Pertumbuhan anak ayam dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

16

Page 17: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

tata laksana pemeliharaan, strain, jenis kelamin, kepadatan kandang, penyakit,

kualitas pakan dan konsumsi pakan, disamping itu pertumbuhan juga tergantung pada

proses penyerapan zat-zat pakan oleh saluran pencernaan (Rasyaf, 2003).

3. Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dimakan

dengan pertambahan bobot badan selama waktu tertentu dalam satuan yang sama.

Tingginya angka konversi pakan menunjukan kurangnya efisiensi penggunaan pakan.

Konversi pakan menunjukan tingkat efisiensi dalam penggunaan pakan. Jika angka

konversi pakan semakin besar, maka penggunaan pakan kurang ekonomis

(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Angka konversi pakan yang kecil dapat di capai

dengan kualitas dan keserasian gizi. Strain Cobb pada umur 7 minggu mencapai

bobot badan 1,63 kg dengan konversi 2, sedangkan srain Jumbo 747 pada umur 7

minggu dapat mencapai bobot badan 2 kg dengan konversi 1,85.

Besarnya angka konversi pakan ditentukan oleh temperatur lingkungan,

pertumbuhan, bentuk fisik dan konsumsi pakan, strain, mutu ransum, keadaan

kandang dan jenis kelamin (Murtidjo, 1987). Broiler jantan umumnya memiliki

kemampuan mengkonversi pakan yang lebih baik daripada broiler betina.Sedangkan

menurut Amrullah (2003) angka konversi pakan minimal dipengaruhi oleh kualitas

pakan, teknik pemberian pakan dan angka mortalitas.

17

Page 18: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Minggu

Bobot Badan(g/ekor)

Pertambahan Bobot Badan

(g/ekor)

Konsumsi Pakan

Per hari (g/ekor/hari)

Kumulatif(g/ekor)

FCR

1 175,00 19,10 - 150,00 0,857

2 486,00 44,40 69,90 512,00 1,052

3 932,00 63,70 11,08 1167,00 1,252

4 1467,00 76,40 15,08 2105,00 1,435

5 2049,00 83,10 17,90 3283,00 1,602

6 2643,00 83,60 19,47 4604,00 1,748

Table 3. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707.

Sumber : PT Charoen Pokphand (2006)

4. Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC)

Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) merupakan peubah penting yang

secara ekonomis dapat menggambarkan besarnya keuntungan yang diperoleh dari

tiap-tiap perlakuan. IOFCC itu sendiri adalah perbedaan rata-rata pendapatan (dalam

rupiah) yang diperoleh dari hasil penjualan satu ekor ayam pada akhir penelitian

dengan rata-rata pengeluaran satu ekor ayam selama penelitian (Santoso dalam Mide

2007). Income Over Feed and Chick Cost dipengaruhi oleh konsumsi ransum,

pertambahan berat badan, biaya pakan dan harga jual per ekor (Rasyaf 1995).

Penggunaan pakan yang semakin efisiensi akan menekan biaya yang lebih rendah.

18

Page 19: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

BAB III

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2012 – 19 Januari 2013.

Percobaan biologis dilaksanakan di kandang percobaan Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Peternakan UGM (Universitas Gajah Mada).

Materi

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah broiler jantan umur 2

minggu sebanyak 60 ekor, strain Lohman yang diproduksi oleh PT. Multi Breeder

Adirama Indonesia, Salatiga, Jawa Tengah. Bahan pakan/ransum basal seperti Tabel

4 (jagung kuning giling, tepung ikan, bungkil kedelai, dedak padi, minyak sawit,

tepung batu kapur dan premix), Air minum, vitamin, vaksin dan desinfektan

(rodalon), serta digunakan juga kitosan dan kurkumin.

Peralatan yang digunakan adalah kandang petak sebanyak 15 buah (Lampiran

9). Tiap petak mempunyai ukuran p x l x t = 100 x 50 x 50 cm. Setiap petak kandang

dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air serta lampu pijar 40 watt masing-masing

1 buah. Alat lainnya yaitu baskom, skop, timbangan, thermometer, kantong plastik,

kaos tangan dan masker.

19

Page 20: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Pembuatan Ekstrak Kunyit

Ekstrak kunyit ini dibuat dari kunyit segar yang diproses dalam 2 tahap.

Berikut tahap-tahap pembuatan ekstrak kunyit :

Tahap I

Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung kunyit

20

Pengupasan

Pencucian

Blanching asam sitrat 0,05 % mendidih 5 menit

Pengirisan 1 mm

Pengeringan 55 OC, 8 jam dengan cabinet dryer

Penggilingan

Pengayakan 60 mesh

Tepung kunyit

Page 21: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Tahap II

Tepung kunyit

Ditambah etanol 96% diaduk selama 30 menit diamkan 24 jam,

disaring dengan corong buchiner/kertas saring, diulang 3kali.

Filtrat

Diuapkan dengan vacuum rotary evaporator

Pemanas water bath suhu 60oC

Dituangkan didalam cawan parselin kemudian

dipanaskan pada suhu 50o C

Ekstrak kunyit

Gambar 3. Diagram alir pembuatan ekstrak kunyit

21

Page 22: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Contoh Pembuatan Nanopartikel-Ekstrak Kunyit dalam 1000 ml Suspensi

Timbang Ekstrak Kunyit (20 gram), Kitosan (20 gram) dan TPP (10 gram) (perbandingan 2:2:1)

Ekstrak kunyit dilarutkan dalam etanol 96% (100 ml)

Kitosan dilarutkan dalam buffer asetat pH 4 (800 ml)

TPP dilarutkan dalam aquades (100 ml)

Ekstrak kunyit diaduk dengan stirrer, lalu larutan kitosan dicampurkan(pengadukan 20 menit)

Tambahkan larutan TPP (diaduk 20 menit)

Larutan didiamkan sebentar sampai terlihat endapan, lalu disaring

Partikel yang tertinggal pada saringan di letakan pada alumunium foil, lalu dioven 500 C sampai kering (± 15 jam)

Nanopartikel yang sudah kering dihaluskan (dengan blender kering)

Nanopartikel-Ekstrak Kunyit

Gambar 4. Diagram alir pembuatan nanopartikel-ekstrak kunyit

22

Page 23: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Tabel 4. Komposisi dan kandungan nutrien ransum basal*BAHAN PAKAN KOMPOSISI STRTER

(%) (2-3 minggu)KOMPOSISI GROWER

(%) (3-6 minggu)Jagung kuning giling 52 52Dedak padi 10 12,5Bungkil kedelai 21 19,5Tepung ikan 12 9,5Minyak sawit 3,7 5,1Batu kapur 0,13 0,3Garam NaCl 0,35 0,4Premix ** 0,3 0,4DL Metionin 0,44 0,1L-Lysin HCl 0,08 0,2Total 100 100KANDUNGAN NUTRIENProtein kasar (%) 22,13 20,13Metabolizable Energy (kcal/kg)

3143,99 3201,17

Lemak kasar (%) 5,30 5,41Serat kasar (%) 3,14 3,35Kalsium (%) 0,95 0,90Fosfor tersedia (%) 0,49 0,43Metionin (%) 0,90 0,50Lisin (%) 1,10 1,29

Keterangan :*Standar kebutuhan nutrien ayam broiler umur 3-6 minggu (NRC, 1994): protein 20%; Lys 1,1 %; Met 0,5 %; energy 3200 kcal/kg, Ca 0,9%; P av 0,35%.**Komposisi premix per kilogram : Ca 32,5%; P 10,0%; Fe 6,0 g; Mn 4 g; lod 0,075 g; Zn 3,75 g; vit B12 0,5 mg; vit D3 50000 IU.

Metode

Penelitian ini dikerjakan dengan rancangan acak lengkap pola searah, ayam

broiler jantan sebanyak 60 ekor umur 2 minggu dengan perlakuan selama 4 minggu

dibagi secara acak 5 kelompok perlakuan dengan 3 ulangan dan masing–masing

ulangan berisi 4 ekor.

23

Page 24: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, adaptasi, dan

pelakuan (Lanpiran 8). Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah

membuat nanopartikel ekstrak kunyit, mengatur dan semua peralatan dibersihkan

dengan desinfektan Merk Rodalon agar ternak merasa nyaman tanpa terinfeksi

penyakit yang masih menempel pada peralatan kandang. Untuk memenuhi kebutuhan

vitamin, diberikan Vita chick dan mencegah penyakit diberikan vaksin New Castle

Disease (ND). Tahap adaptasi dilaksanakan selama 2 minggu, minggu pertama diberi

ransum komersial BR 1 produksi Comfeed dan minggu ke dua diberi ransum

basal+BR 1 dengan tujuan penyesuaian kondisi ternak terhadap pakan maupun

lingkungan. tahap Program vaksinasi yang diberikan yaitu ND (Newcastle Diseanse)

pada hari ke-4 dan minggu ke-4 melalui tetes mata (Fadilah, 2005). Pemberian

ransum dan air minum dilakukan secara ad libitum, dengan pencatatan konsumsi

ransum dilakukan per hari selama 4 minggu perlakuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini broiler dikelompokan menjadi 5

kelompok perlakuan penambahan fedd additive nanopartikel-ekstrak kunyit yakni :

P0 : RB (Ransum Basal)

P1 : RB+Nanopartikel 0,2%

P2 : RB+Nanopartikel 0,4%

P3 : RB+Nanopartikel 0,6%

P4 : RB+Nanopartikel 0,8%

24

Page 25: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Variabel Penelitian

Variabel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah kinerja ayam broiler

yang meliputi : konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan

Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan (g/ekor/minggu) dihitung pada tiap minggu pemeliharaan

dengan cara mencari selisih dari pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang

dikonsumsi, kemudian dibagi dengan jumlah ayam broiler tiap ulangan

(gram/ekor/minggu) (Fadilah, 2005). Rumus konsumsi pakan (g/ekor/minggu) :

KP =

KP = Konsumsi Pakan

Raw = Jumlah pemberian ransum awal minggu (g)

Rak = Jumlah sisa ransum akhir minggu (g)

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara mengurangi bobot badan

ayam broiler di akhir minggu dengan bobot badan awal (gram/ekor/minggu) selama

penelitian (Fadilah, 2005). Rumus pertambahan bobot badan ayam (g/ekor/minggu) :

PBB = Bak – Baw

PBB = Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu)

25

Raw – Rak

Jumlah ayam

Page 26: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Bak = Bobot badan akhir (g)

Baw = Bobot badan awal (g)

Konversi pakan

Konversi pakan dihitung selama umur 2 – 7 minggu, yang didapat kan dengan

cara membagi jumlah pakan yang dihabiskan (Feed Intake = FI) dengan pertambahan

bobot badan (GAIN) tiap minggu pemeliharaan (Fadilah, 2005). Rumus konversi

pakan :

FCR =

FCR = Feed Convertion Ratio ( besarnya konversi pakan )

FI = Feed Intake / Konsumsi Pakan (g/ekor/minggu)

Gain = Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu)

Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC)

Income Over Feed and Chick Cost dihitung dengan jalan mengurangi harga

penjualan ayam hidup dengan harga pakan selama pemeliharaan dan harga anak ayam

(DOC) umur 2 minggu.

Dengan Rumus :

IOFCC = ( BA X HBH) – ( TOTAL KP X harga pakan ) – harga anak ayam.

Keterangan :

BA : Berat akhir (kg)

26

FI

Gain

Page 27: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

HBH : Harga Berat Hidup (Rp)

Total KP : Total Konsumsi Pakan (kg)

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian di analisis dengan menggunakan

analisis variansi rancangan acak lengkap pola searah, apabila ada perbedaan nyata

dilanjutkan dengan uji Least significant Different (LSD) (Subali, 2010), sedangkan

IOFCC dianalisis secra deskriptif (Walpole, 1990).

27

Page 28: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi pakan

Rata-rata konsumsi pakan ayam broiler dengan penambahan feed additive

nanopartikel menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05) dari berbagai perlakuan P0,

P1, P2, P3 dan P4 disajikan pada Tabel 6.

Ulangan PerlakuanP0 P1 P2 P3 P4

1 848,21 820,40 863,42 878,00 886,71

2 846,90 872,77 880,42 829,88 857,21

3 813,71 884,08 897,73 853,96 789,21

Reratans 836,27 859,08 880,52 853,94 844,37

Tabel 5. Pengaruh penambahan nanopartikel–ekstrak kunyit dalam ransum terhadap konsumsi ayam broiler (g/ekor/minggu).

Keterangan : ns (non significan); P0: RB (Ransum Basal); P1: RB+Nanopartikel; kunyit 0,2%; P2: RB+ Nanopartikel 0,4%; P3: RB+ Nanopartikel 0,6%; P4: RB+Nanopartikel ,8%.

Dari hasil tersebut (Tabel 6) secara berturut dari terkecil sampai terbesar

adalah P0 = 836,27; P4 = 844,37; P3 = 853,94; P1 = 859,08; P2 = 880,52

gram/ekor/minggu. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ransum ayam

dengan penambahan feed additive nanopartikel sampai taraf 0,8% tidak menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata (P > 0,05) (Lampiran 7). Pemberian pakan dengan

kandungan yang sama (Tabel 5) pada masing-masing perlakuan, sehingga jumlah

konsumsi pakan hampir sama. Hal ini sesuai dengan Wahyu (1997) bahwa

28

Page 29: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

kandungan energi dan protein dalam pakan berpengaruh pada konsumsi pakan.

Observasi ini menunjukkan bahwa, terlepas dari cara pemberian pakan, ayam akan

mengkonsumsi energi yang sama sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini selaras dengan

teori bahwa ayam mengkonsumsi pakan pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan

energinya. Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ransum

pada ternak adalah tingkat palabilitas ternak terhadap pakan yang diberikan.

Palatabilitas terhadap pakan menurun disebabkan oleh timbulnya sensasi rasa pahit

dan bau yang ditimbulkan pada pakan perlakuan seiring dengan meningkatnya level

pemberian tepung Kunyit. Menurut Church (1979) palabilitas ransum dipengaruhi

oleh bentuk, bau, rasa dan tekstur makanan yang di berikan, dan Anonim (2004)

mengatakan bahwa minyak atsiri yang terdapat di dalam kunyit atau disebut minyak

menguap (volatile oil) merupakan komponen memberi bau dan rasa yang spesifik.

Rerata konsumsi pakan ayam broiler hasil penelitian berkisar antara 836,27 –

880,52 g/ekor/minggu. Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasi

penelitian Asmarasari dan Suprijatna (2008) dengan menggunakan kunyit dalam

ransum terhadap performans ayam pedaging bahwa konsumsi pakan berada pada

kisaran 703,18 - 827,28 g/ekor/minggu. Peningkatan konsumsi ransum dapat

mengakibatkan peningkatan konsumsi zat gizi termasuk protein sehingga mampu

meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging. Pemberian pakan dengan penambahan

bahan feed additive nanopartikel belum mampu meningkatkan konsumsi pakan secara

nyata pada setiap perlakuan. Namun pada perlakuan P1 – P2 mengalami peningkatan

29

Page 30: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

konsumsi pakan, yaitu puncak tertinggi pada level 0,4% dengan kandungan ekstrak

kunyit 0,16 g dari perbandingan pembuatan nanopartikel (2:2:1), sedangkan pada

perlakuan P3 – P4 terjadi penurunan.

Konsumsi pakan yang relatif sama dapat dipengaruhi metabolisme dalam

tubuh ternak. Hal ini dikarenakan kandungan zat kurkuminoid dan minyak atsiri

dalam kunyit tidak bisa terabsorpsi secara efektif oleh sel epitelium intestinum,

sehingga tidak bisa mempengaruhi metabolisme (Agustiana, 1996) dalam (Pratikno,

2010). Dalam Lazaro (2008), menyatakan bahwa kurkumin bekerja secara selektif

sehingga ayam yang normal tidak memberi efek apapun. Menurut Kumalaningsih

(2007) kunyit mengandung kurkuminoid memiliki kemampuan melindungi sel-sel

dan jaringan organ tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga kemungkinan

akan berdampak pada proses pencernaan pakan.

Pertambahan Bobot Badan

Rata-rata pertambahan bobot badan ayam broiler dengan penambahan feed

additive nanopartikel, menunjukan bebeda tidak nyata (P>0,05) dari berbagai

perlakuan P0; P1; P2; P3 dan P4 disajikan pada Tabel 5.

30

Page 31: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Ulangan PerlakuanP0 P1 P2 P3 P4

1 470,27 447,86 472,98 466,19 483,71

2 494,06 542,86 422,06 404,81 487,31

3 434,58 498,58 487,86 484,50 428,98

Reratans 466,31 496,43 460,97 451,83 466,67Tabel 6. Pengaruh penambahan nanopartikel–ekstrak kunyit dalam ransum terhadap

pertambahan bobot badan ayam broiler (g/ekor/minggu).

Keterangan : ns (non significan); P0: RB (Ransum Basal); P1: RB+Nanopartikel; kunyit 0,2%; P2: RB+ Nanopartikel 0,4%; P3: RB+ Nanopartikel 0,6%; P4: RB+Nanopartikel ,8%.

Dari hasil diatas rerata pertambahan bobot badan per minggu; perlakuan P0 :

466.31, P1: 496,43; P2 : 460,97; P3 : 451,83 dan P4 : 466,67 gram/ekor/minggu

(Tabel 5). Hasil analisis variansi menunjukan bahwa pemberian feed additive

nanopartikel dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan bobot

badan (P>0,05) (Lampiran 7). Ekstrak kunyit mengandung minyak atsiri

meningkatkan nafsu makan namun ayam broiler secara alamiah mempunyai nafsu

makan tinggi sehingga perlakuan P0 tidak berbeda dengan yang diberi kunyit. Dapat

ditunjukan dari hasil penelitian yang diperoleh, tidak memiliki bobot badan yang

berbeda karena tanpa ekstrak kunyit nafsu makan broiler cukup tinggi dan relatif

sama.

Peningkatan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi pakan, jika

konsumsi pakan baik maka pertambahan bobot badan juga akan baik menurut North

dan Bell (1990). Sedangkan menurut Rasyid (2009) salah satu faktor yang

mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah konsumsi pakan. Pendapat ini juga

didukung oleh Ichwan (2003) yang menyatakan bahwa, secara umum penambahan

31

Page 32: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

berat badan akan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan yang dimakan dan

kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan tersebut.

Pertambahan bobot badan dari hasil penelitian menunjukan rerata masing-

masing perlakuan berkisar antara 451,83 – 496,43 g/ekor/minggu (Tabel 5).

Perlakuan P1 memberikan pertambahan bobot yang tinggi sedangkan pada perlakuan

P2, P3 dan P4 berangsur-angsur menurun seiring dengan meningkatnya level pemberian

nanopartikel. Hal ini sesuai dikatakan Darwis et al. (1991) bahwa zat kurkuminoid

mempunyai khasiat anti bakteri dan dapat merangsang dinding kantung empedu

untuk mengeluarkan cairan empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme

lemak. Dijelaskan kembali oleh Liang et al. (1985) dalam Rahayu dan Budiman

(2008) senyawa kimia yang ada dalam kunyit mampu menurunkan lemak dalam

tubuh, berperan pada proses sekresi empedu dan pankreas yang dikeluarkan lewat

feses. Komposisi dari kurkumin memiliki khasiat dapat memperlancar sekresi

empedu. Sehingga pertambahan bobot badan ayam beroiler tidak berbeda secara nyata.

Konversi Pakan

Rata-rata konversi pakan ayam broiler dengan penambahan feed additive

nanopartikel, menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05) dari berbagai perlakuan P0,

P1, P2, P3 dan P4 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 7. Pengaruh penambahan nanopartikel–ekstrak kunyit dalam ransum terhadap konversi pakan ayam broiler.

32

Page 33: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

UlanganPerlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

1 1,80 1,83 1,83 1,88 1,83

2 1,71 1,61 2,09 2,05 1,76

3 1.87 1,77 1,84 1,76 1,84

Reratans 1,80 1,74 1,92 1,90 1,81 Keterangan : ns (non significan); P0: RB (Ransum Basal); P1: RB+Nanopartikel; kunyit 0,2%;

P2: RB+ Nanopartikel 0,4%; P3: RB+ Nanopartikel 0,6%; P4: RB+Nanopartikel ,8%.

Kisaran nilai konversi pakan yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada

kisaran antara 1,74 – 1,92. Hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan hasil

penelitian yang dilakuakan Sompie (1995) bahwa konversi pakan ternak ayam broiler

yang diberi vitamin E dan mineral selenium (Se) sebagai sumber antioksidan berada

pada kisaran 1,86 - 1,98, demikian halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan

Asmarasari dan Suprijatna (2008) bahwa konversi pakan ayam broiler yang mendapat

suplementasi tepung kunyit berada pada kisaran 1,85 - 2,07. Berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh dari sebelumnya jika dibandingkan dengan hasil penelitian

ini menggambarkan bahwa pemberian ekstrak kunyit sebagai bahan antibiotik

maupun pada kontrol (tanpa nanopartikel) dalam pakan tidak memberikan

peningkatan efisiensi pakan secara maksimal.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

nanopartikel dalam ransum ayam broiler berpengaruh tidak nyata terhadap konversi

pakan (P>0,05) (Lampiran 7). Dari hasil penelitian rerata secara urutan dari konversi

pakan ayam broiler adalah P1 = 1,74; P0 = 1,80; P4 = 1,81; P3 = 1,90 dan P2 = 1,92.

33

Page 34: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Konversi pakan yang tinggi menujukkan tidak efisiennya pakan yang dapat

dimanfaatkan oleh tubuh, sehingga menimbulkan kerugian dari segi ekonomi

(Zuprizal, 2006). Hal ini dikarenakan konsumsi pakan cukup tinggi tetapi tidak

diikuti dengan penambahan berat badan yang cepat pada semua perlakuan. Menurut

Zainudin (2001), semakin kecil nilai konverisi pakan menunjukkan bahwa ayam

semakin efisien dalam penggunaan pakan, yang dikonversikan menjadi produk yang

dihasilkan. Sehingga pada penambahan nanopartikel 0,2 % (P1) menghasilkan kinerja

yang baik terhadap konversi pakan.

IOFCC

Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) dari masing masing perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 7. Income Over Feed Chick and Cost bervariasi disetiap

perlakuan. IOFCC yang terendah diperoleh pada perlakuan P4 (0,8%) yaitu Rp -

8483,73/ekor sedangkan yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu

Rp 12383,97/ekor.

Tabel 8. Pengaruh penambahan nanopartikel–ekstrak kunyit dalam ransum terhadap Income Over Feed and Chick Cost ayam broiler (Rp/ekor).

34

Page 35: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Ulangan Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

1 12431,80 6613,84 1732,89 -4526,59 -9216,53

2 13758,04 11021,93 -1896,78 -6352,92 -7830,08

3 10962,07 7991,08 1569,34 -2664,94 -8404,59

Rerata 12383,97 8542,28 468,48 -4514,82 -8483,73

Dari tabel diatas nilai Income Over Feed and Chick Cost menunjukkan bahwa

pada tiap-tiap perlakuan menghasilkan Income Over Feed and Chick Cost yang

berbeda, karena perbedaan faktor antara lain jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot

badan ayam, dan harga pakan. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk

memperkirakan untung atau ruginya usaha peternakan adalah dengan menghitung

IOFCC itu sendiri adalah perbedaan rata-rata pendapatan (dalam rupiah) yang

diperoleh dari hasil penjualan satu ekor ayam pada akhir penelitian dengan rata-rata

pengeluaran satu ekor ayam selama penelitian (Santoso, 2008 dalam Mide, 2007).

Penambahan feed additive nanopartikel sampai taraf 0,8% justru menurunkan

Income Over Feed and Chick Cost, hal ini karena pemberian ekstrak kunyit tidak

berpengaruh dengan penambahan bobot badan akhir dan biaya pakan yang cukup

mahal. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa pakan merupakan faktor penting pada usaha

peternakan ayam broiler karena berkisar 60 – 70% dari seluruh biaya yang

dikeluarkan adalah biaya pakan.

35

Page 36: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Secara kuantitatif nilai Income Over Feed and Chick Cost yang tertinggi

dicapai pada P0 kemudian diikuti PI, P2, P3 dan P4. Semakin rendah nilai IOFCC

maka biaya produksi semakin meningkat. Jadi menunjukan bahwa kurangnya

efisiensi harga pakan pada pemberian penambahan feed additive nanopartikel

menyebabkan rendahnya nilai Income Over Feed and Chick Cost. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Nurjanah (1994) bahwa dalam perhitungan ekonomi akan

menghasilkan keuntungan yang berbeda-beda untuk setiap ransum. Perbedaan

tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain pakan yang dikonsumsi, bobot

badan ayam dan harga pakan itu sendiri (Lampiran 7). Nilai IOFCC tertinggi terdapat

pada P0 (Rp 12383,97), karena harga pakannya yang paling rendah dibanding dengan

perlakuan yang diberi nanopartikel. Sehingga batas maksimal pemberian nanopartikel

pada level 04 % (P2), sedangkan selebihnya akan mengalami kerugian.

36

Page 37: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian nanopartikel ektrak

kunyit sampai taraf 0,8% tidak meningkatkan kinerja ayam broiler.

2. Pemakaian nanopartikel yang paling baik terhadap kinerja ayam broiler adalah

0,2% dengan nilai konversi pakan 1,74.

3. Batas maksimal penambahan nanopartikel adalah 0,4%, agar masih memberikan

keuntungan ekonomi.

Saran

Setelah dilakukan penelitian penambahan nanopartikel ektrak kunyit

disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada kualitas daging.

37

Page 38: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

RINGKASAN

Penelitian ini dilakukan penggabungan sifat-sifat yang dimiliki oleh

kurkumin/ekstrak kunyit dan kitosan dalam campuran formulasi optimal dalam

sediaan mikropartikel yang diberikan oral, karena sifat kitosan yang terprotonasi

dalam asam di lambung maka untuk mengurangi pelepasan, kurkumin diperlukan

Tripolyphosphate (TPP) yang dapat diberikatan silang dengan kitosan. Kitosan adalah

biopolymer yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam kitosan memiliki

karakteristik kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan alkali kitosan

akan mengendap.

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam broiler jantan umur 2

minggu dan bahan pakan/ransum basal (jagung kuning giling, tepung ikan, bungkil

kedelai, dedak padi, minyak sawit, tepung batu kapur dan premix), Air minum,

vitamin, vaksin dan desinfektan (rodalon), serta digunakan juga kitosan dan

kurkumin. Peralatan yang digunakan adalah kandang petak sebanyak 15 buah. Tiap

petak mempunyai ukuran p x l x t = 100 x 50 x 50 cm. Penelitian ini dilaksanakan

dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, adaptasi, dan perlakuan. Ayam broiler jantan

sebanyak 60 ekor umur 2 minggu dengan perlakuan selama 4 minggu dibagi secara

acak 5 kelompok perlakuan dengan 3 ulangan dan masing–masing ulangan berisi 4

ekor, dengan masing-masing perlakuan yaitu : P0 : RB (Ransum Basal); P1 :

RB+Nanopartikel 0,2%; P2 : RB+Nanopartikel 0,4%; P3 : RB+Nanopartikel 0,6%;

38

Page 39: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

P4 : RB+Nanopartikel 0,8%. Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan, konversi pakan dan Income Over Feed and Chick Cost

(IOFCC). Data yang diperoleh dari hasil penelitian di analisis dengan menggunakan

analisis variansi rancangan acak lengkap pola searah, apabila ada perbedaan nyata

dilanjutkan dengan uji Least significant Different (LSD) (Subali, 2010).

Hasil penelitian penelitian menunjukkan rerata konsumsi pakan berturut-turut

dari terkecil sampai terbesar adalah P0 = 836,27; P4 = 844,37; P3 = 853,94; P1 =

859,08; P2 = 880,52 gram/ekor/minggu, rerata pertambahan bobot badan P3 =

451,83; P2 = 460,97; P0 = 466,31; P4 = 466,67 dan P1 = 496,43gram/ekor/minggu,

rerata konversi pakan P1 = 1,74; P0 = 1,80; P4 = 1,81; P3 = 1,90 dan P2 = 1,92 dan

rerata IOFCC P4 = -8483,73; P3 = -4514,82; P2 = 468,48; P1 = 8542,28 dan P0 =

12383,97 (Rp/ekor). Hasil analisis menujukan bahwa penambahan nanopartikel

ekstrak kunyit tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

badan dan konversi pakan. Pada perhitungan Income Over Feed and Chick Cost

(IOFCC) semakin tinggi level pemberian nanopartiker, nilai IOFCC semakin kecil.

Penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian nanopartikel ektrak kunyit sampai

taraf 0,8% tidak meningkatkan kinerja ayam broiler.

39

Page 40: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Aftahi, A., T. Munim, M.A. hoque dan M.A. Ashraf. 2006. Efeec of Yogurt and Protein Boost on Broiler Performance. Int. J. of Poult. Sci. 5(7) : 651-655.

Akhadiarto, 2008. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Tepung Kunyit (Curcuma Domestica, Val) Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Induk dan Bobot Lahir Anak //http33(4)2008p268-273.pdf. [Tanggal Akses : 26 Mei 2012].

Akhtar, F., M.M.A. Rizv, S.K. Kar. 2011. Oral delivery of curcumin bound to chitosan manaparticles cured Plasmodium yoelii infected mice, biotechnology Advances (impact factor : 8.25). 05/2011; DOL: 10.1016/j,biotechads.2011. 05.09.(Abstr).

Al-Sultan S.I. 2003. The effect of Curcuma longa (turmeric) on overall perfance of broiler chickens. Department of Public Health and Animal Husbandry, Collega of Veterinary Medivine and Animal Resources, King Faisal University. Saudi Arabia. J. Pouit. Sci. 2 (5) : 351-353.

Amrullah, I.k. 2004. Nutrisi Ayam Broiler, cet-2. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.

Anggrodi, H.R., 1990. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Anggrodi, H.R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anggrodi, R., 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Anonim, 2004. Kunyit dan Jahe, Natural Antibiotik untuk Broiler. Available at: http://www.poultryinonesia.com/modules.php. Diakses pada tanggal 17 mei 2013.

Apsari, A.T. dan D. Fitriastuti, 2010. Studi Kinetika Penyerapan Ion Khromium dan Ion Tembaga Menggunakan Kitosan Produk dari Cangkang kepiting. Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik UNDIP, Semarang.

40

Page 41: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Araujo CC, dan Leon LL., 2001. Biologinal activities of Curcuman longa L. Men Inst Oswaldo Cruz. 2001 Jul; 96 (5): 723-8, http:www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed.

Asmasari, S. A. dan Suprijatna, E., 2008. Pengaruh Penggunaan Kunyit Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Church, D. C. 1979. Livestock and deeding. Durhan and, Inc. Portland. Oregon.

Daghir, N.J. 1998. Nutrient Requirement of Poultry in High Temperature: Poultry Production in Hot Climate. N.J. Daghir (ed) Cab International. New York.

Darwis, S.N., A.B.D.M Indo dan S. Hasyiah. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.

Fadilah, R., 2005. Panduan Mengola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Cet-3. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Fakriah, I. 2007. Effect of Curcumin on the Levels of Total Cholesterol, LDL Cholesterol, the Amount of f2-isoprostan and foam cell in aortic wall of Ats with atherogenic diet. Folia Medica Indonesiana Vol. 43 No. 3 July-September : 136-140.

Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ichwan, 2003. Membuat Pakan Ras Pedaging. Agro Media Pustaka. Tanggerang.

Kumalaningsih, S., 2007. Antioksidan Alami. Penangkal Radikal Bebas, Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan. Trubus Angrisarana. Surabaya.

Maiti, K. 2007. Kurkumin Phospholipid Complex : Preparation, Evaluation and Pharmacokinetic Studi in Rats. Int. J. Pharm. 330(1-2), 155-63.

Manurung, M. 2005. Pembuatan dan Penggunaan Kitosan Manik Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Limbah Cair Industri. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA USU. Medan.

Mao H.Q., K. Roy, F.L. Troung-Le, K.A. Janes, K.Y. Lin, Y. Wang, J.T. Angust, dan K.W. Leong. 2001. Kitosn-DNA nanoparticle as gene karries; synthesis, characterization and transfection efficiency. J. Control Release 70(3); 399-421.

41

Page 42: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Mide MZ. 2007. Konversi Ransum dan Income Over Feed and Chick Cost Broiler yang Diberikan Ransum Mengandung Berbagai Level Tepung Rimpang Temulawak Curcumin Xanthoriza Oxb). Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 6 [25 Juli 2008].

Moon, M., M. Lee, C. Kim and Y. Kim. 2007. Dietary chitosan enhaces hepatic CYP7A1 activity and reduce plasma and liver cholesterol in diet-induced hypercholesterolemia in rats. Nutr. Research and Practice. 1(3): 175-179.

Murtidjo, B.A. 1987. Turunkan cholesterol ayam kampong dengan lisin. Poultry Indonesia, ad semptember. 68-69.

Nesalin, A.J.J., K. Gowthamarajan dan C.N. Somashekara.2009. formulation and evaluation of nonoparticle containing flutamide. Int. J. Chemtech Res. 1(4):1331-1334.

North, M. O. dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Product Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold. New York.

Oramahi, R., Yudhabuntara D. dan Budiharta S. 2005. Kajian Residu Antibiotic Pada Hati Ayam Di Yogyakarta. Tesis. Program Studi Sain Veteriner, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa. Bandung.

Rasyaf, M., 2003. Beternak Ayam Pedaging, Catatan pertama, P.V. Yasaguna. Yogyakarta.

Rasyaf, M., 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Yakarta : PTGramedia Pustaka Utama.

Rasyaf, M., 2002. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Awadaya. Jakarta.

Rasyid, H., 2009. Performa produksi kelinci lokal jantan pada pemberian rumput lapang dan berbagai level ampas tahu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Riduwanto, 2010. Usaha Pemeliharaan Ayam Broiler dengan Penambahan Tetes Tebu (Molasses ) dan Kunyit (Curcuma Domestica ) pada Air Minum.//http: usaha pemeliharaan ayam broiler dengan penambahan tetes tebu (molasses ) dan kunyit (curcuma domestica ) pada air minum //. [ Tanggal Akses : 3 Februari 2012].

42

Page 43: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Riyadi, Slamet. 2009. Kunyit dan Jahe Baik untuk Ayam Broiler. http://slamet-riyadi03.blogspot.com/2009/04/kunyit-dan-jahe-baik-untuk-broiler.html. Tanggal Akses : Senin, 21 Februari 2011.

Rukmana, R. 2004. Temu-Temuan Apotik Hidup di Pekarangan. Kanisius, Yogyakarta.

Sailaja A.K., P. Amareshwae, P. Chakravarty. 2010. Chitosan nanoparticles as a drug delivery system. RJPBCS, Juli – September Volume 1 Issue 3 No. 474.

Santoso, Urip. 2008. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kualitas Telur dan Berat Organ Dalam. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu

Sinaga, S., 2010. Kurkumin Dalam Ransum Babi Sebagai Pengganti Antibiotik Sintetis Untuk Perangsang Pertumbuhan. Disertasi, Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cet-4. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

Sompie, F.N 1995. Pengaruh Pemberian Vitamin E, Mineral Selenium dan Kombinasinya Dalam Ransum yang Mengandung Minyak Tengik Terhadap penampilan dan Kualitas Karkas ayam Broiler. Tesis S2. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.

Subali, B. 2010. Aplikasi Statistic Mengunakan Program SPSS Aplikasinya Dalam Rancangan Percobaan. Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA UNY. Yogyakarta.

Sugita, P., A. Sjahriza, T. Wukirsari, D. Wahyono, 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. IPB Press, Bogor.

Supriadi, 2001. Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan Kasiatnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Suprijatana, E. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swaday

Suwaldi, Yuwono T., Aminah S. 2011. Petunjuk Praktikum Biofarmasetika FSI (FAS 3312). Bagian Farmasetik, Fak. Farmasi UGM. Yogyakarta.

Swantara K.K.S.*, R. Awani K, dan S. Satyawan. 2010. Chitosan: A Platform for Targeted Drug Delivery. Int.J. PharmTech Res.,2(4): 2271-2282.

43

Page 44: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Swastawati, F. Wijayanti, I, dan Susanto, E., 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Menjadi Edible Coating Untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro. Volume 4 No. 4, Desember 2008. Semarang.

Syukur, C. 2010. Turina, varietas unggul kunyit kurkumin tinggi. Sinar Tani, edisi 3-9 November 2010.

Wahyu J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cet-4. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.

Walpole, E. R., 1990. Pengantar Statitik. Penetbit PT Gramedia. Jakarta.

Wardaniati, R.A. dan Setyaningsih, S., 2009. Pembuatan Kitosan Dari Kunyit Udang Dan Aplikasinya Untuk Pengawetan Bakso. Jurusan Teknik Kimia FAkultan Teknik UNDIP. Semarang.

Wiyana, I.K.A. 1999. Pengaruh Oksitetrasiklin dan Amoksisilin Sebagai Aditif Pakan Terhadap Performan, Residu Dalam Jaringan dan Ekskreta Broiler. Tesis, Program Pascasarjana, Fak. Peternakan UGM. Yogyakarta.

Yang, M., Yang, Y., Liu, B., Shen, G. and Yu, R. 2004. Amprerometric glucose biosensor passed on kirosan with improved selectivity and stability. Sens, Actuators B: Chemical. 101: 269-276.

Yau, H. and Chiang, M. 2006. Effect of Chitosan on Plasma Lipids, Hepatic Lipids, and Fecal Bile Acid in Hamsters. Journal of Food and Drug Analysis, 14 (2): 183-189.

Zainidin, S. 2001. Pengaruh Kosentrasi Protein Energi-Pakan dan Lama Pencahayaan Terhadap penampilan dan Pola Konsumsi Pakan Harian Ayam Broiler Betina. Thesis S2. Program Pasca Sarjana, Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.

Zuprizal, 2006. Nutrisi Unggas (PTN 6304). Jurusan Makanan dan Nutrisi Ternak, Fak. Peternakan UGM. Yogyakarta.

44

Page 45: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 1. Rerata Konsumsi Pakan (g/ekor/minggu)

Perlakuan UlanganMinggu

Total RerataI II III IV

P0

1 554.08 945.50 1061.00 832.25 3392.83 848.21

2 554.08 934.75 1056.00 842.75 3387.58 846.90

3 554.08 943.00 1032.75 725.00 3254.83 813.71

Rerata 554.08 941.08 1049.92 800.00 3345.08 836.27

P1

1 508.08 857.25 967.75 948.50 3281.58 820.40

2 508.08 921.00 1117.00 945.00 3491.08 872.77

3 508.08 943.00 1103.50 981.75 3536.33 884.08

Rerata 508.08 907.08 1062.75 958.42 3436.33 859.08

P2

1 522.92 900.00 1092.00 938.75 3453.67 863.42

2 522.92 947.50 1069.00 982.25 3521.67 880.42

3 522.92 969.75 1141.50 956.75 3590.92 897.73

Rerata 522.92 939.08 1100.83 959.25 3522.09 880.52

P3

1 507.75 939.75 1075.50 989.00 3512.00 878.00

2 507.75 911.50 993.00 907.25 3319.50 829.88

3 507.75 923.00 1098.75 886.33 3415.83 853.96

Rerata 507.75 924.75 1055.75 927.53 3415.78 853.94

P4

1 524.83 960.75 1083.75 977.50 3546.83 886.71

2 524.83 859.50 1039.00 1005.50 3428.83 857.21

3 524.83 817.75 917.75 896.50 3156.83 789.21

Rerata 524.83 879.33 1013.5 959.83 3377.50 844.37

45

Page 46: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 2. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu)

Perlakuan UlanganBobot Badan Awal

Minggu Total Rerata

I II III IV

P0

1 352.25 262.75 572.50 416.25 629.58 1881.08 470.27

2 343.75 246.25 597.50 400.00 732.50 1976.25 494.06

3 355.00 270.00 500.00 415.50 552.83 1738.33 434.58

Rerata 259.67 556.67 410.58 638.30 1865.22 466.31

P1

1 355.25 224.75 532.50 328.00 706.17 1791.42 447.86

2 355.25 224.75 545.00 528.75 872.92 2171.42 542.86

3 349.00 251.00 537.50 464.25 741.58 1994.33 498.58

Rerata 233.50 538.33 440.33 773.56 1985.72 496.43

P2

1 354.75 210.25 522.50 508.50 650.67 1891.92 472.98

2 351.75 233.25 502.50 334.25 618.25 1688.25 422.06

3 355.25 284.75 460.00 558.50 648.17 1951.42 487.86

Rerata 242.75 495.00 467.08 639.03 1843.86 460.97

P3

1 355.25 204.75 477.50 497.50 685.00 1864.75 466.19

2 360.75 239.25 437.50 353.25 589.25 1619.25 404.81

3 347.00 258.00 532.50 490.50 657.00 1938.00 484.50

Rerata 234.00 482.50 447.08 643.75 1807.33 451.83

P4

1 358.50 221.50 532.50 483.25 697.58 1934.83 483.71

2 350.75 259.25 515.00 479.75 695.25 1949.25 487.31

3 350.75 279.25 457.50 355.50 623.67 1715.92 428.98

Rerata 253.33 501.67 439.50 672.17 1866.67 466.67

46

Page 47: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 3. Konversi Pakan

Perlakuan UlanganMinggu Rerata

I II III IV

P01 2.11 1.65 2.55 1.32 1.802 2.25 1.56 2.64 1.15 1.713 2.05 1.89 2.49 1.31 1.87

Rerata 2.14 1.70 2.56 1.26 1.80

P11 2.26 1.61 2.95 1.34 1.832 2.26 1.69 2.11 1.08 1.613 2.02 1.75 2.38 1.32 1.77

Rerata 2.18 1.68 2.48 1.25 1.74

P21 2.49 1.72 2.15 1.44 1.832 2.24 1.89 3.20 1.59 2.093 1.84 2.11 2.04 1.48 1.84

Rerata 2.19 1.91 2.46 1.50 1.92

P31 2.48 1.97 2.16 1.44 1.882 2.12 2.08 2.81 1.54 2.053 1.97 1.73 2.24 1.35 1.76

Rerata 2.19 1.93 2.40 1.44 1.90

P41 2.37 1.92 2.24 1.40 1.832 2.02 1.86 2.17 1.45 1.763 1.88 1.90 2.58 1.44 1.84

Rerata 2.09 1.89 2.33 1.43 1.81

47

Page 48: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 4. Bobot Hidup dan IOFCC

Perlakuan UlanganKon. Pakan (kg) B. Hidup

(kg)IOFCC

(Rp)Stater FiniserP0 1 1.50 1.89 2.23 12431.80

2 1.49 1.90 2.32 13758.043 1.50 1.76 2.09 10962.07

Rerata 1.50 1.85 2.22 12383.97P1 1 1.37 1.92 2.15 6613.84

2 1.43 2.06 2.53 11021.933 1.45 2.09 2.34 7991.08

Rerata 1.42 2.02 2.34 8542.28P2 1 1.42 2.03 2.25 1732.89

2 1.47 2.05 2.04 -1896.783 1.49 2.10 2.31 1569.34

Rerata 1.46 2.06 2.20 468.48P3 1 1.45 2.06 2.22 -4526.59

2 1.42 1.90 1.98 -6352.923 1.43 1.99 2.29 -2664.94

Rerata 1.43 1.98 2.16 -4514.82P4 1 1.49 2.06 2.29 -9216.53

2 1.38 2.04 2.30 -7830.083 1.34 1.81 2.07 -8404.59

Rerata 1.40 1.97 2.22 -8483.73

Lampiran 5. Daftar Harga Ransum Ayam Broiler Masing-masing Perlakuan

48

Page 49: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Harga DOC/ekor = Rp 3500

Pakan selama 2 minggu ;

Kosentrat = 30 kg x 6500 = Rp 195000

Ransum Basal = 33,48 kg x 4771,2 = Rp 159739,78 +

= Rp 354739,78

Pakan yang dihabiskan DOC selama 2 minggu = Rp 354739,78 : 200 = Rp 1773,7

Harga / ekor DOC = Rp 3500 + Rp 1773,7 = Rp 5273,7

Jenis Pakan Konsumsi (kg) Harga (Rp/kg) Total (Rp)

Kosentrat 30 6500 195000

Ransum basal 33,48 4771,2 159739,78

Total 63,38 - 354739,78

Daftar konsumsi pakan DOC selama 2 minggu (200 ekor)

Daftar harga pakan ransum perlakuan/Kg.

PerlakuanHarga nanopartikel

(Rp)Stater (Rp) Finiser (Rp)

P0 0 4771,2 4563,4

P1 1540 6311,2 6103,4

P2 3080 7851,2 7643,4

P3 4620 9391,2 9183,4

P4 6160 10931,2 10723,4

Biaya pembuatan nanopartikel (2:2:1) dengan 77 % dari berat awal.

49

Page 50: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Etanol 96 % = Rp 2000

Alkhol 70 % = Rp 1400

Hot prate stirer = Rp 500

Na asetat = Rp 3000

As asetat = Rp 1000

Oven = Rp 500

Aquades = Rp 1000

Ekstra kunyit = Rp 7462,5

Kitosan = Rp 1276,5

TPP = Rp 400 +

Jumlah = Rp 30030

Berat awal = 50 g

77 % = 39 g

Biaya nanopartikel/gr = 30030 / 39

= Rp 770

Lampiran 6. Perhitungan Income Over Feed and Chick Cost dari masing-masing perlakuan.

50

Page 51: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

IOFCC = (Bobot badan akhir x Harga botot hidup)-(konsumsi pakan x Harga

pakan)-Harga bibit

BB akhir (kg)

Harga berat hidup (Kg)

Konsumsi pakan (Kg)

Harga pakan/Kg Total hargapakan

(Kg/konsumsi pakan)

Harga bibit IOFCC

Stater Finiser Stater Finiser

2.23 15000 1.50 1.89 4771.2 4563.4 15794.455273.7

012431.8

0

2.32 15000 1.49 1.90 4771.2 4563.4 15768.265273.7

013758.0

4

2.09 15000 1.50 1.76 4771.2 4563.4 15164.185273.7

010962.0

7

2.15 15000 1.37 1.92 6311.2 6103.40 20312.515273.7

06613.84

2.53 15000 1.43 2.06 6311.2 6103.40 21604.425273.7

011021.9

3

2.34 15000 1.45 2.09 6311.2 6103.40 21885.175273.7

07991.08

2.25 15000 1.42 2.03 7851.2 7643.40 26693.465273.7

01732.89

2.04 15000 1.47 2.05 7851.2 7643.40 27223.095273.7

0-

1896.78

2.31 15000 1.49 2.10 7851.2 7643.40 27757.015273.7

01569.34

2.22 15000 1.45 2.06 9391.2 9183.40 32552.895273.7

0-

4526.59

1.98 15000 1.42 1.90 9391.2 9183.40 30779.225273.7

0-

6352.92

2.29 15000 1.43 1.99 9391.2 9183.40 31666.245273.7

0-

2664.94

2.29 15000 1.49 2.06 10931.210723.4

038342.78

5273.70

-9216.53

2.30 15000 1.38 2.04 10931.210723.4

037056.38

5273.70

-7830.08

2.07 15000 1.34 1.81 10931.210723.4

034130.94

5273.70

-8404.59

51

Page 52: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 7. Analisis variansi kinerja ayam broiler

Konsumsi Pakan

Descriptives

Konsumsi pakan (gr/ekor/minggu)

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

RB (Ransum Basal) 3 8.3627E2 19.55139 11.28800 787.7050 884.8417 813.71 848.21

RB+NP 0,2% 3 8.5908E2 33.97469 19.61529 774.6855 943.4811 820.40 884.08

RB+NP 0,4% 3 8.8052E2 17.15523 9.90458 837.9074 923.1393 863.42 897.73

RB+NP 0,6% 3 8.5395E2 24.06000 13.89105 794.1783 913.7150 829.88 878.00

RB+NP 0,8% 3 8.4438E2 50.00083 28.86799 720.1677 968.5856 789.21 886.71

Total 15 8.5484E2 30.72636 7.93351 837.8250 871.8564 789.21 897.73

Test of Homogeneity of Variances

konsumsi pakan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.651 4 10 .237

ANOVA

konsumsi pakanSum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3397.920 4 849.480 .865 .517

Within Groups 9819.611 10 981.961

Total 13217.531 14

Homogeneous Subsets

52

Page 53: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Konsumsi Pakan

perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1

Tukey HSDa ransum basal 3 836.2733

RB+NP 0,8% 3 844.3767

RB+NP 0,6% 3 853.9467

RB+NP 0,2% 3 859.0833

RB+NP 0,4% 3 880.5233

Sig. .460

Duncana ransum basal 3 836.2733

RB+NP 0,8% 3 844.3767

RB+NP 0,6% 3 853.9467

RB+NP 0,2% 3 859.0833

RB+NP 0,4% 3 880.5233

Sig. .143

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

53

Page 54: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Pertambahan Bobot Badan

Descriptives

Bobot Badan (gr/ekor/minggu)

N MeanStd.

DeviationStd. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

RB (Ransum Basal) 3 4.6630E2 29.93774 17.28456 391.9339 540.6728 434.58 494.06

RB + 0,2% 3 4.9643E2 47.53637 27.44513 378.3465 614.5202 447.86 542.86

RB + 0,4% 3 4.6097E2 34.50580 19.92193 375.2495 546.6838 422.06 487.86

RB + 0,6 % 3 4.5183E2 41.73978 24.09847 348.1460 555.5207 404.81 484.50

RB + 0,8 3 4.6667E2 32.68721 18.87197 385.4671 547.8662 428.98 487.31

Total 15 4.6844E2 35.54020 9.17644 448.7592 488.1222 404.81 542.86

Test of Homogeneity of Variances

bobot badan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.219 4 10 .922

ANOVA

Bobot BadanSum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3368.907 4 842.227 .588 .679

Within Groups 14314.576 10 1431.458

Total 17683.482 14

Homogeneous Subsets

Bobot Badan

54

Page 55: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1

Tukey HSDa RB + 0,6 % 3 451.8333

RB + 0,4 % 3 460.9667

Ransum Basal 3 466.3033

RB + 0,8 % 3 466.6667

RB + 0,2% 3 496.4333

Sig. .616

Duncana RB + 0,6 % 3 451.8333

RB + 0,4 % 3 460.9667

Ransum Basal 3 466.3033

RB + 0,8 % 3 466.6667

RB + 0,2% 3 496.4333

Sig. .213

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Konversi Pakan

55

Page 56: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Descriptives

Konversi Pakan

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

Ransum Basal 3 1.7933 .08021 .04631 1.5941 1.9926 1.71 1.87

RB+0,2 % 3 1.7367 .11372 .06566 1.4542 2.0192 1.61 1.83

RB+0,4 % 3 1.9200 .14731 .08505 1.5541 2.2859 1.83 2.09

RB+0,6 % 3 1.8967 .14572 .08413 1.5347 2.2586 1.76 2.05

RB+0,8 % 3 1.8100 .04359 .02517 1.7017 1.9183 1.76 1.84

Total 15 1.8313 .11874 .03066 1.7656 1.8971 1.61 2.09

Test of Homogeneity of Variances

Konversi Pakan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.338 4 10 .322

ANOVA

Konversi Pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .069 4 .017 1.343 .320

Within Groups .128 10 .013

Total .197 14

56

Page 57: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Homogeneous Subsets

Konversi Pakan

Perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1

Tukey HSDa RB+0,2 % 3 1.7367

Ransum Basal 3 1.7933

RB+0,8 % 3 1.8100

RB+0,6 % 3 1.8967

RB+0,4 % 3 1.9200

Sig. .340

Duncana RB+0,2 % 3 1.7367

Ransum Basal 3 1.7933

RB+0,8 % 3 1.8100

RB+0,6 % 3 1.8967

RB+0,4 % 3 1.9200

Sig. .099

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

57

Page 58: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 8. Foto-foto aktifitas kegiatan penelitian

Persiapan

Pembuatan Nanopartikel

58

Page 59: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Perlakuan

59

Page 60: Skripsi I II III IV v (Repaired) No Bawah

Lampiran 9. Letak Kandang

60

P3U1

P0U3

P1U1

P4U3

P2U2

P4U2

P2U1

P3U3

P0U1

P2U3

P1U2

P4U1

P0U2

P1U3

P3U2