Upload
alfaze-ghautama
View
226
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan untuk saat ini harus bekerja ekstra keras dan
sungguh-sungguh agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Masih
terlihat kondisi moral para remaja belum terbentuk secara optimal karena kita
masih banyak mendengar dan melihat di televisi tawuran antar remaja, budaya
seks bebas yang dilakukan dikalangan remaja. Keadaan seperti ini sangat
memukul dunia pendidikan.
Tujuan pendidikan di sekolah-sekolah umumnya ialah untuk mendidik
anak-anak supaya menjadi orang yang bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa,
yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya
(Purwanto, 1997: 157). Pendidikan sangatlah penting bagi kelangsungan
kehidupan bangsa, sebab kualitas suatu bangsa sangat erat dengan tingkat
pendidikan sebab itulah modal utama yang harus dikuasai ialah pendidikan.
Pendidikan Agama Islam tidaklah terlepas dari pembinaan akhlak karena
pendidikan akhlak merupakan paling esensi dan vital dalam pendidikan Islam
sebagaimana yang telah terumuskan dalam tujuan pendidikan dalam Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
1
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pendidikan adalah merupakan suatu sistem, ini berarti pendidikan sebagai
usaha sadar tujuan, maka proses dan keberhasilan pencapaian tujuannya sangat
tergantung kepada kerjasama segenap komponen yang ada dalam pendidikan.
Menurut Alisuf Sabri mengatakan bahwa komponen-komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam proses pendidikan dan fungsinya yakni;
1. Komponen dasar yang akan diproses anak didik dengan
segenap kondisi kognitif, afektif dan psikomotorik yang ada
pada dirinya.
2. Komponen alat untuk memproses dalam rangka
mempengaruhi anak didik agar terwujud kualitas proses dan
hasil pendidikan. Komponennya ialah pendidik, materi
pengajaran, strategi dan alat atau metode yang digunakan,
dan sarana dan situasi pendidikan.
3. Komponen penunjang yang dapat menunjang kelancaran
dan motivasi peserta didik dalam proses pendidikan yang
berasal dari lingkungan anak didik, baik keluarga, sekolah
maupun masyarakat. (Alisuf Sabri, 1999: 51-52).
Mengingat pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan
manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur atau
komponen manusianya. Dari ketiga komponen di atas yang memiliki peran
penting dalam proses pendidikan adalah guru sebagai ujung tombak pendidikan
karena guru secara tidak langsung berupaya mempengaruhi, membina dan
mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil,
kreatif, dan bermoral tinggi.
Guru merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama
yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran
guru maka proses pembelajaran yang dilaksanakan akan terganggu dan bahkan
akan mengalami kegagalan. Maka dari itulah guru dituntut untuk menjadi
pembelajar yang cerdas dan kreatif agar dapat mengantarkan peserta didik pada
tujuan yang telah ditentukan.
Mengajar merupakan proses yang kompleks, bukan hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Mengajar adalah melakukan
segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan kepada siswa
untuk terjadinya proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. (Ana Rosilawati, 2008: 84). Di sinilah peran penting guru dalam
proses pembelajaran agar anak didik dapat termotivasi dari pendidikan yang
diberikan oleh guru.
Perlu kita pahami dan sadari bahwa guru berkedudukan sebagai tenaga
pendidik yang profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
3
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan
menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Yang berbunyi;
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Melihat kondisi pelajar sekarang dalam menerima pembelajaran aqidah
akhlak belum sepenuhnya diterima dengan baik. Dalam hal ini peran guru sangat
diperlukan untuk membantu pembentukan akhlak yang baik di MTs Negeri Rasau
Jaya Kabupaten Kubu Raya (KKR). Contoh yang paling sering terjadi dikalangan
pelajar adalah minimnya sopan santun para pelajar terhadap guru. Misalnya
jarangnya para pelajar mengucapkan salam. Tentu saja kenyataan ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja tanpa adanya usaha untuk memperbaikinya. Guru dituntut
untuk memberikan pelajaran aqidah akhlak secara sungguh-sungguh dan
mendalam agar pembelajaran tidak hanya selesai ditingkat pengetahuan saja
melainkan dapat teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi guru tersebut, diperlukan kerjasama dari semua
komponen pendidikan agar tujuan yang diharapkan masih dapat tercapai secara
maksimal.
Dalam proses pembelajaran yang ideal, guru terkadang masih mengalami
kendala atau hambatan dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran
bukanlah sekedar tranformasi knowledge melainkan ketiga unsur penting dari
yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik jika ketiga unsur tersebut terpenuhi maka pembelajaran akhidah
akhlak akan mudah teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah,
sekolah dan dilingkungan masyarakat.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal maka guru harus
mengusai komponen pembelajaran diantaranya adalah guru harus mengusai
materi pembelajaran serta mampu mengembangkannya. Menurut Suharsimi
Arikunto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006: 43) bahan pelajaran atau materi
ajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena
memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
Sedangkan pengembangan materi adalah penentuan materi pokok atau
pembelajaran hasil “penerjemahan” Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD). Hasil penerjemahan ini harus tercermin dan tertulis dalam silabus
yang telah dibuat sebagai bagian dari pengembangan kurikulum, sebagai panduan
dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Selain itu guru harus mengusai metode pembelajaran dan tehnik evalusi
yang baik agar bahan ajar yang diajarkan disekolah dapat dikuasai dengan baik
oleh siswa. Ketiga komponen tersebut antara materi, metode dan evaluasi
merupakan tiga komponen pokok yang benar-benar harus dikuasai dengan baik.
Di sekolah MTs Negeri Rasau Jaya guru akhidah akhlaknya masih
menggunakan pola konvensional/klasik dalam pembelajaran sehingga
5
pembelajaran yang terlaksana tidak tercapai secara optimal. Selain materi
pelajaran akhidah akhlak yang dipelajari dikelas tidak dapat teraplikasi dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik.
Berdasarkan hal di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Akhidah
Akhlak Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Rasau Jaya Kecamatan Rasau Jaya
Kabupaten Kubu Raya”.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang di atas maka, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya”.
Melihat masih luasnya rumusan masalah di atas maka akan peneliti
fokuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;
1. Apa pemasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan
materi pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau
Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya?
2. Apa permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode
pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya?
3. Apa permasalahan yang dihadapi guru dalam mengevaluasi
pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian di atas, tujuan umum yang dilakukan
pada penelitian ini adalah untuk permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembelajaran akhidah ahklak kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya di Kecamatan
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan secara rinci, tujuan penelitian ini
adalah untuk;
1. Mengetahui pemasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan materi
pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.
2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode
pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.
3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dalam mengevaluasi pelajaran
Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan Rasau
Jaya Kabupaten Kubu Raya.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, pengembangan teori-teori ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
Secara praktis dari penelitian ini adalah:
7
1. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini di harapkan dapat
menjadi bahan masukan dalam melakukan kegiatan
peningkatan kualitas dalam belajar mengajar dan
mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pendidikan.
2. Menjadikan pertimbangan dan masukan bagi
perkembangan pembelajaran Aqidah Ahklak kelas VII di
MTs Negeri Rasau Jaya Di Rasau Jaya Kecamatan Rasau
Jaya Kabupaten Kubu Raya.
3. Bagi guru, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan wacana bagi guru sekolah lanjutan pertama pada
umumnya dan guru akhidah akhlak pada khususnya dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran di sekolah.
BAB II
PERMASALAHAN GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
A. Penelitian Terdahulu
Dalam peneliti sebelumnya, Wirda Ningsih (Skripsi, 2008) dengan judul
penelitian “Pendidikan Akhlak Pada Anak Dalam Lingkungan Keluarga (studi
pada anggota Majlis Ta’lim Husnul Khotimah Gang Jambi Pontianak Kota”.
Kesimpulan yang dapat diungkap dari penelitian ini pertama, bentuk pendidikan
akhlak dalam lingkungan keluarga yang meliputi akhlak kepada Allah dan kepada
sesamanya. Dan kedua, pendidikan akhlak pada anak dalam lingkungan keluarga
dilaksanakan dengan cara pembiasaan dan pemahaman tertentu yang
berhubungan dengan akhlak kepada Allah SWT.
Sedangkan Astiyah (Skripsi, 2009) dengan judul penelitian “Problematika
Guru dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran pada Mata Pelajaran Fiqh Kelas
IV A di MIN Bangka Belitung, Tahun ajaran 2008/2009”. Kesimpulan yang
ditangkap ialah problematika guru dalam melaksanakan proses pembelajaran fiqh
adalah rendahnya pengetahuan keagamaan siswa, kurangnya prasarana dan
perpustakaan. Problem eksternal guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
fiqh adalah: kurangnya fasilitas, besarnya kelas, dan disiplin sekolah.
9
9
B. Permasalahan Guru Dalam Pembelajaran Akhidah Akhlak
1. Permasalahan
1) Pengertian Permasalahan
Masalah atau permasalahan biasa dalam bahasa inggris disebut
problem atau problematika. Menurut Al-Barry (2000: 249) dalam kamus
ilmiah kontemporer, problem adalah kasus, masalah, persoalan atau
perkara sulit. Problematika adalah persoalan atau berbagai macam
masalah-masalah. Dan menurut Soerjono Sukamto (Dalam Taufiq, 1992 :
26) problem adalah halangan yang terjadi dalam kelangsungan proses.
Sedangkan dalam kamus ilmiah kontemporer problem adalah kasus,
masalah, persoalan atau perkara sulit.
Sedangkan menurut W. J. S Purwadaminto dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995: 138) mengartikan problem sebagai sebuah
permasalahan yang timbul dari masalah yang tidak diselesaikan, sehingga
dengan demikian hal ini menjadi stimulus untuk melahirkan ide-ide baru
sebagai solusi dari sebuah problematika (masalah).
Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001: 32) mengatakan
bahwa suatu masalah adalah sesuatu yang belum diketahui oleh
masyarakat luas terhadap suatu masalah penting, kesenjangan antara cita
dan fakta atau yang normatif idealistis dengan historis sosiologis, sesuatu
yang unik, yang menyebar dari mainstream yang ada, serta sesuatu yang
luar biasa.
Permasalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
permasalahan-permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi dan
dialami oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlqk di MTs Negeri Rasau
Jaya kelas VII dalam proses pelaksanaan pembelajaran baik dari sisi
materi, metode dan tehnik evaluasi.
2. Guru
1) Pengertian Guru
Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem
pendidikan, karena ia akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang
telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat
komplomentif (Khoiron Rosyadi, 2004:172). Menurut UU Guru dan
Dosen no 14 tahun 2005 mengatakan bahwa pendidik atau guru adalah
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan
11
tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai
makhluk social dan sebagai idividu yang sanggub berdiri sendiri (Nur
Uhbiayati, 1999: 71). Pendidik biasa juga disebut dengan guru cuma
terkadang sebutan guru lebih sering digunakan dalam pendidikan formal
yang biasa disebut pendidik profetik
Menurut Abudin Nata (dalam Hitami Salim & Erwin Mahrus)
mengatkan bahwa pendidik profetik ialah orang-orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-
anak mencapai kedewasaannya, yang tentunya orang-orang tersebut
memiliki keahlian dalam menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan
pendidikan. Orang-orang yang termasuk dalam kategori pendidik profesi
ini dikenal dengan “guru”.
2) Tugas Guru
Tugas guru menurut Soetjipto & Raflis Kosasi ialah terbagi atas tiga:
pertama, penyelenggaraan proses belajar-mengajar, yang menempati porsi
terbesar dari profesi keguruan. Kedua, tugas yang berhubungan dengan
membantu murid dalam mengatasi masalah dalam belajar pada khususnya,
dan masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan
belajarnya. Dan ketiga, di samping kedua hal tersebut, guru harus
memahami bagaimana sekolah itu dikelola, apa peranan guru di dalamnya,
bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan tersebut
untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru (Soetjipto & Raflis Kosasi,
2007: 3-4). Ketiga tersebut merupakan tugas kompleks guru dimana guru
harus menguasai seluruhnya baik materi yang akan dipelajari hingga
kondisi keadaan siswa, agar siswa yang belajar dapat terasa nyaman dan
menyenangkan.
3) Syarat Pendidik/guru
Menurut M. Ali ada 5 syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang
yang ingin menjadi pendidik (khususnya guru) yang professional, yaitu;
1) Memiliki keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
3) Adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya
5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (dalam Haitami Salim &Erwin Mahrus, 2006: 55)
Pada tahun 2009 syarat untuk menyandang guru yang profsional
sangatlah berat, diantaranya: guru harus memiliki bakat, minat, panggilan
jiwa, dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi
akdemik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi, dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
13
3. Pembelajaran Akhidah akhlak
1) Pengertian Pembelajaran Akhidah Akhlak
Untuk mengetahui pengertian pelajaran Akhidah akhlak perlu
diuraikan terlebih dahulu pengertian akhidah akhlak yang terdiri dari dua
unsur kata yaitu akhidah dan akhlak. Pengertian akhidah secara etimologis
(lughat), aqidah berakar kata dari kata aqada-ya’qidu-aqdan-aqidatan.
Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk
menjadi aqidah berarti keyakinan, dapat pula diartikan mengingat,
menyimpulkan, menggabungkan. (Abide, 2009 dikutip dari
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/).
Sebagaimana diketahui bahwa dasar pokok utama dalam Islam
adalah aqidah atau keyakinan secara etimologik, aqidah berarti credo,
keyakinan hidup, dan secara khusus aqidah berarti kepercayaan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
(Khaeruddin, 2002: 113).
Sedangkan pengertian akhlak menurut Jamil Shaliba (1987)
mengatakan bahwa akhlak dari sudut kebahasaan yang berasal dari bahasa
arab, yaitu isim masdhar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu,
ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu,
if’alan yang artinya perangai, kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan,
peradaban baik, dan agama. (dalam Abudin Nata, 2006: 1).
Secara istilah akhlak adalah tingkah laku manusia yang dilakukan
secara berulang-ulang tanpa berpikir terlebih dahulu. Ia merupakan
totalitas dari watak, tabiat, bakat, mental yang dijabarkan dalam bentuk
perbuatan, ucapan dan pikiran, baik yang berhubungan dengan sesama
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun dengan Allah (Baiqui dan Ari
Fauziana, 1995: 113).
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada
jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi
aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian
dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan
kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran
Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
(Departemen Agama, 1993:1). Sedangkan Pembelajaran Aqidah Akhlak
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-
hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. (Fendi Ghazali, 2009 dikutip
15
dari http://www.fendighozali.co.cc/2009/11/pelaksanaan-pembelajaran-
mata-pelajaran.html).
2) Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak
Menurut Departeman Agama mengatakan bahwa bidang stusi aqidah
akhlak berfungsi;
1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
2) Pengembangan keimanan dan ketakawaan kepada Allah swt., serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang mulai ditanamkan dilingkungan keluarga.
3) Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak
4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
5) Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-sehari
6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak
7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih penting. (Departemen Agama, 1993: 22)
3) Ruang Lingkup Bidang Studi Aqidah Akhlak
Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi
pokok sebagai berikut;
1) Hubungan manusia dengan Khalik (Allah), Hubungan
vatikal antara manusia khaliqnya mencakup dari segi
aqidah yang meliputi, iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya,
iman kepada rasul-rasulnya, dan kepada qada’ dan
qadarnya.
2) Hubungan manusia dengan sesamanya, Materi yang
dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup
sesama manusia, kewajiban membiasakan diri sendiri
dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
3) Hubungan manusia dengan lingkungannya, Materi yang
pelajari meliputi akhlak manusia terhadap
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas,
maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang
dan tumbuh-tumbuhan. (Departemen Agama, 1993: 2).
4. Permasalahan dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Proses belajar mengajar merupakan interaksi timbal balik antara guru
dengan siswa dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang
profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun
penguasaan metode dan tehnik evaluasi pembelajaran yang tepat dan sesuai
mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan
dan menguasai materi, menggunakan metode dan tehnik evaluasi
oembelajaran yang baik dan baik dan tepat agar pembelajaran aktif, inovatif,
17
kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dalam buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam (Depag RI,
1990:1) yang mengatakan proses belajar mengajar adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.
Lebih komplit lagi proses belajar mengajar dikemukakan oleh B.
Suryobroto (2002: 19) yang mengatakan proses belajar mengajar adalah;
Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Beberapa hal penting yang perlu guru perhatikan dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran antara lain guru harus mengetahui
unsur-unsur atau komponen pembelajaran tersebut. Menurut Faturrohman dan
Sobry S. (2007: 13-17) mengatakan bahwa komponen atau unsure pendidikan,
yaitu :
a. Tujuan, tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.
b. Bahan Ajar, bahan atau materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat
c. Kegiatan Belajar Mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai
mediumnya.d. Metode, metode merupakan suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
e. Alat (Media), alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan alat bantu non verbal berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, infokus dan sebagainya.
f. Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran dapat diperoleh
g. Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu pembelajaran.
Dari komponen pembelajaran di atas, pada pembelajaran pendidikan
agama Islam khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlak terdapat beberapa
hal yang cenderung menjadi permasalahan yang dihadapi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas diantaranya yaitu mengenai penguasaan/
pengembangan materi, penggunaan metode dan tehnik evaluasi pembelajaran.
Arief Rachman mengidentifikasi ada sembilan titik lemah pendidikan di
Indonesia (Arief Rachman, 2006, 114). Kesembilan titik lemah tersebut
adalah (1) selama ini keberhasilan pendidikan hanya diukur dari keunggulan
ranah kognitif, dan mengabaikan ranah afektif dan psikomotorik, sehingga
pembinaan dan pengembangan watak bangsa menjadi terabaikan, (2) model
evaluasi yang digunakan selama ini hanya mengukur kemampuan berpikir
19
konvergen, sehingga siswa tidak dipacu untuk berpikir kreatif dan imajinatif,
(3) proses pendidikan berubah menjadi proses pengajaran, yang berakibat
materi pelajaran menjadi tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, (4)
kemampuan menguasai materi tidak disertai dengan pembinaan kegemaran
belajar. (5) titel atau gelar menjadi target pendidikan, tidak disertai dengan
tanggung jawab ilmiah yang mumpuni, (6) materi pendidikan dan buku
pelajaran ditulis dengan cara dan metode yang monoton, tidak menantang dan
tidak menstimulasi daya kritis dan imajinasi siswa (7) manajemen pendidikan
yang menekankan pada tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan kepada
pemerintah, bukan kepada stakeholder, (8) profesi guru yang terkesan menjadi
profesi ilmiah dan kurang disertai dengan bobot profesi kemanusiaan, dan (9)
upaya pemerataan pendidikan yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai, serta lemahnya political will pemerintah terhadap upaya
perbaikan pendidikan
Dari obsevasi yang dilakukan peneliti di MTs Negeri Rasau Jaya
terdapat 3 problem yang cenderung terjadi dalam proses belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru di antaranya yaitu:
a. Guru kurang menguasai materi dan
tehnik pengembangannya.
b. Metode yang digunakan juga sering
metode konvensional untuk seluruh
materi.
c. Tehnik evaluasipun masih
menggunakan pola lama.
Mengajar dikatakan efektif apabila meliputi tiga langkah, yaitu langkah
sebelum mengajar, langkah pelaksanaan mengajar, dan langkah sesudah
mengajar. Langkah sebelum mengajar, meliputi, menentukan tujuan
pengajaran, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah
pelaksanaan mengajar, langkah ini berupa pelaksanaan strategi-strategi yang
telah dirancang untuk membawa murid mencapai tujuan pengajaran. Langkah
ini meliputi komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan kontrol (pembinaan
disiplin dan pengelolaan). Langkah sesudah mengajar langkah ini berupa
pengukuran dan penilaian hasil mengajar sehubungan dengan tujuan yang
telah ditetapkan guru sebelum mengajar. Dari proses penilaian ini dapat
diketahui efektif tidaknya proses mengajar, tepat tidaknya tujuan pengajaran,
seberapa tinggi tingkat kesiapan murid, tetap tidaknya strategi mengajar yang
digunakan dan bahkan derajat relevansi dan ketepatan prosedur penilaian
yang ditempuh.
a. Permasalahan Pengembangan Materi
Pembelajaran
Dalam pembelajaran hal yang tak bisa dilepaskan ialah materi
pembelajaran. Meteri pembelajaran merupakan penentu pokok
21
keberhasilan dalam pembelajaran. Jika guru penyampaian materinya
kurang tepat maka akan berdampak terhadap tujuan pembelajaran.
Maka, dari itu guru harus benar-benar mengetahui tehnik
menyampaikan materi serta pengembangan materi tersebut agar
materi yang disampaikan mudah diterima oleh siswa.
1) Pengertian Materi Pembelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap
atau nilai.
Bahan pelajaran atau materi pembelajaran adalah substansi yang
akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Menurut Suharsimi
Arikunto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006: 43) bahan pelajaran
merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena
memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak
didik.
Menurut Inoe materi ajar atau bahan ajar adalah segala bentuk
materi yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. (Inoe,
http://andhysastera.blogspot.com). Sedangkan menurut Depdiknas bahan
ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003).
Jadi, Materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan
harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
2) Jenis Materi Ajar
Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap
atau nilai.
a. Fakta; Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. Contohnya adalah Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, sejarah Nabi Muhammad.
b. Konsep; materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek.
c. Prinsip; materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
d. Prosedur; prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara
23
menyetel televisi. e. Materi jenis keterampilan dan sikap (afektif)
adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb. (Mrs. Admin, http://mgmpips.wordpress.com)
3) Pengembangan Materi Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dikelas akan tercapai secara maksimal jika
guru mampu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran.
Selama ini kebanyakan guru menyalin dari buku ditransfer kepada murid
tanpa ada pengembangan sedikitpun maka tak heran jika pemahaman yang
diterima murid hanya literleknya saja tanpa dapat memahami isi
pembelajaran.
Pengembangan materi adalah bagaimana guru dapat menerjemahkan
SK dan KD, menetapkan, dan merumuskannya materi atau bahan
pelajaran dalam kegiatan pembelajarannya maupun evaluasinya. Kegiatan
ini akan tercermin dan tertuang dalam kurikulum yang dibuat oleh guru
atau sekolah dalam silabusnya (http://mgmpseni.wordpress.com)
Pengembangan materi merupakan hal penting dalam pelaksanaan
kurikulum. Pengembangan materi dalam hal ini adalah penentuan materi
pokok /pembelajaran hasil “penerjemahan” Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD). Hasil penerjemahan ini harus tercermin dan
tertulis dalam silabus yang telah dibuat sebagai bagian dari pengembangan
kurikulum, sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Sedangkan dalam hal pengembangan bahan ajar, Dick dan
Carey (1996: 228), mengajukan hal-hal berikut untuk diperhatikan,
yakni:
a. Memperhatikan motivasi belajar yang diinginkan
b. Kesesuaian materi yang diberikanc. Mengikuti suatu urutan yang benard. Berisikan informasi yang dibutuhkane. Adanya latihan praktekf. Dapat memberikan umpan balikg. Tersedia tes yang sesuai dengan materi yang
diberikan h. Tersedia petunjuk untuk tindak lanjut
ataupun kemajuan umum pembelajarani. Tersedia petunjuk bagi perserta didik untuk
tahap-tahap aktivitas yang dilakukan, dan j. Dapat diingat dan ditransfer.
Jolly dan Bolitho (dalam Tomsilon ed., 1998: 96-97), mengajukan
langkah-langkah pengembangan bahan ajar sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan materi yang perlu dibutuhkan
b. Mengeksplorasi kondisi lingkungan wilayah tempat bahan ajar akan digunakan
c. Menentukan masalah atau topik yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lingkungan peserta didik untuk diajarkan,
d. Memilih pendekatan latihan dan aktivitas serta pendekatan prosedur pembelajaran, dan
e. Menulis rancangan materi bahan ajar.
25
4) Pengembangan Materi Secara Kontekstual
Pengembangan materi secara kontekstual dilakukan agar siswa dapat
memahami konsep materi dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
dengan seperti ini pembelajaran akan lebih bermakna sebagai mana yang
diungkapkan oleh para pakar di bawah ini:
1) Pembelajaran kontekstual intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih beramakna bagi siswa, (Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, 2004: 11)
2) CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna. (Elaene B. Johnson, 2009: 65)
Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa dan mudah teraplikasi sehingga pembelajaran yang
terjadi tidak hanya sampai di bangku sekolah melainkan dalam kehidupan
sehari-hari. Karena pengaitan materi pembelajaran yang terdapat dalam
buku pelajaran terhadap kehidupan nyata itu lebih bermakna dan mudah
teresapi sehingga pembelajaran yang diajarkan di kelas lebih cepat diingat
dan dipahami oleh anak didik.
Selain itu mengapa pada materi pembelajaran perlu dikembangkan
secara kontekstual karena pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimlikinya dengan penerapannya daplam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri,
masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik. (Trianto, 2008: 20)
b. Permasalahan dalam Menggunakan Metode
Pembelajaran
Selain pengembangan materi di atas, sering kali menjadi sebuah
permasalahan ialah mengenai penggunaan dan pemilihan metode
pembelajaran. Tidak semua materi dapat digunakan dengan
menggunakan metode yang sama. Agar memahami mengenai konsep
metode yang baik maka perlulah penguraian mengenai metode itu
sendiri.
1) Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut M. Arif mengatakan bahwa metode ditinjau dari segi
kebahasaan, kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang
yeng terdiri dari kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos”
yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui (dalam
Haitami Salim, dkk, 2006: 81).
Sedangkan Runes mengatkan bahwa secara tehnis menerangkan
27
bahwa metode adalah;
a. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
b. Sesuatu secara teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
c. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur. (dalam Samsul Nizar, 2002: 66)
Semetara itu al-Saibany, menjelaskan bahwa metode
pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan
oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran, ciri-
ciri perkembangan perserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya.
(As-Syaibani : 1979).
Jadi, Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik
dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
2) Tujuan Umum Metode Pengajaran
Menurut As-Syaibany (dalam Haitami Salim, dkk, 2006: 84-85)
mengatakan bahwa tujuan umum metode pengajar dalam pendidikan
Islam meliputi empat hal penting:
1) Menolong pelajar untuk mengembangkan
pengetahuan, pengalaman keterampilan dan
sikapnya, terutama keterampilan berpikir ilmiah
yang betul dan sikap dalam bentuk cinta ilmu.
2) Membiasakan pelajar menghafal, memahami,
berpikir sehat memperhatikan dan mengamati
dengan tepat, rajin, sabar, dan teliti dalam
menuntut ilmu, serta mempunyai pendapat yang
berani, asli dan bebas.
3) Memudahkan proses pengajaran bagi pelajar dan
membuatnya mencapai sebanyak mungkin tujuan
yang diinginkan, dengan menghemat tenaga dan
waktu,
4) Menciptakan suasana yang sesuai bagi pengajaran
yang berakhlak sifat saling menghormati dan saling
mempercayai antara guru dan murid.
3) Macam-macam Metode Pembelajaran
Terdapat beberapa macam atau jenis metode mengajar menurut
Muhibbin Syah (2000) ialah;
1) Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang
29
sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
2) Metode diskusi ( Discussion method )
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
3) Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
4) Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.
5) Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
6) Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
7) Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
8) Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
9) Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10) Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching
method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Dalam penerapan metode ini guru harus peka karena salah satu dari tmentersebut harus meahapi materi pembelajaran yang yang dipelajari.
11) Metode pemecahan masalah ( Problem solving
method )
Metode metode pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya. Metode pembelajaran ini murid yang lebih banyak aktif.
12) Metode perancangan ( projeck method )
Metode perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13) Metode Global (Ganze method )
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus
31
merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian
14) Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234)
c. Permasalahan dalam Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran memiliki peran penting untuk mengukur
tingkat kemampuan guru dalam mengkontruksi PBM di kelas dan
mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Permasalahan yang sering di hadapi guru yaitu kekurang mampuan guru
dalam meramu evaluasi yang dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran
di kelas tidak dapat tercapai secara maksimal.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat
mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif
memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah
bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh
siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Evaluasi pembelajaran
merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa atau siswa
yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan
atau pengamatan oleh dosen atau guru. Bentuk ujian meliputi ujian tengah
semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir.
a. Pengertian Evaluasi
Setelah proses belajar mengajar dilakukan, maka perlu adanya
evaluasi terhadap siswa. Evaluasi dilakukan untuk mengukur atau
menentukan taraf tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran.
Menurut Osman Labily mengatakan bahwa secara etimologis,
evaluasi berasal dari kata latin “evaluation” yang berarti penilaian,
penaksiran, atau pengiraan kurs. (dalam Haitami Salim, dkk, 200:
91). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa
evaluation atau evaluasi berarti tindakan atau proses untuk
menentukan nilai sesuatu. (Suharsimi Arikunto, 1993:1)
Menurut Muhibbin Syah mengatakan bahwa evalusi penilaian
terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sebuah program. (Muhibbin Syah: 2003: 195).
Senada dengan pengertian sebelumnya, Haitami Salim dan Erwin
Mahrus mengatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan nilai
sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, dengan menggunakan
instrumen, yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah,
berdasarkan atas tujuan yang jelas.
b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi Menurut Muhibbin Syah (2003: 196-197) ialah;
33
1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang siswa dalam kelompok kelasnya,
3) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakkan siswa dalam belajar,
4) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan fungsi evaluasi pembelajaran ialah;
1) Fungsi administrative untuk menyusun daftar nilai dan pengisian buku rapor.
2) Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan
3) Fungsi diasnogtik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan)
4) Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP)
5) Sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat untuk proses belajar mengajar. (Muhibbin Syah, 2003:198).
Sedangkan Menurut Oemar Hamalik (2004:145) evaluasi
dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya
menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar dengan tujuan
untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tertentu dalam kelas
c. Ragam Evaluasi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan
berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun
banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Adapun ragam evaluasi menurut Muhibbin Syah ialah sebagai
berikut;
1) Pre-tes dan Post testKegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
2) Evaluasi PrasyaratEvaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
3) Evaluasi DiagnostikEvaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang elum dikuasai oleh siswa.
4) Evaluasi NormatifEvaluasi ini dapat dipandang sebagai ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa.
5) Evaluasi SumatifRagam penilaian ini dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
6) Ujian Akhir Nasional (UAN)Ujian akhir nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Tahab Akhir Nasional) pada prinsipnya
35
sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa. (Muhibbin Syah, 2003: 199-201).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan
Metodologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan. Menurut Winarno Surachmad (2000:131),
”Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk memecahkan suatu
masalah”. Metode yang digunakan harus memungkinkan untuk memperoleh data
35
yang sesuai dengan masalah yang diselidiki.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor Metodelogi kualitatif adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. (dalam Lexy J.
Moleong (2004: 112). ”Kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen, dan lain-lain. Selanjutnya berdasarkan masalah yang ada, maka
peneliti memilih jenis penelitian Deskriptif”. Pemilihan pendekatan ini didasarkan
pada asumsi bahwa penelitian ini meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Menurut Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa ”Penelitian
deskriptif adalah prosedur yang bertujuan membuat perencanaan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
fenomena keadaan yang terjadi” (Sumadi Surya Brata, 2003: 37). Hal ini sejalan
dengan pendapat Hadari Nawawi mengatakan bahwa ”Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan (melukiskan keadaan subjek) objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan yang tampak
sebagaimana adanya” ( Hadari Nawawi, 2001: 36).
Bertolak dari penjelasan di atas, maka penulis memilih metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif sebagai cara pemecahan pada kegiatan penelitian
37
ini, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang permasalahan
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak kelas VII
MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.
B. Penentuan Sumber Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian
ini, diperlukan sejumlah data objektif dan memadai serta sumber data yang tepat.
Sumber data tersebut disebut subjek, subjeknya adalah orang-orang yang mampu
memberikan data yang objektif yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah Guru pendidikan agama Islam dan murid
kelas VII yang masih berada dalam proses belajar mengajar yang secara spesifik
mengetahui dan mengalami sampai sejauh mana interaksi belajar mengajar di
sekolah itu.
Data yang berasal dari guru pelajaran aqidah akhlak kelas VII inilah yang
nantinya akan menjawab pertanyaan yang telah peneliti susun. Data yang
diperoleh penulis dari guru akhidah akhlak kelas VII merupakan data yang utama
dan data primer.
C. Pemilihan Setting
Pemilihan setting atau lokasi di dalam suatu penelitian memegang peranan
penting untuk menjawab pertanyaan yang muncul dalam penelitian tersebut.
Selain itu Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa keterbatasan geografis dan praktis
misalnya biaya, waktu, dan tenaga perlu di pertimbangkan (Lexy J. Moleong,
2002: 8). Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
Adapaun lokasi penelitian ini akan dilaksanakan pada guru aqidah akhlak
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu
Raya. Selain itu peneliti mengambil lokasi penelitian di MTs Negeri Rasau Jaya
dengan alasan sebagai beriku;
1. Judul ini belum pernah ada yang meneliti sebelumnya, sehingga
pnelitian ini dapat menghasilkan temuan baru.
2. Masalah yang diangkat dalam penilitian ini sangat relevan dan faktual.
Oleh karena itu penelitian ini berdasarkan sebuah kenyataan dan kasus
yang benar-benar terjadi di lapangan. Hal itu dilakukan guna
menghindari adanya rekayasa dalam penelitian.
3. Judul ini berkaitan dengan pendidikan dikarenakan penulis merupakan
mahasiswa jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
yang oleh karenanya dituntut untuk meneliti hal-hal atau masalah yang
berada pada ruang lingkup Pendidikan Agama Islam.
D. Tehnik Dan Alat Pengumpul Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka
penelitian menggunakan teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung
(wawancara) dan teknik dokumentasi. Adapun alat yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah panduan observasi dan panduan wawancara.
39
1. Teknik Observasi langsung
Menurut Hadari Nawawi (1995: 94) mengatakan bahwa observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Adapun Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi langsung non partisipan. Adapun observasi non
pasrtispan ini si peneliti hanya mengamati objek yang teliti.
Dari teknik observasi langsung ini peneliti mengumpulkan data
melalui pengamatan langsung yang berkaitan dengan fokus penelitan,
pencatatan gejala-gejala yang tampak pada subjek penelitian yang
pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau
situasi yang terjadi. Seperti pada proses kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan di dalam kelas. Dalam observasi ini peneliti mengamati keadaan
yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk
mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. Dalam hal ini peneliti
langsung terjun ke lokasi penelitian.
2. Teknik komunikasi langsung (wawancara).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan diwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. ( Lexy j Moleong. 1996: 135).
Menurut Harun Rasyid (2000: 51-53) Denzim dan Spadley
berpendapat bahwa wawancara atau biasa dikenal sebagai wawancara tidak
terstruktur yaitu untuk memperoleh informasi secara mendalam dari
responden. Agar tidak kehilangan makna penelitian ini perlu dipahami
beberapa unsur pokok:
a. Berusaha masuk setting respondenb. Memahami bahasa dan budaya respondenc. Mementukan bagaimana seseorang menampilkan dirid. Memanfaatkan informasie. Berusaha memperoleh kebenaranf. Menyusun catatang. Mengumpulkan bahan-bahan empiris
Digunakan wawancara ini sebagai pengumpulan data dalam penelitian
ini karena berusaha menggali informasi sebanyak mungkin mengenai data
yang berhubungan fokus penelitian ini seperti mengenai permasalahan yang
dihadapi oleh guru dalam mengembangkan isi materi ajar, menggunakan
metode dan pelaksanaan evaluasi. Wawan cara yang dilakukan menggunakan
alat pedoman wawancara agar penggalian data tidak melebar dan menjadi
bias, selain itu peneliti menggunakan walkman agar untuk merekan seluruh
hasil wawancara yang dilakukan agar data yang di input akurat dan valid.
Adapun wawancara ini dilakukan kepada guru pendidikan agama Islam dan
murid kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya.
3. Tehnik Dokumentasi
Menurut Harun Rasyid (2000: 58) dokumentasi adalah salah satu
metode pengumpulan data non manusia secara sempit, dokumen dapat berupa
41
teks tertulis, catatan-catatan, surat pribadi, biografi, autobiografi dan
sebagainya. Selain itu menurut teknik dokumentasi diartikan teks tertulis,
catatan perintah dan lain sebagainya. Sedangkan secara luas adalah dalam arti
kata dokumen foto, recorder, dan sebagainya.
Dengan demikian dalam penelitian ini digunakan teknik dokumentasi
untuk mengumpulkan data melalui dokumen foto menggunakan kamera foto
dan pengumpulan data melalui wawancara dengan alat bantu yang diperlukan.
Penelitian ini merupakan kualitatif, maka yang menjadi alat
pengumpulan data utamanya adalah peneliti sendiri atau manusia (human
instument) karena penggalian informasi dilapangan sangat bergantung pada
kemampuan dan kepekaan peneliti.
E. Tehnik Analisa Data
Menurut Lexy J. Moleong mengatakan bahwa tehnik analisa adalah proses
pengaturan analisa data, mengorganisasikan dalam suatu pola kategori dan satuan
uraian dasar (Lexy J. Moleong, 1996: 103)
Analisa data diberikan melalui kegiatan menelah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu observasi (pengamatan), wawancara, catatan
kegiatan pembelajaran dan dokumentasi. Adapun tehnik analisis data yang
peneliti gunakan adalah tehnik analisa kualitatif, yakni tehnik analisa data tanpa
menggunakan rumus-rumus statistik. Menurut Miles dan Huberman yang dikutip
oleh Harun Rasyid mengatakan bahwa tehnik analisis data dapat ditempuh dengan
berbagai langkah, seperti pengumpulan data, mereduksi data, penyajian (display)
data, verifikasi, dan penarikan kesimpulan (Harun Rasyid, 2002: 70). Proses
analisis data dilakukan sejak awal hingga akhir tindakan diberikan. Berdasarkan
langkah-langkah tersebut, maka tehnik yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah;
1. Pengumpulan Data
Seluruh data yang terkumpul dari hasil wawancara maupun obsevasi
dibuat dalam bentuk laporan serta rangkuman guna sebagai pedoman untuk
mencari data yang akan ditampilkan lagi di lapangan agar terdapat
kontuinitasnya dari data yang didapat.
Adapun hasil wawancara dengan tehnik komunikasi langsung digunakan
untuk mengambil data tentang permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembelajaran akhidah akhlak di kelas VII dengan alat berupa pedoman
wawancara. Sedangkan observasi dilaksanakan guna mengambil data tentang
pelaksanaan proses belajar akhidah akhlah di kelas VII dengan pedoman
observasi.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
kepada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transfomasi data “kasar” yang
43
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan (Nasution, 1996: 129).
Reduksi data dilakukan dengan cara memilih data yang sesuai untuk
dianalisis, data disederhanakan, dan diabstraksikan, dan membentuk dari data
kasar menjadi penjelasan-penjelasan halus, tajam, dan terpercaya.
3. Penyajian (Display) Data
Display data ditarik sebagai seperangkat informasi terorganisir yang
memungkinkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan, pengambilan tindakan
dan merupakan bagian sekunder yang harus ada pada bagian analisis (Harun
Rasyid, 2002: 124). Langkah ini dilakukan peneliti agar data yang diperoleh
penulis tidak bertumpuk-tumpuk. Display data ini dilakukan dengan
memasukkan data ke dalam table dan memberi keterangan maupun
kesimpulan data hasil wawancara yang berkaitan dengan masalah yang
diangkat.
4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Menarik sebuah kesimpulan dari sebuah penelitian merupakan upaya
peneliti untuk mengartikan data yang telah disajikan. Pada tahap ini analisis
data telah melibatkan pemahaman peneliti untuk menjelaskan permasalahan
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran akhidah akhlak di kelas.
Dalam display data peneliti menyimpulkan hasil penelitian dengan
menggunakan hasa sendiri atau pemikiran peneliti agar agar mudah dipahami
maksudnya.
Selama mengartikan data untuk membuat kesimpulan, peneliti juga harus
melakukan verifikasi dengan cara mencari data-data baru, hal ini dilakukan
jika kesimpulan yang peneliti buat belum jelas sehingga dikhawatirkan
bersifat meragukan.
Dari proses di atas, dilakukan pada saat analisis-analisis awal maupun
setelah pengumpulan data hingga setelah hasil dicapai. Oleh sebab itu model
analisa yang dipergunakan sebagai rangkaian analisa yang susul-menyusul
maka dalam penelitian ini adalah data model interaktif sebagaimana yang
digambarkan dalam bentuk skema yang terdapat di bawah ini;
Gambar 3. 1
Analisa Data Kualitatif
Sumber: Miles dan Huberman (dalam Harun Rasyid 2002: 70)
45
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Data yang terhimpun tidak selamanya memiliki kebenaran yang sesuai
dengan fokus penelitian, bahkan mungkin masih terdapat kekurangan dan
ketidaklenkapan. Untuk menjaga kevalidan dan kemurnian data-data yang telah
diperoleh, peneliti menempuh langkah-langkah dalam mengecek informasi.
Langkah-langkah yang dimaksud adalah:
1. Perpanjang pengamatan, adalah tehnik yang dilakukan peneliti guna
melengkapi informasi yang dirasakan kurang lengkap, sehingga nantinya
tercapai data-data yang lengkap dan sesuai dengan pertanyaan penelitian.
2. Miningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara ini maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3. Trigulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu.
4. Member cek adalah mengulangi pemahaman hasil catatan yang telah
terkumpul. Hal ini dilakukan setiap akhir wawancara dengan responden.
Tehnik ini dilakukan guna memperbaiki informasi yang telah didapat.
BAB IV
PAPARAN DATA, PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya
1. Sejarah Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya
Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya pertama kali didirikan pada
tahun 1982 yang diberi nama Madrasah Tsanawiyah Al-Ikhlas Rasau Jaya
yang berstatus swasta yang didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Al-
Ikhlas kemudian dinegerikan pada tanggal 13 Mei 1997 dengan nama
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap. Setelah Rasau Jaya menjadi
kecamatan diubah lagi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan
47
46
Departemen Agama yang bertujuan diantaranya untuk melaksanakan tujuan
istitusional dan tujuan kurikuler serta tujuan intruksional.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pihak manajemen
sekolah berfungsi untuk melaksanakan sejumlah kegiatan atau tugas yang
berkaitan dibidang administrasi maupun operasi pelaksanaan pendidikan.
Tugas-tugas tersebut dijabarkan kedalam kegiatan yang bertujuan
mengarahkan semua personel guna melaksanakan tugas yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar.
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya
Adapun visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya adalah
sebagai berikut;
a. Visi MTs Negeri Rasau Jaya
Visi MTs Negeri Rasau Jaya adalah unggul dalam perolehan nilai-nilai
Islam. Dengan indicator visinya adalah:
1) Unggul dalam perolehan nilai-nilai Ujian Nasional.
2) Unggul dalam prestasi olah raga.
3) Unggul dalam prestasi kesenian.
4) Unggul dalam prestasi kepramukaan
b. Misi MTs Negeri Rasau Jaya
Misi MTs Negeri Rasau Jaya adalah sebagai berikut;
1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif
untuk meningkatkan nilai UAN
2) Mendorong dan membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi olah raga.
3) Meningkatkan prestasi pada bidang
kesenian keagamaan yang bernafaskan
Islam.
4) Menyelenggarakan kegiatan bidang
kepramukaan
3. Struktur Organisasi Sekolah
a. Organisasi Sekolah
Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka Madrasah Tsanawiyah
Negeri Rasau Jaya berfungsi untuk melaksanakan sejumlah tugas baik
yang berkaitan dengan tugas dibidang administrasi, maupun operatif
manajemen. Tugas-tugas ini dijabarkan ke dalam kegiatan yang bertujuan
mengarahkan semua personal untuk melaksanakan proses belajar
mengajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi;
1) Bidang akademik yang berkenaan dengan
49
KOMITEKepala Sekolah
Wakil Kepala SekolahBP 3
proses belajar mengajar di dalam dan di
luar sekolah.
2) Bidang ketatausahaan dan keuangan
sekolah
3) Bidang kesiswaan
4) Bidang kepegawaian/ personalia
5) Bidang peralatan pengajaran
6) Bidang perlengkapan sekolah
7) Bidang hubungan sekolah masyarakat
Pelaksanaan tugas-tugas tersebut di atas menjadi tanggung jawab
kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dibantu oleh pengelola
pendidikan lainnya.
b. Struktur Organisasi Sekolah
Adapun struktur organisasi MTs Negeri Rasau Jaya tampak seperti
gambar/skema sebagai berikut;
Gambar 4.1
Stuktur Organisasi MTs Negeri Rasau Jaya
Urusan Ekstrakurikuler
Urusan Humas
Urusan Kepegawaian
Urusan Kurikulum
Urusan Sarana/ Prasarana
Urusan Kesiswaan
Guru - guruKoordinator BK
Siswa
Sumber TU MTs Negeri Rasau Jaya
4. Data Siswa
Adapun data siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya ialah
sebagai berikut;
Tabel 4.1
Data Siswa
NO
KLS VII KLS VIII KLS IX JUMLAH TOTAL
Rum bel
L/P JMH L/P JMH L/P JMH L/P JMH
L P L P L P L P
1 41 33 74 61 30 91 24 41 65 126 104 2309
5. Data Guru
Adapun data guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya ialah sebagai
berikut;
Tabel 4.2
Data Guru
51
No NAMA DAN NIPPGKT /GOL
Tetala L/P Status Mapel
1MUSTAKIM S,Ag NIP150323659
Pembina / III C Grobongan, 4 Desember 1974 L PNS
1. Qur'an Hadist 2. Mulok
2MARFUNGAH,S,Ag NIP196905121998032002
Penata / III C Bantul, 12 Mei 1969 P PNS 1. Bahasa Inggris
3M. DAHRONI, S.Pd NIP.150323654
Penata Muda TK.1/ III B
Yogyakarta, 20 Juli 1971 L PNS 1.Pend Jasmani
4Drs. PRACOYO NIP.196710201993031003
Pembina / IV A Pontianak, 20 Oktober 1967 L PNS
1. IPS Terpadu 2. Aqidah Akhlaq
5MA'RUF, BA NIP.196012121986031011
Pembina / IV A Jombang, 12 Desember 1960 L PNS 1. Bhs Arab
3. Mulok BTA
6SUHANTO, SPd NIP. 196807212003121001
Penata / III C Banjarnegara, 21 Juli 1968 L PNS 1. Bhs Indonesia
7MUHAMMAD S.Ag NIP.197502022003121002
Penata Muda TK.1/ III B
Tanjung Saleh, 2 Februari 1975 L PNS 1.Fiqih
2. Aqidah Akhlaq
8MULYADI,S.Pd NIP.197202222005011006
Penata Muda TK 1 / III B
Pontianak, 22 Pebruari 72 L PNS 1.IPS Terpadu
9MUHAMMAD S.Pd
NIP.197207192005011002
Penata
Muda TK
1 / III B
Padang Tikar, 19 Juli 72 L PNS 1. Matematika
10DIANA YUNIASIH, S,Pd
NIP.150379012
Penata
Muda / III
A
Magetan, 13 Mei 1979 P PNS 1. IPA Terpadu
11SEMILAH, S.Pd
NIP.150380906
Penata
Muda / III
A
Sidodadi, 10 April 1978 P PNS 1. BP/BK
12WIJI YATMINI, S.Ag
NIP.15039658
Penata
Muda / III
A
Sragen, 26 Nopember 1976 L PNS 1. PPKn
2. SKI
13PARKINTO,SE, M.Pd
NIP.196606161998031003
Penata
Muda Tk 1/
III B
Banjarnegara, 16 Juni 1966 L PNS
14AGUS LUTFI
NIP.197008301998031006
Pengatur II
C
Tegal,
30 Agustus 1970L PNS
15SUWARTO, BA
NIP.15040482
Pengatur II
CPonorogo, 5 Nopember 1963 L PNS
16AMIRUDIN
NIP.197408181999031003
Pengatur
Muda / II BTeluk Pakedai, 18 Agustus 1974 L PNS
17BAHRUDIN
NIP.150400467Juru / I C Tegal, 29 Juli 1964 L CPNS
18HAMDI UBADILAH,S.Pd.I
Pontianak, 07 Nopember 1965 L GTT 1. Bahasa Arab
2. Mulok B. Arab
19 ABDUL MANAN, S.Ag Tegal, 16 Januari 1975 L GTT 1. Seni Budaya
20 WIJI ASTUTI, SPd Purworejo, 18-Sep-79 P GTT 1. Bahasa Inggris
21 HENDRI SUSANTI, SPd Gunung Batin, 5 Nop 1982 P GTT 1. Matematika
22 HARIFIN, S.PdI Sui Asam, 3 Agustus 1978 L GTT 1. TIK
23 NURA'INI, S.Pd Pontianak, 26 Pebruari 1988 P GTT 1. IPA Terpadu
24 FATHANSYAH, A.Ma Pontianak, 2 Nopember 1984 L GTT 1. TIK
2. Seni Budaya
25 SUTRIANA, S.Pd.I Arang Limbung, 3 Maret 1977 P GTT 1. SKI
26 FIRMANSYAH, S.Pd Pontianak, 15 September 1984 L GTT 1. Bhs Indonesia
27 M. MASRUR Rasau Jaya, 12 Juli 1982 L GTT 1. Qur'an Hadits
28 MASYKUR Temanggung, 7 Pebruari 62 L PTT
29 WIYOTO Klaten, 7 Agustus 1950 L GK
30 JAKA APRIYADI Parit Karya Baru,
28 April 1990 GK
31 SUWONO Ponorogo, 6 Agustus 1963 GK
6. Keadan Bangunan dan Ruangan
a. Bangunan dan Gedung
Keadaan bangunan gedung Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau
Jaya dapat dikatakan bersifat permanent, selain itu keadaan bangunan
53
juga dalam keadaan baik dan terawat serta tertata rapi baik bentuk
maupun susunan ruangan belajar dan lingkungan sekitar.
Adapun bangunan MTs Negeri Rasau Jaya terdiri dari satu lantai
yang berbentuk “n” di tengah-tengah bangunan ada halaman yang bisa
dipergunakan untuk upacara, olah raga dan berbagai kegiatan lainnya
sebagai penunjang proses belajar mengajar.
Alokasi pembinaan ruang belajar dilakukan antar kelas dengan
pembagian kelas seperti berbanjar, ini dimaksudkan agar mempermudah
proses dan pengawasan dalam proses belajar mengajar (PBM), serta
untuk perawatan terhadap ruang gedung belajar maupun sarana
pembelajaran agar terkoordinir dengan lebih objektif dan lebih afektif.
b. Keadaan Bangunan
Keadaan bangunan MTs Negeri Rasau Jaya dalam keadaan baik dan
bersih, hanya saja ada sebagian kecil banguan yang tergolong bangunan
lama, tetapi secara umum banguna MTs Negeri Rasau Jaya layak untuk
diadakan proses belajar mengajar.
c. Keaadaan Ruangan
Segala faktor penunjang proses belajar mengajar (PBM) di MTs
Negeri Rasau Jaya masih dirasakan kurang memadai bila dibandingkan
dengan jumlah siswa/siswi serta tuntunan kurikulum yang mengharuskan
para guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan berbagai
media, alat peraga maupun alat praktek dan pembelajaran.
Secara garis besar fasilitas gedung dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1). Ruang Belajar : 9 Unit (baik)
2). Ruang Kepala Sekolah : 1 Unit (baik)
3). Ruang Kesekretariatan & Pengawas : 1 Unit (baik)
4). Ruang kantor : 1 Unit (baik)
5). Ruang Guru : 1 Unit (baik)
6). Ruang Perpustakaan : 1 Unit (baik)
7). Laboratorium : 1 Unit (baik)
8). Mushalla : 1 Unit (baik)
9). Lapangan Olah Raga : 2 Unit (baik)
10). Gudang : 1 Unit (baik)
11). Kantin : 1 Unit (baik)
12). WC : 3 Unit (baik)
13). Parkiran : 1 Unit (baik)
d. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru pelajaran Aqidah Ahklak,
55
dan siswa kelas VII di MTs Negeri Rasau Jaya. Di bawah ini akan
diuraikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh guru Akhidah Akhlak
kelas VII di MTs Negeri Rasau Jaya Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten
Kubu Raya.
B. Paparan Data
1. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengembangkan
Materi Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau
Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis
tanggal 19 Agustus 2010. Adapun data yang dihasilkan dari informan peneliti
ialah sumber bahan ajar yang digunakan dari Kurikulum Kementrian Agama
dan juga buku-buku yang sesuai dengan kurikulum tersebut seperti buku
Aqidah Akhlak karangan PT. Toha Putra dan Erlangga. Materi-materi yang
diajarkan dalam pembelajaran Akidah Akhlak untuk kelas VII MTs Negeri
Rasau Jaya sesuai dengan buku panduan yang digunakan guru ialah Tentang
Akidah Islam, Sifat-sifat Allah, Akhlak Terpuji Kepada Allah SWT, Asmaul
Husna, Tentang Mahkluk Ghaib, dan Akhlak Tercela Kepada Allah SWT.
Kurikulum yang dimaksud ialah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siswa, kegiatan tersebut sebagian besar ialah menyajikan bahan pelajaran agar
siswa menerima, menguasai, mengembangkan dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Analisis kurikulum dilakukan untuk menentukan
kompetensi mana yang memerlukan materi ajar dengan cara mempelajari
standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang menandai bahwa suatu
kompetensi dasar telah dicapai, materi pokok, dan pengalaman belajar yang
akan dilakukan oleh peserta didik.
Sedangkan problem atau permasalahan yang dihadapi guru dalam
mengembangkan isi materi pembelajaran ialah kesulitan guru dalam
menyesuaikan isi materi dengan kemampuan anak terutama yang
berhubungan dengan hal-hal yang ghaib atau hal-hal yang tidak dapat dicerna
oleh pikiran dan penglihatan sehingga kesulitan guru dalam mengaitkan
dengan kehidupan nyata. Karena materi yang ghaib atau yang tak dapat
ditangkap oleh panca indra sangat rumit untuk dijelaskan secara detail dan
seksama, sehingga pada materi ini guru diharuskan memiliki kemampuan
pengasaan yang lebih dan membutuhkan referensi yang banyak agar
penjelasan yang diberikan oleh guru mudah dicerna dengan baik oleh siswa.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Agustus
2010, terlihat bahwa guru tidak melakukan pengembangan materi. Materi
pembelajaran yang guru gunakan masih bersumber dari buku paket tanpa ada
pengembangan materi baik secara kontekstual maupun pengalaman hidup
sehari-hari. Walaupun materi pembelajaran telah sesuai dengan kurikulum
tapi belum tentu muatan materi yang terkandung mudah diresapi oleh
kehidupan nyata sehari-hari anak didik.
57
2. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Menerapkan Metode
Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya
Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis
tanggal 19 Agustus 2010 pukul 08.30 pagi guru yang bersangkutan. Adapun
data yang dihasilkan dari informan peneliti ialah metode yang digunakan oleh
guru disesuaikan dengan isi materi pembelajaran dan metode yang sering
digunakan guru adalah metode ceramah dan permainan.
Hal ini sama dengan yang diutarakan Eri Karlito wawancara pada 19
Agustus 2010, dia juga mengatakan bahwa guru menggunakan metode cerama
terkadang juga dengan permainan, namun guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah dengan cara menjelaskan pelajaran yang ada dalam buku
pelajaran sehingga pelajaran yang disampaikan tidak dapat dipahami secara
mendalam.
Adapun hambatan yang sering dihadapi guru dalam menentukan metode
pembelajaran, menurut guru Akidah Ahklak kelas VII hal yang paling sulit
ialah ketika menentukan metode untuk materi-materi yang berhubungan
dengan hal-hal yang ghaib. Karena kesulitan menggunakan metode maka guru
memberikan contoh-contoh yang bisa dicerna oleh akal, pikiran siswa.
3. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengevaluasi
Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya
Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru yang
bersangkutan pada hari Kamis tanggal 19 Agustus 2010. Adapun data yang
dihasilkan dari informan peneliti ialah jenis evaluasi yang digunakan adalah
permainan, Tanya jawab, ulangan harian, pilihan ganda dan essay. Dalam
proses belajar mengajar guru kadang melaksanakan evaluasi di akhir
pembelajaran namun terkadang juga tidak.
Dalam pelaksanaan evaluasi guru mengalami beberapa masalah yaitu
waktu yang kurang atau pendek dalam pelaksanaan evaluasi sehingga
pelaksanaan evaluasi proses terkendalan dan guru banyak memberikan PR
ketika evaluasi tersebut tidak terlaksana. Untuk mencapai hasil yang optimal
dalam pembelajaran maka guru memberikan remedial agar pembelajaran yang
diberikan tetap diingat.
Selain melakukan wawancara dengan guru peneliti juga melakukan
wawancara dengan murid mereka mengatakan guru terkadang melaksanakan
evaluasi setelah pembelajaran terkadang juga tidak. Dalam evaluasi yang di
gunakan guru banyak memberikan esay-esay pertanyaan tapi terkadang
dengan mengisi LKS yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.
Dari hasil wawancara yang dilakukan tidak hanya penyampaian materi
saja guru yang berpaku kepada buku, evaluasi yang dilakukan pun juga masih
59
mengandalkan LKS sehinggan waktu untuk evaluasi tidak mencukupi.
C. Pembahasan
1. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengembangkan
Materi Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau
Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan paparan data pada bab sebelumnya dapat kita ketahui
bahwa guru aqidah akhlak kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya kurang
menguasai tehnik penyampaian materi pembelajaran dikarenakan kurangnya
penguasaan lebih terhadap materi yang ghaib sehingga murid mengalami
kesulitan dalam memahami yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan.
Bahan pelajaran atau materi pembelajaran adalah substansi yang akan
disampaikan dalam proses belajar mengajar. Menurut Suharsimi Arikunto
dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006: 43) bahan pelajaran merupakan unsur
inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan
pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
Sedangkan menurut Inoe mengatakan bahwa sumber belajar ditetapkan
sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media,
yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari
kurikulum. (http://andhysastera.blogspot.com). Materi atau sumber
pembelajaran yang disusun di MTs Negeri Rasau Jaya disesuaikan dengan
kurikulum kementrian agama dan buku-buku yang sesuai dengan kurikulum
tersebut.
Kurikulum menurut Samsul Nizar adalah merupakan landasan yang
digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya kea rah tujuan
pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental (Samsul Nizar, 2002: 56)
Sedangkan Mohammd Al-Syaibany (dalam Samsul Nizar, 2002: 57-58)
mengemukakan asas-asas kurikulum pendidikan Islam itu sendiri adalah
sebagai berikut;
a. Asas Agama, seluruh sistem yang ada dalam
masyarakat Islam, termasuk system pendidikannya
harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan
kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi
Aqidah, ibadah, muamalat dan hubungan-
hubungan yang berlaku di dalam masyarakat.
b. Asas Falsafah, dasar ini memberikan arah dan
kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar
filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan
Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari
sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang
diyakini kebenerannya.
c. Asas Psikologis, asas ini memberi arti bahwa
61
kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun
dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak
didik.
d. Asas Sosial, pembentukan kurikulum Pendidikan
Islam harus mengacu ke arah realisasi individu
dalam masyarakat.
Materi pembelajaran yang disusun harus mengacu kepada kurikulum
pendidikan agama Islam agar hakikat tujuan pendidikan agama Islam dapat
tercapai secara optimal. Analisis kurikulum ini dilakukan untuk menentukan
kompetensi mana yang memerlukan materi ajar dengan cara mempelajari
standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang menandai bahwa suatu
kompetensi dasar telah dicapai, materi pokok, dan pengalaman belajar yang
akan dilakukan oleh peserta didik.
Mengenai materi atau bahan ajar Zakiah Derajat (1996: 262)
beranggapan bahwa bahan pelajaran itu adalah sebagai alat untuk
mengembangkan intelektual, keterampilan, norma dan sikap.
Bahan ajar atau materi pembelajaran agama tidak diragukan lagi banyak
mengandung nilai-nilai agama bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau
disampaikan atau disajikan dengan cara yang kurang wajar tidak mustahil
anak akan merasa tidak senang pada pembelajaran agama serta tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.
Menurut Ahmad Sudrajat ada beberapa prinsip dalan memilih materi ajar
diantaranya adalah Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran
meliputi: (a) prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan
memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar, (b) konsistensi artinya adanya kesenjagan antara bahan ajar dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus
diajarkan juga harus meliputi empat macam, dan (c) kecukupan artinya materi
yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak
boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak
akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Itulah beberapa
prinsip yang harus dikuasai oleh guru dalam menentukan materi ajar.
Selain itu Ahmad Sudrajat menambahkan secara garis besarnya, dalam
memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu: (a) Strategi
penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar
oleh siswa;
a. Strategi penyampaian bahan ajar / materi pembelajaran oleh guru
63
Adapun strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya:
1) Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
2) Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi
pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1) Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
2) Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi
65
prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
3) Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4) Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
Selain itu hal yang paling penting dilakukan oleh guru agar memudahkan
siswa dalam mencerna isi materi pembelajaran maka guru harus
mengembangkam materi pembelajaran secara kontekstual. Pengembangan
bahan ajar atau materi adalah bagaimana guru dapat menerjemahkan SK dan
KD, menetapkan, dan merumuskannya materi atau bahan pelajaran dalam
kegiatan pembelajarannya maupun evaluasinya. Kegiatan ini akan tercermin
dan tertuang dalam kurikulum yang dibuat oleh guru atau sekolah dalam
silabusnya. (http://mgmpseni.wordpress.com).
Pengembangan materi secara kontekstual perlu dilakukan oleh guru
agar siswa dapat memahami konsep materi dan mengaitkan dengan
kehidupan sehari-hari dengan seperti ini pembelajaran akan lebih bermakna
sebagai mana yang diungkapkan oleh Trianto (2008: 20) mengatakan bahwa
materi pembelajaran perlu dikembangkan secara kontekstual karena
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya daplam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan
penilaian autentik
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap
bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat
menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum
memiliki pengetahuan dasar mengenai materi yang disampaikan di kelas.
67
Maka dari itu butuh penunjang seperti fasilitas pembelajaran baik berupa
media pembelajaran maupun referensi buku-buku yang mencukupi untuk
siswa atau anak didik.
Jadi, dalam pengembangan materi ajar sangat membutuhkan adanya
kemampuan guru dalam menyampaikan isi materi serta memiliki kemampuan
terhadap penguasaan materi pelajaran sehingga akan mempermudah proses
tranformasi pengetahuan dan mempermudah siswa dalam memahami materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar di
kelas.
2. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Menerapkan Metode
Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya
Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat
untuk mengantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-
citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan
Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau
cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik (Samsul
Nizar, 2002: 65). Ini menandakan bahwa metode sangat penting untuk
dikuasai oleh guru, karena tersampaikannya materi dengan baik atau tidak
tergantung metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran di kelas. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis
dapat menyebabkan materi tidak dapat tersampaikan secara optimal hal
tersebut akan menghambat proses belajar mengajar.
Menurut M. Arif mengatakan bahwa metode ditinjau dari segi
kebahasaan, kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang
yeng terdiri dari kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang
berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui (dalam Haitami
Salim, dkk, 2006: 81).
Sedangkan menurut Abdul Munir Mulkan (dalam Samsul Nizar,
2002: 66) mengatakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau
bahan pendidikan kepada anak didik. Selaras itu Zakiah Daradjat (1996:
61) mengatkan bahwa metode ngajar adalah suatu tehnik penyampaian
bahan pelajaran kepada murid.
Perlu dipahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan Islam
pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan
mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan
Islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk
dikembangkan. Sikap kurang hati-hati inilah dapat menyebabkan
hilangnya arah peserta didik dari fitrahnya.
Menurut An-Nahlawi (Dalam Samsul Nizar, 2002: 73)
mengemukakan metode yang paling penting dalam pendidikan Islam,
69
yaitu;
a. Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi.b. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.c. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan
Nabawi.d. Mendidik dengan memberi teladan.e. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.f. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan
mauidhah (peringatan).g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan
tarhib (membuat takut.
Adapun metode yang sering digunakan oleh guru mata pelajaran
Akidah Ahklak ialah metode ceramah dan bermain. Metode ceramah
yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman
siswa.
Dalam penggunaan metode menurut M.arifin (1987: 99) mengatakan
bahwa persoalan terpenting yang harus dilihat oleh para pendidik adalah
prinsip bahwa penggunaan metode dalam proses kependidikan Islam harus
mampu membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi
manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya, sehingga
tergambar dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Dari hal tersebut di atas apapun metode yang digunakan haruslah mampu
membawa perubahan terhadap anak didik baik dari ilmu pengetahuan maupun
sikap dan kepribadiannya. Kita jug harus mengetahui bahwa tidak semua
metode yang kita terapkan itu dapat digunakan pada semua materi maupun
semua murid yang akan kita ajarkan.
Menurut Zakiah Daradjat (1996: 141) mengatakan bahwa fasilitas adalah
segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Fasilitas dapat dibagi dua, yaitu;
a. Fasilitas yang besifat fisik, seperti tempat dan perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, dan perpustakaan, tempat dan perlengkapan berbagai praktikum laboratorium atau keterampilan kesenian, keagamaan dan olahraga.
b. Fasilitas yang bersifat non fisik, seperti “ruang gerak”, waktu, kesempatan, biaya dan berbagai aturan serta kebijaksanaan pimpinan sekolah.
Fasilitas-fasilitas tersebut harus diperhitungkan dalam menetapkan
metode-metode, karena terdapat metode-metode yang dapat dilaksanakan
dengan fasilitas minim, tetapi ada pula metode-metode yang terakhir ini tidak
mungkin dilaksanakan. Di samping itu guru harus mengenal betul-betul
terhadp fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat di sekolah dan mengetahui
cara mempergunakannya.
3. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengevaluasi
Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya
Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
71
Evaluasi pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam
pembelajaran karena pelaksanaan evaluasi bagian dari pengukuran terhadap
tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar dan keberhasilan
guru dalam menerapkan proses belajar mengajarnya dikelas.
Menurut Ngalim Purwanto (2006: 3) mengatakan bahwa evaluasi
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk
membuat keputusan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah mengatakan
bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
(Muhibbin Syah: 2003: 195).
Tujuan evaluasi Menurut Muhibbin Syah (2003: 196-197) ialah;
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang siswa dalam kelompok kelasnya,
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar,
d. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan menurt Muchtar Buchori (dalam Chabib Toha, 1991: 6)
mengemukkan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada dua, yaitu
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efisien metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu.
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan
berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun
banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Adapun ragam evaluasi menurut Muhibbin Syah (2003: 199-201) ialah
sebagai berikut;
a. Pre-tes dan Post test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
b. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang elum dikuasai oleh siswa.
d. Evaluasi Normatif
Evaluasi ini dapat dipandang sebagai ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa.
e. Evaluasi Sumatif
73
Ragam penilaian ini dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
f. Ujian Akhir Nasional (UAN)
Ujian akhir nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Tahab Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
Sedangkan jenis evaluasi yang digunakan di sekolah MTs Negeri Rasau
Jaya ialah permainan, Tanya jawab, ulangan harian, pilihan ganda dan essay.
Evaluasi ini biasanya terletak pada proses belajar mengajar di kelas, ada pula
yang digunakan untuk penentu nilai akhir belajar seperti ulangan harian, MID
semester dan ulangan kenaikan kelas.
Hal yang paling rumit dalam membuat evaluasi pada saat proses ialah
materi mengenai hal-hal ghaib ini membutuhkan penjabaran yang lebih luas
dan komprehensif dalam waktu yang singkat sulit untuk dapat memahami isi
materi secara optimal.
Menurut Ngalim Purwanto (2006: 23-25) mengatakan bahwa ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil
belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang
telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau keterampilan siswa yang
diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Adapun prinsip dasar tersebut adalah;
a. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur
secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan seuai dengan tujuan intruksional.
b. Mengukur sample yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan
c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
d. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
e. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.
f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
D. Temuan Penelitian
Pada saat peneliti melaksanakan observasi ke lokasi penelitian ada beberapa
tumuan di antaranya yaitu;
1. Guru mengajar dengan menggunakan media yang masih sederhana
yaitu kapur, papan tulis dan buku ajar.
2. Minimnya fasilitas pembelajaran sangat menyulitkan guru untuk
mencapai tujun pembelajaran secara optimal.
3. Buku-buku yang terdapat di perpustakaan kebanyakan buku paket
dan tidak ada buku-buku untuk pengembangan pengetahuan baik
bidang fiqih, akhidah, tafsi dan lain sebagainya.
75
73
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan paparan data yang peneliti kemukakan pada bab-bab
sebelumnya maka dapat peneliti simpulkan bahwa;
1. Permasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan materi
pelajaran akhidah akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Materi merupakan
yang paling penting dalam menentukan arah potensi anak didik
dan tujuan pembelajaran itu sendiri. Di sekolah MTs Negeri Rasau
Jaya belum melakukan pengembangan materi tetapi hanya
berpatokan pada buku ajar saja sehingga penyampaian materi yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar mengalami kesulitan
untuk dicerna dengan baik oleh siswa.
2. Permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode
pelajaran akhidah akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya ialah guru masih
menggunakan metode ceramah (metode pembelajaran klasik),
selain itu kurang luasnya pemahaman guru mengenai metode-
metode pembelajaran sehingga guru mengalami kesulitan dalam
menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan untuk
materi-materi yang berhubungan dengan hal-hal ghaib, pada
khususnya.
3. Permasalahan yang dihadapi guru dalam mengevaluasi pelajaran
akhidah akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di
Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya ialah kurangnya
referensi atau buku-buku penunjang dalam pembelajaran sehingga
guru kesulitan dalam memberikan evaluasi yang reliable dengan
konteks hari ini. Selain itu keterbatasan waktu dalam memberikan
evaluasi kepada peserta didik. Adapun jenis evaluasi yang sering
digunakan oleh guru adalah permainan, tanya jawab, ulangan
harian, essay dan pilihan ganda.
B. SARAN
1. Seorang guru harus menguasai komponen pembelajaran baik
metode, strategi, dan materi pembelajaran yang akan disampaikan
agar potensi anak didik dapat tergali sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal.
2. Untuk mahasiswa yang masih bergelu di dunia pendidikan
teruslah memacu semangat serta giat-giatlah dalam mencari dan
77
menemukan referensi-referensi baru mengenai pendidikan
sehingga ketika terjun didunia pendidikan sudah memiliki bekal
yang cukup.
3. Untuk pihak sekolah agar pelaksanaan pendidikan berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan harapan maka pihak sekolah harus
menyediakan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan guru dan buku-
buku yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata. (2006), Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Abu Baiquni, dkk, (1995), Kamus Istilah Umum dan Agama, Arkola: Surabaya.
Ali Sabri, (1999), Ilmu Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta.
Ana Rosilawati. (2008), Profesionalisme Keguruan. STAIN Pontianak Press: Pontianak
Basyiruddin Usman, 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Pers: Jakarta. ed. Abdul Halim
Chabib Thoha, (1991), Tehnik Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada: Jakarta
Departemen Agama, (1993) Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasaha Tsnawiyah Mata Pelajaran Aqidaj Akhlak. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Dick dan Carey, (1996), Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya
75
Hadari Nawawi. (1995). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Haitami Salim & Erwin Mahrus. (2006), Filsafat Pendidikan Islam. STAIN Pontianak Press: Pontianak.
Harun Rasyid, 2002. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Sosial dan Agama, Pontianak: Kopma STAIN Pontianak.
Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, RajaGrafindo Persada : Jakarta
Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar, (2004), Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara: Jakarta
Ilyas Yunahar, (2004), Materi Aqidah Islam, LPPI: Yogyakarta.
Karim, (1980), Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Khaeruddin, (2002), Ilmu Pendidikan Islam, Yayasan Fatiya: Makasar.
Khoiron Rosyadi, (2004), Pendidikan Profetik, Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Lexy J. Moloeng. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
M.Arifin, (187) Filsafat Pendidikan Islam, Bina Aksara: Jakarta
----------------------, (2004). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Nana Sudjana, (1998), Dasar-Dasar Proses Bekajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo: Bandung.
Ngalim Purwanto, (2006), Prinsip-Prinsip Dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
79
--------------------, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nur Uhbiayati, (1999), Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia: Bandung
Pius Abdillah P. 2008, Kamus Ilmiah Lengkap, Arkola: Surabaya
Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, (2007), Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Islam, Refika Aditama: Bandung
Romizowski, (1986), Oxford Advenced Learners’s Dictionary, Oxford University Press: Printed in China
Samsul Nizar, ( 2002), Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers: JakartaSoetjipto & Raflis Kosasi. (2007), Profesi Keguruan, Rineka Cipta: Jakarta
Suryobroto, (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta: Jakarta
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Sinar Grafika: Jakarta
Zakiah Daradjat, (1996), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara: Jakarta
Referensi Internet
Abide, (2009), Akhidah Akhlak, [online] terlihat diakses pada tanggal 14 Maret 2010 dikutip dari alamat http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/
Akhmad Sudrajat, (2008), Konsep Pengembangan Bahan Ajar (online) terlihat diakses tanggal 1 September 2010 dikutip dari alamat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2
Inoe, http://andhysastera.blogspot.com
Suharto, (2010), Pengembangan Materi dan Kegiatan Pembelajarannya Dalam KTSP Bidang Seni Musik, (online) terlihat diakses tanggal 22 September 2010
dikutip dari alamat http://www.thesuharto.com/2009/03/pengembangan-materi-dan-kegiatan.html.
KISI – KISI PEDOMAN WAWANCARA
No Fokus Wawancara Aspek Focus Wawancara Item
1. Permasalahan yang
dihadapi guru dalam
mengembangkan
materi pelajaran
akhidah akhlak.
1. Sumber
bahan
ajar yang
digunaka
n guru
dalam
pembelaj
aran
aqidah
akhlak.
2. Permasal
ahan
yang
dihadapi
guru
1-2
3-5
81
dalam
mengem
bangkan
bahan
palajaran
atau
materi
dalam
pembelaj
aran
akhidh
akhlak.2. Permasalahan yang
dihadapi guru dalam
menerapkan metode
pelajaran akhidah
akhlak.
3. Metode
yang
digunaka
n guru
dalam
pembelaj
aran
akhidah
akhlak.
4. Permasal
ahan
yang
dihadapi
guru
dalam
penerapa
n metode
6-7
8-10
pembelaj
aran
akhidah
akhlak.3. Permasalahan yang
dihadapi guru dalam
mengevaluasi pelajaran
akhidah akhlak
5. Jenis
Evaluasi
yang
digunaka
n guru
dalam
pembelaj
aran
akidah
ahlak.
6. Permasal
ahan
yang
dihadapi
guru
dalam
melaksa
nakan
evaluasi
pemblaja
ran
akidah
akhlak
11-12
13-15
83
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Nama Informan :
Tanggal/ Jam :
Tempat :
Materi
1. Dari mana saja sumber bahan ajar yang bapak gunakan dalam pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
2. Apakah sumber bahan ajar yang digunakan bapak dalam pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya sudah sesuai dengan
kurikulum KTSP?
3. Apa saja materi yang disampaikan di dalam pelaksanaan pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
4. Apakah bapak melakukan pengembangan materi pembelajaran?
5. Kendala atau apa saja yang dihadapi bapak dalam mengembangkan materi
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Metode
6. Metode apa saja yang digunakan bapak dalam pelaksanaan pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
7. Apakah bapak selalu menggunakan metode setiap pembelajaran akhidah
akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
8. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menentukan metode yang
akan digunakan pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri
Rasau Jaya?
9. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menggunakan metode pada
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
10. Solusi apa saja yang digunakan bapak dalam meminimalisir dalam
menghadapi permasalahan pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII
MTs Negeri Rasau Jaya?
Evaluasi
11. Alat evaluasi apa yang digunakan bapak ketika memberikan pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
12. Jenis evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
13. Masalah apa saja yang dihadapi bapak dalam melaksanakan evaluasi pada
pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
14. Cara apa saja yang digunakan bapak dalam pembelajaran aqidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
15. Tindak lanjut dari hasil evaluasi apa yang dilakukan ketika usai memberikan
pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
85
HASIL WAWANCARA MURID
Nama Informan :
Tanggal/ Jam :
Tempat :
Materi
1. Sumber belajar/ bahan ajar apa saja yang digunakan guru dalam penyampaian
materi pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?
2. Apa kamu senang terhadap penyampaian guru terhadap materi pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas?
3. Materi apa saja yang guru anda ajarkan pada pembelajaran akhidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
4. Menurutmu apa saja kendala guru dalam memilih sumber ajar / bahan ajar pada
pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Metode
5. Apakah gurumu menggunakan metode pada saat pembelajaran akhidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
6. Metode apa saja yang biasa digunakan guru pada pembelajaran akhidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
7. Menurutmu apakah ada hambatan yang dihadapi guru dalam menggunakan
metode pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
8. Menurutmu apakah ada hambatan selama guru menggunakan metode dalam
pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Evaluasi
9. Apakah ketika guru usai menyampaikan materi, apakah guru selalu melaksanakan
evaluasi pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?
10. Jenis evaluasi apa saja yang sering guru gunakan pada pembelajaran akhidah
akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
11. Menurutmu kendala atau masalah apa saja yang dihadapi guru dalam
melasanakan evaluasi pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?
12. Apakah guru melaksanakan tindak lanjut setelah evaluasi yang dilaksanakan pada
pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?
13. Apa bentuk RTL yang dilakukan guru pada pembelajaran akhidah akhlak di
Kelas?
87
PEDOMAN WAWANCARA WAKA KURIKULUM
Nama Informan :
Tanggal/ Jam :
Tempat :
Materi
1. Menurut anda apakah guru aqidah akhlak telah mengajar pelajaran aqidah
akhlak dengan meteri yang sesuai dengan kurikulum?
2. Apakah anda mengetahui tentang keluhan-keluhan guru pelajaran aqidah
akhlak mengenai materi yang disampaikan?
3. Menurut anda kendala apa saja yang dihadapi guru aqidah akhlak?
Metode
4. Pernahkah anda melihat guru aqidah akhlak mengajar menggunakan metode
pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
5. Metode apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?
6. Sudah sesuaikah metode yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?
7. Menurut anda permasalahan apa yang dihadapi guru aqidah akhlak dalam
menggunakan metode?
Evaluasi
8. Menurut anda evaluasi jenis apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?
9. Apakah guru aqidah akhlak selalu memberikan evaluasi setelah usai
pembelajaran?
10. Kendala apa saja yang dihaapi guru aqidah akhlak dalam melaksanakan
evaluasi?
11. Solusi apa yang tepat menurut anda dalam mengatasi masalah tersebut?
HASIL WAWANCARA GURU
Nama Informan : Muhammad, S.Ag
Tanggal/ Jam : Kamis, 19 Agustus 2010 Jam / 08.20 Wib
Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya
Materi
16. Dari mana saja sumber bahan ajar yang bapak gunakan dalam pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Sumber belajar dari Kurikulum Kementrian Agama dan menggunakan
buku-buku yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Seperti buku aqidah akhlak
terbitan PT. Toha Putra, Erlangga, dll.
17. Apakah sumber bahan ajar yang digunakan bapak dalam pembelajaran
akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya sudah sesuai dengan
kurikulum KTSP?
Jawaban: Mengenai materi sudah namun buku yang saya gunakan masih
kurikulum 1994 dan 2004.
18. Apa saja materi yang disampaikan di dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah
akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Tentang Aqidah Islam, Sifat-sifat Allah, akhlak terpuji pada Allah,
Asmaul Husna, Tentang Mahluk Ghaib, dan akhlak tercela kepada Allah.
19. Apakah bapak melakukan pengembangan materi pembelajaran?
Jawaban: Terkadang iya terkadang juga tidak
20. Kendala atau apa saja yang dihadapi bapak dalam mengembangkan materi
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Pertama, Problem yang dihadapi ialah menyesuaikan materi dengan
89
kemampuan anak didik terutama yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat
ghaib sehingga sulitmencontohkan dalam kehidupan nyata, dan kedua, Fasilitas
yang belum memadai seperti buku-buku yang belum lengkap dan alat-alat
elektroni atau media pembelajaran yang belum memadai (masih terbatas )
sehingga informasi mengenai materi yang akan dikembangkan mengalami
kesulitan.
Metode
21. Metode apa saja yang digunakan bapak dalam pelaksanaan pembelajaran
akidah aqlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Ceramah dan Permainan
22. Apakah bapak selalu menggunakan metode setiap pembelajaran aqidah
akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Disesuai dengan materi tapi yang paling sering mengguakan metode
ceramah
23. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menentukan metode yang
akan digunakan pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri
Rasau Jaya?
Jawaban: Hambatan dialami hanya mengenai fasilitas dan kemampuan anak
yang tidak sama (tidak merata)
24. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menggunakan metode pada
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Menyampaikan materi yang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib
25. Solusi apa saja yang digunakan bapak dalam meminimalisir dalam
menghadapi permasalahan pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII
MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Memberikan contoh-contoh yang bias diccerna oleh akal pikiran anak
Evaluasi
26. Alat evaluasi apa yang digunakan bapak ketika memberikan pembelajaran
aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Tanya jawab dan LKS
27. Jenis evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Jenis evaluasi yang saya gunakan ialah permainan, tanya jawab,
ulangan harian, dan pilihan ganda dan essay
28. Masalah apa saja yang dihadapi bapak dalam melaksanakan evaluasi pada
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Buku-buku yang tidak memadai, dan waktu yang tersedia kurang
29. Cara apa saja yang digunakan bapak dalam pembelajaran aqidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Tatap muka dan nonton film yang berhubungan dengan materi
pembelajaran yang diajarkan
30. Tindak lanjut dari hasil evaluasi apa yang dilakukan ketika usai memberikan
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Remedial
91
HASIL WAWANCARA MURID
Nama Informan : Eri Karlito
Tanggal/ Jam : Kamis, 19 Agustus 2010/ 09.30
Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya
Materi
14. Sumber belajar/ bahan ajar apa saja yang digunakan guru dalam penyampaian
materi pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?
Jawaban: Buku-buku pelajaran aqidah akhlak terbitan Toha Putra dan Erlangga
15. Apa kamu senang terhadap penyampaian guru terhadap materi pembelajaran
aqidah akhlak di Kelas?
Jawaban: Kurang, karena kebanyakan ceramah
16. Materi apa saja yang guru anda ajarkan pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas
VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Sesuai dengan materi yang ada di buku paket seperti Tentang aqidah
Islam, Sifat-sifat Allah, akhlak terpuji pada Allah, Asmaul Husna, Tentang
Mahluk Ghaib, dan akhlak tercela kepada Allah
17. Menurutmu apa saja kendala guru dalam memilih sumber ajar / bahan ajar pada
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Penyampaiannya selalu ber’paku’ pada buku paket
Metode
18. Apakah gurumu menggunakan metode pada saat pembelajaran aqidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Selalu banyak menjelaskan materi pembelajaran seperti ceramah
19. Metode apa saja yang biasa digunakan guru pada pembelajaran aqidah akhlak di
Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Kurang senang
20. Menurutmu apakah ada hambatan yang dihadapi guru dalam menggunakan
metode pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Dalam menggunakan metode ceramah sih kayaknya tidak, sepertinya
guru tuh enjoy aja.
21. Menurutmu apakah ada hambatan selama guru menggunakan metode dalam
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Kalau itu guru yang agak repot ketika memberikan contoh mengenai
hal-hal yang ghaib, sangat susah untuk dimengerti.
Evaluasi
22. Apakah ketika guru usai menyampaikan materi, apakah guru selalu melaksanakan
evaluasi pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?
Jawaban: Terkadang iya dan terkadang juga ngak.
23. Jenis evaluasi apa saja yang sering guru gunakan pada pembelajaran aqidah
akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Tanya jawab dan LKS yang berupa pilihan ganda dan essay
24. Menurutmu kendala atau masalah apa saja yang dihadapi guru dalam
melasanakan evaluasi pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?
Jawaban: Jawaban dari soal yang diberikan tidak terdapat dalam buku atau
belum disampaikan.
25. Apakah guru melaksanakan tindak lanjut setelah evaluasi yang dilaksanakan pada
pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?
Jawaban: Biasanya kalau banyak yang dapat rendah dalam ulangan guru selalu
memberikan remedial
26. Apa bentuk RTL yang dilakukan guru pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?
Jawaban: Memberikan tugas essay tapi terkadang juga mengisi LKS
93
PEDOMAN WAWANCARA WAKA KURIKULUM
Nama Informan : Marfungah, S.Ag
Tanggal/ Jam : Kamis, 19 Agustus 2010/ 11 .00
Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya
Materi
12. Menurut anda apakah guru aqidah akhlak telah mengajar pelajaran aqidah
akhlak dengan meteri yang sesuai dengan kurikulum?
Jawaban: Iya, karena setiap guru sudah diberikan panduan dan diberi
pengarahan mengenai kurikulum.
13. Apakah anda mengetahui tentang keluhan-keluhan guru pelajaran aqidah
akhlak mengenai materi yang disampaikan?
Jawaban: Tidak tahu
14. Menurut anda kendala apa saja yang dihadapi guru aqidah akhlak?
Jawaban: Mungkin fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, hal ini juga
dirasakan oleh guru-guru yang lain.
Metode
15. Pernahkah anda melihat guru aqidah akhlak mengajar menggunakan metode
pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?
Jawaban: Melihat secara langsung sih tidak, tapi sering dengar saja dari murid
kalau guru menggunakan metode ceramah seperti guru-guru yang lain.
16. Metode apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?
Jawaban: Ceramah
17. Sudah sesuaikah metode yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?
Jawaban: Kalau menurut saya pribadi sudah
18. Menurut anda permasalahan apa yang dihadapi guru aqidah akhlak dalam
menggunakan metode?
Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai metode pembelajaran sehingga
metode yang digunakan belum bervariasi
Evaluasi
19. Menurut anda evaluasi jenis apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?
Jawaban: Mungkin, Ganda, Essay dan Tanya jawab karena disekolah
menggunakan LKS dalam mendokrak minat belajar anak di rumah
20. Apakah guru aqidah akhlak selalu memberikan evaluasi setelah usai
pembelajaran?
Jawaban: Kurang tahu, namun seharusnya demikian guru harus memberikan
evaluasi setelah usai pembelajaran
21. Kendala apa saja yang dihaapi guru aqidah akhlak dalam melaksanakan
evaluasi?
Jawaban: Biasanya kalau yang berhubungan dengan evaluasi itu waktu yang
kurang panjang
22. Solusi apa yang tepat menurut anda dalam mengatasi masalah tersebut?
Jawaban: Fasilitas media pembelajaran, agar materi yang disampaikan dapat
dipersingkat sehungga evaluasi proses dapat berjalan.
95
CATATAN LAPANGAN
Hari/tanggal : Senin / 19 Agustus 2010
Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya
Pada hari Kamis tanggal 19 Agustus 2010 peneliti datang ke lokasi sekolah dalam rangka melaksanakan penelitian. Ketik tiba di lokasi sekolah MTs Negeri Rasau Jaya peneliti langsung menuju ruang kantor dan menemui guru mata pelajaran Aqidah akhlak yaitu pak Muhammad, S.Ag, pada waktu itu beliau tidak ada jam pelajaran maka penliti langsung mengutarakan niat untuk melakukan wawancara dan observasi disekolah yang bersangkutan. Setelah itu guru langsung menyambut dengan baik dan kami langsung melakukan wawancara sesuai pedoman wawancara yang saya bawa dan saya berbincang-bincang sambil mengenai pembelajaran akidah ahlak yang diajarkan dalam pembelajaran serta permasalahan yang dihadapi baik dari segi pengembangan materi, penggunaan metode, dan pelaksanaan evaluasi.
Setelah saya melakukan wawancara terhadap guru saya mohon izin untuk melihat-lihat sekondisi sekolah dan perpustakaan sambil menunggu waka kurikulum yang belum dating untuk dimintai wawancara dan pada saat itu pula murid masih melaksanakan proses belajar mengajar di kelas sehingga saya hanya dapat melakukan pengamatan atau observasi kondisi sekolah. Pada pukul 09.30 saya menemui salah satu murid dikantin sekolah yang bernama Karlito dan minta izin utuk mewawancarainya dan kamipun berkomunikasi dengan akrab dan wawancara yang terjadi sesuai dengan pedoman wawancara dan sesuai dengan harapan saya. Setelah usai sayapun berpamitan kepada Karlito untuk kembali ke kantor.
Setelah usai mewawancarai murid saya langsung ke kantor untuk menemui waka kurikulum yang bernama Marfungah, S.Ag. di sana waka kurikulum sedang duduk di mejanya sambil melakukan tugasnya, tampa membuang waktu saya langsung menghadap beliau dan langsung melakukan wawancara namun sebelumnya peneliti mengutarakan maksud dan tujuan untuk melakukan wawancara kepada beliau. Sebelum pulang saya masih menghadap guru mata pelajaran aqidah akhlak untuk minta waktu untuk ikut dalam proses belajar mengajar di kelas dan guru tersebut meminta saya untuk kembali lagi hari senin pada tanggal 23 Agustus 2010 jam 07.00 karena pada hari itu guru memiliki waktu ngajar.
CATATAN LAPANGAN
Hari/tanggal : Kamis / 23 Agustus 2010
Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya
Pada hari Senin pada tanggal 23 Agustus 2010, saya datang ke Sekolah MTs Negeri Rasau Jaya untuk melihat proses belajar mengajar dikelas karena pada tanggal 19 Agustus sebelumnya peneliti tidak dapat melihat proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru sehingga peneliti hanya melakukan wawancara terhadap guru saja. Pada pukul 06.45 saya menemui Pak Muhammad guru pelajaran aqidah akhlak kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya, untuk minta izin ikut dalam pembelajaran aqidah akhlak yang akan diajarkannya pada pukul 07.00.
Tepat pada pukul 07.00 lonceng berbunyi dan pak Muhammad mengajak saya untuk masuk ke kelas VII A MTs Negeri Rasau Jaya. Seperti biasanya guru masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada murid yang berada di dalam kelas. Sebelum memulai pelajaran salah satu dari murid mengaji selama 2 menit. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada murid di kelas mengenai pelajaran sebelumnya, sebelum memulai pelajaran hari ini. Setelah usai guru menyampaikan materi pembelajaran mengenai Sifat-sifat Allah. Guru menyampaikan materi masih tekstual sesuai dengan materi yang terdapat dalam buku paket dan metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode ceramah secara monoton serta tidak terdapat media pembelajaran yang digunakan kecuali papan whaite board dan spidol. Setelah usai penyampaian guru murid dipersilahkan untuk bertanya dan tidak ada satu murid pun yang bertanya karena tak satu pun murid bertanya maka guru menanyakan kembali apakah materi sudah disampaikan sudah jelas atau belum. Setelah itu guru langsung meminta anak muridnya untuk mengeluarkan LKS-nya dan muridpun disuruh mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS. Karena waktu yang tidak mencukupi maka guru meminta kepada murid agar dikerjakan di rumah dan minggudepan dikumpulkan. Setelah bel berbunyi saya dan pak Muhammad guru pelajaran Akhidah akhlak keluar meninggalkan kelas. Dan setelah mendapatkan data tersebut peneliti pamit pulang dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan.
97
CATATAN LAPANGAN
Hari/tanggal : Sabtu / 14 Agustus 2010
Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya
Pada hari Sabtu pagi pukul 08.00 saya pergi Ke sekolah MTs Negeri Rasau Jaya untuk memasukan surat izin penelitian yang saya pinta dari STAIN Pontianak. Setibanya di Sekolah saya langsung menuju kantor dan pergi ke TU karena untuk memasukkan surat dan saya bertemu dengan Pak Parkinto salah satu guru yang ada di TU. Setelah saya ajukan surat penelitian tersebut beliau merespon baik terhadap penelitian yang akan saya lakukan di sana. Beliau juga mengatakan siap memberikan informasi atau data yang saya butuhkan / perlukan. Dan saya pun minta data mengenai profil dan keadaan sekolah.
Setelah data diberikan guru langsung memberitahukan kepada guru pengampu pelajaran akidah ahlak. Saya berkenalan dan sambil ngobrol sekedar “basa-basi”, bapak yang mengampu pelajaran akidah ahlak tersebut adalah bapak Muhammad, S.Ag, setalah ngorol asik guru mohon izin untuk ngajar maka kamipun akhiri perbincangan tersebut, namun sebelum berpisah saya minta izin mengenai penelitian yang saya lakukan dan menbuat janji untuk ketemu selanjutnya, karena pada saat itu guru ada jam mengajar di kelas VIII A. setelah itu saya pamitan kepada pak Muhammad dan guru-guru yang ada di kantor.